LITA TRI LESTARI, 105060175 (2016) PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA. Skripsi(S1) thesis, FKIP UNPAS.
Text
01 Contoh Cover Skripsi PGSD.doc Download (102kB) |
|
Text
lembar pegesahan.docx Download (18kB) |
|
Text
motto.docx Download (13kB) |
|
Text
lembar pernyataan.docx Download (13kB) |
|
Text
Abstrak.docx Download (15kB) |
|
Text
abstrak inggris lita.doc Download (24kB) |
|
Text
kata pengantar.docx Download (15kB) |
|
Text
UCAPAN TERIMAKASIH.docx Download (16kB) |
|
Text
DAFTAR ISI lita.docx Download (19kB) |
|
Text
bab 1 LITA.docx Download (35kB) |
|
Text
BAB I.docx Download (35kB) |
|
Text
BAB II.docx Download (252kB) |
|
Text
BAB III baru lagi.docx Restricted to Repository staff only Download (174kB) |
|
Text
BAB IV baru.docx Restricted to Repository staff only Download (207kB) |
|
Text
BAB V.docx Restricted to Repository staff only Download (22kB) |
|
Text
DAFTAR PUSTAKA lita.docx Download (16kB) |
|
Text
riwayat hidup.docx Download (63kB) |
Abstract
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan Kenampakan Alam dan Sosial di Asia Tenggara di Kelas VI SDN 1 Cikidang dengan menggunakan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Hal tersebut didasari oleh kurangnya aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung yang berimbas kepada hasil belajar siswa yang kurang pula. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan sistem siklus yang terdiri dari perencana, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Penelitian ini dilakukan dalam 3 siklus. Instrumen penelitian yang digunakan, yaitu lembar pengukur ketepatan RPP, lembar alat penilaian kinerja guru/peneliti, lembar alat penilaian aktivitas siswa dalam pembelajaran, lembar alat penilaian hasil belajar siswa, lembar penilaian aktivitas siswa dalam kelompok, lembar alat catatan lapangan, lembar wawancara peneliti dengan siswa, lembar wawancara peneliti dengan observer siklus. Hasil belajar pada siklus I, peserta didik yang tuntas atau mencapai KKM sebanyak 8 orang atau sebesar 21,62% , Hasil belajar pada siklus II, peserta didik yang tuntas atau mencapai KKM sebanyak 24 orang atau sebesar 65,57%, Hasil belajar siswa pada siklus III, peserta didik yang tuntas atau mencapai KKM sebanyak 30 orang atau sebesar 88,23%. Kesimpulan bahwa pendekatan pembelajaran Kontekstual Teaching and Learning dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VI SDN 01 Cikidang. Kata kunci: Contextual Teaching and Learning (CTL), aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa. BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam pendidikan. Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Saat ini perkembangan dunia pendidikan terus berubah dengan signifikan, perkembangan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam dunia pendidikan, sehingga dunia pendidikan semakin mengalami kemajuan dan banyak merubah pola pikir guru, dari pola pikir yang awam dan kaku menjadi lebih modern. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam kemajuan pendidikan di Indonesia. Hal ini sejalan dengan tujuan Pendidikan Nasiional yang dituangkan dalam Undang-undang Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, pasal 3 tentang system Pendidikan Nasional, yaitu : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Menyikapi hal tersebut, dewasa ini pendidikan di tiap sekolah telah menunjukan perkembangan yang pesat. Perkembangan itu terjadi karena adanya pembaharuan dalam sistem pendidikan, sehingga dalam kegiatan pembelajaranpun guru ingin selalu menemukan metode atau cara terbaru untuk memberikan stimulus pada siswa agar siswa dapat bersemangat dalam belajar dan memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Bahkan secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pembaharuan dalam sistem pendidikan yang mencakup seluruh komponen yang ada. Pembangunan di bidang pendidikan barulah ada artinya apabila dalam pendidikan dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bangsa Indonesia yang sedang membangun. Adapun pelaksanaan pendidikan itu artinya adalah suatu aktivitas pembelajaran yang mengandung serangkaian kegiatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi lebih dari itu, guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran. sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajara mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Hasil kajian obervasi awal di kelas VI SDN 1 Cikidang Lembang di temukan beberapa hambatan yang mempengaruhi proses belajar mengajar khusunya pada pembelajaran IPS, pada pembelajaran IPS sebelumnya siswa belajar dan berperan di dalam kelas dengan pasif, yaitu dimana siswa hanya diam, mendengarkan penjelasan, dan mencatat materi yang disampaikan oleh guru. Siswa belajar selalu pada pengarahan guru, sehingga berdampak dimana siswa akan merasa jenuh dalam pembelajaran dan menyebabkan siswa tidak aktif dalam pembelajaran sehingga tujuan dari pembelajaranpun tidak tercapai. Oleh karena itu, dari tahun ke tahun, prestasi IPS siswa di SDN 1 Cikidang selalu sulit untuk dikatakan meningkat secara signifikan. Misalnya pada hasil ulangan harian siswa . Hasil ulangan harian siswa yang dicapai dari ujian IPS selama ini, rata-rata nilainya hanya mencapai rentang 52.125 dari skala nilai 100. Nilai tersebut tentunya kurang dari standar nilai (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 70 dari skala nilai 100. Hal tersebut membuktikan bahwa kualitas pendidikan IPS masih jauh di bawah standar (KKM). Selain rendahnya penalaran siswa, juga dikarenakan kurangnya pemahaman konsep-konsep IPS. Tanpa pemahaman yang baik, siswa tidak akan bisa menyelesaikan soal-soal yang merupakan alat untuk melihat prestasi belajar siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.1 tentang prestasi hasil belajar siswa pada ulangan harian IPS sub tema Perkembangan Provinsi di wilayah Indonesia. Tabel 1.1 Prestasi Hasil ulangan harian siswa pada mata pelajaran IPS sub bab Perkembangan Provinsi di wilayah Indonesia No Nama Nilai 1 AI DATI 55 2 AI HASANAH 50 3 AJI SETIAWAN 40 4 ALYA HILMATUN ALYAH 40 5 ANISA FAUDZIAH 60 6 ARI AKBAR SOBARI 55 7 ARUGA SANJAYA 60 8 CECEP FARID 45 9 DEDE RAMDANI 38 10 DEVI RAHMAWATI 50 11 ESTI SITI MULHAMAH 70 12 FAJAR GUNAWAN 55 13 FITRIYANI 50 14 GUN GUN GUNAWAN 50 15 HANI HANDAYANI 47 16 NENG SITI LAILATURROBIAH 65 17 NENI HAYATI 55 18 RISKA BELLA 50 19 RODIAH 50 20 ROHIDIN 43 21 SANDI DARMAWAN 40 22 SOPIAN 45 23 SHENDY ANTONI 50 24 SINTA AMELIA 55 25 SINTA ROHMAYA 40 26 STEVVANY PUTRI FAUZIAH 40 27 SYIFA SILVIANI 50 28 SYURATZ KHAN DHARMA PALEVI 50 29 SRI NUNG ETI 60 30 SUANDANA 50 31 TANTAN SUMIRAT 60 32 TIANA 55 33 WULAN SARI ANISA 57 34 YEYEN 70 35 YUDI 45 36 VHIYONA SUCHIE NOPHIYANI 60 37 YADI SOPIAN 50 38 YUDA IRAWAN 70 39 YULI ANI 50 40 YUYUN AMBARWATI 60 rata-rata 52.125 Kenyataanya, siswa kelas VI SDN 1 Cikidang dalam mempelajari materi IPS bisa dikatakan kurang atau rendah. Siswa terlihat bosan. Seperti yang diuraikan di atas, strategi pembelajaran IPS sering kali disampaikan dengan menggunakan metode ceramah. Metode ini membuat siswa menjadi bosan. Dengan demikian pembelajaran IPS harusnya mampu mengaitkan antara pengeatahuan yang diperoleh siswa dengan konsep-konsep yang sudah ada dalam struktur kognitif siswa. Oleh karena itu, pendekatan kontekstual dipandang sebagai salah satu strategi yang cocok diterapkan dalam materi pembelajaran IPS khususnya di SDN 1 Cikidang. Guru harus membuat suatu pengajaran lebih efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut. Karena berhasilnya proses ditentukan oleh banyak faktor diantaranya adalah faktor guru dalam menetukan proses belajar dan siswa mengikuti proses belajar tersebut karena keduanya mempunyai hubungan timbal balik yang akhirnya akan meningkatkan aktivitas siswa dan kemampuan dalam menanggapi masalah-masalah dalam pembelajaran sehingga menghasilkan suatu hasil belajar siswa yang baik atau memuaskan. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki pendekatan mengajar yang baik maupun memilih pendekatan pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep mata pelajaran yang akan disampaikan. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran salah satunya adalah upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi Kenampakan Alam dan Sosial di Asia Tenggara melalui pendekatan pembelajaran yang bisa mengatasi hambatan-hambatan pada pembelajaran tersebut. Misalnya dengan membimbing siswa untuk bersama-sama terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu membantu siswa berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya akan lebih menguatkan pemahaman berpikir siswa terhadap konsep-konsep yang diajarkan sehingga aktivitas belajar siswa akan meningkat tidak monoton dan menjenuhkan siswa serta keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian tersebut di atas maka penulis mencoba menerapkan salah satu pendekatan pembelajaran, yaitu pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning apakah dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada mata pelajaran IPS. Dengan memilih pendekatan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Lerning/ CTL) yang dimana CTL merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan ke permasalahan lainnya. CTL merupakan suatu konsep pembelajaran yang dimana seorang siswa bukan hanya diarahkan untuk mempelajari materi tertentu saja, tetapi diarahkan untuk mengalami sendiri secara alamiah apa yang ada dalam materi pembelajaran. Dalam mata pelajaran IPS, guru harus membangun siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dan meningkatkan minat siswa dalam menanggapi materi yang telah disampaikan sehingga akan memperoleh hasil belajar yang baik atau memuaskan , oleh karena itu untuk memberikan hal-hal tersebut akan dibentuk suatu cara atau srategi pembelajaran yang akan memudahkan guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar yaitu melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). B. IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka identifikasi masalahnya sebagai berikut : 1. Metode yang digunakan masih mengedepankan pembelajaran konvensional dimana guru menjadi teacher center dan kurang mengoptimalkan sumber belajar yang sudah tersedia 2. Hasil belajar siswa kelas VI pada pembelajaran IPS, belum mencapai KKM sebagaimana yang telah ditentukan pihak sekolah 3. Pembelajaran IPS dianggap sebagai materi hapalan sehingga tidak diimbangi dengan kemampuan keterampilan siswa 4. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran, hal ini terbukti dengan sedikit sekali siswa yang bertanya, sedikit sekali siswa yang dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, tidak adanya diskusi, dan tidak ada kerjasama. C. RUMUSAN MASALAH Dari latar belakang di atas, maka yang menjadi focus masalah penelitian adalah penggunaan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam meningkatakan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VI SDN Cikidang 1 Lembang. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut : 1. Bagaimana perencanaan penggunaan pendekatan CTL dalam pembelajaran? 2. Bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan pendekatan pembelajaran CTL ? 3. Apakah pendekatan CTL dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar belajar peserta didik dalam sub materi “Kenampakan Alam dan Sosial di Asia Tenggara”? D. BATASAN MASALAH Untuk menghindari kesalah pahaman dalam memberikan arti persepsi terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam judul penelitian diatas maka penulis akan memaparkan istilah-istilah sebagai berikut : 1. Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. 2. Aktivitas merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan – kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas – tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Sedangkan hasil belajar yah itu mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. E. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan pada penilitian tindakan kelas ini secara umum adalah sebagai berikut : 1. Tujuan Umum : Penelitian ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada siswa kelas VI SD Negeri 1 Cikidang Kec. Lembang Kab. Bandung Barat 2. Tujuan Khusus : 1. Untuk mengetahui aktivitas pembelajaran siswa dalam menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning pada mata pelajaran IPS dengan materi Kenampakan Alam dan Sosial di Asia Tenggara 2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada materi Kenampakan Alam dan Sosial di Asia Tenggara F. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara Teoritis Secara teoritis diharapkan penilitian ini bermanfaat bagi khasanah keilmuan terutama yang terkait dengan pengembangan pembelajaran di sekolah 2. Secara Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat : a. Manfaat Bagi Siswa 1. Meningkatkan minat siswa dalam belajar 2. Meningkatkan pelatihan bagi siswa 3. Memberikan pengalaman nyata dan langsung 4. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pemahaman materi kegiatan pemanfaatan sumber daya alam (SDA) dengan penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) di kelas 4 b. Manfaat Bagi Guru Sebagai bahan masukan bagi guru kelas 4 dalam meningkatkan mutu pembelajaran mata pelajaran IPS serta mempermudah guru untuk menyampaikan materi pelajaran dan pemahaman siswa. Dengan penerapan pendekatan CTL memberikan suatu pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. c. Manfaat Bagi Sekolah Memberikan masukan bagi sekolah tersebut bahwa pendekatan pembelajaran dapat digunakan dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Sehingga sekolah dapat melengkapi sarana dan alat belajar yang dibutuhkan d. Manfaat Bagi Peneliti 1. Dapat digunakan sebagai contoh pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan dengan bantuan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) 2. Untuk memenuhi tugas yang diberikan dosen sebagai bentuk penilaian 3. Untuk mengetahui apakah dengan penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learnign(CTL) dapat meningkatkan hasil yang baik dalam pemahaman siswa, aktifitas belajar maupun hasil belajar siswa G. DEFINISI OPERASIONAL 1. Aktivitas Belajar Aktifitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing – masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas belajar yang diharapkan muncul pada siswa kelas 1V SD adalah diantaranya seperti : 1. Mendengarkan penjelasan guru 2. Mencatat hal-hal penting 3. Berdiskusi 4. Keberanian untuk bertanya 5. Keberanian mengajukan pendapat, kritik, dan saran 6. Mengerjakan latihan. 2. Hasil belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa 3. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pependekatanan (Pendekataning), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment). BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. KAJIAN TEORI 1. Definisi Belajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Namun sebagian besar masyarakat menganggap bahwa belajar adalah property sekolah. Masyarakat selalu menganggap bahwa kegiatan belajar merupakan suatu bagian dari tugas-tugas sekolah. Sebagian masyarakat menilai belajar di sekolah merupakan usaha yang dilakukan untuk menguasai materi ilmu pengetahuan. Akan tetapi anggapan tersebut tidak seluruhnya salah, karena seperti apa yang dikatakan Reber (Suprijono, 2011:3), belajar adalah the process of acquiring knowledge. Belajar adalah proses mendapat pengetahuan. Beberapa pakar pendididikan mendefinisikan belajar sebagai berikut: a) Skinner (Dimyati dan Mudjiono, 2013: 5) mengemukakan belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik, sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun. b) Gagne (Dimyati dan Mudjiono, 2013: 5) mengemukakan belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. c) Piaget (Dimyati dan Mudjiono, 2013: 5) mengemukakan bahwa belajar merupakan pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang. d) Cronbach (Suprijono, 2011:2) Learning is shown by a change in behaviour as a result of experience. (Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman). e) Morgan (Syaiful Sagala, 2010:13) Learning is any relatively permanent change in behaviour that is a result of past experience. (Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman). Dari pendapat berbagai pakar pendidikan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian dan tingkah laku manusia sebagai hasil dari pengalaman. Setelah mengalami proses belajar maka sesorang akan mendapatkan hasil dari belajar nya yang biasa kita kenal dengan hasil belajar. 2. Prinsip-prinsip Belajar Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan yang lainnya memiliki persamaan dan juga perbedaan. Dari berbagai prinsip belajar tersebut terdapat beberapa prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan mengajarnya. Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual. a. Perhatian dan Motivasi Perhatian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar (Gagne dan Berliner, 1984: 335). Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran tersebut dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut. Apabila perhatian alami ini tidak ada maka siswa perlu dibangkitkan perhatiannya. Motivation is the concept we use when we describe the force action on or within an organism to initiate and the direct behavior demikian menurut H.L. Petri (Petri, Helbert L, 1986:3). Motivasi dapat merupakan tujuan dan alat dalam pembelajaran. Sebagai tujuan, motivasi merupakan salah satu tujuan dalam mengajar. Guru berharap bahwa siswa tertarik dalam kegiatan intelektual dan astetik sampai kegiatan belajar berakhir. Sebagai alat, motivasi merupakan salah satu factor seperti halnya intelegensi dan hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar siswa dalam bidang pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan. Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut. Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianggap penting dalam kehidupannya. Perubahan nilai-nilai yang dianut akan mengubah tingkah laku manusia dan motivasinya. Karenanya bahan-bahan pelajaran yang disajikan hendaknya disesuaikan dengan minat siswa dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. b. Keaktifan Kecenderungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempnyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bias dipaksakan oleh orang lain dan jga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri. John Dewey misalnya mengemukakan, bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri. Guru sekadar pembimbing dan pengarah (John Dewey 1916 dalam Davis, 1937:31). Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan dan sebagainya. c. Keterlibatan langsung/berpengalaman Di awal telah dibicarakan bahwa belajar haruslah dilakukan sendiri oleh siswa, belajar adalah mengalami, belajar tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan dalam kerucut pengalamannya mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi ia harus mengkhayati, terlibat langsung dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Pentingnya keterlibatan secara langsung dalam belajar dikemukakan oleh John Dewey dengan “learning by doing”. Belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung. Belajar harus dilakukan siswa secara aktif, baik individual maupun kelompok, dengan cara memecahkan masalah (problem solving). Guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator. d. Pengulangan Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan barangkali yang paling tua adalah yang diemukakan oleh teori Psikologi Daya. Menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri dari daya mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berfikir dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang. e. Tantangan Teori Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan cara mempelajari bahan belajar tersebut. Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan masuk dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya. Agar pada anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik maka bahan belajar haruslah menantang. Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Penggunaan metode eksperimen, inkuiri, diskoveri juga memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar secara lebih giat dan sungguh-sungguh. Penguatan positif maupun negative juga akan menantang siswa dan menimbulkan motif untuk memperoleh ganjaran atau terhindar dari hokum yang tidak menyenangkan. f. Balikan dan penguatan Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama ditekankan oleh teori belajar Operant Conditioning dari B.F. Skinner. Kalau pada teori conditioning yang diberi kondisi adalah stimulusnya, maka pada operant conditioning yang diperkuat adalah responnya. Kunci dari teori ini adalah low effect-nya Thomdike. Siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil, apalagi hasil yang baik, akan merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. g. Perbedaan individual Siswa merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian dan sifat-sifatnya. Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Karenanya perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran. System pendidikan klasikal yang dilakukan di sekolah kita kurang memperhatikan masalah perbedaan individual, umumnya pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula dengan pengetahuannya.. 2. Aktifivtas Belajar Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan – kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas – tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing - masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi. Aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan perubahan pengetahuan-pengetahuan, nilai-nilai sikap, dan keterampilan pada siswa sebagai latihan yang dilaksanakan secara sengaja. Aktivitas yang dimaksudkan penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktifitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif, seperti yang dikemukakan oleh Rochman Natawijaya dalam Depdiknas(2005 : 31), belajar aktif adalah “Suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor”. Sedangkan meurut (Rosalia, 2005:4) keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti : sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya. Dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing – masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi. Dari pendapat-pendapat di atas, maka aktifitas belajar yang dimaksud adalah : 1. Mendengarkan penjelasan guru 2. Mencatat hal-hal penting 3. Berdiskusi 4. Keberanian untuk bertanya 5. Keberanian mengajukan pendapat, kritik, dan saran 6. Mengerjakan latihan 3. Faktor-faktor yang mepengaruhi hasil belajar Hasil belajar setiap individu dipengaruhi oleh belajar siswa. Muhabbibin Syah (2003: 144) menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu faktor internal, eksternal dan pendekatan belajar. a) Faktor dari dalam yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhibelajar yang berasal dari siswa belajar. Faktor dari dalam (internal) meliputi dua aspek, fisiologi dan psikologis. 1. Fisiologi, faktor ini meliputi kondisi jasmaniah secara umum dan kondisi panca indra. 2. Kondisi psikologis, faktor ini meliputi kecerdasan, bakat, minat, motivasi, emosi dan kemampuan kognitif. b) Faktor dari luar yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar siswa yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. Faktor-faktor ini meliputi lingkungan sosial dan lingkungan non sosial. 1. Lingkungan sosial yang dimaksud adalah manusia atau sesame manusia, baik manusia itu ada (kehadirannya) ataupun tidak langsung hadir. Dalam lingkungan sosial yang mempengaruhi belajar siswa ini dapat dibedakan menjadi tiga yaitu rumah, sekolah dan masyarakat. 2. Lingkungan non sosial meliputi keadaan udara, waktu belajar, cuaca, lokasi gedung sekolah dan alat-alat pembelajaran. c) Faktor pendekatan belajar (approach to learning) yaitu jenis upaya belajar yang meliputi strategi, pendekatan dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Dengan demikian guru harus selalu memperhatikan perbedaan individu dalam memberikan pelajaran kepada siswa, supaya dapat menangani siswa sesuai dengan kondisinya untuk menunjang keberhasilan belajar. Hal tersebut dikarenakan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa berbeda satu dengan yang lainnya. Salah satu yang mempengaruhi belajar adalah faktor pendekatan belajar (approach to learning), yang di dalamnya terdapat pendekatan pembelajaran. Joyce (Trianto, 2010: 22) menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Tepat tidaknya guru menggunakan pendekatan pembelajaran, turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dicapai siswa. Maka dalam penelitian ini membicarakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar yaitu pendekatan pembelajaran 4. Pengertian Pembelajaran Istilah pembelajaran merupakan istilah baru yang digunakan untuk menunjukan kegiatan guru dan siswa. Sebelumnya, kita menggunakan istilah “proses belajar mengajar” dan “pengajaran”. Istilah pembelajaran merupakan terjemahan dari istilah “instruction” Menurut Gagne (Benny A. Pribadi, 2009:9), pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang sengaja diciptakan dengan maksud untuk memudahkan terjadinya proses belajar. Menurut Benny A. Pribadi (2009:29) pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan beberapa komponen diantaranya: 1. Siswa adalah seorang yang bertindak sebagai pencari, penerima dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. 2. Guru adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola, fasilitator dan peran lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar-mengajar yang efektif. 3. Tujuan adalah pernyataan tentang perubahan prilaku (kognitif, afektif dan psikomotor) yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. 4. Materi adalah segala informasi berupa fakta, prinsif dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan. 5. Metode adalah cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan. 6. Media adalah bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa. 7. Evaluasi adalah cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya. Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan menginisiasi, memfasilitasi dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri siswa. Pembelajaran harus menghasilkan belajar, tetapi tidak semua proses belajar terjadi akibat pembelajaran. Proses belajar bisa juga terjadi dalam konteks interaksi sosial-kultural dalam lingkungan masyarakat. 5. Pengertian IPS IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social science), maupun ilmu pendidikan (Sumantri. 2001:89). Social Scence Education Council (SSEC) dan National Council for Social Studies (NCSS), menyebut IPS sebagai “Social Science Education” dan “Social Studies”. Dengan kata lain, IPS mengikuti cara pandang yang bersifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya Dalam bidang pengetahuan sosial, ada banyak istilah. Istilah tersebut meliputi : Ilmu Sosial (Social Sciences), Studi Sosial (Social Studies) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). a) Pengertian Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang kompleks. Pembelajaran pada hakekatnya tidak hanya sekedar menyampaikan pesan pembelajaran kepada siswa, akan tetapi merupakan aktifitas profesional yang menuntut guru untuk dapat menggunakan ketrampilan dasar mengajar secara terpadu, serta menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan siswa dapat belajar secara efektif dan efisien. Pembelajaran adalah suatu kegiatan kompleks. Pembelajaran pada hakikatnya tidak hanya sekedar menyampaikan pesan tetapi juga merupakan aktivitas profesional yang menuntut guru dapat menggunakan keterampilan dasar mengajar secara terpadu serta menciptakan situasi efisien (mashudi, Toha dkk, 2007 :3). b) Kedudukan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar Kedudukan pengajaran IPS begitu unik karena harus mempersiapkan dan mendidik anak didik untuk hidup dan memahami dunianya, dimana kualitas personal dan kualitas sosial seseorang akan menjadi hal yang sangat vital. Menurut A.K. Ellis (Liawati Sugandi, 2010:32) bahwa alasan dibalik diajarkannya IPS sebagai mata pelajaran di sekolah karena hal-hal sebagai berikut: a. IPS memberikan tempat bagi siswa untuk belajar dan mempraktekan demokrasi. b. IPS dirancang untuk membantu siswa menjelaskan "dunianya" c. IPS adalah sarana untuk pengembangan diri siswa secara positif. d. IPS membantu siswa memperoleh pemahaman mendasar (fundamental understanding) tentang sejarah, geographi, dan ilmu-ilmu sosial lainnya. e. IPS meningkatkan kepekaan siswa terhadap masalah-masalah sosial. Pemberian materi di SD diberikan oleh guru berdasarkan kurikulum pendidikan. Kurikulum pendidikan IPS SD di Indonesia sudah terjadi beberapa perubahan, diantaranya kurikulum IPS SD tahun 1964, 1968, 1975, 1984, 1986, 1994, 2004, 2007. Dari tiap-tiap perubahan itu mengalami peningkatan bagaimana seorang guru menyampaikan kepada anak didiknya di SD. Contohnya, materi kurikulum IPS 1994 di tata secra lebih terpadu dan lebih sederhana dari pada materi kurikulum IPS 1986 dan kurikulum IPS 1975 yang masih tampak berdiri sendiri. Pada kurikulum IPS 1994 guru dituntut untuk bisa mengembangkan materi-materi yang akan disampaikan, sedangkan pada kurikulum sebelumnya seorang lebih mengacu pada metri-materi yang ada pada buku. Tujuan mata pelajaran IPS di sekolah dasar dari kelas satu sampai kelas enam dirumuskan dalam sejumlah kompetensi yang harus dikuasai. Tujuan tersebut, diajabarkan dalam Standar kompetensi lulusan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (Permendiknas No.23 tahun 2006) yang meliputi: 1. Memahami identitas diri dan keluarga, serta mewujudkan sikap saling menghormati dalam kemajemukan keluarga. 2. Mendeskripsikan kedudukan dan peran anggota dalam keluarga dan lingkungan tetangga, serta kerja sama diantara keduanya. 3. Memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi. 4. Mengenai sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajemukan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi. 5. Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah nasional, keragaman suku bangsa serta kegiatan ekonomi di Indonesia. 6. Menghargai peranan tokoh pejuang dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. 7. Memahami perkembangan wilayah Indonesia, keadaan sosial negara di Asia Tenggara serta benua-benua. 8. Mengenal gejala (peristiwa) alam yang terjadi di Indonesia dan negara tetangga, serta dapat melakukan tindakan dalam menghadapi bencana alam. 9. Memahami peranan Indonesia di era global. Ilmu Pengetahuan Sosial sangat penting diajarkan sejak sekolah dasar, dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPS di sekolah akan membantu peserta didik dalam menghadapi masalah sosial yang dihadapinya dan akan membimbing peserta didik pada nilai-nilai dan perilaku yang demokratis. c) Karakteristik Pembelajaran IPS di Kelas Tinggi Esensi proses pembelajaran di kelas tinggi adalah suatu pembelajaran yang dilaksanakan secara logis dan sistematis untuk membelajarkan siswa tentang konsep dan generalisasi sehingga penerapannya (menyelesaikan soal, menggabungkan, menghubungkan, memisahkan, menyusun, menderetkan, melipat, dan membagi). Contoh kegiatan belajarnya: 1) Mendiskusikan tentang jual beli 2) Memperagakan rangkaian gerak dengan alat musik 3) Menafsirkan peninggalan-peninggalan sejarah 4) Melakukan operasi hitung campuran (bilangan bulat pecahan) 5) Mengumpulkan bukti perkembangbiakan makhluk hidup. Guru dikelas tinggi pada sekolah dasar harus menggunakan pembelajaran yang berbasis masalah, menggunakan pendekatan konstruktivis, melakukan aktivitas menyelidiki, meneliti, dan membandingkan. Karena siswa di kelas tinggi dalam melakukan kegiatan pembelajaran melakukan tahapan penyelidikan, melakukan pemecahan masalah, dan sebagainya. 6. Pengertian Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan memgetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil Dalam kelas kontesktual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual Pembelajarn kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pependekatanan (Pendekataning), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment). Pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) menurut Depdiknas (2007 : 3) dan Nurhadi (dalam Muslich, 2009 : 41), adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar. Melalui pembelajaran kontekstual diharapkan konsep-konsep materi pelajaran dapat diintegrasikan dalam konteks kehidupan nyata dengan harapan siswa dapat memahami apa yang dipelajarinya dengan lebih baik dan mudah. Pembelajaran kontekstual menempatkan siswa di dalam kontes bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajarinya dan sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individual siswa dan peran guru. Dalam pembelajaran kontekstual, tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik, dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai. Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hapalan, tetapi mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar. a) Karakteristik Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning). a. Dalam CTL (Contextual Teaching and Learning), pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada, artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain. b. Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru. Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan kemudian memerhatikan detailnya. c. Pemahaman pengetahuan, artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru tanggapan itu dikembangkan. d. Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman tersebut, artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa sehingga tampak perubahan prilaku siswa. e. Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi. Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendekatan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning atau CTL) adalah konsep belajar yang membentuk guru menghubungkan antara materi pelajaran yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas sedikit demi sedikit, dan dari proses mengonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat. b) Langkah-langkah Pembelajaran Kontekstual ”Langkah-langkah pendekatan pembelajaran kontekstual meliputi empat tahap, yaitu invitasi, eksplorasi, penjelasan dan solusi, serta pengambilan tindakan.” (Sutardi, Sudirjo, 2007:106) a. Tahap invitasi Siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awal tentang konsep yang dibahas. Bila perlu guru memancing dengan memberikan pertanyaan yang problematik tentang kehidupan sehari-hari, melalui kaitan konsep-konsep yang dibahas tadi dengan pendapat yang mereka miliki. Siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan, mengikutsertakan tentang konsep tadi. b. Tahap eksplorasi Siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki, dan menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian, penginterprestasian data dalam sebuah kegiatan yang telah dirancang oleh guru. Secara berkelompok siswa melakukan kegiatan berdiskusi tentang masalah yang ia bahas. Tahap ini akan memenuhi rasa ingin tahu siswa tentang fenomena kehidupan nyata dari lingkungan sekitarnya. c. Tahap penjelasan dan solusi Pada saat siswa memberikan penjelasan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya ditambah penguatan dari guru, maka siswa dapat menyampaikan gagasan, membuat pendekatan, dan membuat rangkuman serta ringkasan hasil pekerjaannya. d. Tahap pengambilan tindakan Siswa dapat membuat keputusan, menggunakan pengetahuan dan keterampilan berbagai informasi dan gagasan, mengajukan pertanyaan lanjutan, mengajukan saran baik secara individu maupun secara kelompok yang berhubungan dengan pemecahan masalah. c) Kelebihan Pembelajaran Kontekstual Kelebihan pendekatan pembelajaran kontekstual adalah real world learning, mengutamakan pengalaman nyata, berfikir tingkat tinggi, berpusat pada siswa, sisswa aktif, kritis dan kreatif, pengetahuan bermakna dalam kehidupan, dekat dengan kehidupan nyata, adanya perubahan prilaku, pengetahuan diberi makna, dan kegiatan bukan mengajar tetapi belajar. Selain itu keunggulan lain yakni kegiatan lebih pada pendidikan bukan pengajaran sebagai pembentukan, memecahkan masalah, siswa acting guru mengarahkan, dan hasil belajar diukur dengan berbagai alat ukur tidak hanya tes saja. d) Kekurangan Pembelajaran Kontekstual Beberapa kelemahan pembelajaran kontekstual antara lain, bagi guru kelas,guru harus memiliki kemampuan untuk memahami secara mendalam dan komperhensif tentang konsep pembelajaran kontekstual itu sendiri, potensi perbedaan individual siswa di kelas, beberapa pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada aktivitas siswa, dan sarana, media, alat bantu serta kelengkapan pembelajaran yang menunjang aktivitas siswa dalm belajar. Sedangkan bagi siswa yakni inisiatif dan kreatif dalam belajar, memiliki wawasan pengetahuan yang memadai dari setiap mata pelajaran, adanya perubahan sikap dalam menghadapi persoalan, dan memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi dalam menyelesaikan tugas-tugas. B. HASIL PENELITIAN TERDAHULU YANG SESUAI DENGAN VARIABEL PENELITIAN Tuti Badriah pada tahun 2011 dengan skripsinya yang berjudul Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (Ctl) Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Prestasi Belajar Siswa. Permasalahan utama pada penelitiannya adalah kurangnya aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung yang berimbas kepada prestasi belajar siswa yang kurang pula. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata aktivitas siswa dalam kelompok dari data awal sampai siklus II, yaitu pada data awal 60, siklus I 63,33, siklus II 84,28, sedangkan nilai rata-rata prestasi belajar siswa dari data awal sampai siklus II, yaitu pada data awal 60,83, siklus I 61,66, siklus II 85,78. Dengan demikian, penggunaan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) sangat menunjang terhadap aktivitas dan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan cahaya di kelas V sekolah dasar. Hal ini disebabkan dalam pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), siswa dituntut lebih aktif dalam pembelajaran, dapat berdiskusi dengan temannya, dapat menemukan sendiri konsep-konsep dalam pembelajaran. C. KERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan kajian teori yang dikemukakan di atas maka dapat disusun suatu kerangka pemikiran, bahwa rendahnya aktivitas dan hasil belajar pada siswa kelas V SDN 1 Cikidang kecamatan Lembang kabupaten Bandung Barat dikarenakan kurang tepatnya metode dan media yang digunakan guru dalam pengajaran. Semula guru mengajar hanya dengan menulis di papan tulis saja dan masih menggunakan metode ceramah yang cenderung berpusat pada guru saja. Guru juga lebih menekankan pada terselesainya materi pelajaran daripada tingkat kemampuan siswa dalam memahami materi, jadi siswa hanya diberi sesuatu yang abstrak atau dengan kata lain guru hanya mengajar dengan berceramah atau berbicara “satu arah”, sehingga kegiatan siswa hanyalah mendengarkan dan membayangkan penjelasan dari guru. Akibatnya siswa merasa bosan dan malas. Dengan demikian daya pikir siswa rendah, sehingga aktivitas dan hasil belajar siswapun sangat rendah. Dengan adanya kondisi yang seperti ini, guru termotivasi untuk mengubah strategi mengajarnya. Dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning diharapkan akan meningkatkan aktivitas dan hasi lbelajar pada siswa, karena CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Berdasarkan uraian di atas, maka alur kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dijelaskan pada gambar di bawah ini: Gambar 1.1 Kerangka Berfikir D. ASUMSI DAN HIPOTESIS 1. Asumsi Asumsi atau Anggapan dasar merupakan suatu dasar penelitian yang akan memberikan arahan dalam mengerjakan penelitian yang telah diakui kebenarannya dan merupakan landasan dalam menentukan hipotesis. Adapun yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Aktivitas belajar merupakan salah satu kunci keberhasilan siswa dalam berprestasi. b. Hasil belajar meruapakan acuan keberhasilan guru maupun siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar c. Pendekatan pembelajar CTLmerupakan pendekatan pembelajaran yang cocok digunakan pada siswa khususnya siswa kelas V SD d. Metode Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi dimana praktik pembelajaran tersebut dilakukan. 2. Hipotesis Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: “Dengan melalui pendekatan CTL, maka aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 1 Cikidang kecamatan Lembang kabupaten Bandung Barat dapat meningkat”. MATERI PEMBELAJARAN IPS A. Kenampakan Alam Negara Tetangga Indonesia Kita hidup di wilayah Indonesia. Negara kita berada di kawasan Asia Tenggara. Indonesia memiliki bentuk wilayah yang berbeda dengan negara-negara tetangga. Kepulauan merupakan bentuk wilayah Indonesia. Negara tetangga yang berdekatan dengan Indonesia adalah Singapura, Malaysia, Filipina, dan Brunei Darussalam. Meskipun berdekatan, negara tetangga tersebut memiliki batas wilayah yang berbeda. Hal ini berkaitan dengan kenampakan alam negara-negara tersebut. Perhatikan peta dibawah ini! Dilihat dari letak geografisnya, Indonesia berada di kawasan Asia Tenggara. Indonesia terletak di antara dua benua, yaitu Benua Asia dan Australia. Indonesia juga diapit dua samudra, yaitu Samudra Hindia dan Pasifik. Melihat kondisi geografisnya, Indonesia merupakan Negara kepulauan. Indonesia memiliki beberapa selat, laut, teluk, gunung, dan pegunungan. Kenampakan alam di Indonesia dapat dengan mudah kamu lihat. Hutan, sungai, pegunungan, dan sawah mewarnai kenampakan alamnya. Di Indonesia terdapat beberapa gunung yang masih aktif. Misalnya Gunung Krakatau, Gunung Merapi, Gunung Kelud, Gunung Gamalama, dan Gunung Papandayan. Gunung berapi mengeluarkan asap yang mengepul. Gunung api aktif bisa meletus sewaktuwaktu. Selain menimbulkan korban dan kerusakan, letusannya bermanfaat bagi kehidupan manusia. Dahulu kenampakan hutan Indonesia seperti hamparan karpet. Kenampakan ini akan tampak jika dilihat dari udara. Akan tetapi, kondisi hutan Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Kegiatan illegal logging telah merusak hutan Indonesia. Pengalihfungsian hutan menjadi lahan perkebunan juga menyebabkan lahan hutan berkurang. Jika hal ini dibiarkan, Indonesia semakin kehilangan hutan-hutannya. Dampak buruknya bisa merusak ekosistem. Secara geografis, negara-negara tetangga letaknya berdekatan dengan Indonesia. Setiap negara memiliki kenampakan alam yang berbeda. 1. Malaysia Malaysia dikenal dengan nama Negeri Jiran. Negara ini berdekatan dengan wilayah Indonesia. Selain itu, negara ini juga berbatasan dengan Singapura. Akan tetapi, kenampakan alam Malaysia berbeda dengan Indonesia. Wilayah dari negara ini terdiri atas dua kawasan yang dipisahkan Laut Cina Selatan, yaitu Semenanjung Malaysia (Malaysia Barat) dan Malaysia Timur. Malaysia Barat merupakan Jazirah Malaysia. Sementara itu, wilayah Malaysia Timur terdiri atas Sabah dan Sarawak. Bentuk wilayahnya berupa pantai yang landai hingga hutan lebat dan bukit tinggi. Salah satu contoh kenampakan alamnya adalah Gunung Kinabalu dengan tinggi 4.101 meter. Gunung ini terletak di Sabah, Malaysia 2. Singapura Singapura merupakan sebuah negara kota. Letaknya di pengujung Semenanjung Malaysia. Wilayahnya berbatasan dengan Malaysia dan Kepulauan Riau. Negara ini memiliki 63 pulau dan beberapa pulau kecil. Salah satu kenampakan alam di Singapura adalah Bukit Timah setinggi 166 meter. Sekitar 23% wilayah Singapura berupa hutan dan cagar alam. Kawasan hutan dipakai untuk tempat tinggal karena meningkatnya urbanisasi. 3. Brunei Darussalam Negara ini dikenal dengan sebutan negara petrodollar. Sebuah Negara kecil di bagian utara Pulau Kalimantan dan berbatasan dengan Malaysia. Negara ini termasuk negara yang sangat makmur. Sebagian besar wilayahnya terdiri atas dataran rendah yang pantainya berawa. Sementara itu, daerah pedalaman terdiri atas bukit-bukit. Wilayah yang paling tinggi di Brunei adalah bukit Pagon. Bukit lainnya adalah bukit Peradayan dan Patoi. Brunei juga memiliki sungai-sungai besar di antaranya Sungai Batu Apol, Temburong, Belalong, Tutong, dan Damit. 4. Thailand Wilayah Thailand berbatasan dengan Laos dan Kampuchea di sebelah timur. Di sebelah selatan berbatasan dengan Malaysia dan Teluk Siam. Di sebelah barat berbatasan dengan Myanmar dan Laut Andaman. Di sebelah utara berbatasan dengan Myanmar dan Laos. Kenampakan alam Thailand berupa tanah berliku, dataran tinggi, hutan, pegunungan, dan bukit-bukit. Puncaktertingginya berupa Gunung Doi Inthanon setinggi 2.576 meter. Wilayah tengah berupa lembah datar Sungai Chao Phraya yang mengalir ke Teluk Thailand. Wilayah timur berupa hamparan Khorat dibatasi Sungai Mekong. Hamparan Khorat berupa dataran tinggi kira-kira 200 meter. Tanahnya kurang subur, berpasir, dan jarang turun hujan kecuali pada musim hujan. Wilayah selatan terdapat Tanah Genting Kra yang meluas ke Semenanjung Melayu. Tanah Genting Kra berupa daratan sempit menghubungkan Semenanjung Melayu dengan daratan Asia. Tanah tersebut berfungsi sebagai batas dua bagian cordillera (rangkaian pegunungan) pusat dari Tibet dan Semenanjung Melayu. 5. Filipina Filipina merupakan negara kepulauan. Negara ini terdiri atas 7.107 pulau. Pulau terbesarnya adalah Pulau Luzon di sebelah utara dan Pulau Mindanau di sebelah selatan. Kenampakan alamnya berupa laut merupakan laut terdalam dengan kedalaman 10.400 meter. Letaknya di Palung Mindanau. Negara ini juga dilalui jalur gunung api Sirkum Pasifik. Puncak tertinggi adalah Gunung Apo setinggi 2.954 meter. Filipina memiliki beberapa sungai utama di antaranya Sungai Cagayan, Pampanga, dan Agno yang terletak di Pulau Luzon, serta Sungai Agusan yang terletak di Pulau Mindanau. Sementara itu, danau-danau di Filipina adalah Laguna de Bay dan Danau Taal di Pulau Luzon, serta Danau Lanao dan Mainit di Pulau Mindanau. Itulah beberapa kenampakan alam di Filipina. 6. Myanmar Myanmar berbatasan dengan India dan Bangladesh di sebelah barat serta Cina, Laos, dan Thailand di sebelah timur. Myanmar berbatasan dengan India dan Cina di sebelah utara. Wilayah perbatasannya berupa puncak Pegunungan Himalaya dengan ketinggian mencapai 4.600 meter. Rangkaian pegunungan yang memanjang di barat dan timur tersebut membentuk huruf V. Wilayah Myanmar bagian barat terdapat rangkaian Pegunungan Arakan membentuk jurang terjal. Pegunungan yang dikenal dengan Naga, Chin, dan bukit Lushai merupakan perbatasan India dan Myanmar. Cekung Tengah Myanmar besar terletak di antara Dataran Tinggi Shan dan Pegunungan Tenasserim. Daerah ini dialiri Sungai Irawady serta beberapa anak sungai seperti Sittang, Chindwin, dan Delta Salween. 7. Vietnam Vietnam merupakan negara yang terletak paling timur di Asia Tenggara. Wilayahnya berbatasan dengan Cina di sebelah utara, Laos di sebelah barat laut, Kampuchea di sebelah barat daya, dan Laut Cina Selatan di sebelah timur. Kenampakan alamnya berupa bukit-bukit, gunung-gunung berhutan lebat, dan dataran rendah. Dataran tinggi berada di wilayah yang berbatasan dengan Laos. Puncak tertinggi adalah Gunung Phan Xi Pang dengan tinggi 3.143 meter. Gunung ini berada di Provinsi Lao Cai. Bagian utara Vietnam berupa tanah tinggi dan Delta Sungai Merah. Bagian selatan berupa pantai, Pegunungan Banjaran Annamite, hutan, dan tanah kurang subur. 8. Kampuchea Wilayah Kampuchea berbatasan dengan Thailand di sebelah barat, Laos di sebelah utara, Vietnam di sebelah timur, dan Teluk Thailand di sebelah selatan. Salah satu kenampakan alam di Kampuchea yang menarik berupa dataran lacustrine. Dataran ini terbentuk akibat banjir di Tonle Sap. Sungai Mekong juga mengalir di wilayah ini. Puncak tertingginya adalah Gunung Phnom Aoral setinggi 1.813 meter. 9. Laos Laos adalah negara daratan di Asia Tenggara. Wilayahnya berbatasan dengan Myanmar dan Cina di barat laut, Vietnam di timur, Kampuchea di selatan, dan Thailand di barat. Delapan puluh persen wilayahnya berupa daratan dan dua puluh persen berupa perairan. Wilayah daratan berupa gunung yang diselimuti hutan lebat. Puncak tertingginya adalah Gunung Phou Bia setinggi 2.817 meter. Wilayahnya juga berupa dataran rendah dan dataran tinggi. Laos juga memiliki beberapa sungai besar. Sungai di Laos merupakan sarana transportasi. Sungai besar yang mengalir di Laos adalah Sungai Mekong dan Ngum. Sungai Mekong dijadikan media komunikasi bagi penduduk Laos bagian utara dan selatan. Anak Sungai Mekong menyediakan jalan alam menuju pedalaman yang bergunung-gunung. Rangkaian pegunungan dari Rantai Annam membentuk perbatasan dengan Vietnam. 10. Timor Leste Republik Demokratik Timor Leste (Timor-Leste atau Timor Lorosa’e) merupakan negara kecil di sebelah utara Australia dan bagian timur Pulau Timor.Wilayahnya meliputi Pulau Kambing atau Atauro, Jaco, dan Exclave Oecussi- Ambeno di Timor Barat. Negara ini berada di Dangkalan Sahul terletak sekitar 845 km barat laut dari Australia. Sebagian besar wilayahnya berupa pegunungan dengan beberapa danau dan hutan. Itulah beberapa kenampakan alam yang ada di negara-negara tetangga. B. Kenampakan Sosial Negara Tetangga Indonesia Kenampakan sosial negara tetangga Indonesia dipengaruhi kenampakan alam tiap-tiap negara. Hal ini menyebabkan kenampakan sosial masyarakatnya beragam. Keragaman ini bisa dilihat dari suku bangsa, tradisi, maupun budaya tiap-tiap negara. Masyarakatnya terbentuk melalui hubungan sosial antarsuku bangsa dengan latar belakang budaya, etnis, dan agama berbeda. Akan tetapi, perbedaan tersebut menjadi dasar terciptanya hubungan yang harmonis di kawasan Asia Tenggara. 1. Kenampakan Sosial Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan. Dengan bentuk ini Indonesia memiliki ribuan pulau yang tersebar hingga penjuru tanah air. Adanya ribuan pulau menjadikan Indonesia dihuni berbagai suku bangsa. Setiap suku bangsa memiliki tradisi yang merupakan warisan leluhur. Dalam kehidupan sehari-hari, tradisi tersebut dijadikan pijakan sebagian masyarakat. Meskipun berbeda tradisi, masyarakat menginginkan terciptanya rasa persatuan. Bagaimana keadaan sosial negara-negara tetangga? Setiap Negara memiliki suku bangsa sendiri-sendiri. Beberapa suku bangsa di kawasan Asia Tenggara dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.1 Suku Bangsa di Asia Tenggara Ribuan pulau di Indonesia menyebabkan persebaran penduduk tidak merata. Persebaran penduduk terpusat di beberapa pulau di tanah air. Wilayah yang terpadat penduduknya adalah Pulau Jawa. Selain itu, juga menyebabkan munculnya keragaman sosial dalam masyarakat. Misalnya dalam hal pekerjaan. Sebagian besar penduduk Indonesia bekerja pada sector pertanian. Mereka bekerja di lahan sawah, kebun, dan ladang. Ada juga masyarakat yang bekerja sebagai pegawai, nelayan, dan pedagang. Penduduk asli di kawasan Asia Tenggara berkulit gelap dan berbadan kecil. Penduduk ini bisa dijumpai di Filipina, Indonesia, dan Malaysia. Sekitar 2.500 tahun sebelum Masehi terjadi perpindahan penduduk secara besarbesaran di Asia Tenggara. Mereka adalah orang Melayu atau Indonesia. Mayoritas penduduk Filipina dan Indonesia merupakan keturunan mereka. Dalam hal agama, penduduk di tiap-tiap negara juga berbeda. Penduduk Thailand, Kampuchea, Laos, Myanmar, dan Vietnam beragama Buddha. Sebagian besar penduduk Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam beragama Islam. Sebagian besar penduduk Filipina beragama Kristen. Sementara itu, orang Cina di kawasan Asia Tenggara memiliki berbagai bentuk kepercayaan, seperti Buddha, taoisme, Konghucu, Kristen, pemujaan leluhur, pemujaan arwah, serta berbagai kepercayaan lain. 2. Keragaman Budaya Keragaman budaya juga mewarnai kawasan Asia Tenggara. Ada sebagian budaya yang merupakan warisan leluhur. Ada pula budaya modern yang berkembang karena pengaruh globalisasi. Akan tetapi, budaya tradisional masih ada yang dilestarikan. Budaya tersebut antara lain seni wayang di Indonesia dan pwe di Myanmar. Kedua budaya tersebut mulai terkikis akibat perubahan zaman yang serbamodern. Dalam hal pakaian pun penduduk di Asia Tenggara juga memiliki selera berbeda. Di Vietnam terdapat pakaian tradisional yang terkenal, yaitu Ao Dai. Pakaian tersebut dipakai dalam peristiwa tertentu, seperti perkawinan atau pesta. Penduduk Indonesia juga memiliki pakaian tradisional di tiaptiap daerah. Misalnya, baju kurung dengan songket dari Minangkabau, Sumatra Barat. Kebaya dan kain batik dari Jawa. Budaya yang berkembang di tiap-tiap negara merupakan identitas negara. Masyarakat perlu menjaga kelestariannya dari pengaruh luar. Dengan begitu, masyarakat merasa memiliki budaya negeri sendiri.
Item Type: | Thesis (Skripsi(S1)) |
---|---|
Subjects: | S1-Skripsi |
Divisions: | Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > PGSD 2014 |
Depositing User: | Iyas - |
Date Deposited: | 23 Jul 2016 17:16 |
Last Modified: | 23 Jul 2016 17:16 |
URI: | http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/5955 |
Actions (login required)
View Item |