PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN RASA INGIN TAHU PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN TEMATIK

IRMA SRI MARYAM, 105060321 (2016) PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN RASA INGIN TAHU PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN TEMATIK. Skripsi(S1) thesis, FKIP UNPAS.

[img] Text
ABSTRAK.docx

Download (12kB)
[img] Text
BAB 1.docx

Download (28kB)
[img] Text
BAB II.docx

Download (627kB)
[img] Text
BAB III.docx

Download (77kB)
[img] Text
BAB IV.docx
Restricted to Repository staff only

Download (447kB)
[img] Text
BAB V.docx
Restricted to Repository staff only

Download (17kB)
[img] Text
BAHAN AJAR.docx

Download (397kB)
[img] Text
cover.docx

Download (15kB)
[img] Text
DAFTAR ISI.docx

Download (15kB)
[img] Text
DAFTAR PUSTAKA.docx

Download (18kB)
[img] Text
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.docx

Download (45kB)
[img] Text
DOKUMENTASI PENELITIAN.docx

Download (937kB)
[img] Text
KATA PENGANTAR.docx

Download (11kB)
[img] Text
LEMBAR KERJA SISWA.docx

Download (22kB)
[img] Text
lembar pengesahan.docx

Download (12kB)
[img] Text
MEDIA PEMBELAJARAN.docx

Download (276kB)
[img] Text
MOTTO.docx

Download (11kB)
[img] Text
PENILAIAN PERENCANAAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN.docx

Download (30kB)
[img] Text
Penilaian.docx

Download (21kB)
[img] Text
PERNYATAAN.docx

Download (13kB)
[img] Text
RPP.docx

Download (71kB)
[img] Text
siklus 1.docx

Download (714kB)
[img] Text
siklus II.docx

Download (118kB)
[img] Text
SIKLUS III.docx

Download (70kB)
[img] Text
UCAPAN TERIMAKASIH.docx

Download (13kB)

Abstract

ABSTRAK Irma Sri Maryam, Penggunaan Model Discovery Learning untuk Meningkatkan Rasa Ingin Tahu Peserta Didik pada Pembelajran Tematik (Penelitian Tindakan Kelas Pembelajaran Tematik Pada Tema Indahnya Kebersamaan Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku Pembelajaran 4 di Kelas IV SDN Leuwiliang kabupaten Sumedang) Pembelajaran tematik terpadu merupakan suatu proses pembelajaran dengan melibatkan atau mengkaitkan berbagai bidang studi dalam suatu kegiatan pembelajaran yang tercantum pada kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi. Didalamnya dirumuskan secara terpadu kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai peserta didik. Adapun masalah yang dihadapi oleh peserta didik yaitu rendahnya rasa ingin tahu peserta didik dalam proses pembelajaran yang digunakan masih menggunakan pendekatan tradisional dan peserta didik kurang dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran, sehingga membuat kegiatan pembelajaran menjadi monoton dan membosankan tanpa memberi stimulus rasa ingin tahu peserta didik. Salah satu strategi yang bisa digunakan untuk memotivasi dan meningkatkan rasa ingin tahu peserta didik dalam pembelajaran tematik terpadu pada tema indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku pembelajaran 4 dengan cara bermakna. Penggunan model pembelajaran Discovery Learning diharapkan dapat meningkatkan rasa ingin tahu peserta didik secara signifikan. Penggunaan model pembelajaran Discovery Learning merupakan suatu penemuan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran, perseorangan, manipulasi objek dan lain-lain percobaan, sebelum sampai kepada generalisasi, dimana peserta didik dapat mencari tahu dengan menemukan jawaban dengan cara sendiri. Serta mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan pekerja. Tujuan penelitian ini memperbaiki dan meningkatkan rasa ingin tahu peserta didik pada pembelajaran tematik pada tema indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku pembelajaran 4 setelah menggunakan model pemebelajaran Discovery Learning. Manfaat penelitian ini adalah agar dapat menambah khazanah keilmuan dan diharap bermanfaat bagi guru, peserta didik, penulis dan lembaga. Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan sebanyak tiga siklus objek penelitian peserta didik kelas IV SDN Leuwiliang yang berjumlah 27 peserta didik 13 peserta didik laki-laki dan 14 peserta didik perempuan dengan waktu dari tanggal 9 September sampai 11 September 2014. Peneliti dapat dinyatakan tuntas jika rasa ingin tahu peserta didik telah mencapai 80%. Hasil penelitian secara keseluruhan menunjukan peningkatan ecara signifikan melalui siklus I rasa ingin tahu peserta didik belum mencapai harapan yaitu 40%, pada siklus II mengalami peningkatan sebanyak 65% dan pada siklus III sebanayk 87%. Sebagai hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa dengan penggunaan model pemebelajaran Discovery Learning mampu meningkatkan Rasa Ingin Tahu peserta didikpada tema indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku pembelajaran 4. Berdasarkan hasil penelitian ini guru kelas hendaknya menggunakan model pemebelajaran Discovery Learning pada tema indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku pembelajaran 4 karena terbukti dapat meningkatkan rasa ingin tahu peserta didik. Kata Kunci: Rasa Ingin Tahu, Model BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya yang dilakukan guru dalam pendidikan merupakan suatu kemampuan yang menjadikan manusia lebih baik dalam kehidupannya. Seperti yang diungkapkan oleh Maslelis (2013:1) bahwa “Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk mengembangkan kemampuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini memegang peranan penting dalam membina manusia yang memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki sikap positif terhadap segala hal, sehingga dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan suatu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam kehidupan manusia”. Proses pembelajarannya menentukan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Sedangkan belajar merupakan suatu proses perpindahan ilmu dari guru kepada peserta didik. karena itu guru merupakan seseorang yang memiliki peranan penting dalam kegiatan pembelajaran berlangsung memberikan ilmu kepada peserta didik. Sehingga peserta didik berasumsikan bahwa guru mengetahui segalanya dan yang dikatakan guru semua benar . Dalam undang-undang sistem pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 pasal 3, menyatakan bahwa : Pendidikan Nasional berpungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa terhadaptuhan yang maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Pada proses pembelajaran seorang guru bertugas menyiapkan situasi yang kondusif bagi peserta didik untuk memahami apa yang sedang dipelajari dengan memberi fakta, data, serta konsep. Menurut Hermansyah dalam Sumarmo (2003:4), menerapkan berbagai strategi, metode, dan pendekatan yang tepat dengan kondisi peserta didik ataupun materi diperlukan karena apabila pembelajaran yang digunakan membuat peserta didik tertarik, maka motivasi dan minat peserta didik akan meningkat, sehingga peserta didik menjadi senang untuk belajar lebih lanju, dan pembelajaran pun lebih terarah, hasil pembelajaranpun akan meningkat. Untuk menjadi guru yang profesional ia dituntut untuk memiliki kompetensi. Undang-undang Republik Indonesian Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen dijelaskan: ”Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan prilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasi oleh guru dan dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya”. Merujuk pada undang-undang di atas jelas, bahwa peran dan fungsi guru berpengaruh terhadap pelaksanan pendidikan di sekolah. Lebih lanjut sukmadinata (2004:50) mengemukakan bahwa, keberhasilan pendidikan bukan saja ditentukan oleh ketepatan pemilihan model desain kurikulum, tetapi juga oleh kelengkapan kualitas dan ketetapan penggunaan sumber daya pendidikan. Diantara sumber daya pendidikan tersebut yang memegang peranan kunci adalah guru. Karena guru dapat mengoptimalkan pelaksanaan rancangan kurikulum, baik dalam pencapaian target (materi) maupun proses pembelajaran. Maka kegiatan belajar yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan pemahaman peserta didik diharapkan dapat bergaiarah, lebih aktif dan kreatif, sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan. Dalam hal ini juga pendidik berupaya untuk meningkatkan kreatifitas belajar peserta didik sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan rasa ingin tahu peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Pada saat ini kurikulum di Indonesia memiliki perubahan dalam kegiatan belajar mengajar di tingkat satuan sekolah dasar (SD). Perubahan ini merupakan salah satu langkah pemerintah untuk meningkatkan pembelajaran dan mempermudah guru dalam mengajar. Namun dalam kontek nasional, kebijakan perubahan kurikulum merupakan politik pendidikan yang berkaitan dengan kepentingan berbagai pihak. Sekolah sebagai pelaksana pendidikan, baik pengawas, kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan (nonguru), maupun peserta didik sangat berkepetingan dan akan terkena secara langsung dari setiap perubahan kurikulum. Demikian halnya yang dengan pengembangan dan penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP 2006) menjadi kurikulum 2013 akan memberikan dampak kepada berbagai pihak. Perubahan tersebut merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan terus menerus dilakukan baik secara konvensional maupun inovatif. Hal tersebut lebih terfokus setelah diamanatkan bahwa pendidikan nasional adalah untuk meningkatkan mutu pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. Upaya tersebut, antara lain dengan dikeluarkannya undang-undang Sistem Pendidikan Nasional pada tahun 2003, dan Peraturan Pemerintahan No.19 Tahun 2005 Standar Nasional Pendidikan (SNP), yang telah dilakukan penataan kembali dalam Peraturan Pemerintahan No. 32 Tahun 2013. Pentingnya arti kurikulum dalam pendidikan di sekolah dapat dilihat dari berbagai definisi mengenai kurikulum yang mengembangkan bahwa kurikulum merupakan sentral dari suatu program pendidikan. Pengembangan kurikulum secara rasional merupakan bagian dari strategi meningkatkan tercapainya pendidikan. Abdul majid (2014:19) “pengembangan kurikulum 2013 dilakukan atas prinsip: a. Bahwa sekolah adalah suatu kesatuan lembaga pendidikan dan kurikulum adalah kurikulum satuan pendidikan, bukan daftar mata pelajaran. b. Guru di satuan pendidikan adalah satu satuan pendidikan (community of educators), mengembangkan kurikulum bersama-sama. c. Pengembangan kurikulum di jenjang satuan pendidikan di pimpinlangsung oleh kepala sekolah. d. Pelaksanaan implementasi kurikulim di satuan pendidikan di evaluasi oleh kepala sekolah. Titik tekan pengembangan Kurikulum 2013 adalah penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum, pendalaman dan perluasan materi, penguatan proses pembelajaran, dan penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan. Pengembangan kurikulum menjadi amat penting sejalan dengan kontin itas kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya serta perubahan masyarakat pada tataran lokal, nasional, regional, dan global di masa depan. Aneka kemajuan dan perubahan itu melahirkan tantangan internal dan eksternal pada bidang pendidikan pendidikan. Oleh karena itu, implementasi Kurikulum 2013 merupakan langkah strategis dalam menghadapi globalisasi dan tuntutan masyarakat Indonesia masa depan. Standar Kompetensi Lulusan merupakan salah satu dari 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal 35 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan, yang akan menjadi acuan bagi pengembangan kurikulum dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dalam kurikulum 2013 salah satu model pembelajaran yang di gunakan adalah dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning, Discovery Learning adalah merupakan suatu menemuan Penemuan. Menurut Sund ”discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip”. Proses mental tersebut ialah mengamati, mencerna, mengerti, mengolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya (Roestiyah, 2001:20). Model Pembelajaran Discovery Learning untuk menciptakan proses pembelajaran yang sesuai dengan proses perkembangan rasa ingin tahu peseta didik dalam membangun pengetahuanya. Dengan pembelajaran yang berbasis penemuan, siswa didorong untuk belajar sebagian besar dalam keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Selain itu, dalam pembelajaran penemuan siswa juga belajar pemecahan masalah secara mandiri dan keterampilan-keterampilan berfikir, karena mereka harus menganalisis dan memanipulasi informasi. Bimbingan guru yang dimaksud adalah memberikan bantuan agar peserta didik dapat memahami tujuan kegiatan yang dilakukan dan berupa arahan tentang prosedur kerja yang perlu dilakukan dalam kegiatan pembelajaran Penemuan terbimbing yang dilakukan oleh siswa dapat mengarah pada terbentuknya kemampuan untuk melakukan penemuan yang siswa temukan dalam pembelajaran. Berdasarkan pengalaman observasi yang dilakukankan di kelas IV SDN Leuwiliang kabupaten Sumedang ada beberapa faktor yang timbul dalam kegiatan belajar peserta didik di dalam kelas, peserta didik hanya mendengarkan dan memahami penyampain materi yang dilakukan dengan ceramah dan penugasan oleh pendidik. Peserta didik kurang aktif dalam mengajukan pertanyaan karena tidak berani untuk bertanya mengenai materi yang kurang ia mengerti dan pahami, sehingga keaktifan peserta didik dalam mengasah keberanian untuk menunjukan rasa ingin tahunya dengan bertanya dalam materi yang disampaikan kurang atau sama sekalih tidak muncul. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Rasa Ingin Tahu Peserta Didik Pada Pembelajaran Tematik (Penelitian Tindakan Kelas Pembelajaran Tematik Pada Tema Indahnya Kebersamaan Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku bagian Pembelajaran 4 Di Kelas IV SD Negeri Leuwiliang, Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang )”. B. Identifikasi Masalah Permasalahan yang menjadi bahan penelitian tindakan kelas di sekolah tersebut antara lain : 1. Kegiatan pembelajaran mengajar yang monoton, tanpa mengembangkan model pembelajaran melalui pendekatan model pembelajara. 2. Peserta didik sulit mengaitkan pelajaran IPA dengan kehidupan sehari-hari yang mereka alami di sekitar lingkungan mereka. 3. Pembelajaran kurang melibatkan peserta didik secara aktif sehingga peserta didik merasa jenuh pada materi pembelajaran yang kurang terlibat dalam proses pembelajaran. 4. Kurangnya pemahaman peserta didik dalam memahami materi sehingga kurang menimbulkan rasa ingin tahu bagi peserta didik terhadap materi pembelajaran. C. Rumusan Masalah 1. Bagaimana menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan menerapkan model Discovery Learning untuk meningkatkan rasa ingin tahu peserta didik pada pembelajaran tematik di kelas IV SD Negeri Leuwiliang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang Pada Tema Indahnya Kebersamaan Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku bagian Pembelajaran 4 ? 2. Bagaimana penerapan model pembelajaran Discovery Learning dalam pembelajaran tematik di kelas IV SD Negeri Leuwiliang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang Pada Tema Indahnya Kebersamaan Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku bagian Pembelajaran 4 ? 3. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan rasa ingin tahu peserta didik dalam Pembelajaran tematik di kelas IV SD Negeri Leuwiliang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang Pada Tema Indahnya Kebersamaan Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku bagian Pembelajaran 4 ? D. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui sunsunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan menerapkan model Discovery Learning untuk meningkatkan rasa ingin tahu peserta didik pada pembelajaran tematik di kelas IV SD Negeri Leuwiliang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang Pada Tema Indahnya Kebersamaan Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku bagian Pembelajaran 4. 2. Mengetahui cara penerapan model pembelajaran Discovery Learning dalam pembelajaran tematik di kelas IV SD Negeri Leuwiliang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang Pada Tema Indahnya Kebersamaan Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku bagian Pembelajaran 4. 3. Mengetahui secara rinci dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan rasa ingin tahu peserta didik dalam Pembelajaran tematik di kelas IV SD Negeri Leuwiliang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang Pada Tema Indahnya Kebersamaan Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku bagian Pembelajaran 4. E. Manfaat Penelitian Dengan melakukan penelitian tentang penerapan model pembelajaran Discovery Learning dalam pembelajaran tematik pada tema indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku bagian pembelajran 4 di kelas IV Sekolah Dasar, diharapkan dapat diperoleh beberapa manfaat antara lain : 1. Bagi Peserta didik Hasil penelitian ini sebagai media meningkatkan rasa ingin tahu siswa dalam belajar untuk lebih menguasai dan memahami materi pelajaran melalui penerapan model pembelajaran Discovery Learning dalam pembelajaran tematik pada tema indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku. 2. Bagi guru Sebagai salah satu upaya perbaikan guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran dan sebagai referensi untuk menerapakan model pembelajaran Discovery Learning dalam pembelajaran tematik pada tema indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku dan upaya mengembangkan profesionalisme guru dalam proses pembelajaran yang efektif . 3. Bagi sekolah, Hasil penelitian diharapkan dapat memberi informasi dan atau sebagai acuan untuk pengembangan teknologi pembelajaran terutama pada pembelajaran Discovery Learning sebagai dukungan kegiatan pembelajaran serta dapat meningkatkan kemampuan dalam mengembangkan model pembelajaran Discovery Learning di sekolah. 4. Bagi peneliti, Menambah pengetahuan, pemahaman, dan pemahaman tentang proses belajar mengajar yang bermakna dan berkualitas serta dapat menjadi informasi dan gagasan untuk pengembangan dan peningkatan keterampilan mengorganisasi, memformulasi, dan mengkondisikan kegiatan belajar di kelas dalam mengembangkan model pembelajaran Discovery Learning di sekolah sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. F. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalaha pahaman dan penafsiran terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa istilah berikut: 1. Belajar dalam pengerian luas dapa diartikan sebagai kegiatan psikofisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit belajar dimaksudkan sebagain kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya (Sardiman, 2011:22) 2. Rasa ingin tahu adalah suatu dorongan atau hasrat untuk lebih mengerti suatu hal yang sebelumnya kurang atau tidak kita ketahui. Rasa ingin tahu biasanya berkembang apabila melihat keadaan diri sendiri atau keadaan sekeliling yang menarik. (Nasoetion, Hadi dan Permata, 2010:3) 3. Discovery Learning adalah Penemuan, Metode penemuan diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran, perseorangan, manipulasi objek dan lain-lain percobaan, sebelum sampai kepada generalisasi (Suryosubroto, 2009). 4. Pembelajaan tematik/terpadu adalah suatu proses pembelajaran dengan melibatkan atau mengkaitkan berbagai bidang studi. Pembelajaran terpadu juga merupakan pendekatan belajar pengajar yang melibatkan beberapa bidang studi. Pembelajaran terpadu, merupakan pendekatan belajar mengajar yang memperhatikan dan menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak didik (Prabowo, 2002:2). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam suatu pendidikan peserta didik didorong untuk belajar yang merupakan suatu kegiatan psikofisik untuk membentuk perkembangan pribadi seutuhnya. Dengan belajar peserta didik menunjukan sikap rasa ingin tahu dalam pengetahuan yang sebelumnya kurang atau tidak kita ketahui, sehingga peserta didik dapat mencari dan menemukan dengan caranya sendiri. Didalam Kurikulum 2013 kegiatan pembelajaran dirubah menjadi pembelajaran tematik yang mana peserta didik di tuntut untuk menemkan sendiri materi yang dia pelajari, sedangkan pendidik hanya mengarahkan dan membimbing peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Pustaka a. Pembelajaran Discovery Learning (Penemuan) 1. Pengertian Pembelajaran Discovery Learning Pengertiana Discovery Learning menurut Jerome Bruner (2014: 281) adalah model belajar yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman. Hal yang menjadi dasar ide Jerome Bruner ialah pendapat dari Piaget yamh mengatakan bahwa anak harus berperan secara aktif di dalam belajar di kelas. Untuk itu Burner memakai cara dengan apa yang disebutnya Discovery Learning, yaitu murid mengorganisasikan bahan yang di pelajari dengan suatu bentuk akhir. Menurut Bruner dalam Arends (2008:186), Discovery Learning merupakan sebuah metode pengajaran yang menekankan pentingnya membantu siswa untuk memahami struktur atau ide-ide kunci suatu disiplin ilmu, kebutuhan akan keterlibatan aktif peserta didik dalam proses belajar, dan keyakinan bahwa pembelajaran sejati terjadi melalui personal Discovery Learning (penemuan pribadi). Metode penemuan diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran, perseorangan, manipulasi objek dan lain-lain percobaan, sebelum sampai kepada generalisasi. Sebelum siswa sadar akan pengertian, guru tidak menjelaskan dengan kata-kata. Metode penemuan merupakan komponen dari praktik pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri, dan reflektif. Menurut Ensiklopedia of Educational Research, “penemuan merupakan suatu strategi yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam berbagai cara, termasuk mengajarkan berbagai keterampilan menyelidiki dan memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikannya” (Suryosubroto, 2009:65). Dalam Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 pada lampiran menyatakan bahwa: untuk mencapai kualitas yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum, kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip yang : (1) berpusat pada peserta didik, (2) mengembangkan kreatifitas peserta didik, (3) menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, (4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika, dan (5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan model pembel;ajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efesien, dan bermakna. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Discovery Learning (penemuan) adalah metode pembelajaran yang menitikberatkan pada aktifitas peserta didik dalam belajar. Dalam proses pembelajaran guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk lebih kreatif dalam menemukan solusi dan memecahkan masalah rasa ingin tahunya pada kegiatan pembelajaran. 2. Keunggulan dan Kelemahan Discovery Learning a. Keunggulan Discovery Learning Hosnan (2014:287) beberapa keunggulan metode pembelajaran Discovery Learning sebagai berikut: 1. Membantu peserta didik untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya. 2. Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah (problem solving). 3. Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer. 4. Strategi ini memungkinkan peserta didik berkembanh dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri. 5. Menyebabkan peserta didik mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri. 6. Strategi ini dapat membantu peserta didik memperkuat konsep didinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya. 7. Berpusat pada peserta didik dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan, bahkan, guru pun dapat bertindak sebagai peserta didik, dan sebagai penelitian di dalam situasi diskusi. 8. Membantu peserta didik menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti. 9. Peserta didik akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik. 10. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru. 11. Mendorong peserta didik berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri. 12. Mendorong peserta didik berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri. 13. Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik. 14. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsan. 15. Menimbulkan rasa senang pada peserta didik, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil 16. Prose belajar meliputi sesama aspeknya peserta didik menuju pada pembentukan manu8sia seutuhnya. 17. Mendorong keterlibatan keaktifan siswa. 18. Menimbulkan rasa puas bagi siswa. Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat. 19. Siswa akan dapat mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks. 20. Dapat meningkatkan motivasi. 21. Meningkatkan tingkat penghargaan pada peserta didik. 22. Kemungkinan peserta didik belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar. 23. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu. 24. Melatih siswa belajar mandiri. 25. Siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar. sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir. b. Kelemahan Discovery Learning Berikut ini adalah beberapa kelemahan metode pembelajaran Discovery Learning Hosnan (2014:288) : 1. Guru merasa gagal mendeteksi masalah dan adanya kesalah pahaman antara guru dengan siswa . 2. Menyita waktu banyak. Guru dutuntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator, dan pembimbing siswa dalm belajar. Untuk seorang guru, ini bukan pekerjaan yang mudah karena itu guru memerlukan waktu yang banyak, dan sering kali guru merasa belum puas kalu tidak banyak memberi motivasi dan membimbing siswa belajar dengan baik. 3. Menyita pekerjaan guru. 4. Tidak semua siswa mampu melalukan penemuan 5. Tidak berlaku untuk semua topik a. Berkenaan dengan waktu, strategi discovery learning membutuhkan waktu yang lebih lama dari pada ekspositori. b. Kemampuna berpikir rasional siswa ada yang masih terbatas. c. Kesukaan dalam menggunakan factor subjektivitas, terlalu cepat pada suatu kesimpulan. d. Faktor kebudayaan atau kebiasaan yang masih menggunakn pola pembelajaran lama. e. Tidak semua siswa dapat meningkat pembelajaran dengan cara ini. Di lapangan, bebrapa siswa masih terbiasa dan mudah mengerti dengan model ceramah. f. Tidak semia topik cocok disampaikan dengan model ini. Umumnya, topik-topik yang berhubungan dengan prinsip dapat dikembangklan dengan model penemuan. Langkah –Langkah Persiapan Strategi Discovery Learning Berikut adalah ungkapan Hosnan (2014:289) mengenai langkah-langkah dalam mengaplikasikan model discovery learning di kelas, sebagai berikut : 1. Menentukan tujuan pembelajaran 2. Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya) 3. Memilih materi pelajaran yang akan dipelajari. 4. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari peserta didik secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi). 5. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas, dan sebaginya untuk dipelajari peserta didik. 6. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enektif, ikonik sampai simbolik. 7. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar peseta didik. 3. Prosedur Aplikasi Startegi Discovery Learning Menurut Syah (2004:244) dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning di kelas, ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum sebagai berikut: a. Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan) Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini Bruner memberikan stimulation dengan menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi. Dengan demikian seorang Guru harus menguasai teknik-teknik dalam memberi stimulus kepada siswa agar tujuan mengaktifkan siswa untuk mengeksplorasi dapat tercapai. b. Problem Statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah) Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) (Syah 2004:244), sedangkan menurut permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan (statement) sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan. Memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisis permasasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna dalam membangun siswa agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu masalah. c. Data Collection (Pengumpulan Data) Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis. Dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja siswa menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telahdimiliki. d. Data Processing (Pengolahan Data) Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu (Djamarah, 2002:22). Data processing disebut juga dengan pengkodean coding/ kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis e. Verification (Pembuktian) Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak. f. Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi) Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan siswa harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu. 4. Sistem Penilaian Dalam Model Pembelajaran Discovery Learning, penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan tes maupun nontes, sedangkan penilaian yang digunakan dapat berupa penilaian kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa. Jika bentuk penialainnya berupa penilaian kognitif, maka dalam model pembelajaran discovery learning dapat menggunakan tes tertulis. Jika bentuk penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa, maka pelaksanaan penilaian dapat menggunakan yang sesuai denga kurikulum 2013 yang telah di srumuskan dan di sediakan. b. Pembelajaran Tematik 1. Pengertian Pembelajarn Tematik Pembelajarn tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu system pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan autentik. Pembelajaran terpadu berorientasi pada praktik pembelajran yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembanga siswa. Teori pembelajran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menentukan bahwa pembelajran itu harus bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak. Pendekantan pembelajaran terpadu lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakuakn sesuatu (learning by doing). Menurut Rusmana (2012:254) Model pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memeberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajran tematik, siswa akan meamhami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Fokus perhatian dalam pembalajaran tematik terletak pada proses yang di tempuh siswa saat berusaha memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk keterampilan yang harus dikembangkannya. 2. Karakteristik Model Pembelajaran Tematik Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik karakteristik Rusmana (2012:258) sebagai berikut: a. Berpusat Pada Peserta Didik Pembelajaran tematik berpusat pada peserta didik (student centered). Hal ini sesuai dengan pendekatan belajara modern yang lebih banyak menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, yitu memberikan kemudahan-kemudahan pada peserta didik untuk melakukan aktivitas belajar. b. Meberikan pengalaman langsung Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung pada peserta didik (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, peserta didik dihadapkan pada suatu yang yata (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. c. Pemisahan mata oelajaran tidak begitu jelas Dalam pembelajran tematik pemisahan antarmata pelajaran mejadi tidak begitu jelas. Focus pembelajaran di arahkan pada pembehasan tema-tema yang paling dekat denga kehidupan manusia. d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran Pelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dan suatu proses pembelajaran. Dengan demikain, siswa dapat memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini di perlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang di hadapi dalam kehidupan sehari-hari. e. Bersipat fleksibel Pembelajran tematik bersipat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan peserta didik dan keadaan lingkungn dimana peserta didik berada. f. Hasil belajar sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik peserta didik diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya dengan minta dan kebnutuhannya. g. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan. 3. Rambu-Rambu Pembelajran Tematik Rusamana (2012:259) mengungkapkan dalam pelaksaan pembelajaran tematik yang harus di perhatikan guru adalah sebagai berikut. a. Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan. b. Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintasan semester. c. Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan. Kompetensi dasar yang tidak di integrasikan dibelajarkan secara tersendiri. d. Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu hatus tetap diajarkan baik melalui temalain mau pun di sajaikan secara tersendiri. e. Kegiatan pembelajaran di tekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta menanaman nilai-nilai moral. f. Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, minta, lingkungan, dan daerah setempat. c. Rasa Ingin Tahu 1. Pengertian Rasa Ingin Tahu Nasoetion (Hadi dan Permata, 2010:3) berpendapat rasa ingin tahu adalah suatu dorongan atau hasrat untuk lebih mengerti suatu hal yang sebelumnya kurang atau tidak kita ketahui. Rasa ingin tahu biasanya berkembang apabila melihat keadaan diri sendiri atau keadaan sekeliling yang menarik. Dari pengertian ini, berarti untuk memiliki rasa ingin tahu yang besar, syaratnya seseorang harus tertarik pada suatu hal yang belum diketahui. Keterkaitan itu ditandai dengan adanya proses yang berpikir akti, yakni digunakannya semua panca indera yang kita miliki secara maksimal. Pengaktifan bisa diawali dengan pengamatan melalui mata atau mendengar informasi dari orang lain. Saat mendapatkan data dari berbagai sumber, maka kaitkan data tersebut satu sama lain sehingga menimbulkan suatu fenomena , yakni sembarang objek yang memiliki karakteristik yang dapat diamati. Sulistyowati (2012 : 74) berpendapat ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Indikator kelas; 1) menciptakan suasana kelas yang mengundang rasa ingin tahu, 2) ekplorasi lingkungan secara terprogam, 3) tersedia media komunikasi atau informasi (media cetak atau elektronik). Mustari (2011 : 103) berpendapat bahwa kurioritas (rasa ingin tahu) adalah emosi yang dihubungkan dengan perilaku mengorek secara alamiah seperti eksplorasi, investigasi, dan belajar. Rasa ingin tahu terdapat pada pengalaman manusia dan binatang, Istilah itu juga dapat digunakan untuk menunjukkan perilaku itu sendiri yang disebabkan oleh emosi ingin tahu, karena emosi ini mewakili kehendak untuk mengetahui hal-hal baru, rasa ingin tahu bisa diibaratkan bensin” atau kendaraan ilmu dan disiplin lain dalam studi yang dilakukan oleh manusia Rasa ingin tahu yang kuat merupakan motivasi kaum ilmuwan. Sifatnya yang bersifat heran dan kagum, rasa ingin tahu telah membuat manusia ingin menjadi ahli dalam suatu bidang pengetahuan. Manusia itu seringkali bersifat ingin tahu, namun tetap saja ada yang terlewati dari perhatian mereka. Rasa ingin tahu dapat digabungkan dengan kemampuan untuk berpikir abstrak, membawa pada peniruan, fantasi dan imajinasi yang akhirnya membawa pada cara manusia berpikir yaitu abstrak, sadar diri atau secara sadar. Rasa ingin tahu ini membuat bekerjanya kedua jenis otak, yaitu otak kiri dan otak kanan, yang satu adalah kemampuan untuk memahami dan mengantisipasi informasi, sedang yang lain adalah menguatkannya dan mengencangkan memori jangka panjang untuk informasi baru yang mengejutkan. Dari pengertian di atas peneliti berpendapat bahwa rasa ingin tahu adalah sebuah sikap yang dimiliki oleh setiap individu untuk mempelajari sesuatu hal yang belum mereka ketahui untuk dipelajari lebih dalam, agar nantinya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, orang lain atau lingkungan sekitar. 2. Pendidikan Rasa Ingin Tahu Mustari (2011: 109) berpendapat bahwa untuk mengembangkan rasa ingin tahu pada anak, kebebasan si anak itu sendiri harus ada untuk melakukan dan melayani rasa ingin tahunya. Kita tidak bisa begitu saja menghardik mereka kita tidak tahu atau malas saat bertanya. Yang lebih baik adalah kita berikan kepada mereka cara-cara untuk mencari jawaban. Misalnya, apabila pertanyaan tentang Bahasa Inggris, berilah kepada anak itu kamus; apabila pertanyaan tentang pengetahuan, berilah mereka Ensiklopedia; dan begitu seterusnya. 3. Sumber Rasa Ingin Tahu Hadi dan Permata (2010 : 6-8) berpendapat ada tiga sumber rasa ingin tahu yaitu : a. Kebutuhan Rasa ingin tahu, muncul dari kesadaran kita akan kondisi masyarakat yang terdapat di sekitar ataupun sesuatu yang kita alami sehari-hari. Rasa penasaran dan inginn tahu biasa kita alami jika ada suatu persoalan yang belum terselesaika, yang misalnya karena mayarakat tidak mampu menanganinya. Ketidakmampuan ini biasanya disebabkan karena pengetahuan dan sumber daya yang minim. Kondisi yang demikian dapat mendorong kita untuk mencari jawaban atau solusi persoalan tersebut. Disinilah rasa ingin tahu mulai beraksi. Orang akan mencari cara utnuk mengatasi persoalan tersebut. Cara mengatasi persoalan tersebut bisa dilakukan dengan membaca berbagai sumber yang berhubungan ataupun bertanya kepada orang yang berkapasitas. b. Keanehan Keanehan berasal dari kata dasar aneh. Kata ini memiliki makna sesuatu yang dianggap tidak sesuai dengan apa yang umum dilihat maupun dirasakan karena berlawanan dengan kebiasaan atau aturan yang disepakati. Rasa ingin tahu, bisa muncul kalau orang tersebut memandang ada suatu hal yang dianggap salah secara umum, namun tetap berlangsung di masyarakat. Misalnya, ada suatu perilaku masyarakat yang bertentangan dengan nilai-nilai moral, hukum, ataupun agama. d. Materi Tema Indahnya Kebersamaan Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku Pembelajaran 4 Penelitian akan dilaksanakan pada Tema Indahnya Kebersamaan Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku di kelas IV SDN Leuwiliang pada pembelajaran 4 dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai yaitu Discovery Learning atau model penemuan. Berikut adalah uraian materi pada pembelajaran tersebut : 1. Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku pada Pembelajaran 4 Di pembelajaran 4 subtema keberagaman budaya bangsaku yang berfokus pada pembelajarannya adalah IPA, PPKN dan IPS. Semuanya dirangkai menjadi sebuah pembelajaran yang runtut dan bermakna. Alat Musik Tradisional Selain kaya akan budaya, tarian, dan makanan khas daerah, Indonesia juga kaya akanjenis alat musik. Berikut adalah contoh alat musik yang dimiliki oleh berbagai suku di Indonesia. Cara memainkannya berbeda-beda. Kecapi berasal dari Jawa Barat, dimainkan dengan cara dipetik. Angklung juga berasal dari Jawa Barat, dimainkan dengan cara digetarkan. Saluang berasal dari Sumatera Barat dimainkan dengan cara ditiup. Kendang dari Jawa Barat dan tifa dari Papua dimainkan dengan cara dipukul. Bagaimana cara menghasilkan bunyi yang lebih keras atau lebih pelan? Segala macam bentuk bunyi berasal dari benda yang bergetar. Getaran dari suatu benda akan mengakibatkan udara di sekitarnya bergetar. Getaran tersebut menimbulkan gelombang bunyi di udara. Benda-benda yang bergetar dan menghasilkan bunyi disebut sumber bunyi. Bunyi dapat merambat melalui benda padat, cair, dan gas. Akan tetapi, bunyi tidak dapat merambat pada ruang hampa. Bunyi hanya dapat didengar pada frekuensi antara 20 sampai dengan 20.000 Hz yang disebut frekuensi audioatau frekuensi pendengaran manusia. Di bawah frekuensi 20 Hz disebut frekuensi infrasonik. Di atas 20.000 Hz disebut ultrasonik B. Kerangka Berpikir Meningkatkan rasa ingin tahu peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning pada Tema indahnya Kebersamaan Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku pada pembelajaran 4 di kelas IV SDN Leuwliang kabupaten Sumedang tahun ajaran 2014/2015 yang menjadi subjek penelitian ini mengenai meningatkan rasa ingin tahu peserta didik dalam Tema indahnya Kebersamaan Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku pada pembelajaran 4 di kelas IV SDN Leuwliang kabupaten Sumedang. Saat ini kondisi siswa kelas IV SDN Leuwiliang dalam kerja sama kelompok di dalam kelas, kurang memiliki rasa toleransi, kebersamaan dan bersifat individualis. Para siswa juga kurang bersosialisasi, keberanian dan berkomunikasi, tidak saling membantu belajar materi akademis, Ini berpengaruh terhadap aktivitas mereka dikelas yang tidak kondusif. Dan rasa ingin tahu yang mereka miliki kuarang dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran sehingga peserta didik hanya menunggu pemahaman dan menyamapian materi ari guru saja tidak mau mencari tahu sendiri dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, pada saat pembelajaran dilaksanakan guru lebih dominan menggunakan metode ceramah. Sehingga nilai yang diperoleh masih ada yang berada di bawah nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang sudah ditentukan. Sehingga dari uraian tersebut apabila ditelaah secara dalam, sangatlah jelas bahwa hubungan yang erat antara menngatkan rasa ingn tahu peserta didik tentang Tema indahnya Kebersamaan Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku pada pembelajaran 4 di kelas IV SDN Leuwliang kabupaten Sumedang dengan penerapan model pembelajaran Discovery Learning. Adapun hubungan langsung sebab akibat bahwa model pembelajaran Discovery Learning diperkirakan mampu meningkatkan rasa ingin tahu peserta didik dalam Tema indahnya Kebersamaan Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku pada pembelajaran 4 di kelas IV SDN Leuwliang kabupaten Sumedang, adapun hubungan tersebut dapat digambarkan dengan bagan berikut: BAGAN 2.1 BAGAN KERANGKA BERPKIR C. Hipotesis Tindakan 1. Jika perencanaan pembelajaran disusun dengan menggunakan sintax model Discovery Learning maka kerja sama dan hasil belajar peserta didik kelas IV SDN Leuwiliang pada Tema Indahnya Keberagaman subtema Keberagaman Budaya Bangsaku Pembelajaran 4 dapat meningkat. 2. Jika pembelajaran pada Tema Indahnya Keberagaman subtema Keberagaman Budaya Bangsaku dengan menggunakan langkah-langkah model Discovery Learning maka Rasa ingin tahu peserta didik kelas IV SDN Leuwiliang dapat meningkat. 3. Jika pembelajaran pada Tema Indahnya Keberagaman subtema Keberagaman Budaya Bangsaku dengan menggunakan model Discovery Learning maka kerja sama peserta didik kelas IV SDN Leuwiliang dapat meningkat. 4. Jika pembelajaran pada Tema Indahnya Keberagaman subtema Keberagaman Budaya Bangsaku dengan menggunakan model Discovery Learning maka hasil belajar peserta didik kelas IV SDN Leuwiliang dapat meningkat. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di SDN Leuwiliang yang berlokasi di dusun Leuwiliang, desa Sindulang, kecamatan Cimanggung, kabupaten Sumedang. Penentuan tempat diharapkan memberi kemudahan khususnya menyangkut pengenalan lingkungan yang berhubungan dengan peserta didik sebagai objek penelitian atau personal yang membantu kelancaran kegiatan penelitian dalam meningkatkan rasa ingin tahu peserta didik pada tema indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku pembelajaran 4 di SDN Leuwiliang kabupaten Sumedang. Adapun data bangunan sekolah sebagai berikut: TABEL 3.1 DATA BANGUNAN SDN LEUWILIANG KABUPATEN SUMEDANG No Nama Ruangan Jumlah Ruangan Jumlah Kondisi Ruangan Ket Baik Rusak Ringan Rusak Berat 1 R. Kepala Sekolah 1 √ 2 R. Guru 1 √ 3 R. Kelas 6 √ 4 R. Penjaga Sekolah 1 √ 5 R. Perpustakaan 1 √ 6 KMC. Kep. Sekolah/Guru 1 √ 7 KMC. Peserta Didik 3 √ 8 Tempat Olahraga 1 √ 9 Dapur 1 √ 10 Gudang 1 √ 2. Kondisi Peserta Didik Penelitian dengan penggunaan model pembelajaran Discovery Learning untuk meningkatkan rasa ingin tahu siswa pada pembelajaran tematik tema 1, subtema 1, pembelajaran 4 di kelas IV SDN Leuwiliang kab.Sumedang dengan jumlah siswa 197 orang dari kelas I samapai kelas VI. Seperti yang tertera dalam tabel di bawah ini. TABEL 3.2 KEADAAN PESERTA DIDIK SDN LEUWILIANG KABUPATEN SUMEDANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 No Kelas Jenis Kelamin Jumlah L P 1 I 14 18 32 2 II A 8 12 20 3 II B 10 9 19 4 III 18 16 34 5 IV 13 14 27 6 V 16 19 35 7 VI 14 16 30 Jumlah Peserta Didik 93 104 197 3. Kondisi Guru Berdasarkan dari data sekolah SDN Leuwiliang kabupaten Sumedang, tabel keadaan kepala sekolah dan guru-guru yang bertugas saat ini seperti tercantum di bawah ini. TABEL 3.3 KONDISI GURU SDN LEUWILIANG KABUPATEN SUMEDANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 No Nama Guru-Guru NIP Jenis Kelamin Jabatan Tugas Mengajar P L 1 Yana Suryana, S.pd 196503101986101002 L Kepsek 2 Dede Suryani P Guru 1 3 Dede Lesmanawati P Guru 2 a 4 Irma Sri Maryam P Guru 2 b 5 Ujang Sulaeman, S.Pd L Guru 3 6 Siti Murtika, S.Pd P Guru 4 7 Yane Agriati P Guru 5 8 Wahidi, S.Pd.SD L Guru 6 9 Suryana L Guru PAI 10 Agus Mulyana L Guru MULOK 11 Deti Fitriani P Guru TU 12 Deni Ali Karya L Guru PJOK 13 Dede Yoyo L Penjaga 4. Kondisi Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana SDN Leuwiliang kabupaten Sumedang sangat mendukung untuk melakukan kegiatan pembelajaran yaitu dengan adanya sarana yang telah dilengkapi dengan media seperti berbagai macam alat peraga seperti proyektor, lapangan olahraga, dan alat peraga lainnya serta di dorong keinginan orangtua peserta didik yang baik. Hal tersebut memudahkan peneliti untuk melakukan perbaikan proses dan hasil belajar dalam penelitian mengenai peningkatan rasa ingin tahu siswa pada tema indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku pembelajaran 4. 5. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada hari pembelajaran 4. Peneliti berkolarasi guru kelas IV. Guru kelas IV berindak sebagai pengamat selama penelitian melakukan rangkaian peroses penelitian dalam proses penelitian pembelajaran mengenai tema indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku pembelajaran 4 pada peserta didik kelas IV Sekolah Dasar Negeri Leuwiliang desa Sindulang kecamatan Cimanggung kabupaten Sumedang Tahun Pelajaran 2014/2015. Penentuan waktu diharapkan memberi kemudahan khususnya dalam penelitian yang akan dilaksanakan yang berhubungan dengan peserta didik sebagai objek penelitian yang akan membantu kelancaran kegiatan penelitian dalam mengenalkan materi pada tema indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku pembelajaran 4 melalui penggunaan model pembelajaran Discovery Learningdalam meningkatkan rasa ingin tahu peserta didik kelas IV SDN Leuwiliang kabupaten Sumedang. TABEL 3.4 JADWAL PENELITIAN No Rencana Kegiatan Agustus (Minggu ke) September (Minggu ke) Oktober (Minggu ke) 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Persiapan Permintaan izin Kepala Sekolah Permintaan kerjasama dengan guru kelas IV Pembuatan Surat Izin Penelitian dari Kesbang dan Dinas Pendidikan 2 Pelaksanaan Penelitian Siklus I Tahap Perencanaan Tahap Tindakan Tahap Observasi Tahap Refleksi 3 Pelaksanaan Penelitian Siklus II Tahap Perencanaan Tahap Tindakan Tahap Observasi Tahap Refleksi 4 Pelaksanaan Penelitian Siklus III Tahap Perencanaan Tahap Tindakan Tahap Observasi Tahap Refleksi 5 Penyusunan Laporan Skripsi 6 Finalisasi Draft Skripsi 7 Sidang Skripsi B. Desain dan Prosedur Penelitian Prosedur penelitian ini mengacu pada tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas (PTK).PTK merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru yang mempunyai masalah di dalam kelasnya.Menurut Sukidin dkk.(2010: 16), “PTK merupakan suatu bentuk kajian reflektif oleh pelaku tindakan dan PTK dilakukan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi praktik-praktik pembelajaran yang telah dilakukan”. Menurut John Elliot (Takari,2010:5) PTK ialah kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya. Dalam situasi darurat dan membantu pencapaian tujuan ilmu sosial dengan kerjasama dalam kerangka etika yang disepakati bersama. Ebbut (Wiriaatmadja, 2012:12) mengungkapkan penelitian tindakan kelas adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran bedasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut. Menurut Hopkins (Muslich, 2012:8) PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif, yang dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kemantapan rasional dan tindakan-tindakannya dalam melaksanakan tugas dan memperdalam pemahaman terhadap kondisi dalam praktik pembelajaran. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, penelitian tindakan kelas adalah upaya dalam memperbaiki tindakan-tindakan pembelajaran berdasarkan refleksi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif bedasarkan tujuan pendidikan yang harus dicapai dengan memperdalam pemahaman terhadap kondisi dalam pembelajaran. Berdasarkan pengertian di atas, PTK bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran serta membantu pemberdayakan guru dalam memecahkan masalah pembelajaran di sekolah. Banyak manfaat yang dapat dipetik dari pelaksanaan PTK. Manfaat tersebut antara lain sebagai berikut: 1. Dengan pelaksaan PTK akan terjadi peningkatan kompetensi guru dalam mengatasi masalh pembelajaran yang menjadi tugas utamanya. 2. Dengan pelaksaan PTK akan terjadi peningkapan sikap propesional guru. 3. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan peningkatan kinerja belajar dan kompetensi siswa. 4. Dengan pelaksaan PTK akan terjadi perbaikan dan peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas. 5. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan peningkatan kualitas penggunaan media, alat bantu belajar, dan sumber belajar lainnya. 6. Dengan pelaksaan PTK akan terjadi perbaikan dan peningkatan kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan utuk mengukur proses dan hasil belajar peserta didik. 7. Dengan pelaksaan PTK akan terjadi perbaikan dan pengembangan pribadi peserta didikdi sekolah. 8. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan peningkatan kualitas penerapan kurikulum. Adapun, karakteristik PTK dapat di jabarka sebagai berikut: 1. Masalh PTK berawal dari guru PTK harus diilhami oleh permaslahan praktis yang dihayati oleh guru sebagai prilaku pembelajaran dikelas. 2. Tujuan PTK adalah pebaikan pembelajaran Dengan PTK, guru akan berupaya untuk memperbaiki praktik pembelajaran agar menjadi lebih efektif. 3. PTK adalah penelitian yang bersifat kolaboratif Guru tidak harus sendirian dalm upaya memperbaiki praktik pembelajaran di kelas. 4. PTK adalah jenis penelitian yang memunculkan adanya tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar dikelas. Tindakan-tindakan tertentu tersebut dapat berupa penggunaan metode pembelajaran tertentu, penerapan strategi pembelajaran tertentu, pemakaian media dan sumber tertentu, jenis pengelolaan kelas tertentu, atau hal-hal yang bersifat inovatif lainnya. 5. PTK dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik pendidikan. Hal ini terjadi karena setelah meneliti sendiri dikelas dengan melibatkan siswa akan memperoleh sistematis yang bagus untuk perbaikan praktik pembelajaran. Keterkaitan rencana penenlitian yang akan dilakukan, penulis tertarik untuk melakkan penenlitian kelas di SDN Leuwiliangkabupaten Sumedangdalam Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Rasa Ingin Tahu Pada Pembelajaran Tematik dalam pada tema indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku pembelajaran 4 di kelas IV. Prosedur penelitian ini mengacu pada tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas (PTK).PTK merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru yang mempunyai masalah di dalam kelasnya.PTK termasuk ke dalam penelitian deskriptif.Hal ini sejalan dengan pendapat Sukardi dalam Muliawan (2010: 104) “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berisi pemaparan, penjelasan dan atau penggambaran fakta kenyataan pendidikan di lapangan”. Adapun dalam penelitian ini, masalah yang ada di lapangan adalah rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa untuk mengenal permasalahan sosial di kelas IV SDN Leuwiliang 4 kabupatenSumedang. Sedangkan alternatif pemecahannya adalah menerapkan model Discovery Learning. Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Hopkins yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus yang berikutnya.Setiap siklusmeliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan),dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.Gambar model penelitian tindakan kelas oleh Hopkins. Penjelasan alur di atas adalah: Gambar 3.1 Siklus Rencana Tindakan Kelas Model Penelitian Hopkins Menurut Hopkins (Muslich, 2012:8) PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif, yang dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kemantapan rasional dan tindakan- tindakannya dalam melaksanakan tugas dan memperdalam pemahaman terhadap kondisi dalam praktik pembelajaran. ModelHopkins disusun secara rinci, dalam kenyataan praktik dilapangan setiap pokok bahasan biasanya tidak akan dapat diselesaikan dalam satu langkah, tetapi akan diselesaikan dalam beberapa tahap itulah yang menyebabkan penulis menggunakan dalam pelaksaan penelitian dengan model Hopkins. Adapun dalam penelitian ini, penelitian akan melaksanakan sebanyak tiga siklus. Siklus I 1. Perencanaan adalah persiapan yang dilakukan sebelum pelaksanaa PTK (Penelitian Tindakan Kelas), antara lain: a. Penulis melakukan analisi kurikulum 2013 untuk mengetahui kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik kelas IV SDN Leuwiliang kabupaten Sumedang. b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). c. Membuat media pembelajaran dalam rangka implementasi PTK. d. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) siklus I. e. Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus PTK. f. Menyusun alat evaluasi pembelajaran. 2. Pelaksanaan Tindakan a. Membahas materi dalam tema Indahnya Kebersamaansubtema Keberagaman Budaya Bangsaku Pembelajaran 4 melalui tanya jawab. b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran mengenal alat musik tradisional dan cara mebunyikannya melalui kegiatan percobaan. c. Memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) d. Memberikan tes kemaampuan pengetahun dalam merangsang rasa ingin tahu siswa dalam kinerja peserta didik. 3. Pengamatan atau observasi Pengamatan atau observasiyang dilakukan merupakan suatu tindakan pengambilan data dalam pelaksanaan PTK untuk merekam segala sesuatu dalam penenlitian dalam menggunkan alat bantu atau tidak merupakan penafsiran teori untuk mengetahui sejauh mana tindakan yang telah mencapai sasaran. 4. Refleksi Refleksi dilakukan untuk mengumpulkan data hasil observasi untuk mengetahui sejauhmana tingkat keberhasilan pembelajaran dan menarik kesimpulan dan penenlitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan. Refleksi dilakukan untuk mengetahui hasil dari siklus I, menegtahui peningkatan yang ingin dicapai dalam pembelajaran siklus I sebagai masukan untuk pelaksanaan tindakan siklus II. Siklus II 1. Perencanaan Penulis membuat perencanaan pelajaran berdasarkan hasil refleksi dalam siklus I pada peserta didik kelas IV SDN Leuwiliangkabupaten Sumedang. 2. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan kegiatan ini melakukan pembelajaran berdasarkan rencana dalam siklus I pada peserta didik kelas IV SDN Leuwiliang kabupaten Sumedang. 3. Pengamatan atau observasi Penulis melakukan pengamatan atau observasi terhadap aktifitas pembelajaran pada siklus II, untuk mengetahui keberhasilan dan pembelajaran yang diberikan pada peserta didik. 4. Refleksi Penulis melakukan refleksi terhadap siklus II, menganalisis, membuat kesimpulan pelaksanaan pembelajaran, serta memperbaiki masalah yang diteliti dalam Pelaksanaan Tindakan Kelas. Siklus III 1. Perencanaan Penulis membuat perencanaan pelajaran berdasarkan hasil refleksi dalam siklus II pada peserta didik kelas IV SDN Leuwiliang kabupaten Sumedang. 2. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan kegiatan ini melakukan pembelajaran berdasarkan rencana dalam siklus II pada peserta didik kelas IV SDN Leuwiliang kabupaten Sumedang. 3. Pengamatan atau observasi Penulis melakukan pengamatan atau observasi terhadap aktifitas pembelajaran pada siklus III, untuk mengetahui keberhasilan dan pembelajaran yang diberikan pada peserta didik. 4. Refleksi Penulis melakukan refleksi terhadap siklus III, menganalisis, membuat kesimpulan pelaksanaan pembelajaran, serta memperbaiki masalah yang diteliti dalam Pelaksanaan Tindakan Kelas. C. Subjek dan Objek Penenlitian Subjek penelitian ini adalah perserta didik kelas IV SDN Leuwiliang kab.Sumedang, yang berjumlah 27 peserta didik terdiri atas terdiri atas 13 peserta didik laki-laki dan 14 peserta didik perempuan. Subjek penelitian ini sebagi heterogen dilihat dari Keberanian dalam mengungkapkan Rasa Ingin tahu dengan cara bertanya, yakni ada sebagian peserta didik yang mempunyai Keberanian dalam mengungkapkan Rasa Ingin tahu dengan cara bertanya ataupun mencari dan mengamati yang tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Keberanian dalam mengungkapkan Rasa Ingin tahu dengan cara bertanya ataupun mencari dan mengamati tersebut dapat menjadi sebagai kendal dalam kegiatan pembelajaran, namun kegiatan pembelajaran Tematik yang masih baru diterpakan belum berjalan secara heterogen, karena masih banyak yang mengunakan metode sebelumnya sehingga menyebabkan Keberanian dalam mengungkapkan Rasa Ingin tahu dengan cara bertanya ataupun mencari dan mengamati peserta didik sangat rendah. Adapun Keberanian dalam mengungkapkan Rasa Ingin tahu dengan cara bertanya ataupun mencari dan mengamati sebagai variabel terkiatyang menjadi obyek dalam penenlitian dapat dipengaruhi oleh model pembelajaran Discovery Learning yang menjadi subjek sehingga dapat memberi pengaruh terhadap Keberanian dalam mengungkapkan Rasa Ingin tahu dengan cara bertanya ataupun mencari dan mengamati peserta didik. Sebagai alternatif dalam memecahkan masalah terhadap rendahnya Keberanian dalam mengungkapkan Rasa Ingin tahu dengan cara bertanya ataupun mencari dan mengamati peserta didik, peneliti mencoba menerapkan penedekatan Discovery Learningsebagai salah satu cara untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran tematik terpadu khususnya pada tema indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku pembelajaran 4 dengan harapan dapat meningkatkan Keberanian dalam mengungkapkan Rasa Ingin tahu dengan cara bertanya ataupun mencari dan mengamati peserta didik. Berdasarkan uraian di atas memperlihatkan adanya hubungan antara Keberanian dalam mengungkapkan Rasa Ingin tahu dengan cara bertanya ataupun mencari dan mengamati pada tema indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku pembelajaran 4 denagn model pembelajaran Dicovery Learning. Dengan demikian telaah-telaahtersebut telah mempersiapkan bahwa Keberanian dalam mengungkapkan Rasa Ingin tahu dengan cara bertanya ataupun mencari dan mengamati dengan model pembelajaran Dicovery Learning dengan sarana dan prasarana serta lingkungan sekitar dapat mendukung dalm kelancaran pencapaian tujuan pembelajaran kurukulum 2013. D. Operasionalisasi Variabel Data yang di kumpulkan pada penelitian ini berupa data utama dan data pendukung. Data utama adalah guru dan siswa kelas IV SDN Leuwiliang kabupaten Sumedang tahun pelajaran 2014/2015. Data yang dikumpulkan tersebut berasal dari studi pustaka terhadap buku-buku nilai peserta didik serta dengan mengunakan cara observasi dan wawancara dengan guru siswa dan SDN Leuwiliang kabupaten Sumedang tahun pelajaran 2014/2015. Adapun data pendukung yang dikumpulakan adalah data dari teman sejawat yang sudah bersedia untuk melakukan observasi di SDN Leuwiliang kab.Sumedang. Dua hal yang menjadi objek penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas juga disebut variabel independen (variabel yang mempengaruhi). Pada penelitian variabel bebasnya adalah penggunaan model pembelajaran Discovery learning untuk meningkatkan Keberanian dalam mengungkapkan Rasa Ingin tahu dengan cara bertanya ataupun mencari dan mengamati dalam kegiatan belajar sehingga menghasilkan hasil belajar yang bagus. Variabel terikat merupakan variabel yang tergantung. Variabel terikat sering disebut dengan variabel denpenden. Variabel ini termasuk variabel tidak bebas dan merupakan variabel akibat. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan variabel terikat yaitu Untuk Meningkatkan Rasa Ingin Tahu Pada Pembelajaran Tematikpada tema indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku pembelajaran 4. E. Rancangan Pengumpulan Data dan Instrumen Penilaian 1. Pengumpulan Data Menurut Rowland (http://rowlandpasaribu.files.wodpress.com/ 2012/ 09/ teknik-pengumpulan-data.pdf, diakses pada tanggal 11 juni 2013) pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data merupakan salah satu aspek yang berperan dalam kelancaran dan keberhasilan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data dengan mencari sumber data. Sumber data merupakan suatu data yang terdapat dalam penelitian ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Adapun pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas terdiri dari: 1. Lembar Pen

Item Type: Thesis (Skripsi(S1))
Subjects: S1-Skripsi
Divisions: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > PGSD 2014
Depositing User: Iyas -
Date Deposited: 23 Jun 2016 04:29
Last Modified: 23 Jun 2016 04:29
URI: http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/4613

Actions (login required)

View Item View Item