PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENUMBUHKAN KETERAMPILAN MENCARI INFORMASI PESERTA DIDIK DALAM MEMBUAT POSTER KERAGAMAN BUDAYA

Vinny Dahliani, 105060009 (2016) PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENUMBUHKAN KETERAMPILAN MENCARI INFORMASI PESERTA DIDIK DALAM MEMBUAT POSTER KERAGAMAN BUDAYA. Skripsi(S1) thesis, FKIP UNPAS.

[img] Text
vinny cover.docx

Download (38kB)
[img] Text
lembar pengesahan.docx

Download (12kB)
[img] Text
Moto dan Riwayat Hidup.docx

Download (12kB)
[img] Text
PERNYATAAN.docx

Download (14kB)
[img] Text
abstark vinny.docx

Download (13kB)
[img] Text
Kata pengantar dan ucapan terima kasih.docx

Download (22kB)
[img] Text
DAFTAR ISI.docx

Download (33kB)
[img] Text
BAB I.docx

Download (30kB)
[img] Text
BAB II.docx

Download (110kB)
[img] Text
BAB III.docx
Restricted to Repository staff only

Download (88kB)
[img] Text
BAB IV.docx
Restricted to Repository staff only

Download (361kB)
[img] Text
BAB V.docx
Restricted to Repository staff only

Download (18kB)
[img] Text
Daftar Pustaka.docx

Download (21kB)

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini dilakukan atas dasar kondisi awal proses pembelajaran bahwa belum sesuai dengan tuntutan, aspek sikap toleransi, tekun dan teliti, serta keterampilan mencari informasi. Faktor lain yang juga mempengaruhi terjadinya hal tersebut adalah kemampuan profesional guru dalam menerapkan model, pendekatan, strategi dan media yang kontemporer tidak dikuasai pada saat pembelajaran berlangsung. Hal ini disebabkan oleh metoda pembelajaran yang digunakan masih bersifat konvensional. Berdasarkan latar belakang di atas timbul masalah sebagai berikut yaitu peserta didik kurang terbiasa untuk mencari informasi misalnya dengan bertanya, mengamati, mengunjungi perpustakaan dan berdiskusi, berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menumbuhkan keterampilan mencari informasi peserta didik dalam membuat poster keragaman budaya pada pembelajaran 3 subtema 1 tema 1 pada penelitian ini menggunakan Model Project Based Learning. Solusi pemecahan masalah tersebut, model yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dan terdiri dari 2 siklus atau tindakan. Setiap tindakan meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi/pengamatan dan refleksi, dengan tujuan untuk memperbaiki permasalahan yang terjadi pada saat proses pembelajaran. Berdasarkan pengamatan dan refleksi yang dilaksanaakn diperoleh data yang menunjukan adanya peningkatan pada penelitan RPP siklus 1 sebesar 80%, siklus II 100%, penilaian proses pembelajaran pada siklus I sebesar 72% siklus II 100%. Sedangkan untuk penilaian aspek sikap dan keterampilan, setelah dilakukan tindakan pada siklus I belum tampak karena rata-rata peserta didik masih dalam kategori cukup , pada siklus II semua aspek penilaian sikpa dan keterampilan sudah mulai tumbuh yaitu dengan kategori Sangat Baik. Penilaian proyek pada siklus I dalam membuat poster rata-rata sudah bernilai 3 pada siklus II bernilai 4. Pada penilaian pengetahuan siklus I nilai post-tes sudah 72,5 dalam skala 100, da jika skala 4 sebesar 3,2. Sedangkan. Sedangkan pada siklus II nilai rata-rata post-tes yang diperoleh 100 dalam skala 100 jika dalam skala 4 sebesar 4. Berdasarkan hasil di atas penelitian ini direkomendasikan sebagai salah satu bentuk inovasi pembelajaran sebagai salah satu cara untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi pada pembelajaran di sekolah dasar. Kata kunci : Model Project Based Learning, keterampilan mencari informasi, dan membuat poster keragaman budaya pembelajaran 3 Subtema Keragaman budaya bangsaku Tema 1 ABSTRACT This study was carried out on the basis of the initial conditions that the learning process does not meet the demands, tolerance aspects, diligent and conscientious, and information search skills. Other factors that also affect the occurrence that is the professional ability of teachers to implement models, approaches, strategies and contemporary media not controlled by the time the learning takes place. This is caused by the learning method used is still conventional. Based on the above background, the following issues arise that learners are less accustomed to finding information, for example by asking, observing, visiting the library and discuss, based on that, this study aims to grow the skills of learners in the search for information to make a poster of cultural diversity in learning 3 subtheme 1 theme 1 in this study using the Project Based Learning model. The solution of the problem solving, the model used in this study is action research and consisted of 2 cycles or action. Each action includes planning, implementation, observation / observation and reflection, with the aim to improve the problems that occur during the learning process. Based on the observations and reflections obtained showing an increase in RPP research cycle 1 by 80%, the second cycle of 100%, learning assessment at the first cycle of 72% the second cycle of 100%. As for the aspects of attitudes and skills assessment, after the action on the first cycle is not visible because the average student is still in the category of pretty, in the second cycle sikpa all aspects of assessment and skills have started to grow that with the Excellent category. Assessment of the project in the first cycle in making posters have been worth an average of 3 on the second cycle worth 4 In the first cycle assessment knowledge post-test value 72,5 has a scale of 100, 4 if the scale of 3,2. While the. While in the second cycle the average value obtained post-test 100 .Based on the results of this study are recommended as a form of learning innovation as a way to overcome the problems that occur in learning in elementary school. Keywords: Project Based Learning Model, information search skills, and make posters of learning cultural diversity cultural diversity of my people Subtheme 3 Theme 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata keterampilan sama artinya dengan kata kecekatan. Terampil atau cekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu dengan cepat dan benar.Seseorang yang dapat melakukan sesuatu dengan cepat tetapi salah tidak dapat dikatakan terampil. Demikian pula apabila seseorang dapat melakukan sesuatu dengan benar tetapi lambat, juga tidak dapat dikatakan terampil (Soemarjadi, Muzni Ramanto, Wikdati Zahri,1991:2). Dalam pembelajaran, keterampilan dirancang sebagai proses komunikasi belajar untuk mengubah perilaku peserta didik menjadi cekat, cepat, dan tepat dalam melakukan atau menghadapi sesuatu. Keterampilan dalam pembelajaran diantaranya keterampilan peserta didik dalam mencari informasi dan keterampilan membuat poster, keterampilan mencari informasi dalam pembelajaran yaitu dimana peserta didik dibiasakan untuk belajar aktif, kreatif dan mandiri pada saat proses belajar mengajar berlangsung dalam mencari informasi mengenai materi yang dipelajarinya misalnya melalui kegiatan bertanya kepada pendidik, mengamati media atau alat peraga yang diperlihatkan oleh pendidik, mengunjungi perpustakaan untuk mencari informasi melalui buku yang berkaiatan dengan materi yang disampaikan dan mengakses internet dengan ketentuan hanya mengakses hal-hal yang berkaiatan dengan kebutuhan. Keterampilan mencari informasi merupakan bagian dari Literasi Informasi, yang dimana keterampilan mencari dan menemukan informasi menjadi faktor pendukung dan semacam fasilitas untuk belajar secara lebih efektif dan efisien. Literasi Informasi sendiri yaitu dalam rumusan yang sederhana literasi informasi adalah kemampuan mencari, mengevaluasi dan menggunakan informasi yang dibutuhkan secara efektif. Hakekat dari literasi informasi adalah seperangkat keterampilan yang diperlukan untuk mencari, menelusur, menganalisis, dan memanfaatkan informasi (Bundy, 2001). Program penguasaan literasi informasi dianggap dapat menciptakan keberaksaraan yang berbasis keterampilan (skills-based literacy). Termasuk di dalam keterampilan ini adalah kemampuan mencari informasi, memilih sumber informasi secara cerdas, menilai dan memilah milah sumber informasi, menggunakan serta menyajikan informasi secara etis (Webber dan Johnston, 2000). Peserta didik dibiasakan untuk dapat mencari informasi dari berbagai sumber yang sesuai dengan kebutuhannya yaitu kebutuhan mengenai materi yang dipelajari. Dalam penelitian ini penulis membiasakan peserta didik untuk menubuhkan keterampilan mencari informasi mengenai materi keragaman budaya, sila-sila Pancasila dan pemainan tradisional yang terdapat pada Tema Indahnya kebersamaan Subtema Keragaman Budaya Bangsaku Pembelajaran 3. Peserta didik dibiasakan menacari informasi melalui kegiatan bertanya kepada pendidik pada saat proses belajar mengajar, mengamati media yang pendidik perlihatkan, mengunjungi perpustakan dan untuk kegiatan mencari informasi melalui akses internet, untuk hal mengakses internet ini penulis akan menyesuiakan dengan keadaan dan fasilitas yang ada di lingkungan sekolah serta memperhatikan keadaan peserta didik yang notabene daerah tempat tinggal peserta didik dan sekolah yang akan menjadi tempat penelitian merupakan daerah yang ada di wilayah perbukitan dengan status sosial mayoritas menengah ke bawah. Jaringan internet masih belum segampang untuk diakses seperti di daerah perkotaan, hal ini dikarenakan di sekolah tersebut belum tersedia Laboratorium computer, dan juga belum selulur peserta didik mempunyai alat yang digunakan untuk mengakses informasi melalui jaringan internet. Pembelajaran berbasis mencari informasi merupakan konsep belajar yang membantu pendidik mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata yang mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka anggota keluarga dan masyarakat.Peserta didik diberi kesempatan dan kebebasan untuk mencari informasi sebagai sumber belajar. Dengan konsep itu, hasil belajar diharapkan lebih bermakna bagi peserta didik. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan peserta didik bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari pendidik, jadi peserta didik lebih proaktif untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan sebagai strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil (Zeni, 2008). Keterampilan membuat poster yang merupakan keterampilan dalam pembelajaran yaitu membuat suatu karya misalnya karya yang berupa pengumuman atau informasi yang disampaikan melalui sebuah karya yaitu poster.Posteradalah lembar pengumuman/plakat untuk menyampaikan informasi yang dipasang di tempat umum atau tempat yang dapat dibaca oleh umum.Bahasa yang dipergunakan untuk membuat poster harus singkat, padat, menarik, dan persuasif (bersifat mengajak). Keterampilan dalam membuat poster merupakan suatu keterampilan yang menuntut sikap tekun dan teliti dalam membuatnya tidak hanya sikap tekun dan teliti tetapi juga peserta didik dituntut untuk menggali informasi (materi) untuk dijadikan bahan pengumuman atau informasi yang akan disampaikan melalui sebuah poster. Menurut Sudjana (2009:51) mengemukakan bahwa poster dapat didefinisikan sebagai kombinasi visual dari rancangan yang kuat dengan warna, dan pesan dengan maksud untuk menangkap perhatian orang yang lewat tetapi cukup lama menanamkan gagasan yang berarti di dalam ingatannya. Pada prinsipnya, poster itu merupakan gagasan yang dicetuskan dalam bentuk ilustrasi gambar yang disederhanakan, yang dibuat dalam ukuran besar, bertujuan untuk menarik perhatian, membujuk, memotivasi atau memperingatkan pada gagasan pokok, fakta atau peristiwa tertentu. Sudjana dan Ahmad Rivai (2009:54) mengemukakan bahwa komposisi, warna, dan teknik adalah unsur pokok di dalam penyajian poster yang efektif. Poster-poster yang efektif pada umumnya enak dipandang walaupun tidak perlu nyata dalam kejadian yang sangat dramatik seperti perang, keselamatan lalu lintas, bahaya kebakaran dan semacamnya. Selain itu, poster yang baik hendaklah memenuhi hal-hal sebagai berikut. 1. Berhasil menyampaikan informasi. 2. Ide dan isi yang menarik perhatian. 3. Mempengaruhi, membentuk opini/pandangan. 4. Menggunakan warna-warna mencolok. 5. Gambar sesuai tema poster. Mengutip dari Artikel Yetti Wira Citerawati SY, langkah-langkah dalam pembuatan poster dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Perhatikan dan pelajari tema/materi 2. Pelajari draf rancangan/naskahnya 3. Siapkan alat dan bahannya ( manual/digital) 4. Buat sketsa 5. Buat desainnya 6. Perhatikan segi estetika (prinsip dan unsur media grafis) Dari langkah-langkah pembuatan poster di atas, peserta didik dituntut untuk terampil dalam mencari informasi membuat poster sesuai dengan langkah-langkah pembuatan poster yang baik dan benar yaitu dengan mencari informasi mengenai materi yang akan dijadikan isi pengumuman atau informasi yang ditulis dalam poster yang akan dibuat. Untuk itu keterampilan mencari informasi dan membuat poster penulis anggap penting untuk dapat ditumbuhkan dalam diri peserta didik agar dapat bermanfaat dalam kehidupan mereka dimasa sekarang dan masa yang akan datang. Serta dapat membiasakan peserta didik untuk mencari informasi saat belajar mengajar berlangsung. Perencanaan dalam membuat poster pada penelitian ini yaitu, merencanakan pembuatan poster yang dapat memuat 3 mata pelajaran yaitu IPS materi kebudayaan, PJOK materi permainan tradisional dan PPKn materi sila-sila pancasila. Proses pada saat pembuatan poster yaitu mengatur jadwal untuk membuat poster meliputi, penetuan tema, mencari informasi mengenai materi yang akan dijadikan poster, menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam membuat poster, membuat sketsa atau desain poster. Kemudian Produk yang akan dihasilkan yaitu berupa poster hasil karya peserta didik dengan tema Keragaman Budaya. Pada bahasan kurikulum 2013, aspek sikap dan keterampilan untuk lebih diperhatikan oleh para pendidik dan juga para peserta didiknya, hal ini dikarenakan agar tercapainya keseimbangan antara pengetahuan yang didapatkan oleh peserta didik dengan sikap dan keterampilan yang tertanam dalam diri peserta didik sebagai hasil dari proses belajar mengajar dalam pembelajaran tematik terpadu. Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Pembelajaran tematik terpadu sifatnya memadu peserta didik mencapai kemampuan berfikir tingkat tinggi atau keterampilan berfikir dengan mengoptimasi kecerdasan ganda sebuah proses inovasi bagi pengembangan dimensi sikap, keterampilan dan pengetahuan. Pembelajaran tematik terpadu menuntut kemampuan pendidik dalam memahami materi apa yang diajarkan dan bagaimana mengaplikasikannya dalam lingkungan belajar di kelas. Berdasarkan data yang penulis peroleh dari guru kelas IV (empat) SDN Parakanbolang yaitu Sekolah dasar yang akan menjadi tempat penelitian penulis, melaui bincang-bincang dengan guru kelas IV SDN Parakanbolang, penulis mendapatkan informasi tentang observasi awal dilaksanaakan pada hari Senin, 16 Juni 2014 yaitu dengan mewawancarai dan mengisi jurnal guru kelas IV (Empat) SDN Parakanbolang untuk dimintai keterangan mengenai aktivitas peserta didik saat proses belajar mengajar berlangsung, sikap dan keterampilan peserta didik saat pembelajaran berlangsung, dan memberikan jurnal kepada peserta didik mengenai tanggapan peserta didik terhadap pembelajaran yang guru terapkan. keterampilan peserta didik yang kurang terlihat atau kurang tumbuh dalam diri masing-masing peserta didik, diantaranya peserta didik tidak terbiasa untuk bertanya kepada guru kurang memahami materi yang diajarkan, kurangnya keterampilan peserta didik dalam mencari informasi diluar ruangan kelas membaca buku diperpustakaan dan mengamati lingkungan sekitar peserta didik masih belum terbiasa. Hal itu diperkuat juga dengan penegasan dari guru kelas IV (emapat) bahwa peserta didik pada saat proses belajar mengajar masih kurang dalam mencari informasi , karena peserta didik hanya dibiasakan untuk menerima informasi yang guru berikan. Tujuan penulis dalam membuat poster untuk menjadi proyek yang akan dibuat dalam penelitian ini, dikarenakan dalam keterampilan membuat poster, peserta didik dituntut untuk mampu meningkatkan keterampilan dalam mencari informasi mengenai hal-hal apa saja yang harus dilakukan dalam pembuatan poster yaitu memahami materi yang akan dijadikan pengumunan atau informasi dalam poster yang kan dibuat agar sesuai dengan langkah-langkah pembuatan poster yang baik dan benar, sehingga poster yang dibuat oleh peserta didik tersebut sesuai dengan kriteria poster yang baik yaitu agar dapat dengan mudah dipahami oleh orang lain, serta gambar dan tulisan yang dibuat dalam poster tersebut dapat menarik pehatian orang lain yang membaca. Untuk menyelesaikan permasalahan di atas, penulis akan menerapkan model pembelajaran PjBL (Project Based Learning) untuk menumbuhkan keterampilan mencari informasi peserta didik dalam membuat Poster bertema Keragaman Budaya. Agar peserta didik terbiasa untuk mencari infomasi mengenai materi yang akan dijadikan isi materi dalam pembuatan poster. Maksud dari penulis menggunakan model pembelajaran Project Based Learning ini yaitu peserta didik mampu menumbuhkan keterampilan mencari informasi peserta didik dalam membuat sebuah poster dengan mencari informasi mengenai materi yang dipelajari dan materi tersebut akan dijadikan pengumuman atau informasi yang ditulis dalam pembuatan poster agar sesuai dengan langkah-langkah pembuatan sebuah poster yang baik dan benar, sehingga poster yang peserta didik buat akan sesuai dengan kriteria poster yang baik. Mengutip Dari Artikel Theresia Widyantini Penerapan Model Project Based Learning(Model Pembelajaran Berbasis Proyek) Dalam Materi Pola BilanganKelas VII: Joel L Klein et. al (2009) menjelaskan bahwa pembelajaran berbasis proyek adalah strategi pembelajaran yang memberdayakan siswa untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru berdasar pengalamannya melalui berbagai presentasi. Adapun karakteristik pembelajaran berbasis proyek adalah siswa menyelidiki ide-ide penting dan bertanya, siswa menemukan pemahaman dalam proses menyelidiki, sesuai dengan kebutuhan dan minatnya, menghasilkan produk dan berpikir kreatif, kritis dan terampil menyelidiki, menyimpulkan materi, serta menghubungkan dengan masalah dunia nyata, otentik dan isu-isu. Sedangkan Olson(1993) menjelaskan bahwa dalam pembelajaran berbasis proyek, siswa merencanakan dan melaksanakan penyelidikan terhadap beberapa topik atau tema yang menggunakan lintas mata pelajaran atau lintas materi. Adapun langkah-langkah pelaksanaan dari model pembelajaran Project Based Learning yaitu : 1. Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question). Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan kepada siswa dalam melakukan suatu aktivitas.Topik penugasan sesuai dengan dunia nyata yang relevan untuk siswa.dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. 2. Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project) Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan siswa. Dengan demikian siswa diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek. 3. Menyusun Jadwal (Create a Schedule) Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: a. Membuat timeline(alokasi waktu) untuk menyelesaikan proyek. b. Membuat deadline(batas waktu akhir) penyelesaian proyek. c. Membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru, d. Membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan e. Meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara. 4. Memonitor siswa dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the Project) Guru bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas siswa selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi siswa pada setiap proses. Dengan kata lainguru berperan menjadi mentor bagi aktivitas siswa. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting. 5. Menguji Hasil (Assess the Outcome) Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing siswa, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai siswa, membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya. 6. Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience) Pada akhir pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Fakta dilapangan mengenai model pembelajaran Project Based Learning yaitu pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Eko Hadi Purwanto dengan Judul PTK-nya yaitu : Penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sains Siswa Kelas VI Semester 1 SDN Sumbersari 03 Jember. Hasil penelitian menunjukan bahwa Aktivitas dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada siklus 1 ke siklus 2. Pada siklus 1, persentase aktivitas siswa pada siklus 1 sebesar 60,72 % dan pada siklus 2 mengalami peningkatan menjadi 70,54 %. Peningkatan aktivitas siswa dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 9,82 5. Sedangkan hasil belajar pada siklus 1 rata-rata kelas sebesar71,62, siklus II meningkat menjadi 75,63. Peningkatan niali rata-rata siswa dari siklus I ke seklus II sebesar 4, 01. Hasil belajar sains siswa mencapai ketuntasan sesuai KKM 65, dengan ketuntasan hasil belajar siklus I sebesar 89,29%, siklus II meningkat menjadi 92,86%, peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I ke siklus II yaitu sebesar 3,57 %. Berdasrkan hasil penelitian tersebut, bahwa model pembelajaran Project based learning mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik. Berdasarkan masalah yang dibahas di atas, serta beberapa sikap dan keterampilan yang dituntut untuk lebih dikembangkan dalam kurikulum 2013, penulis tertarik untuk menumbuhkan keterampilan mencari informasi peserta didik dalam membuat poster sehingga dapat menumbuhkan sikap toleransi tekun dan teliti peserta didik pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Pada pembelajaran 3 pada tema 1 subtema 1 kurikulum 2013, yang mencakup 3 mata pelajaran yaitu IPS, PPKN dan PJOK atau disebut dengan pembelajaran tematik terpadu, penulis berharap dapat menumbuhkan keterampilan mencari informasi peserta didik dalam membuat poster yang mana isi poster tersebut merupakan paduan materi dari ke-3 mata pelajaran tersebut, yaitu materi tentang Kebudayaan (Permainan Tradisonal), Sila-sila Pancasila dan mempraktikan permainan tradisional. Penulis memilih untuk meningkatkan keterampilan mencari informasi peserta didik yang ada dalam pembelajaran tersebut yaitu mencari informasi mengenai materi yang dipelajarai karena penguasaan materi merupakan salah satu hal yang beraitan dengan langkah-langkah dalam pembuatan poster. Melihat materi yang dibahas dalam pembelajaran 3 subtema 1 tema 1 di kelas IV, maka penulis akan menumbuhkan keterampilan mencari informasi peserta didik dalam membuat poster yang bertema “Keragaman Budaya”. Tujuan penulis yaitu akan memperbaiki permasalahan yang terjadi di kelas IV SDN Parakanbolang dalam menumbuhkan keterampilan mencari informasi peserta didik dalam membuat poster pada saat proses belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran Project Based Learning . Model pembelajaran Project Based Learning ini merupakan model pembelajaran yang cocok untuk menumbuhkan keterampilan mencari informasi peserta didik dalam membuat poster pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, penulis akan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu dengan Menerapakan Model Pembelajaran Project Based Learning Untuk Menumbuhkan Keterampilan Mencari Informasi Peserta Didik Dalam Membuat Poster Bertema Keragaman Budaya. Dengan PTK peneliti dapat terjun langsung ke lapangan (Kelas yang dijadikan tempat penelitian) sehingga peneliti dapat langsung mengetahui keadaan dari apa yang ia teliti. Dan selain itu dalam PTK juga dilakukan beberapa siklus sehingga banyak data yang dihasilkan untuk dijadikan sumber pemikiran (pengolahan data) bagi peneliti. Sehingga diharapkan dengan PTK ini apa yang penulis ingin coba dan ketahui dapat menghasilkan hasil yang optimal. B. Rumusan Masalah Berdsarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah umum yaitu: “Dapatkah keterampilan mencari informasi tumbuh pada peserta didik dalam membuat poster bertema Keragaman Budaya setelah menerapkan model pembelajaran Project Based Learning di Kelas IV SDN Parakanbolang Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung?” Adapun Sub masalah yang terumuskan dari masalah secara umum yaitu: 1. Bagaimana bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan model pembelajaran Project Based Learning sehingga keterampilan mencari informasi peserta didik tumbuh dalam membuat poster bertema Keberagaman Budaya? 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran berdasarkan RPP yang telah dibuat sehingga keterampilan mencari informasi peserta didik dalam membuat poster dapat ditumbuhkan? 3. Bagaimana penilaian keterampilan mencari informasi peserta didik dalam membuat poster bertema Keragaman Budaya dengan menerapkan model pembelajaran Project Based Learning? 4. Bagaimana keterampilan mencari informasi peserta didik dalam membuat poster bertema Keragaman Budaya? 5. Berapa nilai rata-rata hasil belajar peserta didik pada tema 1 subtema 1 pembelajaran 3 yang diperoleh setelah menerapkan model pembelajaran Project Based Learning? 6. Berapa nilai rata-rata poster peserta didik pada tema 1 subtema 1 pemeblajaran 3 yang diperoleh setelah menerapkan model pembelajaran Project Based Learning? 7. Bagaimana respon peserta didik terhadap kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran Project Based Learning? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah untuk mengetahui sejauh mana keterampilan mencari informasi peserta didik dalam membuat poster dapat ditumbuhkan melalui penerapan model pembelajaran Project Based Learning di Kelas IV SDN Parakanbolang Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung. Yang notabene aspek psikomotor atau keterampilan tersebut kurang mendapatkan perhatian oleh pendidik yang mengakibatkan peserta didik kurang terbiasa untuk lebih terampil yang mengakibatkan kurang adanya rasa Tekun dan Teliti pada saat proses belajar mengajar berlangsung. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikanbentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan model pembelajaran Project Based Learning sehingga keterampilan mencari informasi peserta didik tumbuh dalam membuat poster bertema Keberagaman Budaya. b. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran berdasarkan RPP yang telah dibuat sehingga keterampilan mencari informasi peserta didik dalam membuat poster dapat ditumbuhkan. c. Mendeskripsikan penilaian keterampilan mencari informasi peserta didik dalam membuat poster bertema Keragaman Budaya dengan menerapkan model pembelajaran Project Based Learnin. d. Mendeskripsikan keterampilan mencari informasi peserta didik dalam membuat poster bertema Keragaman Buadaya? e. Mendeskripsikan nilai rata-rata hasil belajar peserta didik pada tema 1 subtema 1 pembelajaran 3 yang diperoleh setelahmenerapkan model pembelajaran Project Based Learning. f. mendeskripsikan nilai rata-rata poster peserta didik pada tema 1 subtema 1 pemeblajaran 3 yang diperoleh setelah menerapkan model pembelajaran Project Based Learnin. g. Mendeskripsikan respon peserta didik terhadap kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran Project Based Learning. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan. Terutama dalam penggunaan kurikulum 2013 untuk meningkatkan pembelajaran yang aktif kreatif dan inovatif untuk membangkitkan hasil belajar peserta didik yang seimbang dengan meningkatnya sikap dan keterampilan peserta didik di sekolah dasar dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan Kurikulum dan karakteristik peserta didik di sekolah dasar. Penelitian ini bermaksud mengembangkan suatu teori khususnya kajian mengenai Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning Untuk menumbuhkan keterampilan mencari informasi peserta didik dalam membuat poster bertema Keragaman Budaya pada pembelajaran tematik, Kurikulum 2013 Pada Tema Indahnya Kebersamaan Subtema Keragaman Budaya Bangsaku Pembelajaran 3 Di Kelas IV SDN Parakanbolang Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung. Semoga penelitian ini dapat membawa manfaat sekaligus harapan guna menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya kajian tentang Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning Untuk Menumbuhkan keterampilan mencari informasi peserta didik dalam membuat poster bertema Keragaman Budaya pada pembelajaran tematikdi kelas IV SDN Parakanbolang Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung. 2. Manfaat Praktis a. Bagi peserta didik dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran yang dapat digunakan untuk menumbuhkan keterampilan agar dapat tertanam dalam diri masing-masing peserta didik dan dapat di implementasikan di dalam kehidupan peserta didik sehari-hari. b. Bagi pendidik, dapat dijadikan acuan dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan menggunakan teknik yang sesuai dan dapat memberikan wawasan baru dalam upaya meningkatkan kualitas Pembelajarannya, dan dapat membantu guru dalam meningkatkan kualitas peserta didik dari segi sikap dan keterampilnnya. c. Bagi Sekolah, sebagai rujukan dalam mengambil sebuah keputusan dalam peraturan sekolah dan meningkatkan fungsi sekolah sebagai tempat untuk pendidikan. Dan diharapkan dapat memperoleh input khususnya pada lembaga pendidikan dasar dalam mengaktualisasi peran dan prilaku pendidik dalam sebuah proses kependidikan. d. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan sebagai bekal dalam dunia pendidikan terutama di Sekolah Dasar dan untuk mengetahui fakta-fakta yang terjadi di dunia pendidikan terutama sekolah dasar. BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Stuktur Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Kurikulum 2013 yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014 memenuhi kedua dimensi tersebut. Kurikulum merupakan bagian yang penting dalam perkembangan pendidikan di Negara kita ini, berdasarkan pengertiannya menurut Undang-undang penulis menyimpulkan bahwa kurikulum sebagai pedoman bagi kita sebagai pendidik pada saat proses belajar mengajar disekolah, agar pelajaran yang kita ajarkan dan berikan kepada peserta didik dapat sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik dan tentunya akan memberikan ilmu yang positif dan bermanfaat untuk para peserta didik, serta dapat menciptakan generasi penerus Bangsa Indonesia yang baik. b. Karakteristik Kurikulum 2013 Menurut Permendikbud Kompetensi untuk kurikulum 2013 dirancang berikut ini: 1) Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti (KI) kelas dan lebih rinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar(KD). 2) Kompetensi inti (KI) merupakan gambaran secara kategoti mengenal kompetensi dalam aspek sikap pengetahuan, dan keterampilan (kohnitif dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik. 3) Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu tema untuk SD/MI. 4) Kompetensi inti dan Kompetensi dasar di jenjang pendidikan menengah diutamakan pada ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan menengah diutamakan apada ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan menengah pada kemampuan intelektual (kemampuan kognitif tinggi) 5) Kompetensi inti menjadi unsur organisatoris, Kompetensi dasar yaitu semua KD dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi dan kompetensi inti. 6) kompetensi dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsif akumulatif, saling memperkuat dan memperkaya antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan. 7) Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema atau satu kelas dan satu mata pelajaran (SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK). Dalam silabus tercantum seluruh KD untuk tema atau mata pelajaran di kelas tersebut. 8) Rencana pelaksanaan pembelajaran dikembangkan dari setiap KD yang untuk mata pelajaran dan kelas tersebut. Berdasarkan Peraturan pemerintah di atas dapat dikatakan bahwa kurikulum dibuat untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang baik. Dan sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik dalam setiap tingkat satuan pendidikannya. c. Kompetensi Inti (KI) Pada setiap kurikulum dalam stanadr isi menurut Peratuan Pemerintah No.65 standar Proses Tahun 2013 Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga. Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut: 1) Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual. 2) Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial. 3) Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan 4) Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan. Berdasarkan pernyataan di atas, pada kurikulum 2013 ini Kompetensi Inti (KI) mencakup Sikap, Pengetahuan Dan Keterampilan yang harus dikembangkan dan menjadi acuan dalam pembelajaran dikelas serta pedoman bagi pendidik (guru) dalam menyusun atau merancang Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP). d. Mata Pelajaran Permendikbud No.65 Tahun 2013 menyatakan bahwa Berdasarkan kompetensi inti disusun mata pelajaran dan alokasi waktu yang sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan. Susunan matapelajaran dan alokasi waktu untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah sebagaimana tabel berikut. Tabel 2.1 Matapelajaran Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiya MATA PELAJARAN ALOKASI WAKTU PERMINGGU I II III IV V VI Kelompok A 1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 4 4 4 4 4 4 2 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 5 5 6 5 5 5 3 Bahasa Indonesia 8 9 10 7 7 7 4 Matematika 5 6 6 6 6 6 5 Ilmu Pengetahuan Alam - - - 3 3 3 6 Ilmu Pengetahuan Sosial - - - 3 3 3 Kelompok B 1 Seni Buadaya dan Prakarya 4 4 4 4 4 4 2 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 4 4 4 4 4 4 Jumlah Alokasi waktu Per Minggu 30 32 34 36 36 36 Keterangan: 1. Matapelajaran Seni Budaya dan Prakarya dapat memuat Bahasa Daerah. 2. Selain kegiatan intrakurikuler seperti yang tercantum di dalam struktur kurikulum diatas, terdapat pula kegiatan ekstrakurikuler Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah antara lain Pramuka (Wajib), Usaha Kesehatan Sekolah, dan Palang Merah Remaja. 3. Kegiatan ekstra kurikuler seperti Pramuka (terutama), Unit Kesehatan Sekolah, Palang Merah Remaja, dan yang lainnya adalah dalam rangka mendukung pembentukan kompetensi sikap sosial peserta didik, terutamanya adalah sikap peduli. Disamping itu juga dapat dipergunakan sebagai wadah dalam penguatan pembelajaran berbasis pengamatan maupun dalam usaha memperkuat kompetensi keterampilannya dalam ranah konkrit. Dengan demikian kegiatan ekstra kurikuler ini dapat dirancang sebagai pendukung kegiatan kurikuler. 4. Matapelajaran Kelompok A adalah kelompok matapelajaran yang kontennya dikembangkan oleh pusat. Matapelajaran Kelompok B yang terdiri atas matapelajaran Seni Budaya dan Prakarya serta Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan adalah kelompok matapelajaran yang kontennya dikembangkan oleh pusat dan dilengkapi dengan konten lokal yang dikembangkan oleh pemerintah daerah. Bahasa Daerah sebagai muatan lokal dapat diajarkan secara terintegrasi dengan matapelajaran Seni Budaya dan Prakarya atau diajarkan secara terpisah apabila daerah merasa perlu untuk memisahkannya. Satuan pendidikan dapat menambah jam pelajaran per minggu sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan tersebut. 5. Sebagai pembelajaran tematik terpadu, angka jumlah jam pelajaran per minggu untuk tiap matapelajaran adalah relatif. Guru dapat menyesuaikannya sesuai kebutuhan peserta didik dalam pencapaian kompetensi yang diharapkan. 6. Jumlah alokasi waktu jam pembelajaran setiap kelas merupakan jumlah minimal yang dapat ditambah sesuai dengan kebutuhan peserta didik. 7. Khusus untuk matapelajaran Pendidikan Agama di Madrasah Ibtidaiyah dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan yang ditetapkan oleh Kementerian Agama. 8. Pembelajaran Tematik-Terpadu. e. Kompetensi Dasar Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu matapelajaran. Kompetensi dasar dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan kompetensi inti sebagai berikut: 1. kelompok 1: kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka menjabarkan KI-1. 2. kelompok 2: kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka menjabarkan KI-2. 3. kelompok 3: kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI-3. 4. kelompok 4: kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka menjabarkan KI-4. Berdasarkan pernyataan diatas, kompetensi dasar dibuat dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan peserta didik sesuai dengan tingkatan dan tahap perkembangan peserta didik. Agar materi yang disesuaikan tidak membuat peserta didik merasa kesulitan ataupun merasa bosan karena sudah pernah belajar. 2. Pembelajaran Tematik Terpadu a. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu peserta didik akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi peserta didik. Jika dibandingkan dalam konsep konvensional, maka pembelajaran terpadu tampak lebih menekankan keterlibatan peserta didik dalam belajar, sehingga peserta didik terlibat aktif dalam proses pembelajaran untuk pembuatan keputusan. Setiap peserta didik memerlukan bekal pengetahuan dan kecakapan agar dapat hidup di masyarakat dan bakal ini diharapkan diperoleh melalui pengalaman belajar di sekolah. Oleh karena itu pengalaman belajar di sekolah sedapat mungkin memberikan bekal peserta didik dalam mencapai kecakapan untuk berkarya. Kecakapan ini disebut kecakapan hidup yang cakupannya lebih luas dibanding hanya sekedar keterampilan. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif. Selain itu, kegiatan pembelajaran yang disusun di RPP dapat memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian siswa sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Banyak ditemukan dalam proses pembelajaran di Sekolah Dasar guru terlihat aktif berceramah sementara siswa hanya mendengarkan dan mencatat dari papan tulis. Guru belum berupaya maksimal untuk meningkatkan kualitas dan efektifitas pembelajaran di sekolah untuk memperoleh pembelajaran yang maksimal dan bermakna. Pembelajaran Tematik Terpadu (PTP) belakangan diyakini sebagai salah satu model pembelajaran yang efektif karena mampu mewadahi dan menyentuh secara terpadu dimensi emosi, fisik dan akademik peserta didik di dalam kelas atau di lingkungan sekolah. PTP memiliki perbedaan kuantitatif dengan model pembelajaran lain. PTP sifatnya memaduk peserta didik mencapai kemampuan berfikir tingkat tinggi atau keterampilan berfikir dengan mengoptimasi kecerdasan ganda, sebuah proses inovatif bagi pembangunan dimensi sikap, keterampilan dan pengetahuan. Implementasi PTP menuntut kemampuan guru dalam mentransformasikan materi pembelajaran di kelas. Maka dari itu, guru harus memahami materi apa yang diajarkan dan bagaimana mengaplikasikan dengan lingkungan belajar si kelas. Ada sepuluh elemen yang harus ditingkatkan oleh guru yaitu: 1) Mereduksi tingkat kealpaan atau bernilai tambah berfikir reflektif. 2) Memperkaya sensori pengalaman dibidang sikap, keterampilan, dan pengetahuan. 3) Menyajikan isiatau subtansi pembelajaran bermakna. 4) Lingkungan yang memperkaya pembelajaran. 5) Nergerak memacu pembelajaran. 6) Membuka pilihan-pilihan. 7) Optimasi waktu secara tepat. 8) Kolaborasi. 9) Umpan balik segera. 10) Ketuntasan atau aplikasi. b. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Tematik Terpadu. Pembelajaran tematik terpadu berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami konsep materi yang tergabung dalam tema serta dapat menambah semangat belajar karena materi yang dipelajari merupakan materi yang nyata dan bermakna bagi peserta didik. Tujuan dari pembelajaran tematik terpadu yaitu: 1) Memudahkan memsatkan perhatian pada suatu tema atau topic tertentu. 2) Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi muatan pelajaran dalam tema yang sama. 3) Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan. 4) Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengaitkan berbagai muatan pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik. 5) Lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, seperti bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari pelajaran yang lain. 6) Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam konteks tema yang jelas. 7) Guru dappat menghemat waku, karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih dan atau pengayaan. 8) Budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuh kembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai nudi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi. c. Ciri-ciri Pembelajaran Tematik Terpadu. Ada beberapa ciri pembelajaran tematik terpadu yaitu: 1) Berpusat pada anak. 2) Memberikan pengalaman langsung pada anak. 3) Pemisahan antar muatan penjelasan tidak begitu jelas. 4) Menyeajikan konsep dari berbagai pelajaran dalam satu proses pembelajaran. 5) Bersifat luwes (keterpaduan berbagai muatan). 6) Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak. Ciri-ciri pembelajaran terpadu di atas, dapat penulis simpulkan bahwa pembelajaran berpusat kepada peserta didik, namun dengan tujuan peserta didik menerima pembelajaran secara langsung dan juga akan menunjukan bakat atau keterampilan peserta didik. d. Tahapan Pembelajaran Tematik Terpadu. Pembelajaran tematik terpadu melalui beberapa tahapan yaitu pertama, guru harus mengacu pada tema sebagai pemersatu berbagai muatan pelajaran untuk satu tahun. Kedua, duru melakukan analisis standar kompetensi lulusan, kompetensi initi, kompetensi dasar dan membuat indicator dengan tahap memperhatikan muatan materi dari standar isi. Tiga, membuat hubungan pemetaan antara kompetensi dasar dan indicator. Keempat, membuat jarring-jaring kompetensi dasar, indikator.kelima, menyusun silabus tematik dan keenam, membuat rencana pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu dengan menerapkan pendekatan saintifik. 3. Karakteristik Peserta didik Menurut Sudirman (1990) Karakteristik siswa adalah keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dari lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya. Menurut Hamzah. B. Uno (2007) Karakteristik siswa adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa yang terdiri dari minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar kemampuan berfikir, dan kemampuan awal yang dimiliki. Peserta didikadalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan pendidikan. Anak didik adalah unsur penting dalam kegiatan interaksi edukatif karena sebagai pokok persoalan dalam semua aktifitas pembelajaran (Saiful Bahri Djamarah, 2000). Ada beberapa aspek yang dipengaruhi oleh usia : a. Aspek Fisik 1) Secara Anatomis (a) Perubahan kuantitatif struktur tulang (b) Indeks tinggi dan berat badan (c) Proporsi antar bagian 2) Secara Fisiologi (a) Pada masa bayi (± 0-1 tahun) tulangnya masih lentur dan berpori, persambungannya masih longgar) dengan BB : 2-4 kg, TB : 50-60 cm. (b) Masa kanak-kanak, BB : 12-15 kg TB : 90-120 cm (c) Masa remaja awal, BB : 30-40 kg TB : 140-160 cm Selanjutnya keceptan berangsur menurun bahkan menjadi mapan. Proporsi tinggi kepala, badan bayi dan anak sekita 1:4 menjelang dewasa menjadi 1:8 atau 0. b. Aspek Intelektual Menurut John dan Conrad : 1) Laju perkembangan intelegensi berlangsung sangat pesat sampai masa remaja awal, setelah itu kepesatannya langsung menurun. 2) Puncak perkembangan pada umumnya dicapai dipenghujung masa remaja akhir (sekitar usia 20-an), selanjutnya perubahan-perubahan masa tipis berlangsung sampai dengan usia 50 tahun. Setelah itu terjadi plateau (mapan)sampai usia 60 tahun untuk selanjutnya berangsur-angsur turun (deklinasi). 3) Terdapat variasi dalam waktu dan laju kecepatan deklinasi menurut jenis-jenis kecakapan tertentu. Dari pernyataan di atas bahwa puncak pekembangan anak umumnya berkembang mulai dari remajaawal, remaja akhir dan sampai mencapai usia mapan. c. Aspek Sosial 1) Masa kanak-kanak awal (0-3 tahun) : subjektif a) Masa krisis (3-4 tahun) : trotz alter b) Masa kanak-kanak akhir (4-6 tahun) : subjektif menuju objktif c) Masa anak sekolah (6-12 tahun) : objektif d) Masa kritis II (12-13 tahun) : pre-puber (anak tanggung) 2) Aspek Psikososial Menurut Eric Erikson : a) Anak adalah makhluk yang aktif dan penjelajah yang adaptif. b) Ego berfungsi untuk memahami realitas dunia sosial. c) Secara mendasar manusia adalah makhluk yang rasional, pikiran, perasaan, dan tindakannya sebagian besar dikontrol ole ego. d) Prinsip epigenetic. 3) Aspek Perspektif Kognitif Menurut Jean Piaget : a) Suatu fungsi kehidupan yang mendasar yang membantu organisme untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. b) Tujuan aktivitas intelektual adalah untuk mencapai keseimbangan. c) Lingkungan adalah suatu tempat yang menarik 7 penuh dengan berbagai rangsangan baru yang tidak segera dapat dipahami anak yang aktif dengan penuh rasa ingin tahu. d) Satu atribut yang sangat majemuk, yang terdiri dari 3 komponen yang saling berhubungan yaitu isi intelegensi, struktur kognitif, dan fungsi intelektual. Tingkat perkembangan Kognitif : a) Periode sensori motor (± sejak lahir – 2 tahun) b) Periode praoperasional (± 2-7 tahun) c) Periode operasional konkret (± 7-11 tahun) d) Periode operasional formal (± 11-15 tahun) 4. Karakteristik Guru Perilaku guru dalam proses pendidikan akan memberikan pengaruh yang kuat bagi pembinaan dan kepribadian siswa. Oleh karena itu, perilaku guru hendakanya dapat dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan pengaruh baik. Secara umum citra guru dapat diartikan sebagai suatu penilaian kesan yang baik (impresif terhadap keseluruhan penampilan sosok guru ideal dalam ruang lingkup, posisi, waktu, dan tempat tertentu berdasarkan kaidah-kaidah norma-norma tertentu. dari sudut pandang siswa, ctra guru adalah guru yang memliki penampilan sedemikian rupa sebagai sosok sumber motivasi belajar yang menyenangkan . siswa memberikan citra yang baik terhadap gurunya yang memiliki sifat-sifat ideal sebagai sumber keteladanan, bersikap ramah dan penuh kasih saying, penyabar, menguasai materi ajar, mampu mengajar dengan suasana menyenangkan. Pihak pemerintah mengharapkan agar para guru mampu berperan secara profesoanal dan profosional sebagai unsur penunjang kebiijakan dan program pemerintah terutama dibidang pendidikan. Selain itu citra atau karakyeristik guru dapat dipandang oelh amasyarakat luas, pada hakikatnya guru adalah wakil masyarakat dilembaga pendidikan dimasyarakat. Guru merupakan unsur masyarakat yang diharapkan mampu mempersiapkan anggota masyrakat yang sebaik-baiknya. Penampilan semua itu dapat terwujud apabila didukung oleh seperangkat kompetensi yang meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, rofesional dan sosial (sebagaimana tersurat dan tersirat dalam UU NO.14 2005 tentang guru dan dosen). 5. Psikologi Kontruktivisme a. Definisi Psikologi Kontruktivisme Menurut Suparno (1997:43) Kontruktivisme psikologi dimulai dari karya Piagetmengenai bagaimana seorang anak membangun pengetahuan kognitifnya. Peaget menyoroti bagaimana seorang anak pelan-pelan membentuk skema, mengembangkan skema, dan megubah skema. Ia lebih menekannkan bagaimana individu sendiri mengkontruksikan pengetahuan dari berinteraksi dengan pengalaman dari objek yang dihadapi. Ia menekannkan bagaimana seorang anak mengadakan abstraksi, baik secara sederhana maupun secara refleksi, dalam membentuk pengetahuan fisis dan matematisnya. Tampak bahwa penekanan Piaget lebih pada keaktifan individu dalam membentuk pengetahuan. Bagi pisget pengetahuan lebih dibentuk oleh si anak itu sendiri yang sedang belajar. b. Definisi Kontruktivisme “Menurut Karli (2003:2) menyatakan konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif yang hanya dapat diatasi melalui pengetahuan diri dan pada akhir proses belajar pengetahuan akan dibangun oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interkasi dengan lingkungannya” “Menurut Suparno (1997:49) secara garis besar prinsip-prinsip konstruktivisme yang diambil adalah (1) pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun secara sosial; (2) pengetahuan tidak dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali dengan keaktifan siswa sendiri untuk bernalar; (3) siswa aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga terjadi perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah; (4) guru berperan membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa berjalan mulus.” Kenyataan menunjukkan bahwa seorang guru yang mengajar di kelas sering mendapatkan siswa-siswanya mempunyai pemahaman yang berbeda tentang pengetahuan yang diperoleh dan dipelajarinya, pada hal siswa-siwa belajar dalam lingkungan sekolah yang sama, guru yang sama, dan bahkan buku teks yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan tidak begitu saja di transfer dari guru ke siswa dalam bentuk tertentu, melainkan siswa membentuk sendiri pengetahuan itu dalam pikirannya masing-masing sehingga pengetahuan tentang sesuatu dipahami secara berbeda-beda oleh siswa. Pengetahuan tumbuh dan berkembang dari buah pikiran manusia melalui konstruksi berfikir, bukan melalui transfer dari guru kepada siswa. Oleh karena itu siswa tidak dianggap sebagai tabula rasa atau berotak kosong ketika berada di kelas. Ia telah membawa berbagai pengalaman, pengetahuan yang dapat digunakan untuk mengkonstruksikan pengetahuan baru atas dasar perpaduan pengetahuan sebelumnya dan pengetahuan yang baru itu dapat menjadi milik mereka. c. Macam-Macam Psikologi Konstruktivisme Konstruktivisme dibedakan dalam dua tradisi besar yaitu konstruktivisme psikologis (personal) dan sosial. Konstruktivisme psikologis bercabang dua, yaitu yang lebih personal (Piaget,1981:43) dan yang lebih sosial (Vygotsky); sedangkan konstruktivisme sosial berdiri sendiri (Kukla, 2003: 11-14) . 1) Konstruktivisme personal Piaget (Fosnot (ed), 1996: 13-14) menyoroti bagaimana anak-anak pelan-pelan membentuk skema pengetahuan, pengembangan skema dan mengubah skema. Ia menekankan bagaimana anak secara individual mengkonstruksi pengetahuan dari berinteraksi dengan pengalaman dan objek yang dihadapinya. Ia menekankan bagaimana seorang anak mengadakan abstraksi, baik secara sederhana maupun secara refleksif, dalam membentuk pengetahuannya. Tampak bahwa tekanan perhatian Piaget lebih keaktifan individu dalam membentuk pengetahuan. Bagi Piaget, pengetahuan lebih dibentuk oleh si anak itu sendiri yang sedang belajar daripada diajarkan oleh orang tua. Konstruktivisme psikologis bercabang dua: (1) yang lebih personal, individual, dan subjektif seperti Piaget dan para pengikutnya; (2) yang lebih sosial seperti Vigotsky. Piaget menekankan aktivitas individual, lewat asimilasi dan akomodasi (Suparno, 1997: 31-32) dalam pembentukan pengetahuan; sedangkan Vygotsky menekankan pentingnya masyarakat dalam mengkonstruksi pengetahuan ilmiah (Mattews,1994:235-138). . Dalam pandangan Piaget, pengetahuan dibentuk oleh anak lewat asimilasi dan akomodasi dalam proses yang terus menerus sampai ketika dewasa. Asimilasi adalah proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, nilai-nilai ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada di dalam pikirannya. Asimilasi dapat dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan yang baru dalam skema yang telah ada. Setiap orang selalu secara terus menerus mengembangkan proses asimiliasi. Proses asimilasi bersifat individual dalam mengadaptasikan dan mengorganisasikan diri dengan lingkungan baru sehingga pengertian orang berkembang.Pendekatan Piaget dalam proses pembentukan pengetahuan memang lebih personal dan individual, kendati dia juga bicara soal pengaruh lingkungan sosial terhadap perkembangan pemikiran anak, tetapi tidak secara jelas memberikan model bagaimana hal itu tejadi pada diri anak. Bagi Piaget, dalam taraf-taraf perkembangan kognitif yang lebih rendah (sensori-motor, dan pra-operasional), pengaruh lingkungan sosial lebih dipahami oleh anak sebagai sama dengan objek-objek yang sedang diamati anak. Anak belum dapat menangkap ide-ide dari masyarakatnya. Baru pada taraf perkembangan yang lebih tinggi (operasional konkret, terlebih operasional formal), pengaruh lingkungan sosial menjadi lebih jelas. Dalam taraf ini, bertukar gagasan dengan teman-teman, mendiskusikan bersama pendirian masing-masing, dan mengambil konsensus sosial sudah lebih dimungkinkan. Pandangan konstruktivisme personal sebenarnya mengandung kelemahan. Menurut Glasersfeld (Suparno, 1997: 42) salah satu tokoh konstruktivisme personal, pengetahuan hanya ada di dalam “kepala” seseorang di mana ia harus membangun pengetahuan berdasarkan pengalaman pribadinya. Menurut pendapat ini ilmu pengetahuan bersifat pribadi, hal ini berarti „realitas‟ bagi seseorang dibangun berdasarkan pengalaman pribadinya. Inilah salah satu sumber kritik terhadap konstruktivisme personal, dan karena pandangan yang demikian konstruktivisme personal sering dianggap menganut faham solipsisme. Faham solipsisme berpendapat bahwa segala sesuatu hanya ada bila ada dalam pikiran atau dipikirkan (Sarkim, 2005: 155). Selain itu, solipsisme juga mengatakan bahwa ilmu pengetahuan itu dibangun secara individual. Pandangan ini memang sulit untuk menjelaskan bagaimana kita bisa memiliki pengetahuan bersama tentang sesuatu hal. 2) Konstruktivisme sosial Teori konstruktivisme di dalam bidang pendidikan terdiri dari dua aliran besar yaitu konstruktivisme sosial (KS) dan konstruktivisme personal (KP). Konstruktivisme sosial dan konstruktivisme personal sama-sama berpendapat bahwa ilmu pengetahuan adalah hasil rekayasa manusia sebagai individu. Akan tetapi keduanya memiliki perbedaan pandangan mengenai peranan individu dan masyarakat dalam proses pembentukan ilmu pengetahuan itu. Pendukung konstruktivisme sosial berpendapat bahwa di samping individu, kelompok di mana individu berada, sangat menentukan proses pembentukan pengetahuan pada diri seseorang. Melalui komunikasi dengan komunitasnya, pengetahuan seseorang dinyatakan kepada orang lain sehingga pengetahuan itu mengalami verifikasi, dan penyempurnaan. Selain itu, melalui komunikasi seseorang memperoleh informasi atau pengetahuan baru dari masyarakatnya. Vygotsky menandaskan bahwa kematangan fungsi mental anak justru terjadi lewat proses kerjasama dengan orang lain, seperti dinyatakan oleh Newman (1993: 62) sebagai berikut: ” The maturation of the child’s higher mental functions occurs in this cooperative process, that is, it occurs through the adult’s assistance and participation ”. Pandangan yang dianut oleh KS seperti dipaparkan di atas sangat berbeda dengan pandangan yang dianut oleh para pendukung KP. KP kadang kala dikenal sebagai konstruktivisme psikologis, yang memandang bahwa pembentukan pengetahuan adalah sepenuhnya persoalan individu. KP sangat menekankan pentingnya peranan individu dalam proses pembentukan ilmu pengetahuan (Suparno, 1997: 44) 6. Teori Behaviorisme a. Pengertian Teori Behavioristik (Behaviorisme) Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (Gage, Berliner, 1984) Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh siswa (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. b. Analisis tentang Teori Behavioristi (Behaviorisme) Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku dimana reinforcement dan punishment menjadi stimulus untuk merangsang siswa dalam berperilaku. Pendidik yang masih menggunakan kerangka behavioristik biasanya merencanakan kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai dengan suatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut disusun secara hirarki, dari yang sederhana sampai yang komplek (Paul, 1997). Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadi peserta didik untuk bebas berkreasi dan berimajinasi. 7. Model dan pendekatan pembelajaran Berdasarkan aturan Permendikbud No.65 Tahun 2013 Karakteristik pembelajaran pada setiap satuan pendidikan terkait erat pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusanmemberikan kerangka konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harusdicapai. Standar Isi memberikan kerangka konseptual tentang kegiatan belajardan pembelajaran yang diturunkan dari tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi. Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan.Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (prosespsikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas“ menerima,menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas“ mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta. Keterampilan diperoleh melaluia ktivitas “ mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”.Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antarmata pelajaran),dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya kontekstual,baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah(project based learning). Secara umum pendekatan belajar yang dipilih berbasis pada teori tentang taksonomi tujuan pendidikan yang dalam lima dasawarsa terakhir yang secara umum sudah dikenal luas. Berdasarkan teori taksonomi tersebut capaian pembelajaran dapat dikelompokkan dalam tiga ranah yakni: ranah kognitif,affektif dan psikomotor. Penerapan teori taksonomi dalam tujuan pendidikan di berbagai negara dilakukan secara adaptif sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah mengadopsi taksonomi dalam bentuk rumusan sikap, pengetahuan, dan keterampilan.Proses pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada pengembangan ketiga ranah tersebut secara utuh/holistik, artinya pengembangan ranah yang satu tidakbisa dipisahkan dengan ranah lainnya. Dengan demikian proses pembelajaran secara utuh melahirkan kualitas pribadi yang mencerminkan keutuhan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan. a. Desain Pembelajaran Perencanaan pembelajaran seperti yang tertuang dalam Permendikbud No.81A Tahun 2013, dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi.Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Penyusunan Silabus dan RPP disesuaikan pendekatan pembelajaran yang digunakan. 1) Silabus Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. Silabus paling sedikit memuat: a) Identitas mata pelajaran (khusus SMP/MTs/SMPLB/PaketB dan SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/ Paket C Kejuruan); b) Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas; c) Kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam eksikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. d) Kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakupsikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran. e) Tema (khusus SD/MI/SDLB/Paket A). f) materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi. g) pembelajaran,yaitukegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. h) penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. i) alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur kurikulum untuk satu semester atau satu tahun. j) Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar atau sumber belajar lain yang relevan. Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu.Silabus digunakan sebagai acuan dalam pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran. 2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Dalam Pemendikbud No.81A Tahun 2013, pemerintah telah menentukan aturan dalam pembuatan atau penyusunan sebuah RPP. Tahap pertama dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus. RPP mencakup: (1) data sekolah, matapelajaran, dan kelas/semester; (2) materi pokok; (3) alokasi waktu; (4) tujuan pembelajaran, KD dan indikator pencapaian kompetensi; (5) materi pembelajaran; metode pembelajaran; (6) media, alat dan sumber belajar; (6) langkah-langkah kegiatan pembelajaran; dan (7) penilaian. Setiap guru di setiap satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP untuk kelas di mana guru tersebut mengajar (guru kelas) di SD dan untuk guru matapelajaran yang diampunya untuk guru SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK. Pengembangan RPP dapat dilakukan pada setiap awal semester atau awal tahun pelajaran, dengan maksud agar RPP telah tersedia terlebih dahulu dalam setiap awal pelaksanaan pembelajaran. Pengembangan RPP dapat dilakukan secara mandiri atau secara berkelompok. Pengembangan RPP yang dilakukan oleh guru secara mandiri dan/atau secara bersama-sama melalui musyawarah guru MATA pelajaran (MGMP) di dalam suatu sekolah tertentu difasilitasi dan disupervisi kepala sekolah atau guru senior yang ditunjuk oleh kepala sekolah. Pengembangan RPP yang dilakukan oleh guru secara berkelompok melalui MGMP antarsekolah atau antarwilayah dikoordinasikan dan disupervisi oleh pengawas atau dinas pendidikan. b. Model Pembelajaran Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Jadi, model pembelajaranmemiliki arti yang sama dengan pendekatan, strategi atau metode pembelajaran. Saat ini telah banyak dikembangkan berbagai macam model pembelajaran, dari yang sederhana sampai model yang agak kompleks dan rumit karena memerlukan banyak alat bantu dalam penerapannya. Ada beberapa ciri-ciri model pembelajaran secara khusus diantaranya adalah : 1. Rasional teorit

Item Type: Thesis (Skripsi(S1))
Subjects: S1-Skripsi
Divisions: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > PGSD 2014
Depositing User: Iyas -
Date Deposited: 12 Jul 2016 03:27
Last Modified: 12 Jul 2016 03:27
URI: http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/5341

Actions (login required)

View Item View Item