Hendra Sujana, 105060286 (2016) Penggunaan Model Problem Based Learning Untuk Menumbuhkan Kerjasama dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Keragaman Budaya Bangsaku. Skripsi(S1) thesis, FKIP UNPAS.
Text
lembar pegesahan.docx Download (19kB) |
|
Text
moto.docx Download (22kB) |
|
Text
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.docx Download (16kB) |
|
Text
abstrak b.indo.docx Download (19kB) |
|
Text
abstrak b.ing.doc Download (26kB) |
|
Text
ucapan terimakasih.docx Download (20kB) |
|
Text
DAFTAR ISI.docx Download (24kB) |
|
Text
Bab 1.docx Download (33kB) |
|
Text
BAB II.docx Download (86kB) |
|
Text
BAB III.docx Restricted to Repository staff only Download (69kB) |
|
Text
BAB IV.docx Restricted to Repository staff only Download (176kB) |
|
Text
BAB V.docx Restricted to Repository staff only Download (25kB) |
|
Text
daftar pustaka sementara.docx Download (23kB) |
|
Text
dapussssssssssssssssss.docx Download (18kB) |
|
Text
RIWAYAT HIDUP.docx Download (73kB) |
Abstract
Oleh: Hendra Sujana 105060286 ABSTRAK Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dengan tujuan untuk memperbaiki pembelajaran IPS di Sekolah Dasar khususnya di kelas IV pada materi Keragaman Budaya Bangsaku dengan menerapkan model Problem Pased Learning Peneltian ini dilatarbelakangi oleh hasil temuan dalam kegiatan observasi di kelas IV SDN Pasanggrahan Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung yang menggambarkan hasil prestasi belajar yang belum memenuhi KKM yang ditetapkan. Penelitian Tindakan kelas ini berlangsung dalam 2 siklus, tiap siklus terdiri dari 4 tahap yakni perencanaan, pelaksanaan dan observasi, evaluasi dan analisis serta refleksi. Dalam tiap siklusnya dilaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning yang terdiri dari 5 tahap yaitu: 1) Perumusan masalah, 2) Perumusan hipotesis, 3) Pengumpulan Data, 4) pengujuian hipotesis dan 5) Penarikan kesimpulan. Instrumen yang digunakan dalam peneltian ini adalah tes, lembar observasi dan angket. Hasil penelitian yang diperoleh adalah adanya peningkatan hasil belajar siswa pada materi Keragaman Budaya Bangsaku, pada siklus 1, siswa berhasil meraih nilai rata-rata 2,74. Pada pelaksanaan siklus 2 yang merupakan perbaikan dari hasil belajar pada siklus 1, hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang signifikan menjadi 3,06. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa penggunaan model Problem Based Learning dapat meningkatkan Kerjasama dan hasil belajar siswa pada materi Keragaman Budaya Bangsaku. Dengan demikian penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran untuk diterapkan pada pembelajaran Tematik. Kata Kunci : Problem Based Learning, Kerjasama, Hasil Belajar. ABSTRACT This classroom action research (CAR) was done to fix Thematic in elemntry school especially in fourth grade on SDN Pasanggrahan District of Bandung Regency Cimenyan by applied problem based learning model. this research was contributed by finding result in observation activity at 4th grade of SDN Pasanggrahan which describe the result of learning achievement that had not reach KKM that was ruled. this research was held in cyclus, each cyclus consisted of four steps, there were, planing,action & observation evaluation & analysist & reflection. for each cyclus had done learning activties by applied PBL model which consist of 5 steps they were formulation of the problem, formulation of hyporesist, data colecting, hypotesist testing & decision of conclusion. the instrument that was used was testing observation form and questionare. the result of this research was the improvemnt of student learning result in the various of my country's culture at the first cyclus sthe student reached the average score 2,74. the second cyclus that was the fix of learning result in the first cyclus, there was significantly improvement on student learning result became 3,06. The conclusion of this research was, the use of Problem Based Learning model could improve student's cooperation and learning result in various of my cuontry's culture material could be one of the alternative learning model to be applied in Thematic learning. Keys: Problem Based Learning, Cooperative, learning result. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar dalam pengembangan pribadi, hasilnya dapat terwujud dalam perubahan tingkah laku, pengetahuan, sikap dan keterampilan. Pelaksanaanya bukanlah usaha mudah akan tetapi banyak mengalami kesulitan. Keberhasilan pendidikan sangat ditentukan manakala pendidikan tersebut mampu mengubah diri siswa. Perubahan tersebut dalam arti dapat menumbuh kembangkan potensi-potensi yang dimiliki siswa sehingga siswa dapat memperoleh manfaatnya secara langsung dalam perkembangan pribadinya. Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3, menyatakan bahwa : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Peranan guru untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut sangatlah penting. Guru berperan dalam membina dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan, kebiasaan, sikap, fungsi dan peranan hidup, rasa cinta dan minat siswa yang memiliki budaya dan karakter bangsa. Fungsi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa selain mengembangkan dan memperkuat potensi pribadi juga menyaring pengaruh dari luar yang akhirnya dapat membentuk karakter peserta didik yang dapat mencerminkan budaya bangsa Indonesia. Upaya pembentukan karakter sesuai dengan budaya bangsa ini tentu tidak semata-mata hanya dilakukan di sekolah melalui serangkaian kegiatan belajar mengajar baik melalui mata pelajaran maupun serangkaian kegiatan pengembangan diri yang dilakukan di kelas dan luar sekolah. Pembiasaan-pembiasan (habituasi) dalam kehidupan, seperti: religius, jujur, disiplin, toleran, kerja keras, cinta damai, tanggung-jawab, tekun, perhatian, rasa hormat, dsb. perlu dimulai dari lingkup terkecil seperti keluarga sampai dengan cakupan yang lebih luas di masyarakat. Nilai-nilai tersebut tentunya perlu ditumbuhkembangkan yang pada akhirnya dapat membentuk pribadi karakter peserta didik yang selanjutnya merupakan pencerminan hidup suatu bangsa yang besar. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, guru sebagai pengembang kurikulum dan ujung tombak pelaksanaan pendidikan di lapangan, dituntut memiliki kecakapan dasar profesional kependidikan. Kehandalan guru dalam mengemban tugas profesional kependidikan khususnya dalam program pembelajaran Tematik, akan menentukan proses dan hasil pembelajaran yang menjadi tujuan mulai dari merencanakan, mengelola dan menilai hingga merefleksi hasil yang dicapai dalam suatu proses berkelanjutan untuk kepentingan perbaikan yang diharapkan sehingga pembelajaran lebih bermakna. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Pasal 1, UU No. 14 Tahun 2005). Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Pasal 2, UU No. 14 Tahun 2005). Guru melakukan usaha untuk meningkatkan hasil belajar dengan mengajak, memotivasi, melibatkan peran serta peserta didik untuk mengemukakan pendapat. Belajar dalam kelompok dengan berdiskusi merupakan salah satu upaya yang dilakukan guru untuk menciptakan suasana belajar sehingga peserta didik benar-benar ikut serta dalam proses pembelajaran. Ini berarti pembelajaran yang ada berpusat pada peserta didik yaitu lebih menekankan keaktifan belajar peserta didik, tidak hanya berpusat pada guru. PBL lebih dari sekadar lingkungan yang efektif untuk mempelajari pengetahuan tertentu. Ia dapat membantu peserta didik membangun kecakapan sepanjang hidupnya dalam memecahkan masalah, kerjasama tim, dan berkomunikasi (Donal Woods, 2000), kemudian menurut Wee (2002) menyebutkan ciri proses PBL sangat menunjang pembangunan kecakapan mengatur diri sendiri (self directed), kolaboratif, berpikir secara metakognitif, cakap menggali informasi, yang semuanya relatif perlu untuk dunia kerja. Apa yang disampaikan Woods dan Wee di atas menunjukan PBL sejalan dengan gagasan di pendidikan rendah kini yang seharusnya memberi penekanan partisipasi aktif peserta didik. Dengan demikian, cara-cara tradisional, seperti peserta didik banyak mencatat dari penyampaian guru, kelulusan hanya dari ujian peiodik, memang dapat dianggap cocok ketika dahulu buku jarang dan mahal untuk diperoleh. Kenyataan yang terjadi dalam pembelajaran masih didominasi dengan ceramah oleh guru. Hal tersebut mengakibatkan pembelajaran kurang efektif, sehingga berdampak pada rendahnya prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, diadakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model Problem Based Learning pada pembelajaran Tematik siswa kelas IV hanya buku panduan ajarnya saja. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, pengajaran di SDN Pasanggrahan masih mempunyai pola pikir bahwa pengajaran itu adalah proses pemindahan ilmu pengetahuan yang dimiliki pendidik kepada siswa, sedangkan pendidik hanya menjadikan buku sumber sebagai sumber utama dari materi tersebut. Dengan demikian, pemahaman siswa pada materi tersebut tidak nampak adanya perubahan. Hanya sebagian siswa yang bisa mengikuti materi tersebut, itu pun didominasi oleh anak didik dengan prestasi yang sudah bagus saja. Semantara itu, bagi para siswa dengan prestasi yang masih kurang, materi tersebut hanya dapat diikutinya saja, tetapi tidak sampai pada tahap pemahaman. Dalam pembelajaran sebagian siswa kelas IV masih terdapat banyak nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah, yakni 2,76. Data keaktifan dan hasil belajarnya pun ditunjukan dengan nilai rendah, yakni 2,80, sedangkan nilai tertinggi hanya 2,90. Dengan melihat kondisi tersebut maka perlu dilakukan peningktan proses pembelajaran, agar siswa lebih aktif dan kualitas pembelajara pun menjadi meningkat. Demikian juga dengan hasil wawancara yang telah dilakukan, bahwa dalam pemilihan model pembelajaran, para pendidik sangat kebingungan dalam mencari model yang tepat untuk mengajarkan materi tematik, terutama dalam pemilihan metode yang tepat untuk kelas IV dan ketersediaan berbagai macam media untuk pengajaran materi khususnya tematik dirasakan menurut pengajar kelas IV, masih sangat minim. Sementara itu, menurut para siswa belajar hanya dari buku atau menyalin dari papan tulis saja, sehingga membuat mereka lelah dan bosan. Kemudian bila dilihat dari sarana prasarana di kelas IV SDN Pasanggrahan Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung memang masih belum memadai dan mendukung untuk memunculkan suasana belajar yang mengesankan. Hal ini terbukti dari kondisi fisik bangunan serta ketersediaan barang-barang yang dapat dijadikan sebagai media pembelajaran. Berdasarkan wawancara bersama para tenaga pengajar dan warga sekitar, kemampuan belajar para peserta didik yang kurang tersebut diakibatkan kurang aktifnya peran serta orang tua untuk mendukung anak mereka belajar. Hal ini disebabkan oleh tingkat pendidikan dan pendapatan ekonomi orang tua yang rendah. Rumusan dari Duch (1994) tentang lebih memahami PBL, menyatakan bahwa : PBL merupakan metode instruksional yang menantang mahasiswa agar “belajar untuk belajar”, bekerjasama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata. Masalah ini digunakan untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata. Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis mahasiswa dan inisiatif atas materi pelajaran. PBL mempersiapkan mahasiswa untuk berfikir kritis dan analisis, dan untuk mencari serta menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai Hal ini dapat dijadikan data awal untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dengan harapan bahwa setelah melakukan PTK seluruh peserta didik dapat berkerjasama dalam kegiatan pembelajaran dan salah satu cara atau solusi untuk memperbaiki keadaan ini adalah dengan mengadakan pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning. Sebagaimana diketahui bahwa, pembelajaran atau proses belajar merupakan inti dari proses pendidikan. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU No. 20 Tahun 2003:48). Penyampaian materi pembelajaran dengan timbulnya peran aktif dari peserta didik merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Salah satu metode pembelajaran yang dapat membuat peserta didik berperan aktif dalam proses belajar mengajar yakni dengan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif telah terbukti melalui berbagai penelitian memberikan hasil atau pencapaian hasil belajar yang signifikan dalam pembelajaran. Berdasarkan dari latar belakang di atas, judul yang diambil oleh peneliti dalam penelitian ini adalah Penerapan model PBL untuk Menumbuhkan Kerjasama dan hasil belajar siswa pada materi keragaman budaya bangsaku (penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran tematik di kelas IV SDN Pasanggrahan kecamatan cimenyan kabupaten bandung). B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis menemukan beberapa masalah diantaranya: 1. Kurangnya keaktifan peserta didik dalam pembelajaran tematik karena dianggap pembelajaran tematik itu sulit. 2. Penggunaan media pembelajaran yang tidak ada yang mengakibatkan minat peserta didik menjadi rendah. 3. Pembelajaran tematik di kelas kurang menarik, karena guru hanya menggunakan metode ceramah dan hanya merujuk pada buku. 4. Kurangnya pemahaman pendidik mengenai model-model pembelajaran. C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana perencanaan pembelajaran tematik pada tema 1 subtema 1 keragaman budaya bangsaku dengan menggunakan model Problem Based Learning di SDN Pasanggrahan? 2. Bagaimanakah proses pelaksanaan pembelajaran tematik tema 1 subtema 1 keragaman budaya bangsaku dengan menggunakan model problem based learning pada peserta didik kelas IV SDN Pasanggrahan? 3. Apakah hasil belajar peserta didik kelas IV SDN Pasanggrahan pada pembelajaran tematik tema 1 subtema 1 keberagaman budaya bangsaku dengan menggunakan model problem based learning dapat meningkat? D. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas dapat dibatasi sebagai berikut penggunaan model problem based learning adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut peserta didik mendapat pengetahuan penting, yang membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki model belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dengan menggunakan PBL penulis mengharapkan kerjasama dan hasil belajar siswa kelas IV di SDN Pasanggrahan bisa meningkat. E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Sesuai dengan batasan masalah yang telah ditentukan, maka tujuan penelitian yang ingin di capai secara umum untuk mengetahui efektifitas penggunaan model problem based learning dapat menumbuhkan kerjasama peserta didik pada keterampilan kerja ilmiah. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui perencanaan pembelajaran yang akan dilakukan guru dengan menggunakan model problem based learning. b. Mengetahui proses pembelajaran peserta didik melalui penggunaan model problem based learning. c. Mengetahui kerjasama dan hasil belajar siswa setelah menggunakan model problem based learning. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Secara teoritis penelitian ini berguna untuk menambah wawasan kelimuan bagi guru-guru sekolah dasar dalam pembelajaran disekolah dengan menggunakan model problem based learning untuk menumbuhkan kerjasama pada keterampilan kerja ilmiah dalam pembelajaran tematik. a. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait, terutama pendidik dan peserta didik kelas IV SDN Pasanggrahan. 1. Bagi Peneliti Penelitian ini menjadi pengalaman, sebagai masukan sekaligus sebagai pengetahuan untuk mengetahui upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui penggunaan media gambar. 2. Bagi Guru Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan guru dalam proses pembelajaran menggunakan media gambar agar dapat lebih meningkatkan aktivitas belajar siswa. 3. Bagi Siswa Dengan penelitian ini diharapkan aktivitas belajar siswa meningkat melalui media gambar, dan dapat memotivasi anak dalam belajar dan berfikir lebih kreatif, dan lebih aktif dalam proses pembelajaran. G. Definisi Operasional 1. Aktivitas belajar Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik dan mental yang keduanya harus saling terkait. Aktivitas siswa sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga siswa yang dituntut selalu aktif. Aktivitas belajar yang diharapkan muncul pada siswa kelas IV SD adalah diantaranya seperti: a. Siswa dapat mengeluarkan pendapat mengenai materi yang diajarkan. b. Siswa dapat bertanya mengenai materi yang diajarkan ataupun saat siswa sedang mengalami kesulitan. c. Siswa dapat melakukan demonstrasi. d. Siswa lebih berani saat melakukan kegiatan pembelajaran di kelas. e. Siswa dapat menanggapi materi yang diajarkan. f. Siswa dapat bekerjasama dengan teman 1 kelompok. g. Siswa dapat mengingat materi yang diberikan, dll. 2. Kerjasama Kerjasama adalah sebuah sistem pekerjaan yang dikerjakan oleh dua orang atau lebih untuk mendapatkan tujuan yang direncanakan bersama, Kerjasama dapat meningkatkan komunikasi kerja dalam tim di dalam dan di antara bagian-bagian kelompok kerja. (Tracy 2006) BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Kerja sama dan Hasil Belajar 1. Pengertian Kerja sama Manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya tidak dapat hidup sendiri. Manusia selalu membutuhkan bantuan orang lain. Khususnya bila ingin mencapai tujuan tertentu yang tidak dapat dicapai seorang diri. Salah satu jalan mencapai tujuan tersebut adalah dengan bekerjasama. Secara harfiah, dalam bahasa Inggris kata kerjasama disebut sebagai cooperation. Menilik dari situs Reference, pengertian kerjasama dijabarkan ke dalam beberapa dimensi, antara lain: a. an act or instance of working or acting together for a common purpose or benefit; joint action. b. more or less active assistance from a person, organization. c. willingness to cooperate: to indicate cooperation. d. Economics . the combination of persons for purposes of production, purchase, or distribution for their joint benefit: producers' cooperation; consumers' cooperation. e. Sociology . activity shared for mutual benefit. f. Ecology . mutually beneficial interaction among organisms living in a limited area. Jika diterjemahkan ke Indonesia, pengertian kerjasama di atas sebagai berikut: a. Sebuah tindakan atau bekerja bersama untuk mencapai tujuan atau keuntungan bersama; bertindak bersama b. Bantuan aktif dari orang/organisasi/kelompok lain (entah itu banyak atau sedikit) c. Keinginan untuk bekerjasama, menandakan keinginan bekerjasama, d. Kerjasama dalam pandangan ekonomi, merupakan gabungan individu yang saling membantu untuk mencapai hasil produksi, pembelian atau distribusi demi keuntungan bersama, e. Kerjasama dalam pandangan Sosiologi, adalah aktifitas yang dilakukan bersama demi mencapai hasil yang saling menguntungkan, f. Kerjasama dalam pandangan Ekologis, berarti interaksi saling menguntungkan antara organisme hidup dalam sebuah wilayah terbatas. Dikutip dari Gede Yudi Henrayana(2007:34), kerjasama didefinisikan oleh para ahli sebagai berikut: a. Moh. Jafar Hafsah menyebut kerjasama ini dengan istilah kemitraan, yang artinya adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prisip saling membutuhkan dan saling membesarkan. b. H. Kusnadi mengartikan kerjasama sebagai dua orang atau lebih untuk melakukanaktivitas bersama yang dilakukan secara terpadu yang diarahkan kepada suatu targetatau tujuan tertentu. c. Zainudin memandang kerjasama sebagai kepedulian satu orang atau satu pihak dengan orang atau pihak lain yang tercermin dalam suatu kegiatan yangmenguntungkan semua pihak dengan prinsip saling percaya, menghargai, dan adanyanorma yang mengatur. Makna kerjasama dalam hal ini adalah kerjasama dalam konteksorganisasi, yaitu kerja antar anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi(seluruh anggota). d. Tangkilisan (2005:86) dalam Manajemen Publik, memandang kerjasama perlu diadakan dengan kekuatan yang diperkirakan mungkin akan timbul. Kerjasama tersebut dapat didasarkan atas hak,kewajiban, dan tanggung jawab masing-masing orang untuk mencapai tujuan. e. Bowo dan Andy menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan kerjasama harus tercapai keuntungan bersama (2007:50-51), Pelaksanaan kerjasama hanya dapat tercapai apabila diperoleh manfaat bersama bagi semua pihak yang terlibat di dalamnya(win-win). Apabila satu pihak dirugikan dalam proses kerjasama, maka kerjasama tidak lagi terpenuhi. Dalam upaya mencapai keuntungan atau manfaat bersama dari kerjasama, perlu komunikasi yang baik antara semua pihak dan pemahaman sama terhadap tujuan bersama. Secara garis besar kerjasama adalah keinginan perseorangan tau dua pihak untuk melakukan sebuah tindakan atau pekerjaan secara bersama-sama sehingga dapat mencapai satu tujuan yang sama, kerjasama juga dapat terjalin bila dua belah pihak memiliki rasa bekerjasama sehingga dapat saling menguntungkan. 2. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar. Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut: a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode. b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari. c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip. d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil. e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya kemampuan menyusun suatu program. f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan. Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif Tematik yang mencakup tiga tingkatan yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan (C3). Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada aspek kognitif adalah tes. a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran di kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu sendiri. Sugihartono, dkk. (2007: 76- 77), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, sebagai berikut: a. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis. b. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar di atas, peneliti menggunakan faktor eksternal berupa penggunaan model problem based learning ini menuntut keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran Tematik. b. Karakteristik Siswa Usia SD Masa usia SD sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia 6 tahun sampai 11 atau 12 tahun. Pada masa ini, siswa usia SD memiliki karakteristik utama yaitu menampilkan perbedaan-perbedaan individual dan personal dalam banyak segi dan bidang diantaranya perbedaan dalam intelegensi, kemampuan kognitif dan bahasa, serta perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik. Masa kanak-kanak akhir sering disebut sebagai masa usia sekolah atau masa SD. Rita Eka Izzaty, dkk. (2008: 116), menyebutkan masa kanak-kanak akhir dibagi menjadi dua fase, yaitu: a. Masa kelas rendah Sekolah Dasar yang berlangsung antara usia 6/7 tahun-9/10 tahun, biasanya siswa duduk di kelas 1, 2, dan 3 Sekolah Dasar. b. Masa kelas tinggi Sekolah Dasar yang berlangsung antara usia 9/10 tahun-12/13 tahun, biasanya siswa duduk di kelas 4, 5, dan 6 Sekolah Dasar. Rita Eka Izzaty, dkk. (2008: 116), menyebutkan ciri-ciri khas siswa masa kelas rendah Sekolah Dasar adalah: a. Ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah. b. Suka memuji diri sendiri. c. Kalau tidak dapat menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, tugas atau pekerjaan itu dianggapnya tidak penting. d. Suka membandingkan dirinya dengan siswa lain, jika hal itu menguntungkan dirinya. e. Suka meremehkan orang lain. Rita Eka Izzaty, dkk. (2008: 116), juga menyebutkan ciri-ciri khas siswa masa kelas tinggi Sekolah Dasar adalah: a. Perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari. b. Ingin tahu, ingin belajar, dan realistis. c. Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus. Piaget mengemukakan bahwa siswa SD berada pada tahap operasional konkret (7 hingga 11 tahun), dimana konsep yang ada pada awal usia ini adalah konsep yang samar-samar dan sekarang lebih konkret. Siswa usia SD menggunakan operasi mental untuk memecahkan masalahmasalah aktual, siswa mampu menggunakan kemampuan mentalnya untuk memecahkan masalah yang bersifat konkret (Rita Eka Izzaty, dkk., (2008: 105-106). John W. Santrock (2007: 271) juga mengemukakan bahwa selama tahapan operasional konkret siswa dapat menunjukkan operasioperasi konkret, berpikir logis, mengklasifikasikan benda, dan berpikir tentang relasi antara kelas-kelas benda. Kemampuan berfikir pada tahap ini ditandai dengan aktivitas mental seperti mengingat, memahami, dan memecahkan masalah. Pengalaman hidup siswa memberikan andil dalam mempertajam konsep. Pada tahapan ini siswa usia SD mampu berfikir, belajar, mengingat, dan berkomunikasi karena proses kognitifnya tidak lagi egosentris dan lebih logis (Rita Eka Izzaty, dkk., 2008: 107). Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, karakteristik perkembangan siswa kelas IV SD berada tahap operasional konkret. Pada tahap ini, siswa berpikir atas dasar pengalaman yang konkret atau nyata yang pernah dilihat dan dialami. Siswa belum bisa berpikir secara abstrak. Karakteristik yang muncul pada tahap ini dapat dijadikan landasan dalam menyiapkan dan melaksanakan pembelajaran bagi siswa SD. Pelaksanaan pembelajaran di kelas perlu didesain menggunakan model pembelajaran yang sesuai dan tepat dengan memperhatikan karakteristik perkembangan siswa kelas IV SD pada tahap operasional konkret. Hal tersebut memungkinkan siswa untuk dapat melihat, berbuat sesuatu, melibatkan diri dalam pembelajaran, serta mengalami langsung pada hal-hal yang dipelajari. Selain itu, diharapkan akan berdampak terhadap peningkatan hasil belajar akademik siswa pada mata pelajaran IPS, pengembangan sikap, dan keterampilan sosial siswa. 3. Pengertian Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan. Tema merajut makna berbagai konsep dasar sehingga peserta didik tidak belajar konsep dasar secara parsial. Dengan demikian pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada peserta didik seperti tercermin pada berbagai tema yang tersedia. image Dalam pembelajaran tematik integratif, tema yang dipilih berkenaan dengan alam dan kehidupan manusia. Untuk kelas I, II, dan III, keduanya merupakan pemberi makna yang substansial terhadap mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Seni-Budaya dan Prakarya, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Di sinilah Kompetensi Dasar dari Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial yang diorganisasikan ke mata pelajaran lain memiliki peran penting sebagai pengikat dan pengembang Kompetensi Dasar mata pelajaran lainnya. Dari sudut pandang psikologis, peserta didik belum mampu berpikir abstrak untuk memahami konten mata pelajaran yang terpisah kecuali kelas IV, V, dan VI sudah mulai mampu berpikir abstrak. Pandangan psikologi perkembangan dan Gestalt memberi dasar yang kuat untuk integrasi Kompetensi Dasar yang diorganisasikan dalam pembelajaran tematik. Dari sudut pandang transdisciplinarity maka pengotakan konten kurikulum secara terpisah ketat tidak memberikan keuntungan bagi kemampuan berpikir. 4. Pengertian Model Problem Based Learning Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut peserta didik mendapat pengetahuan penting, yang membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki model belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Gambar 2.1 Proses Problem Based Learning (kemendikbud 2013:12) A. Konsep/Definisi Definisi 1) Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world). 2) Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu metode pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan. Model pembelajaran berbasis masalah dilakukan dengan adanya pemberian rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan pemecahan masalah oleh peserta didik yang diharapkan dapat menambah keterampilan peserta didik dalam pencapaian materi pembelajaran. Berikut ini lima strategi dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBL). 1) Permasalahan sebagai kajian. 2) Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman. 3) Permasalahan sebagai contoh. 4) Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses. 5) Permasalahan sebagai stimulus aktivitas autentik. Peran guru, peserta didik dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat digambarkan berikut ini. Guru sebagai Pelatih Peserta Didik sebagai Problem Solver Masalah sebagai Awal Tantangan dan Motivasi • Asking about thinking (bertanya tentang pemikiran). • Memonitor pembelajaran. • Probbing ( menantang peserta didik untuk berpikir ). • Menjaga agar peserta didik terlibat. • Mengatur dinamika kelompok. • Menjaga berlangsungnya proses. • Peserta yang aktif. • Terlibat langsung dalam pembelajaran. • Membangunpembelajaran. • Menarik untuk dipecahkan. • Menyediakan kebutuhan yang ada hubungannya dengan pelajaran yang dipelajari. (sumber kemendikbud 2013:13) Tujuan dan hasil dari model pembelajaran berbasis masalah ini adalah: 1. Keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah Pembelajaran berbasis masalah ini ditujukan untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. 2. Pemodelan peranan orang dewasa. Bentuk pembelajaran berbasis masalah penting menjembatani gap antara pembelajaran sekolah formal dengan aktivitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah. Berikut ini aktivitas-aktivitas mental di luar sekolah yang dapat dikembangkan. a. PBL mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas. b. PBL memiliki elemen-elemen magang. Hal ini mendorong pengamatan dan dialog dengan yang lain sehingga peserta didik secara bertahap dapat memi peran yang diamati tersebut. c. PBL melibatkan peserta didik dalam penyelidikan pilihan sendiri, yang memungkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun femannya tentang fenomena itu. 3. Belajar Pengarahan Sendiri (self directed learning) Pembelajaran berbasis masalah berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus dapat menentukan sendiri apa yang harus dipelajari, dan dari mana informasi harus diperoleh, di bawah bimbingan guru. Pendekatan PBL mengacu pada hal-hal sebagai berikut ini. a. Kurikulum : PBL tidak seperti pada kurikulum tradisional, karena memerlukan suatu strategi sasaran di mana proyek sebagai pusat. b. Responsibility : PBL menekankan responsibility dan answerability para peserta didik ke diri dan panutannya. c. Realisme : kegiatan peserta didik difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi yang sebenarnya. Aktifitas ini mengintegrasikan tugas otentik dan menghasilkan sikap profesional. d. Active-learning : menumbuhkan isu yang berujung pada pertanyaan dan keinginan peserta didik untuk menemukan jawaban yang relevan, sehingga dengan demikian telah terjadi proses pembelajaran yang mandiri. e. Umpan Balik : diskusi, presentasi, dan evaluasi terhadap para peserta didik menghasilkan umpan balik yang berharga. Ini mendorong kearah pembelajaran berdasarkan pengalaman. f. Keterampilan Umum : PBL dikembangkan tidak hanya pada keterampilan pokok dan pengetahuan saja, tetapi juga mempunyai pengaruh besar pada keterampilan yang mendasar seperti pemecahan masalah, kerja kelompok, dan self-management. g. Driving Questions :PBL difokuskan pada pertanyaan atau permasalahan yang memicu peserta didik untuk berbuat menyelesaikan permasalahan dengan konsep, prinsip dan ilmu pengetahuan yang sesuai. h. Constructive Investigations :sebagai titik pusat, proyek harus disesuaikan dengan pengetahuan para peserta didik. i. Autonomy :proyek menjadikan aktifitas peserta didik sangat penting. B. Fakta Empirik Keberhasilan Pendekatan dalam Proses dan Hasil Pembelajaran Kelebihan dan Kelemahan Menggunakan PBL 1. Kelebihan Menggunakan PBL a. Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik/mahapeserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan. b. Dalam situasi PBL, peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. c. PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok. Metoda ini memiliki kecocokan terhadap konsep inovasi pendidikan bidang keteknikan, terutama dalam hal sebagai berikut : a. peserta didik memperoleh pengetahuan dasar (basic sciences)yang berguna untuk memecahkan masalah bidang keteknikan yang dijumpainya; b. peserta didik belajar secara aktif dan mandiri dengan sajian materi terintegrasi dan relevan dengan kenyataan sebenarnya, yang sering disebut student-centered; c. peserta didik mampu berpikir kritis, dan mengembangkan inisiatif. 2. Kelemahan Menggunakan PBL a. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah. b. Membutuhkan biaya yang cukup banyak. c. Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana instruktur memegang peran utama di kelas. d. Banyaknya peralatan yang harus disediakan. e. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan. f. Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok. g. Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan Untuk mengatasi kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek di atas seorang pendidik harus dapat mengatasi dengan cara memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah, membatasi waktu peserta didik dalam menyelesaikan proyek, meminimalis dan menyediakan peralatan yang sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar, memilih lokasi penelitian yang mudah dijangkau sehingga tidak membutuhkan banyak waktu dan biaya, menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga instruktur dan peserta didik merasa nyaman dalam proses pembelajaran. Pembelajaran Berbasis Proyek ini juga menuntut siswa untuk mengembangkan keterampilan seperti kolaborasi dan refleksi. Menurut studi penelitian, Pembelajaran Berbasis Proyek membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan sosial mereka, sering menyebabkan absensi berkurang dan lebih sedikit masalah disiplin di kelas. Siswa juga menjadi lebih percaya diri berbicara dengan kelompok orang, termasuk orang dewasa. Pelajaran berbasis proyek juga meningkatkan antusiasme untuk belajar. Ketika anak-anak bersemangat dan antusias tentang apa yang mereka pelajari, mereka sering mendapatkan lebih banyak terlibat dalam subjek dan kemudian memperluas minat mereka untuk mata pelajaran lainnya. Antusias peserta didik cenderung untuk mempertahankan apa yang mereka pelajari, bukan melupakannya secepat mereka telah lulus tes. C. Hasil Penelitian Terdahulu Dian Mala Sari, Pebriyenni ., Yulfia Nora, 2013, Peningkatan Partisipasi dan Hasil Belajar Peserta didik Kelas IVB dalam Pembelajaran IPS Melalui Model Problem Based Learning di SDN 20 Kurao Pagang, Faculty of Education, Bung Hatta University Penelitian ini dilatarbelakangi kurangnya partisipasi peserta didik kelas IVB pada pembelajaran IPS. Yang berdampak terhadap rendahnya hasil belajar peserta didik. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan peningkatan partisipasi dan hasil belajar peserta didik kelas IVB dalam pembelajaran IPS melalui model PBL di SDN 20 Kurao Pagang. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan secara partisipan. Subjek penelitian ini peserta didik kelas IVB SDN 20 Kurao Pagang. Instrumen penelitian yang digunakan lembar observasi partisipasi peserta didik, lembar observasi aktivitas guru, tes hasil belajar dan catatan lapangan. Hasil penelitian diketahui bahwa partisipasi dalam menjawab pertanyaan meningkat dari 52,5 % di siklus I menjadi 70%, di siklus II. Partisipasi peserta didik menanggapi jawaban meningkat dari 40% di siklus I menjadi 65% di siklus II, dan partisipasi peserta didik dalam presentasi meningkat dari 27,5% di siklus I menjadi 67,5% di siklus II. Hasil belajar peserta didik siklus I meningkat dari 57,25% menjadi 72,75% di siklus II. Sedangkan persentase ketuntasan belajar yang ditentukan 70%. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa partisipasi dan hasil belajar peserta didik kelas IVB dapat ditingkatkan melalui model PBL dalam pembelajaran IPS di SDN 20 Kurao Pagang. D. Kerangka Pemikiran Berdasarkan kajian teori yang dikemukakan di atas maka dapat disusun suatu kerangka pemikiran, bahwa rendahnya aktivitas belajar pada siswa kelas IV SDN Pasanggrahan, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung dikarenakan kurang tepatnya metode dan media yang digunakan guru dalam pengajaran. Semula guru mengajar hanya dengan menulis di papan tulis saja dan masih menggunakan metode ceramah yang cenderung berpusat pada guru saja. Guru juga lebih menekankan pada terselesainya materi pelajaran daripada tingkat kemampuan siswa dalam memahami materi, jadi siswa hanya diberi sesuatu yang abstrak atau dengan kata lain guru hanya mengajar dengan berceramah atau berbicara “satu arah”, sehingga kegiatan siswa hanyalah mendengarkan dan membayangkan penjelasan dari guru. Akibatnya siswa merasa bosan dan malas. Dengan demikian daya pikir siswa rendah, sehingga aktivitas belajar siswapun sangat rendah. Dengan adanya kondisi yang seperti ini, guru termotivasi untuk mengubah strategi mengajarnya. Dengan model problem based learning diharapkan akan menumbuhkan kerjasama pada siswa, karena model problem based learning adalah model yang didalamnya dirancang masalah-masalah yang menuntut siswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam karir dan kehidupan sehari-hari. (Prof. Howard Barrows dan Kelson) Pembelajaran dengan menggunakan model problem based learning menumbuhkan kerjasama siswa pada kelas IV SD Negeri Pasanggrahan Kec Cimenyan Kabupaten Bandung tahun 2014. Berdasarkan uraian di atas, maka alur kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dijelaskan pada gambar di bawah ini: Gambar 2.2 Kerangka Berfikir (Yulie Nurfitriani 2011:11) E. Asumsi Asumsi atau Anggapan dasar merupakan suatu dasar penelitian yang akan memberikan arahan dalam mengerjakan penelitian yang telah diakui kebenarannya dan merupakan landasan dalam menentukan hipotesis. Adapun yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Aktivitas belajar merupakan salah satu kunci keberhasilan siswa dalam berprestasi. 2. Menumbuhkan kerjasama merupakan salah satu hal yang wajib ditumbuhkan didalam pembelajaran untuk mengembangkan polapikir setiap individu. 3. Metode Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi dimana praktik pembelajaran tersebut dilakukan. F. Hipotesis Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penggunaan model Problem Based Learning dapat meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa pada materi Keragaman Budaya Bangsaku di kelas IV SDN Pasanggrahan.
Item Type: | Thesis (Skripsi(S1)) |
---|---|
Subjects: | S1-Skripsi |
Divisions: | Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > PGSD 2014 |
Depositing User: | Iyas - |
Date Deposited: | 12 Jul 2016 03:28 |
Last Modified: | 12 Jul 2016 03:28 |
URI: | http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/5390 |
Actions (login required)
View Item |