Marlina Febri Ariyanti, 105060248 (2016) MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP KEBERAGAMAN BUDAYA INDONESIA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK MELALUI PENERAPAN DISCOVERY LEARNING. Skripsi(S1) thesis, FKIP UNPAS.
Text
cover skripsi.docx Download (39kB) |
|
Text
LEMBAR PENGESAHAN.docx Download (12kB) |
|
Text
Moto.docx Download (12kB) |
|
Text
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.docx Download (11kB) |
|
Text
ABSTRAC.docx Download (12kB) |
|
Text
KATA PENGANTAR.docx Download (11kB) |
|
Text
UCAPAN TERIMAKASIH.docx Download (13kB) |
|
Text
DAFTAR ISI.docx Download (17kB) |
|
Text
SKRIPSI JADI.docx Download (177kB) |
|
Text
DAFTAR PUSTAKA.docx Download (13kB) |
Abstract
ABSTRAK Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SD Bandung Raya kelas IV pada sub tema keberagaman budaya bangsaku untuk meningkatkan Pemahaman Konsep dengan menerapkan model pembelajaran Discovery Learning. Pendekatan penelitian ini yang digunakan ialah penelitian tindakan kelas (PTK). PTK ialah suatu bentuk penelitian dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara lebih berkualitas sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan sistem siklus dengan jumlah siklus yang digunakan ialah 2 siklus dalam tiap siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode kualitatif dan kuantitatif yaitu dengan menggunakan tes evaluasi (fretes dan postes), lembar observasi guru dan siswa, dan Lembar Kerja Siswa (LKS) Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan menggunakan pendekatan pembelajaran model DiscoveryLearning. Dalam proses pembelajaran pada sub tema keberagaman budaya bangsaku dapat terlihat dari rata-rata hasil belajar siswa pada setiap siklusnya mencapai peningkatan dari pra siklus fretes siklus I 29,41%, postes siklus I 58,82% dan siklus II mengalami peningkatan persentase sebesar fretes siklus II 66,66% dan postes siklus II 88,88% selain itu hasil hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan. Nilai rata-rata hasil belajar sebelum tindakan. Setelah penggunaan pendekatan dengan model Discovery Leraning siklus I nilai rata-rata menjadi 75 Pada siklus II nilai rata-rata menjadi 80 Sehingga pembelajaran model Discovery Learning. Dapat digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran yang mengupayakan peningkatan konsep belajar peserta didik. Kata Kunci: Model Pembelajaran Discovery Learning BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam proses kehidupan. Majunya suatu bangsa dipengaruhi oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri karena pendidikan yang tinggi dapat mencetak Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Pendidikan yang dimaksud di sini bukan bersifat nonformal melainkan bersifat formal, meliputi proses belajar mengajar yang melibatkan guru dan peserta didik. Peningkatan kualitas pendidikan dicerminkan oleh prestasi belajar peserta didik. Sedangkan keberhasilan atau prestasi belajar peserta didik dipengaruhi oleh kualitas pendidikan yang bagus. Kualitas pendidikan yang bagus akan membawa peserta didik untuk meningkatkan prestasi belajar yang lebih baik. Pada saat proses belajar–mengajar berlangsung di kelas, akan terjadi hubungan timbal balik antara guru dan peserta didik yang beraneka ragam, dan itu akan mengakibatkan terbatasnya waktu guru untuk mengontrol bagaimana pengaruh tingkah lakunya terhadap motivasi belajar peserta didik. Selama pelajaran berlangsung, guru sulit menentukan tingkah laku mana yang berpengaruh positif terhadap motivasi belajar peserta didik, misalnya gaya mengajar mana yang memberi kesan positif pada diri peserta didik selama ini, strategi mana yang dapat membantu kejelasan konsep selama ini, metode dan model pembelajaran mana yang tepat untuk dipakai dalam menyajikan suatu pembelajaran sehingga dapat membantu mengaktifkan peserta didik dalam belajar. Hal tersebut memperkuat anggapan bahwa guru dituntut untuk lebih kreatif dalam proses belajar-mengajar, sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan pada diri peserta didik yang pada akhirnya meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Salah satu alternatif untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dipaparkan di atas adalah model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik serta dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Hudojo dalam Purmiasa (2002: 104) mengatakan bahwa model pembelajaran akan menentukan terjadinya proses belajar mengajar yang selanjutnya menentukan hasil belajar. Berhasil tidaknya proses belajar mengajar tergantung pada pendekatan, metode, serta teknik mengajar yang dilakukan oleh guru. Guru diharapkan selektif dalam menentukan dan menggunakan model pembelajaran. Penulis juga menyadari model belajar yang diterapkan dalam sebuah pembelajaran akan berdampak sangat signifikan bagi seseorang yang menerimanya. Kemungkinan besar berhasil atau tidaknya sebuah pembelajaran tergantung bagaimana seorang guru mampu atau tidaknya menempatkan dan memainkan model pembelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Perlu semua orang ingat itu adalah pendidikan juga berlangsung sepanjang hayat. Setiap manusia tentunya membutuhkan pendidikan, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan mengalami terbelakang. Pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing di samping memiliki budi pekerti dan moral yang baik. Menurut Henderson (Sadullah, dkk, 2007: 4) di dalam bukunya yang menyebutkan bahwa pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan, perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir. Hal yang serupa juga diungkapkan dalam (UU NO. 20 tahun 2003 pasal I),dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya memiliki kekuatan spritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Demi mewujudkan pendidikan tersebut, pemerintah menyelenggarakan pendidikan dalam dua bentuk yaitu pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Sekolah dasar sebagai institusi pendidikan formal memiliki kurikulum yang dipakai dan diatur melalui Undang-undang yang berlaku. Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pada pasal 37 ayat 1 disebutkan bahwa kurikulum pendidikan dasar wajib memuat ilmu pengetahuan. Pada kurikulum yang baru pemerintah perkenalkan pada setiap sekolah, yakni Kurikulum 2013, pendidikan mengacu pada karakter anak yang harus diutamakan. Dari sisi ketaatan seorang anak terhadap Tuhan-Nya, tentu menjadi hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan lebih lanjut. Maka dari itu, pemerintah sengaja memadukan beberapa mata pelajaran seperti IPA, IPS, Matematika, Bahasa Indonesia, dan Seni Budaya secara terpadu. Mata pelajaran tersebut digabungkan dengan mata pelajaran lain yang sudah pemerintah perbaharui. Dalam penelitian ini, penulis dengan mata pelajaran IPS yang akan penulis gabungkan dengan pelajaran Bahasa Indonesia, SBDP, dan Pendidikan Kewarganegaraan. Setelah penulis melakukan survai pendahuluan pembelajaran dengan guru kelas melalui wawancara, maka penulis akan melakukan penelitian di SD Bandung Raya tersebut dengan judul meningkatkan pemahaman konsep keberagaman budaya Indonesia dengan menggunakan model discovery learning, karena penulis yakin dengan menggunakan model discovery learning akan jauh meningkatkan pemahaman konsep yang dimiliki oleh peserta didik. Sehingga peserta didik di SD Bandung Raya tersebut akan berhasil mencapai KKM dan KKL yang telah ditentukan oleh sekolah. Ada beberapa kelebihan model discovery learning yakni: dapat meningkatkan kemampuan peserta didik untuk memecahkan masalah, dapat meningkatkan motivasi peserta didik, peserta didik aktif dalam kegiatan belajar- menimbulkan rasa kepuasan bagi peserta didik itu sendiri karena bersifat mencari tahu akar permasalahannya sendiri, dan peserta didik dapat mandiri dalam setiap memecahkan masalah yang ada walaupun harus didampingi dengan guru. Setidaknya, peserta didik dapat mencoba mencari tahu akar permasalahannya sendiri. Kelebihan-kelebihan model discovery learning seharusnya menjadi hal yang sangat mudah dan membantu guru untuk mencapai hasil pembelajaran yang maksimal. Namun, hal tersebut sangat sulit dilakukan guru karena kemungkinan besar guru belum terlalu menguasai materi Kurikulum 2013 yang harus mengabungkan beberapa mata pelajaran menjadi satu kesatuan mata pelajaran yang utuh dan kompeten dalam setiap pembelajarannya. Penulis meyakini apabila guru dapat menguasai model discovery learning, guru akan dapat menjadikan sebuah pembelajaran menjadi berkarakter dan bermakna sehingga peserta didik yang pemahaman konsepnya kurang mengenai keberagaman bangsaku ini setidaknya dapat diturunkan persentasenya. Model discovery learning ini memiliki beberapa kelemahan diantaranya guru bisa gagal mendeteksi masalah yang dapat menimbulkan kesalahfahaman antara guru dengan siswa. Selain itu model ini menyita banyak waktu, tidak semua peserta didik mampu menemukan sendiri akar permasalahan, dan model ini tidak berlaku untuk semua topik hanya beberapa topik tertentu yang pada pemecahan secara mendalam. Model discovery learning patut menjadi model yang membantu guru dalam melakukan pembelajaran tematik, karena dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliki modeldiscovery learning seharusnya sudah banyak membantu guru. Sejak diterapaknnya Kurikulum 2013 di SD Bandung Raya, khususnya kelas IV, di dalam pengajarannya sudah mulai mengkaitkan antara beberapa mata pelajaran menjadi satu kesatuan pembelajaran yang sifatnya terpadu. Walaupun pada awalnya terasa sulit, baik itu bagi guru dan peserta didiknya. Akan tetapi, hal ini menjadi hal yang baru dan menantang untuk semua warga di Sekolah Dasar tersebut. Materi keberagaman bangsaku, penulis mencoba menggabungkan beberapa mata pelajaran seperti Bahasa Indonesia, SBDP, dan Kewarganegaraan dan diharapkan materi keberagaman bangsaku dapat menjadi sebuah pembelajaran yang dapat menjadikan peserta didiknya mempunyai karakter yang nantinya dapat mewujudkan peserta didik untuk berpikir lebih dan kritis tentunya dan hasil belajar peserta didik lebih meningkat lagi. Penggabungan beberapa mata pelajaran seperti Bahasa Indonesia dan Kewarganegaraan, penulis juga berusaha menggunakan model pembelajaran yang tepat dan terbaru, sehingga pembelajaran akan berlangsung sangat menyenangkan. Model pembelajaran yang akan penulis gunakan yakni model pembelajaran discovery learning. Model pembelajaran discovery learning ini merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Model ini menekankan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Menurut Wilcox dalam Slavin (1977: 157), dalam pembelajaran dengan penemuan peserta didik didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong peserta didik untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Menurut Bruner (1997: 164), discovery learning adalah metode belajar yang mendorong peserta didik untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman. Untuk itu, Bruner memakai cara dengan apa yang disebutnya discovery learning, yaitu peserta didik mengorganisasikan bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir. Model discovery learning yang penulis terapkan menekankan terhadap submateri keberagaman bangsaku yang ada di lingkungan sekitar. Melaluibeberapa mata pelajaran yang digabungkan ini, penulis mampu membuat peserta didik dapat lebih berpikir kritis dan kreatif lagi. Penulis memilih model discovery learning ini karena model ini penulis anggap yang paling tepat digunakan untuk peserta didik kelas IV. Peserta didik diharapkan akan lebih baik dalam hal mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya, baik itu secara pribadi maupun sosial. Peserta didik diharapkan mampu menjadi peserta didik yang selalu berpikir untuk kemajuan dirinya dan lingkungan sosialnya. Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana telah diuraikan di atas, maka penulis memandang penting untuk melakukan penelitian dengan judul: Meningkatkan Pemahaman Konsep Keberagaman Budaya Bangsaku pada Pembelajaran Tematik melalui Penerapan Model Discovery Learning. B. Identifikasi Masalah Atas dasar latar belakang masalah sebagiamana telah diuraikan di atas, maka masalah penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut. 1. Motivasi peserta didik masih rendah dalam mengikuti kegiatan pembelajaran karena pembelajaran mengenai keberagaman budaya bangsaku tidak menekankan peserta didik untuk aktif dalam mencari tahu akar permasalahannya sendiri, sehingga tidak menimbulkan rasa ingin tahu, tidak menumbuhkan sikap positif, dan tidak meningkatkan keterampilan peserta didik dalam bekerja sendiri.Hal tersebut dikarenakan guru tidak menggunakan kelebihan model discovery-learning yang menekankan pada peningkatan kemampuan peserta didik untuk memecahkan masalahnya sendiri (problem solving). 2. Pemahaman konsep peserta didik terhadap materi keberagaman budaya bangsaku masih rendah karena peserta didik kurang menelaah materi keberagaman budaya bangsaku yang dipelajari sehingga peserta didik kurang memahami konsep keberagaman budaya bangsaku yang dipelajarinya. Kemungkinan guru tidak mendorong keaktifan peserta didik dalam memahami konsepnya sendiri. 3. Keaktifan peserta didik masih rendah karena peserta didik kurang siap dan merasa dalam mengikikuti kegiatan pembelajaran mengenai materi keberagaman budaya bangsaku hasil belajar peserta didik masih rendah yaitu sebagian besar peserta didik nilainya di bawah KKM yang telah ditentukan (KKM=80). C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian 1. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah sebagaimana telah diutarakan di atas, maka masalah utama dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Apakah penggunaan model discovery learning dapat meningkatkan pemahaman konsep peserta didik dalam pembelajaran keberagaman budaya bangsaku di kelas IV SD Bandung Raya?” 2. Pertanyaan Penelitian Mengingat rumusan masalah utama sebagaimana telah diutarkan di atas masih terlalu luas sehingga belum secara spesifik menunjukan batas-batas mana yang harus diteliti, maka rumusan masalah utama tersebut kemudian dirinci dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut. a. Bagaimanakah pemahaman konsep keberagaman budaya bangsaku pada peserta didik kelas IV SD Bandung Raya sebelum menggunakan model discovery learning? b. Bagaimanakah respons peserta didik selama peserta didik kelas IV SD Bandung Raya pada saat belajar tentang pemahaman konsep keberagaman budaya bangsaku dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning? c. Bagaimanakah aktivitas belajar peserta didik selama peserta didik belajar konsep keberagaman budaya bangsaku dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning? d. Bagaimanakah aktivitas guru dalam pemahaman konsep keberagaman budaya bangsaku dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning? e. Bagaimanakah hasil belajar peserta didik tentang pemahaman konsep keberagaman budaya bangsaku setelah peserta didik mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning? Berdasarkan pertanyaan penelitian yang telah penulis paparkan di atas maka penulis harapkan dengan adanya pertanyaan penelitian tersebut, penelitian ini dapat berjalan dengan baik dan konsep belajar peserta didik dapat meningkat lagi, dikarenakan model pembelajaran yang digunakan oleh penulis merupakan model pembelajaran yang sangat cocok digunakan dalam penelitian ini. D. Pembatasan Masalah Memperhatikan hasil diidentifikasi masalah, rumusan masalah, dan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah diutarakan, diperoleh gambaran dimensi permasalahan yang begitu luas. Namun, menyadari keterbatasan waktu dan kemampuan maka, dalam penelitian ini penulis memandang perlu memberi batasan masalah sebagai berikut: 1. Pemahaman konsep yang diukur dengan menggunakan model discovery learning ini adalah peserta didik untuk lebih dapat mengubah pemahaman konsep pada suatu pokok permasalahan yang terjadi tentang materi keberagaman budaya bangsaku. 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat dan digunakan dalam pembelajaran, didasarkan pada kurikulum 2013 yang harus mengabungkan beberapa komponen mata pelajaran menjadi satu kesatuan pembelajaran (tematik). 3. Dari pembelajaran tematik dalam penelitian ini, penulis akan mengkaji materi pada pokok bahasan keberagaman budaya bangsaku. 4. Objek dalam penelitian ini hanya akan meneliti peserta didik kelas IV SD Bandung Raya. Seperti pembatasan masalah yang telah dipaparkan oleh penulis, pada akhirnya penulis harus membatasi masalah dari sekian banyak masalah yang timbul di sekolah dasar tersebut. Pembatasan masalah yang penulis paparkan adalah masalah yang sangat krusial yang harus penulis selesaikan. E. Tujuan Penelitian Seperti rumusan masalah yang telah di paparkan di atas maka penulis merumuskan tujuan penelitian terbagi atas tujuan umum dan tujuan khusus, sebagai berikut. 1. Tujuan Umum Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, tujuan umum dari penelitian yang akan diteliti oleh penulis ini adalah peningkatan berpikir kritis peserta didik bagi kelas IV SD Bandung Raya dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning yang digabungkan dalam beberapa mata pelajaran seperti IPS, Bahasa Indonesia, SBDP dan Kewarganegaraan. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini sebagai berikut: a. ingin membuat rencana dan pelaksanaan pembelajaran tematik dengan penerapan model discovery learning dengan materi keberagaman bangsaku di kelas IV SD Bandung Raya, b. ingin memperoleh gambaran tentang pemahaman konsep keberagaman budaya bangsaku dari pembelajaran tematik dengan mengabungkan beberapa mata pelajaran seperti Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Sosial, dan Kewarganegaraan dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning di SD Bandung Raya, c. ingin memperoleh gambaran tentang peningkatan pemahaman konsep keberagaman budaya bangsaku pada peserta didik kelas IV dengan menggunakan model discovery learning yang digabungkan ke dalam beberapa mata pelajran seperti IPS, Bahasa Indonesia, SBDP, dan Kewarganegaraan. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Manfaat dari penelitian ini adalah agar peserta didik kelas IV SD Bandung Raya pada materi keberagaman budaya bangsaku dapat meningkatkan pemahaman konsep peserta didik dalam menerima setiap pembelajaran yang diajarkan oleh guru karena dengan menyelesaikan masalah sendiri peserta didik dapat menggali informasi dengan mandiri dan dengan rasa kepuasan tersendiri. Untuk lebih rinci lagi manfaat dapat dikembangkan sebagai berikut: 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru 1) Terwujudnya rencana pelaksanaan pembelajaran yang baik dengan model discovery learning dalam pembelajaran tematik dengan materi keberagaman budaya bangsaku agar peserta didik kelas IV dapat lebih meningkat lagi pemahaman konsepnya. 2) Guru mampu menerapkan model pembelajaran discovery learning dalam pembelajaran tematik materi keberagaman budaya bangsaku agar peserta didik kelas IV dapat meningkat lagi pemahaman konsepnya. 3) Memberikan gambaran kepada guru tentang pelaksanaan pembelajaran dengan model discovery learning sehingga bisa diterapkan pada pembelajaran tematik dengan tema yang lain. b. Bagi Peserta Didik 1) Membantu mempermudah peserta didik dalam menguasai materi tematik sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar. 2) Agar peserta didik dapat lebih meningkatkan pemikiran kritisnya pada pembelajaran tematik yang digabungkan pada beberapa mata pelajaran seperti Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Sosial, SBDP, dan Kewarganegaraan. c. Bagi Sekolah Agar memberikan kesempatan kepada Sekolah dan para guru untuk mampu membuat perubahan kearah yang lebih baik dalam meningkatkan dan mengembangkan pembelajaran tematik yang ada pada Kurikulum 2013 ini. d. Bagi Peneliti 1) Agar mengetahui gambaran tentang pengaruh penggunaan model discovery learning terhadap peningkatkan berpikir kritis peserta didik kelas IV SD Bandung Raya. 2) Agar memberikan bahan pertimbangan dalam mengembangkan bahan kegiatan belajar mengajar tematik mahasiswa khususnya peneliti sendiri , sehingga dapat dijadikan bekal pada masa yang akan datang. Berdasarkan banyaknya manfaat yang telah dikemukan oleh penulis, sehubung dengan akan diadakannya penelitian dengan menggunakan model yang berbeda yakni model discovery learning. Penulis harapkan dengan menggunakan model discovery learning penelitian ini akan berjalan sesuai dengan rencana. G. Kerangka Pemikiran atau Paradigma Penelitian Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan tertentu. Interaksi ini disebut juga interaksi pendidikan, yaitu saling memberi pengaruh antara pendidik dan peserta didik. Dan saling mempengaruhi ini peranan peserta didik lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih berpengalaman, lebih banyak menguasai nilai-nilai, pengetahuan, dan keterampilan. Terkadang interaksi anatara pendidik dan peserta didik menjadi tidak efektif, dipengaruhi oleh berbagai kendala sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai. Beberapa hal mempengaruhinya yaitu: kurangnya keaktifan peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar sehingga hasil belajar peserta didik menjadi rendah. Menurut para ahli dalam Anita Lie (2012: 37-38) mengungkapkan bahwa: Dalam pembelajaran guru perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar berdasarkan beberapa pokok pemikiran sebagai berikut. 1. Pengetahuan ditemukan, dibentuk dan dikembangkan oleh peserta didik. 2. Peserta didik membangun pengetahuan secara aktif 3. Guru perlu mengembengkan kompetensi dasar 4. Pendidikan adalah interaksi diantara para peserta didik dan guru Agar terjadinya proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pendidikan, diperlukan model atau metode pembelajaran yang efektif. Salah satunya dengan model pembelajaran discovery learning. Model Discovery learning yang diamksud dalam penelitian ini adalah suatu model pembelajaran dimana seorang tenaga pendidik menekankan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran. membagi topik pembelajaran dalam beberapa bagian (sub topik). Lalu peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 5 sampai 6 orang peserta didik dengan strukturnya yang bersifat heterogen. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran discovery learning adalah suatu model yang digunakan untuk mengembangkan cara belajar peserta didik secara aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan oleh peserta didik. Belajar dengan menggunakan model discovery learning, anak akan dapat belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri problem yang dihadapi. Kebiasaan ini akan di transfer dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat Maier Winddiharto (2004: 165) yang menyatakan bahwa, apa yang ditemukan, jalan, atau proses semata-mata ditemukan oleh peserta didik sendiri. Bagan I Kerangka Pemikiran H. Asumsi Berdasarkan kerangka atau paradigma peneliti sebagaimana diutarakan di atas, maka beberapa asumsi adalah sebagai berikut: a. Menurut UU NO. 20 tahun 2003 pasal Iyang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya memiliki kekuatan spritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. b. Menurut Hudojo dalam Purmiasa (2002: 104) mengatakan bahwa model pembelajaran akan menentukan terjadinya proses belajar mengajar yang selanjutnya menentukan hasil belajar, dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan masalah yang terjadi akan sangat membantu bahkan bisa mengatasi masalah yang timbul tersebut. c. Menurut Wilcox dalam Slavin (1977: 157) dalam pembelajaran dengan penemuan peserta didik didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong peserta didik untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Oleh sebab itu model discovery learning merupakan suatu model yang sangat baik digunakan dalam mendidik peserta didik untuk lebih aktif dan mandiri lagi dalam memecahkan masalahnya. I. Hipotesis Berdasarkan kerangka atau paradigma penelitian dan asumsi sebagaimana telah dikemukakan di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: “Penggunaan model discovery learning dapat meningkatkan pemahaman konsep peserta didik pada materi keberagaman budaya Indonesia”. J. Definisi Operasional Untuk menghindari terjadinya salah pengertian terhadap istilah-istilah yang terdapat pada judul penelitian ini, maka istilah-istilah tersebut didefinisikan sebagai berikut. 1. Pemahamanadalah mengerti dengan tepat, tentang suatu rancangan. 2. Konsep adalah rancangan yang dibuat berdasarkan ide atau gagasan yang ada. 3. Keragaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat di mana terdapat perbedaan dalam berbagai bidang terutama suku bangsa, ras, agama, ideologi, dan budaya (masyarakat yang majemuk). 4. Budaya adalah adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. 5. Pembelajaran adalah adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. 6. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik. 7. Discovery learning adalah suatu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Menekankan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran. Sehubungan dengan definisi operasional yang telah dipaparkan di atas dan latar belakang yang telah dikemukakan oleh penlulis maka, penulis akan melakukan penelitian dengan judul “Meningkatkan Pemahaman Konsep Keberagaman Budaya Indonesia pada Pembelajaran Tematik Melalui Penerapan Model Discovery Learning di Kelas IV SD Bandung Raya. BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Pembelajaran Tematik tentang Konsep Keberagaman Budaya Indonesia pada Peserta Didik Kelas IV Sekolah Dasar 1. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik. Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreatifitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian Pembelajaran berasal dari kata ‘ajar’ yang berarti ilmu yang diberikan kepada seseorang supaya dimengerti (runtut). Sedangkan pembelajaran yaitu proses atau cara menjadikan orang belajar. Pembelajaran merupakan proses komunikasi yang bersifat timbal-balik, baik antara guru dan siswa, siswa dengan siswa, untuk mencapai tujuan tertentu. Maksud dari pembelajaran sebenarnya adalah mengajar, hal ini menunjukkan bahwa proses belajar siswa harus dijadikan pusat dari kegiatan. Menurut Omar Hamalik (Sitiatava Rizema Putra, 2013: 17) Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun dari unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Jadi pada intinya pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidikan dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidikan agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. 2. Pengertian Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan. Tema merajut makna berbagai konsep dasar sehingga peserta didik tidak belajar konsep dasar secara parsial. Dengan demikian pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada peserta didik seperti tercermin pada berbagai tema yang tersedia. Dalam pembelajaran tematik terpadu, tema yang dipilih berkenaan dengan alam dan kehidupan manusia. Konsep model pembelajaran tematik yang dipelajari di Indonesia adalah konsep pembelajaran terpadu yang dikembangkan oleh Fogarty (1990: 125). Konsep pembelajaran tematik merupakan pengembangan dari pemikiran dua orang tokoh pendidikan yakni Jacob tahun 1989 dengan konsep pembelajaran interdilipliner dan Fogarty pada tahun 1991 dengan konsep pembelajaran terpadu. Menurut Majid (2013) pemebelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengkaitkan beberapa aspek baik dalam intramata pelajaran maupun antar-mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu peserta didik akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran jadi bermakna bagi peserta didik. Bermakna artinya bahwa pada pembelajaran tematik peserta didik akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar-konseop dalam intra maupun antar-mata pelajaran. Jika dibandingkan dengan pendekatan konvensional, pembelajaran tematik tampak lebih menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajran sehingga peserta didik aktif terlibat dalam proses pembelajran untuk pembuatan keputusan (Majid, 2013: 26) Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu, peserta didik akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagipeserta didik (Suaidin, 2013). Makna pembelajaran Tematik adalah pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta didik. Dikatakan bermakna pada pembelajaran Tematik Terpadu artinya, peserta didik akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkan dengan konsep yang lain yang sudah mereka pahami. Majid (2014: 89) mengungkapkan beberapa prinsip yang berkenaan dengan pembelajaran tematik terpadu sebagai berikut : a. Pembelajaran tematik terpadu memiliki satu tema yang aktual, dekat dengan dunia siswa dan ada dalam kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari beberapa mata pelajaran. b. Pembelajaran tematik terpadu perlu memilih materi beberapa mata pelajaran yang mungkin saling berkaitan. Dengan demikian, mater-materi yang dipilih dapat mengungkapkan tema secara bermakna. Mungkin terjadi, ada materi pengayaan horizontal dalam bentuk contoh aplikasi yang tidak termuat dalam standar isi. Namun ingat, penyajian materi pengayaan seperti ini perlu dibatasi dengan mengacu pada tujuan pembelajaran. c. Pembelajaran tematik terpadu tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku tetapi sebaliknya pembelajaran tematik integratif harus mendukung pencapaian tujuan utuh kegiatan pembelajaran yang termuat dalam kurikulum. d. Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema selalu mempertimbangkan karakteristik siswa seperti minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal. e. Materi pelajaran yang dipadukan tidak terlalu dipaksakan. Artinya, materi yang tidak mungkin dipadukan tidak usah dipadukan. Menurut Majid (2014: 89) Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: 1) Berpusat pada siswa: Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered). Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar. 2) Memberikan pengalaman langsung: Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experience). Dengan pengalaman langsungini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. 3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas: Dalam pembelajaran tematik, pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa. Pembelajaran tematik menyajian konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) di mana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan di mana sekolah dan siswa berada. Majid (2014: 92) mengatakan bahwa pembelajaran tematik terpadu memiliki kelebihan dibandingkan pendekatan konvensional, yaitu pengalaman dan kegiatan belajar peserta didik akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak. Kegiatan yang dipilih dapat disesuaikan dengan minat dan kebutuhan peserta didik. Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi peserta didik sehingga hasil belajar akan dapat bertahan lebih lama. Pembelajaran terpadu menumbuhkan kembangkan keterampilan berpikir dan sosial peserta didik. Pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis. Permasalahan yang sering ditemui dalam kehidupan/lingkungan real peserta didik. Jika pembelajaran terpadu dirancang bersama dapat meningkatkan kerja sama antar guru bidang kajian terkait, guru denga peserta didik, peserta didik/guru dengan narasumber sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang lebih bermakna. Selain itu, pembelajaran tematik memiliki kelebihan dan arti penting, yakni sebagai berikut : a) Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan anak didik. b) Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar-mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak didik. c) Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna. d) Mengembangkan keterampilan berpikir anak didik sesuai dengan persoalan yang dihadapi. e) Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama. f) Memiliki sikap toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain. g) Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan anak didik. Di samping kelebihan, pembelajaran terpadu memiliki keterbatasan terutama dalam pelaksanaannya, yaitu pada perancangan dan pelaksanaan evaluasi proses, dan tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran langsung saja. Puskur, Balitbang Diknas dalam Majid (2013: 92) mengidentifikasi beberapa aspek keterbatasan pembelajaran terpadu, sebagai berikut : (1) Aspek Guru Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak berfokus pada bidang kajian tertentu saja. Tanpa kondisi ini, pembelajaran terpadu akan suli terwujud. (2) Aspek peserta didik Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relatif “baik”, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan analitis (mengurai), kemampuan asosiatif (menghubungkan-hubungkan), kemampuan eksplorasi dan elaboratif (menemukan dan menggali). Jika kondisi ini tidak dimiliki, penerapan model pembelajaran terpadu ini sangat sulit dilaksanakan. (3) Aspek sarana dan sumber pembelajaran Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semuai ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudahn pengembangan wawasan. Jika sarana ini tidak dipenuhi, penerapan pembelajaran terpadu juga akan terhambat. (4) Aspek kurikulum Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi. Guru perlu diberikan kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik. (5) Aspek penilaian Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang komprehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain jika materi pelajaran berasal dari guru yang berbeda. Pembelajaran Tematik Terpadu dikembangkan selain untuk mencapai tujuan pembalajaran yang telah ditetapkan, diharapkan siswa juga dapat meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna, mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan memanfaatkan nformasi, menumbuh kembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan, menumbuh kembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain, meningkatkan minat dalam belajar, memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya Objek dalam penilaian pembelajaran terpadu mencakup penilaian terhadap proses dan hasil belajar peserta didik. Penilaian proses belajar adalah upaya pemberian nilai terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan peserta didik, sedangkan penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai dengan menggunakan kriteria tertentu. Hasil belajar tersebut pada hakikatnya merupakan pencapaian kompetensi-kompetensi yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (dalam Suaidin 2013). Kompetensi tersebut dapat dikenali melalui sejumlah hasil belajar dan indikatornya yang dapat diukur dan diamati. Penilaian proses dan hasil belajar itu saling berkaitan satu dengan lainnya, hasil belajar merupakan akibat dari suatu proses belajar. Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang tersusun secara Tematik Terpadu di dalam kurikulum 2013 adalah mata pelajaran IPA dan IPS. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran Tematik Terpadu bergantung pada kesesuaian rencana yang dibuat dengan kondisi dan potensi peserta didik (minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan). Penentuan Tema Pembelajaran IPA/IPS Terpadu. Tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan memadukan banyak indikator, tema harus bermakna artinya bahwa tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya, tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak, tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa otentik yang terjadi dalam rentang waktu belajar, tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar. Untuk menyusun perencanaan pembelajaran Tematik Terpadu perlu dilakukan langkah-langkah seperti berikut, Langkah-langkah perencanaan pembelajaran tematik terpadu seperti yangdisajikan pada diagram di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut : (a) Menganalisis KI dan KD mata pelajaran IPA atau IPA (b) Menentukan Tema yang sesuai dengan konsep konsep yang ada dalam setiap nomor KD IPA atau IPS (c) Penjabaran (perumusan) Kompetensi Dasar ke dalam indikator sesuai topik/tema (d) Membuat peta hubungan antar indikator dengan judul tema (e) Pengembangan Silabus (f) Menyusun RPP Tematik Terpadu Berdasarkan kurikulum 2013 tingkat satuan SD/MI pembelajaran tematik banyak menggunakan pendekatan pembelajaran integratif dari kelas I sampai kelas VI. Pembelajaran integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan. Tema merajut makna berbagai konsep dasar sehingga peserta didik tidak belajar konsep dasar secara parsial. Pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada peserta didik seperti tercermin pada berbagai tema yang tersedia. Dalam pembelajaran integratif, tema yang dipilih berkenaan dengan alam dan kehidupan manusia. Untuk kelas I, II, dan III, keduanya merupakan pemberi makna yang substansial terhadap mata pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, Seni-Budaya dan Prakarya, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Di sinilah Kompetensi Dasar dari IPA dan IPS yang diorganisasikan ke mata pelajaran lain memiliki peran penting sebagai pengikat dan pengembang Kompetensi Dasar mata pelajaran lainnya. Dari sudut pandang psikologis, peserta didik belum mampu berpikir abstrak untuk memahami konten mata pelajaran yang terpisah kecuali kelas IV, V, dan VI sudah mulai mampu berpikir abstrak. Pandangan psikologi perkembangan dan Gestalt memberi dasar yang kuat untuk integrasi Kompetensi Dasar yang diorganisasikan dalam pembelajaran tematik. Dari sudut pandang transdisciplinarity maka pengotakan konten kurikulum secara terpisah ketat tidak memberikan keuntungan bagi kemampuan berpikir selanjutnya. 3. Pengertian Konsep Konsep adalah abstraksi suatu ide atau gambaran mental, yang dinyatakan dalam suatu kata atau simbol. Konsep dinyatakan juga sebagai bagian dari pengetahuan yang dibangun dari berbagai macam kharakteristik. Aristoteles dalam "The classical theory of concepts" menyatakan bahwa konsep merupakan penyusun utama dalam pembentukan pengetahuan ilmiah dan filsafat pemikiran manusia. Berbagai pengertian konsep dikemukan oleh beberapa pakar. Konsep didefinisikan sebagai suatu arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Konsep diartikan juga sebagai suatu abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antar manusia dan memungkinkan manusia untuk berpikir. 4. Pengertian Keberagaman Budaya Keberagaman budaya adalah suatu kondisi dalam masyarakat di mana terdapat perbedaan-perbedaan dalam berbagai bidang terutama suku bangsa, ras, agama, ideologi, budaya (masyarakat yang majemuk). keragaman dalam masyarakat adalah sebuah keadaaan yang menunjukkan perbedaan yang cukup banyak macam atau jenisnya dalam masyarakat. Ada tiga macam istilah yang digunakan untk menggambarkan masyarakat yang majemuk yang terdiri dari ras, agama, bahasa dan budaya yang berbeda yaitu masyarakat pural, masyaraakat heterogen, dan masyarakat multikultural. Sehingga tak heran keanekaragaman ini terkadang mengakibatkan konflik, seperti dampak buruk dari tidak adanya sikap terbuka, logis, dan dewasa atas keragaman masyarakat antara lain adalah disharmonisasi (tidak adanya penyesuaian atas keragaman antara manusia dengan lingkungannya), perilaku diskriminatif terhadap kelompok masyarakat tertentu, eksklusivisme/rasialis (menganggap derajat kelompoknya lebih tinggi dari kelompok lain. Untuk menghindari dampak buruk di atas, ada beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu dengan meningkatkan semangat religius, semangat nasionalisme, semangat pluralisme, semangat humanisme, dialog antar umat beragama, dan membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun konfigurasi hubungan antar agama, media massa, dan harmonisasi dunia. B. Hasil Penelitian Terdahulu Menurut hasil penelitian terdahulu, peneliti menemukan contoh masalah yang sesuai dengan judul yang dibuat peneliti sebagai berikut: Judul: ”Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Konsep Belajar IPA Pada Siswa Kelas IV SDN 45 Mataram Tahun Pelajaran 2010/2011”. Model pembelajaran discovery learning dalam penelitian ini adalah rangkaian kegiatan pembelajaran IPA pada siswa kelas IVA Semester 1 SDN 45 Mataram, yang menekankan pada konsep berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri dari jawaban yang dipertanyakan. Adapun langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran inkuiri adalah: Mengajukan pertanyaan atau permasalahan, Merumuskan hipotesis, Mengumpulkan data, Analisis data, Membuat kesimpulan. Konsep belajar dalam penelitian ini merupakan gambaran tentang tingkat penguasaan siswa kelas IV A Semester 1 SDN 45 Mataram terhadap tujuan belajar pada topik bahasan (materi) yang dieksperimenkan, yang diukur dengan berdasarkan jumlah skor jawaban benar pada soal yang disusun sesuai dengan tujuan pembelajaran. Prestasi belajar terdiri dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Pembelajaran IPA dalam penelitian ini merupakan proses membelajarkan peserta didik dalam mempelajari peristiwa atau gejala alam melalui serangkaian proses dan metode ilmiah sehingga dapat tercapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Materi yang akan disampaikan dalam penelitian ini adalah ”struktur bagian tumbuhan” pada siswa kelas IV A semester 1 tahun pelajaran 2010-2011. C. Pengembangan Analisis dan Bahan Ajar 1. Pengembangan KI dan KD Bidang kajian materi ini termasuk ruang lingkup sosialisasi mahluk hidup terhadap keberagaman yang ada disekitarnya, yaitu interaksi dengan perubahan lingkungan yang ada. Berdasarkan Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur perorganisasi, Timkemendikbud menyatakan (2013: 5) Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organising element) Kompetensi Dasar, Kompetensi Inti merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi horizontal konten Kompetensi Dasar. Tikemdikbud (2013: 5) juga menyatakan bagaimana Kompentesi Inti di rancang, adalah sebagai berikut. Kompetensi inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait berkenaan dengan sikap keagamaan (kompetensi inti 1), sikap sosial (kompetensi 2), pengetahuan (kompetensi 3), dan penerapan pengetahuan (kompetensi 4), keempat kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Adapun Kompetensi Inti untuk kelas IV SD berdasarkan Kurikulum 2013 sebagai berikut. KOMPETEMSI INTI KELAS IV 1. Menerima, menghargai, dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya 2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, tetangga, dan guru. 3. Memahami pengetahuan factual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain. 4. Menyajikan pengetahuan factual dalam bahasa yang jelas, logis, dan istematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. Melihat tabel di atas ada empat kompetensi untuk kelas IV sekolah dasar, sebagai mana yang telah dipaparkan di atas kompetensi inti dirancang dengan meningkatnya usia peserta didik pada kelas tertentu melalui kompetensi inti, integritas vertikal Kompetensi Dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga. Melihat Kompetensi Inti yang ada pada kelas IV SD,dapat di uraikan sebagai berikut. 1) Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi meliputi sikap spriritual 2) Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti meliputi sikap sosial 3) Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti meliputi pengetahuan 4) Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti meliputi keterampilan Itulah kompetensi Inti yang terdapat di kelas IV SD yang meliputi spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Kompetensi Inti akan menjadi unsur pengorganisasian Kompetensi Dasar yang lebih jauhnya menjadi kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik. Kompetensi Dasar merupakan komponen terpenting Kurikulum yang diturunkan dari Kompetensi Inti, TimKemendikbud (2013: 7) menyatakan bahwa Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti, yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang bersumber pada Kompetensi Inti yang harus dikusai oleh peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Jadi, Kompetensi Dasar adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai oleh peserta didik dalam penguasaan materi pelajaran yang diberikan dalam kelas pada jenjang pendidikan tertentu.Adapun Kompetensi Dasar pada Kurikulum 2013 yang dapat dalam buku tematik kelas IV tema I “Indahnya kebersamaan” subtema “Keberagaman Budaya Bangsaku“. Penelitian ini penulis mengambil tema “indahnya Kebersamaan”, subtema “Keberagaman Budaya Bangsaku” dengan pembalajaran 1 berupa pembelajaran tematik yang mengganbungkan beberapa mata pelajaran yaitu IPS, Bahasa Indonesia, SBdP dan PPKN. Gambaran pembelajarnnya adalah sebagai berikut. PEMBELAJARAN I dan II MATA PELAJARAN KOMPETENSI DASAR IPS 3.5Memahami manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi. Bahasa Indonesia 3.3 Membedakan panjang-pendek bunyi, dan tinggi-rendah nada dengan gerak tangan PPKn 4.4 Mengelompokkan kesamaan identitas suku bangsa (pakaian tradisional, bahasa, rumah adat, makanan khas, dan upacara adat), sosial ekonomi (jenis pekerjaan orang tua) di lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat sekitar. SBdP 3.1 Menggali informasi dari teks laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku Matematika 3.12 Mengenal sudut siku-siku melalui pengamatan dan pembandingan dengan sudut yang berbeda Melihat pemaparan di atas peneliti menyimpulkan bahwa Kompetensi Dasar adalah gambaran yang harus dicapai oleh peserta didik disetiap mata pelajaran, dalam Kompetensi Dasar pembelajaran 1, peserta didik diharapkan berintreaksi dengan lingkungannya, bekerja sama dengan temannya, dan mampu menafsirkan atau memperkirakan hasil perhitungan. Penelitian ini membahas mengenai keberagaman budaya yang ada di wilayah Indonesia. Keberagaman budaya sendiri adalah adalah suatu kondisi dalam masyarakat di mana terdapat perbedaan-perbedaan dalam berbagai bidang terutama suku bangsa, ras, agama, ideologi, budaya (masyarakat yang majemuk). keragaman dalam masyarakat adalah sebuah keadaaan yang menunjukkan perbedaan yang cukup banyak macam atau jenisnya dalam masyarakat. Ada tiga macam istilah yang digunakan untk menggambarkan masyarakat yang majemuk yang terdiri dari ras, agama, bahasa dan budaya yang berbeda yaitu masyarakat pural, masyaraakat heterogen, dan masyarakat multikultural. Sehingga tak heran keanekaragaman ini terkadang mengakibatkan konflik, seperti dampak buruk dari tidak adanya sikap terbuka, logis, dan dewasa atas keragaman masyarakat antara lain adalah disharmonisasi (tidak adanya penyesuaian atas keragaman antara manusia dengan lingkungannya), perilaku diskriminatif terhadap kelompok masyarakat tertentu, eksklusivisme/rasialis (menganggap derajat kelompoknya lebih tinggi dari kelompok lain). Untuk menghindari dampak buruk di atas, ada beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu dengan meningkatkan semangat religius, semangat nasionalisme, semangat pluralism, semangat humanism, dialog antar- umat beragama, dan membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun konfigurasi hubungan antar agama, media massa, dan harmonisasi dunia. 2. Abstrak dan Konkritnya Materi Sifat materi pembelajaran Tematik tentang keberagaman budaya bangsa indonesia ini dengan menggunakan pendekatan discovery learning, pada penelitian ini sifatnya nyata (konkret) karena materi pembelajaran keberagaman budaya Indonesia, membahas beraneka ragaman budaya yang tersebebar atau ada di wilayah Indonesia itu sendiri. Materi ini bersifat nyata atau konkret karena di dalam pengajarannya pula berada pada lingkungan nyata peserta didik, yang dapat digunakan sebagai bahan belajar untuk mempelajari bahasan materi ini. Mengajarkan materi untuk anak di sekolah dasar tampa adanya benda konkret atau tampa adanya media akan terasa sangat sulit. Karena anak sekolah dasar masih berpikir konkret. Oleh karena itu dalam mengajarkan keberagaman budaya bangsa Indonesia harus mengkaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata peserta didik atau dalam penyediaan media guru harus membuatnya semenarik mungkin. Berdasarkan cara belajar anak sekolah dasar yaitu operasional konkret, menurut teori Jerome Brunner seorang ahli psikolog yang dilahirkan tahun 1995, dia menyatakan dalam teorinya yang membahas tiga aspek dalam pelaksanaan pembelajaran yang harus dicapai yakni: aspek kognitif, aspek psikomotor, dan aspek afektif. Materi bersifat konkret ini mampu membantu anak dalam memahami fungsi utama dari keberagaman budaya, anak dapat melihat keberagaman budaya di lingkungan sekitarnya, seperti anak dapat mengamati cara seorang temannya berbahasa, cara temannya berpakaian, dan makanan yang sangat digemari oleh temannya. Ranah psikomotor merupakan pembelajaran dalam aspek keterampilan. Selama proses pembelajaran peserta didik menggunakan model discovery learning untuk meningkatkan pemahaman konsepnya, karena peserta didik akan terlibat langsung, dan peserta didik harus aktif dalam mengikuti setiap pembelajarannya. 3. Bahan dan Media Bahan dan media yang digunakan oleh penulis dalam pelaksanaan pembelajaran tematik materi keberagaman budaya bangsa Indonesia dengan menggunakan pendekatan discovery learning ini meliputi menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan, media pembelajaran ini yaitu menggunakan gambar-gambar beberapa orang yang menggunakan pakaian adat yang berbeda, serta makanan khas, dan rumah khas dari budaya tersebut. Peneliti juga memanfaatkan lingkungan sebagai media pembelajaran, berdasarkan sifat materi yang teklah diuraikan di atas maka, dalam pembelajaran penggunaan lingkungan sebagai media pembelajaran dirasa penulis sangat cocok dan sesuai dengan karakteristik pembelajaran yang sifatnya konkret. Lingkungan merupakan kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan mahluk hidup termasuk didalamnya manusia dan prilakunya serta mahluk hidup lainnya. Lingkungan sendiri terdiri dari unsur-unsur biotik (mahluk hidup), abiotik (benda mati, dan budaya manusia). 4. Strategi Pembelajaran Penelitian ini akan menggunakan model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau biasa disebut dengan istilah Classroom Action Research (CAR). Alasan penelitian memilih model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) karena apabila dibandingkan dengan model pendekatan lain, model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) selangkah lebih maju, karena pada model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tidak mengenal populasi atau sampel, akan tetapi pada model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada penelitian dampak perlakuan hanya berlaku bagi suatu subjek yang hanya dikenai tindakan saja atau spesifik. Mengingat kondisi demikian, dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) harus hati-hati, cermat, dan sistematis. Pelaksanaaan tahapan-tahapan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini mampu meningkatkan peran guru sebagai seorang pendidik dalam merencanakan dan melaksanakan suatu proses pembelajaran. Karena dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), guru melakukan proses kegiatan belajar dengan didukung oleh berbagai macam komponen pembelajaran yang sistematis. Menurut Suyanto (Basrowi, 2008 : 52) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu pembelajaran dikelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan kegiatan langsung yang berhubungan dengan tugas guru dilapangan. Dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) seorang guru bisa mengambarkan manfaat penelitian bagi guru itu sendiri ataupun guru yang lain. Kebiasaan seorang guru untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat mencerminkan bahwa guru tersebut mampu mengadakan inovasi dan mengembangkan program pembelajaran. PTK akan digabungkan dengan model discovery learning. a. Pengertian Discovery Learning Metode pembelajaran berbasis penemuan atau discovery learning adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya tidak melalui pemberitahuan, namun ditemukan sendiri. Dalam pembelajaran discovery(penemuan), kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa, sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam menemukan konsep siswa melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip.Sedangkan menurut Budiningsih (dalam Cahyo, 2013: 110) memaparkan. Metode discovery learning adalah memahami konsep, arti dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Discovery sendiri terjadi apabila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discoverydilakukan melalui proses mental, yakni, observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Prinsip belajar yang tampak jelas dari model pembelajaran ini adalah materi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk final melainkan melalui proses aktif. Dalam hal ini, siswa sebagai peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorganisasi atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka pahami dalam suatu bentuk akhir. Pada intinya, model pembelajaran discovery learning ini mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Metode pembelajaran berbasis penemuan atau discoverylearning adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya tidak melalui pemberitahuan, namun ditemukan sendiri. Dalam pembelajaran discovery(penemuan), kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa, sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam menemukan konsep siswa melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip.Sedangkan menurut Budiningsih (dalam Cahyo, 2013: 110) memaparkan. Metode discoverylearning adalah memahami konsep, arti dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Discoverysendiri terjadi apabila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discoverydilakukan melalui proses mental, yakni, observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Prinsip belajar yang tampak jelas dari model pembelajaran ini adalah materi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk final melainkan melalui proses aktif. Dalam hal ini, siswa sebagai peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorganisasi atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka pahami dalam suatu bentuk akhir. Pada intinya, model pembelajaran discovery learning ini mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Menurut Wilcox (Slavin, 1977: 74), dalam pembelajaran dengan penemuan siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Pengertian discovery learning menurut Jerome Bruner adalah metode belajar yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman. Dan yang menjadi dasar ide J. Bruner ialah pendapat dari piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif didalam belajar di kelas. Untuk itu Bruner memakai cara dengan apa yang disebutnya discovery learning, yaitu dimana murid mengorganisasikan bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir. Menurut Bell (1978: 45) belajar penemuan adalah belajar yang terjadi sebagia hasil dari siswa memanipulasi, membuat struktur dan mentransformasikan informasi sedemikian sehingga ie menemukan informasi baru. Dalam belajar penemuan, siswa dapat membuat perkiraan (conjucture), merumuskan suatu hipotesis dan menemukan kebenaran dengan menggunakan prose induktif atau proses dedukatif, melakukan observasi dan membuat ekstrapolasi. Pembelajaran penemuan merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan dalam pendekatan konstruktivis modern. Pada pembelajaran penemuan, siswa didorong untuk terutama belajar sendiri melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Guru mendorong siswa agar mempunyai pengalaman dan melakukan eksperimen dengan memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau konsep-konsep bagi diri mereka sendiri. Pembelajaran Discovery learning adalah model pembelajaran yang mengatur sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri,alam pembelajaran discovery learning, mulai dari strategi sampai dengan jalan dan hasil penemuan ditentukan oleh siswa sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Maier (Winddiharto, 2004: 54) yang menyatakan bahwa, apa yang ditemukan, jalan, atau proses semata-mata ditemukan oleh siswa sendiri. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa. Dengan belajar penemuan, anak juga bisa belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri problem yang dihadapi. Kebiasaan ini akan di transfer dalam kehidupan bermasyarakat. b. Tujuan Discovery Learning Sementara untuk tujuan pembelajaran discovery learning menurut Bell (1978: 55) mengemukakan beberapa tujuan spesifik dari pembelajaran dengan penemuan, yakni sebagai berikut: 1) Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Kenyataan menunjukan bahwa partisipasi banyak siswa dalam pembelajaran meningkat ketika penemuan digunakan. 2) Melalui pembelajaran deng
Item Type: | Thesis (Skripsi(S1)) |
---|---|
Subjects: | S1-Skripsi |
Divisions: | Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > PGSD 2014 |
Depositing User: | Iyas - |
Date Deposited: | 28 Jun 2016 09:34 |
Last Modified: | 28 Jun 2016 09:34 |
URI: | http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/5312 |
Actions (login required)
View Item |