Rossniar Latiffah Sistriyantie, 105060271 (2016) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN SIKAP BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TEMA INDAHNYA KEBERSAMAAN SUBTEMA KERAGAMAN BUDAYA BANGSAKU PEMBELAJARAN 2. Skripsi(S1) thesis, FKIP UNPAS.
Text
cover.docx Download (27kB) |
|
Text
LEMBAR PENGESAHAN, PERNYATAAN, MOTTO.docx Download (18kB) |
|
Text
KP, ABSTRAK, DI.docx Download (32kB) |
|
Text
BAB I.docx Download (35kB) |
|
Text
BAB II.docx Download (51kB) |
|
Text
BAB III.docx Restricted to Repository staff only Download (71kB) |
|
Text
BAB IV.docx Restricted to Repository staff only Download (243kB) |
|
Text
BAB V.docx Restricted to Repository staff only Download (19kB) |
|
Text
DAFTAR PUSTAKA.docx Download (23kB) |
|
Text
RIWAYAT HIDUP.docx Download (54kB) |
Abstract
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pembelajaran di sekolah sekarang harus lebih bervariasi, apalagi pada tahun ajaran 2013/2014 di tetapkannya “kurikulum 2013” dimana ada perubahan salah satunya yaitu pendidikan berbasis karakter (Tematik) dan beberapa mata pelajaran dibiaskan. Kurikulum 2013 atau Pendidikan Berbasis Karakter adalah kurikulum baru yang dicetuskan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum 2013 tersebut akan mulai diberlakukan mulai tahun pelajaran 2013/2014 secara bertahap. Implementasi kurikulum tersebut diatur dalam Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013. Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, peserta didik dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun disiplin yang tinggi. UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 Butir 1 menyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”. Undang-undang ini dirumuskan dengan berlandaskan pada dasar falsafah negara yaitu Pancasila. Oleh karena itu, Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara Indonesia menjadi sumber utama dan penentu arah yang akan dicapai dalam kurikulum. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila harus tumbuh dalam diri peserta didik. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan membawa amanah harus mampu menumbuhkan nilai-nilai Pancasila dalam jiwa peserta didik.( Kemendikbud, 2013). Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang mengunakan tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Dengan tema diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, di antaranya: 1) Siswa mudah memusatkan perhatian pada susatu tema tertentu; 2) Siswa mampu mempelajari berbagai pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama; 3) Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; 4) Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa; 5) Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas; 6) Siswa mampu lebih bergairah belajar karena dapat bekomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain; 7) Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus. Untuk mencapai tujuan tersebut diatas, guru sebagai pengembang kurikulum dan ujung tombak pelaksanaan pendidikan di lapangan, dituntut memiliki kecakapan dasar professional kependidikan. Mengingat tugas guru yang dinyatakan dalam Undang-undang Negara Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen sebagai berikut: 1. Pasal 1 ayat (1) Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. 2. Pasal 4 Kedudukan guru sebagai tenaga pofesional sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 2 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Pembelajaran tematik akan lebih baik apabila guru dapat menciptakan interaksi timbal balik antara kegiatan belajar mengajar, materi, model atau pendekatan, sarana dan sumber belajar serta kegiatan penilaian proses maupun hasil. Kesemua itu merupakan unsur yang membantu pencapaian proses pembelajaran. Oleh karena itu, maka diperlukan suatu metode pembelajaran yang mampu memfasilitasi peserta didik untuk mendapatkan pengalaman belajar. Yaitu metode yang memuat pengalaman belajar, perhatian, rasa ingin tahu dan keaktifan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Salah satu metode yang dapat memuat keaktifan, perhatian, rasa ingin tahu dan pengalaman belajar siswa tersebut adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing. Model inkuiri adalah strategi belajar-mengajar yang yang dirancang untuk membimbing peserta didik terkait cara meneliti masalah dan pertanyaan berdasrkan fakta. Pembelajaran inkuiri juga merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia, atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis dan analitis, sehingga ia mampu merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.(Sitiatava Rizema Putra, 2013). Strategi pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari strategi pembelajaran yang berorientasi kepada siswa. Tujuan utama pembelajaran dengan strategi pembelajaran inkuiri ini adalah membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan untuk aktif dalam menemukan sendiri konsep materi berdasarkan masalah yang diajukan. Dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri diharapkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor pada siswa dapat berkembang secara maksimal untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan. Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas maka penulis ingin mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN SIKAP BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TEMA INDAHNYA KEBERSAMAAN SUBTEMA KERAGAMAN BUDAYA BANGSAKU PEMBELAJARAN 2”. B. IDENTIFIKASI MASALAH Dari latar belakang masalah terdapat beberapa masalah dalam penelitian ini. Adapun masalah – masalah tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1. Dalam proses pembelajaran menggunakan metode inkuiri terbimbing guru harus melibatkan siswa secara aktif 2. Dengan adanya perubahan kurikulum dari KTSP menjadi kurikulum 2013 sebagian siswa kurang memahami pembelajaran 3. Rasa ingin tahu siswa harus lebih di tingkatkan lagi 4. Guru hanya memfokuskan pembelajaran dengan berceramah sehingga siswa kurang termotivasi dalam kegiatan pembelajaran 5. Belum berkembangnya kompetensi, pendidikan karakter dan keterampilan proses pada peserta didik C. RUMUSAN MASALAH DAN PERTANYAAN PENELITIAN Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah secara umum yaitu : 1. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah secara umum yaitu : Apakah Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dalam Meningkatkan Sikap Berpikir Kritis Siswa pada Tema Indahnya Kebersamaan Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku Pembelajaran 2 ? 2. Berdasarkan rumusan masalah secara umum diatas, selanjutnya diperinci ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1) Bagaimana perencanaan Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Sikap Berpikir Kritis Siswa pada Tema Indahnya Kebersamaan Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku Pembelajaran 2 ? 2) Bagaimana pelaksanaan Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Sikap Berpikir Kritis Siswa pada Tema Indahnya Kebersamaan Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku Pembelajaran 2 ? 3) Adakah peningkatan Sikap Berpikir Kritis Siswa pada Tema Indahnya Kebersamaan Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku melalui Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ? D. PEMBATASAN MASALAH Agar penelitian ini lebih terarah, maka perlu adanya pembatasan dan pemfokusan masalah sehingga yang diteliti lebih jelas dan kesalahpahaman dapat dihindari. Untuk itu perlu dibatasi ruang lingkup dan fokus masalah yang diteliti adalah “Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Sikap Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran Tematik di Kelas IV SDN Wanacala Kota Cirebon”. E. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian secara umum adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Tematik terutama menumbuhkan pemahaman, keaktifan, minat dan pendidikan berkarakter peserta didik. Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: 1. Bagaimana perencanaan Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Sikap Berpikir Kritis Siswa pada Tema Indahnya Kebersamaan Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku Pembelajaran 2 ? 2. Bagaimana pelaksanaan Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Sikap Berpikir Kritis Siswa pada Tema Indahnya Kebersamaan Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku Pembelajaran 2 ? 3. Adakah peningkatan Sikap Berpikir Kritis Siswa pada Tema Indahnya Kebersamaan Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku melalui Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ? F. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini berguna untuk menambah wawasan keilmuan bagi guru atau kualitas guru dan dapat dijadikan sebagai bahan kajian para mahasiswa yang sedang mempelajari ilmu pendidikan khususnya meningkatkan sikap berpikir kritis siswa melalui metode pembelajaran Inkuiri Terbimbing dalam pembelajaran Tematik Terpadu di Kelas IV SDN Wanacala Kota Cirebon. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peserta didik, guru, sekolah dan peneliti lain. Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian tindakan kelas ini, yaitu sebagai berikut: 1. Bagi Siswa a) Penerapan metode pembelajaran Inkuiri Terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Tematik Terpadu. b) Penerapan metode pembelajaran Inkuiri Terbimbing dalam pembelajaran Tematik Terpadu yang diarahkan dengan baik dapat mengembangan kemampuan berpikirkritis, kreatif, dan memecahkan masalah. 2. Bagi guru a) Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan pembelajaran dikelas. b) Dapat mendorong guru untuk menciptakan proses belajar mengajar yang bisa menumbuhkan ketertarikan siswa dalam belajar. c) Meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan dan memanfaatkan segala sumber daya kreatifitas anak yang ada di lingkungan siswa dalam proses pembelajaran sehingga keterampilan proses siswa dapat dimaksimalkan. 3. Bagi Sekolah a) Hasil penelitian dapat dijadikan sumber masukan dalam mengevaluasi model pembelajaran yang tepat untuk peningkatan pemahaman belajar siswa. b) Dapat dijadikan sebagai alternatif dalam menentukan strategi dalam memberikan pembelajaran melalui metode Inkuiri Terbimbing dalam pembelajaran Tematik Terpadu. G. KERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dikemukakan kerangka berpikir sebagai berikut: Proses belajar mengajar banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilannya antara lain penguasaan materi, kemampuan awal yang dimiliki siswa, pendekatan pengajaran yang digunakan maupun ketepatan pemilihan metode pengajarannya. Untuk mengetahui berhasil tidaknya dan tepat tidaknya pendekatan dan metode pengajaran yang digunakan perlu diadakan evaluasi. Penggunaan pendekatan dan metode mengajar yang tepat dapat menciptakan kondisi belajar yang bermakna. Pendekatan dan metode yang dipilih guru dalam menyampaikan suatu materi pelajaran hendaknya mendukung untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Semakin tepat dan sesuai dalam memilih metode mengajar, berarti memberikan hasil yang lebih baik. Pemilihan metode pembelajaran Inkuiri Terbimbing dalam pembelajaran Tematik Terpadu dapat memberikan pengalaman langsung dapat memberi contoh dalam bentuk nyata. Penggunaan pendekataan dan metode ini diharapkan agar dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna sehingga konsep yang mereka dapatkan akan lebih lama tertanam dalam ingatan mereka. Implikasi yang diharapkan ialah dengan menggunakan metode tersebut dapat meningkatkan hasil belajar pada ranah kognitif siswa. Pelaksanaan proses belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan yang lebih inovatif dan menarik dengan materi yang sama pada kelas yang sama diprediksikan akan memberikan hasil yang memuaskan. Kelas yang sama disini telah diasumsikan bahwa kelas tersebut kemampuan awalnya terdistribusi normal dan homogen, sehingga hanya faktor treatmen yang sama dengan dilakukan perbaikan pada tahap berikutnya diharapkan bisa menghasilkan hasil berupa prestasi yang memuaskan. Kemampuan awal siswa merupakan kemampuan atau pengetahuan yang dimiliki siswa sebelum mendapat kemampuan atau pengetahuan baru yang lebih tinggi dan kemampuan atau pengetahuan ini merupakan kemampuan atau pengetahuan dasar agar siswa dapat lebih mudah menguasai kemampuan atau pengetahuan yang lebih tinggi. Kemampuan awal yang dimiliki siswa memang merupakan suatu acuan dalam keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Input yang baik dipastikan juga akan menghasilkan output yang baik pula berlaku untuk sebalikannya. Siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dapat dipastikan juga menghasilkan hasil belajar yang baik, sedangkan untuk siswa yang memiliki kemampuan awal rendah dapat dipastikan juga menghasilkan hasil belajar yang rendah dengan treatmen yang sama. Perbedaan hasil belajar yang signifikan akan terlihat pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan awal rendah. Sehingga, dapat diprediksikan akan terjadi perbedaan hasil belajar antara siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dan rendah yang mendapatkan pengajaran dengan metode pembelajaran Inkuiri Terbimbing dalam pembelajaran Tematik Terpadu. Diprediksikan tidak akan terdapat interaksi antara kemampuan awal dengan model pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa. Tidak terdapatnya interaksi disebabkan karena siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi akan memiliki hasil belajar yang tinggi sedangkan siswa yang memiliki kemampuan awal rendah akan mendapatkan hasil belajar yang rendah pula. Adanya perbedaan hasil belajar antara siswa yang mendapatkan pembelajaran yang berbeda maka apabila hasil-hasil itu nanti digambarkan dalam sebuah grafik tidak akan terdapat perpotongan garis antara masing-masing pendekatan dengan kriteria kemampuan awal tinggi yang rendah yang perpotongan garis tersebut menunjukkan adanya interaksi antara kemampuan awal dan pendekatan yang diberikan. Kajian antara model pembelajaran, mengajar guru dan kemampuan awal siswa secara terpisah akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Penyajian materi pelajaran oleh guru yang sebelumnya telah dirancang dan dilaksanakan dengan baik tidak akan memberi manfaat yang berarti jika tidak didukung oleh kemampuan awal siswa. Prestasi belajar yang diharapkan oleh guru dan siswa dengan model pembelajaran dan metode tersebut juga tidak akan maksimal. Dengan menggunakan metode pembelajaran Inkuiri Terbimbing dalam pembelajaran Tematik Terpadu diharapkan siswa dapat memperoleh prestasi yang baik. H. ASUMSI Asumsi adalah kondisi yang ditetapkan sehingga jangkauan penelitian/riset jelas batasnya. Asumsi juga bisa merupakan batasan sistem di mana kita melakukan penelitian/riset. Menurut Tejoyuwono Notohadiprawiro (1991, H.7) dalam makalahnya ‘Metodologi Penelitian dan Beberapa Implikasinya dalam Penelitian Geografi’, asumsi didefinisikan sebagai latar belakang intelektual suatu jalur pemikiran. Asumsi merupakan gagasan primitif, atau gagasan tanpa penumpu yang diperlukan untuk menumpu gagasan lain yang akan muncul kemudian. Asumsi diperlukan untuk menyuratkan segala hal yang tersirat. Dengan penyuratan itu terbentuk suatu konteks untuk mewadahi pemikiran. Semua pemikiran berlangsung dalam konteks tertentu. Tanpa konteks, pemikiran menjadi simpang-siur dan rancu. Asumsi adalah titik beranjak memulai segala kegiatan atau proses. Suatu sistem tanpa asumsi menjadi melingkar. Pada proses pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung di SDN Wanacala Kota Cirebon, khususnya pembelajaran Tematik Terpadu, guru kelas umumnya masih menggunakan metode ceramah, di mana guru menjadi pusat pembelajaran (teacher centered). Siswa hanya tinggal mendengarkan penjelasan guru saja. Padahal kegiatan pembelajaran sebaiknya berpusat pada siswa (student centered) sehingga siswa bisa mengalaminya sendiri dan lebih memaknai pembelajaran tersebut. Dengan penggunaan metode pembelajara Inkuiri Terbimbing ini diharapakan dapat membantu mengatasi kesulitan belajar siswa. Selain itu, bisa membantu mengaktifkan aktifitas belajar siswa sehingga siswa tidak merasa jenuh ketika pembelajaran berlangsung. Model ini juga diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa dan kemampuan bekerjasama pada pembelajaran Tematik Terpadu. I. HIPOTESIS TINDAKAN Hipotesis adalah kesimpulan sementara atas masalah penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto (2002, H.64) dalam bukunya ‘Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek’, hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Dari arti katanya hipotesis memang berasal dua (2) penggalan kata, “hypo” yang artinya “di bawah” dan “thesa” yang artinya “kebenaran”. Jadi hipotesis yang kemudian cara menulisnya disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia menjadi hipotesa, dan berkembang menjadi hipotesis. Berdasarkan kajian teori yang dikemukakan diatas, maka dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan sebagai berikut: 1. Ada peningkatan Sikap Berpikir Kritis siswa dalam pembelajaran Tematik Terpadu dengan menggunakan metode Inkuiri Terbimbing? 2. Tidak ada peningkatan Sikap Berpikir Kritis siswa dalam pembelajaran Tematik Terpadu dengan menggunakan metode Inkuiri Terbimbing? J. DEFINISI OPERASIONAL Untuk menghindari salah penafsiran tentang makna istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan makna beberapa definisi operasional sebagai berikut : Dari uraian di atas tentunya ada beberapa definisi untuk mempermudah memahami diantaranya: 1. Penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya 2. Meningkatkan: unsur proses yang bertahap, dari tahap terendah, tahap menengah, dan tahap akhir atau puncak 3. Model pembelajaran inkuiri dalam penelitian ini adalah rangkaian kegiatan pembelajaran Tematik Terpadu pada siswa kelas IV Semester 1 SDN Sukaluyu Bandung, yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri dari jawaban yang dipertanyakan. Adapun langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran inkuiri adalah : 1) Mengajukan pertanyaan atau permasalahan, 2) Merumuskan hipotesis, 3) Mengumpulkan data, 4) Analisis data, 5) Membuat kesimpulan. 4. Pembelajaran Tematik Terpadu adalah pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta didik. Dikatakan bermakna pada pembelajaran Tematik Terpadu artinya, peserta didik akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkan dengan konsep yang lain yang sudah mereka pahami. 5. Rasa ingin tahu adalah suatu sikap atau tindakan yang dimiliki seseorang untuk mengetahui ataupun menyelidiki hal-hal baru yang dipelajarinya, dilihat ataupun didengar. Indikator dari rasa ingin tahu dalam proses pembelajaran di kelas yaitu bertanya dan membaca. 6. Definisi berpikir kritis menurut Mustaji (2012): Berpikir kristis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Berikut adalah contoh-contoh kemampuan berpikir kritis, misalnya (1) membanding dan membedakan, (2) membuat kategori, (2) meneliti bagian-bagian kecil dan keseluruhan, (3) menerangkan sebab, (4) membuat sekuen / urutan, (5) menentukan sumber yang dipercayai, dan (6) membuat ramalan. Indrawati (1999:9) menyatakan, bahwa suatu pembelajaran pada umumnya akan lebih efektif bila diselenggarakan melalui model-model pembelajaran yang termasuk rumpun pemrosesan informasi. Hal ini dikarenakan model-model pemrosesan informasi menekankan pada bagaimana seseorang berfikir dan bagaimana dampaknya terhadap cara-cara mengolah informasi. BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Tentang Pembelajaran Tematik Terpadu 1. Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian Pembelajaran berasal dari kata ‘ajar’ yang berarti ilmu yang diberikan kepada seseorang supaya dimengerti (runtut). Sedangkan pembelajaran yaitu proses atau cara menjadikan orang belajar. Pembelajaran merupakan proses komunikasi yang bersifat timbal-balik, baik antara guru dan siswa, siswa dengan siswa, untuk mencapai tujuan tertentu. Maksud dari pembelajaran sebenarnya adalah mengajar, hal ini menunjukkan bahwa proses belajar siswa harus dijadikan pusat dari kegiatan. Menurut Omar Hamalik (Sitiatava Rizema Putra, 2013 h. 17) Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun dari unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Jadi pada intinya pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidikan dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidikan agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. 2. Belajar Di sekolah dilakukan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru. Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagian hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan – perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri siswa. Perubahan pada hasil belajar siswa dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Moh. Surya dikutip oleh Nana Sudjana (2005 : 22) mendefinisikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Oemar Hamalik (1993 : 280) mengungkapkan empat prinsip belajar yaitu a. Belajar senantiasa harus bertujuan, terarah, dan jelas bagi siswa, karena tujuan akan menuntut dalam belajar, b. Jenis belajar yang paling utama adalah untuk berpikir kritis, c. Belajar memerlukan pemahaman atas hal – hal yang dipelajari sehingga memperoleh pengertian – pengertian, d. Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai tujuan dan hasil. Dari prinsip – prinsip tersebut dapat mengetahui apa saja yang perlu diperhatikan dalam mendukung proses pembelajaran, sehingga pengertian dan pemahaman mengenai makna belajar menjadi lebih jelas dan terarah. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses atau kegiatan yang dilakukan sehingga membuat suatu perubahan perilaku yang berbentuk kognitif, afektif, maupun psikomotor. 3. Pembelajaran Tematik Terpadu Konsep pembelajaran tematik merupakan pengembangan dari pemikiran dua orang tokoh pendidikan yakni Jacob tahun 1989 dengan konsep pembelajaran interdilipliner dan Fogarty pada tahun 1991 dengan konsep pembelajaran terpadu. Menurut Majid (2013) pemebelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengkaitkan beberapa aspek baik dalam intramata pelajaran maupun antar-mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu peserta didik akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran jadi bermakna bagi peserta didik. Bermakna artinya bahwa pada pembelajaran tematik peserta didik akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar-konseop dalam intra maupun antar-mata pelajaran. Jika dibandingkan dengan pendekatan konvensional, pembelajaran tematik tampak lebih menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajran sehingga peserta didik aktif terlibat dalam proses pembelajran untuk pembuatan keputusan (Majid, 2013). Kata tema berasal dari kata Yunani tithenai yang berarti “menempatkan” atau “meletakkan” dan kemudian kata itu mengalami perkembangan sehingga tithenia berubah menjadi tema. Menurut arti katanya, tema berarti “sesuatu yang telah diuraikan” atau “sesuatu yang telah ditempatkan” (Gorys Keraf dalam Majid). Pembelajaran Tematik Terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu, peserta didik akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi peserta didik (Suaidin, 2013). Makna pembelajaran Tematik Terpadu adalah pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta didik. Dikatakan bermakna pada pembelajaran Tematik Terpadu artinya, peserta didik akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkan dengan konsep yang lain yang sudah mereka pahami. 4. Prinsip Pembelajaran Tematik Terpadu Majid (2014, h. 89) mengungkapkan beberapa prinsip yang berkenaan dengan pembelajaran tematik terpadu sebagai berikut : a. Pembelajaran tematik terpadu memiliki satu tema yang aktual, dekat dengan dunia siswa dan ada dalam kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari beberapa mata pelajaran. b. Pembelajaran tematik terpadu perlu memilih materi beberapa mata pelajaran yang mungkin saling berkaitan. Dengan demikian, mater-materi yang dipilih dapat mengungkapkan tema secara bermakna. Mungkin terjadi, ada materi pengayaan horizontal dalam bentuk contoh aplikasi yang tidak termuat dalam standar isi. Namun ingat, penyajian materi pengayaan seperti ini perlu dibatasi dengan mengacu pada tujuan pembelajaran. c. Pembelajaran tematik terpadu tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku tetapi sebaliknya pembelajaran tematik integratif harus mendukung pencapaian tujuan utuh kegiatan pembelajaran yang termuat dalam kurikulum. d. Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema selalu mempertimbangkan karakteristik siswa seperti minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal. e. Materi pelajaran yang dipadukan tidak terlalu dipaksakan. Artinya, materi yang tidak mungkin dipadukan tidak usah dipadukan. 5. Karakteristik Pembelajaran Tematik Terpadu Menurut Majid (2014, h. 89) Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut : a. Berpusat pada siswa Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered). Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar. b. Memberikan pengalaman langsung Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experience). Dengan pengalaman langsungini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas Dalam pembelajaran tematik, pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa. d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran Pembelajaran tematik menyajian konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari e. Bersifat fleksibel Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) di mana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan di mana sekolah dan siswa berada. f. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenagkan 6. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Tematik Terpadu Majid (2014, h. 92) mengatakan bahwa pembelajaran tematik terpadu memiliki kelebihan dibandingkan pendekatan konvensional, yaitu sebagai berikut: a. Pengalaman dan kegiatan belajar peserta didik akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak. b. Kegiatan yang dipilih dapat disesuaikan dengan minat dan kebutuhan peserta didik. c. Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi peserta didik sehingga hasil belajar akan dapat bertahan lebih lama. d. Pembelajaran terpadu menumbuhkan kembangkan keterampilan berpikir dan sosial peserta didik. e. Pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis. Dengan permasalahan yang sering ditemui dalam kehidupan/lingkungan riil peserta didik. f. Jika pembelajaran terpadu dirancang bersama dapat meningkatkan kerja sama antar guru bidang kajian terkait, guru denga peserta didik, peserta didik/guru dengan narasumber sehingga belajar lebih menyengkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang lebih bermakna. Selain itu, pembelajaran tematik memiliki kelebihan dan arti penting, yakni sebagai berikut : a. Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan anak didik. b. Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar-mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak didik. c. Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna. d. Mengembangkan keterampilan berpikir anak didik sesuai dengan persoalan yang dihadapi. e. Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama. f. Memiliki sikap toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain. g. Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan anak didik. Di samping kelebihan, pembelajaran terpadu memiliki keterbatasan terutama dalam pelaksanaannya, yaitu pada perancangan dan pelaksanaan evaluasi proses, dan tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran langsung saja. Puskur, Balitbang Diknas dalam Majid (2013, h. 92) mengidentifikasi beberapa aspek keterbatasan pembelajaran terpadu, sebagai berikut : a. Aspek Guru Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak berfokus pada bidang kajian tertentu saja. Tanpa kondisi ini, pembelajaran terpadu akan suli terwujud. b. Aspek peserta didik Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relatif “baik”, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan analitis (mengurai), kemampuan asosiatif (menghubungkan-hubungkan), kemampuan eksplorasi dan elaboratif (menemukan dan menggali). Jika kondisi ini tidak dimiliki, penerapan model pembelajaran terpadu ini sangat sulit dilaksanakan. c. Aspek sarana dan sumber pembelajaran Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semuai ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudahn pengembangan wawasan. Jika sarana ini tidak dipenuhi, penerapan pembelajaran terpadu juga akan terhambat. d. Aspek kurikulum Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi. Guru perlu diberikan kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik. e. Aspek penilaian Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang komprehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain jika materi pelajaran berasal dari guru yang berbeda. 7. Tujuan Pembelajaran Tematik Terpadu Pembelajaran Tematik Terpadu dikembangkan selain untuk mencapai tujuan pembalajaran yang telah ditetapkan, diharapkan siswa juga dapat : a. Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna b. Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan memanfaatkan nformasi c. Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan d. Menumbuhkembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain e. Meningkatkan minat dalam belajar f. Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya 8. Penilaian Pembelajaran Tematik Terpadu Objek dalam penilaian pembelajaran terpadu mencakup penilaian terhadap proses dan hasil belajar peserta didik. Penilaian proses belajar adalah upaya pemberian nilai terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan peserta didik, sedangkan penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai dengan menggunakan kriteria tertentu. Hasil belajar tersebut pada hakikatnya merupakan pencapaian kompetensi-kompetensi yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (dalam Suaidin 2013). Kompetensi tersebut dapat dikenali melalui sejumlah hasil belajar dan indikatornya yang dapat diukur dan diamati. Penilaian proses dan hasil belajar itu saling berkaitan satu dengan lainnya, hasil belajar merupakan akibat dari suatu proses belajar. 9. Strategi Penilaian Pembelajaran Tematik Terpadu Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang tersusun secara Tematik Terpadu di dalam kurikulum 2013 adalah mata pelajaran IPA dan IPS. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran Tematik Terpadu bergantung pada kesesuaian rencana yang dibuat dengan kondisi dan potensi peserta didik (minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan). Penentuan Tema Pembelajaran IPA/IPS Terpadu a. Tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan memadukan banyak indikator b. Tema harus bermakna artinya bahwa tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya c. Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak d. Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan penstiwa otentik yang terjadi dalam rentang waktu belajar e. Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar. Untuk menyusun perencanaan pembelajaran Tematik Terpadu perlu dilakukan langkah-langkah seperti berikut : Langkah-langkah perencanaan pembelajaran tematik terpadu seperti yangdisajikan pada diagram di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Menganalisis KI dan KD mata pelajaran IPA atau IPA b. Menentukan Tema yang sesuai dengan konsep konsep yang ada dalam setiap nomor KD IPA atau IPS c. Penjabaran (perumusan) Kompetensi Dasar ke dalam indikator sesuai topik/tema d. Membuat peta hubungan antar indikator dengan judul tema e. Pengembangan Silabus f. Menyusun RPP Tematik Terpadu B. Kajian Tentang Sikap Berpikir Kritis 1. Sikap Heri Purwanto (dalam A. Wawan dan Dewi, 2011)mengatakan bahwa sikap adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap objek tadi. Dengan demikian, pada prinsipnya sikap merupakan gejala internal berupa kecenderungan siswa untuk bertindak dengan cara tertentu. Sikap siswa yang positif , terutama, kepada pelajaran yang guru sajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya sikap negatif siswa guru dituntut untuk terlebih dahulu menunjukan sikap positif terhadap dirinya sendiri dan materi ajar yang akan diajarkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap (A. Wawan dan Dewi M., 2011, h. 35): a. Pengalaman Pribadi Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. c. Pengaruh Kebudayaan Tanpa didasari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhan. d. Media Massa Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyekstif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya. e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap. f. Faktor Emosional Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi. 2. Pengertian Berpikir Kritis Definisi berpikir kritis menurut Walker (2006) :Berpikir kritis adalah suatu proses intelektual dalam pembuatan konsep, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis, dan atau mengevaluasi berbagai informasi yang didapat dari hasil observasi, pengalaman, refleksi, di mana hasil proses ini diguanakan sebagai dasar saat mengambil tindakan. Definisi berpikir kritis menurut Hassoubah (2007):Berpikir kritis adalah kemampuan memberi alasan secara terorganisasi dan mengevaluasi kualitas suatu alasan secara sistematis. Sedangkan menurut Paul & Elder (2005), berpikir kritis merupakan cara bagi seseorang untuk meningkatkan kualitas dari hasil pemikiran menggunakan teknik sistemasi cara berpikir dan menghasilkan daya pikir intelektual dalam ide-ide yang digagas. Seseorang yang berpikir secara kritis akan dapat menjawab permasalahan-permasalahan yang penting dengan baik. Dia akan berpikir secara jelas dan tepat. Selain itu, dapat menggunakan ide yang abstrak untuk bisa membuat model penyelesaian masalah secara efektif. Beberapa hal yang menjadi ciri khas dari pemikir kritis itu sendiri adalah: a. Mampu membuat simpulan dan solusi yang akurat, jelas, dan relevan terhadap kondisi yang ada. b. Berpikir terbuka dengan sistematis dan mempunyai asumsi, implikasi, dan konsekuensi yang logis. c. Berkomunikasi secara efektif dalam menyelesaikan suatu masalah yang kompleks Berpikir kritis merupakan cara untuk membuat pribadi yang terarah, disiplin, terkontrol, dan korektif terhadap diri sendiri. Hal ini tentu saja membutuhkan kemampuan komunikasi efektif dan metode penyelesaian masalah serta komitmen untuk mengubah paradigma egosentris dan sosiosentris kita. Saat kita mulai untuk berpikir kritis, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan disini, yaitu: a. Mulailah dengan berpikir apa dan kenapa, lalu carilah arah yang tepat untuk jawaban dari pertanyaan tersebut b. Tujuan pertanyaan akan apa dan kenapa c. Informasi yang spesifik untuk menjawab pertanyaan diatas d. Kriteria standar yang ditetapkan untuk memenuhi jawaban atas pertanyaan e. Kejelasan dari solusi permasalahan/pertanyaan f. Konsekuensi yang mungkin terjadi dari pilihan yang kita inginkan g. Mengevaluasi kembali hasil pemikiran kita untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Beberapa kriteria yang dapat kita jadikan standar dalam proses berpikir kritis ini adalah kejelasan (clarity), tingkat akurasi (accuracy), tingkat kepresisian (precision) relevansi (relevance), logika berpikir yang digunakan (logic), keluasan sudut pandang (breadth), kedalaman berpikir (depth), kejujuran (honesty), kelengkapan informasi (information) dan bagaimana implikasi dari solusi yang kita kemukakan (implication). Kriteria-kriteria di atas tentunya harus menggunakan elemen-elemen penyusun kerangka berpikir suatu gagasan atau ide. Sebuah gagasan/ide harus menjawab beberapa hal sebagai berikut. a. Tujuan dari sebuah gagasan/ide b. Pertanyaan dari suatu masalah terhadap gagasan/ide c. Sudut pandang dari gagasan/ide d. Informasi yang muncul dari gagasan/ide e. nterpretasi dan kesimpulan yang mungkin muncul f. Konsep pemikiran dari gagasan/ide tersebut g. Implikasi dan konsekuensi h. Asumsi yang digunakan dalam memunculkan gagasan/ide tersebut Dasar-dasar ini yang pada peinsipnya perlu dikembangkan untuk melatih kemampuan berpikir kritis kita. Jadi, berpikir kritis adalah bagaimana menyeimbangkan aspek-aspek pemikiran yang ada di atas menjadi sesuatu yang sistemik dan mempunyai dasar atau nilai ilmiah yang kuat. Selain itu, kita juga perlu memperhitungkan aspek alamiah yang terdapat dalam diri manusia karena hasil pemikiran kita tidak lepas dari hal-hal yang kita pikirkan. Sebagaimana fitrahnya, manusia adalah subjek dalam kehidupan ini. Artinya manusia akan cenderung berpikir untuk dirinya sendiri atau disebut sebagai egosentris. Dalam proses berpikir, egosentris menjadi hal utama yang harus kita hindari. Apalagi bila kita berada dalam sebuah tim yang membutuhkan kerjasama yang baik. Egosentris akan membuat pemikiran kita menjadi tertutup sehingga sulit mendapatkan inovasi-inovasi baru yang dapat hadir. Pada akhirnya, sikap egosentris ini akan membawa manusia ke dalam komunitas individualistis yang tidak peka terhadap lingkungan sekitar. Bukan menjadi solusi, tetapi hanya menjadi penambah masalah. 3. Pengertian Rasa Ingin Tahu Nasoetion (dalam Prasetyo, 2013) berpendapat rasa ingin tahu adalah suatu dorongan atau hasrat untuk lebih mengerti suatu hal yang sebelumnya kurang atau tidak kita ketahui. Rasa ingin tahu biasanya berkembang apabila melihat keadaan diri sendiri atau keadaan sekeliling yang menarik. Dari pengertian ini, berarti untuk memiliki rasa ingin tahu yang besar, dimana seseorang harus tertarik pada suatu hal yang belum diketahui. Keterkaitan itu ditandai dengan adanya proses yang berpikir aktif, yakni digunakannya semua panca indera yang kita miliki secara maksimal. Mustari (Prasetyo, 2013) berpendapat bahwa kurioritas (rasa ingin tahu) adalah emosi yang dihubungkan dengan perilaku mengorek secara alamiah seperti eksplorasi, investigasi, dan belajar. Rasa ingin tahu terdapat pada pengalaman manusia dan binatang, Istilah itu juga dapat digunakan untuk menunjukkan perilaku itu sendiri yang disebabkan oleh emosi ingin tahu, karena emosi ini mewakili kehendak untuk mengetahui hal-hal baru, rasaingin tahu bisa diibaratkan bensin” atau kendaraan ilmu dan disiplin lain dalam studi yang dilakukan oleh manusia. Manusia itu seringkali bersifat ingin tahu, namun tetap saja ada yang terlewati dari perhatian mereka. Rasa ingin tahu dapat digabungkan dengan kemampuan untuk berpikir abstrak, membawa pada peniruan, fantasi dan imajinasi yang akhirnya membawa pada cara manusia berpikir yaitu abstrak, sadar diri atau secara sadar. C. Kajian Tentang Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing 1. Model Pembelajaran Istilah “model” dapat dipahami sebagai suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan sesuatu kegiatan. Sedangkan model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan sesuatu kegiatan belajar dan mengajar (Winataputra dalam Sagala, 2010 h. 63). Ahli pembelajaran Joyce. Iet al.dalam Sagala (2010, h. 63) mendefinisikan model pembelajaran: “A model of teaching is aplan or pattern that we can use to design face to face teaching in classrooms or tutorial settings and to shape instructional materials-including books, films, tapes, and computer-mediated programs and curriculums (long term courses of study). Secara bebas dapat diartikan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, tape recorder, komputer, kurikulum, dan lain sebagainya. Jadi model pembelajaran adalah suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran untuk merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran di kelas. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya guru bebas dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajarannya. Kardi dan Nur dalam Sagala (2010, h. 67) menyebutkan ciri-ciri model pembelajaran yaitu sebagai berikut. a. Rasional teoritis logis disusun oleh para pengembang model pembelajaran b. Memiliki landasan pemikiran yang kuat mengenai tujuan pembelajaran yang akan dicapai c. Tingkahlaku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan baik dan berhasil d. Lingkungan belajar yang kondusif diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai 2. Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Menurut Mulyasa dalam Muhammad Rizqa (2013, h. 13) inkuiri berasal dari bahas Inggris inquiry yang secara harfiah berarti penyelidikan. Model inkuiri merupakan model yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukanpertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawaban sendiri, serta menghubungkan serta membandingakan apa yang peserta didik temukan dengan penemuan lain. Model inkuiri merupakan model penyelidikan yang melibatkan proses mental dengan beberapa kegiatan yaitu (1) Mengajukan pernyataan-pertanyaan, (2) Merumuskan masalah yang ditemukan, (3) Merumuskan hipotesis, (4) Merancang dan melakukan eksperimen, (5) Mengumpulkan dan menganalisis data, (6) Menarik kesimpulan mengembangkan sikap ilmiah yaitu objektif, jujur, rasa ingin tahu, terbuka, berkemauan dan tanggung jawab. Schmidt dalam sitiatava mengemukakan bahwa inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi atau eksperimen guna mencari jawaban maupun memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berfikir kritis dan logis. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas siswa begitu saja akan tetapi guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa. Sehingga diharapkan siswa yang berpikir lambat atau siswa yang mempunyai kecerdasan rendah mampu mengikuti siswa yang mempunyai kecerdasan tingkat tinggi. Oleh karena itu, diharapkan guru memiliki kemampuan untuk mengelola kelas yang bagus. Menurut Roestiyah (Muhammad Rizqa, 2013) mengemukakan pembelajaran inkuiri terbimbing dapat membentuk dan mengembangkan “Self-Concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik, membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru, mendorong siswa untuk berpikir, bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka, situasi proses belajar menjadi lebih aktif, dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu, memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri. Konsep, prinsip, hukum, dan teori yang akan dibahas, dikemas guru dalam bentuk permasalahan, disajikan kepada siswa untuk dipecahkan baik secara individu maupun secara kelompok. Dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis siswa akan melakukan diskusi dengan kelompoknya untuk membicarakan alat dan bahan yang akan digunakan. Sintaks pembelajaran inkuiri menurut Gulo (Muhammad Rizqa, 2013 ) adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Inkuiri Sintaks Aliran Kegiatan Kegiatan Guru Menentukan tujuan pengajaran Pengantar singkat tentang konten dan Prosedur Membentuk kelompok Klasifikasi tujuan Kerja individual Laporan pada kelompok Diskusi Kelompok Laporan Kelompok Diskusi kelas Rangkuman Tindakan Lajut Menentukan entry behavior, menjelaskan tujuan pengajaran Memberikan penjelasan singkat dan menyeluruh tentang konten dan prosedur kerja Mengorganisasi fasilitas dan kelompok Mengamati, membantu, mengarahkan Menganjurkan, memberi fasilitas, dan bimbingan Menganjurkan, memberi fasilitas, dan bimbingan Menganjurkan, memberi fasilitas, dan bimbingan Memberi bantuan Memantau, membantu mengelola kelas Sintesis, menyimpulkan Menentukan tindak lanjut berdasarkan hasil diskusi (Sumber: Muhammad Rizqa, 2013) 3. Syarat Timbulnya Kegiatan Inkuiri bagi Siswa dan Peran Guru Kondisi umum yang merupakan syarat timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa adalah : 1. Aspek sosial di kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi 2. Inkuiri berfokus pada hipotesis dan 3. Penggunaan fakta sebagai evidensi Susunan kelas yang nyaman merupakan hal yang penting dalam pembelajaran inkuiri karena pertanyaan-pertanyaan harus berasal dari siswa agar proses pembelajaaran dapat dicapai dengan baik. Kerja sama guru dengan siswa, siswa dengan siswa diperlukan juga adanya dorongan secara aktif dari guru dan teman. Untuk menciptakan kondisi seperti itu peran guru adalah sebagai berikut : 1. Motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah berfikir 2. Fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan 3. Penanya, menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat 4. Administrator, bertanggung jawab dalam seluruh kegiatan kelas 5. Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan 6. Manager, mengelola sumber belajar, waktu dan organisasi kelas 7. Rewarder, pemberi penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa Pembelajaran inkuiri menurut Suchman, peran guru memonitor pertanyaan siswa untuk mencegah agar proses inkiri, tidak sama dengan permainan tebakan. Hal ini memerlukan dua aturan penting yaitu ; 1. Pertanyaan harus dapat dijawab ya atau tidak dan harus diucapkan dengan suatu cara agar siswa dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan melakukan pengamatan. 2. Pertanyaan harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan guru memberikn jawaaban pertanyaan tersebut tetapi mengarahkan siswa untuk menemukan jawaban sendiri. Munandar (1990:47), mengemukakan beberapa perumusan kretifitas adalah kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia , menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah dimana penekannanya pada kuantitas, ketepatgunaan, dan beragam jawaban”. Makin banyak kemungkinan jawaban yang dapat diberikan terhadap suatu masalah, makin kreatif seseorang. Tentu saja jawaban itu harus sesuai dengan masalahnya. Jadi tidak semata-mata banyaknya jawaban yang dapat diberikan yang menentukan kreatifitas seseorang, tetapi juga kualitas atau mutu dari jawabannya. Kreativitas pada anak perlu dikembangkan karena dengan berkreasi anak dapat mewujudkan dirinya sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, memberikan suatu kepuasan kepada individu dan memungkinkan meningkatkan kualitas hidupnya. Ciri perkembangan afektif, yaitu menyangkut sikap dan perasaan, motivasi atau dorongan dari dalam untuk berbuat sesuatu, misalnya rasa ingin tahu, tertarik terhadap tugas-tugas majemuk yang dirasakan siswa sebagai tantangan, berani mengambil resiko untuk membuat kesalahan atau dikritik siswa lain, tidak mudah putus asa, menghargai diri sendiri maupun oranglain (Munanadar, 1990:51). 4. Fase-Fase Pembelajaran Inkuiri Gulo (2002) menyatakan bahwa inquiry tidak hanya mengembangkan kemampuan dan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada termasuk pengembangan emosional dan ketrampilan inquiry merupakan suatu proses yang bermula dari merumuskn masalah, merumuskan hipotesis , mengumpulkan data, menganalisis data dan membuat kesimpulan Di dalam sistem belajar-mengajar ini, guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuknya yang final, tetapi peserta didik yang diberi peluang untuk mencari dan menemukannya sendiri dengan mempergunakan teknik pendekatan pemecahan masalah. Secara garis besar prosedurnya sebagai berikut: 1. Stimulation, Guru mulai dengan bertanya mengajukan persoalan atau menyuruh peserta didik membaca atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan. 2. Problem statement, peserta didik diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai permasalahan, sebanyak mungkin memilihnya yang dipandang paling menarik dan fleksibel untuk dipecahkan. Permasalahan yang dipilih ini selanjutnya harus dirumuskan dalam pertanyaan atau hipotesis (pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan tersebut) 3. Data collection, untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis itu.peserta dididk diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, dengan jelas membaca literatur, mengamati objeknya, mewawancarai orang sumber, mencoba (uji coba) sendiri dan sebagainya. 4. Data processing, semua informasi (hasil bacaan wawancara, observasi, dan sebagainya) itu diolah diacak diklasifikasikan, ditabulasikan, bahkan kalau perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan dengan tingkat kepercayaan tertentu. 5. Verification, berdasarkan hasil olahan dan taffsiran atau informasi yang ada tersebut( avaiblle information), pertanyaan atau hipotesis yang dirumuskan terlebih dahulu kemudian dicek, atauka apakah terjawab atau, dengan kata lain terbukti atau tidak. 6. Generalization, tahap selanjutkan. Berdasarkan hasil verifikasi tadi siswa belajar menarik generalisasi/ kesimpulan tertentu. Sistem belajar-mengajar ini dikembangkan oleh Bruner. Landasan pemikiran yang mendasari pendekatan belajar-mengajar ini adalah bahwa hasil belajar dengan cara ini lebih mudah dihaffal dan diingat, mudah ditransfer (untuk menghadapi pemecahan masalah). Pengetahuan dan kecakapan (intellectual potency) peserta didik yang bersangkutan lebih jauh lagi dapat menumbuhkan motif intrinsik (karena peserta didik puas akan penggunaannya sendiri. Tahapan Pembelajaran Inkuiri Fase Perilaku guru 1. Menyajikan pertanyaan atau masalah Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan maslah. Guru membagi siwa dalam kelompok 2. Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan bagi tiap siswa untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membibing siswa dalam membuat hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan. 3. Merancang percobaan Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang dilakukan. Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan. 4. Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan. 5. Mengumpulkan dan menganalisis data Guru memberikan kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul. 6. Membuat kesimpulan (generalisasi) Guru membimbing siswa dalam mambuat kesimpulan. 4. Langkah-Langkah Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pembelajaran inkuiri terdiri atas beberapa langkah pembelajaran. Menurut Nurhadi (2002:72) “Siklus inkuiri adalah: 1) observasi (observation), 2) bertanya (questioning), 3) mengajukan dugaan (hipothesis), 4) pengumpulan data (data gathering), dan 5) penyimpulan (conclusion)”. Sementara itu Kunandar (2010:373) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri dilakukan melalui beberapa siklus, yaitu observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan hipotesis (hypothesis), pengumpulan data (data gathering), pembahasan, dan penyimpulan (conclusion). Pendapat lain dikemukakan oleh Wina (2006:201) yang menyatakan bahwa “Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: 1) orientasi, 2) merumuskan masalah, 3) merumuskan hipotesis, 4) mengumpulkan data, 5) menguji hipotesis, dan 6) merumuskan kesimpulan”. Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh para ahli maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan langkah-langkah strategi pembelajaran inkuiri menurut Wina (2006:201), yaitu: 1) orientasi, 2) merumuskan masalah, 3) merumuskan hipotesis, 4) mengumpulkan data, 5) menguji hipotesis, dan 6) merumuskan kesimpulan. 5. Kelemahan dan Kelebihan Model Inkuiri Terbimbing Pembelajaran inquiry dengan metode Suchman menggunakan pertanyaan-pertanyaan yandiajukan kepada siswa sebagai alternative untuk prosedur pengumpulan data. Inkuiri Suchnan seperti yang dikutip oleh Kardi (2003:10) mempunyai 2 kelebihan yaitu : 1. Penelitian dapat diselesaikan dalam waktu satu periode pertemuan. Waktu yang singkat ini memungkinkan siswa dapat mengalami siklus inkiri dengan cepat, dan dengan pelatihan merekaakan terampil melakukan inkuiri. 2. Lebih efektif dalam senua bidang di dalam kurikulum. Pendekatan pembelajaran ini sangat cocok untuk materi pelajaran yang bersifat kognitif. Kelemahannya ialah antara lain; memakan waktu banyak (time consuming), dan kalau kurang terpimpin dan terarah, dapat menjurus pada kekacauan dan kekaburan atas materi yang dipelajarinya. (Rusyan ,1999 : 177-178). Sedangkan kelemahan atau kekurangan inkuiri terbimbing menurut Suryosubroto dalam Muhammad Rizqa (2013, h. 16 ) adalah sebagai berikut. a. Dipersyaratkan keharusan ada persiapan mental untuk cara belajar ini. b. Pembelajaran ini kurang berhasil dalam kelas besar, misalnya sebagian waktu hilang karena membantu siswa menemukan teori-teori atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu. c. Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pembelajaran secara konvensional jika guru tidak menguasai pembelajaran inkuiri. D. Hasil Penelitian Terdahulu yang Sesuai dengan Penelitian, Juwendi Rendy (2010:18) Menurut hasil penelitian terdahulu, peneliti menemukan contoh masalah yang sesuai dengan judul yang dibuat peneliti sebagai berikut: Judul : ”Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Untuk Meningkatkan Prestasi belajar IPA Pada Siswa Kelas IV A SDN 45 Mataram Tahun Pelajaran 2010/2011”. Model pembelajaran inkuiri dalam penelitian ini adalah rangkaian kegiatan pembelajaran IPA pada siswa kelas IV A Semester 1 SDN 45 Mataram, yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri dari jawaban yang dipertanyakan. Adapun langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran inkuiri adalah : 1) Mengajukan pertanyaan atau permasalahan, 2) Merumuskan hipotesis, 3) Mengumpulkan data, 4) Analisis data, 5) Membuat kesimpulan. Prestasi belajar dalam penelitian ini merupakan gambaran tentang tingkat penguasaan siswa kelas IV A Semester 1 SDN 45 Mataram terhadap tujuan belajar pada topik bahasan (materi) yang dieksperimenkan, yang diukur dengan berdasarkan jumlah skor jawaban benar pada soal yang disusun sesuai dengan tujuan pembelajaran. Prestasi belajar terdiri dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Pembelajaran IPA dalam penelitian ini merupakan proses membelajarkan p eserta didik dalam mempelajari peristiwa atau gejala alam melalui serangkaian proses dan metode ilmiah sehingga dapat tercapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Materi yang akan disampaikan dalam penelitian ini adalah ”struktur bagian tumbuhan” pada siswa kelas IV A semester 1 tahun pelajaran 2010-2011.
Item Type: | Thesis (Skripsi(S1)) |
---|---|
Subjects: | S1-Skripsi |
Divisions: | Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > PGSD 2014 |
Depositing User: | Iyas - |
Date Deposited: | 12 Jul 2016 03:25 |
Last Modified: | 12 Jul 2016 03:25 |
URI: | http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/5328 |
Actions (login required)
View Item |