PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN RASA INGIN TAHU SISWA DAN MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA SUBTEMA KEBERAGAMAN BUDAYA BANGSAKU

DEWI DAHLIANTI, 105060092 (2016) PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN RASA INGIN TAHU SISWA DAN MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA SUBTEMA KEBERAGAMAN BUDAYA BANGSAKU. Skripsi(S1) thesis, FKIP UNPAS.

[img] Text
1. JUDUL SKRIPSI.docx

Download (46kB)
[img] Text
2. lembar pengesahan.docx

Download (15kB)
[img] Text
4. motto.docx

Download (14kB)
[img] Text
3. PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.docx

Download (13kB)
[img] Text
5. ABSTRAK B. Indonesia.docx

Download (18kB)
[img] Text
6. ABSTRACT B. INGGRIS.docx

Download (13kB)
[img] Text
7. KATA PENGANTAR.docx

Download (19kB)
[img] Text
8 DAFTAR ISI.docx

Download (25kB)
[img] Text
BAB I.docx

Download (37kB)
[img] Text
BAB II.docx

Download (49kB)
[img] Text
BAB III.docx
Restricted to Repository staff only

Download (36kB)
[img] Text
BAB IV.docx
Restricted to Repository staff only

Download (136kB)
[img] Text
BAB V.docx
Restricted to Repository staff only

Download (15kB)
[img] Text
10. DAFTAR PUSTAKA.docx

Download (17kB)

Abstract

Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil observasi yang dilakukan di SD Negeri 3 Tanjungsari Kec. Pondoksalam kab. Purwakarta bahwa hasil belajar dan aktivitas siswa pada pembelajaran tematik indahnya kebersamaan sub tema keberagaman budaya bangsaku masih kurang optimal. Untuk mengatasi masalah tersebut peneliti berusaha melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa melalui penggunaan model inkuiri terbimbing dalam pembelajaran tematik tema indahnya kebersamaan sub tema keberagaman budaya bangsaku. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam pembelajaran tematik tema indahnya kebersamaan sub tema keberagaman budaya bangsaku dengan menggunakan model inkuiri terbimbing, sedangkan bagi guru dapat menambah pengetahuan dan keterampilan guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Penelitian dilakukan di SD Negeri 3 Tanjungsari kelas IV tahun ajaran 2014-2015. Berdasarkan hasil pengolahan data dari hasil evaluasi pada setiap siklusnyua, dimana pada siklus I menunjukan bahwa hasil pre test yang diperoleh siswa mendapat nilai ketuntasan 57,9% dan hasil post test 63,1%. Pada siklus II menunjukan bahwa hasil pre test yang diperoleh siswa mendapat nilai ketuntasan 78,9% dan hasil post test 89,4%. Dari hasi observasi disetiap siklusnya, siswa menunjukan hasil yang positif terhadap pembelajaran tematik sub tema keberagaman budaya bangsaku dengan menggunakan model inkuiri terbimbing, karena penggunaan model ini menitikberatkan pada keaktifan siswa (Student centered) sebagai subjek untuk mencari dan menemukan informasi dalam proses pembelajaran siswa disini lebih memoounyai rasa ingin tahu yang tinggi dalam belajar. Jadi dapat disimpulan bahwa penggunaan model inkuiri terbimbing pada pembelajaran tematik sub tema keberagaman budaya bangsaku dapat meningkatkan rasa ingin tahu siswa, hasil belajar siswa dan aktivitas siswa di kelas IV SD Negeri 3 Tanjungsari. Kata kunci: Inkuiri terbimbing, Rasa ingin tahu, Hasil belajar. ABSTRACT This research is motivated by observations made in the Elementary School 3 District of Purwakarta district Tanjungsari Pondoksalam that the learning outcomes and learning activities of students on the beauty of togetherness thematic sub-theme of cultural diversity of my people are still less than optimal. To overcome this problem researchers are trying to do classroom action research (CAR), which aims to determine the extent to which an increase in students' learning outcomes and activities through the use of guided inquiry model of learning thematic sub-theme theme of the beauty of cultural diversity together my people. This research is expected to improve learning outcomes and learning activities of students in the thematic sub-theme theme beauty of cultural diversity together with my people guided inquiry model, while the teacher can increase the knowledge and skills of teachers in the implementation of learning. The study was conducted in 3 Tanjungsari Elementary School fourth grade school year 2014-2015. Based on the results of data processing of the results of the evaluation on each siklusnyua, where in the first cycle showed that the pre-test results obtained completeness students scored 57.9% and 63.1% post-test results. In the second cycle showed that the pre-test results obtained completeness students scored 78.9% and 89.4% post-test results. Hasi observation of each cycle, students showed positive results on learning of thematic sub-theme of cultural diversity with my people guided inquiry model, because this model focuses on the use of student activity (Student centered) as subject to search and find information in the learning process of students here more have a high curiosity in learning.So it can be concluded that the use of guided inquiry model of learning thematic sub-theme of my people's diversity can increase the curiosity of students, student learning outcomes and activities fourth grade students at School 3 Tanjungsari. Keywords: Guided inquiry, curiosity, learning outcomes, learning thematic. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah dasar sebagai institusi pendidikan memegang peranan yang sangat penting dan strategis. Dikatakan penting dan strategis karena melalui pendidikan dasarlah secara formal anak pertama kali akan memperoleh pengalaman pendidikan. Dilembaga ini pertama kali anak mulai menganal berbagai keterampilan dasar seperti menulis, membaca dan berhitung serta pada tahapan berikutnya melalui lembaga ini pula anak mengenal berbagai konsep, rasa ingin tahu dan pengertian-pengertian dasar dalam berbagai keilmuan yang sangat diperlukan guna melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Salah satu landasan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan yang tercantum dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Penididikan Nasional pasal 3, dikemukakan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Desi Wulandari (2013) menyatakan bahwa model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Jadi, sebenarnya model pembelajaran memiliki arti yang sama dengan pendekatan, strategi atau metode pembelajaran. Saat ini telah banyak dikembangkan berbagai macam model pembelajaran, dari yang sederhana sampai model yang agak kompleks dan rumit karena memerlukan banyak alat bantu dalam penerapannya. Di dalam kurikulum 2013 hanya ada 4 model pembelajaran. Ada beberapa ciri-ciri model pembelajaran secara khusus diantaranya adalah : 1. Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya. 2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar. 3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil. 4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing adapun pelaksanaanya sebagai berikut: guru membagi tugas meneliti suatu masalah ke kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan. Kemudian mereka mempelajari, meneliti atau membahas tugasnya didalam kelompok. Setelah hasil kerja mereka dalam kelompok didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik. Amri dan Ahmadi (2010: 103) menyimpulkan bahwa inkuiri merupakan suatu proses yang ditempuh siswa untuk memecahkan masalah yang diberikan guru. Dari beberapa pengertian tentang metode inkuiri diatas dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri adalah suatu proses mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan yang mengarah pada kegiatan penyelidikan dan menemukan sendiri jawaban dari masalah yang diajukan. Menurut Amri dan Ahmadi (2010: 92) langkah pembelajaran inkuiri, merupakan suatu siklus yang dimulai dari: a. Observasi atau pengamatan terhadap berbagai fenomena alam b. Mengajukan pertanyaan tentang fenomena yang dihadapi c. Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban d. Mengumpulkan data berkait dengan pertanyaan yang diajukan e. Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri merupakan sebuah metode pembelajaran yang berpusat pada siswa yang mampu menciptakan siswa yang cerdas, terampil dan berpengetahuan luas serta dapat bekerja sesuai dengan prosedur sehingga dapat menemukan jawaban sendiri dari masalah yang dikaji. Pengetahuan dan keterampilan siswa tidak diperoleh dari hasil mengingat fakta tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya. Dengan metode ini siswa dilatih untuk selalu berpikir kritis karena membiasakan siswa memecahkan masalah sendiri. Tujuan utama pembelajaran ini adalah untuk menolong siswa dalam mengembangkan disiplin intelektual dan kemampuan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan, menyelesaikan masalah dan menarik kesimpulan secara mandiri. Pada prinsipnya, inquiri adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa, maka peranan guru adalah sebagai pembimbing, stimulator dan fasilitator. Sedangkan siswa dalam pembelajaran inkuiri adalah sebagai pengambil inisiatif dalam menentukan sesuatu. Siswa aktif menggunakan cara mereka sendiri, dengan demikian diharapkan mereka mempunyai keberanian untuk mengajukan masalah, merespon masalah, dan berpikir untuk menyelesaikan masalah atau menemukan jawabannya melalui penyelidikan atau percobaan secara mandiri. Sedangkan berdasarkan fakta di SDN 3 Tanjungsari Purwakarta siswa tidak aktif mereka hanya mengandalkan dari ceramah-ceramah guru saja. Dengan demikian dalam penelitian ini, peneliti memilih metode inkuiri terbimbing, karena guru yang berperan dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya, dan siswa menyelesaikan masalah secara diskusi kelompok dan menarik kesimpulan secara mandiri. Inkuiri terbimbing merupakan tahap awal dari tahapan inkuiri dilaboratorium (Wenning 2005). Dalam pembelajaran inquiri terbimbing siswa mendapatkan bimbingan dari guru melalui pertanyaan-pertanyaan penuntun yang akan mengantarkan siswa agar dapat menentukan prosedur percobaan yang akan mereka lakukan. Melalui inquiri terbimbing siswa dapat diharapkan dapat lebih memahami konsep dan menganalisis konsep kegiatan inkuiri. Dalam pelaksanaan kurikulum tersebut guru harus lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan lebih aktif dan kreatif dapat menemukan jawaban atas masalah yang mereka temukan. Oleh karena itu hendaknya dapat menggunakan strategi metode inkuiri yaitu dapat mendorong siswa dalam mengembangkan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka. Proses pembelajaranya berubah dari dominasi guru (teacher dominated) menjadi dominasi oleh siswa (student dominated), karena dalam metode Guided Inquiry yang lebih aktif belajar adalah siswa (sebagai subjek belajar), sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator atau pembimbing saja. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan yang dilakukan terdapat masal lah dalam proses pembelajaran. Masalah tersebut diantaranya (1) kurang aktifnya siswa dalam belajar dengan ditandai sulitnya mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan. (2) siswa tidak bisa menjelaskan kembali tentang apa yang telah di dapat dalam proses pembelajaran dengan kata-kata sendiri. Data yang didapat dari guru kelas IV, Ibu Yuyu. bahwa dari jumlah seluruh siswa di kelas IV sebanyak 27 siswa hanya 9 orang siswa yang mencapai KKM jadi yang mencapai KKM hanya sebesar 33,3% sedangkan 18 orang yang belum mencapai KKM menunjukan adanya suatu permasalahan tentang rendahnya kemampuan rasa ingin tahu siswa dan belajar siswa terhadap pembelajaran pada sub tema keberagaman Budaya Bangasaku. Namun dalam kondisi seperti ini bukanlah tiitk akhir, dengan kata lain masih berpotensi mengalami perubahan. Penyebab permasalahan ini yaitu: 1. Pada proses pembelajaran guru kurang melibatkan siswa aktif, karena guru hanya menggunakan metode ceramah. 2. Guru kurang membimbing siswa dalam mengarahkan pemikirannya agar siswa mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi 3. Kurang tepatnya guru dalam penggunaan media pembelajaran. 4. Kurang maksimal guru dalam menggunakan model pembalajaran yang mengarahkan siswa untuk mempunyai rasa ingin tahu Dan dikarenakannya adanya kurikulum 2013 dan berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka saya sebagai penulis memilih judul: “Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Rasa Ingin Tahu Siswa dan Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Sub Tema Keberagaman Budaya Bangsaku”. Khususnya untuk kelas IV SDN 3 Tanjungsari Purwakarta. B. Identifikasi Masalah Setelah penulis melakukan pendekatan terhadap siswa dan konsultasi dengan guru SDN Negeri 3 Tanjungsari Purwakarta dapat disimpulkan bahwa kurangnya rasa keingintahuan siswa dan kurangnya peningkatan hasil belajar siswa yang disebabkan oleh dua hal yaitu: 1. Faktor Internal Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan disekolah, pola pembelajaran kurang disenangi oleh siswa dan membuat anak menjadi jenuh dalam melaksanakan kegiatan belajar karena menunjukan bahwa 95% interaksi kelas dikuasai oleh guru, banyak yang ngantuk dan akhirnya kurang peduli terhadap materi, kebiasaan guru yang sering menyampaikan materi dengan menggunakan metode ceramah membuat situasi pembelajaran terkesan untuk melakukan aksion berpikir kritis dan kreatif dan akhirnya penyampaian materi terkesan dipaksakan. 2. Faktor Eksternal Yaitu pembelajaran diluar sekolah seperti dilingkungan keluarga. Tingkat pendidikan keluarga rata-rata hanya lulusan SMP, 75% orang tua siswa (ibu), ibu rumah tangga orang tua laki-laki bekerja dikebun atau sebagai buruh tani, membuat kontrol terhadap pendidikan masih kurang. Berdasarkan penelitian awal diatas harapan kami sebagai penulis yaitu dapat mengatasi kesulitan belajar siswa karena didalamnya meningkatkan keterampilan dan berbagai kompetensi juga. Mengembangkan potensi yang di bawa dalam serangkaian kehidupan sehari-hari. Berdasarkan dengan hal tersebut, penulis mengambil solusi dari kesulitan yang dialami siswa melalui model inkuiri terbimbing dengan harapan dapat mengatasi kesulitan yang dialami siswa. Pada prinsipnya tujuan pengajaran inkuiri terbimbing membantu siswa bagaimana merumuskan pertanyaan mencari jawaban atau pemecahan untuk memuaskan keingintahuannya dan untuk membantu teori dan gagasannya tentang dunia. Lebih jauh lagi dikatakan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing bertujuan mengembangkan tingkat berpikir kritis. Berdasarkan latar belakang diatas ketidakberhasilan siswa SDN 3 Tanjungsari Purwakarta, disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor yang berasal dari guru dan berasal dari siswa. a. Faktor yang berasal dari Guru Berdasarkan penelitian di SDN 3 Tanjungsari Purwakarta, bahwa guru tidak terbiasa menggunakan alat peraga dan model yang berbeda. Untuk memudahkan belajar mengajar kegiatan belajarnyapun menunjukan bahwa 95% interaksi kelas dikuasai oleh guru. b. Faktor yang berasal dari Siswa Dilihat dari hasil ujian akhir semester 2 dari 20 orang siswa yang tidak memenuhi KKM ada sekitar 70% atau 14 siswa yang tidak memenuhi Kriteria Ketuntasan Maksimum (KKM) sedangkan sisanya 30% atau 6 orang siswa yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Maksimum (KKM) yang telah ditentukan oleh guru kelasnya. Dikarenakan anak kurang memahami dalam pembelajaran karena hanya satu metode yang digunakan yaitu metode ceramah, dan tidak adanya alat peraga akirnya siswapun kurang aktif dalam belajar dan rasa keingintahuannya kurang. Salah satu untuk menanggulangi permasalahan tersebut maka harus ada pembatasan masalah , apakah metode inquiri terbimbing dapat digunakan dalam pembelajaran? maka dibuatlah pembatasan masalah berikut: a. Model yang digunakan adalah model inquiri terbimbing; b. Kemampuan siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model inquiri terbimbing; c. Kemampuan dalam menumbuhkan rasa ingin tahu siswa pada pembelajaran dengan menggunakan model inquiri terbimbing; Berdasarkan uraian diatas, maka penulis mengangkat judul mengenai: “Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Rasa Ingin Tahu Siswa dan Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Sub Tema Keberagaman Budaya Bangsaku” (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN 3 Tanjungsari Purwakarta) C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah dengan menggunakan model inquiri terbimbing dapat meningkatkan rasa ingin tahu siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa? Rumusan masalah secara umum tersebut dapat dijabarkan secara khusus yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana perencanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada sub tema keberagaman Budaya Bangsaku untuk meningkatkan rasa ingin tahu siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IV SDN 3 Tanjungsari Purwakarta? 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada sub tema kebragaman Budaya Bangsaku untuk meningkatkan rasa ingin tahu siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IV SDN 3 Tanjungsari Purwakarta? 3. Bagaimana respon siswa setelah belajar dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada sub tema keberagaman Budaya Bangsaku di kelas IV SDN 3 Tanjungsari Purwakarta? 4. Bagaimana hasil belajar kemampuan rasa ingin tahu siswa dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada pada sub tema keberagaman Budaya Bangsaku di kelas IV SDN 3 Tanjungsari Purwakarta? D. Batasan Masalah Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, dibuatkan pertanyaan penelitian dengan rincian sebagai berikut: 1. Apakah perencanaan pembelajaran dengan menggunakan model inquiri terbimbing pada Sub tema Keberagaman Budaya Bangsaku Kegiatan di kelas IV SDN 3 tanjungsari Purwakarta dapat meningkatkan rasa ingin tahu siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa? 2. Apakah proses pembalajaran dengan menggunakan model inquiri terbimbing pada Sub tema Keberagaman Budaya Bangsaku di kelas IV SDN 3 tanjungsari Purwakarta dapat meningkatkan rasa ingin tahu siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa ? 3. Apakah rasa ingin tahu siswa dan hasil belajar siswa pada Sub tema Keberagaman Budaya Bangsaku di kelas IV SDN 3 tanjungsari Purwakarta dengan menggunkan metode inquiri terbimbing meningkat? E. Tujuan Penelitian Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk meninkatkan rasa ingin tahu siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 3 Tanjungsari pada sub tema keberagaman Budaya Bangsaku dengan menggunakan model pembelajaran inkuri terbimbing. Secara khusus dari penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut: 1. Menuyusun RPP dengan menggunakan pendekatan inkuiri pada sub tema keberagaman Budaya Bangsa untuk meningkatkan rasa ingin tahu siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 3 Tanjungsari Purwakarta. 2. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing pada sub tema keberagaman Budaya Bangsaku untuk meningkatkan rasa ingin tahu siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 3 Tanjungsari Purwakarta. 3. Mengetahui respon siswa setelah belajar dengan menggunakan pendekatan inkuiri pada pembelajaran sub tema keberagaman Budaya Bangaku di kelas IV SDN 3 Tanjungsari Purwakarta. 4. Mengetahui hasil belajar siswa dan rasa ingin tahu siswa dengan menggunakan model pemeblajaran inkuiri terbimbing pada pembelajaran sub tema keberagaman Budaya Bangaku di kelas IV SDN 3 Tanjungari Puirwakarta. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Pemanfaatan pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan suatu model yang dapat digunakan sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan kemampuan rasa ingin tahu siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam hal ini siswa melakukan penelitian yang mana suatu hasil penelitiannya merupakan pemahaman siswa dengan hasil temuannya sendiri melalui bimbingan dari guru, sehingga pada konteks ini siswa dapat mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi dan hasil belajar siswa pun akan meningkat. 2. Manfaat Praktis a. Manfaat Bagi Peneliti : Setelah adanya penelitan tindakan kelas ini dapat memberikan pengalaman baru terhadap peneliti, dan dapat menemukan masalah dan mencari pecahan masalah atau solusi secara tidak disadari menempel pengalaman yang sangat luar biasa, terutama dalam pembelajaran pada sub tema keberagaman budaya bangsaku dengan menggunkan metode inquiri terbimbing siswa SD kelas IV . b. Untuk Guru : Diharapkan guru mengenal pendekatan dan teknik yang cocok untuk diterapkan dalam meningkatkan rasa ingin tahu siswa dan prestasi belajar siswa. c. Untuk Siswa : Dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing siswa akan lebih termotivasi dan punya rasa ingin tahu yang pada sub tema keberagaman budaya bangsaku dan lebih memahami pada tema indahnya kebersamaan, sub tema keberagaman budaya bangsaku d. Untuk PGSD : Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi PGSD untuk meningkatkan kualitas pembelajaran pada sub tema Keberagaman Budaya Bangsaku dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media. Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. 2. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Model Pembelajaran memiliki cirri-ciri sebagai beruikut: 1. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar para ahli tertentu. 2. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu. 3. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas. 4. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: (a) urutan langkah-langkah pembelajaran; (b) adanya prinsip-prinsip relaksi; (c) system sosial; dan (d) system pendukung. 5. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. 6. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan Pedoman model pembelajaran lainnya B. Inkuiri Terbimbing 1. Pengertian Inkuiri Terbimbing Inkuiri terbimbing merupakan proses pembelajaran berdasarkan penemuan dan pencarian melalui proses berpikir secara sistematis, dimana guru memimpin murid-murid dengan tahapan-tahapan yang benar, mengijinkan adanya diskusi, menanyakan pertanyaan yang menuntun, dan memperkenalkan ide pokok bila dirasa perlu. Ini merupakan kerjasama yang semakin menyenangkan karena hasil akhirnya dapat diperoleh Terdapat perbedaan pandangan mengenai peran penemuan dalam pengajaran matematika. Beberapa orang berpendapat bahwa keterampilan dan konsep adalah yang terbaik diajarkan ketika murid-murid diijinkan untuk membuat sendiri penemuan yang berarti. Di pihak lain, banyak yang merasa bahwa banyak murid, khususnya yang lambat dalam menerima pelajaran, sebaiknya belajar dngan memakai pendekatan yang ditunjukkan dan dikatakan oleh gurunya. Tanpa memperhatikan pendapat mana yang akan diikuti, jelas bahwa teknik penemuan dapat digunakan secara efektif untuk merangsang dan memelihara daya tarik dalam belajar matematika. (Max A. Sobel & Evan M. Maletsky,2004: 14) Inkuiri merupakan suatu rangkaian pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai wujud adanya perilaku. Model inkuiri terbimbing merupakan pendekatan instruksional, memberikan kerangka kerja, perencanaan dan implementasi berpikir dengan mengembangkan keahlian siswa dan mengakses sumber informasi secara efektif membangun pengetahuan. Model ini terencana secara seksama, benar-benar terkontrol yang bersifat instruksional dari guru memandu siswa melalui materi yang mendalam Ditinjau dari variasi pendekatan inkuiri, model inkuiri terbimbing memiliki ciri dimana topik pembelajaran ditentukan oleh guru, pertanyaan dan materi pembelajaran juga ditentukan oleh guru, sedangkan desain dan prosedur pembelajaran dirumuskan bersama-sama oleh guru dan siswa, selanjutnya hasil atau analisis serta kesimpulan ditentukan oleh siswa. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing atau latihan inkuiri berasal dari suatu keyakinan bahwa siswa memiliki kebebasan dalam belajar. Model pembelajaran ini menuntut partipasi aktif siswa dalam inkuiri (penyelidikan) ilmiah. Siswa memiliki keingintahuan dan ingin berkembang. Inkuiri terbimbing menekankan pada sifat-sifat siswa ini, yaitu memberikan kesempatan pada siswa untuk bereksplorasi dan memberikan arah yang spesifik sehingga area-area baru dapat tereksplorasi dengan lebih baik. Tujuan umum dari model inkuiri terbimbing adalah membantu siswa mengembangkan keterampilan intelektual dan keterampilan-keterampilan lainnya, seperti mengajukan pertanyaan dan menemukan (mencari) jawaban yang berawal dari keingintahuan mereka. Model pembelajaran latihan inkuiri dikemukan oleh Richard Suchman (Jannah, 2008), ia menginginkan siswa untuk bertanya mengapa suatu peristiwa terjadi, kemudian siswa melakukan kegiatan, mencari jawaban, memproses data secara logis, sampai akhirnya siswa mengembangkan strategi pengembangan intelektual yang dapat digunakan untuk menemukan mengapa suatu fenomena bisa terjadi. Pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan problem atau masalah. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berifikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai tinggi tidak memonopoli kegiatan oleh sebab itu guru harus memiliki kemampuan mengelola kelas yang bagus. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Kuhithau dan Carol (2006), yang menjelaskan bahwa inkuiri terbimbing memiliki 6 karakateristik yaitu : 1. Siswa belajar dengan aktif dan memikirkan sesuatu berdasarkan pengalaman 2. Siswa belajar dengan aktif membangun apa yang telah diketahuinya 3. Siswa mengembangkan daya pikir yang lebih tinggi melalui petunjuk atau bimbingan pada proses belajar 4. Perkembangan siswa terjadi pada serangkaian tahap 5. Siswa memliki cara belajar yang berbeda satu sama lainnya 6. Siswa belajar melalui interaksi sosial dengan lainnya Inkuiri terbimbing biasanya digunakan terutama bagi siswa-siswa yang belum berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri.. Pada tahap-tahap awal pengajaran diberikan bimbingan lebih banyak yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan pengarah agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang disodorkan oleh guru. Pertanyaan-pertanyaan pengarah selain dikemukakan langsung oleh guru juga diberikan melalui pertanyaan yang dibuat dalam LKS. Oleh sebab itu LKS dibuat khusus untuk membimbing siswa dalam melakukan percobaan dan menarik kesimpulan. Seperti halnya siswa SD kelas IV lebih cocok apabila diberikan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing karena mereka masih dalam tahap baru mengenal pembelajaran dengan model inkuiri ini. Dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing, penyajian pelajaran diawali dengan penjelasan suatu peristiwa yang penuh teka-teki. Siswa secara individu akan termotivasi menyelesaikan teka-teki yang dihadapkan pada mereka dan membimbing mereka kepada suatu pencarian dan penyelidikan secara disiplin Pendekatan inkuiri terbimbing yaitu pendekatan inkuiri dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Pendekatan inkuiri terbimbing ini digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri. Pada dasarnya siswa selama proses belajar berlangsung akan memperoleh pedoman sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap awal, guru banyak memberikan bimbingan, kemudian pada tahap-tahap berikutnya, bimbingan tersebut dikurangi, sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri secara mandiri. Bimbingan yang diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multi arah yang dapat menggiring siswa agar dapat memahami konsep pelajaran. Di samping itu, bimbingan dapat pula diberikan melalui lembar kerja siswa yang terstruktur. Selama berlangsungnya proses belajar guru harus memantau kelompok diskusi siswa, sehingga guru dapat mengetahui dan memberikan petunjuk-petunjuk dan scafolding yang diperlukan oleh siswa. Menurut Depdikbud dalam Putri (2009: 10): “metode inkuiri merupakan proses pembelajaran yang bervariasi dan meliputi kegiatan-kegiatan yang berdasarkan metode ilmiah, seperti mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang relevan, merencanakan penyelidikan atau investigasi, mereview apa yang telah diketahui, melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan alat untuk memperoleh data, menganalisis dan menginterpretasi data serta membuat prediksi dan mengkomunikasikan hasilnya” Trianto (2007:136) lebih lanjut menyatakan bahwa untuk menciptakan suasana inkuiri, peranan guru adalah sebagai berikut: 1) motivator, yang memberikan rangsangan supaya siswa aktif dan gairah berpikir. 2) Fasilitator, yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir siswa. 3) Penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan memberikan keyakinan pada diri sendiri. 4) Administrator, yang bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan di dalam kelas. 5) Pengarah, yang memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang diharapkan. 6) Manajer, yang mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas. 7) Rewarder, yang memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam rangka peningkatan semangat heuristik pada siswa. 2. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Inkuiri terbimbing Eggen dan Kauchak dalam Trianto (2007:141), lebih lanjut menjelaskan tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing sebagai berikut: 1. Merumuskan masalah: Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah. Guru membagi siswa dalam kelompok 2. Merumuskan hipotesis: Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan. 3. Merancang Percobaan: Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan 4. Melakukan percobaan: Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan 5. Mengumpulkan dan menganalisis: Guru memberikan kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul. 6. Membuat Kesimpulan: Guru membimbing siswa dan membuat kesimpulan. 3. Keunggulan Metode Inkuiri Terbimbing Suryosubroto (2009:185) mengemukakan bahwa inkuiri memiliki keung- gulan yaitu : (a) membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan pengguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa (b) Pengetahuan yang diperoleh bersifat sangat kukuh; dalam arti pendalaman dari pengertian; referensi,dan transfer. (c) Membangkitkan gairah pada siswa, (d) Memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri (e) Menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya, sehingga ia lebih merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar, (f) Membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan diri siswa, (g) Metode ini berpusat pada siswa sehingga guru hanya menjadi teman belajar. C. Rasa Ingin Tahu 1. Pengertian Rasa Ingin Tahu Rasa ingin tahu adalah suatu emosi yang berkaitan dengan perilaku ingin tahu seperti eksplorasi, investigasi, dan belajar, terbukti dengan pengamatan pada spesies hewan manusia dan banyak. Istilah ini juga dapat digunakan untuk menunjukkan perilaku itu sendiri disebabkan oleh emosi rasa ingin tahu. Seperti emosi Rasa ingin tahun merupakan dorongan untuk tahu hal-hal baru, rasa ingin tahu adalah kekuatan pendorong utama di balik penelitian ilmiah dan disiplin ilmu lain dari studi manusia. Rasa ingin tahu merupakan setiap perilaku alami ingin tahu, terbukti dengan pengamatan di banyak spesies hewan, dan merupakan aspek emosional dari makhluk hidup yang menimbulkan eksplorasi, investigasi dan belajar. Pada dasarnya, itu menggambarkan jumlah yang tidak diketahui mekanisme psikologis dari perilaku yang memiliki efek mendorong umat untuk mencari informasi dan interaksi dengan lingkungan alam dan makhluk lain di lingkungan Anda. Rasa ingin tahu sebagian besar merupakan naluri alami, rasa ingin tahu menganugerahkan manfaat kelangsungan hidup untuk spesies tertentu, dan dapat ditemukan dalam genom mereka. Itu wajar yang terjadi pada manusia, hewan dan khususnya bayi / balita. Meskipun manusia kadang-kadang dianggap sangat sangat ingin tahu, kadang-kadang tidak begitu banyak seperti pada hewan lain. Apa yang tampaknya terjadi adalah rasa ingin tahu manusia dikombinasikan dengan kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menyebabkan mimesis, fantasi dan imajinasi, akhirnya menimbulkan cara unik manusia berpikir ("akal manusia"), yang abstrak dan sadar. 2. Pentingnya Rasa Ingin Tahu Pentingnya rasa ingin tahu disebabkan oleh: a. Rasa ingin tahu membuat pikiran siswa menjadi aktif. Tidak ada hal yang lebih bermanfaat sebagai modal belajar selain pikiran yang aktif. Siswa yang pikirannya aktif akan belajar dengan baik, sebagaimana yang dijelaskan teori kontruktivisme, di mana siswa dalam belajar harus secara aktif membangun pengetahuannya. b. Rasa ingin tahu membuat siswa anda menjadi para pengamat yang aktif. Salah satu cara belajar adalah yang terbaik adalah dengan mengamati. Banyak ilmu pengetahuan yang berkembang karena berawal dari sebuah pengamatan, bahkan pengamatan yang sederha sekalipun. Rasa ingin tahu membuat siswa lebih peka dalam mengamati berbagai fenomena atau kejadian di sekitarnya. Ini berarti, dengan demikian siswa akan belajar lebih banyak. c. Rasa ingin tahu akan membuka dunia-dunia baru yang memantang dan menarik siswa untuk mempelajarinya lebih dalam. Jika ada banyak hal yang membuat munculnya rasa ingin tahu pada diri siswa, maka jendela dunia-dunia baru yang menantang akan terbuka buat mereka. Banyak hal yang menarik untuk dipelajari di dunia ini, tetapi seringkali karena rasa ingin tahu yang rendah yang siswa miliki, membuat mereka melewatkan dunia-dunia yang menarik itu dengan entengnya. d. Rasa ingin tahu membawa kejutan-kejutan kepuasan dalam diri siswa, dan meniadakan rasa bosan untuk belajar. Jika jiwa siswa dipenuhi dengan rasa ingin tahu akan sesuatu, maka mereka akan dengan segala keinginan dan kesukarelaan akan mempelajarinya. Setelah memuaskan rasa ingin tahunya, mereka akan merasakan betapa menyenangkannya hal tersebut. Kejutan-kejutan kepuasan ini akan meniadakan perasaan bosan belajar. Itulah beberapa hal yang membuat rasa ingin tahu dalam diri siswa perlu dibangun dan dikembangkan. Sekarang pertanyaannya adalah: Bagaimana cara membangun rasa ingin tahu siswa? Ada beberapa hal yang mungkin dapat dilakukan oleh guru untuk membangun dan mengembangkan rasa ingin tahu siswa, misalnya: a. Ajari siswa untuk selalu membuka pemikiran mereka terhadap hal-hal baru, ataupun hal-hal yang sudah pernah mereka pelajari b. Ajari siswa untuk tidak selalu menerima suatu hal sebagai sesuatu kebenaran yang bersifat final. c. Ajari siswa untuk selalu dan banyak bertanya. d. Ajari anak untuk jangan pernah sekalipun memberikan label terhadap sesuatu hal sebagai sesuatu yang membosankan atau tidak menarik e. Ajari anak untuk melihat dan menyadari bahwa belajar itu sesuatu yang menyenangkan. f. Biasakan siswa untuk membaca beragam jenis bacaan untuk mengeksplorasi dunia-dunia baru bagi mereka D. Belajar 1. Pengertian Belajar Pada dasarnya belajar merupakan suatu proses yang dilakukan secara terus Menerusuntuk memperoleh pengetahuan yang diperoleh manusia dalam hidupnya. Perlu dipahami bahwa memperoleh pengehuan maupun upaya penambahan pengetahuan hanya satu bagian kecil dari kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhya, disadari atau tidak disadari setiap manusia selalu mengalami proses belajar dalam hidupnya. Menurut Sanjaya (2010: 195) mengatakan bahwa belajar pada hakikatnya adalah proses mental dan proses berpikir siswa dengan memamfaatkan segala potensi yang dimiliki setiap individu optimal. Belajar lebih dari sekedar proses menghafal dan menumpuk ilmu pengetahuan, tetapi bagaimana pengetahuan yang diperolehnya bermakna untuk siswa melalui keterampilan berpikir. Berdasarkan pendapat diatas dapat dijelaskan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang dipengaruhinya oleh sikap, perilaku dan pengetahuan yang diperolehnya. Sedangkan pembelajaran merupakan kegiatan belajar yang dilakukan untuk memperoleh pengetahuan yang diperolehnya melalui interaksi dengan lingkungannya. 2. Prinsip Belajar Menurut Suprijono (2010: 4) mengemukakan prinsip-prinsip belajar antara lain: Pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki cirri-ciri: a. Sebagai hasil tindakan rasional instrument yaitu perubahan yang disadari. b. Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya. c. fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup d. Positif atau berkumulasi e. Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan f. Permanen atau tetap g. Bertujuan dan terarah h. Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan. Kedua, belajar merupakan proses, belajar terjadi karena didorong kebutuhan yang ingin dicapai. Belajar adalah sistemik yang dinamis, konstruktif dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar Ketiga , belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya. 3. Hasil Belajar Siswa Dalam setiap pelaksanaan pembelajaran, tujuan yang diharapkan adalah pencapaian hasil belajar yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Hasil belajar bisa berupa perubahan sikap dan tingkah laku, bisa pula berupa capaian nilai. Oleh karena itu sebelum menentukan capaian hasil belajar, terlebih dahulu guru mampu memahami bagaimana siswa belajar. Menurut Aina Mulyana (2012) dalam http:/www.ainamulyana.blogspot.co m. menyampaikan bahwa hasil belajar adalah prestasi belajar yang dicapai siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang Dalam penelitian Sri Tatik (2011) menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan diri seseorang yang dinyatakan dengan cara bertingkah laku baru berkat pengalaman baru. Dari definisi diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. E. Pembelajaran Tematik 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik merupakan suatu pembelajaran yang memadukan beberapa mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan ini saya diharapkan akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran merasalebih bermakna bagi siswa dan disamping itu juga memadukan materi beberapa mata pelajaran dalam sub tema. Abdul Majid (2014:80) mengemukakan pendapatnya tentang pembelajaran tematik adalah sebagai berikut: Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada murid, tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pembicaraan. Sedangkan Menurut John dewey dalam http://Suratanmakna.blogspot.com/2012/02/model-pembelajaran-tematik.html mengungkapkan bahwa: Pembelajaran terpadu adalah pendekatan untuk mengembangkan pengetahuan siswa dalam pembentukan pengetahuan berdasarkan pada interaksi dan pengelaman kehidupannya. Menurut raka joni bahwa pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistic, bermakna, dan otentik. Jadi berdasrkan paparan diatas, penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah sebuah system pembelajaran yang memadukan beberapa kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran. Dalam memadukan beberapa mata pelajaran tersebut dihubungkan oleh sebuah tema. 2. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Tematik a. Kelebihan Pembelajaran Tematik Model pembelajaran tematik memiliki beberapa kelebihan. Menurut Abdul Majid (2014:92) mengemukakan bahwa kelebihan model pembelajaran tematik bagi siswa antara lain sebagai berikut: 1. Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan anak didik. 2. Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar-mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak didik. 3. Hasil belajar dapatbertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna. 4. Mengembangkan keterampilan berpikir anak didik sesuai dengan persoalan yang dihadapi. 5. Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama. Sedangkan menurut Resmini (2006:19) kelebihan pembelajaran tematik yaitu: 1. Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan siswa. 2. Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran itu. 3. Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu. 4. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama. 5. Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas. 6. Pengalaman dan kegiatan relevan dengan tingkat pengembangan dan kebutuhan siswa. Berdasarkan beberapa 2 pendapat para ahli di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa model pembelajaran tematik memiliki beberapa kelebihan. Diantaranya adalah: proses pembelajaran lebih menyenangkan karena lebih relevan dan sesuai dengan apa yang peserta didik alami. b. Kekurangan Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik disamping itu memiliki beberapa keuntungan sebagaimana dipaparkan di atas, juga terdapat beberapa kekurangan yang diperolehnya. Kekurangan yang ditimbulkannya yaitu: menurut Resmini (2006:19) yaitu sebagai berikut : a. Menurut peran guru yang dimiliki pengetahuan dan wawasan luas, kreatifitas tinggi, keteramilan, kepercayaan diri dan etos akademik yang tinggi dan berani untuk mengemas dan mengembangkan materi. Namun tidak setiap guru mampu mengintegrasikan kurikulum dengan konsep-konsep yang ada dalam mata pelajaran secara tepat. b. Dalam pengembangan kreatifitas akademik, menuntut kemampuan belajar siswa yang baik dalam aspek intelegensi. c. Pembelajaran tematik memerulukan sarana dan sumber informasi yang cukup banyak dan beragam serta berguna untuk mengembangkan wawasan dan pengetahuan yang diperlukan. d. Memerlukan jenis kurikulum yang terbuka untuk pengembangannya. e. Pembelajaran tematik memerlukan sistem penilaian dan pengukuran (objek, indicator, dan prosedur) yang terpadu Jadi berdasarkan pengertian diatas, maka peulis dapat menyimpulkan bahwa kelemahan model pembelajaran tematik terdapat pada pelaksanaannya. Dimana jika percayaan scenario pembelajaran tidak didukung dengan metode yang inovatif maka standar kompetensi dan kompetensi dasar akan dicapai karena akan menjadi sebuah narasi kering tanpa makna. Dan juga pada perencanaan dan pelaksanaan evaluasiyang lebih banyak menuntut guru untuk melakukan evaluasi proses, dan tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran langsung saja. 3. Tahap-tahap Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik pada dasarnya mengikuti langkah-langkah (sintak) pembelajaran terpadu. Secara umum sintaks tersebut mengikuti tahap-tahap yang dilalui dalam setiap model pembelajaran yang meliputi tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Berkaitan dengan itu maka sintaks model pembelajaran tematik dapat direduksi dari berbagai model pembelajaran langsung (direct instructions), model pembelajaran kooperatif (cooperative learning), maupun model pembelajaran berdasarkan masalah (problem based instructions). Menurut Prabowo dalam http://suratanmakna.blogspot.com/2012/02/model-pembelajaran-tematik.html, langkah-langkah (sintaks) pembelajaran terpadu secara khusus dapat dibuat tersendiri berupa langkah-langkah baru dengan sedikit ada perbedaan yakni sebagai berikut: 1. Tahap Perencanaan a. Menentukan jenis mata pelajaran dan jenis keteramoilan yang dipandukan. Maksudnya karakteristik mata pelajaran menjadi pijakan untuk kegiatan awal ini. b. Memilih kajian materi, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator. Maksudnya langkah ini akan mengarahkan guru untuk menentukan sub keterampilan dari masing-masing keterampilan yang dapat diintegrasikan dalam satu unit pelajaran. c. Menentukan sub keterampilan yang dikuasai meliputi, keterampilan berpikir (thinking skills), keterampilan social, dan keterampilan mengorganisasi, yang masing-masing terdiri atas sub –sub keterampilan. d. Merumuskan indikator hasil belajar. Berdasarkan kompetensi dasar dan sub keterampilan yang telah dipilih dirumuskan indikator. Setiap indikator dirumuskan berdasarkan kaedah penulisan yang meliputi: audience (peserta didik), behavior (pelaku yang diharapkan), condition (media/alat) dan degree (jenjang/jumlah). e. Menentukan langkah-langkah pemebelajaran. Langkah ini diperlukan sebagai stratei guru untuk mengintegrasikan setiap sub keterampilan yang telah dipilih pada setiap langkah pembelajaran Jadi menurut Prabowo yang telah dipaparkan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa tahap-tahap pelaksanaan model pembelajaran tematik adalah pertama yang harus dilakukan dalam menentukan tema yang akan memadukan beberapa pembelajaran tema berdasarkan kompetensi dasar, kemudian membuat jejaring tema, lalu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran tematik. F. Materi Keberagaman Budaya Bangsaku Kompetensi inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL, Kompetensi Inti hasrus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills. Kompetensi dasar dari kompetensi inti 1,2,3 dan 4 di integrasikan pada satu unit. Gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan Psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah dasar. Kompetensi inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organizing element) kompetensi dasar. Kompetensi inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait berkenaan dengan sikap keaagamaan (kompetensi inti 1), sikap sosial (kompetensi 2), pengetahuan (kompetensi inti 3), dan penerapan pengetahuan (kompetensi 4). Keempat kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Bahan ajar sedapat mungkin disusun berdasarkan kompetensi dasar dari kompetensi inti 1,2,3 dan 4 yang diintegrasikan dalam unit. Dan pada prinsipnya sebuah tema pelajaran adalah I unit kompetensi dasar. Kurikulum sekolah dasar dilakukan pendekatan yang terintegrasi. Berdasarkan pendekatan ini maka terjadi pengorganisasian kompetensi dasar pada setiap mata pelajaran dimana setiap tema dibicarakan pada mata pelajaran G. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kurukulum 2013 1. Pengertian RPP Sebelum kita melaksanakan kegiatan proses pembelajaran berlangsung hendaknya seorang guru harus mempersiapkan terlebih dahulu penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran berlangsung dengan baik. Menurut Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan menengah menyebutkan, bahwa: Selanjutnya menurut Permendikbud Nomor 81 A tahun 2013 Lampiran IV tentang implementasi kurikulum pedoman umum pembelajaran dalam pembelajaran kemendikbud (2013:112) menyatakan bahwa: Tahapan pertama dalam pembelajaran menurut standar proses adalah perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara dari suatu materi atau tema tertentu yang mengacu pada silabus. Selanjutnya menurut permendikbud nomor 67 tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum SD/ MI menyebutkan, bahwa Pelaksanaan kurikulum 2013 pada SD /MI dilakukan melalui pembelajaran dengan pendekatan tematik terpadu dari kelas 1 sampai kelas VI. Sampai saat ini, pembelajaran dengan pendekatan tematik- terpadu masih dianggap membingungkan bagi sebagian besar guru. Jadi berdasarkan menurut materi pendapat diatas, maka seorang penulis dapat menyimpulkan bahwa RPP merupakan rancangan yang disusun oleh guru sebelum melakukan kegiatan belajar yang mengacu pada silabus dan mengarah kegiatan untuk mencapai Kompetensi Dasar (KD) 2. Prinsip-prinsip Pengembangan RPP Sebelum mengembangkan RPP, terdapat beberapa prinsip yang harus dipe rhatikan oleh guru. Berbagai prinsip menyusun RP dalam Kemendikbud (2014:112) adalah sebagai berikut. a. RPP disusun guru sebagai terjemahan dari ide kurikulum dan berdasarkan silabus yang telah dikembangkan pada tingkat nasional ke dalam bentuk rancangan proses pembelajaran untuk direalisasikan dalam pembelajaran. b. RPP dikembangkan guru dengan menyesuaikan apa yang dinyatakan dalam silabus dengan kondisi pada satuan pendiidkan baik kemampuan awal peserta didik, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan emosi, maupun gaya belajar. c. RPP mendorong partisipasi aktif peserta didik d. RPP sesuai dengan tujuan kurikulum 2013 untuk menghasilkan peserta didik sebagai manusia yang mandiri dan tak berhenti belajar, proses pembelajaran dlaam RPP dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mengembangkan motivasi, minat, rasa ingin tahu, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, semangat belajar, kemampuan belajar, dan kebiasaan belajar. e. RPP mengembangkan budaya membaca dan menulis f. Proses pembelajaran dalam RPP dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan. g. RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan umpan balik. h. RPP disusun dengan memerhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI dan KD meteri pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan lintas mata pelajaran untuk sikap danketerampilan, dan keragaman budaya. i. RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan kondisi. Jadi berdasarkan pendapat diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa prinsip yang harus diperhatikan dalam menyusun RPP adalah disusun berdasarkan isi kurikulum dan silabus; harus mampu mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor; harus menyesuaikan kemampuan dan latar belakang peserta didik. 3. Langkah-langkah Penyusunan RPP Seorang guru harus memperhatikan langkah-langka penyusunan RPP dalam kurikulum 2013 dibagi menjadi 3 langkah besar, kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup sebelum menyusun rpp, ada beberapa hal yang harus diketahui yaitu sebagai berikut: a. RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar. b. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun rpp secara lengkap dan sistematis. c. RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. d. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan disatukan pendidikan. Sedangkan komponen pada RPP yang mengacu pada Permendikbud Nomor 81A Lampiran IV tentang Pedoman Umum Pembelajaran dan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses, komponen RPP mencakup antara lain : a. Data sekolah, mata pelajaran, dan kelas/ semester b. Materi Pokok c. Alokasi waktu d. tujuan pembelajaran e. Materi Pembelajaran f. Metode Pembelajaran g. Media, alat dan sumber belajar h. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran i. Penilaian. H. Hasil penelitian Terdahulu Sesuai Dengan Penelitian 1. Penelitian oleh Yana Hermana , Mahasiswa Program Studi Pendiidkan Guru Sekolah Dasar Universitas Terbuka 2010 Yana Heryana Universitas terbuka melakukan penelitian dengan judul skripsi “Meningkatkan Hasil belajar Siswa Pada Konsep perubahan Sifat Benda Melalui penerapan Model Pembelajaran Inkuiri di Kelas V SDN Padamulya Kecamatan Tanjungmedar Kabupaten Sumedang”. Masalah yang dihadapi terdapat beberapa faktor yaitu: Motivasi belajar dan keaktifan siswa kurang karena pembelajaran yang cenderung lebih didominasi oleh guru sementara siswa tidak dilibatkan langsung dalam pembelajaran. a. Siswa kurang memehami tujuan dari konsep pemeblajaran karena kurangnya stimulus dalam mengarahkan siswa ke dalam masalah yang sedang dipelajari. b. Metode pembelajaran yang digunakan guru kurang tepat hanya menggunakan metode ceramah sementara kegiatan pembelajaran lebih menuntut untuk melakukan percobaan yang secara langsung dialami oleh siswa. c. Siswa kesulitan dalam menyimpukan hasil dari suatu percobaan pada konsep perubahan sifat benda karena pada proses pembelajaran tidak dilakukan dalam kegiatan percobaan tersebut berdasarkan pemahaman dan pengalamannya. d. Pembelajaran terasa menonton dan kurang bermakna bagi siswa karena kurang optimalnya guru dalam mengupayakan situasi belajar yang lebih kondusif. Dari hasil tes dan observasi yang dilaksanakan dalam 2 siklus diperoleh data yang menunjukkan pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Hasil penelitian Devi Anugrah Safitri, mahasiswa Mahasiswa Program Study Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pasundan Bandung 2013 Devi Anugrah Safitri Universitas Pasundan melakukan penelitian dengan judul skripsi “Penerapan Model Pmebelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Mata Pelajaran IPA Pokok Bahasan Cara Tumbuhan Hijau Membuat Makanan di kelas V SDN Cibogohilir Kecamatan Plered kabupaten Purwkarta” Dari Penelitian tersebutmodel inkuiri dapat berhasil dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. I. Kerangka Pemikiran Dengan kelebihan model inkuiri terbimbing yaitu dengan adanya bimbingan guru siswa dituntut untuk menemukan konsep melalui petunjuk-petunjuk seperlunya dari seorang guru.Petunjuk-petunjuk itu pada umumnya berupa pertanyaan-pertanyaan yang bersifat membimbing. Selain pertanyaan-pertanyaan, guru juga dapat memberikan penjelasan-penjelasan seperlunya pada saat siswa akan melakukan percobaan,misalnya penjelasan tentang Metode inkuiri terbimbing biasanya digunakan bagi siswa-siswa yang belum berpengalaman belajar dengan menggunakan metode inkuiri. Pada tahap permulaan diberikan lebih banyak bimbingan, sedikit demi sedikit bimbingan itu dikurangi. bahwa dalam usaha menemukan suatu konsep siswa memerlukan bimbingan bahkan memerlukan pertolongan guru setapak demi setapak. Siswa memerlukan bantuan untuk mengembangkan kemampuannya memahami pengetahuan baru. Walaupun siswa harus berusaha mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi tetapi pertolongan guru tetap diperlukan. Maka model inquiri terbimbing ini sangat cocok untuk digunakan dalam pembelajaran kelas IV tentang tema indahnya kebersamaan, sub tema keberagaman Budaya Bangsaku. Dalam kondisi nilai peserta didik rata-rata di bawah KKM, penelitian ini mencoba menggunakan model inkuiri terbimbing yang dimungkinkan dapat membangkitkan proses pembelajaran dan diharapkan prestasi peserta didik dalam mata pelajaran tematik di kelas IV SD Negeri 3 Tanjungsari akan lebih baik dan meningkatkan rasa ingin tahu siswa. J. Hipotesis Tindakan Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian. dalam hipotesis tindakan adalah suatu pertanyaan yang masih kebenarannya. Menurut Singarimbun (dalam Iskandar 2011: 60), hipotesis adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bias ditinggalkan karena ia merupakan instrument kerja dari teori. Adapun lebih jelas hipotesis tindakan dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Diduga dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing yang dilaksanakan dalam pembelajaran tematik pada sub tema Keberagaman Budaya Bangsaku dapat meningkatkan rasa ingin tahu siswa dan hasil belajar siswa dikelas IV SDN 3 Tanjungsari Purwakarta. 2. Diduga dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing dalam pembelajaran tematik pada sub tema Keberagaman Budaya Bangsaku dapat meningkatkan rasa ingin tahu siswa di kelas IV SDN 3 Tanjungsari Purwakarta. 3. Diduga dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing dalam pembelajar an tematik pada sub tema Keberagaman Budaya Bangsaku dapat meningkatkan hasil belajar siswa dikelas IV SDN 3 Tanjungsari Purwakarta.

Item Type: Thesis (Skripsi(S1))
Subjects: S1-Skripsi
Divisions: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > PGSD 2014
Depositing User: Iyas -
Date Deposited: 21 Jul 2016 18:16
Last Modified: 21 Jul 2016 18:16
URI: http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/5745

Actions (login required)

View Item View Item