PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA TEMA INDAHNYA KEBERSAMAAN SUB TEMA KEBERAGAMAN BUDAYA BANGSAKU

YULI YULIANA, 105060234 (2016) PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA TEMA INDAHNYA KEBERSAMAAN SUB TEMA KEBERAGAMAN BUDAYA BANGSAKU. Skripsi(S1) thesis, FKIP UNPAS.

[img] Text
1. COVER.docx

Download (50kB)
[img] Text
2. LEMBAR PENGESAHAN.docx

Download (17kB)
[img] Text
3. MOTTO DAN PERSEMBAHAN.docx

Download (112kB)
[img] Text
4. PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.docx

Download (16kB)
[img] Text
6. ABSTRAK.docx

Download (15kB)
[img] Text
5. KATA PENGANTAR.docx

Download (110kB)
[img] Text
ABSTRAK ENGLISH.docx

Download (17kB)
[img] Text
7. DAFTAR ISI.docx

Download (26kB)
[img] Text
BAB I PENDAHULUAN.docx

Download (34kB)
[img] Text
BAB II KAJIAN TEORI.docx

Download (45kB)
[img] Text
BAB III METODE PENELITIAN.docx
Restricted to Repository staff only

Download (46kB)
[img] Text
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.docx
Restricted to Repository staff only

Download (310kB)
[img] Text
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.docx
Restricted to Repository staff only

Download (18kB)
[img] Text
1. DAFTAR PUSTAKA.docx

Download (22kB)
[img] Text
2. RIWAYAT HIDUP.docx

Download (81kB)

Abstract

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam Sistem Pendidikan Nasional, terdapat 3 jenjang pendidikan formal, yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Adapun yang dimaksud dengan pendidikan dasar adalah salah satu pendidikan dasar yang menyelenggarakan program pendidikan 6 tahun. Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar dalam pengembangan pribadi yang hasilnya dapat terwujud dalam perubahan tingkah laku, pengetahuan, sikap dan keterampilan. Dimana pendidikan itu mengandung tiga unsur yaitu mendidik, mengajar dan melatih. Dalam pelaksanaannya bukan hal yang mudah, akan tetapi banyak sekali ditemukan masalah. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan pendidikan. Interaksi ini disebut interaksi pendidikan, yaitu saling pengaruh antara pendidik dengan peserta didik. Proses pendidikan berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Dalam hal ini, peranan pendidik lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih berpengalaman, lebih banyak menguasai nilai-nilai, pengetahuan dan nilai-nilai. Pendidikan terkait dengan nilai-nilai, mendidik berarti “memberikan, menanamkan, menumbuhkan” nilai-nilai pada peserta didik. Pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam pengembangan dirinya, yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadinya ke arah yang positif, baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Pendidikan berfungsi mengembangkan apa yang secara potensial dan aktual telah dimiliki peserta didik. Dalam arti khusus, Langeveld (2005, h. 204) mengemukakan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Sedangkan dalam arti luas, pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya, yang berlangsung sepanjang hayat. Mengacu pada kerangka dasar kurikulum 2004 disebutkan bahwa 50% dari jam yang ada di kelas I dan II Sekolah Dasar (SD)/ Madrasah Ibtidaiyah (MI) untuk pembelajaran membaca, menulis dan berhitung (CaLisTung) menggunakan pendekatan tematik. Selain itu, Peraturan Menteri nomor 22 tahun 2006 memperkuat pentingnya pembelajaran pendekatan tematik untuk kelas I, II dan III. Disamping itu berdasarkan Permendiknas nomor 41 Tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yang menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran tematik digunakan untuk peserta didik kelas 1 sampai kelas 3 SD/MI. Dengan demikian, maka guru yang mengajar di kelas I – III sekolah dasar menggunakan pendekatan pembelajaran tematik, sedangkan yang mengajar di kelas IV – VI berdasarkan bidang studi. Kurikulum tahun 2013 mengakomodir keseimbangan antara soft skils dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan. Kompetensi dikembangkan melalui pembelajaran tematik terpadu yang dilaksanakan dengan pendekatan sains. Pada kurikulum 2013 pembelajaran tematik terpadu diberlakukan di seluruh kelas di sekolah dasar, yang meliputi seluruh mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dengan tema sebagai pemersatu. Namun kenyataannya belum semua guru yang mengajar di SD memiliki pengalaman mengajar menggunakan pendekatan pembelajaran tematik, khususnya guru yang mengajar di kelas tinggi (kelas IV-VI), padahal kurikulum 2013 sudah memberlakukan pembelajaran tematik disemua kelas. Oleh karena itu, pengetahuan tentang pengelolaan pembelajaran tematik terpadu sangat diperlukan bagi semua guru yang mengajar di SD. Berdasarkan hasil observasi pada siswa kelas IV SDN Cijerah 06, terdapat masalah dimana hasil belajar masih rendah pada pembelajaran tema indahnya kebersamaan sub tema keberagaman budaya bangsaku. Hal tersebut ditandai oleh rendahnya nilai siswa terhadap materi ajar pada saat guru menjelaskan, sehingga guru harus menjelaskan kembali. Rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran tema indahnya kebersamaan sub tema keberagaman budaya bangsaku salah satunya adalah dalam proses pembelajaran, metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru pada proses pembelajaran masih kurang sesuai dengan kondisi siswa dikelas. Selain itu, guru masih kesulitan dalam menerapkan metode yang tepat selama proses pembelajaran berlangsung. Pada saat guru melakukan tes atau evaluasi sebagian siswa tidak dapat menjawab soal evaluasi sehingga hasil evaluasi siswa pun tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, dimana masih banyak siswa yang mendapat nilai dibawah KKM. Dari jumlah siswa 26, hanya 9 siswa yang mendapatkan nilai tuntas memenuhi KKM atau sekitar 34,61% dan 17 siswa mendapatkan nilai di bawah 70 (dibawah KKM) yang artinya belum tuntas atau sekitar 65,39%. Dengan demikian tujuan pembelajaran tidak sesuai dengan apa yang yang diharapkan. Pada tahap operasi konkrit (6 – 11 tahun) anak sudah dapat membentuk operasi-operasi mental atas pengetahuan yang mereka miliki. Mereka dapat menambah, mengurangi dan mengubah. Operasi ini memungkinnya untuk dapat memecahkan masalah secara logis. Agar siswa bersemangat dalam belajar, kemampuan guru dalam mengajar sangat penting. Kemampuan tersebut adalah berupa kemampuan dalam penguasaan materi, pengelolaan kelas, memilih dan menerapkan metode. Dengan demikian, proses pembelajaran di sekolah harus disajikan melalui hal-hal yang bersifat penemuan sesuai dengan tingkat perkembangan berfikir peserta didik pada jenjang pendidikan tertentu. Oleh sebab itu, metode belajar sangat penting di dalam proses pembelajaran, karena pada dasarnya keterbatasan berfikir para peserta didik harus melalui penemuan atau dengan menggunakan metode belajar yang sesuai dengan lingkup materi yang akan diajarkan. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rendahnya kualitas pembelajaran peserta didik pada tema indahnya kebersamaan sub tema keberagaman budaya bangsaku salah satunya adalah dalam proses pembelajaran tersebut dilaksanakan dengan metode yang digunakan masih belum sesuai. Oleh karena itu, maka peneliti akan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Tema Indahnya Kebersamaan Sub Tema Keberagaman Budaya Bangsaku”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas dapat diidentifikasi masalah-masalah yang timbul. Adapun identifikasi masalah adalah sebagai berikut : 1. Rendahnya minat belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran, hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri siswa dan faktor luar. 2. Belum sesuainya penerapan metode belajar pada saat pembelajaran di kelas. 3. Kurang optimalnya cara penyampaian materi pembelajaran oleh guru sehingga pembelajaran membosankan dan menyebabkan siswa kurang memahami materi yang telah dijelaskan. C. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah Pembatasan masalah dibutuhkan agar penelitian yang dilakukan lebih efektif, efisien, terarah dan dapat dipahami lebih mendalam. Dalam penelitian ini peningkatan hasil belajar siswa sebagai variabel terikat. Sedangkan variabel bebasnya adalah penerapan metode inkuiri. Adapun yang menjadi bagian dari variabel tersebut adalah tema indahnya kebersamaan sub tema keberagaman budaya bangsaku. 2. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah secara umum dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut : “Apakah penerapan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada tema indahnya kebersamaan sub tema keberagaman budaya bangsaku di kelas IV SDN Cijerah 06 ?”. Rumusan masalah umum tersebut dapat dijabarkan secara khusus yaitu sebagai berikut: 1) Bagaimanakah perencanaan pembelajaran penerapan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa tema indahnya kebersamaan sub tema keberagaman budaya bangsaku di kelas IV SDN Cijerah 06? 2) Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran penerapan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa tema indahnya kebersamaan sub tema keberagaman budaya bangsaku di kelas IV SDN Cijerah 06? 3) Adakah peningkatan hasil belajar siswa setelah penerapan metode inkuiri tema indahnya kebersamaan sub tema keberagaman budaya bangsaku di kelas IV SDN Cijerah 06? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan metode inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar siswa tema indahnya kebersamaan sub tema keberagaman budaya bangsaku kelas IV SDN Cijerah 06. b. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1) Mendeskripsikan bagaimana perencanaan pembelajaran penerapan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa tema indahnya kebersamaan sub tema keberagaman budaya bangsaku kelas IV SDN Cijerah 06. 2) Mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan perencanaan pembelajaran penerapan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa tema indahnya kebersamaan sub tema keberagaman budaya bangsaku kelas IV SDN Cijerah 06. 3) Mendeskripsikan bagaimana peningkatan hasil belajar siswa setelah penerapan metode inkuiri materi Aktivitas Ekonomi dan Sumber Daya Alam pada pembelajaran IPS tema indahnya kebersamaan sub tema keberagaman budaya bangsaku kelas IV SDN Cijerah 06. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan guru dan peneliti memiliki pengetahuan dan wawasan tentang metode inkuiri. b. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan gambaran kepada guru tentang penerapan metode inkuiri tema indahnya kebersamaan sub tema keberagaman budaya bangsaku, sehingga dapat melaksanakan pembelajaran yang sama untuk materi yang lain dan sebagai evaluasi. c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya dan memperoleh pengetahuan tentang penerapan metode inkuiri tema indahnya kebersamaan sub tema keberagaman budaya bangsaku. d. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa tertutama tema indahnya kebersamaan sub tema keberagaman budaya bangsaku. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa 1) Metode inkuiri dapat diterapkan sebagai alternatif upaya untuk meningkatkan minat belajar siswa agar mempunyai kompetensi intelektual dan keterampilan. 2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk dapat belajar lebih aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. b. Bagi Guru 1) Memberikan informasi empiris dan masukan yang berharga bagi guru Sekolah Dasar sebagai upaya untuk mengembangkan dan meningkatkan minat belajar siswa. 2) Metode inkuiri dapat memancing dan menumbuhkan minat dan kreativitas guru dalam meningkatkan keterampilan dan profesionalisme guru dalam mengajar terutama dalam mengajar pembelajaran tematik tema indahnya kebersamaan sub tema keberagaman budaya bangsaku. c. Bagi Sekolah 1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada sekolah dalam upaya pengembangan media pembelajaran demi peningkatan kualitas pendidikan. 2) Dapat meningkatkan kualitas saran dan prasarana sekolah sehingga pembelajaran lebih berkualitas lagi. 3) Peningkatan nilai siswa berpengaruh terhadap prestasi sekolah itu sendiri. d. Bagi Peneliti 1) Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan peneliti dalam pembelajaran tematik di SD sehingga mampu menjadi seorang guru yang profesional. 2) Meningkatkan semangat profesional peneliti dalam membelajarkan siswa pada pembelajaran tematik dengan menerapkan metode inkuiri. 3) Melatih motivasi dalam penelitian selanjutnya sehingga dapat memperoleh ilmu tentang cara pembelajaran yang lebih baik lagi terhadap pembelajaran tematik di kelas. e. Bagi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) 1) Diharapkan dapat memberikan masukan kepada kampus PGSD sendiri dalam upaya pengembangan karier guru demi peningkatan kualitas pendidikan. Serta memberi usul serta sumbangan saran pembelajaran yang inovatif dan berkualitas di Sekolah Dasar. 2) Diharapkan mampu mencetak calon-calon guru yang berkualitas dan mampu mengembangkan penggunaan metode pembelajaran dengan baik, serta mampu membawa pendidikan ke arah yang lebih baik lagi sehingga tercipta generasi yang lebih baik dari sebelumnya. 3) Sebagai dokumen lapangan untuk menjadi masukan agar dapat merumuskan kurikulum pembelajaran yang lebih optimal sesuai kebutuhan lapangan/perubahan zaman. F. Definisi Operasional Untuk menghindari salah penafsiran terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa istilah sebagai berikut: 1. Metode inkuiri atau metode penemuan adalah cara penyajian pelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Metode penemuan melibatkan peserta didik dalam proses-proses mental dalam rangka penemuan memungkinkan para peserta didik menemukan sendiri informasi-informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya. 2. Metode inkuiri yang mensyaratkan keterlibatan aktif siswa terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar dan sikap anak terhadap Sains dan Matematika (Haury, 1993, h. 123). Dalam makalahnya Haury menyatakan bahwa metode inkuiri membantu perkembangan antara lain scientific literacy dan pemahaman proses-proses ilmiah, pengetahuan vocabulary dan pemahaman konsep, berpikir kritis, dan bersikap positif. Dapat disebutkan bahwa metode inkuiri tidak saja meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep dalam Sains saja, melainkan juga membentuk sikap keilmiahan dalam diri siswa. 3. Hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa yang telah mengikuti proses belajar mengajar. Hasil pada dasarnya merupakan sesuatu yang diperoleh dari suatu aktivitas, sedangkan belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan perubahan pada individu, yakni perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Hasil belajar merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan tingkat keberhasilan yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan usaha tertentu. Dalam hal ini hasil belajar yang dicapai siswa dalam bidang studi tertentu setelah mengikuti proses belajar mengajar. 4. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Salah satu upaya mengukur hasil belajar siswa dilihat dari hasil belajar siswa itu sendiri. Bukti dari usaha yang dilakukan dalam kegiatan belajar dan proses belajar adalah hasil belajar yang biasa diukur melalui tes. (Dimyati, 2002, h. 3) BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Tematik Terpadu 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu Pembelajaran tematik terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan. Tema merajut makna berbagai konsep dasar sehingga peserta didik tidak belajar konsep dasar secara parsial. Dengan demikian pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada peserta didik seperti tercermin pada berbagai tema yang tersedia. Dalam pembelajaran tematik terpadu, tema yang dipilih berkenaan dengan alam dan kehidupan manusia. Konsep model pembelajaran tematik yang dipelajari di Indonesia adalah konsep pembelajaran terpadu yang dikembangkan oleh Fogarty (1990). Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983, h. 125). Dengan tema diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, di antaranya: 1) Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu; 2) Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama; 3) pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; 4) kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa; 5) Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas; 6) Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain; 7) Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan. 2. Landasan Pembelajaran Tematik Landasan Pembelajaran tematik mencakup: Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu: 1) Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa. 2) Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung siswa (direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. 3) Aliran humanisme melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya. Landasan psikologis dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya. Landasan yuridis dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-b). 3. Arti Penting Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik). Beberapa ciri khas dari pembelajaran tematik antara lain: 1) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar; 2) Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; 3) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama; 4) Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa; 5) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya; dan 6) Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain. Dengan pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan tema ini, akan diperoleh beberapa manfaat yaitu: 1) Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan; 2) Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir; 3) Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah. 4) Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat. 4. Karakteristik Pembelajaran Tematik Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: 1) Berpusat pada siswa Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar. 2) Memberikan pengalaman langsung Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. 3) Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa. 4) Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. 5) Bersifat fleksibel Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada. 6) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya. 7) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan 5. Rambu-rambu Pembelajaran Tematik Terpadu 1) Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan 2) Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester 3) Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan. Kompetensi dasar yang tidak diintegrasikan dibelajarkan secara tersendiri. 4) Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri. 5) Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral. 6) Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat, lingkungan, dan daerah setempat. B. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2009, h. 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006, h. 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar. Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006, h. 26-27) menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut: a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode. b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari. c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip. d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil. e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya kemampuan menyusun suatu program. f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang hal berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan. Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran di kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu sendiri. Sugihartono, dkk. (2007, h. 76- 77), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, sebagai berikut: a. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis. b. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Menurut Gagne (dalam Sumarno, 2011, h. 56-57) hasil belajar merupakan kemampuan internal (kapabilitas) yang meliputi pengetahuan, ketermpilan dan sikap yang telah menjadi milik pribadi sesorang dan memungkinkan seseorang melakukan sesuatu. Pendapat hampir sama dikemukakan oleh Jenkins dan Unwin (Uno, 2011, h. 17) yang mengatakan bahwa hasil belajar adalah pernyataan yang menunjukkan tentang apa yang mungkin dikerjakan siswa sebagai hasil dari kegiatan belajarnya. Jadi hasil belajar merupakan pengalaman-pengalaman belajar yang diperoleh siswa dalam bentuk kemampuan-kemampuan tertentu. Pendapat lain tentang hasil belajar dikemukakan oleh Briggs (dalam Taruh, 2003, h. 17) yang mengatakan bahwa hasil belajar adalah seluruh kecakapan dan hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka-angka atau nilai-nilai berdasarkan tes hasil belajar. Rasyid (2008, h. 9) yang berpendapat: bahwa jika di tinjau dari segi proses pengukurannya, kemampuan seseorang dapat dinyatakan dengan angka. Dengan demikian, hasil belajar siswa dapat diperoleh guru dengan terlebih dahulu memberikan seperangkat tes kepada siswa untuk menjawabnya. Hasil tes belajar siswa tersebut akan memberikan gambaran informasi tentang kemampuan dan penguasaan kompetensi siswa pada suatu materi pelajaran yang kemudian dikonversi dalam bentuk angka-angka. Bloom dan Kratwohl (dalam Usman, 1994, h. 29) bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang secara umum dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Bloom (dalam Usman, 1994, h. 29) membagi ranah kognitif menjadi enam bagian, yaitu: (1) Pengetahuan, yang mengacu pada kemampuan mengenal atau mengingat materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada teori-teori yang sulit, (2) pemahaman, yang mengacu pada kemampuan memahami makna materi, (3) penerapan, yang mengacu pada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan atau prinsip, (4) analisis, yang mengacu pada kemampuan menguraikan materi ke dalam komponen-komponennya, (5) sintesis, yang mengacu pada kemampuan memadukan konsep atau komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru, dan (6) evaluasi, yang mengacu pada kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu. Selain ranah kognitif tersebut di atas, evaluasi juga dilakukan pada ranah afektif. Menurut Davies (dalam Dimyati, 2009, h. 205), ranah afektif berhubungan dengan perhatian, sikap, penghargaan, nilai-nilai, perasaan, dan emosi. Sumiati (2007, h. 215) menjelaskan bahwa tingkatan afektif ada lima, dari sederhana ke yang kompleks. Kelima tingkatan tersebut yaitu (1) kemauan menerima, (2) kemauan menanggapi, (3) berkeyakinan, (4) penerapan karya, dan (5) ketekunan dan ketelitian. Hasil belajar yang berikutnya adalah dalam ranah psikomotor. Menurut Davies (dalam Dimyati, 2009, h. 207), ranah psikomotor berhubungan dengan keterampilan motorik, manipulasi benda atau kegiatan yang memerlukan koordinasi saraf dan koordinasi badan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Sudjana (1987, h. 54) menjelaskan bahwa hasil belajar dalam ranah psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan-keterampilan (skill), dan kemampuan bertindak individu. Harrow (dalam Dimyati, 2009, h. 208) mengemukakan: Taksonomi ranah psikomotor sekaligus menjelaskan bahwa penentuan kriteria untuk mengukur keterampilan siswa harus dilakukan dalam jangka waktu 30 menit. Taksonomi ranah psikomotor Harrow disusun secara hierarkis dalam lima tingkatan, yaitu: (1) meniru, artinya siswa dapat meniru atau mengikuti suatu perilaku yang dilihatnya, (2) manipulasi, artinya siswa dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan visual sebagaimana pada tingkat meniru, (3) ketetapan gerak, artinya siswa diharapkan dapat melakukan sesuatu perilaku tanpa menggunakan contoh visual ataupun petunjuk tertulis, (4) artikulasi, artinya siswa diharapkan dapat menunjukkan serangkaian gerakan dengan akurat, urutan yang benar, dan kecepatan yang tepat, dan (5) naturalisasi, artinya siswa diharapkan melakukan gerakan tertentu secara spontan atau otomatis. Hasil belajar menurut Hamalik (2002, h. 155): Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap tidak sopan menjadi sopan dan sebagainya. Menurut Dimyati (2002, h. 3): Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Salah satu upaya mengukur hasil belajar siswa dilihat dari hasil belajar siswa itu sendiri. Bukti dari usaha yang dilakukan dalam kegiatan belajar dan proses belajar adalah hasil belajar yang biasa diukur melalui tes. Menurut Hamalik (2002, h. 146), hasil belajar (achievement) itu sendiri dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di pondok pesantren atau sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. C. Metode Pembelajaran Inkuiri 1. Pengertian Metode Inkuiri Kata inkuiri sering juga dinamakan heuriskin yang berasal dari bahasa yunani, yang memiliki arti saya menemukan. Metode inkuiri berkaitan dengan aktivitas pencarian pengetahuan atau pemahaman untuk memuaskan rasa ingin tahu sehingga siswa akan menjadi pemikir kreatif yang mampu memecahkan masalah. Hal ini sejalan dengan pendapat Sanjaya (2006, h. 196) bahwa “Metode inkuiri adalah suatu metode pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang dipertanyakan”. Sementara itu menurut Sagala (2004, h. 34) yang mendefenisikan metode inkuiri sebagai berikut: Metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa yang berperan sebagai subjek belajar, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Piaget (Mulyasa,2008, h. 108) mendefenisikan metode inkuiri sebagai berikut: Metode inkuiri adalah metode yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lain. Sedangkan menurut Aziz (2007, h. 92) memiliki defenisi lain mengenai pengertian metode inkuiri sebagaimana yang tertulis sebagai berikut: Metode inkuiri adalah metode yang menempatkan dan menuntut guru untuk membantu siswa menemukan sendiri data, fakta dan informasi tersebut dari berbagai sumber agar dengan kegiatan itu dapat memberikan pengalaman kepada siswa. Pengalaman ini akan berguna dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah dalam kehidupannya. Sumantri (1998, h. 164) menarik kesimpulan sebagai berikut: Metode inkuiri atau metode penemuan adalah cara penyajian pelajaran yang memberi kesempadan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Metode penemuan melibatkan peserta didik dalam proses-proses mental dalam rangka penemuan memungkinkan para peserta didik menemukan sendiri informasi-informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya. Ahli lain seperti Nurhadi (2004, h. 122) berpendapat bahwa: “dalam pembelajaran dengan penemuan/inkuiri, siswa didorong untuk belajar sebagaian besar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka”. Phillips (dalam Arnyana, 2007, h. 39) mengemukakan “inkuiri merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan pada semua jenjang pendidikan. Pembelajaran dengan pendekatan ini sangat terintegrasi meliputi penerapan proses sains yang menerapkan proses berpikir logis dan berpikir kritis”. Ahli lain seperti Sanjaya (2008, h.196) berpendapat bahwa “strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan”. Menyimak pendapat para ahli tersebut mengenai metode inkuiri, meskipun dengan rumusan yang berbeda-beda namun dari segi makna tidak saling bertentangan karena sama-sama memberikan tekanan bahwa metode inkuiri itu adalah kegiatan pembelajaran yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu masalah secara kritis, logis, dan analis sehingga siswa dapat menemukan jawaban atau pemecahan dari masalah tersebut. Joyce (dalam Gulo, 2005, h. 194) menyatakan bahwa: kondisi-kondisi umum yang merupakan syarat timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa adalah: (1) aspek sosial di dalam kelas dan suasana bebas terbuka dan permisif yang mengundang siswa berdiskusi, (2) berfokus pada hipotesis yang perlu diuji kebenarannya, dan (3) penggunaan fakta sebagai evidensi dan di dalam proses pembelajaran dibicarakan validitas dan reliabilitas tentang fakta, sebagaimana lazimnya dalam pengujian hipotesis. Sudrajat, (2008, h. 1) menyatakan, “proses inkuiri dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut. (1) merumuskan masalah, (2) mengembangkan hipotesis, (3) menguji jawaban tentative, (4) menarik kesimpulan, (5) menerapkan kesimpulan dan generalisasi”. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa metode inkuiri adalah metode yang memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran melalui percobaan maupun eksperimen sehingga melatih siswa berkreativitas dan berpikir kritis untuk menemukan sendiri suatu pengetahuan yang pada akhirnya mampu menggunakan pengetahuannya tersebut dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Dalam penerapannya di bidang pendidikan, ada beberapa jenis metode inkuiri. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sund and Trowbridge (Mulyasa,2006, h. 109) bahwa: Jenis-jenis metode inkuiri adalah sebagai berikut: 1. Inkuiri terpimpin (Guide inquiry) Inkuiri terpimpin digunakan terutama bagi siswa yang belum mempunyai pengalaman belajar dengan metode inkuiri. Dalam hal ini guru memberikan bimbingan dan pengarahan yang cukup luas. Dalam pelaksanaannya, sebagian besar perencanaan dibuat oleh guru dan para siswa tidak merumuskan permasalahan. 2. Inkuiri bebas (Free inkuiry). Pada inkuiri bebas siswa melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuwan. Pada pengajaran ini, siswa harus dapat mengidentifikasikan dan merumuskan berbagai topik permasalahan yang hendak diselidiki. Metodenya adalah inquiry role approach yang melibatkan siswa dalam kelompok tertentu, setiap anggota kelmpok tugas memiliki tugas sebagai, misalnya koordinator kelompok, pembimbing teknis, pencatatan data, dan pengevaluasi proses. 3. Inkuiri bebas yang dimodifikasi (Modified free inquiry) Pada inkuiri ini guru memberikan permasalahan atau problem dan kemudian siswa diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian. 2. Karakteristik Metode Inkuiri Menurut Sanjaya (2006, h. 197) Ada beberapa hal yang menjadi karakteristik utama dalam metode pembelajaran inkuiri, yaitu: a. Metode inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. b. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan demikian, metode pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. c. Tujuan dari penggunaan metode inkuiri dalam pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis atau mngembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demkian, dalam metode inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan kemampuan yang dimilikinya secara optimal. Seperti yang dapat disimak dari penjelasan di atas, maka metode inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach) yang memiliki perbedaan dengan metode konvensional. 3. Komponen-komponen Metode Inkuiri Metode pembelajaran inkuiri memiliki beberapa komponen. Sebagaimana yang dikemukakan Garton (2005, h. 23) bahwa: Pembelajaran dengan metode inkuiri memiliki 5 komponen yang umum yaitu: 1) Question. Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan pembuka yang memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman siswa akan suatu fenomena. 2) Student Engangement. Dalam metode inkuiri, keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan dalam menciptakan sebuah produk dalam mempelajari suatu konsep. 3) Cooperative Interaction. Siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja berpasangan atau dalam kelompok, dan mendiskusikan berbagai gagasan. 4) Performance Evaluation. Dalam menjawab permasalahan, biasanya siswa diminta untuk membuat sebuah produk yang dapat menggambarkan pengetahuannya mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan. Melalui produk-produk ini guru melakukan evaluasi. 5) Variety of Resources. Siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber belajar, misalnya buku teks, website, televisi, video, poster, wawancara dengan ahli, dan lain sebagainya. 4. Prinsip-prinsip Metode Inkuiri Dalam pelaksanaan metode inkuiri dalam pembelajaran di kelas, ada beberapa prinsip-prinsip yang perlu menjadi fokus perhatian bagi seorang guru. Dengan memperhatikan prinsip-prinsip tersebut, pembelajaran yang menggunakan metode inkuiri diharapkan dapat berjalan secara maksimal sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Menurut Sanjaya (2006, h. 199) ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru dalam penggunaan metode inkuiri, yaitu: a. Berorientasi pada pengembangan intelektual Tujuan utama dari metode inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, metode ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Karena itu, kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu. b. Prinsip interaksi Pembelajaran adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru sebagai pengatur lingkungan yang mengarahkan agar siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka. c. Prinsip bertanya Kemampuan guru dalam bertanya pada pembelajaran yang menggunakan metode inkuiri sangat diperlukan. Sebab dengan memberikan pertanyaan kepada siswa akan melatih kemampuan berpikirnya. Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan, baik bertanya untuk melacak maupun bertanya untuk menguji kemampuan. d. Prinsip belajar untuk berpikir Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan; baik otak reptil, otak limbik maupun otak neokortek. e. Prinsip keterbukaan Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Dalam metode inkiri, tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesisnya dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan. Berdasarkan pendapat di atas, maka seorang guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip tersebut sehingga pembelajaran yang telah dirancang untuk diterapkan dalam pembelajaran di kelas dapat berjalan secara optimal. 5. Langkah-langkah Metode Inkuiri Menurut Sanjaya (2006, h. 201) mengemukakan Secara umum bahwa proses pembelajaran yang menggunakan metode inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: 1) Orientasi Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif sehingga dapat merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Keberhasilan metode inkuiri sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah. 2) Merumuskan masalah Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persolan yang mengandung teka teki. Persolan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir dalam mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam metode inkuiri, siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir. Mengutip dari pendapat Sanjaya (2006, h. 202) yang mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan masalah, di antaranya: a) Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa. Dengan demikian, guru hendaknya tidak merumuskan sendiri masalah pembelajaran, guru hanya memberikan topik yang akan dipelajari, sedangkan bagaimana rumusan masalah yang sesuai dengan topik yang telah ditentukan sebaiknya diserahkan kepada siswa. b) Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung jawaban yang pasti. Artinya, guru perlu mendorong agar siswa dapat merumuskan masalah yang menurut guru jawanbannya sudah ada, tinggal siswa mencari dan mendapatkan jawabannya secara pasti. c) Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa. Artinya, sebelum masalah itu dikaji melalui proses inkuiri, terlebih dahulu guru perlu yakin terlebih dahulu bahwa siswa sudah memiliki pemahaman tentang konsep-konsep yang ada dalam rumusan masalah. 3) Mengajukan hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Dalam langkah ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan permasalahan yang telah diberikan. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memberikan hipotesis adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat mengajukan jawaban sementara. Selain itu, kemampuan berpikir yang ada pada diri siswa akan sangat dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman. Dengan demikian, setiap siswa yang kurang mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional dan logis. 4) Mengumpulkan data Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Kegiatan mengumpulkan data meliputi percobaan atau eksperimen. Dalam metode inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Oleh sebab itu, tugas dan peran guru dalam tahap ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. 5) Menguji hipotesis Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan siswa. Disamping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. 6) Merumuskan kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan hal yang utama dalam pembelajaran. Biasanya yang terjadi dalam pembelajaran, karena banyaknya data yang diperoleh menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus terhadap masalah yang hendak dipecahkan. Oleh karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan. 6. Kelebihan dan Kekurangan Metode Inkuiri Metode inkuiri merupakan salah satu metode yang sangat dianjurkan untuk diterapkan dalam proses pembelajaran, sebab metode inkuiri sebagai sebagai metode pembelajaran memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Menurut Sanjaya (2006, h. 2008) bahwa metode inkuiri memiliki beberapa kelebihan diantaranya: 1) Metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran akan lebih bermakna. 2) Metode inkuiri memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. 3) Metode inkuiri merupakan metode yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya perubahan. 4) Keuntungan lain adalah metode pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar yang bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar. Di samping keuntungan ada juga kelemahan-kelemahan dalam pendekatan inkuiri, antara lain: 1) Diperlukan keharusan kesiapan mental untuk cara belajar 2) Kalau pendekatan inkuiri diterapkan dalam kelas dengan jumlah siswa yang besar, kemungkinan besar tidak berhasil. 3) Siswa yang terbiasa belajar dengan pengajaran tradisional yang telah dirancang guru, biasanya agak sulit untuk memberi dorongan. Lebih-lebih kalau harus belajar mandiri. 4) Dampaknya dapat mengecewakan guru dan siswa sendiri. 5) Lebih mengutamakan dan mementingkan pengertian, sikap dan keterampilan memberi kesan terlalu idealis. 6) Ada kesan dananya terlalu banyak, lebih-lebih kalau penemuannya kurang berhasil, hanya merupakan suatu pemborosan belaka hafalan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka guru hendaknya memperhatikan beberapa prosedural dan memiliki pengetahuan yang lebih mendalam mengenai metode inkuiri sehingga segala kekurangan yang terdapat dalam metode inkuiri ini dapat teratasi. D. Hasil Penelitian yang Relevan Berikut ini adalah temuan hasil penelitian lain yang relevan dengan skripsi yang ditulis peneliti, diantaranya: Sulistiawati (UNM: 2010) dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Metode Inkuiri untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa Kelas IV SDN Jerokaso I Kota Bandung”. Menyimpulkan bahwa hasil pengamatan selama mengajar, minat belajar siswa masih rendah sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah. Upaya yang dilakukan dalam peningkatan minat belajar siswa, yaitu dengan menerapkan metode inkuiri pada pembelajaran di kelas IV. Dengan penerapan metode inkuiri dapat meningkatkan minat belajar siswa yang berpengaruh terhadap nilai belajar siswa. Hasil belajar siswa dapat meningkat setelah pembelajaran dengan metode inkuiri. Suryanto (UPI:2011) dalam skripsinya yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Metode Inkuiri di kelas IV SDN Sukajadi Kota Bandung”. Menyimpulkan bahwa hasil observasi dalam pembelajaran siswa masih rendah dalam mengajukan pertanyaan dan berpikir secara ilmiah. Siswa kurang berani dalam berpendapat sehingga hasil belajar siswa masih rendah. Siswa merasa kesulitan dalam berdiskusi dan merasa malu dalam memberi kritik kepada presentasi kelompok. Upaya yang dilakukan dalam meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IV yaitu dengan menggunakan metode inkuiri pada pembelajaran. Sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat dan mencapai KKM. Dari hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa perlu diterapkannya metode yang sesuai dengan kondisi siswa pada pembelajaran tematik. Metode yang dapat diterapkan yaitu metode inkuiri yang berpengaruh terhadap minat dan motivasi belajar siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang rendah. E. Kerangka Berpikir Berdasarkan kajian teori sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disajikan bagan kerangka berpikir sebagai berikut: Bagan 2.1. Kerangka Berpikir F. Asumsi dan Hipotesis Penelitian 1. Asumsi Penelitian Asumsi tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah pemahaman belajar siswa yang rendah pada tema indahnya kebersamaan sub tema keberagaman budaya bangsaku sehingga berdampak pada hasil belajar siswa khususnya pembelajaran tematik. 2. Hipotesis Penelitian Secara umum hipotesis dari penelitian ini adalah dengan menerapkan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa materi pada tema indahnya kebersamaan sub tema keberagaman budaya bangsaku kelas IV SDN Cijerah 06. Secara khusus hipotesis dari penelitian ini sebagai berikut : 1) Perencanaan pembelajaran dengan penerapan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada tema indahnya kebersamaan sub tema keberagaman budaya bangsaku kelas IV SDN Cijerah 06. 2) Pelaksanaan pembelajaran penerapan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada tema indahnya kebersamaan sub tema keberagaman budaya bangsaku kelas IV SDN Cijerah 06. 3) Penerapan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada tema indahnya kebersamaan sub tema keberagaman budaya bangsaku kelas IV SDN Cijerah 06.

Item Type: Thesis (Skripsi(S1))
Subjects: S1-Skripsi
Divisions: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > PGSD 2014
Depositing User: Iyas -
Date Deposited: 12 Jul 2016 03:28
Last Modified: 12 Jul 2016 03:28
URI: http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/5510

Actions (login required)

View Item View Item