PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM SIKAP RASA INGIN TAHU PADA PEMBELAJARAN TEMATIK

INDRI WARYANTY, 105060138 (2016) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM SIKAP RASA INGIN TAHU PADA PEMBELAJARAN TEMATIK. Skripsi(S1) thesis, FKIP UNPAS.

[img] Text
COVER.docx

Download (26kB)
[img] Text
LEMBAR PENGESAHAN.docx

Download (13kB)
[img] Text
MOTTO.docx

Download (12kB)
[img] Text
LEMBAR PERNYATAAN.docx

Download (13kB)
[img] Text
ABSTRAK.docx

Download (16kB)
[img] Text
KATA PENGANTAR.docx

Download (14kB)
[img] Text
UCAPAN TERIMA KASIH.docx

Download (17kB)
[img] Text
DAFTAR ISI.docx

Download (17kB)
[img] Text
BAB I.docx

Download (28kB)
[img] Text
BAB II.docx

Download (431kB)
[img] Text
BAB III METODE PENELITIAN.docx
Restricted to Repository staff only

Download (47kB)
[img] Text
BAB IV.docx
Restricted to Repository staff only

Download (199kB)
[img] Text
BAB V.docx
Restricted to Repository staff only

Download (17kB)
[img] Text
DAFTAR PUSTAKA.docx

Download (15kB)
[img] Text
RIWAYAT HIDUP.docx

Download (31kB)

Abstract

ABSTRAK Indri Waryanty 105060138 Penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Sikap Rasa Ingin Tahu pada Pembelajaran Tematik:, dilatarbelakangi oleh permasalahan yang ada di lapangan yaitu hasil belajar siswa yang belum memenuhi KKM yang telah ditetapkan sehingga menyebabkan sehingga menyebabkan rendahnya kemapuan siswa . hal ini disebabkan oleh guru yang masih menggunakan metode konvensional atu metode ceramah saat pembelajaran. Desain penelitian ini menggunakan model PTK yang terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan nilai rata-rata sikap rasa ingin tahu pada siklus I dengan rata-rata 2,52 kategori sedang siklus II yang merupakan perbaikan dari siklus I rata-rata kemampuan siswa mengalami peningkatan dengan rata-rata 3,5 kategori sangat baik. Hal ini dikarenakan pada tema indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku pembelajaran 5 menerapkan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing sehingga kemampuan siswa dalam sikap rasa ingin tahu meningkat. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa penerapan model Inkuiri Terbimbing dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam sikap rasa ingin tahu pada tema indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku pembelajaran 2 di kelas IV SDN Cicariang. Dengan demikian, penerapan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dapat dijadikan alternatif model pembelajaran untuk diterapkan pada pembelajaran tematik. Kata Kunci : Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing, Sikap Rasa Ingin Tahu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara guru dengan siswa, untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan tertentu. Pendidkan diberikan melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan yang berfungsi mengembangkan seluruh aspek pribadi peserta didik secara utuh. Pendidikan menurut UU No.20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang SISDIKNAS menerangkan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengenalan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Dapat disimpulkan dari pengertian di atas bahwa pendidikan yaitu suatu kegiatan pembelajaran yang terencana. Selain itu, pendidikan memiliki tujuan mengembangkan potensi yang ada dalam diri pesera didik. Sehingga. Memiliki kemampuan, keterampilan serta menjadi manusia yang berakhlak muli dan berguna bagi bangsa dan Negara. Seiring dengan dengan perubahan kurikulum dari tahun ke tahun mulai dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) lalu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan sekarang kurikulum 2013 kita tidak bisa lagi mempertahankan paradigma lama yaitu guru merupakan pusat kegiatan belajar di kelas (teacher center). Dalam kurikulum 2013 yang dilandasi dengan filosofi yang memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Menurut Peraturan Pemerintah No. 67 Tahun 2013 menarik kesimpulan sebagai berikut : Kurikulum 2013 pada dasarnya merupakan strategi pengembangan kurikulum yang bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan masyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia. Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Pembelajaran tematik sebagai pendekatan baru merupakan seperangkat wawasan dan aktifitas berpikir dalam merancang butur-butir pembelajaran yang ditujukan untuk menguntai tema, topik maupun pemahaman dan ketrampilan yang diperoleh siswa sebagai pembelajaran secara utuh dan padu. Atau dengan pengertian lain pembelajaran tematik adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan, merakit atau menghubungkan sejumlah konsep dari berbagai mata pelajaran yang beranjak dari suatu tema tertentu sebagai pusat perhatian untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan siswa secara stimulan. Berdasarkan hasil observasi lapangan yang dilakukan di SD Negeri Cicariang Kabupaten Subang, peneliti memperoleh bahwa banyak peserta didik yang kurang paham pada pembelajaran tematik. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang sebagian besar belum mencapai nilai KKM yakni 70. Rendahnya kemampuan siswa dalam pembelajaran tematik yaitu disebabkan oleh kurangnya pemahaman siswa. Siswa cenderung pasif, kurang berpartisipasi aktif, kurang berani untuk bertanya maupun menjawab pertanyaan sehingga proses belajar mengajar terkesan kurang menunjukkan adanya hubungan timbal balik antara guru dan siswa. Pada dasarnya kegiatan belajar mengajar dalam pendidikan yang khususnya berlangsung di SD Negeri Cicariang adalah kurangnya interaksi aktif antara siswa dan guru. Guru bukan hanya menjadi pusat dari kegiatan belajar mengajar, namun keterlibatan siswa aktif dan penggunaan sumber belajar menjadi hal yang tidak kalah pentingnya. Agar dapat memancing siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan belajar-mengajar, guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran, di antaranya adalah dengan menguasai dan dapat menerapkan berbagai model pembelajaran dan menggunakan berbagai sumber belajar yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan, sehingga dapat tercipta kondisi pembelajaran yang baik di kelas dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik. Hal ini dapat mempengaruhi hasil belajar siswa yang baik pula. Hal yang harus dilakukan salah satunya dengan menggunakan model yang cocok dengan karakteristik siswa yaitu dengan sikap rasa ingin tahu. Dalam pembelajaran dikenal berbagai model pembelajaran salah satunya adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing. Menurut (Asy’ari, 2006: 51) Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran dimana siswa diarahkan untuk mendapatkan suatu kesimpulan dari serangkaian aktivitas yang dilakukan sehingga siswa seolah-olah menemukan sendiri pengetahuan tersebut. Inkuiri terbimbing (guided inquiry) merupakan salah satu metode inkuiri dimana guru menyediakan materi atau bahan dan permasalahan untuk penyelidikan. Siswa merencanakan prosedurnya sendiri untuk memecahkan masalah. Guru memfasilitasi penyelidikan dan mendorong siswa mengungkapkan atau membuat pertanyaan-pertanyaan yang membimbing mereka untuk penyelidikan lebih lanjut. Inkuiri terbimbing (guided inquiry) masih memegang peranan guru dalam memilih topik atau bahasan, pertanyaan dan menyediakan materi, akan tetapi siswa diharuskan untuk mendesain atau merancang penyelidikan, menganalisa hasil, dan sampai pada kesimpulan. Dapat disimpulkan dari pengertian di atas bahwa inkuiri terbimbing yaitu model pembelajaran dimana siswa diarahkann untuk menemukan sendiri dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi dan sebagai salah satu metode pembelajaran berbasis inkuiri yang penyajian masalah, pertanyaan dan materi atau bahan penunjang ditentukan oleh guru. Masalah dan pertanyaan ini yang mendorong siswa melakukan penyelidikan untuk menentukan jawabannya. Kegiatan siswa dalam pembelajaran ini adalah mengumpulkan data dari masalah yang ditentukan guru, membuat hipotesis, melakukan penyelidikan, menganalisis hasil, membuat kesimpulan, dan mengkomunikasikan hasil penyelidikan. Rasa ingin tahu adalah sifat naluriah yang dimiliki manusia sejak lahir. Rasa ingin tahu juga merupakan salah satu mekanisme pertahanan hidup manusia. Dari rasa ini manusia memiliki kencenderungan untuk mengetahui hal yang belum diketahui sebelumnya. Rasa ingin tahu adalah Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat dan didengar. Dari pengertian di atas bahwa sikap rasa ingin tahu merupakan sifat yang dimiliki manusia sejak lahir dan tindakan yang selalu ingin mengetahui lebih luas dari sesuatu yang dipelajari. Pentingnya model dalam pembelajaran tematik tidak lepas dari peran siswa itu sendiri, yaitu siswa harus aktif dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar. Maka diperlukan penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam sikap rasa ingin tahu. Dengan penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing diharapkan dapat meningktkan kemampuan siswa dalam sikap rasa ingin tahu. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “ Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Sikap rasa ingin tahu pada Pembelajaran Tematik”. B. IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan hasil temuan awal di kelas IV SD Negeri Cicariang, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut : a. Tidak terciptanya suasana yang nyaman dan menyenangkan dalam proses pembelajaran tematik. b. Rendahnya kemampuan siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran mengenai tematik c. Guru masih menggunakan metode Konvensional C. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas, secara umum maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “ Apakah penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam sikap rasa ingin tahu pada pembelajaran tematik di Kelas IV SD Negeri Cicariang ?” Secara lebih khusus perumusan masalah penelitian ini dirinci sebagai berikut : a. Bagaimana Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam sikap rasa ingin tahu pada pembelajaran tematik di kelas IV SD Negeri Cicariang ? b. Bagaimana proses pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam sikap rasa ingin tahu pada pembelajaran tematik di kelas IV SD Negeri Cicariang ? c. Apakah dengan menggunakan model inkuiri terbimbing dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam sikap rasa ingin tahu pada pembelajaran tematik di kelas IV SD Negeri Cicariang ? D. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan, tujuan umum dari penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan siswa dalam sikap rasa ingin tahu pada pembelajaran tematik di kelas IV SD Negeri Cicariang. 2. Tujuan khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah : a. Memperoleh gambaran tentang rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam sikap rasa ingin tahu pada pembelajaran tematik di kelas IV SD Negeri Cicariang. b. Memperoleh gambaran tentang proses pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam sikap rasa ingin tahu pada pembelajaran tematik di kelas IV SD Negeri Cicariang. c. Memperoleh gambaran tentang sikap rasa ingin tahu siswa dengan menggunakan model inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam sikap rasa ingin tahu pada pembelajaran tematik di kelas IV SD Negeri Cicariang. E. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini diharapkan dapat meningkatkan mutu dalam pembelajaran tematik melalui penerapan model inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam sikap rasa ingin tahu pada pembelajaran tematik. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat untuk guru, siswa, sekolah maupun peneliti. Secara rinci manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Bagi Siswa Memperoleh pengalaman belajar yang menyenangkan dan bermankna serta mempermudah siswa dalam memahami materi yang diberikan. b. Bagi Guru Memberikan informasi serta gambaran tentang penerapan model inkuiri terbimbing dalam proses pembelajaran dan dapat dijadikan rujukan dan bahan pertimbangan dalam proses pembelajan c. Bagi sekolah Dapat menciptakan paduan model pembelajaran inkuiri terbimbing sebagai bahan pertimbangan demi kemajuan proses pembelajaran dimasa yang akan datang serta dapat meningkatkan kualitas dan mutu sekolah. d. Bagi peneliti Dapat memberikan gambaran dan pemahaman yang lebih jelas tentang penerapan model inkuiri terbimbing dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran tematik. F. DEFINISI OPERASIONAL Menurut (Asy’ari, 2006: 51) Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran dimana siswa diarahkan untuk mendapatkan suatu kesimpulan dari serangkaian aktivitas yang dilakukan sehingga siswa seolah-olah menemukan sendiri pengetahuan tersebut. Menurut La Pierre (dalam Azwar, 2003) memberikan definisi sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan. http://www.duniapsikologi.com/sikap-pengertian-definisi-dan-faktor-yang-mempengaruhi/ di akses 12 Mei “2014 Menurut Asep Herry Hernawan (2007:128) pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran. BAB II KAJIAN TEORI A. Model Inkuiri Terbimbing 1. Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri Istilah “inkuiri” berasal dari bahasa Inggris, yaitu inquiry yang berarti pertanyaan atau penyelidikan (Wina Sanjaya, 2006:155). Pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran yang melibatkan seluruh kemampuan peserta didik secara maksimal untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis, sehingga peserta didik dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Menurut Hamalik (dalam Sitiatava Rizema Putra, 2013:88) menyatakan bahwa model pembelajaran inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa (student-centered strategy); kelompok siswa inkuiri dilibatkan dalam suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara jelas. Menurut piaget (mulyasa, 2008:108) bahwa model pembelajaran inquiry adalah model pembelajaran yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan siswa lain. Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri sehingga dapat berpikir secara kritis untuk mencari dan menemukan jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Pembelajaran inkuiri dapat dilaksanakan mulai dari sekolah dasar, seperti yang diterapkan di Arizona dengan konstruksi sebagai berikut. Inkuiri terstruktur Inkuiri terbimbing Inkuiri bebas Kelas 3 Kelas 4 s.d. kelas 8 Kelas 9 s.d. kelas 12 Gambar 2.1 Penggunaan Inkuiri dalam Pembelajaran di Arizona - Inkuiri terstruktur : Aktivitas laboratorium pada umumnya telah memiliki jawaban yang ditentukan. Guru membimbing peserta didik dalam melakukan penyelidikan. Peserta didik mengikuti arahan guru dalam melaksanakan aktivitas penyelidikan. Guru membimbing peserta didik dalam menganalisis data yang diperoleh . - Inkuiri terbimbing : Permasalahan atau pertanyaan diajukan oleh guru. Guru membimbing peserta didik dalam melakukan penyelidikan. Peserta didik menentukan prosedur investigasi yang akan dilakukan. Guru membimbing peserta didik menganalisis data melalui diskusi. - Inkuiri terbuka atau inkuiri bebas : Peserta didik mengajukan pertanyaan, hipotesis, prosedur, menarik kesimpulan, dan membuat laporan. Guru menentukan tujuan pembelajaran. Guru membimbing peserta didik melakukan analisis hanya jika diperlukan. Menurut Iru dan Arihi (2012:15) jenis – jenis inkuiri dibedakan menjadi tiga macam yaitu free inquiry, modified inquiry, dan guided inquiry. Pertama , Free inquiry. Inkuiri bebas memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada siswa untuk menemukan sendiri, membuktikan sendiri pertanyaan mereka, jadi campur tangan guru dalam inkuiri ini sangat sedikit bahkan tidak ada, guru hanya sebagai pengawas. Dalam inkuiri bebas yang dimodifikasi kebebasan tidak diberikan seluas-luasnya seperti dalam inkiri bebas. Kedua, modified Free inquiry. Inkuiri bebas yang dimodifikasi ini ada campur tangan guru, guru memberikan pengaruh dalam beberapa hal dan tetap mengawasi proses penemuan siswa. Ketiga. guided inquiry. inkuiri terbimbing, kebebasan siswa dibatasi, dalam proses pembelajaran yang menggunakan jenis inkuiri terbimbing ini peran guru semakin besar. Dari ketiga jenis inkuiri ini yang paling memungkinkan dilakukan di Sekolah Dasar adalah inkuiri jenis ketiga yaitu inkuiri terbimbing. 2. Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (guided inquiry) Menurut (Asy’ari, 2006: 51) Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran dimana siswa diarahkan untuk mendapatkan suatu kesimpulan dari serangkaian aktivitas yang dilakukan sehingga siswa seolah-olah menemukan sendiri pengetahuan tersebut. Menurut (Kuhithau dan Carol, 2006) Model inkuiri terbimbing merupakan pendekatan instruksional, memberikan kerangka kerja, perencanaan dan implementasi berpikir dengan mengembangkan keahlian siswa dan mengakses sumber informasi secara efektif membangun pengetahuan. Model ini terencana secara seksama, benar-benar terkontrol yang bersifat instruksional dari guru memandu siswa melalui materi yang mendalam. http://guruidaman.blogspot.com/2012/07/model-pembelajaran-inkuiri-terbimbing.html di akses 12 mei 2014 Sanjaya (2008: 200) menyatakan bahwa Pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan problem atau masalah. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berifikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan berpikir tinggi tidak memonopoli kegiatan oleh sebab itu guru harus memiiki kemampuan mengelola kelas yang bagus. Inkuiri terbimbing (guided inquiry) merupakan salah satu metode inkuiri dimana guru menyediakan materi atau bahan dan permasalahan untuk penyelidikan. Siswa merencanakan prosedurnya sendiri untuk memecahkan masalah. Guru memfasilitasi penyelidikan dan mendorong siswa mengungkapkan atau membuat pertanyaan-pertanyaan yang membimbing mereka untuk penyelidikan lebih lanjut. Inkuiri terbimbing (guided inquiry) masih memegang peranan guru dalam memilih topik atau bahasan, pertanyaan dan menyediakan materi, akan tetapi siswa diharuskan untuk mendesain atau merancang penyelidikan, menganalisa hasil, dan sampai pada kesimpulan. Dari pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah salah satu pembelajaran yang dalam pelaksanaannya guru mnyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Sehingga siswa dapat menemukan sendiri pengetahuannya dengan di bantu oleh peranan guru. Tujuan umum dari model inkuiri terbimbing adalah membantu siswa mengembangkan keterampilan intelektual dan keterampilan-keterampilan lainnya, seperti mengajukan pertanyaan dan menemukan (mencari) jawaban yang berawal dari keingintahuan mereka (Agung, 2009). http://guruidaman.blogspot.com/2012/07/model-pembelajaran-inkuiri-terbimbing.html di akses 12 mei 2014 Inkuiri terbimbing biasanya digunakan terutama bagi siswa-siswa yang belum berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri.. Pada tahap-tahap awal pengajaran diberikan bimbingan lebih banyak yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan pengarah agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang disodorkan oleh guru. Pertanyaan-pertanyaan pengarahselain dikemukakan langsung oleh guru juga diberikan melalui pertanyaan yang dibuatdalam LKS. Oleh sebab itu LKS dibuat khusus untuk membimbing siswa dalam melakukan percobaandan menarik kesimpulan. Seperti halnya siswa SD kelas IV lebih cocok apabila diberikan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing karena mereka masih dalam tarap baru mengenal pembelajaran dengan model inkuiri ini. Dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing, penyajian pelajaran diawali denganpenjelasan suatu peristiwa yang penuh teka-teki. Siswa secara individu akan termotivasimenyelesaikan teka-teki yang dihadapkan pada mereka dan membimbing mereka kepadasuatu pencarian dan penyelidikan secara disiplin. Model pembelajaran inkuiri terbimbing mempunyai point-point tertentu yang diantaranya yaitu : a. Karakteristik Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Kuhithau dan Carol (2006), yang menjelaskan bahwa inkuiri terbimbing memiliki 6 karakateristik yaitu : 1. Siswa belajar dengan aktif dan memikirkan sesuatu berdasarkan pengalaman 2. Siswa belajar dengan aktif membangun apa yang telah diketahuinya 3. Siswa mengembangkan daya pikir yang lebih tinggi melalui petunjuk atau bimbingan pada proses belajar 4. Perkembangan siswa terjadi pada serangkaian tahap 5. Siswa memliki cara belajar yang berbeda satu sama lainnya 6. Siswa belajar melalui interaksi sosial dengan lainnya. http://guruidaman.blogspot.com/2012/07/model-pembelajaran-inkuiri-terbimbing.html di akses 12 Mei 2014 b. Tahapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Menurut Karli dan Yuliarianingsih dalam Andriani, dkk., (2011) Sintak model pembelajaran inkuiri terbimbing serta perilaku guru dan siswa adalah : Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Fase Perilaku Guru dan Siswa Penyajian masalah atau menghadapkan siswa pada situasi teka teki Guru membawa situasi masalah kepada siswa. Permasalahan yang diajukan adalah permasalahan sederhana yang menimbulkan keheranan. Hal ini diperlukan untuk memberikan pengalaman kepada siswa, pada tahap ini biasanya dengan menunjukkan contoh fenomena ataupun demonstrasi. Pengumpulan dan verifikasi data Guru membimbing siswa mengumpulkan informasi tentang peristiwa yang mereka lihat dan mereka alami pada tahap penyajian masalah. Siswa mengumpulkan informasi . 3). Eksperimen Guru membimbing siswa untuk mendapatkan informasi melalui percobaan. Siwa melakukan eksperimen untuk menguji secara langsung mengenai hipotesis atau teori yang sudah diketahui sebelumnya 4). Mengorganisir data dan merumuskan penjelasan Guru mengajak siswa merumuskan penjelasan,kemungkinan besar akan ditemukan siswa yang mendapatkan kesulitan dalam mengemukakan informasi yang diperoleh berbentuk uraian penjelasan. Siswa – siswa yang demikian didorong untuk dapat memberi penjelasan yang tidak begitu mendetail. 5). Analisis tentang proses inkuiri Guru meminta siswa untuk menganalisis pola-pola penemuan mereka berupa kesimpulan. Tahap ini siswa dapat menuliskan kekurangn dan kelebihan selama kegiatan berlangsung pada saat kegiatan berlangsung dengan bantuan guru diperbaiki secara sistematis. http://sainsedutainment.blogspot.com/2011/10/langkah-langkah-inkuiri-terbimbing.html 26 Mei 2014 c. Langkah – langkah Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing a. Perumusan Masalah Langkah awal adalah menentukan masalah yang ingin didalami atau dipecahkan dengan metode inkuiri. Persoalan dapat disiapkan atau diajukan oleh guru. Persoalan sendiri harus jelas sehingga dapat dipikirkan, didalami, dan dipecahkan oleh siswa. Persoalan perlu diidentifikasi dengan jelas tujuan dari seluruh proses pembelajaran atau penyelidikan. Bila persoalan ditentukan oleh guru perlu diperhatikan bahwa persoalan itu real, dapat dikerjakan oleh siswa, dan sesuai dengan kemampuan siswa. Persoalan yang terlalu tinggi akan membuat siswa tidak semangat, sedangkan persoalan yang terlalu mudah yang sudah mereka ketahui tidak menarik minat siswa. Sangat baik bila persoalan itu sesuai dengan tingkat hidup dan keadaan siswa. b. Menyusun hipotesis Langkah berikutnya adalah siswa diminta untuk mengajukan jawaban sementara tentang masalah itu. Inilah yang disebut hipotesis. Hipotesis siswa perlu dikaji apakah jelas atau tidak. Bila belum jelas, sebaiknya guru mencoba membantu memperjelas maksudnya lebih dahulu. Guru diharapkan tidak memperbaiki hipotesis siswa yang salah, tetapi cukup memperjelas maksudnya saja. Hipotesis yang salah, tetapi cukup memperjelas maksudnya saja. Hipotesis yang salah nantinya akan kelihatan setelah pengambilan data dan analisis data yang diperoleh. c. Mengumpulkan data Langkah selanjutnya adalah siswa mencari dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya untuk membuktikan apakah hipotesis mereka benar atau tidak. Dalam bidang biologi, untuk dapat mengumpulkan data, siswa harus menyiapkan suatu peralatan untuk pengumpulan data. Maka guru perlu membantu bagaimana siswa mencari peralatan, merangkai peralatan, dan mengoperasikan peralatan sehingga berfungsi dengan baik. Langkah ini adalah langkah percobaan atau eksperimen. Biasanya dilakukan di laboratorium tetapi kadang juga dapat di luar sekolah. Setelah peralaran berfungsi, siswa diminta untuk mengumpulkan data dan mencatatnya dalam buku catatan. d. Menganalisis data Data yang sudah dikumpulkan harus dianalisis untuk dapat membuktikan hipotesis apakah benar atau tidak. Untuk memudahkan menganalisis data, data sebaiknya diorganisasikan, dikelompokkan, diatur sehingga dapat dibaca dan dianalisis dengan mudah. Biasanya disusun dalam suatu tabel. e. Menyimpulkan Dari data yang telah dikelompokkan dan dianalisis, kemudian diambil kesimpulan dengan generalisasi. Setelah diambil kesimpulan, kemudian dicocokkan dengan hipotesis asal, apakah hipotesa kita diterima atau tidak. http://sainsedutainment.blogspot.com/2011/10/langkah-langkah inkuiri-terbimbing.html di akses 26 Mei2014 d. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing a. Kelebihan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Kelebihan model pembelajaran inkuiri terbimbing menurut Suryobroto (2009:185), antara lain : a) Membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa. b) Membangkitkan gairah pada siswa misalkan siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan. c) Memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuan. d) Membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan. e) Siswa terlibat langsung dalam belajar sehingga termotivasi untuk belajar. f) Strategi ini berpusat pada anak, misalkan memberi kesempatan kepada merekadan guru berpartisipasi sebagai sesama dalam mengecek ide. Guru menjadi teman belajar,terutama dalam situasi penemuan yang jawabanya belum diketahui. b. Kelemahan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing Kelebihan model pembelajaran inkuiri terbimbing menurut Suryobroto (2009:186), antara lain : a) Dipersyaratkan keharusan ada persiapan mental untuk cara belajar ini. b) Pembelajaran ini kurang berhasil dalam kelas besar, misalnya sebagian waktu hilang karena membantu siswa menemukan teori-teori atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu. c) Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan siswa yang sudah biasa dengan perencanaandan pembelajaran secara tradisional jika guru tidakmenguasai pembelajaran inkuiri. 3. Pembelajaran Tematik a. Pengertian Pembelajaran Tematik Menurut Asep Herry Hernawan (2007:128) pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Fokus perhatian dalam pembelajaran tematik terletak pada proses yang ditempuh siswa saat berusaha memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk keterampilan yang harus dikembangkannya. Pembelajaran pada hakekatnya menempati posisi / kedudukan yang sangat strategis dalam keseluruhan kegiatan pendidikan, dalam arti akan sangat menjadi penentu terhadap keberhasilan pendidikan. Dengan posisi yang penting itu, maka proses pembelajaran tidak biasa dilakukan secara sembarang, dibutuhkan berbagi landasan atau dasar yang kokoh dan kuat. Lamdasan-landasan tersebut pada hakekatnya adalah faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan oleh para guru pada waktu merencanakan, melaksanakan, dan menilai proses dan hasil pembelajaran. Landasan-landasan yang perlu mendapatkan perhatian guru dalam pembelajaran tematik meliputi landasan filosofis, landasan psikologis dan landasan praktis. a) Landasan filosofis Landasan filosofis dimaksudkan pentingnya aspek filsafat dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, bahkan landasan filsafat ini menjadi landasan utama yang melandasi aspek-aspek lainnya. b) Landasan psikologis Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, oleh sebab itu dalam melaksanakan pembelajaran tematik harus dilandasi oleh psikologi sebagai acuan dalam menentukan apa dan bagaimana perilaku itu harus dikembangkan. Siswa adalah individu yang berada dalam proses perkembangan, seperti perkembangan fisik / jasmani, intelektual, social, emosional, dan moral. Tugas utama guru adalah mengoptimalkan perkembangan siswa tersebut, c) Landasan praktis Landasan praktis diperlukan karena pada dasarnya guru harus melaksanakan pembelajran tematik secara aplikatif dalam kelas b. Karakteristik Pembelajaran Tematik Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: 1) Berpusat pada siswa (student centered) Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student center), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar. 2) Memberikan pengalaman langsung Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. 3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa. 4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran Pembelajran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. 5) Bersifat fleksibel Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada. 6) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya. 7) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan. c. Prinsip – prinsip Pembelajaran Tematik Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran tematik diantaranya : 1) Dalam proses penggalian tema-tema perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai beriku : a. Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan untuk memadukan mata pelajaran. b. Tema harus bermakna, maksudnya tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal kepada siswa untuk belajar selanjutnya. c. Tema harus disesuaikan dengan perkembangan siswa. d. Tema yang dikembangkan harus mampu menunjukan sebgian minat siswa. e. Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa yang terjadi didalam rentang waktu belajar. f. Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku serta harapan masyarakat. g. Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar. 2) Dalam proses pelaksanaan pembelajaran tematik perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut : a. Guru hendaknya bersikap otoriter “single actor” yang mendominasi aktivitas dalam proses pembelajaran. b. Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerjasama kelompok. c. Guru perlu bersikap akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam perencanaan pembelajaran. 3) Dalam proses penilaian pembelajaran tematik perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut : a. Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penilaian diri (self evaluation) disamping bentuk penilaian lain. b. Guru perlu mengajak para siswa untuk menilai perolehan yang telah dicapai berdasarkan criteria keberhasilan pencapaian tujuan atau kompetensi yang telah disepakati. 4. Sikap Rasa Ingin Tahu 1. Pengertian Sikap Menurut Sarnoff (dalam Sarwono, 2000) mengidentifikasikan sikap sebagai kesediaan untuk bereaksi (disposition to react) secara positif (favorably) atau secara negatif (unfavorably) terhadap obyek – obyek tertentu. Sedangkan La Pierre (dalam Azwar, 2003) memberikan definisi sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan. http://www.duniapsikologi.com/sikap-pengertian-definisi-dan-faktor-yang-mempengaruhi/ di akses 12 Mei 2014 Dapat disimpulkan dari pengertian di atas bahwa sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi. Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah sebagai berikut : Proses belajar sosial terbentuk dari interaksi sosial. Dalam interaksi sosial, individu membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah: 1. Pengalaman Pribadi Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas. 2. Kebudayaan B.F. Skinner (dalam, Azwar 2005) menekankan pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian tidak lain daripada pola perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement (penguatan, ganjaran) yang dimiliki. Pola reinforcement dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut, bukan untuk sikap dan perilaku yang lain. 3. Orang lain yang dianggap penting. Pada umumnya, individu bersikap konformis atau searah dengan sikap orang orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. 4. Media massa Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi, radio, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam mempersepsikan dan menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu. 5. Institusi Pendidikan dan Agama Sebagai suatu sistem, institusi pendidikan dan agama mempunyai pengaruh kuat dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. 6. Faktor emosi dalam diri Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian bersifat sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan lebih tahan lama. contohnya bentuk sikap yang didasari oleh faktor emosional adalah prasangka. 2. Rasa Ingin Tahu Rasa ingin tahu adalah sifat naluriah yang dimiliki manusia sejak lahir. Rasa ingin tahu juga merupakan salah satu mekanisme pertahanan hidup manusia. Dari rasa ini manusia memiliki kencenderungan untuk mengetahui hal yang belum diketahui sebelumnya. Rasa ingin tahu adalah Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat dan didengar. Dari pengertian di atas bahwa sikap rasa ingin tahu merupakan sifat yang dimiliki manusia sejak lahir dan tindakan yang selalu ingin mengetahui lebih luas dari sesuatu yang dipelajari. http://id.shvoong.com/humanities/theory-criticism/2291648pengertian-rasa-ingin-tahu/ di akses12 Mei 2014 5. Materi Pembelajaran Tematik Rumah Panjang merupakan rumah tradisional suku Dayak Kalimantan. Rumah ini memiliki bentuk memanjang dengan panjang kurang lebih 50 meter. Keunikan rumah ini terlihat dari bentuk bangunannya yang panjang. Banyak kepala keluarga yang tinggal di dalamnya. Namun sayang sekali, rumah unik seperti ini sudah jarang ditemukan. Hanya beberapa bangunan saja yang bertahan dan masih berpenghuni. Rumah Lontik merupakan rumah adat Riau, disebut juga Rumah Lancang. Bentuk atapnya melengkung ke atas, agak runcing, seperti tanduk kerbau. Dindingnya miring seperti perahu atau lancang. Hal itu melambangkan penghormatan kepada Tuhan dan sesama. Rumah adat Lontik dipengaruhi oleh kebudayaan Minangkabau. Rumah ini banyak terdapat di daerah perbatasan Sumatera Barat. Jumlah anak tangga Rumah Lontik biasanya berjumlah ganjil. Jenis-Jenis Sudut 1. Sudut Siku-Siku Suatu sudut disebut sudut siku-siku jika kaki-kaki sudutnya tegak lurus, yaitu ukurannya adalah 90 derajat. 2. Sudut Lancip Suatu sudut disebut sudut lancip jika ukuran sudutnya lebih kecil dari sudut siku-siku, yaitu antara 0 dan 90 derajat (0o < sudut lancip < 90° ). Sudut-sudut berikut adalah sudut lancip. 3. Sudut Tumpul Suatu sudut disebut sudut tumpul jika ukuran sudutnya lebih besar dari sudut siku-siku, yaitu antara 90 dan 180 derajat (90° < sudut tumpul < 180°). Sudut-sudut berikut adalah sudut tumpul. Untuk mengukur sudut ABC, tempatkan busur di atas gambar sudut sehingga titik pusat busur terletak di titik sudut B; dan alas busur berimpit dengan sisi BA. Perhatikan gambar berikut. Kita menggunakan skala bagian dalam untuk menentukan ukuran sudut ABC. Kita lihat bahwa sudut tersebut berukuran 60º. Kita tuliskan besar sudut ini sebagai berikut. < ABC= 60° Untuk menentukan ukuran sudut PQR, letakkan busur seperti semula dan gunakan skala bagian luar. Lihatlah bahwa sudut PQR berukuran 120º. Kita tuliskan besar sudut ini sebagai berikut. < PQR= 120° P Tari Kipas Pakarena merupakan kesenian tari yang berasal dari Gowa, Sulawesi Selatan. Tarian ini sudah menjadi tradisi di kalangan masyarakat Gowa yang merupakan bekas Kerajaan Gowa. Kisahnya berawal dari perpisahan antara penghuni Boting Langi (negeri khayangan) dan penghuni Lino (bumi) pada zaman dahulu. Konon, sebelum berpisah, penghuni Boting Langi sempat mengajarkan kepada penghuni Lino cara menjalani hidup, seperti bercocok tanam, beternak, dan berburu. Cerita itu diabadikan dalam gerakan tarian. Makna gerakan tari Kipas Pakarena, seperti gerakan berputar searah jarum jam, melambangkan siklus hidup manusia. Gerakan naik turun mencerminkan roda kehidupan yang kadang berada di bawah dan kadang di atas. Cara menari yang lembut mencerminkan karakter perempuan Gowa yang sopan, setia, patuh, dan hormat. Secara keseluruhan gerakan tari ini mengungkapkan rasa syukur. 6. Kaitan Antara Model Pembelajaran Inkuiri Tembimbing Dengan Sikap Rasa Ingin Tahu Rasa ingin tahu adalah Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat dan didengar. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat diperoleh suatu pengertian bahwa dengan demikian, agar terjadinya proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pendidikan, diperlukan metode atau model pembelajaran yang efektif yang sesuai dengan sekolah dasar, salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah satu metode inkuiri dimana guru menyediakan materi atau bahan dan permasalahan untuk penyelidikan. Siswa merencanakan prosedurnya sendiri untuk memecahkan masalah. Dimana telah di kemukakan oleh Menurut (Asy’ari, 2006: 51) Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran dimana siswa diarahkan untuk mendapatkan suatu kesimpulan dari serangkaian aktivitas yang dilakukan sehingga siswa seolah-olah menemukan sendiri pengetahuan tersebut. Dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing ini siswa ditekankan untuk membangkitkan sikap rasa ingin tahu. Dalam hal ini, sebagian besar pembelajaran berpusat pada siswa (student centre), yakni pembelajaran dipelajari dengan mencari sendiri. Sehingga dengan demikian kemampuan siswa dalam sikap rasa ingin tahu dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing ini adalah mencari tahu tentang materi yang dibantu oleh guru. Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subjek dalam belajar. Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduanya itu terjadi interaksi dengan guru. Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar harus bisa mendapatkan sikap rasa ingin tahu. B. HASIL PENELITIAN TERDAHULU Dapat dilihat dari beberapa penelitian yang relevan terhadap kemampuan siswa dengan menggunakan model inkuiri diantaranya adalah : a. Hasil penelitian dari Uus Nurjamil (0806270) Universitas Pendidikan Indonesia Tahun 2012 Dalam skripsi dengan judul “Model Pembelajaran Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA”. Dengan hasil penelitian penerapan dan pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan inkuiri dpat meningkatkan aktivitas siswa dan membuat siswa lebih antusias mengikuti pembelajaran seperti mengamati, bertanya, berdiskusi dengan kelompok lain sebagainya. Peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajran ternyata berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Pada siklus I nilai rata-rata siswa mencapai 64,15 atau sama dengan 59% siswa mencapai KKM. Pada siklus II nilai rata-rata siswa mencapai 77,89 atau sama dengan 80% siswa mencapai KKM dan pada siklus III nilai rata-rata siswa mencapai 93,84 atau sama dengan 100% siswa mencapai KKM. b. Hasil penelitian dari Dini Yulianti (0902807) Universitas Pendidikan Indonesia Tahun 2013 Dalam skripsi dengan judul “ Penerapan Pendekatan Inkuiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Materi Peristiwa Alam di Kelas V Semester 2 SDN 2 Lengasari Kabupaten Bandung Barat” dengan hasil penelitian bahwa aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran dari siklus 1 sampai siklus III mengalami peningkatan, diantaranya siswa menyenangi pembelajaran IPA dengan menggunakan metode inkuiri, siswa dapat termotivasi untuk belajar lebih aktif, kreatif dan inovatif, hal ini terbukti dari kemampuan siswa dalam mempresentasikan hasil kerja kelompok, siswa berani untuk mengemukakan pendapat di depan kelas dan dapat menghargai pendapat teman kelompok saat berdiskusi. Begitupula dengan kerjasama dalam kelompok saling mendukung. Peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode penerapan pendekatan inkuiri adalah sebagai berikut :nilai rata-rata data awal (62) siswa yang sudah mencapai KKM (50%) dan yang belum mencapai KKM (50%). Nilai rata-rata siklus 1 (65,3%) siswa yang sudah mencapai KKM (66,7%) dan yang belum mencapai KKM (33,3%). Nilai rata-rata pada siklus II (74,3%), siswa yang sudah mencapai KKM (83%) siswa yang belum mencapai KKM(16,6%) dan nilai rata-rata siswa pada siklus III (81%) dan siswa (100%) sudah mencapai KKM. Dapat disimpulkan dari hasil penelitian yang relevan di atas bahwa dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan Hasil belajar siswa, serta siswa lebih aktif dalam melakukan pembelajaran. Dengan demikian, penulis beranggapan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran. C. KERANGKA PEMIKIRAN Masalah mendasar yang sering terjadi dalam pembelajaran tematik yaitu rendahnya kemampuan siswa dalam memahami materi. Hal ini disebabkan karena bebrapa faktor diantaranya guru menerapkan model pembelajaran yang tidak sesuai dengan karakteristik siswa, siswa tidak fokus saat guru memberikan penjelasan, penyampaian materi yang tidak jelas, penyampaian materi yang kurang jelas, dan guru tidak menggunakan alat peraga saat proses pembelajaran sehingga siswa tidak termotivasi saat proses pembelajaran berlangsung. Hubungan timbal balik antara guru dan siswa dapat menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Oleh karena itu, guru diperlukan model pembelajaran yang berkaiatan dengan kehidupan sehari-hari siswa sehingga siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator. Peserta didik mendapat pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah pendekatan instruksional, memberikan kerangka kerja, perencanaan dan implementasi berpikir dengan mengembangkan keahlian siswa dan mengakses sumber informasi secara efektif membangun pengetahuan. Model ini terencana secara seksama, benar-benar terkontrol yang bersifat instruksional dari guru memandu siswa melalui materi yang mendalam. Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran D. HIPOTESIS TINDAKAN Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut, penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam sikap Rasa ingin tahu pada pembelajaran tematik. Adapun lebih jelasnya hipotesis tindakan di atas dapat di paparkan sebagai berikut yaitu: 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam sikap Rasa Ingin Tahu pada pembelajaran tematik di Kelas IV SD Negeri Cicariang Kabupaten Subang. 2. Proses pelaksanaan pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam sikap Rasa Ingin Tahu pada pembelajaran tematik di Kelas IV SD Negeri Cicariang Kabupaten Subang. 3. Sikap Rasa Ingin Tahu dapat meningkat setelah penggunaan model pembelajaran Inkuiri terbimbing dalam pembelajaran tematik di Kelas IV SD Negeri Cicariang Kabupaten Subang.

Item Type: Thesis (Skripsi(S1))
Subjects: S1-Skripsi
Divisions: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > PGSD 2014
Depositing User: Iyas -
Date Deposited: 22 Jul 2016 17:14
Last Modified: 22 Jul 2016 17:14
URI: http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/5746

Actions (login required)

View Item View Item