PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PADA PEMBELAJARAN TEMATIK

NENG ROSI ISWANTI, 105060276 (2016) PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PADA PEMBELAJARAN TEMATIK. Skripsi(S1) thesis, FKIP UNPAS.

[img] Text
COVER.docx

Download (32kB)
[img] Text
LEMBAR PENGESAHAN.docx

Download (18kB)
[img] Text
MOTTO DAN PERSEMBAHAN.docx

Download (18kB)
[img] Text
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.docx

Download (17kB)
[img] Text
ABSTRAK indonesia.docx

Download (18kB)
[img] Text
ABSTRAK inggris.docx

Download (18kB)
[img] Text
KATA PENGANTAR.docx

Download (18kB)
[img] Text
UCAPAN TERIMA KASIH.docx

Download (20kB)
[img] Text
DAFTAR ISI.docx

Download (24kB)
[img] Text
BAB I.docx

Download (36kB)
[img] Text
BAB II.docx

Download (132kB)
[img] Text
Bab III.docx
Restricted to Repository staff only

Download (89kB)
[img] Text
BAB IV.docx
Restricted to Repository staff only

Download (248kB)
[img] Text
BAB V.docx
Restricted to Repository staff only

Download (21kB)
[img] Text
DAFTAR PUSTAKA.docx

Download (21kB)
[img] Text
RIWAYAT HIDUP.docx

Download (155kB)

Abstract

ABSTRAK Neng Rosi Iswanti 105060276 Penelitian dengan judul “Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pada Pembelajaran Tematik” di Kelas IV SDN Legok Jambu, bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep peserta didik pada Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku yang dilatarbelakangi oleh rendahnya pemahaman konsep keberagaman budaya bangsa sehingga masih ada peserta didik yang belum tuntas mencapai nilai KKM. Dari 28 peserta didik hanya 11 orang atau 39,28% yang tuntas mencapai KKM, dan peserta didik yang tidak tuntas mencapai KKM sebanyak 17 orang atau 60,71%. Dalam penelitian ini menggunakan model Penelitian Tindakan Kelas dari Stephen Kemmis dan Robin Mc. Taggart yang terdiri dari 2 siklus. Setiap siklusnya meliputi tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan atau observasi dan refleksi. Dalam hasil penelitian pada pra siklus jumlah peserta didik yang tuntas mencapai KKM sebanyak 11 orang atau 39,28% dan peserta didik yang tidak tuntas mencapai KKM sebanyak 17 orang atau 60,71% dari 28 peserta didik. Setelah dilakukan siklus I tindakan I peserta didik yang tuntas mencapai KKM sebanyak 14 orang atau 56% dan peserta didik yang belum tuntas 11 orang atau 44% dari 25 peserta didik dengan nilai rata-rata 2,76, pada tindakan II peserta didik yang tuntas mencapai KKM sebanyak 20 orang atau 76,92% dan peserta didik yang belum tuntas 6 orang atau 23,07% dari 26 peserta didik. Dan pada siklus II semua peserta didik tuntas dari KKM atau tuntas 100% dari 27 peserta didik. Hal ini dikarenakan penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning sangat mempengaruhi pemahaman konsep keberagaman budaya bangsa dan hasil belajar peserta didik. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian adalah penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan pemahaman konsep peserta didik terbukti berhasil dari nilai hasil belajar peserta didik setiap siklus. Kata Kunci: Model Problem Based Learning, Pemahaman Konsep, Hasil Belajar. ABSTRACT Neng Rosi Iswanti 105060276 The study entitled "The use of Problem Based Learning Model Learning To Improve Understanding the Concept of Thematic Learning" in Class IV SDN Legok Jambu, aims to improve the understanding of the concept of students in Subtheme Nation Cultural Diversity which is motivated by the lack of understanding the concept of cultural diversity of the nation so there participants achieving students who have not completed the KKM. Of 28 students only 11 people, or 39.28% were due to reach KKM, and learners who did not complete KKM reach as many as 17 people or 60.71%. In this study using a model of the Classroom Action Research Stephen Kemmis and Robin Mc. Taggart consisting of 2 cycles. Each cycle includes the stages of planning, implementation, observation or observasi and reflection. In the research on pre-cycle number of students who completed the KKM reach as many as 11 people, or 39.28%, and the students who did not complete KKM reach as many as 17 people or 60.71% of the 28 learners. After the first cycle of the first actions of learners who complete KKM reach as many as 14 people or 56% and learners who have completed 11 or 44% of the 25 students with an average score of 2.76, the second act of learners who achieve complete KKM as many as 20 people or 76.92% and learners who have not completed 6 people, or 23.07% of the 26 learners. And the second cycle students complete all of the KKM or complete 100% of 27 learners. This is because the use of Problem Based Learning model learning greatly affect the nation's understanding of the concept of cultural diversity and learning outcomes of students. Thus the conclusion of the study is the use of Problem Based Learning model learning can improve the understanding of the concept proved successful learners from the value of the study of students each cycle. Keywords: Model of Problem Based Learning, Understanding Concepts, Learning Outcomes. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Menurut Pasal 3 UU RI No. 20 Tahun 2003 pendidikan diupayakan untuk mencapai tujuan nasional, yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengembangkan fungsi tersebut, pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagai tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional. Jabaran tentang proses pembelajaran menurut PP Standar Pendidikan Nasional No 19 tahun 2005, pasal 19 ayat 1 menyebutkan, “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”. Penyelenggaraan sekolah dasar berpijak pada beberapa peraturan perundang-undangan sebagai landasan yuridis. Ada tiga peraturan peraturan perundang-undangan yang dijadikan landasan yuridis penyelenggaraan sekolah dasar, yaitu Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, dan peraturan pemerintah No. 20 tahun 1990 tentang pendidikan dasar bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengikuti pendidikan menengah. Pendidikan bagi sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa, sebaliknya menurut Jean Peaget pendidikan sebagai penghubung dua sisi, disatu sisi individu yang sedang tumbuh dan disisi lain nilai sosial, intelektual, dan moral yang menjadi tanggung jawab pendidik untuk mendorong individu tersebut. Individu berkembang sejak lahir dan terus berkembang, perkembangan ini bersifat kausal. Pandangan tersebut memberi makna bahwa pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Dalam arti sempit pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan umumnya di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Pendidikan Nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan. Pemerataan kesempatan pendidikan diwujudkan dalam program wajib belajar 9 tahun. Peningkatatan relevansi pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan berbasis sumber daya alam Indonesia. Peningkatan efisiensi manajemen pendidikan melalui penerapan manajemen berbasis sekolah dan pembaharuan pengelolaan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan. Istilah pembelajaran dapat didefinisikan dari berbagai sudut pandang. Salah satu sudut pandang yang dianggap paling awal menyajikan konsepsi pembelajaran adalah sudut pandang behavioristik. Berdasarkan pandangan teori ini, pembelajaran sering dikatakan sebagai proses pengubahan tingkah laku siswa melalui pengoptimalan lingkungan sebagai sumber stimulus belajar. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Di dalam proses pembelajaran terjadi interaksi edukatif antara guru dan siswa, ketika guru menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa di kelas. Bahan pelajaran yang guru berikan itu akan kurang memberi dorongan kepada siswa bila penyampaiannya menggunakan model pembelajaran yang kurang tepat. Pembelajaran dalam konteks kurikulum 2013 merupakan pembelajaran berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Pembelajaran yang demikian diawali dengan pembentukan sikap yang baik pada diri siswa. Atas dasar sikap positif dalam belajar ini, selanjutnya siswa beraktivitas melalui mempraktikkan keterampilan tertentu yang berhubungan dengan mata pelajaran yang dipelajarinya. Indonesia menaruh harapan besar terhadap pendidikan dalam perkembangan masa depan bangsa ini, karena dari sanalah tunas muda harapan bangsa sebagai generasi penerus dibentuk. Dari aspek kualitas, pendidikan kita memang belum bisa dikatakan sangat bagus dibandingkan dengan kualitas pendidikan bangsa lain dari segi pengajaran, hasil-hasil pengajaran dan pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan di SDN Legok Jambu masih banyak peserta didik yang nilainya belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku kegiatan pembelajaran 1. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan di kelas IV SDN Legok Jambu adalah 2,6, tetapi dalam kenyataannya masih ada peserta didik yang nilainya di bawah KKM. Dari 28 peserta didik hanya 11 orang atau 39,28% yang tuntas mencapai KKM, dan peserta didik yang tidak tuntas mencapai KKM sebanyak 17 orang atau 60,71%. Hal ini disebabkan karena peserta didik kurang memahami dan kurang mengerti pada Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku kegiatan pembelajaran 1 dan proses pembelajaran yang cenderung membosankan dan tidak menarik. Beberapa penyebab lainnya adalah masih digunakannya metode ceramah pada saat proses belajar mengajar. Dengan menggunakan metode ceramah tersebut mengakibatkan peserta didik menjadi tidak aktif pada saat proses pembelajaran, model pembelajaran tidak menarik, kurangnya media yang digunakan pada saat pembelajaran berlangsung, materi yang diajarkan lebih menekankan pada aspek kognitif saja berupa hafalan, dan bukan mengembangkan keterampilan berpikir dan sikap peserta didik. Oleh karena itu perlu dikembangkan model pembelajaran yang melibatkan peserta didik menjadi lebih aktif, proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik khususnya meningkatkan pemahaman peserta didik pada Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku kegiatan pembelajaran 1. Melalui penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep pada Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku kegiatan pembelajaran 1. Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengangkat permasalahan tersebut kedalam penelitian tindakan kelas yang berjudul Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pada Pembelajaran Tematik (Penelitian Tindakan Kelas pada Tema Indahnya Kebersamaan, Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku Pembelajaran 1 di Kelas IV SDN Legok Jambu Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2014-2015). B. Identifikasi Masalah Pada penelitian tindakan kelas ini, identifikasi masalah yang ditemukan peneliti adalah: 1. Kurangnya pemahaman peserta didik pada Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku kegiatan pembelajaran 1. 2. Peserta didik yang mencapai nilai KKM hanya 11 peserta didik, dan 17 peserta didik belum mencapai nilai KKM. 3. Proses pembelajaran di kelas membosankan dan tidak menarik. 4. Pembelajaran tematik dianggap sebagai pembelajaran yang terpusat pada pendidik sehingga tidak diimbangi dengan pengimbangan pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik. 5. Kurangnya penggunaan media pada saat proses pembelajaran. 6. Kurangnya penggunaan model pembelajaran yang efektif. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka peneliti dapat merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada Tema Indahnya Kebersamaan, Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku Pembelajaran 1 dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning? 2. Bagaimana aktivitas belajar peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan pemahaman konsep pada Tema Indahnya Kebersamaan, Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku Pembelajaran 1 di kelas IV SDN Legok Jambu? 3. Apakah pemahaman konsep peserta didik di kelas IV SDN Legok Jambu dapat ditingkatkan melalui penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning pada Tema Indahnya Kebersamaan, Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku Pembelajaran 1? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum: Tujuan umum penelitian tindakan kelas ini adalah penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dalam meningkatkan sikap menghargai pada pembelajaran tematik pada Tema Indahnya Kebersamaan , Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku. 2. Tujuan Khusus: a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada Tema Indahnya Kebersamaan, Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning di kelas IV SDN Legok Jambu. b. Melaksanakan proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan pemahaman konsep pada Tema Indahnya Kebersamaan, Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku Pembelajaran 1 di kelas IV SDN Legok Jambu. c. Meningkatkan pemahaman konsep pada Tema Indahnya Kebersamaan, Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku Pembelajaran 1 dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dalam pembelajaran tematik di kelas IV SDN Legok Jambu. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis: Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep pada Tema Indahnya Kebersamaan, Subtema Keberagamaman Budaya Bangsaku Pembelajaran 1 dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. 2. Manfaat Praktis: a. Bagi Peserta didik 1) Diharapkan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan pemahaman konsep pada pembelajaran tematik pada Tema Indahnya Kebersamaan, Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku Pembelajaran 1. 2) Dengan model pembelajaran Problem Based Learning peserta didik dapat mengikuti pembelajaran dengan aktif, kreatif, dan menyengkan. 3) Memberikan sarana pada peserta didik untuk berinteraksi langsung dalam proses pembelajaran. b. Bagi Pendidik 1) Pendidik diharapkan dapat memperbaiki proses pembelajaran tematik pada Tema Indahnya Kebersamaan, Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku. 2) Dapat mengembangkan pengetahuan pendidik tentang pemilihan model pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi peserta didik. 3) Dapat memberikan pengalaman bagi peserta didik untuk mengaplikasikan model pembelajaran Problem Based Learning pada proses pembelajaran. c. Bagi Peneliti 1) Menambah wawasan tentang dunia pendidikan sebelum peneliti terjun langsung dilapangan pendidikan. 2) Mendapatkan pengalaman untuk melaksanakan proses pembelajaran yang aktif, menarik, kreatif dan menyenangkan. 3) Mendapatkan pengelaman untuk menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dalam meningkatkan pemahaman peserta didik. d. Bagi Sekolah 1) Sebagai sumbangan pemikiran dalam usaha-usaha yang mengarah pada peningkatan prestasi pada pembelajaran tematik di Sekolah Dasar. 2) Dengan adanya penelitian tindakan kelas ini sebagai tolak ukur dalam peningkatan dan perbaikan mutu pembelajaran tematik di Sekolah Dasar. e. Bagi PGSD 1) Meningkatkan kualitas pendidikan nasional. 2) Sebagai bahan karya ilmiah. F. Definisi Operasional 1. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Jadi, sebenarnya model pembelajaran memiliki arti yang sama dengan pendekatan, strategi atau metode pembelajaran. Saat ini telah banyak dikembangkan berbagai macam model pembelajaran, dari yang sederhana sampai model yang agak kompleks dan rumit karena memerlukan banyak alat bantu dalam penerapannya. Model pembelajaran Problem based learning adalah, model pembelajaran yang menggunakan masalah yang nyata, proses dimana siswa belajar, baik ingatan maupun keterampilan berpikir kritis. Problem Based Learning adalah model pembelajaran dengan fokus pemecahan masalah yang nyata, kerja kelompok, umpan balik, diskusi, dan laporan akhir. Dengan demikian peserta didik didorong untuk lebih aktif terlibat dalam materi pelajaran dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Model pembelajaran Problem Based Learning kegunaannya adalah untuk merangsang berfikir dalam situasi yang berorientasi masalah. Problem Based Learning menyajikan peserta didik pada situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada siswa untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Model pembelajaran Problem Based Learning menerapkan peserta didik bekerja dalam kelompok-kelompok kecil, mengidentifikasi apa yang diketahui dan yang lebih penting adalah apa yang mereka tidak tahu serta apa yang harus dipelajari untuk memecahkan masalah. Dengan penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning diharapkan peserta didik dapat aktif, dan mandiri pada proses pembelajaran berlangsung khususnya pada pembelajaran tematik kelas IV. Dengan penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning sehingga menghasilkan peserta didik yang mampu meneruskan untuk belajar mandiri dalam kehidupannya. 2. Pengertian Pemahaman Konsep Menurut Bloom (Vestari, 2009, h, 16) “Pemahaman konsep adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkap suatu materi yang disajikan kedalam bentuk yang lebih dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu mengaplikasikannya”. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, pemahaman konsep adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan, memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci dengan menggunakan kata-kata sendiri, mampu menyatakan ulang suatu konsep, mampu mengklasifikasikan suatu objek dan mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan kedalam bentuk yang lebih dipahami. Dengan pemahaman konsep diharapkan peserta didik dapat memahami dan mengerti pada pembelajaran Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku kegiatan pembelajaran 1 di kelas IV. 3. Pengertian Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada peserta didik. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi topik pembelajaran. Dengan tema diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, di antaranya: a. Peserta didik mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu. b. Peserta didik mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama. c. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan. d. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik. e. Peserta didik mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas. f. Peserta didik lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain. g. Pendidik dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan. BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Problem Based Learning a. Hakikat Model Pembelajaran Problem Based Learning Model pembelajaran Problem Based Learning berakar dari keyakinan John Dewey bahwa pendidik harus mengajar dengan menarik naluri alami peserta didik untuk menyelidiki dan menciptakan. Dewey menulis bahwa pendekatan utama yang seyogyanya digunakan untuk setiap mata pelajaran di sekolah adalah pendekatan yang mampu merangsang pikiran peserta didik untuk memperoleh segala keterampilan belajar yang bersifat nonskolastik. Berdasarkan keyakinan ini, pembelajaran hendaknya senantiasa dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik karena konteks alamiah ini memberikan sesuatu yang dapat dilakukan peserta didik, bukan sesuatu yang harus dipelajari, sehingga hal ini akan secara alamiah menuntut peserta didik berpikir dan mendapatkan hasil belajar yang alamiah pula. Berdasarkan pandangan tersebut, model pembelajaran Problem Based Learning selanjutnya berkembang menjadi sebuah model pembelajaran yang berbasiskan masalah sebagai hal yang muncul pertama kali pada saat proses pembelajaran. Masalah tersebut disajikan sealamiah mungkin dan selanjutnya peserta didik bekerja dengan masalah yang menuntut peserta didik mengaplikasikan pengetahuan dan kemampuannya sesuai dengan tingkat kematangan psikologis dan kemampuan belajarnya. Konsep pembelajaran ini selanjutnya dipandang sebagai konsep pembelajaran yang sangat sesuai dengan tuntutan belajar abad ke-21 yang mengharuskan peserta didik senantiasa mengembangkan kemampuan berpikir, kemampuan memecahkan masalah, dan kemampuan melaksanakan penelitian sebagai kemampuan yang diperlukan dalam konteks dunia yang cepat berubah. Delisle (1997, h. 6) menyatakan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang dikembangkan untuk membantu pendidik mengembangkan kemampuan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah pada peserta didik selama mereka mempelajari materi pembelajaran. Berdasarkan pendapat Delisle di atas, model pembelajaran Problem Based Learning memfasilitasi peserta didik untuk berperan aktif di dalam kelas melalui aktivitas memikirkan masalah yang berhubungan kehidupan sehari-harinya, menemukan prosedur yang diperlukan untuk menemukan informasi yang dibutuhkan, memikirkan situasi kontektual, memecahkan masalah, dan menyajikan solusi masalah tersebut. Kemendikbud (2013) memandang model pembelajaran Problem Based Learning adalah model pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara kelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan. Sejalan dengan hal ini, model pembelajaran Problem Based Learning dilakukan dengan adanya pemberian rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan pemecahan masalah oleh peserta didik yang diharapkan dapat menambah keterampilan peserta didik dalam pencapaian materi pembelajaran. Torp dan Sage (2002) memandang model pembelajaran Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang difokuskan untuk menjembatani peserta didik agar beroleh pengalaman belajar dalam mengorganisasikan, meneliti, dan memecahkan masalah-masalah kehidupan yang kompleks. Model pembelejaran Problem Based Learning juga dapat dipandang sebagai organisasi kurikulum dan model pembelajaran yang memiliki tiga karakteristik utama, yaitu (1) melibatkan peserta didik sebagai stakeholders dalam situasi masalah; (2) mengatur kurikulum di sekitar masalah holistik yang diberikan sehingga memungkinkan peserta didik belajar dengan cara-cara yang relevan dan terhubung dengan masalah; dan (3) menciptakan lingkungan belajar tempat pendidik melatih peserta didik berpikir dan melakukan penelitian serta memfasilitasi peserta didik beroleh pemahaman yang mendalam. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, model pembelajaran Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang menyediakan pengalaman otentik yang mendorong peserta didik untuk belajar aktif, mengonstruksi pengetahuan, dan mengintegrasikan konteks belajar di sekolah dan belajar di kehidupan nyata secara alamiah. Model ini menempatkan situasi bermasalah sebagai pusat pembelajaran, menarik dan mempertahankan minat peserta didik, yang keduanya digunakan agar peserta didik mampu mengungkapkan pendapatnya tentang sesuatu secara langsung dalam memecahkan masalah, mengidentifikasi akar masalah dan kondisi yang diperlukan untuk menghasilkan solusi yang baik, mengejar makna dan pemahaman, dan menjadi pembelajar mandiri. Dalam model pembelajaran Problem Based Learning masalah kehidupan nyata yang kompleks digunakan untuk memotivasi peserta didik untuk mengidentifikasi dan meneliti konsep dan prinsip yang dibutuhkan untuk mengetahui dan memecahkan masalah tersebut. Peserta didik bekerja dalam tim belajar, menyatukan keahlian kolektif yang dimiliki, berkomunikasi, dan mengintegrasikan informasi. Model pembelajaran Problem Based Learning diorientasikan agar peserta didik mampu: 1) Berpikir kritis, menganalisis, serta memecahkan masalah kehidupan yang kompleks. 2) Menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan berbagai sumber belajar. 3) Bekerja secara koperatif dalam tim. 4) Mendemonstrasikan keterampilan berkomunikasi secara efektif baik komunikasi lisan ataupun tulisan. 5) Menggunakan materi pembelajaran dan keterampilan intelektual yang diperoleh selama proses pembelajaran sebagai bekal belajar sepanjang hayat. Peran guru, peserta didik dan masalah dalam Prolem Based Learning sebagai berikut: Tabel 2.1 Peran Pendidik, Peserta Didik dan Masalah dalam Prolem Based Learning Pendidik sebagai Pelatih Peserta Didik sebagai Problem Solver Masalah sebagai Awal Tantangan dan Motivasi 1) Asking about thinking (bertanya tentang pemikiran). 2) Memonitor pembelajaran. 3) Probbing ( menantang peserta didik untuk berpikir ). 4) Menjaga agar peserta didik terlibat. 5) Mengatur dinamika kelompok. 6) Menjaga berlangsungnya proses. 1) Peserta yang aktif. 2) Terlibat langsung dalam pembelajaran. 3) Membangun pembelajaran. 1) Menarik untuk dipecahkan. 2) Menyediakan kebutuhan yang ada hubungannya dengan pelajaran yang dipelajari. Sejalan dengan orientasi di atas, model pembelajaran Problem Based Learning memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Masalah menjadi titik awal pembelajaran. 2) Masalah yang digunakan dalam masalah yang bersifat kontekstual dan otentik. 3) Masalah mendorong lahirnya kemampuan peserta didik berpendapat secara multiperspektif. 4) Masalah yang digunakan dapat mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan serta kompetensi peserta didik. 5) Model pembelajaran Problem Based Learning berorientasi pada pengembangan belajar mandiri. 6) Model pembelajaran Problem Based Learning memanfaatkan berbagai sumber belajar. 7) Model pembelajaran Problem Based Learning dilakukan melalui pembelajaran yang menekankan aktivitas kolaboratif, komunikatif, dan penguasaan pengetahuan. 8) Model pembelajaran Problem Based Learning menekankan pentingnya pemerolehan keterampilan meneliti, memecahkan masalah, dan penguasaan pengetahuan. 9) Model pembelajaran Problem Based Learning mendorong peserta didik agar mampu berpikir tingkat tinggi yaitu analisis, sintesis, dan evaluatif. 10) Model pembelajaran Problem Based Learning diakhiri dengan evaluasi, kajian pengalaman belajar, dan kajian proses pembelajaran. Model pembelajaran Problem Based Learning dipandang sebagai sebuah model pembelajaran yang memiliki banyak keunggulan. Keunggulan tersebut dipaparkan Kemendikbud (2013b) sebagai berikut: 1) Dengan model pembelajaran Problem Based Learning akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan situasi tempat konsep diterapkan. 2) Dalam situasi model pembelajaran Problem Based Learning, peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. 3) Model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok. Beberapa keunggulan model pembelajaran Problem Based Learning juga dikemukakan oleh Delisle (1997) sebagai berikut: 1) Model pembelajaran Problem Based Learning berhubungan dengan situasi kehidupan nyata sehingga pembelajaran menjadi bermakna. 2) Model pembelajaran Problem Based Learning mendorong peserta didik untuk belajar secara aktif. 3) Model pembelajaran Problem Based Learning mendorong lahirnya berbagai pendekatan belajar secara interdisipliner. 4) Model pembelajaran Problem Based Learning memberikan kesempatan kepada peserta didik untk memilih apa yang akan dipelajari dan bagaimana mempelajarinya. 5) Model pembelajaran Problem Based Learning mendorong terciptanya pembelajaran kolaboratif. 6) Model pembelajaran Problem Based Learning diyakini mampu meningkatkan kualitas pendidikan. Selain beberapa keunggulan di atas, keunggulan model pembelajaran Problem Based Learning dapat ditambahkan beberapa hal sebagai berikut: 1) Model pembelajaran Problem Based Learning mampu mengembangkan motivasi belajar siswa. 2) Model pembelajaran Problem Based Learning mendorong peserta didik untuk mampu berpikir tingkat tinggi. 3) Model pembelajaran Problem Based Learning mendorong peserta didik mengoptimalkan kemampuan metakognisinya. 4) Model pembelajaran Problem Based Learning menjadi pembelajaran bermakna sehingga mendorong peserta didik memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan mampu belajar secara mandiri. Dalam menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning diperlukan beberapa elemen penting model pembelajaran Problem Based Learning. Beberapa elemen penting dalam model pembelajara tersebut adalah sebagai berikut: 1) Situasi bermasalah disajikan pertama dan berfungsi sebagai pusat pengorganisasian dan konteks belajar. Situasi bermasalah memiliki karakteristik umum tidak terstruktur, sering berubah dan bertambah informasinya, tidak dapat diselesaikan dengan mudah atau hanya dengan satu rumus tertentu, dan tidak menghasilkan satu jawaban yang benar. 2) Peserta didik sebagai pemecah masalah yang aktif dan pendidik sebagai pelatih kognitif dan metakognitif. 3) Adanya kegiatan berbagai informasi, pengembangan pengetahuan secara mandiri oleh peserta didik, tantangan performa, dan tes berpikir. 4) Digunakannya penilaian otentik baik untuk proses maupun hasil pembelajaran. 5) Unit model pembelajaran Problem Based Learning tidak selalu interdisipliner tetapi selalu integratif. Manfaat model pembelajaran Problem Based Learning adalah sebagai berikut: 1) Peserta didik lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri yang menemukan konsep tersebut. 2) Melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berpikir peserta didik yang lebih tinggi. 3) Pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki peserta didik sehingga pembelajaran lebih bermakna. 4) Peserta didik dapat merasakan manfaat pembelajaran secara langsung, sebab masalah-masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata, hal ini dapat meningkatkan motivasi dan ketertarikan peserta didik terhadap bahan yang dipelajari. 5) Menjadikan peserta didik lebih mandiri dan dewasa, mampu memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lain, menanamkan sikap sosial yang positif diantara peserta didik. 6) Pengkondisian peserta didik dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap pembelajar dan temannya sehingga pencapaian ketuntasan belajar peserta didikdapat diharapkan. b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning Pada dasarnya, model pembelajaran Problem Based Learning diawali dengan aktivitas peserta didik untuk menyelesaikan masalah nyata yang ditentukan atau disepakati. Proses penyelesaian masalah tersebut berimplikasi pada terbentuknya keterampilan peserta didik dalam menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta sekaligus membentuk pengetahuan baru. Langkah-langkah model pembelajaran Problem Based Learning sebagai berikut: Bagan 2.1 Langkah-langkah Model Problem Based Learning Fase 1: Mengorientasikan Peserta Didik Terhadap Masalah Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Dalam penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning, tahapan ini sangat penting dimana pendidik harus menjelaskan dengan rinci apa yang harus dilakukan oleh peserta didik, serta dijelaskan bagaimana pendidik akan mengevaluasi proses pembelajaran. Ada empat hal yang perlu dilakukan dalam proses ini, yaitu sebagai berikut. 1) Tujuan utama pengajaran tidak untuk mempelajari sejumlah besar informasi baru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan bagaimana menjadi peserta didik yang mandiri. 2) Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak “benar“, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan. 3) Selama tahap penyelidikan, peserta didik didorong untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi. 4) Selama tahap analisis dan penjelasan, peserta didik akan didorong untuk menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan. Fase 2: Mengorganisasi Peserta Didik untuk Belajar Di samping mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, model pembelajaran Problem Based Learning juga mendorong peserta didik belajar berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangat membutuhkan kerjasama dan sharing antar anggota. Oleh sebab itu, pendidik dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok peserta didik dimana masing-masing kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda. Fase 3: Membimbing Penyelidikan Individual maupun Kelompok Penyelidikan adalah inti dari Problem Based Learning. Meskipun setiap situasi permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya tentu melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek yang sangat penting. Pada tahap ini, pendidik harus mendorong peserta didik untuk mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar peserta didik mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri. Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan hasil karya dan pameran. Hasil karya lebih dari sekedar laporan tertulis, namun bisa suatu video tape (menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia. Tentunya kecanggihan hasil karya sangat dipengaruhi tingkat berpikir peserta didik. Langkah selanjutnya adalah mempamerkan hasil karyanya dan peserta didik berperan sebagai organisator pameran. Akan lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan peserta didik lainnya, pendidik, orang tua, dan lainnya yang dapat menjadi “penilai” atau memberikan umpan balik. Fase 5: Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Fase ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini pendidik meminta peserta didik untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya. c. Implementasi Model, Prinsip Reaksi, Sistem Lingkungan, dan Dampak Model Pembelajaran Problem Based Learning 1) Implementasi Model Pelaksanaan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dalam pembelajaran membutuhkan waktu antara 70-140 menit yang berlangsung dalam 1-3 kali pertemuan. Untuk efektivitas pelaksanaannya, jadwal pembelajaran dilaksanakan 2 kali dalam seminggu. Dalam implementasinya pendidik dan peserta didik harus memiliki kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, terampil komunikasi, dan memiliki semnagat dan motivasi bekerja baik secara individu maupun secara kooperatif. Selama penerapan model, pendidik harus mencatat berbagai aktivitas dan hasil kerja peserta didik untuk mengatur dan mengikat pola berpikir dan pola kebiasaan belajar serta mencoba mempengaruhi peserta didik secara psikologis agar mereka terbiasa beraktivitas sehingga peserta didik mampu membangun perspektif yang segar pada masalah yang dibahasnya. 2) Prinsip Reaksi Reaksi pendidik yang harus dilakukan pada setiap tahapan pembelajaran telah diuraikan dengan sintaks model pembelajaran Problem Based Learning. Namun demikian, perlu ditegaskan bahwa reaksi utama yang harus diberikan adalah pendidik harus senantiasa membangkitkan motivasi belajar, mengembangkan motivasi belajar, mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan produktif, dan membiasakan peserta didik bekerja secara kooperatif, kolaboratif, dan komunikatif. 3) Sistem Lingkungan Guna menerapkan model ini, sistem lingkungan belajar yang diharapkan adalah ketersediaan kasus yang bisa dipecahkan secara multiperspektif, media dan sumber belajar yang relevan, lembar kerja proses yang lengkap secara individu dan kelompok, dan situasi pembelajaran yang mendukung. Yang tidak kalah pentingnya adalah peserta didik harus menyadari benar peran dan tugasnya selama pembelajaran yang meliputi, (a) mengoptimalkan kemampuan berpikir, keterampilan berkreasi, motivasi belajar dan bekerja; (b) terbuka terhadap ide, konsep, gagasan, dan masukan baru; (c) siap bekerja sama secara kolaborasi dan kooperatif; dan (d) mengoptimalkan kemampuan berkomunikasi baik intrakelompok maupun antar kelompok. 4) Dampak yang Diharapkan Model pembelajaran Problem Based Learning dikembangkan dengan harapan memberi dampak instruksional berupa, (a) peningkatan kemampuan peserta didik dalam menguasai materi pembelajaran; (b) pengembangan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah otentik; dan (c) peningkatan kemampuan peserta didik dalam berpikir kritis, kreatif, dan inovatif. Dampak penyertanya ialah dalam hal, (a) mengembangkan karakter peserta didik antara lain disiplin, cermat, kerja keras, tanggung jawab, toleran, santun, berani, dan kritis secara etis; (b) membentuk kecakapan hidup pada diri siswa, (c) meningkatkan sikap ilmiah dan (d) membina kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi, berargumentasi, dan berkolaborasi/bekerja sama. Secara visual, dampak penerapan model ini dapat digambarkan sebagai berikut: Bagan 2.2 Dampak Model Problem Based Learning 2. Pemahaman Konsep a. Pemahaman Pengertian pemahaman yang dikemukakan oleh para ahli seperti yang dikemukakan oleh Winkel dan Mukhtar (Sudaryono, 2012, h. 44) mengemukakan bahwa : Pemahaman yaitu kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat, mencakup kemampuan untuk menangkap makna dari arti dari bahan yang dipelajari, yang dinyatakan dengan menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, atau mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk yang lain. Dalam hal ini, peserta didik dituntut untuk memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan, dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan untuk menghubungkan dengan hal-hal yang lain. Kemampuan ini dapat dijabarkan ke dalam tiga bentuk yaitu, menerjemahkan (translation x), menginterprestasi (interpretation), dan mengekstrapolasi (extrapolation). Sementara Benjamin S. Bloom (Anas Sudijono, 2009, h. 50) mengatakan bahwa: Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengerti tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-kata sendiri. Menurut Taksonomi Bloom (Daryanto, 2008: 106) mengemukakan : Pemahaman (comprehension) kemampuan ini umumnya mendapat penekanan dalam proses belajar mengajar. Siswa dituntut untuk memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkannya dengan hal-hal lain. Bentuk soal yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan ini adalah pilihan ganda dan uraian. Menurut Daryanto (2008, h. 106) kemampuan pemahaman dapat dijabarkan menjadi tiga, yaitu: a) Menerjemahkan (translation) Pengertian menerjemahkan di sini bukan saja pengalihan (translation) arti dari bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain. Dapat juga dari konsepsi abstrak menjadi suatu model, yaitu model simbolik untuk mempermudah orang mempelajarinya. b) Menginterpretasi (interpretation) Kemampuan ini lebih luas daripada menerjemahkan, ini adalah kemampuan untuk mengenal dan memahami. Ide utama suatu komunikasi. c) Mengekstrapolasi (extrapolation) Agak lain dari menerjemahkan dan menafsirkan, tetapi lebih tinggi sifatnya. Ia menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat, memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkannya dengan hal-hal lain. Dengan kata lain, memahami adalah mengerti tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-kata sendiri. Kemampuan pemahaman dapat dijabarkan menjadi tiga, yaitu: menerjemahkan (translation), menginterpretasi (interpretation), mengekstrapolasi (extrapolation). b. Konsep Pengertian konsep yang dikemukakan oleh S. Hamid Husen (Sapriya, 2009, h. 43) mengemukakan bahwa: Konsep adalah pengabstraksian dari sejumlah benda yang memiliki karakteristik yang sama. Selanjutnya More (Sapriya, 2009, h. 43) bahwa: Konsep itu adalah sesuatu yang tersimpan dalam benak atau pikiran manusia berupa sebuah ide atau sebuah gagasan. Konsep dapat dinyatakan dalam sejumlah bentuk konkrit atau abstrak, luas atau sempit, satu kata frase. Beberapa konsep yang bersifat konkrit misalnya, manusia, gunung, lautan, daratan, rumah, negara, dan sebagainya. Menurut Bloom (Vestari, 2009, h. 16): Pemahaman konsep adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkap suatu materi yang disajikan kedalam bentuk yang lebih dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu mengaplikasikannya. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan, memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci dengan menggunakan kata-kata sendiri, mampu menyatakan ulang suatu konsep, mampu mengklasifikasikan suatu objek, mampu memberikan contoh, dan mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan kedalam bentuk yang lebih dipahami. 3. Pembelajaran Tematik a. Karakteristik Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada peserta didik. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi topik pembelajaran. Pembelajaran tematik diyakini sebagai salah satu model pembelajaran yang efektif (highly effective teaching model) karena mampu mewadahi dan menyentuh secara terpadu dimensi emosi, fisik, dan akademik peserta didik di dalam kelas atau di lingkungan sekolah. Pembelajaran tematik pada awalnya dikembangkan untuk anak-anak berbakat dan bertalenta (gifted and talented), anak-anak yang cerdas, program perluasan belajar, dan peserta didik yang belajar cepat. Pembelajaran tematik mempunyai karakteristik sebagai berikut: 1) Berpusat pada peserta didik 2) Memberikan pengalaman langsung 3) Tidak terjadi pemisahan mata pelajaran 4) Menyajikan konsep yang terpadu dari berbagai mata pelajaran 5) Bersifat fleksibel 6) Proses pembelajaran mudah disesuaikan dengan minat dan kebutuhan peserta didik 7) Menggunakan prinsip pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan b. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami konsep materi yang tergabung dalam tema serta dapat menambah semangat belajar karena materi yang dipelajari merupakan materi yang nyata (kontekstual) dan bermakna bagi peserta didik. Tujuan pembelajaran tematik adalah: 1) Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu. 2) Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi muatan pelajaran dalam tema yang sama. 3) Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan. 4) Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengkaitkan berbagai muatan pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik. 5) Lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, seperti bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari pelajaran yang lain. 6) Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam konteks tema yang jelas. 7) Pendidik dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih dan atau pengayaan. 8) Budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuh kembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi. c. Manfaat Pembelajaran Tematik Manfaat pembelajaran tematik adalah sebagai berikut: 1) Suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan. Suasana kelas memungkinkan semua orang yang ada didalamnya memiliki rasa mau menanggung resiko bersama. Misalnya, menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang tidak semestinya atau tidak benar tanpa harus menyinggung perasaan peserta didik. Prosedur-prosedur kerja keseharian, memastikan bahwa semua jadwal terprediksi dan menjamin peserta didik merasa aman selama berada di kelas maupun di luar kela. Keterampilan dikenali, didiskusikan da dipraktikkan dalam komunitas ruang kelas. 2) Memungkinkan kelompok untuk bekerjasama, berkolaborasi, belajar beerkelompok, dan memecahkan konflik sehingga mendorong peserta didik untuk memecahkan masalah sosial dengan saling menghargai. 3) Mengoptimalkan lingkungan belajar sebagai kunci dalam menciptakan kelas yang menyenangkan. Aktivitas belajar melibatkan subjek belajar secara langsung, mengoptimalkan semua sumber belajar, dan memberi peluang peserta didik untuk mengeksplorasi materi secara lebih luas. 4) Peserta didik secara cepat dan tepat waktu mampu memproses informasi. Proses itu tidak hanya menyentuh dimensi kuantitas, namun juga kualitas dalam mengeksplorasi konsep-konsep baru dan membantu peserta didik siap mengembangkan pengetahuan. 5) Proses pembelajaran di kelas memungkinkan peserta didik berada dalam kondisi yang menyenangkan. 6) Materi pembelajaran yang disampaikan oleh pendidik dapat diaplikasikan langsung oleh peserta didik dalam konteks kehidupan sehari-hari. 7) Peserta didik yang relatif mengalami keterlambatan untuk menuntaskan program belajar memungkinkan mengejar ketinggalannya dengan dibantu oleh pendidik melalui pemberian bimbinngan khusus. 8) Program pembelajaran yang bersifat menyenangkan memungkinkan pendidik untk mewujudkan ketuntasan belajar dengan menerapkan variasi cara penilaian. d. Implikasi Pembelajaran Tematik 1) Implikasi bagi pendidik: Pendidik harus kreatif dalam menyiapkan kegiatan/pengalaman belajar bagi peserta didik, agar pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan dan utuh. 2) Implikasi bagi peserta didik: (a) Peserta didik harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya dimungkinkan untuk bekerja baik secara individual, pasangan, kelompok kecil ataupun klasikal. (b) Peserta didik harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi secara aktif misalnya melakukan diskusi kelompok, mengadakan penelitian sederhana, dan pemecahan masalah. 3) Sarana prasarana, sumber belajar dan media: (a) Memerlukan berbagai sarana dan prasarana belajar. (b) Memanfaatkan berbagai sumber belajar. (c) Mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran yang bervariasi. (d) Masih dapat menggunakan bahan ajar yang sudah ada saat ini untuk masing-masing mata pelajaran. 4. Keragaman Budaya Bangsaku Indonesia kaya akan suku bangsa dan budaya. Indonesia memiliki 33 provinsi. Setiap provinsi memiliki suku bangsa serta budaya yang berbeda. Perbedaan budaya membuat Indonesia menjadi negara yang menarik di dunia. Negara Indonesia adalah negara kepulauan. Pulau-pulaunya didiami oleh berbagai suku bangsa. Keragamannya menyebabkan keragaman adat dan budayanya. Keanekaragaman budaya tidak menyebabkan perpecahan. Akan tetapi, semakin memperkokoh dan memperkuat bangsa kita. Hal ini tercermin dalam semboyan negara kita. Kita tentu pernah ataupun sering mendengar kata ”Bhinneka Tunggal Ika”. Artinya walaupun berbeda-beda suku, adat, budaya dan bahasa daerahnya, tetapi tetap satu yaitu bangsa Indonesia. Bhineka Tungal Ika diambil dari buku Sutasoma karangan Empu Tantular. Seorang pujangga pada masa pemerintahan Majapahit. Kalimat selengkapnya adalah “Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa”. Artinya, walaupun berbeda tetapi tetap satu jua adanya karena tidak ada agama yang tujuannya berbeda. Kerukunan hidup bangsa tercipta dan berkembang sejak dahulu. 1. Suku Bangsa Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa. Berbagai suku bangsa mendiami pulau seluruh Indonesia. Mulai dari Sabang sampai Merauke. Indonesia terdiri atas lima pulau besar. Pulau tersebut adalah Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Setiap satu pulau didiami lebih dari satu suku bangsa. Setiap suku bangsa memiliki kehidupan beragam. Mulai dari yang masih primitif hingga modern. Penyebab perbedaan kehidupan tersebut dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. Setiap suku bangsa memiliki bentuk dan keragaman adat istiadat. Beberapa suku bangsa Indonesia yang perlu diketahui adalah: a. Suku Bangsa Jawa Suku Jawa tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Namun, aslinya mereka menempati wilayah Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, dan Jawa Timur. Bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa Jawa. b. Suku Bangsa Sunda Suku Sunda kita temui di Jawa Barat dan sekitarnya. Mereka menggunakan bahasa Sunda. c. Suku Bangsa Batak Suku bangsa ini menempati wilayah Sumatra Utara. Suku bangsa Batak terdiri atas berbagai kelompok. d. Suku Bangsa Dayak Suku bangsa Dayak menempati wilayah Kalimantan Tengah. Bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa Dayak dan bahasa Nguju. 2. Keragaman Budaya Keragaman suku bangsa menghasilkan budaya yang beragam. Bentuk keragaman itu berupa pakaian adat, rumah adat, tarian daerah, lagu daerah, alat musik daerah, adat istiadat setempat/upacara adat, serta makanan khas daerah. a. Pakaian Adat Pakaian adat dipakai pada acara khusus. Salah satunya berupa pesta perkawinan, upacara adat, dan sebagainya. Beberapa contoh pakaian adat dari provinsi di Indonesia, yaitu 1) Jawa Tengah : • Baju wanita kebaya • Baju pria beskap. 2) Sumatra Barat : Baju teluk belango dan saluak. 3) Kalimantan Selatan : Baju rompi dan destar. b. Rumah Adat Setiap suku bangsa memiliki rumah adat. Bentuknya bermacam-macam. Memiliki nilai artistik yang beraneka ragam. Atapnya bentuknya beragam. Ada yang berbentuk limas, kerucut, dan sebagainya. Bentuk rumah suku-suku bangsa yang ada di Indonesia juga bermacam-macam.Misalnya: 1) Rumah adat Sumatera Barat disebut rumah gadang. 2) Rumah adat Jawa Tengah dan Yogyakarta disebut rumah joglo. 3) Rumah adat Sulawesi Utara disebut rumah pewaris. c. Tarian dan Lagu Tiap-tiap daerah mempunyai tarian daerah. Tarian mencerminkan ciri khas daerah tersebut. Tarian daerah dipentaskan pada waktu upacara adat dan menyambut tamu kehormatan. Tarian daerah di Indonesia misalnya dari Jawa Barat tari jaipong, Bali tari Pendet dan masih banyak lagi, Selain tarian, ada pula lagu daerah. Lagu daerah bagian dari kesenian daerah. Masing-masing daerah memiliki lagu daerah. Lagu tersebut biasanya menunjukkan ciri khas daerah. Setiap daerah di nusantara ini memiliki berbagai lagu tradisional. Misalnya: 1) Gambang Suling dan Ilir-ilir dari Jawa Tengah. 2) Bubuy Bulan adalah lagu tradisional dari Jawa Barat. 3) Injit-injit Semut adalah lagu tradisional dari Jambi. d. Alat Musik Tradisional Alat musik tradisional sangat beragam. Alat musik berguna mengiringi lagu dan tarian. Selain itu, alat musik juga untuk menghibur. Alat musik gamelan dari Jawa. Berikut ini beberapa contoh alat musik daerah: 1) Alat musik gamelan (Jawa). 2) Alat musik kolintang (Minahasa). 3) Alat musik calung dan angklung (Jawa Barat). B. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu Yang Sesuai Dengan Variabel Penelitian Yang Akan Diteliti 1. Hasil penelitian terdahulu Elis Eliah (2012) Dalam skripsinya yang berjudul PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS SISWA PADA KONSEP BAGIAN TUMBUHAN DAN FUNGSINYA (Penelitian Tindakan Kelas Pada Pembelajaran IPA di Kelas IV SDN Patrol 1 Kecamatan Solokanjeruk Kabupaten Bandung) Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 3 siklus/tahapan. Setiap siklus/tahapan meliputi tahap rencana dan persiapan, tahap pelaksanaan, observasi pada pembelajaran, dan refleksi dengan tujuan melakukan perbaikan pada siklus berikutnya sehingga diperoleh hasil yang optimal. Pada pembelajaran siklus I sebagian besar peserta didik belum bisa bekerjasama dengan baik dalam kelompoknya, juga ada dominasi peserta didik yang pandai dalam mengerjakan LKS selain itu peserta didik juga sering mondar-mandir berkeliling ke kelompok lain. Peneliti perlu mengemas secara baik sesuai dengan konsep bagian tumbuhan dan fungsinya. Pada pembelajaran siklus II menunjukkan peningkatan yang sangat baik dilihat dari aktivitas peserta didik yang dapat bekerjasama dengan baik dalam kelompoknya. Suasana kelas menjadi aktif, hak tersebut ditunjukkan dengan respon dan antusias peserta didik dalam melakukan kegiatan demonstrasi. Dari data perolehan nilai postest siklus III menunjukkan bahwa pembelajaran IPA dengan pendekatan Problem Based Learning dapat meningkatkan keterampilan berfikir kritis siswa hal ini ditunjukkan dengan banyaknya peserta didik yang lulus nilai KKM. 2. Hasil Penelitian Terdahulu Ripai (2013) Dalam skripsinya yang berjudul PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN Bojongsari 01 Kabupaten Bekasi). Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 3 siklus/tahapan. Setiap siklus/tahapan meliputi tahap rencana dan persiapan, tahap pelaksanaan, observasi pada pembelajaran, dan refleksi. Berdasarkan pelaksanaan siklus I, dapat dinyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning belum optimal. Pada tahap penyajian materi, pendidik tidak mengkondisikan peserta didik dan pendidik tidak memberikan batas waktu kepada peserta didik untuk mendiskusikan LKK, sehingga peserta didik kurang kondusif dalam mendiskusikan kelompok. Selain itu peserta didikpun terlihat kurang aktif diantaranya, peserta didik tidak menyimak pertanyaan dari pendidik sehingga peserta didik tidak mengetahui batas waktu yang diberikan oleh pendidik dalam berdiskusi. Berdasarkan pelaksanaan siklus II, dapat dinyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning sudah cukup optimal dibandingkan pada pelaksanaan siklus I. Berdasarkan pelaksanaan siklus III pun, dapat dinyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning sudah sangat optimal. Mulai dari tahap pembelajaran, tahap penyajian materi dan penutp, pendidik telah melaksanakan dengan baik. Terjadi peningkatan mulai dari siklus I, II, dan III. Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan keterampilan berfikir kritis siswa dan hasil belajar siswa di SD. C. Kerangka Pemikiran Dan Diagram/Skema Paradigma Penelitian Pada tema Indahnya Kebersamaan khususnya pada subtema Keberagaman Budaya Bangsaku kegiatan pembelajaran 1 materinya masih sulit dipahami oleh peserta didik. Karena dalam proses pembelajarannya lebih menekankan aspek kognitif saja tidak diimbangi dengan aspek afektif dan aspek psikomotor dan dominan menggunakan hafalan dalam proses pembelajarannya. Selain itu cara penyampaian materi kepada peserta didik kurang menarik dan cenderung membosankan. Model pembelajaran yang digunakan pun masih menggunakan metode ceramah sehingga proses pembelajarannya pun tidak menarik. Dalam proses pembelajaran masih berpusat pada pendidik dan kurang adanya partisipasi dari peserta didik. Faktor-faktor tersebut yang menyebabkan menurunnya pemahaman peserta didik pada subtema Keberagaman Budaya Bangsaku kegiatan pembelajaran 1. Untuk mengatasi masalah tersebut peneliti menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. Model pembelajaran Problem Based Learning adalah model pembelajaran yang dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang diangkat oleh pendidik dan peserta didik. Pembelajaran model ini membahas dan memecahkan masalah autentik. Dengan pembelajaran berbasis masalah peserta didik didorong untuk dapat menyusun pengetahuan sendiri, menumbuhkan keterampilan yang lebih tinggi, melatih kemandirian peserta didik, dan dapat meningkatkan kepercayaan diri peserta didik. Masalah autentik diartikan sebagai masalah kehidupan nyata yang ditemukan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dengan begitu dapat meningkatkan pemahaman konsep dalam proses pembelajaran khususnya pada subtema Keberagaman Budaya Bangsaku kegiatan pembelajaran 1. Dan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning pada saat proses pembelajarannya peserta didik tidak akan merasa bosan, jenuh, dan malas belajar. Berdasarkan uraian di atas penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dimungkinkan termasuk salah satu model pembelajaran yang baik untuk diterapkan dalam proses pembelajaran subtema Keberagaman Budaya Bangsaku pembelajaran 1. Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning pada subtema Keberagaman Budaya Bangsaku pembelajaran 1 dianggap efektif digunakan dalam pembelajaran di kelas IV SD. Adapun alur kerangka berfikir yang ditujukan untuk mengarahkan jalannya penelitian agar tidak menyimpang dari pokok-pokok permasalahan, maka kerangka berfikir dilukiskan dalam sebuah gambar skema agar penelitian mempunyai gambaran yang jelas dalam melakukan penelitian. Adapun skema itu dapat dilihat seperti di bawah ini: Bagan 2.3 Skema Kerangka Berfikir D. Asumsi Dan Hipotesis Penelitian Atau Pertanyaan Penelitian 1. Asumsi Pada tema Indahnya Kebersamaan subtema Keberagaman Budaya Bangsaku kegiatan pembelajaran 1 didalamnya terdapat mata pelajaran PPKn, IPS, SBdP, dan Bahasa Indonesia. Dalam proses pembelajarannya peserta didik mengenal dan mengetahui keberagaman budaya bangsanya, yang terdiri dari keberagaman suku, budaya dan adat yang dimiliki oleh Indonesia. Pada subtema keberagaman budaya bangsaku pembelajaran 1 didalamnya terdapat pengetahuan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan dan masyarakat. Dalam kegiatan pembelajarannya peserta didik mencari informasi tentang keberagaman suku bangsa yang terdapat di kelas atau di lingkungan sekolah. Dengan terlibatnya lingkungan pada kegiatan pembelajaran, akan memudahkan peserta didik dalam memahami dan mengetahui makna serta manfaat kegiatan pembelajaran tersebut. Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah yang nyata, proses dimana peserta didik belajar, baik ingatan maupun keterampilan berpikir kritis. Model pembelajaran Problem Based Learning lebih memfokuskan pada masalah kehidupan nyata yang bermakna. Dalam model pembelajaran Problem Based Learning ini, pendidik lebih banyak berperan sebagai fasilitator, pembimbing dan motivator. Pendidik mengajukan masalah otentik/mengorientasikan peserta didik kepada permasalahan nyata (real world), memfasilitasi/membimbing (scaffolding) dalam proses penyelidikan, memfasilitasi dialog antara peserta didik, menyediakan bahan ajar peserta didik serta memberikan dukungan dalam upaya meningkatkan temuan dan perkembangan intektual peserta didik. Dengan demikian peserta didik didorong untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran Dengan model pembelajaran Problem Based Learning kegiatan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan tidak membosankan, karena dalam kegiatan pembelajarannya peserta didik ikut berpartisipasi dan aktif di kelas. Dengan penggunaan model tersebut juga pemahaman peserta didik terhadap materi yang diajarkan dapat meningkat karena peserta didik melibatkan secara aktif dalam memecahkan masalah. Berdasarkan asumsi di atas dapat diduga bahwa model pembelajaran Problem Based Learning dapat membantu meningkatkan pemahaman konsep pada subtema Keberagaman Budaya Bangsaku kegiatan pembelajaran 1. 2. Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian di atas, diduga dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan pemahaman konsep pada subtema Keberagaman Budaya Bangsaku pembelajaran 1 di kelas IV SDN Legok Jambu Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung. Lebih jelas peneliti merinci hipotesis sebagai berikut: a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Leaarning dapat meningkatkan pemahaman konsep pada Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku pembelajaran 1 di kelas IV SDN Legok Jambu Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung. b. Proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan pemahaman konsep pada Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku Pembelajaran 1 di kelas IV SDN Legok Jambu. c. Pemahaman konsep pada Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku pembelajaran 1 dapat meningkat dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning di kelas IV SDN Legok Jambu Kecamataan Soreang Kabupaten Bandung.

Item Type: Thesis (Skripsi(S1))
Subjects: S1-Skripsi
Divisions: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > PGSD 2014
Depositing User: Iyas -
Date Deposited: 28 Jun 2016 09:31
Last Modified: 28 Jun 2016 09:31
URI: http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/5182

Actions (login required)

View Item View Item