Tutwuriah Gemi Nastiti, 105060307 (2016) PENGGUNAAN MODEL INQUIRY TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN PRESTASI BELAJAR SUB TEMA KERAGAMAAN BUDAYA BANGSAKU KELAS IV SD BANDUNG RAYA. Skripsi(S1) thesis, FKIP UNPAS.
Text
cover skripsi.docx Download (40kB) |
|
Text
Moto Dan Persembahan..docx Download (11kB) |
|
Text
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.docx Download (17kB) |
|
Text
DAFTAR ISI.docx Download (27kB) |
|
Text
Bab I. baru.docx Download (37kB) |
|
Text
BAB 11 baru wuri.docx Download (1MB) |
|
Text
BAB III wuri.docx Restricted to Repository staff only Download (117kB) |
|
Text
BAB IV.WURI.docx Restricted to Repository staff only Download (873kB) |
|
Text
BAB V.docx Restricted to Repository staff only Download (23kB) |
|
Text
Daftar Pustaka.docx Download (22kB) |
Abstract
ABSTRAK Masalah penelitian tindakan kelas ini adalah rendahnya kemampuan berpikir kritis dan prestasi belajar siswa kelas IV SD Bandung Raya. Tujuan umum penelitian adalah bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan prestasi belajar siswa kelas IV pada materi indahnya kebersamaan pada sub tema keragamaan budaya bangsaku melalui penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat langsung bagi sekolah yaitu meningkatkan kualitas pembelajaran tematik, disamping itu juga bermanfaat bagi guru dan siswa. Dengan melakukan penelitian tindakan kelas maka guru memperoleh pengalaman dalam melakukan penelitian dan meningkatkan kualitas pembelajaran, sedangkan siswa memperoleh pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan. Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus, dimana aktivitas setiap siklusnya meliputi perencanaan, tindakan, observasi,evaluasi, releksi. Subjek peelitian adalah siswa kelas IV sebanyak 16 siswa. Metode pemecahan masalah yang digunakan adalah Inkuiri Terbimbing pada pembelajaran tematik pokok bahasan pembelajaran empat,lima,enam. Instrumen menggunakan angket pernyataan siswa,penilaian perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan penelitian secara kolaboratif dengan melibatkan 2 orang guru. Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan kemampuan berpikir kritis dan prestasi belajar siswa. Siklus I dengan 5 orang yang tuntas dan tidak tuntas 12 atau sekitar 31,25% atau dengan rata –rata 2,46. Sedangkan pada siklus II siswa yang tuntas 8 orang dan yang tidak tuntas 7 orang dengan rata –rata 2,81 dengan presntase 37,5%. Sedangkan pada siklus III BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada suatu perubahan kurikulum yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan suatu niatan dan suatu perbaikan sistem pendidikan. Meskipun pada kenyataanya setiap kurikulum pastilah mempunyai kekurangan dan perlu dievaluasi serta perbaikan agar tujuan suatu pendidikan tercapai dengan baik. Pada dasarnya, perubahan di dalam Kurikulum dilakukan dengan dua cara, yakni dengan mengganti beberapa banyak komponen di dalam kurikulum ataupun mengganti secara keseluruhan komponen – komponen kurikulum. Di Indonesia sendiri, semenjak pasca kemerdekaan tercatat sembilan kali perubahan kurikulum KBK dan KTSP telah diberlakukan kurikulum secara desentralistik di mana sekolah mempunyai tanggungjawab untuk mengembangkan kurikulum untuk diterapkan di setiap satuan pendidikan masing-masing ( dikutip dari buku implementasi kurikulum 2013 dan kupas tuntas kurikulum 2013 ). Memasuki tahun ajaran baru 2014 / 2015 penggunaan Kurikulum 2013 sudah mulai di terapkan seluruh sekolah di Indonesia tak terkecuali Sekolah Dasar mau tidak mau seorang guru harus menggunakan kurikulum 2013 di dalam kelas. Di samping itu juga di dalam Kurikulum 2013 itu mencakup beberapa mata pelajaran yang digolongkan menjadi 2 (dua) kelompok yaitu kelompok A dan kelompok B, sedangkan di kelompok A adalah mata pelajaran yang memberikan orientasi kompetensi lebih kepada aspek kognitif dan afektif. Sedangkan di kelompok B adalah mata pelajaran yang lebih menekankan pada aspek afektif dan psikomotor. Sedangkan menteri pendidikan dan kebudayaan, Muhammad Nuh mengatakan bahwa sebuah Kurikulum 2013 ini lebih ditekankan pada kompetensi dengan pemikiran kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan (dikutip dari buku implementasi kurikulum 2013 dan kupas tuntas kurikulum 2013) Pada kenyataannya di SD Bandung Raya pada tahun ajaran 2012 / 2013 masih menerapkan kurikulum 2006 atau KTSP tetapi pada tahun ajaran baru yang tepat nya pada tahun 2014 / 2015 yang tepatnya di bulan juli sekolah SD Bandung Raya akan di terapkan kurikulum terbaru yaitu kurikulum 2013, sehingga penulis melakukan penelitian yang tertantang untuk mencoba menerapkan kurikulum 2013 pada kelas IV. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas IV SD Bandung Raya ternyata siswa sangat cenderung kurang aktif, dan proses pembelajarannya sangat menonton dan terpacu pada buku yang ada di sekolah. Sebagian siswa kemampuan berpikir kritis masih belum terlihat, dan disamping itu juga prestasi belajarnya masih rendah. Agar dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan prestasi belajar terlihat dalam suatu proses pembelajaran yang sangat menyenangkan dan sebagai seorang guru harus pandai-pandai mengemas suatu proses pembelajaran dengan cara menarik agar siswa tidak merasa bosan pada mata pelajaran yang sedang diajarkan. Pada kuriukulum 2013 ini, siswa tidak lagi menjadi obyek dari pendidikan, tapi justru siswa menjadi subyek dengan ikut mengembangkan tema dan materi yang ada. Dan dengan adanya perubahan ini, tentunya berbagai standar dan komponen pendidikan akan mengalami berubah. Mulai dari standar isi, dan standar kompotensi lulusan, dan bahkan standar penilaian pun juga mengalami perubahan. Pada perubahan kurikukulum 2006 ke-2013 untuk sekolah umum, kejuruan, dan Madrasah itu hanya satu dari sekian banyak kebijakan pemerintah yang panen kritik. Oleh karena itu pembaharuan 2013 memang tidak mudah. Di samping kewajiban melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan, hal ini juga melakukan bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang kurikulum dan evaluasi pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Kemdikbud mejelaskan bahwa pada tingkat SD/MI jumlah mapel berkurang dari 10 menjadi 6 yaitu kelompok A meliputi Bahasa Indonesia, PKN , Pendidikan Agama, Matematika. Kelompok B meliptui muatan lokal penjaskes dan Seni Budaya dan Prakarya. Bahasa Inggris tidak lagi menjadi pelajaran wajib di SD / MI dan jam belajar bertambah 26 jam menjadi 30 jam per-minggu. Kurikulum pendidikan yang berlaku dalam persekolahan di Indonesia telah mengalami berbagai penyempurnaan, terakhir dengan apa yang disebut sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang merupakan implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) (Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan). Pada rangka pelaksanaan Kurikulum 2013, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan telah menerbitkan peraturan baru tentang Implementasi Kurikulum 2013 yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tahun 2013. Permendikbud No. 81A Tahun 2013 ini menyertakan 5 (lima) lampiran yang memuat tentang beberapa pedoman yang berkaitan dengan Implementasi Kurikulum 2013 ( dikutip dari pengawasmadrasah.wordpress.com/2013/08/24/permendikbud – no – 8ia2013- tentang – implementasi – kurikulum. yaitu: 1. Pedoman Penyusunan dan Pengelolaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. 2. Pedoman Pengembangan Muatan Lokal. 3. Pedoman Kegiatan Ekstrakurikuler 4. Pedoman Umum Pembelajaran. 5. Pedoman Evaluasi Kurikulum. Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah menyebutkan, bahwa “ Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi, maka prinsip pembelajaran yang digunakan dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu .” Hal ini dipertegas kembali dalam permendikbud nomor 67 tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum SD/ MI menyebutkan, bahwa “ Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada SD / MI dilakukan melalui pembelajaran dengan pendekatan tematik – terpadu dari kelas I sampai kelas VI .” Sampai saat ini, pembelajaran dengan pendekatan tematik – terpadu masih dianggap membingungkan bagi sebagian besar guru. Berdasarkan ruang lingkup yang telah di paparkan, pada penelitian tindakan kelas (PTK) peneliti memilih ruang lingkup makhluk hidup dan suatu proses dalam kehidupan, dengan memilih suatu standar kompetensi memahami keragamaan budaya bangsaku. Serta memfokuskan sebuah penelitian pada kompetensi dasar yang mengidentifikasi keragamaan budaya bangsaku. Dengan demikian peneliti berharap siswa dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis dalam sebuah proses pembelajaran tematik. Mengingat pentingnya kemampuan berpikir kritis bagi siwa. Pada saat kondisi pembelajaran seperti ini, sangat diharapkan oleh peserta didik mampu untuk merumuskan masalah, bukan hanya menyelesaikan masalah dengan cara menjawab saja. Tetapi pada kenyataannya di lapangan para peserta didik tidak diarahkan menuju siswa aktif, peserta didik ketika didalam kelas hanya sebagai penonton saja. melalui pendekatan kurikulum 2013 proses pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah yang harus menyentuh 3 ranah yaitu : sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Menurut Fisher dalam (Ennis 2009: 4) berfikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan relektif yang sangat berfokus untuk menentukan apa yang mesti dipercaya untuk dilakukan. Menurut Dewey dalam (Fisher, 2009: 2) berfikir kritis adalah pertimbangan aktif (terus – menerus ), dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja di pandang dari sudut alasan – alasan yang mendukungnya dan kesimpulan–kesimpulan lanjutan yang menjadi kecenderungannya. Sedangkan menurut W. Paul dalam ( Sitohang, dkk, (2012: 5) berfikir kritis adalah “ proses disiplin secara intelektual dimana seseorang secara aktif dan terampil memahami atau mengaplikasikan, menganalisis, dan pengamatan ( observasi ) dari refleksi yang dilakukannya dari penalaran, atau dari komunikasi yang dilakukan. Berdasarkan suatu definisi ada beberapa ahli mengatakan dan menyimpulkan suatu pengertian berfikir kritis adalah bahwa suatu kemampuan berfikir kritis adalah kecakapan seseorang mengerjakan sesuatu dengan teliti, dalam suatu kegiatan melalui cara berifikir secara aktif memahami mengaplikasikan, menganalisis, mensintesakan atau mengevaluasi berbagai informasi. Dalam kegiatan ini siswa mencari pemahaman berdasarkan pengamatan melalui pemikiran yang masuk akal yang berfokus pada masalah yang di paparkan. Dan disamping itu juga ada indikator – indikator yang menunjukkan berifikir kritis menurut Ennis ( welhab jufri , 2013: 103 ). 1. Memfokuskan pertanyaan. 2. Menganalisis argumen. 3. Bertanya dan menjawab pertanyaan 4. Mempertimbangkan apakah – apakah sumber dapat dipercaya atau tidak. 5. Mengobservasi dan mempertimbangkan laporan obeservasi 6. Mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi 7. Membuat dan menentukan sebuah hasil pertimbangan. 8. Mengidentifikasikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi. 9. Mengidentifikasikan asumsi – asumsi. 10. Menentukan suatu tindakan. Suatu kemampuan berpikir kritis itu juga ada pada semua orang, khususnya mereka yang normal sehingga menjadi genius. Secara akademik diyakini bahwa suatu pemikiran kritis itu umumnya dimiliki oleh orang yang sangat berpendidikan tinggi. Orang seprti itu biasanya pemikirannya itu tidak semuanya benar karena bukan berdasarkan hasil esperimen yang valid dan reliabel. Pendapatnya itu hanya didasari atas pikiran yang sangat logis semata. ( Dikutip dari buku pembelajaran tematik terpadu halaman 199). Menurut Herdian ( 2010 ), pembelajaran inkuiri terbimbing ini digunakan bagi siswa yang berkurang berpengalaman belajar dengan inkuiri. Dengan pembelajaran inkuiri terbimbing ( guided inquiry ) ini siswa belajar lebih berorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep – konsep pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan diharapkan pada tugas – tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui dikusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri. Menurut Sanjaya ( 2010 : 208 ), keunggulan dari pembelajaran inkuiri yaitu, pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik secara seimbang, sehingga strategi pembelajaran ini dianggap lebih bermakna, memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka, dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman dan pembelajaran yang dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata – rata artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar. Pembelajaran inkuiri ini menekankan kepada proses mencari dan menemukan materi pelajaran tidak diberikan secara langsung peran siswa dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran sedangkan guru sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar. Dan mewujudkan suatu tujuan pendidikan diatas diperlukan beberapa hal yang harus dilakukan diantaranya yaitu suatu pembelajaran dalam mendidik peserta didik, dalam pembelajaran itu sendiri sangatlah banyak namun yang akan kami bahas dalam skripsi ini adalah penggunaan model inquiry terbimbing untuk meningkatkan pemahaman berfikir kritis dan prestasi belajar. Pada kesempatan kali ini masih banyak sekolah yang belum menggunakan kurikulum 2013 termasuk sekolah yang akan penulis teliti, dan pemerintah akan mengadakan penataran kepada seluruh guru – guru yang ada di Indonesia, bahkan ada sebagian guru atau kepala sekolah yang sudah mengikuti penataran kurikulum 2013 tersebut. Tahun ajaran baru 2014/2015 diterapkan di sekolahnya masing – masing. Penggunaan kurikulum 2013 ini sangat tepat sekali diberikan kepada SD Bandung Raya karena pada kurikulum 2013 ini sangat menitik beratkan pada pengetahuan dan ketrampilan. Sehingga peserta didik sudah diasah sejak dini dan itu akan membawa dampak positif bagi mereka dewasa kelak, maka penulis akan mencoba menerapkan kurikulum terbaru yaitu kurikulum 2013 di SD Bandung Raya tersebut. Alternatif yang tepat digunakan untuk memecahkan masalah yang telah penulis paparkan diatas maka model pembelajaran yang tepat digunakan untuk masalah tersebut adalah model inkuiri terbimbing. Model inkuiri terbimbing dalam pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik secara seimbang. Maka dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan prestasi belajar yang secara seimbang. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : ‘’ Penggunaan model Inkuiri Terbimbing ( Guided Inquiry ) untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan prestasi belajar sub tema Keragamaan Budaya Bangsaku di kelas IV SD Bandung Raya Tahun Ajaran 20013 / 2014 “. B. PERMASALAHAN 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang teridentifikasi adalah sebagai berikut: a. Siswa sulit memusatkan perhatian dalam menerima materi pembelajaran. b. Metode pembelajaran yang diterapkan guru dalam proses pembelajaran kurang bervariasi, guru hanya menggunakan metode ceramah saja di setiap proses pembelajaran. c. Siswa kurang berminat dalam pembelajaran keragamaan budaya bangsaku C. RUMUSAN MASALAH Perumusan masalah merupakan bagian terpenting yang harus ada dalam penelitian. Dengan adanya permasalahan yang jelas, maka pemecahannya akan terarah dan terfokus. Berdasar pada latar belakang permasalahan di atas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritisi siswa kelas IV di SD Bandung Raya dalam pembelajaran indahnya kebersamaan pada sub tema keberagamaan budaya bangsaku. 2. Bagaimana proses pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan prestasi belajar siswa kelas IV SD Bandung Raya dalam pembelajaran indahnya pada sub tema keberagamaan budaya bangsaku . 3. Apakah motivasi siswa kelas IV SD Bandung Raya dapat meningkat setelah penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam pembelajaran indahnya kebersamaan pada sub tema keberagamaan budaya bangsaku. 4. Apakah prestasi belajar siswa kelas IV SD Bandung Raya dapat meningkat setelah penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam pembelajaran indahnya kebersamaan pada sub tema keberagamaan budaya bangsaku. D. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, ada dua tujuan penelitian, yaitu : 1. Tujuan Umum Secara umum penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan prestasi belajar siswa kelas IV pada materi indahnya kebersamaan pada sub tema keragamaan budaya bangsaku melalui penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing. 2. Tujuan Khusus Adapaun tujuan khusus dari penelitian ini 1. Ingin menyusun rencana pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan prestasi belajar siswa kelas IV di SD Bandung Raya dalam pembelajaran indahnya kebersamaan pada sub tema keragamaan budaya bangsaku. 2. Ingin melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing agar dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan prestasi belajar siswa kelas IV SD Bandung Raya dalam pembelajaran indahnya kebersamaan pada sub tema keragamaan budaya bangsaku 3. Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan prestasi belajar siswa kelas IV SD Bandung Raya melalui penggunaan model inkuiri terbimbing pada pembelajaran indahnya kebersamaan pada sub tema keberagamaan budaya bangsaku. 4. Untuk mengetahui gambaran peningkatan prestasi belajar siswa kelas IV SD Bandung Raya dalam pembelajaran indahnya kebersamaan pada sub tema keberagamaan budaya bangsaku melalui penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing E. MANFAAT PENELITIAN Penelitian selain mempunyai tujuan, disusun, dan dikerjakan agar berdampak dan bermanfaat, sehingga penelitian ini mempunyai arah yang pasti. Adapun manfaat hasil penelitian ini sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis: a. Peserta didik mampu melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan ditingkatkan pembelajaran yang inivatif dan partisipasi dan prestasi belajar secara optimal dapat diwujudkan secara sistematis. b. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk melaksanakan kegiatan belajar dalam mengembangkan ide, gagasan, dan kemampuan berpikir. c. Memberikan khasanah pengetahuan yang bersifat teoritis terhadap peserta didik. 2. Manfaat Praktis 1. Manfaat Bagi Siswa a. meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan prestasi belajar terhadap peserta didik kelas IV SD Bandung Raya dalam materi keberagamaan budaya bangsaku pada tema indahnya kebersamaan yang menggunakan model inkuiri terbimbing. b. Meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pelaksanaan pembelajaran keragamaan budaya bangsaku dengan menggunakan model inkuiri terbimbing di kelas IV SD Bandung Raya. 2. Manfaat Bagi guru a. Terwujudnya rencana pelaksanaan pembelajaran yang menerapkan model inkuiri terbimbing dalam pembelajaran keragaamaan budaya bangsaku dan indahnya keberagamaan pada siswa kelas IV SD Bandung Raya. b. Memberikan perbaikan dan menerapkan cara mengajar dan bagaimana melatih siswa dalam pembelajaran keragamaan budaya bangsaku. 3. Manfaat Bagi sekolah a. Diharapkan penelitian ini akan memberikan sumbangan yang bermanfaat baik bagi sekolah itu sendiri dalam rangka perbaikan pembelajaran pada khususnya dan sekolah lain pada umumnya. b. Memberi gagasan baru untuk meningkatkan partisipasi dan pretasi belajar siswanya. 4. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya a. Memberikan wawasan dalam pembelajaran keragamaan budaya bangsaku dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing. b. Memberikan pengalaman dalam melakukan penelitian, terutama penelitian tindakan kelas yang berguna untuk perbaikan pembelajaran selanjutnya. BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing a. Pengertian Model Inkuiri Sebelum kita melakukan suatu proses pembelajaran dengan baik yang dilakukan seorang guru harus pandai memilih suatu model pembelajaran yang tepat agar suatu tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik, suatu proses pembelajaran guru harus dapat memilih suatu model pembelajaran yang mampu mengembangkan potensi siswa secara mandiri tanpa diberitahu oleh guru sehingga suatu pembelajaran akan terasa lebih menarik dan bermakna bagi siswa. Salah satu model pembelajarannya yaitu model pembelajaran inkuiri terbimbing. Ahmadi dalam Ismawati (2007: 35) mengatakan bahwa: inkuiri berasal dari kata inquire yang berarti menanyakan, meminta keterangan, atau penyelidikan, dan inkuiri berarti penyelidikan. Siswa diprogramkan agar selalu aktif secara mental maupun fisik. Materi yang disajikan guru bukan begitu saja diberikan dan diterima oleh siswa, tetapi siswa diusahakan sedemikian rupa sehingga mereka memperoleh berbagai pengalaman dalam rangka “menemukan sendiri” konsep-konsep yang direncanakan oleh guru. Sedangkan menurut ( Wina Sanjaya, 2007 ). Mengatakan bahwa : Pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran yang melibatkan seluruh kemampuan peserta didik secara maksimal untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis, sehingga peserta didik dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Dari beberapa menurut dua para ahli diatas pengertian inkuiri terbimbing, penulis dapat menyimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah Suatu Strategi pembelajaran inkuiri terbimbing untuk menekankan kepada proses mencari dan menemukan, model pembelajaran ini adalah materi pelajaran tidak diberikan secara langsung, Karena Peran siswa dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan seorang guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar, strategi pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang di pertanyakan, proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. b. Keunggulan dan Kelemahan Model Inkuiri Terbimbing 1). Keunggulan Inkuiri Terbimbing Model pembelajaran inkuiri memiliki keunggulan dan kelemahan. Banyak para ahli yang memberikan komentar tentang keunggulan dan kelemahan model pembelajaran inkuiri diataranya menurut Sanjaya ( 2006 : 206 – 207 ). Keunggulan model pembelajaran inkuiri menurut sanjaya ( 2006 : 206 - 207 ) yaitu sebagai berikut : a. Inkuiri merupakan model pembelajaran yang menekankan pada pengembangan asfek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang. b. Inkuiri dapat memberikan ruang atau kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya mereka sendiri, tanpa dipaksa oleh guru. c. Inkuiri merupakan model pembelajaran yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. d. Dengan inkuiri dapat melayani kebutuhan siwa yang memiliki kemampuan diatas rata – rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar. Model Inkuiri memiliki keunggulan-keunggulan dibandingkan dengan model-model pembelajaran lain Keunggulan model inkuiri menurut Sahrul (2009: 54).sebagai berikut : a. Membantu peserta didik untuk mengembangkan kesiapan serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif. b. Peserta didik memperoleh pengetahuan secara individual sehingga dapat dimengerti dan mengendap dalam pikirannya. c. Dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar peserta didik untuk belajar lebih giat lagi. d. Memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan dan minat masing-masing. e. Memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses menemukan sendiri karena pembelajaran berpusat pada peserta dengan peran guru yang sangat terbatas. Dari uraian di atas, menurut beberapa para ahli penulis dapat menyimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah memiliki berberapa kelebihan diantaranya: menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses menemukan sendiri jawaban yang diberikan oleh seorang guru dan disamping itu juga dapat untuk mengembangkan kesiapan serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif. 2 ) Kelemahan Model Inkuiri Terbimbing Di samping memiliki keunggulan model inkuiri juga mempunyai berbagai kelemahan dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing.Kelemahan inkuiri menurut Suryobroto (2002:201) adalah sebagai berikut: a. dipersyaratkan keharusan ada persiapan mental untuk cara belajar ini. b. pembelajaran ini kurang berhasil dalam kelas besar, misalnya sebagian waktu hilang karena membantu siswa menemukan teori-teori atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu. c. harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pembelajaran secara tradisional jika guru tidak menguasai pembelajaran inkuiri Selain itu, Suyadi (2013:116) mengatakan Tujuan utama pembelajaran inkuiri adalah menolong peserta didik untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan ketrampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan - pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka. Selain itu, inkuiri juga dapat mengembangkan nilai dan sikap yang sangat dibutuhkan peserta didik agar mampu berpikir ilmiah, seperti : 1. Keterampilan melakukan pengamatan, pengumpulan dan pengorganisasian data, termasuk merumuskan hipotesis serta menjelaskan fenomena. 2. Kemandirian belajar, baik individu maupun kolektif . 3. Kemampuan mengekspresikan rasa ingin tahu secara verbal. 4. Kemampuan berpikir kritis, logis dan analitis. 5. Kesadaran ilmiah bahwa ilmu bersifat dinamis dan tentatif ( sementara ) Berdasarkan beberapa definisi diatas menurut para ahli, jelas bahwa model inkuiri dapat diartikan sebagai suatu model pembelajaran yang terpusat pada siswa, yang mana siswa didorong untuk terlibat langsung dalam melakukan inkuiri yaitu bertanya, merumuskan permasalahan, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data, menarik kesimpulan, berdiskusi dan berkomunikasi. Dalam pembelajaran ini siswa menjadi lebih aktif. Guru berusaha dan membimbing, melatih dan membiasakan siswa untuk terampil berpikir seperti terampil menggunakan alat, terampil memakai peralatan percobaan dan sebagainya. c. Langkah – langkah Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada penelitian ini langkah-langkah pembelajaran inkuiri terbimbing mengadopsi tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang dikemukakan dalam : http://www.ras-eko.com/2011/05/model-pembelajaran-inquiry.html Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Inkuiri terbimbing Fase Indikator Tingkah Laku Guru 1 Menyajikan pertanyaan atau masalah Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan masalah dituliskan di papan tulis 2 Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan. 3 Merancang percobaan guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang dilakukan. Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan. 4 Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi. Guru membimbing siswa untuk mendapatkan informasi melalui percobaan. 5 Mengumpulkan dan menganalisis data Guru memberikan kesempatan pada setiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul. Dari paparan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Para siswa akan berperan aktif melatih keberanian, berkomunikasi dan berusaha mendapatkan pengetahuannya sendiri untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Dan mempunyai kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan, oleh sebab itu siwa di bimbing oleh seorang guru. 2. Kemampuan Berfikir kritis a. Pengertian Berfikir Kritis Suatu proses pembelajaran, dan tujuan pembelajaran agar dapat tercapai dengan baik maka kemampuan berfikir siswa dalam pembelajaran harus diperhatikan. Kemampuan siswa dalam suatu proses pembelajaran yang sedang berlangsung dapat mempengaruhi kemampuan berfikir siswa terhadap materi yang dipelajarinya. Karena adanya kegiatan pembelajaran di dalam kelas siswa harus memperhatikan penjelasan guru dengan baik agar kemampuan berfikir kritis dapat meningkat dalam proses pembelajaran dan siswa selalu terlibat aktif dalam proses pembelajaran maka akan tercipta suasana pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Menurut Iskandar (2009: 86-87) mengemukakan pendapatnya tentang pengertian kemampuan berfikir adalah sebagai berikut. Kemampaun berpikir merupakan kegiatan penalaran yang reflektif, kritis, dan kreatif, yang berorientasi pada suatu proses intelektual yang melibatkan pembentukan konsep (conceptualizing), aplikasi, analisis, menilai informasi yang terkumpul (sintesis) atau dihasilkan melalui pengamatan, pengalaman, refleksi, komunikasi sebagai landasan kepada suatu keyakinan (kepercayaan) dan tindakan. Sedangkan menurut Cece Wijaya (1996:72) mengemukakan bahwa berpikir kritis yaitu sebagai berikut : Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpendapat dengan cara yang terorganisasi. Berpikir kritis merupakan kemampuan untuk mengevaluasi secara sistematis bobot pendapat pribadi dan pendapat orang lain. Selanjutnya berpikir kritis adalah kegiatan menganalisis ide atau gagasan ke arah yang lebih spesifik, membedakannya secara tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji dan mengembangkannya ke arah yang lebih sempurna. Dari beberapa definisi tersebut maka penulis dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian kemampuan berfikir kritis adalah sebuah proses yang melibatkan beberapa manipulasi dan mentransformasi informasi dalam sistem kognitif untuk membentuk representasi mental yang baru dalam memecahkan suatu masalah b. jenis – jenis berfikir kritis Pada saat proses pembelajaran berlangsung, perlu diperhatikan bagaimana kemampuan dan keterlibatnya siswa dalam pengetahuan cara berfikir, apakah mereka aktif atau pasif. Banyak jenis – jenis berfikir kritis yang dapat dilakukan oleh siswa selama mnegikuti pembelajaran berkenan dengan hal sebagai berikut : Menurut Wijaya (2007: 71) berpendapat bahwa ada dua macam jenis berpikir: a. Berpikir kreatif yaitu kegiatan membuat model-model tertentu untuk menciptakan hal-hal baru. Berpikir kreatif dapat menciptakan gagasan-gagasan baru, dengan sudut pandang yang berbeda-beda untuk menyelesaikan suatu masalah. b. Berpikir kritis yaitu kegiatan menganalisis ide atau gagasan ke arah yang lebih spesifik dan membedakan secara tajam serta mengembangkan ke arah yang lebih sempurna. Sedangkan Wahib & Mustakim (2003: 89) membedakan berpikir menjadi empat macam, yaitu : a. Berpikir autistik (melamun) yaitu berfikir menghayal dan semacam berpikir wish full thinking (melarikan diri dari kenyataan). b. Berpikir realistik/nalar yaitu berpikir untuk menyesuaikan diri dengan dunia nyata. Berpikir realistik dibagi menjadi dua macam yaitu berpikir deduktif dan berpikir induktif. c. Berpikir kritis atau berpikir evaluatif yaitu kegiatan menganalisis ide atau gagasan ke arah yang lebih spesifik, membedakannya secara tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji dan mengembangkannya ke arah yang lebih sempurna. d. Berpikir kreatif yaitu kegiatan menciptakan model-model tertentu dengan maksud untuk menambah agar lebih kaya dan menciptakan yang baru.bentuk secara terus menerus. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa jenis berpikir ada empat macam, yaitu berpikir kreatif, kritis, realistik dan autistik. c. faktor – faktor yang mempengaruhi kemampuan berfikir kritis Banyak berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi siswa dalam kemampuan berfikir kritis untuk ikut aktif dalam proses pembelajaran. Faktor-faktor tersebut tidak selalu timbul dari setiap siswa, melainkan sosok gurulah yang harus mempengaruhi siswa agar terlibat aktif dalam suatu proses pembelajaran, karena setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda dan keinginan yang berbeda-beda. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi berpikir kritis siswa dalam http://jurnaldiakronikafisunp.blogspot.com/2012/05/berpikir-kritis-pembelajaran-sejarah.html, diantaranya: 1) Kondisi fisik: menurut Maslow dalam Siti Mariyam (2006:4) kondisi fisik adalah kebutuhan fisiologi yang paling dasar bagi manusia untuk menjalani kehidupan. Ketika kondisi fisik siswa terganggu, sementara ia dihadapkan pada situasi yag menuntut pemikiran yang matang untuk memecahkan suatu masalah maka kondisi seperti ini sangat mempengaruhi pikirannya. Ia tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir cepat karena tubuhnya tidak memungkinkan untuk bereaksi terhadap respon yanga ada. 2) Motivasi: Kort (1987) mengatakan motivasi merupakan hasil faktor internal dan eksternal. Motivasi adalah upaya untuk menimbulkan rangsangan, dorongan ataupun pembangkit tenaga seseorang agar mau berbuat sesuatu atau memperlihatkan perilaku tertentu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menciptakan minat adalah cara yang sangat baik untuk memberi motivasi pada diri demi mencapai tujuan. Motivasi yang tinggi terlihat dari kemampuan atau kapasitas atau daya serap dalam belajar, mengambil resiko, menjawab pertanyaan, menentang kondisi yang tidak mau berubah kearah yang lebih baik, mempergunakan kesalahan sebagai kesimpulan belajar, semakin cepat memperoleh tujuan dan kepuasan, mempeerlihatkan tekad diri, sikap kontruktif, memperlihatkan hasrat dan keingintahuan, serta kesediaan untuk menyetujui hasil perilaku. 3) Kecemasan: keadaan emosional yang ditandai dengan kegelisahan dan ketakutan terhadap kemungkinan bahaya. Menurut Frued dalam Riasmini (2000) kecemasan timbul secara otomatis jika individu menerima stimulus berlebih yang melampaui untuk menanganinya (internal, eksternal). Reaksi terhadap kecemasan dapat bersifat; a) konstruktif, memotivasi individu untuk belajar dan mengadakan perubahan terutama perubahan perasaan tidak nyaman, serta terfokus pada kelangsungan hidup; b) destruktif, menimbulkan tingkah laku maladaptif dan disfungsi yang menyangkut kecemasan berat atau panik serta dapat membatasi seseorang dalam berpikir. 4) Perkembangan intelektual: intelektual atau kecerdasan merupakan kemampuan mental seseorang untuk merespon dan menyelesaikan suatu persoalan, menghubungkan satu hal dengan yang lain dan dapat merespon dengan baik setiap stimulus. Perkembangan intelektual tiap orang berbeda-beda disesuaikan dengan usia dan tingkah perkembanganya. Menurut Piaget dalam Purwanto (1999) semakin bertambah umur anak, semakin tampak jelas kecenderungan dalam kematangan proses. Sedangkan menurut Rath et al (1966) menyatakan bahwa: salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan kemampuan berpikir kritis adalah interaksi antara pengajar dan siswa. Siswa memerlukan suasana akademik yang memberikan kebebasan dan rasa aman bagi siswa untuk mengekspresikan pendapat dan keputusannya selama berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Dari pendapat-pendapat di atas dapat dikatakan bahwa berpikir kritis itu meliputi dua faktor besar yakni melakukan proses berpikir nalar (reasoning) dan diikuti dengan pengambilan keputusan/ pemecahan masalah (deciding/problem solving). Dengan demikian dapat pula diartikan bahwa tanpa kemampuan yang memadai dalam hal berpikir nalar (deduktif, induktif dan reflektif), seseorang tidak dapat melakukan proses berpikir kritis secara benar. Berpikir kritis berfokus pada apakah meyakini atau melakukan sesuatu mengandung pengertian bahwa siswa yang berpikir kritis tidak hanya percaya begitu saja apa yang dijelaskan oleh guru. Siswa berusaha mempertimbangkan penalarannya dan mencari informasi lain untuk memperoleh kebenaran. d. Manfaat kemampuan berfikir kritis Segala sesuatu proses pembelajaran yang sedang berlangsung juga mempunyai suatu manfaat untuk berfikir kritis siswa yang dilakukan dalam proses pembelajaran pasti bermanfaat untuk setiap pada diri siswa itu sendiri, baik bermanfaat bagi pemahamannya maupun bagi perilaku fisiknya. 1). Manfaat berpikir kritis Arief Achmad, 2009, menyatakan kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Keuntungan yang didapatkan sewaktu kita tajam dalam berpikir kritis, kita bisa menilai bobot kemampuan seseorang dari perkataan yang ia keluarkan, kita juga dengan tidak gampangnya menyerap setiap informasi tanpa memikirkan terlebih dahulu hal yang sedang disampaikan. Bayangkan! Jika kita semua terbentuk dengan kebiasaan ini, bisa dipastikan akan muncul kreatifitas yang baru dan kita bisa terus menerus mengalami pertumbuhan yang lebih baik di setiap aspek dari bidang yang sedang kita tekuni. Dengan berpikir kritis maka seseorang: 1. Terhindar dari berbagai upaya penipuan, manipulasi, pembodohan, dan penyesatan. 2. Selalu fokus pada suatu hal yang sebenarnya. 3. Hidup dalam dunia nyata daripada dunia fantasi. 4. Terhindar dari berbagai kesalahan, seperti membuang waktu, uang, dan melibatkan emosi dalam kepercayaan atau ajaran atau dogma atau ideologi yang salah dan menyesatkan. 5. Selalu terlibat dalam perziarahan kemanusiaan yang menarik dan menantang dalam upaya memahami diri sendiri dan dunia di mana kita berada. 6. Selalu mampu memberikan sumbangsih kemanusiaan yang nyata dan bermanfaat demi menemukan dan mengedepankan kebenaran yang didasarkan pada ilmu pengetahuan dan akal sehat. 7. Mampu menyaring semua informasi yang diperoleh dari semua sumber. 8. Mampu memperbaiki dan meningkatkan kemampuan dalam hal menjelaskan dan berargumentasi mengenai banyak topik/fenomena serta mampu meyakinkan orang lain yang didasarkan pada akal sehat, kejujuran, dan kebijaksanaan. 2. Manfaat berpikir kreatif Berpikir kreatif erat kaitannya dengan memunculkan alternatif-alternatif. Dengan berpikir kreatif kita tidak hanya terpaku dengan satu alternative saja. Dengan berpikir kreatif kita dapat membuka kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa depan, sehingga kita juga memiliki alternatif-alternatif cara menghadapi dimasa depannya. Berpikir kreatif juga memudahkan kita untuk melihat, dan bahkan menciptakan peluang yang menunjang keberhasilan kita. Seringkali alasan seseorang tidak bertindak adalah karena tidak ada peluang. Padahal sesungguhnya peluang selalu ada didepan kita. Tinggal apakah kita jeli melihatnya atau tidak. Bahkan kalaupun peluang itu memang tidak ada, kita dapat menciptakan peluang asal kita mau berpikir kreatif. http://seulanga23.blogspot.com/2013/12/makalah-berpikir-kritis-dan-berpikir.html Berdasarkan pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa Mampu memperbaiki dan meningkatkan kemampuan dalam hal menjelaskan dan berargumentasi mengenai banyak topik/fenomena serta mampu meyakinkan orang lain yang didasarkan pada akal sehat, kejujuran, dan kebijaksanaan. 3. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar menurut kurikulum 2013 (menggunakan bahasa sendiri) adalah mengatasi hambatan, melatih kekuatan, berusaha melakukan sesuatu yang sulit dengan baik dan secepat mungkin”. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. Prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu : kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan. Sedangkan Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto (1990) bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai pada saat atau periode tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut, prestasi dalam penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses pembelajaran. Belajar merupakan suatu proses untuk mencapai prestasi belajar. Hal ini sesuai yang dikemukakan Abdurrahman (2003:28) bahwa “belajar merupakan proses dari seorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar atau yang disebut hasil belajar, yaitu suatu bentuk perubahan perilaku yang relative menetap”. Perubahan tingkah laku siswa setelah mengikuti pembelajaran terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek itu adalah pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan social, jasmani, budi pekerti, dan sikap. Berdasarkan pengertian prestasi belajar di atas, disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. hasil pembelajaran juga bisa berupa nilai, ilmu pengetahuan, sikap, dan lain-lain yang sudah mencapai tujuan dengan kemampuan seseorang dalam menyerap atau memahami sesuatu terhadap apa yang telah diajarkan. b. Bentuk Prestasi Belajar Belajar merupakan proses perubahan dalam diri seseorang. Dengan belajar orang dapat merubah diri nya menjadi lebih baik. Misalnya asalnya tidak tahu menjadi tahu. Maka dari itu prestasi belajar bisa berupa bentuk pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai berupa angka. Hal itu adalah perubahan dari prestasi belajar seseorang Sudirman (2004:21) mengatakan bahwa ”perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga terbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri”. Oemar Hamalik (2002:30 ) menjelaskan bahwa prestasi belajar merupakan perubahan tingkah laku siswa setelah mengikuti rangkaian pembelajaran atau pelatihan, perubahan yang terjadi dapat di amati melalui beberapa aspek yaitu pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan apresiasi, emosional, hubungan social, jasmani, etis atau budi pekerti, sikap. Gagne dan brigs (1988: 49) membagi prestasi belajar menjadi 5 kapasitas diantaranya adalah : Keterampilan intelektual, Ranah kognitif, Inovasi verbal, Keterampilan motorik, Sikap Ranah kognitif Berkenaan dengan perubahan tingkah laku dan intelektualnya (pengetahuan), dimana diterimanya pengetahuan oleh yang belajar sehingga terjadi perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu. Ranah apektif berkenaan dengan perubahan tingkah laku dalam sikap atau perbuatannya. Ranah psikomotor berkenaan dengan kemampuan memanipulasi secara fisik, dimana diperolehnya ketrampilan bagi individuyang belajar sehingga terjadi perubahan yang semula tidak bisa menjadi bisa. Pada penjelasan di atas dapat disimpulakan bahwa bentuk prestasi belajar yaitu tingkat penguasaan siswa dalam bentuk kemampuan-kemampuan tertentu dan pengalaman-pengalaman belajars etelah mengikuti serangkaian pembelajaran dan merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa perupa penguasaan ilmu pengetahuan, sikap dan keterampilan tertentu. c. faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dibedakan atas dua kategori. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar secara umum menurut Slameto (2003: 54) pada garis besarnya meliputi faktor intern dan faktor ekstern yaitu: 1) Faktor intern Dalam faktor ini dibahas 2 faktor yaitu: a. Faktor jasmaniah mencakup: (1) Faktor kesehatan (2) Cacat tubuh b) Faktor psikologis mencakup: (1) Intelegensi (2) Perhatian (3) Minat (4) Bakat (5) Motivasi (6) Kematangan (7) Kesiapan c) Faktor kelelahan 2). Faktor ekstern Faktor ini dibagi menjadi 3 faktor, yaitu: a) Faktor keluarga mencakup: (1) cara orang tua mendidik (2) relasi antar anggota keluarga (3) suasana rumah (4) keadaan ekonomi keluarga (5) pengertian orang tua (6) latar belakang kebudayaan b) Faktor sekolah meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah c) Faktor masyarakat meliputi kegiatan dalam masyarakat, mass media, teman bermain, bentuk kehidupan bermasyarakat, Selanjutnya menurut Sumadi Suryabrata (2002: 233) mengklasifikasikan faktor-faktor yang memepengaruhi belajar sebagai berikut: 1). Faktor-faktor yang berasal dari luar dalam diri a) Faktor non-sosial dalam belajar Meliputi keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu, tempat dan alat-alat yang dipakai untuk belajar(alat tulis, alat peraga) b) Faktor sosial dalam belajar. 2) Faktor-faktor yang berasal dari luar diri a) Faktor fisiologi dalam belajar Faktor ini terdiri dari keadaan jasmani pada umumnya dan keadaan fungsi jasmani tertentu. b) Faktor psikologi dalam belajar Faktor ini dapat mendorong aktivitas belajar seseorang karena aktivitas dipacu dari dalam diri, seperti adanya perhatian, minat, rasa ingin tahu, fantasi, perasaan, dan ingatan. Jadi, berdasarkan pendapat di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi belajar digolongkan menjadi dua yaitu: Faktor intern Faktor ini berkaitan dengan segala yang berhubungan dengan diri siswa itu sendiri berupa motivasi, minat, bakat, kepandaian, kesehatan, sikap, perasaan dan faktor pribadi lainnya. Dan di samping itu juga ada Faktor ekstern Faktor ini berhubungan dengan pengaruh yang datang dari luar diri individu berupa sarapa dan prasarana, lingkungan, masyarakat, guru, metode pembelajaran, kondisi social, ekonomi, dan lain sebagaianya. d. Upaya Guru untuk meningkatkan prestasi belajar Secara Umum upaya guru untuk meningkatkan prestasi belajar di bedakan atas empat cara meningkatkan prestasi belajar. Adapun upaya guru untuk meningkatkan prestasi belajar secara umum menurut Bambang Subdibyo Samad dalam http://educationesia.blogspot.com/2012/11/cara-meningkatkan-prestasi-belajar.html 1). Bimbingan belajar secara intensif Ada berbagai macam model bimbingan belajar bisa dijadikan sebagai alternatif dalam upaya peningkatan prestasi belajar siswa. Ada dua macam model bimbingan belajar, yaitu: pertama: bimbingan siswa berprestasi, dan kedua: bimbingan bagi anak dengan kemampuan dibawah rata-rata. Bagi siswa yang memiliki kemamuan di atas rata-rata mereka hanya dapat diberikan program pengayaan, sedangkan bagi mereka yang hanya memiliki kemampuan dibawah rata-rata diberi program remedial, adapun teknik pemberian bantuan atau bimbingan belajar tersebut dapat dilakukan dengan face to face relationship 2). Pembelajaran siswa secara individu Bimbingan belajar secara individu bisa diperluas kepada kelompok walaupun metode ini juga digunakan untuk membantu individu-individu yang mempunyai masalah gangguan emosional yang serius. Pada pembelajaran individual, guru memberi bantuan pada masing-masing pribadi, sedangkan pada pembelajaran kelompok, guru memberikan bantuan secara umum 3). Penggunaan metode pembelajaran bervariasi Upaya selanjutnya yang perlu dilakukan oleh seorang guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran bervariasi. Akan tetapi dalam hal ini saya menganjurkan untuk menggunakan metode problem solving yang mana bertujuan untuk membantu anak-anak dalam menyelesaikan masalah dan memecahkannya, disamping itu metode problem solving juga merupakan cara untuk memberikan pengertian dengan menstimulasi siswa untuk memperhatikan, menelaah, dan berpikir tentang suatu masalah untuk selanjutnya menganalisis masalahnya tersebut sebagai upaya memecahkan masalah. 4). Program home visit Penggunaan home visit sebagai salah satu bentuk peningkatan prestasi belajar siswa merupakan suatu cara yang ditunjukan untuk lebih mengakrabkan antar guru dengan siswa dan orang tua. Teknik home visit dapat dilakukan melalui kunjungan rumah agar guru dapat mengetahui masalah anak dirumahnya. Disamping itu, agar orang tua dapat memberikan perhatian dan motivasi yang lebih terhadap belajar anak. Teknik ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan prestasi siswa. Hal ini dimaksudkan untuk mengkomunikasikan dan mencari jalan keluar atas persoalan yang dihadapi siswa dalam belajar agar memperlancar mencapai tujuan program pendidikan di sekolah tersebut. Jadi, berdasarkan pendapat diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa upaya guru meningkatkan prestasi belajar digolongkan menjadi 4 macam yaitu : bimbingan belajar secara intesif,pembelajaran secara individu, penggunaan metode pembelajaran bervariasi. e. Ciri – Ciri Prestasi Belajar Jika hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada beberapa perubahan tertentu yang dimaksukkan ke dalam ciri – ciri belajar dalam buku psikologi belajar menurut Syaiful Bahri (2011: 15) sebagai berikut : 1). Perubahan yang Terjadi Secara Sadar Ini berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang – kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah kebiasaannya bertambah. 2). Perubahan dalam Belajar bersifat Fungsional Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. 3) Perubahan dalam Belajar Bersifat Positif dan Aktif Perubahan – perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian, makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh . 4). Perubahan Mencakup Seluruh Aspek Tingkah Laku Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyulurh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya. Demikianlah penulis menyimpulkan dari ciri – ciri prestasi belajar sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kerangka pemahaman terhadap masalah belajar f. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Transfer Prestasi Belajar Faktor – faktor yang mempengaruhi timbulnya transfer prestasi belajar menurut Saiful Bahri ( 2011: 230) sebagai berikut: 1). Taraf Inteligensi dan sikap Faktor ini berasal dari anak didik, dan berkisar pada masalah kapasitas dasar ( kemampuan dasar , sikap, minat anak didik, dan lain sebagainya. Kapasitas dasar atau kemampuan dasar adalah membantu timbulnya transfer belajar. Anak yang pandai cenderung memiliki transfer yang tinggi, dan sebaliknya anak yang kurang pandai cenderung memiliki transfer yang rendah (minim). 2). Metode Guru dalam Mengajar Faktor ini berasal dari guru dan berkisar antara lain pada penguasaan persiapan, alat peraga, pemilihan bahan, dan sebagainya. Hasil belajar yang akan dihasilkan dengan penggunaan metode ceramah. Kadar kemampuan yang dihasilkan dengan penggunaan metode diskusi tentu saja lebih tinggi dari pada kadar kemampuan yang dihasilkan dengan penggunaan metode ceramah. 3). Isi Mata Pelajaran Hubungan anatara pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lainnya menjadi penengah yang dapat menimbulkan transfer dalam belajar. Suatu mata pelajaran yang dapat dikuasai bisa dijadikan landasan untuk menguasai mata pelajaran lain yang relevan, baik kaidah maupun prinsip – prinsipnya Jadi, berdasarkan pendapat di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi timbulnya transfer prestasi belajar digolongkan menjadi tiga yaitu: Taraf Inteligensi dan sikap, Metode Guru dalam Mengajar , Isi Mata Pelajaran. g. Penyebab Kesulitan Prestasi Belajar Banyak sudah para ahli mengemukakan faktor – faktor penyebab kesulitan prestasi belajar dengan sudut pandang mereka masing – masing. Ada yang meninjaunya dari sudut interen anak didik dan eksteren anak didik menurut Muhibin Syah dalam buku Saiful Bahri ( 2011: 235) mengatakan dari kedua aspek diatas . menurut faktor – faktor anak didik meliputi gangguan atau kekurangamampuan psiko – fisik anaka didik, yakni berikut ini. 1). Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/ inteligensi anak didik. 2). Yang bersifat afektif (ranah rasa), anatara lain seperti labilnya emosi dan sikap. 3). Yang bersifat psikomotor ( ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat – alat indra penglihatan dan pendengaran ( mata dan telinga). Sedangkan faktor eksteren anak didik meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar anak didik. Faktor lingkungan ini meliputi : 1) Lingkungan keluarga, contohnya ketidakharmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga. 2) Lingkungan perkampungan / masyarakat, contohnya wilayah perkampungan kumuh dan teman sepermainan yang nakal. 3) Lingkungans sekolah contohnya kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat –alat belajar yang berkualitas. Jadi berdasarkan pendapat diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa, faktor – faktor penyebab kesulitan prestasi belajar anak didik dapat dibagi menjadi faktor anak didik,sekolah, keluarga,dan masyarakat. 4. Pembelajaran Tematik a. Pengertian pembelajaran tematik Pembelajaran tematik merupakan suatu pembelajaran yang memadukan beberapa mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan ini siswa diharapkan akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran merasa lebih bermakna bagi siswa dan disamping itu juga memadukan materi beberapa mata pelajaran dalam sub tema. Abdul Majid ( 2014:80) mengemukakan pendapatnya tentang pembelajaran tematik adalah sebagai berikut: Pembelajaran tematik adalah pembelajarn terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada murid, tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Sedangkan menurut John dewey dalam http: // suratan makna.blogspot.com/2012/02/model-pembelajaran tematik.html mengungkapkan bahwa : pembelajaran terpadu adalah pendekatan untuk mengembangkan pengetahuan siswa dalam pembentukan pengetahuan berdasarkan pada interaksi dengan dan pengalaman kehidupannya. Menurut. raka joni bahwa pembelajaran terpadu merupakan suatu system pembelajaran yang memungkinkan siswa secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistic, bermakna, dan otentik. Jadi berdasarkan paparan di atas, penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah sebuah sistem pembelajaran yang memadukan beberapa kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran. Dalam memadukan beberapa mata pelajaran tersebut dihubungkan oleh sebuah tema. b. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Tematik 1). Kelebihan pembelajaran tematik Model pembelajaran tematik memiliki beberapa kelebihan. Menurut Abdul Majid ( 2014 : 92 ) mengemukakan bahwa kelebihan model pembelajaran tematik bagi siswa antara lain sebagai berikut: a. Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan anak didik. b. Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar – mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak didik. c. Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna d. Mengembangkan keterampilan berpikir anak didik sesuai dengan persoalan yang dihadapi. e. Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama. Sedangkan menurut Resmini (2006:19) kelebihan pembelajaran tematik yaitu: a. Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan siswa. b. Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain. c. Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu. d. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama. e. Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas. f. Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa. Berdasarkan beberapa 2 pendapat para ahli di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa model pembelajaran tematik memiliki beberapa kelebihan. Diantaranya adalah: proses pembelajaran lebih menyenangkan karena lebih relevan dan sesuai dengan apa yang peserta didik alami, hasil belajar akan bertahan lebih lama karena proses pembelajaran lebih bermakna, mengajarkan siswa akan sebuah sikap toleransi, dan mengembangkan kemampuan sosialisasi siswa. 2). Kekurangan pembelajaran tematik Pembelajaran tematik di samping memiliki beberapa keuntungan sebagaimana dipaparkan di atas, juga terdapat beberapa kekurangan yang diperolehnya. Kekurangan yang ditimbulkannya yaitu: menurut Resmini ( 2006 :19 ) yaitu sebagai berikut : a. Menuntut peran guru yang memiliki pengetahuan dan wawasan luas, kreatifitas tinggi, keterampilan, kepercayaan diri dan etos akademik yang tinggi, dan berani untuk mengemas dan mengembangkan materi. Namun tidak setiap guru mampu mengintegrasikan kurikulum dengan konsep-konsep yang ada dalam mata pelajaran secara tepat. b. Dalam pengembangan kreatifitas akademik, menuntut kemampuan belajar siswa yang baik dalam aspek intelegensi. c. Pembelajaran tematik memerlukan sarana dan sumber informasi yang cukup banyak dan beragam serta berguna untuk mengembangkan wawasan dan pengetahuan yang diperlukan. d. Memerlukan jenis kurikulum yang terbuka untuk pengembangannya e. Pembelajaran tematik memerlukan system penilaian dan pengukuran ( obyek, indikator, dan prosedur ) yang terpadu Jadi berdasarkan pengertian di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa kelemahan model pembelajaran tematik terdapat pada pelaksanaannya. Dimana jika perencanaan skenario pemeblajaran tidak didukung dengan metode yang inovatif maka standar kompetensi dan kompetensi dasar tidak akan tercapai karena akan menjadi sebuah narasi kering tanpa makna. Dan juga pada perencanaan dan pelaksanaan evaluasi yang lebih banyak menuntut guru untuk melakukan evaluasi proses, dan tidak hanya evalusi dampak pembelajaran langsung saja. c. tahap – tahap pelaksanaan pembelajaran tematik pembelajaran tematik pada dasarnya mengikuti langkah-langkah (sintak) pembelajaran terpadu. Secara umum sintaks tersebut mengikuti tahap-tahap yang dilalui dalam setiap model pembeljaran yang meliputi tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Berkaitan dengan itu maka sintaks model pembelajaran tematik dapat direduksi dari berbagai model pembelajaran seperti model pembelajaran langsung (direct intructions), model pembelajran kooperatif (cooperative learning), maupun model pembelajaran berdasarkan masalah (problem based instructions). Menurut prabowo dalam http://suratanmakna.blogspot.com/2012/02/model-pembelajaran-tematik.html, langkah-langkah (sintaks) pembelajran terpadu secara khusus dapat dibuat tersendiri berupa langkah-langkah baru dengan sedikit ada perbedaan yakni sebagai berkut: 1. Tahap perencanan a. Menentukan jenis mata pelajaran dan jenis keterampilan yang dipadukan. Maksudnya karakteristik mata pelajaran menjadi pijakan untuk kegiatan awal ini. b. Memilih kajian materi, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator. Maksudnya langkah ini akan mengarahkan guru untuk menentukan sub keterampilan dari masing-masing keterampilan yang dapat diintegrasikan dalam satu unit pelajaran. c. Menentukan sub keterampilan yang dipadukan. Secara umum keterampilan-keterampilan yang dikuasai meliputi, keterampilan berpikir (thingking skills), keterampilan social, dan keterampilan mengorganisasi, yang masing-masing teridiri atas sub-sub keterampilan. d. Merumuskan indikator hasil belajar. Berdasarkan kompetensi dasar dan sub keterampilan yang telah dipilih dirumuskan indikator. Setiap indikator dirumuskan berdasarkan kaedah penulisan yang meliputi: audience (peserta didik), behavior (perilaku yang diharapkan), condition (media/alat) dan degree (jenjang/jumlah). e. Menentukan langkah-langkah pembelajaran. Langkah ini diperlukan sebagai strategi guru untuk mengintegrasikan setiap sub keterampilan yang telah dipilih pada setiap langkah pembelajaran. 2. Tahap pelaksanaan Prinsip-prinsip utama dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu, meliputi: pertama, guru hendaknya tidak menjadi single actor yang mendominasi dalam kegiatan pembelajaran melainkan guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Kedua, pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas. Ketiga, guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam proses perencanaan. a. Tahap evaluasiTahap evaluasi dapat berupa evaluasi proses pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran. Tahap evaluasi menurut departemen pendidikan nasional, hendaknya meperhatikan prinsip evaluasi pembelajaran terpadu. b. Memberikan kesempatan kepada siswa melakukan evaluasi diri disamping bentuk evaluasi lainnya c. Guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang akan dicapai. Jadi menurut prabowo yang telah dipaparkan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa tahap-tahap pelaksanaan model pembelajaran tematik adalah pertama yang harus dilakukan dalam menentukan tema yang akan memadukan beberapa pelajaran tema berdasarkan kompetensi dasar, kemudian membuat jejaring tema, lalu menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan bahan ajar rencana pembelajaran tematik. 5. Pemetaan Materi Pembelajaran Sub Tema Keberagamaan Budaya Bangsaku. a. Kompetensi Inti 1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya. 2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya. 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan bertanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain. 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. b. Pemetaan Kompetensi KI 1, KI2, KI3,K4 Pemetaan Kompetensi Dasar KI 1 dan KI 2 Pemetaan Kompetensi Dasar KI 3 dan KI 4 c . Ruang Lingkup Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Kompetensi yang Dikembangkan Pembelajaran 4 1. Mengenal alat musik tradisional 2. Bereksplorasi tentang sumber bunyi 3. Bercerita tentang pengalaman nilai – nilai pancasila 1. Sikap: Toleransi,percaya diri,dan rasa ingin tahu. 2. Ketrampilan Mencari informasi, kerja ilmiah, dan menulis. 3. Pengetahuan Musik tradisional, sumber bunyi, dan nilai – nilai pancasila. Pembelajaran 5 1. Bereksplorasi tentang media perambatan bunyi. 2. Menulis laporan. 3. Berkreasi membuat rumah adat impian. 1. Sikap: Toleransi, rasa ingin tahu, dan kerja sama 2. Pengetahuan: Media perambatan bunyi, teks instruksi, sudut,dan laporan. 3. Keterampilan: Kerja ilmiah, mengukur besar sudut, dan menulis. Pembelajaran 6 1. Bereksplorasi dengan segi banyak. 2. Menganalisis teks cerita. 1. Sikap: Toleransi, dan teliti 2. Pengetahuan: Segi banyak, teks cerita, kata baku dan tidak baku. 3. Keterampilan: Menghitung, mencari informasi, dan membaca. d.Pemetaan Indikator pembelajaran 4 – 6 Pemetaan Indikator pembelajaran 4 Pemetaan Indikator Pembelajaran. 5 Pemetaan Indikator Pembelajaran 6 e. Bahan Ajar Pembelajaran 4 sampai 6 1). Materi pembelajaran 4 A. IPA a. Definisi Bunyi Bunyi merupakan hasil dari getaran suatu benda yang merambat dalam bentuk gelombang. Oleh karena itu, bunyi sering disebut sebagai gelombang bunyi. Bunyi dihasilkan oleh benda-benda yang bergetar. b. Sifat-Sifat Bunyi Sifat-sifat bunyi ada tiga, yaitu sebagai berikut. 1. Termasuk gelombang longitudinal (gelombang yang arah rambatnya sejajar dengan arah getarnya). 2. Perambatannya membutuhkan medium. 3. Dapat dipantulkan. Percobaan 1 Alat: Selang plastik (panjang 2 meter atau lebih). Langkah kerja: 1. Pegang salah satu ujung selang dan minta temanmu memegang ujung lainnya. 2. Dekatkan ujung selang ke telinga. 3. Minta temanmu berbicara melalui ujung selang yang ia pegang. 4. Dengarkan dan catat apa yang ia sampaikan. Berikan hasilnya kepada temanmu untuk diperiksa. b) PPKn a. Makna dari tiap sila Pancasila Pancasila terdiri atas lima asas moral yang relevan menjadi dasar negara RL. Dalam kedudukannya sebagai falsafah hidup dan cita-cita moral. Makna dari lima sila dalam Pancasila adalah sebagai berikut: 1. Sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa: simbol bintang bermakna bahwa bangsa Indonesia percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha
Item Type: | Thesis (Skripsi(S1)) |
---|---|
Subjects: | S1-Skripsi |
Divisions: | Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > PGSD 2014 |
Depositing User: | Iyas - |
Date Deposited: | 25 Jul 2016 15:08 |
Last Modified: | 25 Jul 2016 15:08 |
URI: | http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/6442 |
Actions (login required)
View Item |