Destyana Ningsih, 105060294 (2016) PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA SUB TEMA BERSYUKUR ATAS KEBERAGAMAN. Skripsi(S1) thesis, FKIP UNPAS.
Text
lembar pengesahan.docx Download (14kB) |
|
Text
Motto dan Persembahan.docx Download (15kB) |
|
Text
moto dan persembahan 2.docx Download (15kB) |
|
Text
surat pernyataan.docx Download (16kB) |
|
Text
abstrak b.inggris.docx Download (16kB) |
|
Text
kata pengantar.docx Download (17kB) |
|
Text
ucapan terimakasih.docx Download (22kB) |
|
Text
daftar isi.docx Download (28kB) |
|
Text
BAB I.docx Download (26kB) |
|
Text
BAB II.docx Download (78kB) |
|
Text
BAB III.docx Restricted to Repository staff only Download (79kB) |
|
Text
BAB IV.docx Restricted to Repository staff only Download (2MB) |
|
Text
BAB V.docx Restricted to Repository staff only Download (22kB) |
|
Text
DAFTAR PUSTAKA.docx Download (19kB) |
|
Text
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.docx Download (49kB) |
Abstract
ABSTRAK Oleh Destyana Ningsih 105060294 Classroom Action Research (CAR) aims to improve the quality ofthematic learning in SDN Gentra Masekdas Bandung especially in class IV at The top Thanksful subtema diversi by applying the model of Problem Based Learning. This study is motivated by the findings in the observation that discribes the low activity and achivement of learners who do not meet the predetermined KKM. This classrom action reserch took place in three cycles, each cycle consisting of four stages of the planning, execution, evaluation and analysis and reflection. The instruments used in this research is a test, obsevation sheets, interview and questionnaires.From the results and discussion obtained several conclusion : First result obtained, namely an increase in student’to conduct investigations in the firt cycle of student achieved an average score 2.2. both in the implementation of the secon whit an average of 2.5. in the third implementation of the third cycle which is an improvement of learning outcomes in cycle i nand cycle 2, the study of student has increased. Learnes scored whith an average value to 2.3. The fourt addition of the achiviness of the learnes also increased in the second cycle to 2.5 and to 3.7 in the third cycle. The conclusion of this study is the use of the model Problem Based Learning can enhance the liveness and achievement of the model Problem Based Learning can enhance the liveness and achievement of a learnes on the sub theme. Thanksfull top manual. Thus the use of Problem Based Learning model can be used as an alternative approach to learning is applied to thematik learning is applied to thematic learning in elementri school Keyword : Problem Based Learning, liveliness, Learning achievement. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran yang efektif dan efisien merupakan faktor yang berperan penting dalam pencapaian tujuan suatu pembelajaran. Faktor tersebut diawali dari kualitas seorang pendidik untuk menciptakan suasana proses pembelajaran dikelas yang menyenangkan bagi peserta didik. Dengan demikian, apapun materi yang disampaikan oleh pendidik dapat diterima dengan baik oleh peserta didik secara optimal. Pencapaian tujuan pembelajaran pun akan berbanding lurus dengan efektivitas kegiatan belajar yang diciptakan. Selain mencapai tujuan pembelajaran, pendidik memiliki tugas untuk mencetak manusia-manusia yang cerdas dan berkarakter. Hal tersebut menjadi sesuatu yang harus mendapatkan perhatian lebih mengingat tantangan yang ada saat ini sangatlah besar. Maka dari itu, keprofesionalan seorang pendidik menentukan keberhasilan suatu proses pembelajaran di kelas. Peran seorang pendidik bukanlah lagi hanya sebagai seseorang yang mentransferkan berbagai ilmu kepada peserta didik, melainkan sebagai fasilitator, motivator dan evaluator bagi peserta didik untuk menjadikan dirinya menjadi pribadi yang berkualitas dengan budi pekerti yang luhur, memiliki berbagai keterampilan dan menguasai banyak ilmu pengetahuan. Tantangan terbaru dan cukup besar pada saat ini adalah perubahan kurikulum dari kurikulum tingkat satuan pendidikan menjadi kurikulum 2013. Kurikulum bersifat dinamis, akan selalu ada perubahan dan pengembangan agar dapat mengikuti perubahan dan tantangan zaman. Kurikulum 2013 dimaknai sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan yang mengeksplorasi domain afektif secara lebih dominan. Kurikulum ini diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan dan keberhasilan dengan penuh tanggungjawab. Dalam praktik pelaksanaannya, kurikulum 2013 harus diimplementasikan melalui pembelajaran berbasis keaktifan yang berbasis pendekatan ilmiah dan tematik integratif. Melalui beberapa pendekatan baru diharapkan peserta didik memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan lebih produktif. Lebih lanjut Mulyasa (2014: 169) dalam bukunya “Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013”, (2014: 169) menyatakan; Kurikulum sekolah dasar 2013 lebih ditekankan pada aspek afektif, dengan penilaian yang ditekankan pada nontes dan portofolio. Dalam implementasi kurikulum yang berbasis kompetensi dan karakter ini, murid SD idealnya tidak lagi banyak menghapal, karena kurikulum ini dirancang untuk mempersiapkan peserta didik memiliki budi pekerti atau karakter yang baik, sebagai bekal untuk mengikuti pendidikan pada jenjang berikutnya. Banyak model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran pada kurikulum 2013. Problem based learning (selanjutnya disebut PBL) merupakan salah satu model yang dapat digunakan dalam pembelajaran kurikulum 2013. PBL berakar dari keyakinan John Dewey bahwa guru harus mengajar dengan menarik naluri alami siswa untuk menyelidiki dan menciptakan. PBL berbasis masalah sebagai hal yang muncul pertama kali pada saat proses pembelajaran. Masalah tersebut disajikan sealamiah mungkin dan selanjutnya siswa bekerja dengan masalah yang menuntut siswa mengaplikasikan pengetahuan dan kemampuannya. Kemendikbud (dalam Abidin, 2014: 55) memandang bahwa, “Problem Based Learning merupakan suatu model pembelajaran yang menantang peserta didik untuk ‘belajar bagaimana belajar’, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata.” Dengan PBL pembelajaran akan lebih bermakna. Peserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan situasi tempat konsep diterapkan. Dengan demikian, keaktifan peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung akan semakin tinggi sehingga prestasi belajar belajarpun akan meningkat. Ada beberapa kendala yang terjadi di lapangan berkaitan dengan implementasi kurikulum 2013. Sebagian besar pendidik masih merasa kebingungan memahami dan mempelajari seperti apa esensi dari kurikulum 2013 ini. Berbagai seminar dan pelatihan sedang gencar dilakukan agar pelaksanaan kurikulum 2013 dapat berjalan dengan optimal. Sehingga meskipun beberapa sekolah yang disebut-sebut sudah menggunakan kurikulum 2013, kegiatan belajar mengajar yang terlihat masih seperti kegiatan pembelajaran pada kurikulum tingkat satuan pendidikan. Aspek kognitif masih memiliki bagian yang besar untuk dijadikan indikator pencapaian tujuan pembelajaran. Peserta didik masih terlihat belum berpartisipasi dengan aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Hal tersebut juga berdampak terhadap prestasi belajar peserta didik setelah melalui proses belajar mengajar yang cenderung masih rendah. Hal tersebut di atas tampak pada kegiatan belajar mengajar yang terlihat di kelas IV SDN Gentra Masekdas yang sudah diberlakukannya kurikulum 2013. Pada kegiatan belajar mengajarnya sedang melakukan kegiatan belajar mengajar dengan tema indahnya kebersamaan subtema kebersamaan dalam keberagaman materi indahnya keberagaman budaya Indonesia. Peserta didik mengalami kesulitan untuk memahami materi yang disampaikan. Hal tersebut terjadi karena penyampaian materi hanya dilakukan dengan menggunakan metode ceramah dan rendahnya partisipasi peserta didik ketika kegiatan belajar berlangsung. Inovasi model pembelajaran yang digunakan haruslah memenuhi keperluan dunia pendidikan dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional dan kejiwaan peserta didik. Secara fitrah, peserta didik memiliki potensi yang sama dalam upaya memahami sesuatu. Sehingga dalam proses kegiatan belajar hal tersebut disikapi sebagai subjek belajar yang kreatif dan mampu menemukan pemahamannya sendiri. Penelitian tindakan kelas terhadap masalah yang telah diungkapkan diatas merupakan satu pilihan yang tepat. Dengan mengamati dan mencoba menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning diharapkan dapat menjadi sebuah solusi permasalahan yang terjadi di kelas IV SDN Gentra Masekdas. Dengan menggunakan model PBL dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar peserta didik. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka, peneliti tertarik untuk mengambil judul ini. Adapun identifikasi masalah sebagai berikut. 1. Selama proses pembelajaran pendidik hanya menggunakan metode ceramah tanpa dikombinasikan dengan metode lainnya. 2. Tujuan pembelajaran kurang tersampaikan karena penerimaan siswa yang pasif. 3. Rendahnya semangat belajar peserta didik selama proses kegiatan belajar mengajar barlangsung. Untuk memudahkan penelitian ini maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut bahwa “dengan penerapan model problem based learning dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar peserta didik dalam tema indahnya kebersamaan subtema bersyukur atas keberagaman materi kehidupan masyarakat praaksara di kelas IV SDN Gentra Masekdas Kota Bandung”. Penelitian ini memiliki fokus untuk melihat seberapa besar peningkatan keaktifan dan prestasi belajar peserta didik dalam pembelajaran dengan tema indahnya kebersamaan subtemabersyukur atas keberagaman materi kehidupan masyarakat praaksarasetelah menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning di kelas IV SDN Gentra Masekdas Kota Bandung. Peningkatan keaktifan belajar yang berkaitan dengan penelitian diatas dibatasi pada keaktifan dalam bertanya, keaktifan dalam menjawab dan keaktifan dalam memecahkan masalah di dalam kelas. C. Rumusan Masalah 1. Secara Umum Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah diatas dapat dirumuskan masalah secara umum adalah sebagai berikut. “Apakah penerapan model problem based learning dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar peserta didik dalam pembelajaran tematik subtemabersyukur atas keberagaman materi kehidupan masyarakat praaksaradi kelas IV SDN Gentra Masekdas Kota Bandung?”. 2. Secara Khusus Untuk memudahkan penelitian ini, maka peneliti merumuskan sub-sub permasalahan khusus terperinci sebagai berikut: a. Apakah dengan menggunakan model problem based learningdapat meningkatkan prestasi pada peserta didik? b. Apakah dengan menggunakan model problem based learningdapat meningkatkan keaktifan pada peserta didik? c. Apakah dengan menggunakan model problem based learningdapat meningkatkan rendahnya semangat belajar pada subtema bersyukur atas keberagaman selama proses kegiatan belajar mengajar barlangsung. 3. Pembatasan Masalah Masalah dalam penelitian dibatasi dalam hal-hal yang berkaitan dengan penerapan pada model problem based learning pada pembelajaran bahasa Indonesia di kelas IV SDN Gentra Masekdas semester 1 untuk materi kehidupan masyarakat praaksaraPermasalahan tentang upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning pada subtema bersyukur atas keberagaman di kelas IV SDN Gentra Masekdas Kota Bandung akan dilaksanakan melalui serangkaian pembelajaran. Pembelajaran tersebut akan dilaksanakan dalam bentuk kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Kelas yang digunakan adalah kelas IV, hal ini dilakukan mengingat penulis bertugas sebagai guru di lingkungan sekolah tersebut sehingga situasi, kondisi dan keperluan di lapangan sudah dikenal dengan baik. Pembatasan masalah secara garis besar meliputi: a. Pengukuranselama proses pembelajaran pendidik hanya menggunakan metode ceramah tanpa dikombinasikan dengan metode lainnya. b. Pengukuran tujuan pembelajaran kurang tersampaikan karena penerimaan siswa yang pasif. c. Pengukuran rendahnya semangat belajar peserta didik selama proses kegiatan belajar mengajar barlangsung. D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar peserta didik dalam pembelajaran tematik subtemabersyukur atas keberagaman materi kehidupan masyarakat praaksarakelas IV SDN Gentra Masekdas Kota Bandung dengan menggunakan model problem based learning. 2. Tujuan Khusus Secara khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah ingin meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar pada peserta didik kelas IV SDN Gentra Masekdas Bandung. Tujuan penelitian ini sebagai berikut: a. untuk mengetahui apakah dengan menggunakan model problem based learningdapat meningkatkan prestasi pada peserta didik; b. untuk mengetahui apakah dengan menggunakan model problem based learning dapat meningkatkan keaktifan pada peserta didik; c. untuk mengetahui apakah dengan menggunakan model problem based learning dapat meningkatkan rendahnya semangat belajar pada subtema bersyukur atas keberagaman selama proses kegiatan belajar mengajar barlangsung; E. Manfaat Penelitian Bahwa model problem based learning dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar peserta didik dalam pembelajaran tematik subtemabersyukur atas keberagaman. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan sebagai pembanding dalam menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan keadaan serta sesuai dengan subtema yang akan diajarkan. 1. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait dengan pendidikan, terutama pendidik dan peserta didik kelas IV SD. a. Bagi Peserta didik 1) Dapat memotivasi peserta didik dalam belajar. 2) Meningkatkan prestasi belajar peserta didik. 3) Dapat meningkatkan keaktifan peserta didik pada pembelajaran di kelas. b. Bagi Pendidik 1) Hasil penelitian ini dapat menjadi tolak ukur dan bahan pertimbangan pendidik untuk melakukan pembenahan serta koreksi diri bagi pengembangan dalam pelaksanaan tugas profesinya khusunya dalam pembelajaran dengan menggunakan kurikulum 2013. 2) Memberikan sumbangan pemikiran tentang pentingnya memilih dan menerapkan pola pendekatan dan strategi pembelajaran dalam proses pembelajaran di kelas IV agar lebih menarik, aktif dan diminati peserta didik hingga akhirnya dapat meningkatkan prestasi atau hasil belajar. 3) Sebagai bahan masukan dalam memilih strategi pembelajaran di kelas IV yang sesuai dengan karakteristik peserta didik serta kondisi lingkungan belajar. c. Bagi SDN Gentra Masekdas 1) Memberikan gagasan baru dalam pembelajaran di kelas IV SD untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar peserta didik. 2) Diharapkan menjadi input bagi sekolah dalam melaksanakan pembinaan dan pengembangan para pendidik dalam meningkatkan efektivitas dan kreativitas pembelajaran di kelas. d. Bagi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar 1) Menambah wawasan bagi mahasiswa PGSD dalam menghadapi profesi pendidik nanti. 2) Memberikan gambaran bagi mahasiswa PGSD tentang kegiatan belajar mengajar di SD. 3) Memberikan gambaran implementasi pembelajaran dengan menggunakan kurikulum 2013. 4) Menjalin hubungan baik antara program studi pendidikan guru sekolah dasar dengan sekolah-sekolah yang dijadikan tempat penelitian. e. Bagi peneliti berikutnya 1) Memberikan data dan permasalahan awal yang nantinya dapat dikembangkan oleh peneliti berikutnya. 2) Memberikan referensi dan contoh sistematika yang dapat diperbaharui jika ada hal-hal yang dianggap belum baik atau sempurna . F. Definisi Operasional Berdasarkan judul penelitian di atas dapat dijabarkan bahwa penelitian ini dapat didefinisikan sebagai berikut: a. Model pembelajaran problem based learning adalah salah satu bentuk model pembelajaran di kurikulum 2013. PBL berbasis masalah sebagai hal yang muncul pertama kali pada saat proses pembelajaran. Masalah tersebut disajikan sealamiah mungkin dan selanjutnya siswa bekerja dengan masalah yang menuntut siswa mengaplikasikan pengetahuan dan kemampuannya. b. Keaktifan adalah kegiatan yang dilakukan oleh setiap individu dengan maksud dan tujuan tertentu. Kaitannya dalam proses pembelajaran, aktivitas peserta didik adalah kegiatan peserta didik selama proses pembelajaran baik bertanya, menjawab dan memecahkan masalah yang diberikan oleh pendidik. c. Peserta didik adalah orang yang belum dewasa, yang memerlukan usaha, bantuan, bimbingan orang lain untuk menjadi dewasa, guna dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagai umat manusia, sebagai warga Negara, sebagai anggota masyarakat dan sebagai suatu pribadi atau individu. d. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh kegiatan belajar, sedangkan belajar pada hakikatnya merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya. e. Subtema adalah pembahasan agar lebih memudahkan pembaca untuk memahami maksud dari gagasan kita sebagai penulisnya, selanjutnya kita harus mengembangkan subtema yang telah kitabuat sebelumnya. f. Kebudayaan adalah sesuatu yang terbentuk oleh pengembangan dan transmisi dari kepercayaan manusia melalui simbol-simbol tertentu, misalnya simbol bahasa sebagai rangkaian simbol yang digunakan untuk mengalihkan keyakinan budaya di antara para anggota suatu masyarakat. Pesan-pesan tentang kebudayaan yang di harapkan dapat di temukan di dalam media, pemerintahan, intitusi agama, sistem pendidikan dan semacam itu. Maka berdasarkan pandangan tersebut, berkembang menjadi sebuah model pembelajaran yang berbasiskan masalah sebagai hal yang muncul pertama kali pada saat proses pembelajaran. Masalah tersebut disajikan sealamiah mungkin dan selanjutnya peserta didik bekerja dengan masalah yang menuntut peserta didik mengaplikasikan pengetahuan dan kemampuan belajarnya. BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori dan Kaitannya dengan Pembelajaran yang akan Diteliti 1. Hakikat Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Menurut (Slameto, 2010: 2) “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar dapat dijabarkan sebagai berikut. a) perubahan terjadi secara sadar; b) perubahan dalam belajar bersifat berkelanjutan; c) perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif; d) perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara; e) perubahan dalam belajar memiliki tujuan atau terarah; dan f) perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. 2. Karakteristik Siswa SD Perkembangan psikologis pribadi manusia di mulai sejak masa bayi hingga dewasa. Seperti halnya pada perkembangan fisik, perkembangan psikologis pun melalui beberapa tahap tertentu yang berbeda dengan tahapan perkembangan fisik. Mengenai perkembangan psikologis manusia ini sudah banyak dibahas oleh para ahli. Menurut J.J Rousseau (dalam Soemanto, 2006: 69) mengemukakan bahwa: a) Setiap tahapan perkembangan psikologis manusia memiliki karakteristik tersendiri. Perkembangan ini berlangsung dalam 5 tahap sebagai berikut: b) Tahap perkembangan masa bayi (0 – 2 tahun). Dalam tahap ini, perkembangan pribadi didominasi oleh perasaan. Perasaan ini sendiri tidak tumbuh dengan sendirinya, melainkan berkembang sebagai akibat dari adanya reaksi-reaksi bayi terhadap stimuli lingkungannya. c) Tahap perkembangan masa kanak-kanak (2 – 12 tahun). Dalam tahap ini, perkembangan pribadi anak di mulai dengan makin berkembangnya fungsi-fungsi indra anak untuk mengadakan pengamatan. Perkembangan fungsi ini memperkuat perkembangan fungsi pengamatan pada anak. Bahkan dapat dikatakan, bahwa perkembangan setiap aspek kejiwaan anak pada masih ini sangat didominasi oleh pengamatannya. d) Tahap perkembangan pada masa preadolesen (12 – 15 tahun). Dalam tahap ini, perkembangan fungsi penalaran intelektual pada anak sangat dominan. e) Perkembangan pada masa adolesen (15 – 20 tahun). Dalam tahap perkembangan ini, kualitas kehidupan manusia diwarnai oleh dorongan seksual yang kuat.keadaan ini membuat orang mulai tertarik kepada orang lain yang berlainan jenis kelamin. f) Masa pematangan diri (setelah umur 20 tahun). Dalam tahap ini, perkembangan fungsi kehendak mulai dominan. Orang mulai dapat membedakan adanya tiga macam tujuan hidup pribadi, yaitu pemuasan keinginan pribadi, pemuasan keinginan kelompok dan pemuasan keinginan masyarakat. Dari penjelasan tersebut, perlu ditekankan bahwa karakteristik siswa SD berada pada tahap perkembangan masa kanak-kanak, dimana besarnya rasa ingin tahu akan segala hal sangatlah tinggi. Diperlukan banyak kegiatan pengamatan untuk mendapatkan hal-hal baru yang ingin diketahuinya. 3. Pengembangan Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari pelaksanaan kurikulum KTSP 2006. Berdasarkan evaluasi pelaksanaan kurikulum 2006 ada beberapa pelaksanaan kurikulum 2006 ada beberapa permasalahan yang perlu diperbaiki di antaranya: a) konten kurikulum masih terlalu padat yang ditunjukkan dengan banyaknya matapelajaran dan banyak materi yang keluasan dan tingkat kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak; b) kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional; c) kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan dan pengetahuan; d) beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan peserta didik belum tercapai dalam kurikulum; e) kurikulum belum peka terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional maupun global; f) standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru; g) standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi dan belum secara tegas menuntut adanya remediasi secara berkala; dan h) dengan ktsp memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak menimbulkan multitafsir. Menurut Saminanto(2013: 13) mengatakan,pelaksanaan kurikulum 2013 kompetensi yang diharapkan adalah kemampuan berkomunikasi, berpikir jernih dan kritis, mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, menjadi warga negara yang efektif, mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda, hidup dalam masyarakat yang mengglobal, minat luas mengenai hidup, kesiapan untuk bekerja, kecerdasan sesuai dengan bakat/ minatnya. 4. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013 Menurut Sumiyanto (2013:13) Pembelajaran dengan menggunakan kurikulum 2013 diyakini akan terlaksana dengan baik dan mencapai tujuan jika dikembangkan secara mendasar, terperinci, menyeluruh, dan reflektif. Berkaitan dengan hal tersebut, pembelajaran dalam konteks kurikulum 2013 tidak dapat dilakukan dengan berasaskan untuk memenuhi kewajiban belaka, namun harus dilandasi kebesaran jiwa dan tekad yang besar untuk mengembangkan pembelajaran bermutu, harmonis dan bermartabat. a) Landasan Filosofis 1) Filosofis pancasila yang memberikan berbagai prinsip dasar dalam pembangunan pendidikan. 2) Filosofi pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai luhur, nilai akademik, kebutuhan peserta didik, dan masyarakat b) Landasan Yuridis 1) RPJMM 2010-2014 Sektor Pendidikan, tentang Perubahan Metodologi Pembelajaran dan Penataan Kurikulum. 2) PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan 3) INPRES Nomor 1 Tahun 2010, tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional, penyempurnaan kurikulum dan metode pembelajaran aktif berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa. c) Landasan Konseptual 1) Relevansi pendidikan 2) Kurikulum berbasis kompetensi dan karakter 3) Pembelajaran kontek\stual 4) Pembelajaran aktif 5) Penilaian yang valid, utuh dan menyeluruh Melalui pengembangan kurikulum 2013 kita akan menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi. Dalam hal ini, pengembangan kurikulum difokuskan pada pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik, berupa paduan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap konsep yang dipelajarinya secara kontekstual. Kurikulum 2013 memungkinkan para pendidik menilai hasil belajar peserta didik dalam proses pencapain sasaran belajar, yang mencerminkan penguasaan dan pemahaman terhadap apa yang dipelajari. 5. Keunggulan Kurikulum 2013 Implementasi kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan individu yang produktif, kreatif, dan inovatif. Hal ini sangat memungkinkan karena kurikulum ini berbasis karakter dan kompetensi, yang secara konsep memiliki beberapa keunggulan. Mulyasa dalam bukunya “Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013”, (Mulyasa, 2014:163) menyatakan bahwa: Keunggulan kurikulum 2013 dibandingkan dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah sebagai berikut: a) Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah (kontekstual), karena berangkat, berfokus dan bermuara pada hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya masing-masing. b) Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi boleh jadi mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan lain. c) Ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan keterampilan. 6. Model Problem Based Learning Model Problem Based Learning yang (selanjutnya disebut PBL) berakar dari keyakinan John Dewey bahwa guru harus mengajar dengan menarik naluri alami peserta didik ntuk menyelidiki dan menciptakan. Pembelajaran hendaknya senantiasa dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik karena ini memberikan sesuatu yang dapat dilakukan peserta didik, bukan sesuatu yang harus dipelajari, sehingga hal ini akan secara alamiah menuntut peserta didik berpikir dan mendapatkan hasil belajar yang alamiah pula. Berdasarkan pandangan tersebut, PBL selanjutnya berkembang menjadi sebuah model pembelajaran yang berbasiskan masalah sebagai hal yang muncul pertama kali pada saat proses pembelajaran. Masalah tersebut disajikan sealamiah mungkin dan selanjutnya peserta didik bekerja dengan masalah yang menuntut peserta didik mengaplikasikan pengetahuan dan kemampuan belajarnya. Konsep pembelajaran ini selanjutnya dipandang sebagai konsep pembelajaran yang sangat sesuai dengan tuntutan belajar abad ke-21 yang mengharuskan peserta didik senantiasa mengembangkan kemampuan berpikir, kemampuan memecahkan masalah, dan kemampuan melaksanakan penelitian sebagai kemampuan yang diperlukan dalam konteks dunia yang cepat berubah. Kemendikbud (dalam Abidin, 2014: 159) memandang bahwa: PBL merupakan suatu model pembelajaran yang menantang peserta didik untuk ‘belajar bagaimana belajar’, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan. Sejalan dengan hal ini, PBL dilakukan dengan adanya pemberian rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan pemecahan masalah oleh peserta didik dalam pencapaian materi pembelajaran. Pernyataan yang telah dipaparkan di atas mengindikasikan bahwa model problem based learning dirasa cocok untuk digunakan dalam implementasi kurikulum 2013 guna meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar peserta didik. 7. Keaktifan Belajar Keaktifan belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang dilakukan oleh seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya, berupa perubahan pengetahuan atau kemahirannyang sifatnya tergantung pada sedikit banyaknya perubahan. Sedangkan menurut pendapat lainnya, keaktifan dalam proses belajar mengajar adalah rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berpikir, membaca dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar. Keaktifan siswa dalam pembelajaran memiliki bentuk yang beraneka ragam, dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai kegiatan psikis yang sulit diamati. Kegiatan fisik yang dapat diamati diantaranya adalah kegiatan dalam bentuk membaca, mendengarkan, menulis, meragakan, dan mengukur. Sedangkan contoh kegiatan psikis diantaranya adalah seperti mengingat kembali isi materi pelajaran pada peremuan sebelumnya, menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki untuk memecahkan masalah, menyimpulkan hasil eksperimen, membandingkan satu konsep dengan konsep yang lain, dan lainnya. Sumber: Mitchell (Dictionary of Soriblogy) (online) http://www.ilmumu.com/pengetahuan/definisi-kebudayaan-menurut-para-ahli/ (15 Juni 2014) Keaktifan belajar dapat dibagi ke dalam 8 kelompok, yaitu: a) Kegiatan-kegiatan visual, yang termasuk di dalam kegiatan visual diantaranya membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain; b) Kegiatan-kegiatan lisan (oral), yang termasuk di dalamnya antara lain mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi; c) Kegiatan-kegiatan mendengarkan, yang termasuk di dalamnya antara lain mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio; d) Kegiatan-kegiatan menulis, yang termasuk di dalamnya antara lain menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket; e) Kegiatan-kegiatan menggambar, yang termasuk di dalamnya antara lain menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola; f) Kegiatan-kegiatan metrik, yang termasuk di dalamnya antara lain melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun; g) Kegiatan-kegiatan mental, yang termasuk di dalamnya antara lain merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat, hubungan-hubungan, dan membuat keputusan; dan h) Kegiatan-kegiatan emosional, yang termasuk di dalamnya antara lain minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. 8. Prestasi Belajar Prestasi belajar menurut Bloom, (2007:12) mengenai hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh kegiatan belajar, sedangkan belajar pada hakekatnya merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya. Setiap kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik akan menghasilkan prestasi belajar, berupa perubahan-perubahan perilaku. Dikelompokkan kedalam kawasan kognitif, afektif, dan psikomotor. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar mempunyai ciri-ciri tertentu. Menurut Makmun (dalam Mulyasa, 2014: 189) menyatakan bahwa ciri-ciri perubahan perilaku hasil belajar adalah bersifat intensional, positif, dan efektif. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu: a) bahan atau materi yang dipelajari; b) lingkungan; c) faktor instrumental; dan d) kondisi peserta didik. Faktor-faktor tersebut baik secara terpisah maupun bersama-sama memberikan kontribusi tertentu terhadap prestasi belajar peserta didik. 9. Pemetaan Ruang Lingkup Materi Tema Indahnya Kebersamaan Pada Subtema Keberagamn Budaya Bangsa Pembelajaran 1,2 dan 3 Menurut Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 Lampiran IV tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran (Kemdikbud, 2013: 37) tahapan pertama dalam pembelajaran menurut Standar Proses adalah perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran siswa dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). RPP yang disusun harus berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Pada dasarnya Kurikulum 2013 mengarahkan agar siswa lebih aktif saat belajar mengajar, dalam kurikulum 2013 terdapat Kompetensi Inti. Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL, Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang Antara pencapaian hard skill dan soft skill. Kompetensi Dasar dari Kompetensi Inti 1,2,3 dan 4 diintegrasikan pada satu unit.Gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokan ke dalam aspek afektif, kognitif, dan psikomotor yang harus dipelajari peserta didik untuk satuan jenjang sekolah dasar. Kompetensi inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi kompetensi dasar yang dirancang dalam 4 kelompok yang saling terkait yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan (kompetensi Inti I), sikap sosial (kompetensi Inti 2), pengetahuan (kompetensi Inti 3), dan penerapan pengetahuan (kompetensi Inti 4) .keempat kelompok itu menjadi acuan dari kompetensi dasar yang harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran. Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung yaitu pada waktu siswa belajar tentang pengetahuan (kompetensi kelopmok 3) dan penerapan pengetahuan (kompetensi Inti kelompok 4). Pada prinsipnya, sebuah tema pelajaran adalah satu unit organisasi Kompetensi Dasar yang terkecil, dan untuk Kurikulum Sekolah Dasar dilakukan melalui pendekatan yang terintegrasi (integrated curriculum). Tabel 2.1 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (Buku Guru Kurikulum 2013 SD/MI Kelas IV) Kelas IV Semester 1 No. KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR 1. 1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya. 2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya. 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan bertanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempatbermain. 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. Bahasa Indonesia 3.5 Menggali informasi dari teks ulasan buku tentang nilai peninggalan sejarah dan perkembangan Hindu-Budha di Indonesia dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku. 4.5 Mengolah dan menyajikan teks ulasan buku tentang nilai peninggalan sejarah dan perkembangan Hindu-Budha di Indonesia secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku. IPS 3.2 Memahami manusia, perubahan dan keberlanjutan dalam waktu pada masa praaksara, Hindu-Buddha, Islam dalam aspek pemerintah, sosial, ekonomi, dan pendidikan. 4.2 Merangkum hasil pengamatan dan menceritakan manusia, perubahan dan keberlanjutan dalam waktu pada masa praaksara, Hindu Buddha, Islam dalam aspek pemerintah, sosial, ekonomi, dan pendidikan. Bahasa Indonesia 3.1 Menggali informasi dari teks laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku. 4.1 Mengamati, mengolah, dan menyajikan teks laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku. IPA 3.5 Memahami sifat-sifat bunyi melalui pengamatan dan keterkaitannya dengan indera pendengaran. 4.4 Menyajikan hasil percobaan atau observasi tentang bunyi. Bahasa Indonesia 3.1 Menggali informasi dari teks laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku. 4.1 Mengamati, mengolah, dan menyajikan teks laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku. IPS 3.5 Memahami manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi. 4.5 Menceritakan manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi. Ruang Lingkup Pembelajaran KEGIATAN PEMBELAJARAN KOMPETENSI YANG DIKEMBANGKAN Mengenal masa praaksara dan masa aksara • Menuliskan kembali bahan bacaan • Berkreasi membuat cerita sederhana dengan • menggunakan bahasa daerah Sikap: • Peduli, percaya diri, dan rasa ingin tahu Pengetahuan: • Masa praaksara, masa aksara, ringkasan, dan bahasa daerah Keterampilan: • Mengolah informasi dan berkomunikasi PEMBELAJARAN 1 PEMETAAN INDIKATOR PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN 2 PEMETAAN INDIKATOR PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN 3 PEMETAAN INDIKATOR PEMBELAJARAN Kegiatan pembelajaran 1 di dalamanya termuat mata pelajaran IPS dan Bahasa Indonesia, Kegiatan pembelajaran 2 di dalamanya termuat mata pelajaran Bahasa Indonesia dan IPA dan Kegiatan pembelajaran 3 termuat mata pelajaran IPS dan Bhasa Indonesia di sini pembelajaran 1,2 dan 3 menjelaskan tentang bersyukur atas keberagaman. Sikap toleransi dalam menghadapi perbedaan perlu dikembangkan melalui kegiatan sehari-hari. Materi yang di jelaskan pada kegiatan pembelajaran 1 yaitu tentang suatu dinamika dikehidupan zaman dahulu. Berikut Uraian mengenai pemetaan indikator pembelajaran 1. Indonesia dikenal memiliki kekayaan dan keberagaman budaya, terdiri atas berbagai suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat, cara berpakaian, makanan tradisional, dan kesenian. Kekayaan budaya tersebut perlu diperkenalkan kepada siswa dalam rangka meningkatkan kecintaan dan kebanggaan terhadap tanah air. Sikap toleransi dalam menghadapi perbedaan perlu dikembangkan melalui kegiatan sehari-hari. Materi yang di jelaskan pada kegiatan pembelajaran 1 yaitu tentang rumah adat suku Minang dan tariannya serta menyanyikan lagu Aku Anak Indonesia. Berikut Uraian mengenai pemetaan indikator pembelajaran 1. a. Definisi IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, georafi, ekonomi, politik, hokum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan suatu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). IPS atau studi sosial (dalam Trianto 2010:171), merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. IPS sebagai salah satu program studi yang dikembangkan secara kurikuler di persekolahan menjadi salah satu alat fungsional dalam menjembatani proses pencapaian tujuan Pendidikan Nasional, yakni mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab (Pasal 3, UU No. 20 Tahun 2003). IPS berkenaan dengan cara manusia menggunakan usaha memenuhi kebutuhan materinya, memenuhi kebutuhan budayanya, kebutuhan kejiwaannya, pemanfaatan sumber yang ada dipermukaan bumi, mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya, dan lain sebagainya yang mengatur serta mempertahankan kehidupan masyarakat manusia. Berdasarkan pendapat di atas dapat kita simpulkan bahwa pendidikan IPS adalah mata pelajaran yang berada di dalam kurikulum sekolah dasar, menengah dan perguruan tinggi yang diseleksi dari beberapa disiplin ilmu-ilmu sosial serta kegiatan dasar manusia yang disajikan dalam bentuk ilmiah dan psikologi agar dapat memberikan pengetahuan dalam kehidupan masyarakat. Pada pembelajaran 1 pemetaan indikator pembelajaran IPS dalam kompetensi dasar dan indikator menjelaskan sikap yang harus ditunjukkan untuk menghormati keberagaman budaya. b. Pengertian Sikap Menurut Djaali (2011 : 114), sikap dapat didefinisikan dengan berbagai cara dan setiap definisi itu berbeda satu sama lain. Trow (dalam Djaali 2011 : 114), mendefinisikan sikap sebagai suatu kesiapan mental / emosional dalam beberapa jenis tindakan pada situasi yang tepat. di sini Trow lebih menekankan pada kesiapan mental / emosional seseorang terhadap sesuatu objek. Definisi sikap menurut Allport ini menunjukan sikap itu tidak muncul seketika / di bawa lahir tetapi disusun dan di bentuk melalui pengalaman serta memberikan. c. Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi pelajaran yang diberikan di Sekolah Dasar, Karena bahasa Indonesia mempunyai kedududukan dan fungsi yang sangat penting bagi kehidupan sehari-hari. Paada Kurikulum 2013 untuk kompetensi dasar Bahasa Indonesia tidak dihilangkan dan terap memakai, berikut landasan permendikbud Permendikbud Nomor 65tahun 2013tentang standar proses pendidikan dasar dan mencegah menyebutkan bahwa “ sesuai dengan standar kompetensi lulusandan standar isi , maka prinsip pembelajaran yang digunakan dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu” hal ini dipertegas oleh kembali dalam permendikbud Nomor 67 Tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurikulumSD/MI menyebutkan, bahwa pelaksanaan kurikulum 2013 pada SD/MI dilakukan melalui pembelajaran dengan pendekatan tematik terpad (Tim Depdiknas,2013). c. Pengertian Kosa kata Baku Bahasa Indonesia Kosa kata bahasa Indonesia yang dapat disajikan bahan istilah ialah kata umum, baik yang lazim maupun tidak lazim, yang memenuhi salah satu syarat atau lebih yang berikut ini. (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Nasional republic Indonesia 2008 : 54) a. Kata yang dengan tepat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan atau sifat yang dimaksudkan, seperti tunak, telus, imak. b. Kata yang lebih singkat daripada yang lain yang beracuan sama, seperti, gulma jika dibandingkan dengan tumbuhan pengganggu, suaka (politik)jika dibandingkan dengan perlindungan (politik). c. Kaata yang tidak bernilai rasa (konotasi)buruk dan yang sedap didengar (eufonik), seperti pramuria jika dibandingkan dengan hostes, tunakarya jika dibandingkan dengan penganggur. Kosa kata baku adalah kata yang cara pengucapan atau penulisannya sesuai dengan kaidah-kaidah standar atau kaidah yang telah dibakukan. Kaidah standar yang dimaksud dapat berupa pedoman ejaan (EYD), tata bahasa baku, atau kamus umum. d. Fungsi Kata Baku 1. Pemersatu, pemakaian bahasa baku dapat mempersatukan sekelompok orang menjadi satu masyarakat bahasa. 2. Pemberi kekhasan, pemakaian bahasa baku dapat menjadi pembeda dengan masyarakat pemakai bahasa lainnya. 3. Pembawa kewibawaan, pemakaian bahasa baku dapat memperlihatkan kewibawaan pemakainya. 4. Kerangka acuan, bahasa baku menjadi tolak ukur bagi benar tidaknya pemakaian bahasa seseorang atau sekelompok orang. e. Ciri Bahasa Baku Dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Nasional republik Indonesia 2008 : 57, ciri bahasa baku. 1. Tidak dipengaruhi bahasa daerah Contoh: baku, saya tidak baku, gua 2. Tidk dipengaruhi bahasa asing Contoh: baku, kesempatan lain Tidak baku, lain kesempatan 3. Bukan merupakan bahasa percakapan Contoh : baku, dengan Tidak baku, sama 4. Pemakaian imbuhan secara eksplisit Contoh : baku, ia bekerja keras Tidak baku, ia kerja keras 5. Pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat Contoh : baku, suka akan Tidak baku, suka dengan 6. Tidak terkontaminasi , tidak rancu Contoh: baku, berkali-kali Tidak baku, berulang kali 7. Tidak mengandung arti pleonasme Contoh: baku, pada zaman dahulu Tidak baku, pada zaman dahulu kala 8. Tidak mengandung hiperkorek Contoh: baku, sah Tidak baku, syah f. Definisi PPkn PPKn adalah salah satu mata pelajaran yang mengemban misi pendidikan keimanan dan akhlak mulia dengan tujuan menghasilkan warga negara yang efektif dan bertanggung jawab Tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. PPKn merupakan mata pelajaran yang sangat relevan untuk mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut. (Pasal 3, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003) PPKn dipandang sebagai mata pelajaran yang memegang peranan penting dalam membentuk warga negara yang baik sesuai dengan filsafat bangsa dan konstitusi negara Republik Indonesia. Idris Apandi (http://asminkarris.wordpress.com/2013/06/29/kurikulum-ppkn 2013/ diakses pada 15 juni 2014), menyatakan, bahwa Pada kurikulum 2013 Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan untuk mengembangkan peserta didik menjadi manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, yang dijiwai oleh nilai - nilai Pancasila dan undang-undang dasar 1945. B. Hasil-hasil Penelitian yang Terdahulu yang Sesuai dengan Variabel Penelitian yang akan diteliti Agar meningkatkan keaktifan danprestasi belajar peserta didik dalam pembelajaran tematik subtema kebersamaan dalam keberagaman materi indahnya keberagaman budaya Indonesia pada kelas IV SDN Gentra Masekdas Kota Bandung dengan menggunakan model problem based learning. Ditemukan hasil penelitian terdahulu yang sama mengenai masalah mengenai rendahnya nilai keaktifan pada peserta didik di kelas IV. Namun menjurus kepada penelitian terdahulu mengenai keaktifan dan prestasi belajar pada anak. Dengan judul penelitian ini maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut bahwa “Dengan penerapan model picture and picture dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik dalam materi tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu-Budha dan Islam di Indonesiadi kelas V SDN Bojong Koneng Kota Bandung”. Dengan jumlah siswa 23 orang dan 11 orang siswa laki-laki dan 12 orang siswa perempuan. Penelitian ini dilakukan pada bulan juli 2013. Penelitian ini memiliki fokus untuk melihat seberapa besar peningkatan keaktifan dan prestasi belajar peserta didik dalam PTKnya dengan memperlihatkan hasil yang signifikan dengan mempergunakan metode Problem Based Learning yaitu dengan siklus 1 siswa berhasil mencapai KKM sebanyak 85% dan pada siklus 2 siswa tuntas menempuh KKM dengan 100%. Dengan demikian penelitian ini dianggap tuntas. Penelitian yang kedua dilakukan oleh Ismi Febriyanti dengan judul penelitian “Penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe make a match untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS pada materi peninggalan sejarah kerajaan islam di Indonesia C. Pemikiran dan Diagram atau Skema Paradigma Penelitian 4.1 Bagan Alur Penelitian Tindakan Kelas D. E. F. G. H. I. J. K. L. M. N. O. D. Asumsi dan Hipotesis Penelitian atau Pertanyaan Penelitian dan Pemetaan 1. Asumsi Penalitian Peneliti berasumsi bahwa dengan penerapan model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkankeaktifan danprestasi belajar peserta didik dengan alasan sebagai berikut, bahwa dengan menggunakan model problem based learning, diharapkan peserta didik memiliki kesempatan yang luas untuk menemukan pengetahuan baru yang bermanfaat bagi dirinya dengan cara mengamati dan meneliti, selain itu peserta didik memiliki tingkat konsentrasi yang lebih tinggi, kemampuan berpikir kritis dan logis lebih baik yang akan berdampak positif terhadap keaktifan dan prestasi belajar peserta didik. Selain itu, karena model ini membagi peserta didik kedalam beberapa kelompok kecil, kemampuan bersosialisasi peserta didikakan ikut terlatih. Kemampuan tersebut kemampuan untuk bekerja sama, berkomunikasi dengan baik, bertanggungjawab, disiplin, jujur, dapat menerima pendapat orang lain dan saling menghargai satu sama lain. 2. Hipotesis Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka dapat ditarik hipotesis tindakan sebagai berikut: diduga, dengan menggunakan penerapan model problem based learning dapat meningkatkan suasana pembelajaran didalam kelas menjadi lebih menarik dan memacu siswa agar lebih aktif. a) RPP yang disusun dengan menggunakan model problem based learning dalam pembelajaran tematik subtema kebersamaan dalam keberagaman materi indahnya keberagaman budaya Indonesia dapat meningkatkankeaktifan danprestasi belajar peserta didik kelas IV SDN Gentra Masekdas Kota Bandung; b) Peningkatan implementasi pembelajaran tematik subtema kebersamaan dalam keberagaman materi indahnya keberagaman budaya Indonesia dengan penerapan model pembelajaran problem based learning dapat menunjang peningkatan keaktifan dan prestasi belajar peserta didik; dan c) Mengubah perilaku peserta didik agar lebih aktif dan prestasi belajar peserta didik meningkat setelah melalui pembelajaran tematik kebersamaan dalam keberagaman materi indahnya keberagaman abudaya Indonesia dengan menggunakan modelproblem based learning di kelas IV SDN Gentra Masekdas Kota Bandung.
Item Type: | Thesis (Skripsi(S1)) |
---|---|
Subjects: | S1-Skripsi |
Divisions: | Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > PGSD 2014 |
Depositing User: | Iyas - |
Date Deposited: | 12 Jul 2016 03:28 |
Last Modified: | 12 Jul 2016 03:28 |
URI: | http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/5385 |
Actions (login required)
View Item |