PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI SISWA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN TEMATIK

FEBY NURLITASARI, 105060118 (2016) PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI SISWA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN TEMATIK. Skripsi(S1) thesis, FKIP UNPAS.

[img] Text
Cover.docx

Download (26kB)
[img] Text
Lembar Pengesahan pra sidang.docx

Download (12kB)
[img] Text
Motto dan Persembahan.docx

Download (14kB)
[img] Text
Pernyataan Keaslian Skripsi.docx

Download (15kB)
[img] Text
ABSTRAK.docx

Download (21kB)
[img] Text
Kata Pengantar.docx

Download (20kB)
[img] Text
Ucapan Terima Kasih.docx

Download (16kB)
[img] Text
Daftar Isi.docx

Download (23kB)
[img] Text
Bab I v.docx

Download (40kB)
[img] Text
Bab II v.docx

Download (57kB)
[img] Text
Bab III.docx
Restricted to Repository staff only

Download (47kB)
[img] Text
BAB IV.docx
Restricted to Repository staff only

Download (331kB)
[img] Text
BAB V.docx
Restricted to Repository staff only

Download (18kB)
[img] Text
Daftar Pustaka 1.docx

Download (16kB)
[img] Text
Riwayat Hidup.docx

Download (119kB)

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya sikap percaya diri siswa dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik kelas IV, yaitu sikap percaya diri siswa hanya mencapai 42,22% dan 50% siswa yang memenuhi nilai KKM. Selain itu guru masih menggunakan metode yang bersifat teacher centered yaitu metode ceramah. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai ialah, (1) mengetahui bagaimana perencanaan pembelajaran tematik tema selalu berhemat energi, sub tema macam-macam sumber energi melalui penggunaan model inkuiri terbimbing dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa dan hasil belajar siswa. (2) Mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran tematik tema selalu berhemat energi, sub tema macam-macam sumber energi melalui penggunaan model inkuiri terbimbing dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa dan hasil belajar siswa. (3) Mengetahui apakah hasil pembelajaran dari penerapan model inkuiri terbimbing dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa dan hasil belajar siswa. Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian tindakan kelas model Arikunto dengan jumlah dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Leuwilayung dengan jumlah siswa sebanyak 36 orang. Instrument pembelajaran yaitu berupa tes dan hasil observasi (observasi guru, lembar observasi siswa dan lembar penilaian aspek sikap percaya diri siswa). Hasil penelitian dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing ditunjukkan dengan perencanaan setiap siklusnya yang mengalami perbaikan berdasarkan hasil refleksi di siklus sebelumnya. Pelaksanaan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat dilihat dari aktivitas guru dan siswa pada setiap siklusnya yang mengalami peningkatan. Pencapaian hasil belajar aspek sikap percaya diri siswa pada siklus I mencapai 67,88% dan siklus II mencapai 84,57%, adapun hasil belajar aspek kognitif siswa siklus I mencapai rata-rata 2,72 dengan ketuntasan 78,8% dan pada siklus II mencapai rata-rata 3,00 dengan ketuntasan 88,57%, sedangkan hasil belajar pada aspek psikomotor pada siklus I mencapai 63,64% dan pada siklus II mencapai 86.43%. berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajarn inkuiri terbimbing dapat meningkatkan sikap percaya diri dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik di kelas IV pada tema selalu berhemat energi, sub tema macam-macam sumber energi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, terdapat saran yang hendak disampaikan yaitu guru atau peneliti lain yang akan melakukan pembelajaran tematik untuk mempertimbangkan penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing yang sudah terbukti dapat meningkatkan sikap percaya diri siswa dan hasil belajar siswa. Kata kunci : Model pembelajaran inkuiri terbimbing, sikap percaya diri, hasil belajar siswa, pembelajaran tematik tema selalu berhemat energi, sub tema macam-macam sumber energi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan pokok yang sangat diperlukan oleh seluruh lapisan masyarakat. Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, bangsa Indonesia dituntut untuk mampu beradaptasi dengan meningkatkan kualitas dan sumber daya manusianya. Hal ini sangat penting untuk kemajuan bangsa dan negara Indonesia. Dalam menghadapi kemajuan Ilmu Pengetahuan yang semakin pesat maka pemerintah memberikan perhatian terhadap pendidikan dengan berbagai perbaikan dibidang pendidikan. Namun, keberhasilan pendidikan belum mencapai hasil yang dinginkan. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pemerintah merumuskannnya dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menjelaskan bahwa pendidikan dilakukan agar mendapatkan tujuan yang diharapkan bersama yaitu : “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kapada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Undang-undang dasar 1945 pasal 31 ayat (1) yang menyebutkan bahwa “setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”. Sedangkan ayat (3) menyatakan bahwa “pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.” Oleh karena itu, seluruh komponen bangsa, baik orang tua, masyarakat maupun pemerintah bertanggung jawab mencerdaskan bangsa melalui pendidikan. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk itu, pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-undang No. 20 Tahun 2003). Sekolah dasar yaitu jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Lulusan sekolah dasar dapat melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (atau sederajat). Tujuan pendidikan sekolah dasar dikemukakan oleh Eka Ihsanudin (2010:2) yaitu: (1) memberikan bekal kemampuan membaca, menulis, dan berhitung, (2) memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat perkembangannya, (3) mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan di SLTP. Peserta didik yaitu salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam pendidikan. Di dalam proses belajar-mengajar, peserta didik sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan yang kemudian ingin mencapainya secara optimal. Peserta didik akan menjadi faktor penentu sehingga menuntut dan dapat mempengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya. Dengan demikian untuk mencapai tujuan belajar peserta didik secara optimal, seorang guru dituntut untuk mampu mengembangkan sebuah proses pembelajaran. Untuk dapat mengembangkan sebuah proses pembelajaran dengan baik maka perlu dibekali dengan pemahaman tentang karakteristik pembelajaran tematik terlebih dahulu. Pembelajaran Tematik yaitu pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983:1). Model pembelajaran yaitu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Arends dalam Trianto, 2010: 51). Inkuiri terbimbing yaitu suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik, dilakukan atas petunjuk guru, untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku. Percaya diri adalah kondisi mental psikologis seseorang yang member keyakinan kuat untuk berbuat atau bertindak. Percaya diri adalah modal dasar untuk pengembangan dalam aktualisasi diri (ekplorasi segala kemampuan dalam diri) dengan percaya diri seseorang akan mampu mengenal dan memahami diri sendiri. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pada proses pembelajaran guru mempunyai peranan penting dalam menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Dalam meningkatkan pemahaman belajar siswa khususnya pemahaman materi pada pembelajaran tematik sangat dibutuhkan kemampuan dari guru untuk mengembangkan kreasi mengajar sehingga mampu menarik minat siswa untuk belajar. Berdasarkan hasil observasi, peneliti menemukan beberapa permasalahan dalam pembelajaran di kelas IV, yaitu kurangnya rasa percaya diri siswa dalam pembelajaran, hal tersebut terlihat hanya 18 siswa dari 36 yang melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu, hanya 10 siswa dari 36 yang berani ke depan untuk persentasi, hanya 20 siswa dari 36 siswa yang bertanya apabila ada yang tidak dimengerti, hanya 18 siswa dari 36 yang menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, dan juga disini hanya 12 siswa 36 siswa kurang menjalin komunikasi dengan teman yang lainnya dan hal ini terjadi karena kurangnya pemberian motivasi kepada siswa dan juga guru kurang memperhatikan keadaan siswa satu per satu pada saat proses pembelajaran berlangsung. Selain kurangnya percaya diri, kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan, hal tersebut terjadi karena siswa merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran karena guru hanya menggunakan metode yang bersifat teacher centered yaitu metode ceramah, kurangnya penggunaan media pembelajaran, serta sarana dan prasarana sekolah kurang mendukung untuk proses pembelajaran yaitu lapangannya kurang luas, ruangan kelasnya terlalu sempit untuk jumlah anak yang cukup banyak. Dengan kurangnya percaya diri siswa dalam proses pembelajaran dan juga kurangnya pemahaman siswa maka mengakibatkan minimnya hasil pembelajaran siswa. Demikian halnya yang terjadi di SDN Leuwilayung, kabupaten Bandung berdasarkan observasi yang telah dilakukan maka ditemukan hasil belajar tergolong rendah yaitu hanya 18 siswa dari 36 siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 2,66. Maka dari itu hal yang seharusnya dilakukan oleh guru untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa dan juga meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi yang disampaikan yaitu dengan penggunaan model serta media pembelajaran yang semenarik mungkin, guru harus selalu memantau kegiatan siswa pada saat pembelajaran, penggunaan model pembelajaran yang dapat membangkitkan semangat untuk mempelajari dan memahami materi, misalnya dengan penggunaan model inkuiri terbimbing. Penggunaan model mengajar yang tepat merupakan suatu alternatif dalam usaha menumbuhkan rasa senang bagi siswa dalam mengikuti pelajaran sehingga siswa dapat mempelajari pembelajaran tematik dengan rasa senang. Model pembelajaran inkuiri terbimbing yang diterapkan oleh guru diharapkan agar dapat berlangsung secara aktif dan efisien. Maka dari itu penulis tertarik melakukan penelitian ini dengan menggunakan model pembelajaran, yaitu model pembelajaran inkuiri terbimbing. Berdasarkan uraian di atas, sebagai upaya meningkatkan rasa percaya diri siswa dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik di kelas IV, langkah yang dapat ditempuh antara lain dengan memperbaiki kegiatan belajar mengajar yang lebih interaktif misalnya dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri terbimbing. Dalam melakukan penelitian, maka penulis mengangkat judul “Penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa dan hasil belajar siswa kelas IV pada pembelajaran tematik.” B. Identifikasi Masalah Adapun permasalahan yang terjadi di kelas IV dalam pembelajaran tematik pada tema selalu berhemat energi, sub tema macam-macam sumber energi: 1. Kurangnya pemberian motivasi sehingga mengakibatkan kurangnya rasa percaya diri siswa pada saat melakukan suatu kegiatan dalam pembelajaran. 2. Adanya perasaan takut salah ketika menjawab pertanyaan yang diberikan guru 3. Adanya perasaan malu untuk aktif berbicara dalam berinteraksi dengan teman maupun guru. 4. Kurangnya penggunaan media pembelajaran yang tepat sehingga pada saat proses pembelajaran kurang menarik perhatian siswa. 5. Kurangnya penggunaaan model pembelajaran, dalam pembelajaran guru hanya menggunakan model ceramah saja, sehingga siswa terkesan bosan dalam mengikuti pembelajaran sehingga pikiran siswa tidak berpusat kepada pembelajaran. 6. Sarana dan prasarana sekolah kurang mendukung. Untuk mengantisifasi hal tersebut diperlukan adanya penerapan model pembelajaran yang dianggap dapat lebih memicu pemahaman siswa terhadap materi sehingga hasil belajar siswa akan lebih optimal. Dengan demikian, dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing diharapkan akan meningkatkan rasa percaya diri dan hasil belajar siswa. C. Batasan Dan Rumusan Masalah a. Batasan Masalah Batasan masalah dalam suatu penelitian sangat diperlukan untuk membatasi masalah yang dikaji supaya tidak terlalu luas. Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah : 1. Keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing ditunjukkan dengan adanya perubahan positif terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dalam setiap siklusnya yang dinyatakan dengan peningkatan persentase rata-rata pada implementasi pembelajaran tiap siklus dan diukur dengan menggunakan lembar observasi. 2. Peningkatan hasil belajar tematik pada tema selalu berhemat energi, sub tema macam-macam sumber energi, ditunjukkan dengan adanya perubahan yang positif terhadap hasil belajar yang dinyatakan dengan persentase rata-rata hitung nilai siswa. b. Rumusan Masalah Secara umum, berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut : “Apakah melalui penerapan model inkuiri terbimbing dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik dengan tema selalu berhemat energi, sub tema macam-macam sumber energi, pada siswa kelas IV?. Secara khusus penulis merinci rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah rencana pelaksanaan pembelajaran tematik dengan menggunakan model inkuiri terbimbing untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa sehingga hasil belajar siswa pada materi tema selalu berhemat energi, sub tema macam-macam sumber energi, pada siswa kelas IV SDN Leuwilayung dapat meningkat ? 2. Bagaimanakah aktivitas belajar mengajar dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa sehingga hasil belajar siswa pada materi tema selalu berhemat energi, sub tema macam-macam sumber energi pada siswa kelas IV SDN Leuwilayung dapat meningkat ? 3. Apakah hasil pembelajaran tematik dengan tema selalu berhemat energi, sub tema macam-macam sumber energi melalui penggunaan model inkuiri terbimbing dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa sehingga hasil belajar pada materi tema selalu berhemat energi, sub tema macam-macam sumber energi pada siswa kelas IV SDN Leuwilayung dapat meningkat ? D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dibagi 2 yaitu : 1. Tujuan umum Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa dan hasil belajar siswa. 2. Tujuan khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini, yaitu : 1. Untuk menelaah bagaimana perencanaan pembelajaran tematik tema selalu berhemat energi, sub tema macam-macam sumber energi melalui penggunaan model inkuiri terbimbing dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa sehingga hasil belajar siswa kelas IV SDN Leuwilayung meningkat. 2. Untuk menelaah bagaimana pelaksanaan pembelajaran tematik tema selalu berhemat energi, sub tema macam-macam sumber energi melalui penggunaan model inkuiri terbimbing dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa sehingga hasil belajar siswa kelas IV SDN Leuwilayung meningkat. 3. Untuk menelaah bagaimana hasil pembelajaran dari penerapan model inkuiri terbimbing dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa sehingga hasil belajar siswa kelas IV SDN Leuwilayung meningkat. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat secara teoritis Secara teoritis penelitian ini berguna untuk menambah wawasan keilmuan bagi guru-guru sekolah dasar tentang model-model pembelajaran yang bisa di gunakan dalam pembelajaran di sekolah yaitu dengan menggunakan model inkuiri terbimbing dalam meningkatkan rasa percaya diri siswa sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. 2. Manfaat secara praktis Adapun kegunaan secara praktis dari penelitian ini, adalah : a. Siswa Untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa sehingga hasil belajar siswa terhadap pembelajaran tematik dengan tema selalu berhemat energi, sub tema macam-macam sumber energi dapat meningkat. b. Guru Untuk meningkatkan mutu pendidikan dikelas sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dan untuk meningkatkan sikap profesional pada guru. c. Sekolah Dari rasa percaya diri siswa pada saat pembelajaran akan meningkatkan hasil pembelajaran yang baik. Dimana hasil pembelajaran akan meningkatkan suatu citra positif dari masyarakat sehingga masyarakat akan percaya pada sekolah tersebut untuk dapat mendidik anak-anaknya dan juga penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai pedoman pembinaan terhadap kegiatan yang dilaksanakan di sekolah sebagai tempatnya memimpin kegiatan pendidikan yang baik. d. Mahasiswa sebagai peneliti Sebagai suatu pelajaran dari pengalaman penelitian ini untuk melatih dan melaksanakan suatu penelitian dimasa yang akan datang. e. Lembaga / PGSD Untuk mencetak lulusan mahasiswa-mahasiswa yang berkompeten karena mahasiswa tersebut dilatih untuk memecahkan suatu permasalahan-permasalahan yang ada dilapangan/sekolah dan juga adanya citra yang positif bagi lembaga, jika lulusan dari lembaga ini berkompeten. F. Definisi Operasional 1. Pembelajaran tematik Pembelajaran Tematik yaitu pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. 2. Belajar Belajar merupakan usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru yang dapat merubah tingkah laku, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Belajar juga dapat terjadi karena interaksi yang dialami oleh individu, melalui kegiatan membaca, mengamati, mendengar, meniru dan lain sebagainya. 3. Model Pembelajaran Model pembelajaran yaitu suatu pola yang digunakan dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran tercapai dengan baik. 4. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Inkuiri terbimbing yaitu suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik, dilakukan atas petunjuk guru, untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku. 5. Rasa Percaya Diri Percaya diri adalah kondisi mental psikologis sesorang yang member keyakinan kuat untuk berbuat atau bertindak. Percaya diri adalah modal dasar untuk pengembangan dalam aktualisasi diri (ekplorasi segala kemampuan dalam diri) dengan percaya diri seseorang akan mampu mengenal dan memahami diri sendiri. 6. Hasil belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran pada proses pembelajaran guru mempunyai peranan penting dalam menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Dalam meningkatkan pemahaman belajar siswa khususnya pemahaman materi pada pembelajaran tematik sangat dibutuhkan kemampuan dari guru untuk mengembangkan kreasi mengajar sehingga mampu menarik minat siswa untuk belajar. Maka dari itu, model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah salah satu model pembelajaran yang akan dibahas di skripsi ini. BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Model Pembelajaran 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru yang dapat merubah tingkah laku, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Belajar juga dapat terjadi karena interaksi yang dialami oleh individu, melalui kegiatan membaca, mengamati, mendengar, meniru dan lain sebagainya. Pada dasarnya belajar adalah tahapan perubahan perilaku siswa yang relatif positif dan menetap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Aktivitas kognitif manusia meliputi persepsi atau pengamatan, tanggapan atau bayangan, asosiasi dan reproduksi, fantasi, memori atau ingatan, berfikir dan kecerdasan. Proses aktivits tersebut terjadi sebagai akibat dari stimulus yang diterima oleh manusia dan manusia melakukan respon terhadap stimulus tersebut sehingga mempunyai arti. Dimyati dan Mudjiono (2010:7) mengatakan bahwa belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri Bila terjadi proses belajar, maka bersama itu pula terjadi proses mengajar, Sardiman (2012:19). Sedangkan belajar menurut Moh. Surya (1981:32) adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Adapun prinsip-prinsip belajar menurut teori Gestalt (2012:18) sebagai berikut: a. Belajar berdasarkan keseluruhan Orang berusaha menghubungkan pelajaran yang satu dengan pelajaran yang lainnya. b. Belajar adalah suatu proses perkembangan Materi dari belajar baru dapat diterima dan dipahami dengan baik apabila individu tersebut sudah cukup matang untuk menerimanya. Kematangan dari individu dipengaruhi oleh pengalaman dan lingkungan individu tersebut. c. Siswa sebagai organisme keseluruhan Dalam proses belajar, tidak hanya melibatkan intelektual tetapi juga emosional dan fisik individu. d. Terjadinya transfer Tujuan dari belajar adalah agar individu memiliki respon yang tepat dalam situasi tertentu. Apbila satu kemampuan dapat dikuasai dengan baik maka dapat dipindahkan pada kemampuan lainnya. e. Belajar adalah reorganisasi pengalaman Proses belajar terjadi ketika individu mengalami suatu situasi baru. Dalam menghadapinya, manusia menggunakan pengalaman yang sebelumnya telah dimiliki. f. Belajar dengan insight Insight adalah pemahaman terhadap hubungan antar bagian didalam suatu situasi permasalahan. Dalam proses belajar, insight berperan untuk memahami hubungan diantar unsur-unsur yang terkandung dalam suatu masalah. g. Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan dan tujuan siswa. Hal ini tergantung kepada apa yang dibutuhkan individu dalam kehidupan sehari-hari, sehingga hasil dari belajar dapat dirasakan manfaatnya. h. Belajar berlangsung terus-menerus Belajar tidak hanya terjadi di sekolah, tetapi juga di luar sekolah. Belajar dapat diperoleh dari pengalaman-pengalaman tang terjadi dalam kehidupan individu setiap waktu. Adapun perwujudan perilaku belajar menurut Gestalt (2012:20) biasanya lebih sering tampak dalam perubahan-perubahan: 1. Kebiasaan. 2. Keterampilan. 3. Pengamatan. 4. Berpikir asosiatif dan daya ingat. 5. Berpikir rasional. 6. Sikap. 7. Apersepsi. 8. Tingkah laku. 2. Model Pembelajaran Suprijono (2009:45) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Menurut Soekamto (dalam trianto, 2007:05) menyatakan model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merancang aktivitas belajar. Dari pernyataan para ahli dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu perencanaan pembelajaran secara konseptual yang dirancang sistematis demi tercapainya tujuan pembelajaran dan berfungsi sebagai pedoman bagi pelaksana pembelajaran. Model pembelajaran yaitu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas Arends dalam Trianto (2010: 51). 3. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing a. Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Ahmadi dalam Ismawati (2007:35) inkuiri terbimbing berasal dari inkuiri yang berarti menanyakan, meminta keterangan, penyelidikan. Siswa diprogramkan agar selalu aktif secara mental maupun fisik. Materi yang disajikan guru bukan begitu saja diberikan dan diterima oleh siswa diusahakan sedemikian rupa sehingga mereka memperoleh berbagai pengalaman dalam rangka menemukan sendiri konsep-konsep yang direncanakan oleh guru. Inkuiri terbimbing adalah sebagai proses pembelajaran dimana guru menyediakan unsur-unsur asa dalam satu pembelajaran dan kemudian meminta siswa membuat generalisasi, menurut Sanjaya (2008:200) pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan problem atau masalah. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berpikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan berpikir tinggi tidak memonopoli kegiatan oleh sebab itu guru harus memiliki kemampuan mengelola kelas yang bagus. Agus Suprijono (2011:46) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan pendekatan instruksional, memberikan kerangka kerja perencanaan dan implementasi berpikir dengan mengembangkan keahlian siswa dan mengakses sumber informasi secara efektif membangun pengetahuan. Model ini terencana secara seksama, benar-benar terkontrol yang bersifat intruksional dari guru memandu siswa melalui materi yang mendalam (Kuhithau dan Carol, 2006:34). Model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa di mana dalam proses pembelajarannya siswa dituntut aktif dalam melakukan pembelajaran, namun pada prosesnya guru tidak melepas begitu saja aktivitas siswa dalam pembelajaran melainkan memberikan bimbingan, pada proses pembelajarannya, model pembelajaran inkuiri terbimbing terdiri atas lima tahapan yang diterapkan, yaitu tahap penyajian masalah, tahap pengumpulan dan verifikasi data, tahap eksperimen, tahap mengorganisasi data dan tahap menganalisis hasil. Keterlaksanaan proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing dilakukan melalui lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Dalam inkuiri terbimbing guru memegang peranan dalam memilih topik atau bahasan, pertanyaan dan menyediakan materi, akan tetapi siswa diharuskan untuk mendesain atau merancang penyelidikan, menganalisa hasil dan sampai pada kesimpulan. Pembelajran inkuiri terbimbing diterapkan agar para siswa bebas mengembangkan konsep yang mereka pelajari. Mereka diberi kesempatan untuk memecahkan masalah yang mereka pelajari. Mereka diberi kesempatan untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi secara berkelompok, di dalam kelas mereka diajarkan berinteraksi sosial dengan kawan sebayanya untuk saling bertukar informasi antar kelompok. Inkuiri terbimbing yaitu suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik, dilakukan atas petunjuk guru, untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku. Sikap ilmiah sangat dibutuhkan oleh siswa ketika mengkuti proses pembelajaran dengan menggunakan inkuiri terbimbing. Seperti dikutip dari Lestari dalam Cahyono (2010:17) sikap ilmiah adalah sikap yang dimiliki seseorang yang sesuai dengan prinsip-prinsip ilmiah seperti : 1. Jujur terhadap data. 2. Rasa ingin tahu yang tinggi. 3. Terbuka atau menerima pendapat orang lain serta mau mengubah pandangannya jika terbukti bahwa pandangannya tidak benar. 4. Ulet dan tidak cepat putus asa. 5. Kritis terhadap pertanyaan ilmiah, yaitu tidak mudah percaya tanpa adanya dukungan hasil observasi empiris. 6. Dapat bekerja sama dengan orang lain. Sikap ilmiah merupakan faktor psikologis yang mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan siswa. b. Karakteristik Inkuiri Terbimbing 1. Siswa belajar dengan aktif dan memikirkan sesuatu berdasarkan pengalaman. 2. Siswa belajar dengan aktif membangun apa yang telah diketahuinya. 3. Siswa mengembangkan daya pikir yang lebih tinggi melalui petunjuk atau bimbingan pada proses belajar. 4. Perkembangan sisw terjadi pada serangkaian tahap. 5. Siswa memiliki cara belajar yang berbeda satu sama lain. 6. Siswa belajar melalui interaksi sosial dengan yang lainnya. Inkuiri terbimbing biasanya digunakan terutama bagi siswa-siswa yang belum berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Pada tahap-tahap awal pengajaran diberikan bimbingan lebih banyak yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan pengarah agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang disodorkan oleh guru. Pertanyaan-pertanyaan pengarah selain dikemukakan langsung oleh guru juga diberikan melalui pertanyaan yang dibuat dalam LKS. Oleh sebab itu LKS dibuat untuk membimbing siswa dalam melakukan percobaan dan menarik kesimpulan. Seperti hanya siswa SD kelas IV lebih cocok apabila diberikan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing karena mereka masih dalam tahap baru mengenal pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing. Dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing, penyajian diawali dengan penjelasan suatu peristiwa yang penuh teka-teki. Siswa secara individu akan termotivasi menyelesaikan teka-teki yang dihadapkan pada mereka dan membimbing mereka kepada suatu pencarian dan penyelidikan secara disiplin. c. Prinsip-prinsip Model Inkuiri Terbimbing Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru agar penggunaan model ini benar-benar mencapai suatu keberhasilan dalam pembelajaran. Hamruni (2012:92) mengemukakan beberapa prinsip-prinsip utama dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing, di antaranya : 1. Berorientasi pada pengembangan intelektual Tujuan utama dari pembelajaran inkuiri adalah pengembangan kemampuan berfikir. Dengan demikian, selain berorientasi kepada hasil belajar, pembelajaran juga berorientasi pada proses belajar. Mengukur siswa tidak hanya dari sejauh mana menguasai dan memahami suatu materi, melainkan bagaimana siswa itu mencari dan menemukan suatu makna melalui suatu proses berfikir. 2. Prinsip bertanya Peran guru dalam model pembelajaran ini adalah sebagai penanya. Kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan. Kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berfikir. Pada proses pembelajaran ini juga perlu dikembangkan sikap kritis siswa dengan selalu bertanya dan mempertanyakan berbagai fenomena yang sedang dipelajarinya. 3. Prinsip interaksi Belajar merupakan sustu proses interaksi, interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahan interaksi antara siswa dengan lingkungan. Sebagai sebuah proses interaksi, guru mempunyai peran penting untuk mengatur proses interaksi tersebut agar siswa mampu terngsang untuk meningkatkan kualitas berfikirnya. 4. Belajar untuk berfikir Belajar tidak hanya mengingat dan menghafal. Terdapat proses mental yang membuat siswa berfikir dan menggunakan segala kemampuannya, baik dalam aspek otak kiri atau otak kanan, kecerdasan, emosi, spiritual dan intelektual. Belajar harus melibatkan semua potensi diri siswa. 5. Prinsip keterbukaan Belajar merupakan proses eksperimen yang selalu membuka berbagai kemungkinan. Pembelajaran yang baik akan selalu membuka ruang bagi siswa untuk mencoba sesuai dengan tingkat perkembangan pemikirannya. Kreatifitas yang dimiliki anak akan berkembang dalam suasana keterbukaan. Prinsip keterbukaan itu tetap ada tetapi guru harus mengawasi dan mengontrol. Prinsip-prinsip penggunaan model inkuiri tersebut harus dipahami dan dilaksanakan oleh seorang guru, agar dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri dapat berjalan dengan baik agar mendaptkan hasil yang memuaskan yaitu menciptakan suatu pembealajaran yang menyenangkan dan berorientasi kepada siswa yang mampu berpikir kritis dan ilmiah. d. Tahapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Joyce dalam Rismawanti (2011:16) mengungkapkan langkah-langkah pembelajaran inkuiri terbimbing sebagai berikut : Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Inkuir Terbimbing. Tahapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Deskripsi Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Tahap I Penyajian Masalah.  Menunjukkan masalah / fenomena melalui demonstrasi atau media gambar.  Tanya jawab untuk memperjelas masalah.  Perwakilan siswa melakukan demonstrasi, siswa yang lainnya menyimak dan memperhatikan kegiatan kegiatan demonstrasi.  Menjawab pertanyaan untuk memperjelas masalah. Tahap II Pengumpulan dan Verifikasi data. Membimbing siswa mengumpulkan informasi tentang peristiwa yang mereka lihat atau alami untuk membuat hipotesa. Mengumpulkan informasi atau data-data tentang peristiwa yang mereka lihat atau alami kemudian membuat hipotesa. Tahap III Mengumpulkan data eksperimen.  Memberikan arahan sebelum melakukan percobaan.  Memberikan bimbingan saat mengumpulkan data agar hipotesa terjawab.  Menentukan variabel bebas dan terikat.  Melakukan percobaan atau eksperimen.  Mengumpulkan data percobaan. Tahap IV Menganalisa data.  Membimbing siswa saat mengolah data.  Membimbing siswa agar diskusi kelas berjalan lancar.  Mengklasifikasi konsep / prinsip yang telah diperoleh dari percobaan.  Mengolah data hasil percobaan.  Mendiskusikan data hasil percobaan bersama teman sekelompoknya sampai diperoleh kesimpulan.  Mempersentasikan hasil percobaan kepada teman-teman sekelas. Tahap V Menganalisis hasil.  Membimbing siswa untuk menganalisis konsep, prinsip apa saja yang telah ditemukan  Membimbing siswa mengemukakan kendala dan solusi selama penyelidikan.  Menganalisis konsep, prinsip yang telah ditemukan.  Menganalisis kendala yang dihadapi selama melakukan penyelidikan.  Memberikan solusi untuk mengatasi kendala. Pada inkuiri terbimbing peran guru adalah sebagai penentu pokok permasalahan pada materi yang dipelajari. Selain menentukan topik, guru juga menentukan prosedur pembelajaran inkuiri kepada siswa, sedangkan siswa berperan dalam mengumpulkan data dari masalah yang telah ditentukan oleh guru, membuat hipotesis, melakukan penyelidikan, menganalisa hasil, membuat kesimpulan dan mengkomunikasikan hasil penyelidikan. Para siswa akan berperan aktif melatih keberanian, berkomunikasi dan berusaha mendapatkan pengetahuannya sendiri untuk memecahkan masalah yang dihadapi. e. Keunggulan dan Kelemahan Inkuiri Terbimbing Setiap metode pembelajaran yang digunakan pasti memiliki sisi positif dan negatifnya, begitu pula dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan sebagai model pembelajaran. Model pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan yang harus diketahui oleh seorang guru sebelum mempraktikannya dalam pembelajaran. Keunggulan dan kelemahan model pembelajaran inkuiri terbimbing menurut Sanjaya (2012:45) adalah : 1. Keunggulan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing : a. Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang menekankan kepada aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara siembang, sehingga pembelajaran melalui model ini dianggap lebih bermakna. b. Model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. c. Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. d. Keuntungan lain dari model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar. 2. Kelemahan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Selain memiliki keunggulan, model pembelajaran inkuiri terbimbing juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya : a. Jika model pembelajaran inkuiri terbimbing digunakan sebagai model pembelajaran maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa. b. Model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar. c. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikan dengan waktu yang telah ditentukan. d. Selama kriteria keberhasilan ditetentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka model pembelajaran inkuiri terbimbing akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru. Sedangkan keunggulan model inkuiri terbimbing menurut Sahrul (2009:54) : 1. Membantu peserta didik untuk mengembangkan kesiapan serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif. 2. Peserta didik memperoleh pengetahuan pengetahuan secara individual sehingga dapat dimengerti dan mengendap dalam pikirannya. 3. Dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar peserta didik untuk belajar lebih giat lagi. 4. Memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan dan minat masing-masing. 5. Memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses menemukan sendiri karena pembelajaran berpusat pada peserta dengan peran guru yang sangat jelas. Sedangkam kelemahan model inkuiri terbimbing menurut Prambudi (2010:43) : 1. Model inkuiri terbimbing sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar. 2. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan. 3. Selama criteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi peajaran, maka strategi ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru. B. Rasa Percaya Diri 1. Konsep Percaya diri Percaya diri adalah kondisi mental psikologis sesorang yang memberi keyakinan kuat untuk berbuat atau bertindak. Percaya diri adalah modal dasar untuk pengembangan dalam aktualisasi diri (ekplorasi segala kemampuan dalam diri) dengan percaya diri seseorang akan mampu mengenal dan memahami diri sendiri. Maslow dalam Iswidharmanjaya dan Agung (2004:13) Seseorang yang memiliki rasa percaya diri akan berusaha sekeras mungkin untuk mengeksplorasi semua bakat yang dimilikinya. Seseorang yang memiliki rasa percaya diri akan menyadari kemampuan yang ada pada dirinya. Mengetahui dan menyadari bahwa dirinya memiliki bakat, keterampilan atau keahlian sehingga orang tersebut akan bertindak sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya. Percaya diri merupakan suatu keyakinan dalam jiwa manusia bahwa tantangan hidup apapun harus dihadapi dengan berbuat sesuatu. Percaya diri itu lahir dari kesadaran bahwa jika memutuskan untuk melakukan sesuatu, sesuatu itu pula yang harus dilakukan. Angelis (2007:10) Menurut Indari (2008:13) percaya diri adalah sikap positif individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya. Diaman individu merasa memiliki lompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa ia bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi, serta harapan yang realistikterhadap diri sendiri. Ciri-ciri orang yang memiliki rasa percaya diri menurut Lauster (2004:24) : 1. Tidak mementingkan diri sendiri. 2. Cukup toleran. 3. Tidak membutuhkan dukungan dari orang lain secara berlebihan. 4. Bersikap optimis dan gembira. 5. Tidak perlu merisaukan diri untuk memberikankesan yang menyenangkan di mata orang lain. 6. Tidak ragu pada diri sendri. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rasa Percaya Diri Faktor-faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri pada seseorang menurut Hakim (2012:121) muncul pada dirinya sebagai berikut : a. Lingkungan Keluarga Keadaan keluarga merupakan lingkungan hidup yang pertama dan utama dalam kehidupan setiap manusia, lingkungan sangat mempengaruhi pembentukkan awal rasa percaya diri pada seseorang. Rasa percaya diri merupakan suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang ada pada dirinya dan diwujudkan dalam tingkah laku sehari hari. Rasa percaya diri baru bisa tumbuh dan berkembang baik sejak kecil, jika seseorang berada didalam lingkungan keluarga yang baik, namun sebaliknya jika lingkungan tidak memadai menjadikan individu tersebut akan kehilangan proses pembelajaranuntuk percaya pada dirinya sendiri. Pendidikan keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama yang sangat menenyukan baik buruknya kepribadian seseorang. Selain itu pola pendidikan keluarga yang bisa diterapkan dalam membangun rasa percaya diri anak adalah : 1. menerapkan pola pendidikan yang demokratis. 2. Melatih anak untuk berani berbicara tentang banyak hal. 3. Menumbuhkan sikap mandiri pada anak. 4. Memperluas lingkungan pergaulan anak. 5. Jangan terlalu sering memberikan kemudahan pada anak. 6. Tumbuhkan sikap bertanggung jawab pada anak. 7. Setiap permintaan anak jangan terlalu dituruti. 8. Berikan anak perhargaan jika berbuat baik. 9. Berikan hukuman jika berbuat salah. 10. Kembngkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki anak. 11. Anjurkan anak agar mengikuti kegiatan kelompok di lingkungan rumah. 12. Kembangkan hobi yang positif. 13. Berikan pendidikan agama sejak dini. b. Pendidikan Formal Sekolah bisa dikatakan sebagai lingkungan kedua bagi anak, dimana sekolah merupkan lingkungan yang paling berperan bagi anak setelah lingkungan keluarga di rumah. Sekolah memberikan ruang pada anak untuk mengekspresikan rasa percaya dirinya terhadap teman-teman sebayanya. Rasa percaya diri siswa di sekolah bisa dibangun melalui berbagai macam bentuk kegiatan sebagai berikut : 1. Memupuk keberanian untuk bertanya. 2. Peran guru / pendidik yang aktif bertanya pada siswa. 3. Melatih berdiskusi dan berdebat. 4. Mengerjakan soal di depan kelas. 5. Bersaing dalam mencapai prestasi belajar. 6. Aktif dalam kegiatan pertandingan olah raga. 7. Belajar berpidato. 8. Mengikuti kegiatan ekstrakulikuler. 9. Penerapan disiplin yang konsisten. 10. Memperluas pergaulan yang sehat dan lain-lain. c. Pendidikan Non Formal Salah satu modal utama untuk bisa menjadi seseorang dengan kepribadian yang penuh rasa percaya diri adalh memiliki kelebihan tertentu yang berarti bagi diri sendiri dan orang lain. Rasa percaya diri akan menjadi lebih mantap jika seseorang memiliki suatu kelebihan yang membuat orang lain merasa kagum. Kemampuan atau keterampilan dalam bidang tertentu tertentu bisa didapatkan melalui pendidikan non formal misalnya : mengikuti kursus bahasa asing, jurnalistik, bermain alat musik, seni vokal, keterampilan memasuki dunia kerja, pendidikan keagamaan dan lain sebagainya. Sebagai penunjang timbulnya rasa percaya diri pada diri individu yang bersangkutan. 3. Aspek-aspek Percaya Diri Lauster dalam Ghufron (2010:35) menjelaskan orang yang memiliki kepercayaan diri yang positif adalah : 1. Keyakinan akan kemampuan diri yaitu sikap positif seseorang tentang dirinya bahwa mengerti sungguh-sungguh akan apa yang dilakukannya. 2. Optimis yaitu sikap positif seseorang yang selalu berpandangan baik dalam menghadapi segala hal tentang diri, harapan dan kemampuan. 3. Obyektif, yaitu orang yang percaya diri memandang permasalahan atau segala sesuatu sesuai dengan kebenaran semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi atau menurut dirinya sendiri. 4. Bertanggung jawab yaitu kesediaan seseorang untuk menanggung segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya. 5. Rasional dan realistis yaitu analisa terhadap suatu masalah, suatu hal, suatu kejadian dengan menggunakan pemikiran yang dieterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan. C. Pembelajaran Tematik Pembelajaran Tematik yaitu pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Pembelajaran tematik juga merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai komponen berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan. Tema merajut makna berbagai konsep dasar sehingga peserta didik tidak belajar konsep dasar secara parsial. Dengan demikian pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada peserta didik seperti yang tercermin pada berbagai tema yang tersedia. 1. Landasan pembelajaran tematik a. Landasan filosofis Dalam pembelajan tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu : 1) Progresivisme, memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural) dan memperhatikan pengalaman siswa. 2) Konstruktivisme melihat pengalaman langsung siswa sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran kontruktivisme, pengetahuan adalah hasil kontruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkontruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan objek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Pengeahuan bukan sesuatu yang sudh jadi melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. 3) Humanisme, melihat siswa dari segi keunikan / kekhasannya dengan psikologi dan motivasi yang dimilikinya. b. Landasan psikologis Pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan siswa dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi / materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat kelulusan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan siswa. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi / materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya. Psikologi Gestalt merupakan salah satu aliran psikologi yang mempelajari suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau tolitas, data-data dalam psikologi Gestalt disebut sebagai phenomena (gejala). c. Landasan yuridis Dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya. 2. Prinsip pembelajaran tematik Beberapa prinsip yang berkenaan dengan pembelajaran tematik sebagai berikut : a. Pembelajaran tematik memiliki satu tema yang actual, dekat dengan dunia siswa dan ada dalam kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari beberapa mata pelajaran. b. Pembelajaran tematik perlu memilih materi beberapa mata pelajaran yang mungkin saling terkait. Dengan demikian, materi-materi yang dipilih dapat mengungkapkan tema secara bermakna. c. Pembelajaran tematik tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku tetapi sebaliknya pembelajaran tematik harus mendukung pencapaian tujuan utuh kegiatan pembelajaran yang termuat dalam kurikulum. d. Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema selalu mempertimbangkan karakteristik siswa seperti minat, kemampuan, kebutuhan dan pengetahuan awal. e. Materi pelajaran yang dipadukan tidak terlalu dipaksakan, artinya materi yang tidak mungkin dipadukan tidak usah dipadukan. 3. Karakteristik pembelajaran tematik Pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut : a. Berpusat pada siswa Pembelajaran tematik berpusat pada siswa, hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yatu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar. b. Memberikan pengalaman langsung Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (kongkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. c. Pemisah mata pelajaran tidak begitu jelas Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa. d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. e. Bersifat fleksibel Pembelajarana tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada. f. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan Adapun karakteristik dari pembelajaran tematik ini menurut TIM pengembang PGSD, (Hesty, 2008:12) adalah : 1. Holistik, suatu gejala atau peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran tematik diamati dan dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. 2. Bermakna, pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar skhemata yang dimiliki oleh siswa, yang pada gilirannya nanti, akan memberikan dampak kebermaknaan dari materi yang dipelajari. 3. Otentik, pembelajaran tematik memungkinkan siswa memahami secara langsung konsep dan prinsip yang ingin dipelajari. 4. Aktif, pembelajaran tematik dikembangkan dengan berdasar kepada pendekatan diskoveri inquiri dimana siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, dimulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga proses evaluasi. D. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Sudjana (2009:3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006:3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar. Menurut Sudjana (2009:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Sanjaya (2010:13) hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan. Dengan demikian tugas utama guru dalam kegiatan ini adalah merancang instrument yang dapat mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran Sedangkan penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar yaitu perubahan yang lebih baik dari sebelumnya yang terjadi pada diri seseorang. Selain itu hasil belajar juga merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran pada proses pembelajaran guru mempunyai peranan penting dalam menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Dalam meningkatkan pemahaman belajar siswa khususnya pemahaman materi pada pembelajaran tematik sangat dibutuhkan kemampuan dari guru untuk mengembangkan kreasi mengajar sehingga mampu menarik minat siswa untuk belajar. Sardiman (2012:19) mengatakan bahwa dari proses belajar mengajar akan diperoleh hasil, yang pada umumnya disebut hasil pengajaran, atau dengan istilah tujuan pembelajaran atau hasil belajar. Tetapi agar memperoleh hasil yang optimal, proses belajar mengajar harus dilakukan dengan sadar dan sengaja serta terorganisasi secara baik. Hasil belajar merupakan kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam suatu kompetensi dasar. Hasil belajar dalam silabus berfungsi sebagai petunjuk tentang perubahan perilaku yang akan dicapai oleh siswa sehubungan dengan kegiatan belajar yang dilakukan, sesuai dengan kompetensi dasar dan materi standar yang dikaji. Hasil belajar bisa berbentuk pengetahuan, keterampilan, maupun sikap (Kunandar, 2011:251). Bejamin Bloom dalam Nana Sudjana (2009:22) mengatakan bahwa ada tiga aspek yang meliputi hasil belajar : a. Aspek kognitif, merupakan hasil belajar yang berhubungan dengan pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. b. Aspek afektif, merupakan hasil belajar yang berhubungan dengan sikap atau tingkah laku siswa, seperti perhatian terhadap pelajaran, displin, motivasi belajar dan menghargai guru serta teman sekelas. c. Aspek psikomotorik, merupakan hasil belajar yang berhubungan dengan keterampilan serta kemampuan bertindak. Selanjutnya Slamet (2010:54) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibagi menjadi dua golongan yaitu : 1. Faktor internal (faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar) meliputi : a. Faktor jasmani terdiri dari kesehatan dan cacat tubuh. b. Faktor psikologi terdiri dari inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan. c. Faktor kelelahan (jasmani dan rohani). 2. Faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar individu) yakni : a. Faktor keluarga, berupa cara orang tua mendidik, interaksi antara anggota keluarga, rumah dan keadaan ekonomi keluarga. b. Faktor sekolah, mencakup metode mengajar, kurikulum, reaksi guru dengan siswa, reaksi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran, dan alat pembelajaran. c. Faktor masyarakat, pengaruh terjadi karena keberadaan siswa itu sendiri di masyarakat. E. Hasil Penelitian Terdahulu yang Sesuai dengan Penelitian 1. Hasil Penelitian Dwi Purwanti Dwi Purwanti tahun 2013, dengan judul penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi gaya, penelitian dilakukan di kelas IV SDN 3 Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Dengan hasil penelitian dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa, hal ini terlihat dari perkembangan aktivitas siswa seperti, siswa terlibat langsung dan aktif dalam proses pembelajaran, dalam pengisian LKS siswa mengumpulkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan percobaan serta merumuskan kesimpulan dari kegiatan percobaan yang dilakukan dengan jujur, siswa dapat menemukan konsep melalui eksperimen yang dilakukan, siswa mempersentasikan hasil diskusi dengan dengan disiplin dan siswa memperhatikan dan menanggapi diskusi kelas dengan disiplin. Selain itu peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing menunjukkan peningkatan pada setiap siklusnya, peningkatan tidak hanya terjadi pada aspek kognitif, melainkan pada aspek afektif dan psikomotor. Pada aspek kognitif, pencapaian rata-rata pada siklus I mencapai nilai 63,07, selanjutnya di siklus II mencapai nilai 70,83 dan siklus III mencapai nilai 80,73. Pencapaian rata-rata hasil belajar siswa pada aspek afektif di siklus I mencapai 63,6%, di siklus II mencapai 68,9% dan di siklus III mencapai 75,7%. Begitupun pada aspek psikomotor yang mengalami peningkatan lebih tinggi daropada aspek afektif yaitu pada siklus I mencapai nilai 67,7%, siklus II mencapai nilai 70,4% dan siklus III mencapai 78,1%, peningkatan tersebut dapat dilihat dari hasil evaluasi yang dilakukan pada setiap siklus. Persamaan dengan penelitian ini yaitu penggunaan model inkuiri terbimbing sedangkan perbedaannya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Dwi yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Hasil Penelitian Retno Megawati Dalam skripsinya yang berjudul Penerapan Metode Inkuiri Terbimbing Untuk Peningkatan Keaktivan Belajar IPA pada Siswa Kelas IV SDN Kebekelan Kebumen. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pembelajaran dengan penggunakan metode inkuiri terbimbing di kelas IV SDN Kebekelan Kebumen dapat meningkatkan aktivitas siswa. Aktivitas siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu aktivitas belajar siswa siklus I sebesar 59%, siklus II sebesar 75,4% dan siklus III menjadi 90,1%. 2. Pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing di kelas IV SDN Kebeklan Kebumen dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I yaitu 59%, siklus II 73,6% dan pada siklus III mencapai 88,3%. F. Kerangka Pemikiran Keberhasilan pembelajaran merupakan hal utama yang diharapkan dalam pembelajaran. Keberhasilan yang diperoleh tidak lepas dari peran guru sebagai fasilitator. namun pada kenyataannya tidak semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang maksimal dan tergolong rendah dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM), hal tersebut terjadi karena kurangnya rasa percaya diri siswa dalam proses pembelajaran maupun dalam pengerjaan soal latihan yang diberikan oleh guru. Siswa yang kurang optimal dan mempunyai rasa percaya diri rendah dalam belajar dapat menyebabkan hasil belajarnya rendah. Bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar sehingga hasil belajarnya kurang/rendah perlu diadakannya upaya-upaya tertentu agar upaya tersebut dapat meningkatkan hasil belajarnya. Agar dapat mencapai keberhasilan tersebut guru dapat memilih model pembelajaran yang tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran yaitu dengan penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing, dengan model ini siswa dilatih untuk selalu berfikir kritis karena membiasakan siswa memecahkan masalah sendiri sampai siswa dapat menemukan jawaban dari masalah itu. Setiap guru di sekolah tentu menginginkan agar semua siswa yang diajarnya dapat menguasai materi pelajaran sehingga memiliki prestasi belajar yang baik. Akan tetapi keinginan atau harapan tersebut harus diikuti dengan kreativitas guru, diantaranya menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan materi pelajaran dan karakteristik siswa sehingga siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik, seperti penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing yang menuntut siswa bekerjasama dalam kelompok dan aktif dalam proses pembelajaran. Melalui penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing, siswa diharapkan dapat lebih percaya diri dalam belajar dan aktif dalam pembelajaran tematik sehingga penguasaan siswa terhadap materi pelajaran dapat lebih maksimal. Hal ini tentunya diharapkan dapat berimplikasi terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. Penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing harus memperhatikan kemampuan dan karakteristik siswa sehingga penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan kualitas pembelajaran tematik. Strategi dalam peningkatan kualitas pembelajaran tematik yang ditunjukkan dengan peningkatan rasa percaya diri siswa dalam belajar siswa melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing di sekolah dasar, maka guru harus mampu mengaplikasikan model pembelajaran tersebut secara efektif dan harus mampu memvariasikannya agar siswa dapat termotivasi untuk belajar sehingga rasa percaya diri siswa dalam belajarnya dapat meningkat sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Selain itu, guru harus menjelaskan kepada siswa aktivitas yang akan dilakukan pada proses pembelajaran agar siswa dapat memposisikan diri pada saat proses pembelajaran berlangsung. G. Asumsi dan Hipotesis Penelitian a. Asumsi Asumsi yaitu suatu hal yang diyakini kebenarannya oleh peneliti berdasarkan berbagai sumber yang akan dijadikan dasar untuk membuat hipotesis yang harus dirumuskan secara jelas. Model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah suatu model pembelajaran penemuan dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Alasan menggunakan model inkuiri terbimbing dalam memecahkan permasalahan yang ada di SDN Leuwilayung Kab Bandung terkait kurangnya rasa percaya diri siswa dalam pembelajaran. Dengan model pembelajaran ini, siswa akan lebih percaya diri dalam pembelajaran sehingga mendapatkan hasil pembelajaran yang lebih baik. Dalam model inkuiri terbimbing terdapat kelebihan dan kelemahannya. b. Hipotesis Hipotesis adalah penjelasan sementara tentang satu tingkah laku, gejala-gejala, atau kejadian tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi. Jadi hipotesis merupakan rumusan jawaban sementara yang harus di uji kebenaranya dengan data yang dianalisis dalam kegiatan penelitian. Perumusan hipotesis harus berdasarkan fakta yang ditemukan. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah : “Dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada pembelajaran tematik dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Leuwilayung pada tema selalu berhemat energi, sub tema macam-macam sumber energi.”

Item Type: Thesis (Skripsi(S1))
Subjects: S1-Skripsi
Divisions: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > PGSD 2014
Depositing User: Iyas -
Date Deposited: 28 Jun 2016 09:31
Last Modified: 28 Jun 2016 09:31
URI: http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/5181

Actions (login required)

View Item View Item