PENGGUNAAN MODEL INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA TEMA SELALU BERHEMAT ENERGI SUBTEMA MACAM-MACAM ENERGI

ANA PURNAMA ARFIANA, 105060024 (2016) PENGGUNAAN MODEL INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA TEMA SELALU BERHEMAT ENERGI SUBTEMA MACAM-MACAM ENERGI. Skripsi(S1) thesis, FKIP UNPAS.

[img] Text
COVER.doc

Download (115kB)
[img] Text
LEMBAR PENGESAHAN.docx

Download (17kB)
[img] Text
MOTTO DAN PERSEMBAHAN.docx

Download (15kB)
[img] Text
LEMBAR PERNYATAAN.docx

Download (16kB)
[img] Text
ABSTRAK.docx

Download (21kB)
[img] Text
KATA PENGANTAR.docx

Download (35kB)
[img] Text
UCAPAN TERIMA KASIH.docx

Download (22kB)
[img] Text
DAFTAR ISI.docx

Download (30kB)
[img] Text
BAB I.docx

Download (37kB)
[img] Text
BAB II.docx

Download (92kB)
[img] Text
BAB III.docx
Restricted to Repository staff only

Download (48kB)
[img] Text
BAB IV.docx
Restricted to Repository staff only

Download (220kB)
[img] Text
BAB V.docx
Restricted to Repository staff only

Download (22kB)
[img] Text
DAFTAR PUSTAKA.docx

Download (20kB)
[img] Text
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.docx

Download (130kB)

Abstract

ABSTRAK Ana Purnama Arfiana 105060024 Penelitian dengan judul “Penggunaan Model Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Tema Selalu Berhemat Energi Subtema Macam-Macam Energi” bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa di Sekolah Dasar Negeri Leles 02 Kabupaten Garut, khususnya kelas IV SD, yang dilatar belakangi oleh hasil temuan dalam kegiatan observasi awal yaitu bahwa hasil rendahnya hasil belajar siswa yang belum memenuhi KKM yang ditetapkan. Desain penelitian ini menggunakan PTK yang terdiri dari dua siklus. Setiap siklusnya meliputi tahapan perencanaan, pelaksanan tindakan, observasi dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus 1 peserta didik berhasil meraih nilai rata-rata 33,8 dengan persentase ketuntasan sebesar 33,3%. Pada tindakan siklus 2 yang merupakan perbaikan dari hasil belajar pada siklus 1 mengalami peningkatan menjadi 81,5 dengan persentase ketuntasan sebesar 95%. Hal itu dikarenakan model pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan pendekatan belajar siswa aktif, yang dapat merangsang meningkatnya kualitas penddidikan. Siswa yang terlibat secara aktif dalam pembelajaran memiliki retensi yang lebih baik dan lebih mampu mengembangkan diri menjadi yang independen dibandingkan siswa yang belajar melalui ceramah. Kesimpulan yang diperoleh melalui penelitian ini adalah bahwa penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada tema Selalu Berhemat Energi subtema Macam-Macam Energi di kelas IV SD. Dengan demikian penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat dijadikan salah satu alternatif model pembelajaran untuk diterapkan pada pembelajaran. Kata Kunci: Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing, Hasil Belajar siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi sekarang ini, teknologi dan informasi berkembang dengan sangat cepat dan kompleks. Perkembangan ini tentu berpengaruh pada berbagai aspek pendidikan, merupakan suatu upaya menjembatani masa sekarang dengan masa yang akan datang dengan jalan memperkenalkan pembaharuan-pembaharuan. Sehingga hal itu menuntut adanya suatu perubahan yang cukup signifikan dan mampu berkompetisi dalam berbagai ruang lingkup, baik itu lokal, nasional maupun global. Pendidikan dasar sebagai salah satu jenjang pendidikan formal yang harus ditempuh peserta didik, juga dituntut untuk megadakan perubahan kearah yang lebih inovatif sesuai dengan tuntutan zaman tersebut. Berdasarkan perubahan zaman tersebut menuntut para guru harus bisa lebih kreatif dan berinovasi dalam melaksanakan proses pembelajaran. Hal itu dikarenakan proses pembelajaran merupakan kegiatan penting dalam upaya pengembangan potensi para peserta didik melalui berbagai ilmu yang diberikan dalam berbagai mata pelajaran. Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia, karena melalui pendidikan, manusia belajar untuk menjadi manusia seutuhnya. Pendidikan berpengaruh terhadap perubahan perilaku manusia. Secara khusus, pendidikan merupakan proses pembelajaran yang didapat siswa di lingkungan sekolah. Perkembangan teknologi dan informasi yang sangat cepat dalam berbagai aspek kehidupan termasuk dalam bidang pendidikan, merupakan suatu upaya untuk menjembatani masa sekarang dengan masa yang akan datang dengan jalan memperkenalkan pembaharuan-pembaharuan yang cenderung mengejar efisiensi dan efektifitas. Berdasarkan perubahan zaman tersebut menuntut para guru harus bisa lebih kreatif dan inovatif dalam melaksanakan pembelajaran, khususnya di sekolah dasar karena cenderung anak masih senang bermain, bila dibandingkan dengan aktivitas belajar. Pendidikan merupakan proses sistematis yang menjadikan manusia secara sadar mengembangkan aspek potensial dalam dirinya, kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pendidikan mengubah insan ummi (buta huruf) bertransformasi menjadi insan yang beradab berdasarkan cahaya ilmu sehingga Allah meninggikan kedudukannya beberapa derajat. Dalam proses pemerolehan ilmu pengetahuan, beberapa faktor penting perlu diperhatikan salah satunya adalah proses pembelajaran. Menurut Sanjaya (2006: 1), salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran. Sanjaya (2006: 2) menyatakan, aalam UU No 20 Tahun 2003 pasal 1 tentang Sisdiknas, dikatakan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Demikian pula dengan harapan kurikulum 2013 yang lebih menekankan praktik daripada hafalan. Sebab selama ini, anak-anak banyak terbebani hafalan, yang malah kurang meningkatkan kreativitas. Dengan Kurikulum 2013, pemerintah ingin menghasilkan bangsa Indonesia yang produktif, kreatif, dan afektif. Dalam kurikulum tersebut anak dibentuk agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Pembuatan Kurikulum 2013, berawal dari banyaknya orang yang mengeluh kalau anak-anak saat ini tidak memiliki keterampilan. Pendidikan di Indonesia baru mengantarkan mereka pada pencapaian tahap pengetahuan. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, guru dituntut menguasai berbagai kemampuan untuk mengembangkan diri secara professional dan mengembangkannya pada tahap-tahap kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah disusun. Pada tahap-tahap kegiatan pembelajaran seringkali terdapat masalah yang perlu diatasi. Salah satu masalah yang muncul adalah pada tahapan proses pembelajaran. Keberadaan masalah dalam proses pembelajaran tersebut maka peneliti merencanakan untuk melakukan suatu tindakan perbaikan pembelajaran. Pada usia sekolah dasar (6-12 tahun) anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual, atau kemampuan kognitif (seperti: membaca, menulis, dan menghitung). Sebagai seorang guru tidak hanya dituntut menguasai pengetahuan atau materi yang akan di sampaikan pada pembelajaran di kelas saja, akan tetapi guru harus dapat menguasai pendekatan, model pembelajaran, dan metode pembelajaran yang harus sesuai dengan keadaan siswa dan lingkungannya, sehingga dapat mendukung siswa untuk berfikir kritis, logis, pedagogik, menggunakan cara yang efektif, efisien serta dapat menumbuhkan diantaranya sikap disiplin, ilmiah, rasa tanggung jawab, percaya diri dan disertai iman dan taqwa. Dalam kegiatan belajar mengajar seharusnya guru bisa mengamati perkembangan anak didiknya, guru harus bisa menciptakan suasana belajar yang menyenangkan agar minat belajar dalam diri siswa pun meningkat. Selain itu guru harus bisa memilih metode yang tepat agar pembelajaran tidak hanya memakai metode ceramah. Karena jika terciptanya pembelajaran yang menyenangkan maka tujuan yang hendak dicapai akan terlaksana. Kenyataannya proses belajar mengajar (PBM) sangatlah berbeda dengan tujuan yang diharapkan, kami memperoleh gambaran pada saat proses belajar mengajar siswa kurang memperhatikan guru, lebih banyak mengobrol dengan teman sebangkunya. Jika ada pengajuan pertanyaan siswa tidak bisa menjawab, siswa lebih baik diam walaupun mereka tidak paham apa yang diterangkan guru. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada kelas IV di SDN Leles 02 Kecamatan Leles Kabupaten Garut . Pembelajaran yang dilaksanakan selama ini yaitu menggunakan pendekatan tradisional, pembelajaran hanya berpusat pada guru dan berlangsung satu arah. Pada zaman yang sudah maju ini pembelajaran dengan menggunakan metode satu arah atau ceramah kurang cocok diterapkan pada anak, karena metode tersebut kurang memicu siswa untuk belajar aktif dan berfikir kritis dalam menerima materi pembelajaran. Jika guru tetap menggunakan metode pembelajaran ceramah, siswa dalam pembelajaran di kelas akan lebih cepat bosan dalam menyimak materi dari guru. Dan dari hasil belajarnya pun yang mencapai KKM 70 hanya sebesar 41,12% dari 38 siswa. Sehubungan dengan permasalahan tersebut maka guru dalam pembelajaran di kelas harus menggunakan beberapa model pembelajaran yang menarik, dan bisa membuat siswa menjadi aktif, diantaranya adalah dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Menurut Kuhithau dan Carol (2006: 145) Model inkuiri terbimbing merupakan pendekatan instruksional, memberikan kerangka kerja, perencanaan dan implementasi berpikir dengan mengembangkan keahlian siswa dan mengakses sumber informasi secara efektif membangun pengetahuan. Model ini terencana secara seksama, benar-benar terkontrol yang bersifat instruksional dari guru memandu siswa melalui materi yang mendalam. Setiap model pembelajaran yang diterapkan dalam proses belajar mengajar memiliki kelebihan. Kelebihan dari model inkuiri terbimbing adalah meningkatkan potensi intelektual siswa, hal ini dikarebakan siswa diberi kesempatan untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari permasalahan yang diberikan dengan pengamatan dan pengalaman sendiri. Belajar melalui inkuiri dapat memperpanjang proses ingatan. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil peikiran sendiri akan lebih mudah diingat. Pengajaran menajadi terpusat pada siswa. Salah satu prinsip psikologi belajar menyatakan bahwa semakin besar keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, maka semakin besar pula kemampuan belajar siswa tersebut. Pembelajaran inkuiri terbimbing mulai dari strategi sampai dengan pemecahan masalah dilakukan oleh siswa sendiri. Penulis memilih model pembelajaran ini supaya siswa dapat terbiasa menemukan masalah dan memecahkan masalah dengan mandiri dan guru hanya sebagai fasilator atau pembimbing dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang membuktikan bahwa hasil belajar siswa meningkat dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing (Parmawati, 2012: 178 ) Dari beberapa hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa model inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa, karena dengan menerapkan model tersebut siswa akan saling bertukar pikiran ketika dihadapkan pada masalah yang membingungkan atau kurang jelas, siswa dituntut untuk bisa menganalisis strategi berpikir mereka dan saling bekerja sama dalam kelompoknya. Hal ini dapat meningkatkan motivasi belajar siswa untuk mengkaji dan menguasai pelajaran tema selalu berhemat energi subtema macam-macam energi sehingga nantinya akan meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk itulah peneliti menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing di kelas IV SDN Leles 02. Pembelajaran inkuiri terbimbing di kelas empat bisa kita lakukan dengan metode pembelajaran tematik sesuai dengan kurikulum 2013, metode ini menggabungkan antara satu pelajaran dengan pelajaran lain, dan menggunakan tema sehingga pembelajaran menjadi menarik, siswa aktif, efektif dalam pengelolaan waktu, dan menyenangkan karena siswa bisa belajar sambil bermain. Namun di sekolah-sekolah dasar yang ada di Indonesia pembelajaran tematik ini belum begitu dipahami sebagian guru, sehingga pembelajaran dengan metode tematik guru masih sulit untuk menerapkan dan melaksanakannya. Upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa harus dilaksanakan dalam proses pembelajaran demi tercapainya tujuan penyelenggara pendidikan dasar. Karena inti dari peningkatan mutu pendidikan adalah terjadinya peningkatan kualitas dalam proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas. Pendekatan belajar siswa aktif sebenarnya sudah sejak lama dikembangkan. Konsep ini didasari pada keyakinan bahwa hakekat belajar adalah proses membangun makna/pemahaman oleh siswa, terhadap pengalaman dan informasi yang disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan yang dimiliki) dan perasaannya. Dengan demikian siswalah yang harus aktif untuk mencari informasi, pengalaman maupun keterampilan dalam rangka membangun sebuah makna dari hasil proses pembelajaran. Dari permasalahan inilah peneliti termotivasi untuk mengambil judul “Penggunaan Model Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Tema Selalu Berhemat Energi Subtema Macam-Macam Energi” (Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelajaran 6 di Kelas IV Semester I SDN Leles 02 Kecamatan Leles Kabupaten Garut). B. Identifikasi Masalah Atas dasar latar belakang masalah sebagaimana telah diutarakan di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Sebagian besar siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang diharapkan. Hal tersebut dikarenakan siswa tidak diajak untuk melakukan pengamatan/ penyelidikan langsung atas obyek materi pembelajaran. 2. Pembelajaran tidak interaktif. Hal tersebut dikarenakan siswa tidak didorong untuk secara langsung berinteraksi dengan objek yang dipelajari dan berinteraksi dengan teman sebayanya untuk mendiskusikan hasil penyelidikan-nya. 3. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru. Guru mendominasi kegiatan pembelajara sehingga siswa kurang bereksplorasi dan mengeluarkan pendapat. C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah sebagaimana telah diutarakan di atas maka: 1. Rumusan Masalah Atas dasar latar belakang dan identifikasi masalah sebagaimana telah diutarakan di atas, maka masalah utama dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Apakah penggunaan model inkuiri terbimbing pada tema selalu berhemat energi subtema macam-macam energi dapat meningkatkan hasil belajar siswa?” 2. Pertanyaan Penelitian Mengingat rumusan masalah utama sebagaimana telah diutarakan di atas masih terlalu luas sehingga belum secara spesifik menunjukkan batas-batas mana yang harus diteliti, maka rumusan masalah utama tersebut kemudian dirinci dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut. a. Bagaimana hasil belajar siswa sebelum siswa mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri terbimbing? b. Bagaimana respon siswa selama siswa mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri terbimbing? c. Bagaimana aktivitas belajar siswa selama siswa mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri terbimbing? d. Bagaimana aktivitas guru selama guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri terbimbing? e. Bagaimana hasil belajar siswa setelah siswa mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri terbimbing? D. Pembatasan Masalah Memperhatikan hasil diidentifikasi masalah, rumusan masalah dan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah diutarakan, diperoleh gambaran dimensi permasalahan yang begitu luas. Namun, menyadari adanya keterbatasan waktu dan kemampuan, maka dalam penelitian ini penulis memandang perlu memberi batasan masalah secara jelas sebagai berikut. 1. Hasil belajar dan proses pembelajaran yang diukur dalam penelitian ini adalah aspek kognitip, afektip dan psikomotor. 2. Dari sekian banyak pokok bahasan pada subtema macam-macam energi, dalam penelitian ini hanya akan mengkaji atau menelaah pada pembelajaran 6. 3. Obyek dalam penelitian ini hanya akan meneliti pada siswa SD kelas IV di SD Negeri Leles 02 Kecamatan Leles Kabupaten Garut. 4. Alat peraga adalah alat bantu pada kegiatan belajar agar lebih efektif, menarik dan menyenangkan, serta materi akan lebih mudah dipahami siswa. E. Tujuan Penelitian Penelitian tindakan kelas ini ialah untuk memperoleh gambaran mengenai proses pembelajaran pada subtema macam-macam energi pembelajaran 6 di kelas IV dengan menggunakan model Inkuiri Terbimbing dalam meningkatkan hasil belajar siswa. 1. Dapat memperoleh gambaran perencanaan pembelajaran di kelas IV SD melalui model inkuiri terbimbing untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Dapat memperoleh gambaran pelaksanaan pembelajaran di kelas IV SD melalui model inkuiri terbimbing untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 3. Dapat memperoleh gambaran kendala-kendala apa saja yang terjadi pada pada penggunaan model inkuiri terbimbing dalam proses pembelajaran. 4. Dapat memperoleh gambaran apakah terjadi peningkatan hasil belajar dengan diterapkannya model inkuiri terbimbing dalam proses pembelajaran. 5. Guru dapat menggunakan hasil penelitian sebagai masukan untuk mengembangkan model pembelajaran dan memperbaiki kekurangan-kekurangan agar kualitas pembelajaran menjadi lebih baik. F. Manfaat Penelitian Hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini akan memberikan manfaat yang berarti bagi perseorangan/institusi dibawah ini: 1. Manfaat Teoritis: Dengan penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih terhadap pembelajaran tematik dalam bidang pendidikan, terutama dalam hasil belajar siswa pada tema selalu berhemat energi subtema macam-macam energi pembelajaran 6 melalui penggunaan model pembelajaram yaitu model inkuiri terbimbing. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar di sekolah sehingga nantinya dapat meningkatkan kualitas pendidikan nasional. 2. Manfaat Praktis: a. Bagi Guru : Penelitian ini merupakan merupakan masukan dalam memilih model pembelajaran yang tepat dalam mengajar tematik yang berorientasi pada peningkatan hasil belajar siswa. b. Bagi Siswa : Diharapkan siswa lebih menyukai lagi pembelajaran tematik dan dapat memberikan kesempatan untuk lebih aktif, kreatif dan mempunyai inisiatif sendiri dalam kegiatan pembelajaran. c. Bagi Sekolah:. Diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan dapat memberikan input yang bermanfaat untuk bahan pertimbangan dalam melaksanakan pembinaan bagi para guru untuk meningkatkan kreatifitas pembelajaran bagi siswa di masa mendatang. d. Bagi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar : Menambah wawasan bagi mahasiswa untuk menghadapi profesi sebagai guru Sekolah Dasar nanti. G. Paradigma atau Kerangka Pemikiran Pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan di kelas rendah dapat dicapai dengan menggunakan model inkuiri terbimbing karena pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu.. Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada siswa untuk memunculkan dinamika dalam pendidikan. Unit yang tematik adalah epitome dari seluruh bahasa pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk secara produktif menjawab pertanyaan yang dimunculkan sendiri dan memuaskan rasa ingin tahu dengan penghayatan secara alamiah tentang dunia di sekitar mereka. Keuntungan pembelajaran tematik bagi guru antara lain adalah sebagai berikut: 1. Tersedia waktu lebih banyak untuk pembelajaran. Materi pelajaran tidak dibatasi oleh jam pelajaran, melainkan dapat dilanjutkan sepanjang hari, mencakup berbagai mata pelajaran. 2. Hubungan antar mata pelajaran dan topik dapat diajarkan secara logis dan alami. 3. Dapat ditunjukkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kontinyu, tidak terbatas pada buku paket, jam pelajaran, atau bahkan empat dinding kelas. Guru dapat membantu siswa memperluas kesempatan belajar ke berbgai aspek kehidupan. 4. Guru bebas membantu siswa melihat masalah, situasi, atau topik dari berbagai sudut pandang. 5. Pengembangan masyarakat belajar terfasilitasi. Penekanan pada kompetisi bisa dikurangi dan diganti dengan kerja sama dan kolaborasi. Sedangkan manfaat pembelajaran tematik bagi siswa adalah siswa bisa menjadi lebih aktif dalam proses belajar mengajar di kelas, siswa tidak akan mudah cepat bosan, dan siswa akan dapat lebih mudah dalam memahami materi pelajaran, karena pembelajaran berlangsung menyenangkan. Berikut ini bentuk bagan kerangka berfikir untuk penelitian: Gambar 1.1 KERANGKA BERPIKIR H. Asumsi Berdasarkan kerangka pemikiran sebagaimana diyraikan di atas, maka asumsi dalam penelitian ini adalah: 1. Belajar melalui inkuiri siswa akan terlibat dalam proses mengorganisasi struktur pengetahuannya melalui penggabungan konsep-konsep yang sudah dimiliki sebelumnya dengan ide-ide yang baru didapatkan (Collins, 2002). 2. Proses inkuiri akan memotivasi siswa untuk terlibat langsung atau berperan aktif secara fisik dan mental dalam kegiatan belajar. Lingkungan kelas dimana siswa aktif terlibat dan guru berperan sebagai fasilitator pembelajaran sangat membantu tercapainya kompetensi dan tujuan pembelajaran (Mestre & Cocking, 2002). 3. Pendekatan belajar siswa aktif dapat merangsang meningkatnya kualitas pendidikan. Siswa yang terlibat secara aktif dalam pembelajaran memiliki retensi yang lebih baik dan lebih mampu mengembangkan diri menjadi yang independent dibandingkan siswa yang belajar melalui ceramah (Tessier, 2003). 4. Belajar melalui inkuiri dapat mengembangkan motivasi siswa menjadi lebih baik, memberikan kesempatan untuk belajar dengan mempraktekkan keterampilan intelektual, belajar berpikir rasional, memahami proses-proses intelektual dan belajar bagaimana cara belajar yang lebih baik (Orlich, 1998). Berdasarkan asumsi dan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah “penggunaan model inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada tema selalu berhemat energi subtema macam-macam energi”. I. Hipotesis Hipotesis secara umum dalam penelitian ini adalah “Jika Model Inkuiri Terbimbing digunakan pada tema selalu berhemat energi subtema macam-macam energi dalam pembelajaran 6 dikelas IV SDN Leles 02, maka hasil belajar siswa akan meningkat”. Sedangkan secara khusus, hipotesis pada penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 1. Langkah dalam merencanakan pembelajaran di kelas IV SDN Leles 02 Kecamatan Leles Kabupaten Garut tahun ajaran 2014/2015 dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing akan diimplementasikan dalam bentuk RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang didalamnya berisi langkah-langkah pembelajaran. 2. Langkah pembelajaran di kelas IV SDN Leles 02 Kecamatan Leles Kabupaten garut tahun ajaran 2013/2014 dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing peneliti akan menempuh langkah – langkah sebagai berikut : a. Siswa sebelum belajar diajak dulu untuk bernyanyi b. Pembelajaran menggunakan metode tematik c. Didalam pembelajaran menggunakan berbagai macam alat peraga yang menarik d. Siswa diajak untuk mengemukakan pendapat dengan pertanyaan pemahaman e. Didalam pembelajaran di buat sebuah permainan supaya siswa tidak jenuh f. Diakhri pembelajaran guru mengulang kembali pembahasan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa 3. Tanggapan yang akan disampaikan siswa di kelas IV SDN Leles 02 Kecamatan Leles Kabupaten Garut terhadap penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam pembelajaran di kelas, akan memberikan tanggapan baik, serta antusias untuk mengikuti pembelajaran. Hal ini dikarenakan siswa akan menganggap bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing sangat menyenangkan dan tidak membuat siswa bosan dalam melaksanakan pembelajaran di kelas 4. Penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IV SDN Leles 02 Kecamatan Leles Kabupaten Garut. Hal ini dikarenakan siswa tidak akan merasa bosan, serta menumbuhkan minat siswa untuk lebih aktif dalam belajar di kelas, dan hal ini berpengaruh pada meningkatnya hasil belajar siswa J. Definisi Operasional Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal berikut. 1. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik menurut Darsono (2002: 24-25) 2. Model Inkuiri Terbimbing adalah teori belajar yang didefinisikan bahwa siswa belajar dengan aktif membangun apa yang telah diketahuinya serta mengembangkan daya pikir yang lebih tinggi dengan serangkaian tahap menurut Kuhithau dan Carol (2006), 3. Hasil Belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22 dalam http:// www.sarjanaku.com/2011/03/pengertian-definisi-hasil-belajar.html). Kesimpulannya: Inkuiri Terbimbing adalah suatu model pembelajaran yang digunakan untuk membangun dan mengembangkan daya pikir siswa yang lebih tinggi melalui kemampuam-kemampuan hasil belajarnya. BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Model Pembelajaran Dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia, model merupakan pola atau acuan. Menurut Mills (Suprijono, 2010: 45) model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa model adalah suatu acuan yang digunakan dalam suatu proses tertentu baik secara individu maupun kelompok. Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata Instruction yang dalam bahasa Yunani disebut instructus atau Intruere yang berarti menyampaikan pikiran, dengan demikian arti instruksional adalah menyampaikan pikiran atau ide yang telah diolah secara bermakna melalui pembelajaran. Pengertian ini lebih mengarah kepada guru sebagai pelaku perubahan. Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning, sedangkan apabila dimaknai berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Sedangkan pembelajaran menurut Degeng adalah upaya untuk membelajarkan siswa (Uno, 2007: 2). Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan rangkaian kegiatan (proses) yang dilakukan oleh siswa agar terjadi proses belajar pada diri siswa atau peserta didik dalam mencapai suatu tujuan. Istilah Model pembelajaran dibedakan dari istilah strategi, metode, dan prinsip pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode, dan prinsip pembelajaran. Model pembelajaran berdasarkan blog Sofa dari: (http:// massofa. wordpress. com/2013/05/27/ model pembelajaran-berbasis-masalah-problem-based-learning diakses dalam laman web tanggal 29 maret 2014 pukul 18:49) adalah suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam setting tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Kegiatan belajar yang telah dirancang dan dilaksanakan dengan penuh keahlian guru dapat menghasilkan suasana dan proses pembelajaran yang efektif. Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar (Menurut Gunter et. Al., 1990:67, Joyce & Weil, 1980 dalam Adang Heriawan, 2012, h.1). Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik dalam mengkoordinasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar, yang berfungsi sebagai pedoman guru dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, mengelola lingkungan pembelajaran dan mengelola kelas. Dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran diperlukan perangkat pembelajaran yang dapat disusun dan dikembangkan oleh guru. Pernyataan ini terdapat dalam blog Sofa, P . (2013). Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). Diakses dalam laman web tanggal 29 maret 2014 pukul 18:49 dari: http:// massofa. wordpress. com/2013/05/27/ model pembelajaran-berbasis-masalah-problem-based-learning Model pembelajaran cenderung prespektif, dan relatif sulit dibedakan dengan strategi pembelajaran. An instructional strategy is a method for delivering instruction that is intented to help student achieve alearning objetive (Burden & Byrd, 1999: 85 dalam Adang Heriawan 2012, h.1). Model pembelajaran mempunyai makna lebih luas dari pada strategi, metode, atau prosedur pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode pembelajaran, yakni: 1. Rasional teoritis logis yang disusun oleh pendidik; 2. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai; 3. Langkah-langkah mengajar yang diperlukan agar model pembelajaran dapat dilaksanakan secara optimal; 4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat dicapai. Selain memperhatikan rasional teoritik, tujuan, dan hasil yang ingin dicapai, model pembelajaran memiliki lima unsur dasar menurut Joyce & Weil dalam Adang Heriawan (2012: 1), yaitu: 1. Syntax, yaitu langkah-langkah operasional pembelajaran; 2. Social system, adalah suasana dn norma yang berlaku dalam pembelajaran; 3. Principle of reaction, menggambarkan bagaimana seharusnya guru mendukung pembelajaran; 4. Support system, segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran; dan 5. Instructional dan nurturant effect, hasil belajar yang diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang disasar (instructional effect) dan hasil belajar di luar yang di sasar (nurturan teffects). B. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan. Ia menambahkan bahwa pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir reflektif. Jika berpikir menjadi tujuan utama dari pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara untuk membantu individu untuk membangun kemampuan itu. Pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran dimana siswa didorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan mendorong guru siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan siswa untuk menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Proses pembelajaran berbasis inkuiri ada tiga tahap. Tahap pertama, adalah belajar diskoveri, yaitu guru menyusun masalah dan proses tetapi memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi hasil alternatif. Tahap kedua, inkuiri terbimbing (Guided Inquiry), yaitu guru mengajukan masalah dan siswa menentukan penyelesaian dan prosesnya. Tahap ketiga, adalah inkuiri terbuka (Open Inquiry), yaitu guru hanya memberikan konteks masalah sedangkan siswa mengindentifikasi dan memecahkannya. Selanjutnya menurut Dimyati dan Mudjiono, Inkuiri merupakan pengajaran yang mengharuskan siswa mengolah pesan sehingga memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai. Model pembelajaran inkuiri merupakan pengajaran yang berpusat pada siswa. Dalam pengajaran ini siswa menjadi aktif belajar. Tujuan utama model inkuiri adalah mengembangkan keterampilan intelektual, berfikir kritis, dan mampu memecahkan masalah ilmiah. Menurut Sanjaya (2010b: 196), strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban yang sudah pasti dari suatu masalah yang ditanyakan. Proses berfikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan. Tiga hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri yaitu: 1. Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar 2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri. 3. Tujuan dari strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental (Sanjaya, 2010b: 197). Gulo dalam Trianto (2012: 137) menyatakan, bahwa inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan keterampilan inkuiri merupakan proses yang bermula dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, dan membuat kesimpulan. Menurut Wena (2012: 69), terdapat empat langkah utama atau tahapan didalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran inkuiri. Langkah-langkah itu ditunjukkan pada Tabel 2.1 Tabel 2.1 Tahapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing No. Tahapan Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa (1) (2) (3) (4) 1. Investigasi Memberikan permasalahan yang terkait dengan pembelajaran pada siswa. Membaca permasalahan secara umum, menganalisis masalah dan mengumpulkan data Mendorong dan membimbing siswa melakukan pengkajian/investigasi terhadap permasalahan Melakukan pengkajian/investigasi terhadap permasalahan Mendorong siswa aktif berfikir, belajar, dan mencipta, serta mengekplorasi. Menciptakan dan mengeksplorasi (1) (2) (3) (4) Mendorong siswa melakukan pengkajian lebih lanjut terhadap permasalahan yang ada, mengumpulkan data, mengkaji, mengklasifikasikan data, dan sejenisnya. Melakukan pengkajian lebih lanjut terhadap permasalahan yang ada, mengumpulkan data, mengkaji, mengklasifikasikan data, dan sejenisnya. 2. Penentuan Masalah Membimbing dan mengarahkan siswa untuk menentukan, memetakan masalah sesuai jenisnya. Memverifikasi da memetakan data dan menentukan masalah sesuai data yang ada. Membantu siswa untuk melihat keterkaitan antara kelompok/jenis masalah serta membuat pohon permasalahan yang sejenisnya. Melihat keterkaitan antara kelompok/jenis masalah dan membuat pohon permasalahan dan sejenisnya 3. Identifikasi Membantu siswa melakukan identifikasi dan verifikasi permasalahan. Melakukan identifikasi permasalahan, mengembangkan hipotesis, mencari berbagai alternatif pemecahan dan mengembangkan kesimpulan sementara. Mendorong siswa mengembangkan hipotesis. Mengembangkan hipotesis. Mendorong siswa mencari berbagai alternatif pemecahan masalah. Mencari berbagai alternatif pemecahan masalah. Mendorong siswa mencari berbagai alternatif pemecahan masalah Mencari berbagai alternatif pemecahan masalah. 4. Penyimpulan Mendorong siswa untuk mencari pemecahan masalah yang paling tepat/ sesuai. Menyimpulkan pemecahan masalah yang paling baik dan tepat untuk meyelesaikan soal yang ada. (1) (2) (3) (4) Membimbing siswa menganalisis (kelemahan dan kekuatan) berbagai kesimpulan yang telah dibuat. Menganalisis (kelemahan dan kekuatan) berbagai kesimpulan yang telah dibuat. Membimbing dan membantu siswa menetapkan suatu kesimpulan yang paling tepat. Menetapkan suatu kesimpulan yang paling tepat. Sumber: Wena (2012: 69) Menurut Sanjaya (2010: 306), pembelajaran inkuiri mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: 1. Orientasi Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah: a. Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa. b. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan. c. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa. 2. Merumuskan Masalah Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir. 3. Merumuskan Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. 4. Mengumpulkan Data Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. 5. Menguji hipotesis Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan. 6. Merumuskan Kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan. Alasan rasional penggunaan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri adalah bahwa siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai pembelajaran dan akan lebih tertarik terhadap pembelajaran jika mereka dilibatkan secara aktif dalam “melakukan” penyelidikan. Investigasi yang dilakukan oleh siswa merupakan tulang punggung pembelajaran dengan pendekatan inkuiri. Investigasi ini difokuskan untuk memahami konsep-konsep pembelajaran dan meningkatkan keterampilan proses berpikir ilmiah siswa. Sehingga diyakini bahwa pemahaman konsep merupakan hasil dari proses berpikir ilmiah tersebut. Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri yang mensyaratkan keterlibatan aktif siswa diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar dan sikap anak terhadap pelajaran pembelajaran, khususnya kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis siswa. Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri merupakan pendekatan pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar, peranan guru dalam pembelajaran dengan pendekatan inkuiri adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi. Dalam mengembangkan sikap inkuiri di kelas, guru mempunyai peranan sebagai konselor, konsultan dan teman yang kritis. Guru harus dapat membimbing dan merefleksikan pengalaman kelompok melalui tiga tahap: (1) Tahap problem solving atau tugas; (2) Tahap pengelolaan kelompok; (3) Tahap pemahaman secara individual, dan pada saat yang sama guru sebagai instruktur harus dapat memberikan kemudahan bagi kerja kelompok, melakukan intervensi dalam kelompok dan mengelola kegiatan pengajaran. Kendatipun metode ini berpusat pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap memegang peranan penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru berkewajiban menggiring peserta didik untuk melakukan kegiatan. Kadang kala guru perlu memberikan penjelasan, melontarkan pertanyaan, memberikan komentar, dan saran kepada peserta didik. Guru berkewajiban memberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang kondusif, dengan menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang bervariasi. Model Inkuiri adalah model yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar. Inkuiri menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif (Mulyasa, 2003 :234). Inkuiri pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami. Karena itu inkuiri menuntut peserta didik berfikir. Metode ini melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual. Metode ini menuntut peserta didik memproses pengalaman belajar menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan demikian , melalui metode ini peserta didik dibiasakan untuk produktif, analitis , dan kritis. C. Strategi Pelaksanaan Model Inkuiri Terbimbing Langkah-langkah dalam proses Inkuiri adalah menyadarkan keingintahuan terhadap sesuatu, mempradugakan suatu jawaban, serta menarik kesimpulan dan membuat keputusan yang valid untuk menjawab permasalahan yang didukung oleh bukti-bukti. Berikutnya adalah menggunakan kesimpulan untuk menganalisis data yang baru (Mulyasa, 2005: 235). Strategi pelaksanaan inkuiri adalah: 1. Guru memberikan penjelasan, instruksi atau pertanyaan terhadap materi yang akan diajarkan. 2. Memberikan tugas kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan, yang jawabannya bisa didapatkan pada proses pembelajaran yang dialami siswa. 3. Guru memberikan penjelasan terhadap persoalan-persoalan yang mungkin membingungkan peserta didik. 4. Resitasi untuk menanamkan fakta-fakta yang telah dipelajari sebelumnya. 5. Siswa merangkum dalam bentuk rumusan sebagai kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan (Mulyasa, 2005: 236). Menurut Roestiyah (2001: 75) tentang model pembelajaran inkkuiri, menjelaskan bahwa model pembelajaran inkuiri merupakan suatu teknik atau cara yang dipergunakan guru untuk mengajar di depan kelas, dimana guru membagi tugas meneliti suatu masalah ke kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan, kemudian mereka mempelajari, meneliti, atau membahas tugasnya di dalam kelompok. Setelah hasil kerja mereka di dalam kelompok didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik. Akhirnya kesimpulan yang terakhir bila masih ada tindak lanjut yang harus dilaksanakan, hal itu perlu diperhatikan. D. Keunggulan dan Kelemahan Model Inkuiri Terbimbing 1. Keunggulan Model Inkuiri Terbimbing Menurut Mulyasa (2005: 240) keunggulan model inkuiri terbimbing, yaitu: a. Dapat membentuk dan mengembangkan konsep dasar kepada siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar ide-ide dengan lebih baik. b. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru. c. Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersifat jujur, obyektif, dan terbuka. d. Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri. e. Situasi pembelajaran lebih menggairahkan. f. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. g. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri. h. Menghindarkan diri dari cara belajar tradisional. i. Dapat memberikan waktu kepada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi. 2. Kelemahan Model Inkuiri Terbimbing Menurut Mulyasa (2005: 245) kelemahan model inkuiri terbimbing, yaitu: a. Memerlukan waktu yang cukup lama. b. Tidak semua materi pelajaran mengandung masalah c. Memerlukan perencanaan yang teratur dan matang d. Tidak efektif jika terdapat beberapa siswa yang pasif. E. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Menurut Nana Sudjana (1999: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut Syuaeb Kurdi dan Abdul Aziz (2006: 27) hasil belajar merupakan perubahan perilaku baik peningkatan pengetahuan, perbaikan sikap, maupun peningkatan keterampilan yang dialami siswa setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran. Gagne (2005) mengemukakan lima kategori tipe hasil belajar, yakni (a) verbal information, (b) intelektual skill, (c) cognitive strategy, (d) attitude dan (e) motor skill. Sementara itu Benyamin Bloom (2006) berpendapat bahwa tujuan pendidikan yang hendak kita capai digolongkan atau dibedakan menjadi tiga bidang, yakni (a) bidang kognitif, (b) bidang afektif dan (c) bidang psikomotor. Menurut Benyamin Bloom klasifikasi hasil belajar di bagi menjadi 3 ranah yaitu: a. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. b. Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Ranah ini terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. c. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek pada ranah ini yakni, gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keterampilan kompleks, gerakan ekspresif dan interpretatif. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa Hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Hasil belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Disamping faktor kemampuan yang dimiliki siswa juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik, dan psikis (Sudjana, 2002: 39-40). Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik. Hasil belajar merupakan pencapaian pertumbuhan siswa dalam proses belajar mengajar. Pencapaian belajar ini dapat dievaluasi dengan menggunakan pengukuran. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari proses belajar mengajar, karena hasil belajar menjadi tolak ukur keberhasilan seorang guru yang telah melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas. Sehingga dapat diketahui apakah siswa telah meguasai materi pelajaran dengan baik atau tidak. Penelitian yang menunjang mengenai hasil belajar tersebut telah dilakukan oleh Ruhmania Kurniasih (2011) dengan judul “Penggunaan Model Inkuiri Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa SD Pada Konsep Perubahan Wujud Benda” hasil penelitiannya menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar terhadap peserta didik kelas V SDN Cilacap 01, dengan sampel sebanyak 2 kelas, yaitu kelas VA dan VB. Nilai rata-rata tes awal 49,5. Setelah dilakukan tes akhir siklus I, nilai rata-rata peserta didik meningkat menjadi 72,2 dan hasil tes akhir siklus II, nilai rata-rata akhir peserta didik meningkat menjadi. 79,8. F. Pengembangan Materi Tentang Sifat-sifat Cahaya 1. Keluasan dan Kedalaman Materi Benda-benda yang ada di sekitar kita dapat kita lihat apabila ada cahaya yang mengenai benda tersebut. Cahaya yang mengenai benda akan dipantulkan oleh benda ke mata sehingga benda tersebut dapat terlihat. Cahaya berasal dari sumber cahaya. Semua benda yang dapat memancarkan cahaya disebut sumber cahaya. Contoh sumber cahaya adalah matahari, lampu, senter, dan bintang. Cahaya memiliki sifat merambat lurus, menembus benda bening, dapat dipantulkan dan dapat dibiaskan. a. Cahaya Merambat Lurus Pernahkah kamu melihat cahaya matahari yang masuk melalui celah celah atau jendela yang ada di rumahmu? Bagaimana arah rambatan cahaya tersebut? Saat berjalan di kegelapan, kamu memerlukan senter. Ketika senter kamu nyalakan, bagaimana arah rambatan cahaya yang keluar dari senter tersebut? Cahaya dari lampu senter arah rambatannya menurut garis lurus. Benarkah cahaya merambat lurus? Kamu dapat membuktikan sifat cahaya ini dengan melakukan kegiatan praktikum. b. Cahaya Menembus Benda Bening Mengapa kaca jendela rumahmu merupakan kaca yang bening? Bagaimana jika kaca tersebut ditutup dengan triplek atau kertas karton? Apakah cahaya matahari dapat masuk? Cahaya dapat masuk ke dalam rumahmu selain melalui celah-celah juga melalui kaca jendela yang ada di rumahmu. Kaca yang bening dapat ditembus oleh cahaya matahari. Apabila kamu menutup kaca jendela rumahmu dengan menggunakan karton maka cahaya tidak dapat masuk ke dalam rumahmu. Hal ini menunjukkan bahwa cahaya hanya dapat menembus benda yang bening. Agar kamu lebih jelas lagi bagaimana cahaya menembus benda bening, lakukan kegiatan praktikum untuk membuktikannya. c. Cahaya dapat Dipantulkan Coba ambil sentermu! Nyalakan lampu senter itu dan arahkan ke cermin! Apa yang kamu lihat? Setelah mengenai permukaan cermin, cahaya lampu senter itu dipantulkan. Coba carilah letak cahaya pantulan lampu senter itu! Pemantulan cahaya ada dua jenis yaitu pemantulan baur (pemantulan difus) dan pemantulan teratur. Pemantulan baur terjadi apabila cahaya mengenai permukaan yang kasar atau tidak rata. Pada pemantulan ini, sinar pantul arahnya tidak beraturan. Sementara itu, pemantulan teratur terjadi jika cahaya mengenai permukaan yang rata, licin, dan mengilap. Permukaan yang mempunyai sifat seperti ini misalnya cermin. Pada pemantulan ini sinar pantul memiliki arah yang teratur. Bayangan anak di awal bab ini terjadi karena pemantulan teratur. Cermin merupakan salah satu benda yang memantulkan cahaya. Berdasarkan bentuk permukaannya ada cermin datar dan cermin lengkung. Cermin lengkung ada dua macam, yaitu cermin cembung dan cermin cekung. 1) Cermin Datar Cermin datar yaitu cermin yang permukaan bidang pantulnya datar dan tidak melengkung. Cermin datar biasa kamu gunakan untuk bercermin. Pada saat bercermin, kamu akan melihat bayanganmu di dalam cermin. Bagaimana bayangan dirimu pada cermin itu. Samakah bentuk bayanganmu dengan dirimu yang sebenarnya? Cobalah untuk mengetahuinya melalui kegiatan praktikum. 2) Cermin Cembung Cermin cembung yaitu cermin yang permukaan bidang pantulnya melengkung ke arah luar. Cermin cembung biasa digunakan untuk spion pada kendaraan bermotor. Bayangan pada cermin cembung bersifat maya, tegak, dan lebih kecil (diperkecil) daripada benda yang sesungguhmya. d. Cahaya dapat Dibiaskan Apabila cahaya merambat melalui dua zat yang kerapatannya berbeda, cahaya tersebut akan dibelokkan. Peristiwa pembelokan arah rambatan cahaya setelah melewati medium rambatan yang berbeda disebut pembiasan. Apabila cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yang lebih rapat, cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. Misalnya cahaya merambat dari udara ke air. Sebaliknya, apabila cahaya merambat dari zat yang lebih rapat ke zat yang kurang rapat, cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal. Misalnya cahaya merambat dari air ke udara. Pembiasan cahaya sering kamu jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dasar kolam terlihat lebih dangkal daripada kedalaman sebenarnya. Gejala pembiasan juga dapat dilihat pada pensil yang dimasukkan ke dalam gelas yang berisi air. Pensil tersebut akan tampak patah. e. Mata Mata merupakan indra penglihatan yang sangat penting bagi manusia. Tuhan Yang Maha Kuasa menciptakan mata bagi manusia sehingga manusia bisa melihat. Manusia memiliki sepasang mata berbentuk seperti bola dan terletak di dalam rongga mata. 1) Bagian-Bagian Mata Ayo, kamu sebutkan bagian-bagian yang ada pada matamu! Gambar di bawah ini memperlihatkan bagian-bagian mata. Gambar 2.1 Penampang Mata a) Kornea mata, berfungsi untuk melindungi mata bagian dalam. b) Iris, berfungsi untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke mata. c) Pupil atau celah (lubang yang terdapat pada iris), berfungsi sebagai tempat masuknya cahaya. Jika cahaya yang masuk sedikit, pupil akan melebar. Jika cahaya yang masuk banyak, pupil akan mengecil. d) Lensa mata, dapat berakomodasi. Jika melihat benda yang jauh, lensa mata akan memipih. Jika melihat benda yang dekat, lensa mata akan menebal. e) Retina, merupakan tempat terbentuknya bayangan yang akan dikirim ke saraf. 2) Cara Kerja Mata Kamu telah mempelajari bahwa benda bisa dilihat jika ada cahaya. Cahaya dipantulkan oleh benda menuju mata. Pemantulan cahaya tersebut diterima oleh kornea. Oleh lensa mata, cahaya itu dibiaskan sehingga terbentuk bayangan terbalik pada retina. Selanjutnya, saraf-saraf pada retina akan menyampaikan informasi bayangan menuju otak. Otak akan mengolahnya sehingga kamu dapat melihat benda yang sebenarnya. Bayangan yang terbentuk pada retina adalah nyata, diperkecil, dan terbalik. 3) Kelainan atau Gangguan pada Mata Manusia memiliki mata di sebelah kiri dan kanan. Kehilangan atau kerusakan salah satu bola mata dapat mengganggu penglihatan. Beberapa kelainan atau gangguan pada mata serta faktor penyebabnya adalah sebagai berikut. a) Rabun Jauh (Miopi) Miopi disebabkan jarak titik api lensa mata terlalu pendek atau lensa mata terlalu cembung. Titik api adalah pusat pertemuan sinar yang sudah dipecah oleh lensa. Jadi, sinar yang masuk jatuh di depan retina sehingga mata tidak dapat melihat benda jauh. Gambar 2.2 Titik Jatuh Bayangan Pada Mata Miopi Keterangan gambar: Mata yang menderita rabun jauh. Penderita rabun jauh bisa ditolong dengan menggunakan lensa cekung. Untuk menolong penderita miopi (rabun jauh) harus menggunakan kacamata dengan lensa cekung (negatif). Lensa cekung ini akan menempatkan bayangan tepat pada retina. b) Rabun Dekat (Hipermetropi) Rabun dekat disebabkan lensa mata terlalu pipih. Titik api lensa berada di belakang retina sehingga mata tidak dapat melihat benda-benda yang dekat. Jadi, penderita hipermetropi harus menggunakan kacamata berlensa cembung. Dengan lensa cembung, sinar yang jatuh di belakang retina akan dikembalikan tepat pada retina. Perhatikanlah Gambar dibawah ini! Gambar 2.3 Titik Jatuh Bayangan Pada Mata Hipermetropi Mata yang menderita rabun dekat. Penderita rabun dekat bisa ditolong dengan menggunakan lensa cembung. Presbiopia (Mata Tua), presbiopi adalah kelainan pada mata yang disebabkan oleh faktor usia sehingga daya akomodasi matanya berkurang. Penderita ini tidak dapat melihat benda dekat dan tidak dapat melihat benda jauh dengan jelas. Penderita ini harus menggunakan kacamata berlensa cekung dan cembung sekaligus. Astigmatisma c) Astigmatisma Astigmatisma adalah kelainan mata yang disebabkan kelengkungan kornea matanya yang tidak berbentuk bola sehingga sinar-sinar yang masuk tidak terpusat empurna. Akibatnya, benda yang dilihat ada bayang annya. Penderita ini dapat dibantu dengan kacamata berlensa silindris. Hal-hal yang dapat kamu lakukan agar matamu tetap sehat, di antaranya sebagai berikut, mengatur jarak baca (minimal 30 cm), menonton televisi jangan terlalu dekat, membaca di ruangan yang terang karena jika kamu membaca di tempat yang kurang terang, pupil mata mu akan melebar dengan kuat sehingga lama kelamaan akan menimbulkan kelelahan pada mata, mengonsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin A, seperti wortel. Di dunia terdapat makhluk hidup yang beranekaragam. Keanekaragaman Sebangsa hewan berkantong misalnya: kanguru Telah dilakukan penelitian sebelumnya mengenai materi sifat-sifat cahaya oleh Cipta Maryana (2010) dengan judul “Penggunaan model Pembelajaran Inkuiri untuk meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Konsep Sifat-Sifat Cahaya”. hasil penelitiannya ini membuktikan bahwa proses pembelajaran mengenai Sifat-sifat Cahaya dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing yang dilaksanakan siswa kelas V di SDN Grogol I, terlaksana dengan baik berdasarkan hasil pengolahan data yang diperoleh dari rubrik keterlaksanaan model pembelajaran presentase keterlaksanaan model inkuiri terbimbing adalah sebesar 91,67%. Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing memberikan pengaruh pada peningkatan pemahaman siswa, dengan kategori baik dengan rata-rata nilai 67,65. 2. Karakteristik Materi Materi Pembelajaran secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dipelajari siswa untuk mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan dan sikap atau nilai. Dilihat dari kurikulum 2013, tema Selalu Berhemat Energi materi pembelajaran Sifat-sifat Cahaya dan Sumber Daya Alam merupakan materi semester satu kelas IV. Kompetensi Inti pada materi ini adalah: 1) Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya. 2) Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman dan guru. 3) Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah. 4) Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. Selain itu adapun kompetensi dasar yang harus dicapai sebagai berikut: IPA 3.6 Memahami sifat-sifat cahaya melalui pengamatan dan mendeskripsikan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, 4.6 Menyajikan laporan tentang sumber daya alam dan pemanfaatannya oleh masyarakat. Bahasa Indonesia 3.1 Menggali informasi dari teks laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku, 4.1 Mengamati, mengolah, dan menyajikan teks laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku. Kurikulum 2013 terdapat Kompetensi Dasar (KD) pada tema selalu berhemat energi subtema macam-macam energi diharapkan tercapainya tujuan pembelajaran: 1) Dengan kegiatan tanya jawab peserta didik mampu menjelaskan sifat-sifat cahaya dalam kehidupan sehari-hari dengan benar. 2) Dengan kegiatan diskusi peserta didik mampu menjelaskan melalui tulisan berbentuk laporan tentang peranan energi cahaya Matahari dalam kehidupan. 3) Dengan kegiatan praktikum peserta didik mampu melaksanakan pengamatan sifat-sifat cahaya. 4) Dengan kegiatan percobaan dan pengamatan, siswa mampu menjelaskan sifat-sifat cahaya sesuai dengan data hasil percobaan dan manfaat cahaya bagi kehidupan manusia. 6) Dengan kegiatan tanya jawab peserta didik mampu menjelaskan bagaimana membuat teks laporan. 7) Dengan kegiatan diskusi peserta didik mampu Mengolah teks laporan hasil pengamatan tentang sifat-sifat cahaya. 8) Setelah melakukan percobaan dan pengamatan tentang sifat-sifat cahaya, siswa mampu menyajikan teks laporan hasil pengamatan tentang sifat-sifat cahaya. Indikator akan dirumuskan sendiri oleh guru, sesuai dengan Kompetensi Dasar tersebut. Adapun indikatornya adalah sebagai berikut: menjelaskan sifat-sifat cahaya dalam kehidupan sehari-hari, menjelaskan melalui tulisan berbentuk laporan tentang peranan energi cahaya matahari dalam kehidupan., melaksanakan pengamatan sifat-sifat cahaya, memahami bagian mata serta fungsinya, menjelaskan cara merawat mata agar tetap sehat, memahami sumber daya alam dan pemanfaatannya dan melaporkan hasil pengamatan tentang manfaat energi cahaya matahari bagi kehidupan manusia. 3. Bahan dan Media pada Pembelajaran Sifat-sifat Cahaya Media Pembelajaran adalah alat bantu guru dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa agar terciptanya suasana yang menarik dan mendorong siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran. Berbagai manfaat media pembelajaran telah dibahas oleh banyak ahli. Menurut Kemp & Dayton (1985: 3-4 ) meskipun telah lama didasari bahwa banyak keuntungan penggunaan media pembelajaran, penerimanya serta pengintregasiannya kedalam program-program pengajaran berjalan amat lambat. Mereka mengemukakan beberapa hasil penelitian yang menunjukan dampak positif dari penggunaan media sebagai bagian integral pembelajaran di kelas atau sebagai cara utama pembelajaran langsung sebagai berikut : a. Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap pelajaran yang melihat atau mendengar penyajian melalui media menerima pesan yang sama. Meskipun para guru menafsirkan isi pelajaran dengan cara yang berbeda-beda, dengan penggunaan media ragam hasil tafsiran itu dapat dikurangi sehingga informasi yang sama dapat disampaikan kepada siswa sebagai landasan atau pengkajian, latihan dan implikasi lebih lanjut. b. Pembelajaran bisa lebih menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan. Kejelasan dan keruntutan pesan, daya tarik image yang berubah-ubah, penggunaan efek khusus yang dapat menimbulkan keingintahuan menyebabkan siswa tertawa dan berfikir, yang kesemuanya menunjukan bahwa media memiliki aspek motifasi dan meningkatkan minat. c. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkan teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan. d. Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat karena kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan pesan-pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan kemungkinannya dapat diserap oleh siswa. e. Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bila mana integrasi kata dan gambar sebagai media pembelajaran dapat mengkomunikasikan elemen-elemen pengetahuan dengan cara yang terogranisasikan dengan baik, spesifik dan jelas. f. Pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana diinginkan dan diperlukan terutama jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara individu. g. Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan. h. Peran guru dapat berubah kearah yang lebih positif beban guru untuk penjelasan yang berulang-ulang mengenai isi pelajaran yang dapat dikurangi bahkan dihilngkan sehingga ia dapat memusatkan perhatian kepada aspek penting lain dalam proses belajar mengajar, misalnya sebagai konsultan atau penasihat siswa. Berdasarkan pada pengklasifikasian yang digambarkan para ahli, maka karakteristik atau ciri-ciri khas suatu media berbeda, berdasarkan tujuan dan maksud pengelompokannya. Media dipilih dan digunakan, disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dalam rangka mempermudah proses belajar, sehingga peserta didik dapat memahami materi yang disampaikan. Pengklasifikasian media pembelajaran dapat disadarkan pada karakteristik dan sifat-sifat media, baik dilihat dari bentuk, teknik pemakaian, ataupun kemampuannya. Dilihat dari sifat atau jenisnya, media dapat dikelompokkan seperti berikut ini: (a) kelompok media yang hanya dapat didengar atau media yang mengandalkan kemampuan suara, disebut media audif. Media ini meliputi media radio, audio atau tape recorder; (b) kelompok media yang hanya mengandalkan indera penglihatan disebut dengan media visual, seperti gambar, foto, slide, kartun, model, dan sebagainya; (c) kelompok media yang dapat didengar dan dilihat disebut dengan media audio visual, seperti soundslide, film, TV, video, dan filmstrip. Dilihat dari teknik pemakaiannya, media dapat dikelompokkan seperti berikut ini: (a) media elektronik atau media yang dapat digunakan dengan memakai bantuan alat-alat elektronik, seperti; over head projector (OHP), slide projector, TV, radio, opaque, dan lain-lain; (b) media non-elektronik adalah media yang dapat digunakan tanpa bantuan alat-alat elektronik, seperti kelompok media grafik, model, chart, mock up, spicemen, dan lain-lain. Dilihat dari kemampuannya, media dapat dibagi menjadi berikut ini, (a) media yang mempunyai jangkauan dan serentak, seperti radio dan televisi. Pemanfaatan media ini tidak terbatas pada tempat dan ruangan. Siapa pun dapat memanfaatkannya di mana pun; (b) media yang mempunyai jangkauan terbatas, seperti OHP, slide suara, film slide, dan lain-lain. Media semacam ini pemanfaatannya memerlukan tempat dan penataan ruangan yang khusus; (c) media yang dimanfaatkan secara individu, seperti model pembelajaran berprogram, p

Item Type: Thesis (Skripsi(S1))
Subjects: S1-Skripsi
Divisions: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > PGSD 2014
Depositing User: Iyas -
Date Deposited: 25 Jul 2016 15:07
Last Modified: 25 Jul 2016 15:07
URI: http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/6273

Actions (login required)

View Item View Item