ANA NURDIANTI, 105060038 (2016) UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STUDENTS TEAMS-ACHIEVMENT DIVISIONS. Skripsi(S1) thesis, FKIP UNPAS.
Text
Cover Skripsi.doc Download (38kB) |
|
Text
LEMBAR PENGESAHAN.rtf Download (56kB) |
|
Text
motto.docx Download (40kB) |
|
Text
Pernyataan.doc Download (29kB) |
|
Text
Abstrak.doc Download (33kB) |
|
Text
ABSTRAK INGGRIS.docx Download (11kB) |
|
Text
KataPengantar - UcapanTerima Kasih.doc Download (124kB) |
|
Text
Daftar isi, daftar tabel, daftar gambar & daftar lampiran.doc Download (105kB) |
|
Text
BAB 1.rtf Download (191kB) |
|
Text
BAB II.docx Download (47kB) |
|
Text
BAB III.docx Download (71kB) |
|
Text
BAB IV.docx Restricted to Repository staff only Download (205kB) |
|
Text
BAB V.docx Restricted to Repository staff only Download (19kB) |
|
Text
DAFTAR PUSTAKA SKRIPSI.docx Download (15kB) |
|
Text
FOTO PEMBELAJARAN.docx Download (1MB) |
|
Text
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.docx Download (14kB) |
Abstract
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STUDENTS TEAMS-ACHIEVMENT DIVISIONS (Penelitian Tindakan Kelas materi perkembangan tekhnologi produksi komunikasi dan transportasi, pada Siswa Kelas IV SD Negeri Antapani V Kecamatan Antapani Kota Bandung) Oleh Ana Nurdianti 105060038 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui model STAD dalam pembelajaran IPS pada topik Perkembangan teknologi produksi komunikasi dan transportasi. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di kelas IV SDN Antapani V. Penelitian ini dilatar belakangi dengan keadaan siswa di kelas IV SDN Antapani V yang tidak menggunakan model pembelajaran yang bervariasi, sehingga suasana belajar menjadi tidak aktif dan hasil belajar yang relatif kurang memenuhi KKM mata pelajaran IPS yaitu 66 sehingga perlu adanya alternatif model pembelajaran salah satunya penerapan model kooperatif tipe STAD. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan sistem siklus yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, analisis dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus. Dalam tiap siklusnya dilaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran STAD. Teknik evaluasi yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik tes dan non tes. Teknik tes untuk mengetahui hasil belajar siswa, dan teknik non tes untuk mengetahui aktivitas siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata peningkatan kemampuan siswa dalam mengerjakan pretes dari siklus I sampai siklus III, yaitu pada siklus I sebesar 30% memenuhi KKM, siklus II 54,5% yang memenuhi KKM dan siklus III 92% yang memenuhi KKM. Kesimpulan yang diperolah dari penelitian ini adalah, bahwa penggunaan model pembelajaran STAD sangat menunjang terhadap peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada topik perkembangan tekhnologi komunikasi dan transportasi di kelas IV Sekolah Dasar. Dengan demikian, penggunaan model STAD dapat dijadikan salah satu model pembelajaran untuk diterapkan pada pembelajaran IPS. Kata kunci: Aktivitas, Hasil Belajar, Pembelajaran IPS, STAD EFFORTS TO IMPROVE THE ACTIVITY AND LEARNING OUTCOMES THROUGH THE APPLICATION OF SOCIAL SCIENCE MODELS OF COOPERATIVE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (Action researsh material production technologi development of communication and transportation in the 4 th grade students Antapani V Elementary school, Antapani District of Bandung) By ANA NURDIANTI 105060038 ABSTRACK This research aims to improve the activity and student learnig outcomes through STAD model in learning social studies on the topic of the development of production technology of communication and transportation. Action researsh conducted in the grade 4 Antapani V elementary school. This researsh is motivated by grade 4 students in the state of Antapani V elementary school which does not use a variety of learning models, so that the learning envirinment becomes inactive and learning outcomes are relativelyill-equipped KKM social studies is 66 so the need for alternative models of learning one application of STAD cooperative model. Yhis study uses classroom action research using a system consisting of a cycle of planning, implementation,observation, analysis, and reflection. This study was conducted in 3 cycles. In each cycle of learnig activities carried out by applying the model STAD. Evaluation tehniques used in this researsh is a test and non-test tehniques. Techniques for the test to determine students learning outcomes, and the non test techniques to determine the activity of the student. The results showed that the use STAD. Models can improve the activity and learning outcomes, This can be seen from the average valve increase students skill in working protest of cycle 1 to cycle III, in cycle 1 of 30% to meet KKM, cycle 2 of 54,5%. Which meets the KKM and 3 cycle of 92%, wich meets te KKM. The conclvision from this study is that the use of STAD models strongly support the increased activity and student learning outcomes on the topic of communication and transportation technology development in grade 4 elementary school, Thus, the use of STAD model can be used as one of the learning model to be appllled to social studies learning. Keyword: Activities, Learning Outcomes, Learning Social Science, STAD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan perkembangan zaman di dunia pendidikan yang terus berubah dengan signifikan sehingga banyak merubah pola pikir pendidik, dari pola pikir yang awam dan kaku menjadi lebih modern. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam kemajuan pendidikan di dunia khususnya di Indonesia. Tujuan dari pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita- cita yang di harapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan. Karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan. Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum kelahiran. Pada dasarnya pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Menurut kamus Bahasa Indonesia Kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia) menjelaskan tentang pengertian pendidikan yaitu: Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Seluruh pendidikan yang diselenggarakan di Indonesia, baik itu secara terstruktur maupun tidak terstruktur. Secara terstruktur, pendidikan di Indonesia menjadi tanggung jawab Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia(Kemdikbud), dahulu bernama Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Depdiknas). Di Indonesia, semua penduduk wajib mengikuti program wajib belajar pendidikan dasar selama sembilan tahun, enam tahun di sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah dan tiga tahun di sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah. Dasar pemikiran pendidikan di indonesia terdapat pada Alenia ke 4 pembukaan UUD 1945 yang berisikan “ untuk mencerdaskan kehidupan bangsa “. Yang kemudian dijabarkan pada batang tubuh UUD 1945 (paska amandemen ke-4) Bab XIII tentang pendidikan dan kebudayaan. Pasal 31 berisikan : (1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. (2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. (3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. (4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. (5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. Dengan dasar pasal 31 inilah kemudian lahirlah berbagai Undang-undang dan Peraturan Pemerintah serta Peraturan Menteri yang mengatur pelaksanaan Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia. Saat ini, pendidikan di Indonesia diatur melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan di Indonesia terbagi ke dalam tiga jalur utama, yaitu formal, nonformal, dan informal. Pendidikan juga dibagi ke dalam empat jenjang, yaitu anak usia dini, dasar, menengah, dan tinggi. Untuk mewujudkan pembangunan nasional di bidang pendidikan, diperlukan peningkatan dan penyempurnaan penyelenggaraan pendidikan nasional, yang disesuaikan dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta seni budaya, perkembangan masyarakat serta kebutuhan pembangunan. Dalam proses pendidikan, tingkat satuan pendidikan yang dianggap sebagai tahap awal pendidikan adalah sekolah dasar. Pada masa ini anak didik mengalami proses pendidikan dan pembelajaran. Secara umum pengertian sekolah dasar dapat disimpulkan sebagai institusi pendidikan yang menyelenggarakan proses pendidikan dasar dan mendasari proses pendidikan pada tingkatan berikutnya. Proses pendidikan sendiri diselenggarakan untuk anak-anak yang dalam hal ini sudah menginjak usia 7 (tujuh) tahun dengan anggapan anak seusia tersebut sudah memiliki tingkat pemahaman dan kebutuhan pendidikan yang sesuai tepat untuk dirinya. Penyelenggaraan pendidikan dasar tidak lain adalah untuk membekali dasar pengetahuan, sikap serta keterampilan kepada anak didik. Selanjutnya, pendidikan dasar ini akan dikembangkan untuk meningkatkan kualitas diri para anak didik. Penyelenggaraan pendidikan pada jenjang Sekolah dasar (SD) bertujuan memberikan bekal kepada siswa untuk hidup bermasyarakat dan dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Salah satu komponen kurikulum di Sekolah Dasar adalah bidang pengajaran ilmu Pengetahuan Sosial. Ilmu Pengetahuan Sosial dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia masih relatif baru digunakan. Ilmu Pengetahuan Sosial adalah terjemahan dari social studies dalam konteks kurikulum pendidikan dasar di Amerika Serikat. Somantri (Sapriya:2008:9) menyatakan IPS adalah penyederhanaan atau disiplin ilmu ilmu sosial humaniora serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan. Karena cara pandangnya bersifat terpadu. Hal tersebut mengandung arti bahwa IPS bagi pendidikan dasar merupakan hasil perpaduan dari mata pelajaran geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, dan sosiologi. Perpaduan ini disebabkan mata pelajaran tersebut memiliki objek material kajian yang sama yaitu manusia. Banyak hal yang perlu diketahui anak dalam Pembelajaran IPS di SD yaitu diantaranya kenampakan alam dan keragaman sosial budaya, pemanfaatan SDA dalam kegiatan ekonomi, keanekaragaman suku bangsa dan peninggalan sejarah serta masalah sosial di lingkungan setempat, dan lain-lain. Untuk memudahkan peserta didik dalam proses belajar mengajar, maka materi pembelajaran harus disajikan secara bervariasi agar peserta didik mampu belajar aktif, kreatif dan mandiri sesuai dengan yang diharapkan juga pembelajaran lebih ditekankan pada kemampuan hidup (general life skill) dan menggali nilai-nilai budi pekerti. Dalam PBM juga guru mampu mengembangkan minat peserta didik dalam mempelajari dan meningkatkan keterampilan bersosialisasi antara pengetahuan dengan kondisi masyarakat yang sedang berkembang di masyarakat. Melalui pembelajaran IPS akan memberikan dampak terhadap kemampuan berpikir dan bernalar peserta didik ke arah yang lebih baik, sehingga proses pembelajaran dapat bermakna. Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan untuk mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan serta Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi berbagai aspek-aspek diantaranya Manusia, Tempat, dan Lingkungan, Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan Sistem Sosial dan Budaya serta Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan. Dalam KTSP pada mata pelajaran IPS Kelas IV, terdapat Standar Kompetensi yang berbunyi : “ perkembangan teknologi produksi komunikasi dan transportasi “. Untuk mencapai tujuan meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di SD, menuntut kemampuan guru dalam mengembangkan model pembelajaran yang dapat menunjang dan mendorong siswa untuk berpikir logis, sistematis dan kritis yaitu diantaranya: 1. Berorientasi pada tujuan yang hendak dicapai. 2. Mengetahui dan menguasai konten pembelajaran IPS. 3. Dalam proses pembelajaran lebih banyak melibatkan siswa untuk lebih aktif berpartisipasi dalam proses belajar. 4. Dalam PBM berusaha mencari, menemukan sendiri dan memecahkan masalah-masalah yang ada dalam masyarakat. 5. Banyak menggunakan alat belajar, sumber belajar dan media belajar yang bervariasi selama pembelajran yang dapat membantu meningkatkan kualitas perolehan belajar siswa. Tidak dapat dipungkiri bahwa pembelajaran IPS di Kelas IV seperti halnya yang terjadi di SD Negeri Antapani V Kecamatan Antapani masih banyak kendala yang dihadapi dalam merealisasikan pencapain tujuan pembelajaran tersebut. Sebagai mana tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Depdiknas, 2006:32) bahwa : Mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki kemampuan untuk mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan dan memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial. Hal tersebut diperkuat dengan penjelasan Undang-undang Republik indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional pasal 37 ayat 1 yang menjelaskan bahwa “ Bahan kajian ilmu pengetahuan sosial, diantaranya yaitu Ilmu Bumi, Sejarah, Ekonomi, Kesehatan dan sebagaimana dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan untuk menganalisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat ”. Namun faktanya keadaan rill dilapangan, pembelajaran masih berpusat dari guru dalam adanya keterlibatan siswa, sehingga cenderung membuat kurangnya ketertarikan minat siswa untuk belajar yang pada akhirnya siswa merasakan kejenuhan dalam pembelajaran. Hal ini akan menimbulkan efek samping terhadap aktivitas dan hasil belajar yang diraih oleh siswa. Kurangnya keberhasilan tersebut dapat terlihat dari hasil belajar yang berupa Evaluasi Tes atau Ulangan Harian dalam materi pembelajaran yang sebelumnya diberikan sehingga menimbulkan fenomena dari sistem pendidikan di Indonesia yang masih jauh dari harapan yaitu dari 100% siswa di kelas 76,7 % siswa nilainya masih rendah dengan rata-rata nilai yang diperolah sebesar 40 sehingga masih belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu sebesar 66, dan sekitar 23,3% siswa nilainya sudah cukup baik dengan rata-rata nilai 76 dan telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Disini perlu adanya peran guru selaku motivator dan fasilitator untuk memberikan motivasi belajar dan fasilitas belajar dengan maksimal dan sebaik mungkin agar proses belajar siswa mengalami kemajuan dan keberhasilan. Supaya siswa dapat tertarik dengan proses pembelajaran yang sering diikuti di kelas maka pembelajaran IPS harus menggunakan pendekatan dan model pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk berargumentasi, menanggapi, mengemukakan pendapat, berpikir, mempunyai nalar, dan memecahkan masalah. Dengan adanya pergeseran paradigma pendidikan di negara kita, khususnya pada bagian prinsip dasar penyelenggaraan pendidikan bahwa pendidikan harus mampu membangun kemauan dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Hal ini tentu membawa pengaruh bagi guru untuk mengorientasikan tujuan pembelajaran dari penguasaan materi pelajaran dalam segi kecakapan dan kompetensi termasuk kemampuan berpikir kritis dan kreatif di dalamnya.Permasalahan diatas juga merupakan cerminan dari permasalahan yang dialami oleh SD Negeri Antapani V kecamatan Antapani selaku tempat penelitian penulis. Berdasrkan hasil observasi,wawncara, dan pengamatan di SD Negeri Antapani khususnya di kelas IV dalam prakteknya penerapan pembelajaran IPS masih cenderumg membuat siswa menjadi bosan. Artinya aktivitas dan hasil pembelajaran tidak berlangsung secara efektif. Melihat kondisi aktivitas dan rendahnya hasil belajar siswa tersebut maka penulis menganggap perlu adanya upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS materi teknologi produksi komunikasi dan transportasi melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan siswa dapat meningkatkan aktivitasnya terhadap pelajaran IPS dengan tujuan akhir untuk lebih meningkatkan hasil belajar siswa. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Kurangnya aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran 2. Kurangnya hasil belajar peserta didik dalam proses pembelajaran 3. Kurangnya pengguasaan peserta didik terhadap mata pelajaran 4. Kurangnya media pembelajaran yang dilakukan guru ketika belajar di dalam kelas C. Rumusan Masalah dan Pernyataan Penelitian Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: 1) Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas IV SDN Antapani dalam pembelajaran IPS pada materi perkembangan teknologi, produksi, komunikasi dan transportasi? 2) Bagaimana peningkatan aktivitas siswa kelas IV SDN Antapani V dalam pembelajaran IPS pada materi perkembangan teknologi, produksi, komunikasi dan transportasi dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD? 3) Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SDN Antapani V dalam pembelajaran IPS pada materi perkembangan teknologi, produksi, komunikasi dan transportasi dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD? D. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka batasan-batasan masalah yang ditemukan adalah sebagai berikut: 1. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD. 2. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SDN Antapani V Kecamatan Antapani. 3. Materi pembelajaran yang dijadikan sebagai bahan penelitian yaitu tentang perkembangan teknologi,produksi, komunikasi, dan transportasi. E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji seberapa efektif penerapan Model Pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran IPS di sekolah dasar. 2. Tujuan Khusus a. Untuk menerapkan model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD yang efektif dan efisien jika diharapkan dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar Negeri Antapani V kelas IV Kota Bandung. b. Untuk meningkatkan derajat kesesuaian antara tindakan guru mitra penelitian dalam melaksanakan proses pembelajaran IPS dengan model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD yang dibuat. c. Untuk meningkatkan keaktifan siswa pada pembelajaran IPS dengan materi perkembangan teknologi, produksi, komunikasi, dan transportasi agar pembelajaran meningkat. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis manfaat dari penelitian tindakan kelas yang penulis buat adalah memperbaiki kualitas proses pembelajaran dengan sasaran akhir memperbaiki hasil belajar siswa, meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Jika guru menerapkan keterampilan menjelaskan dengan bahasa yang lugas, mudah dimengerti, ditunjang dengan alat peraga yang sesuai dengan pemilihan alat peraga dan metode yang tepat, akan membuat aktivitas kelas bagi siswa yang pada akhirnya akan menningkatkan hasil belajar siswa. 2. Manfaat Praktis Melalui penelitian tindakan kelas (PTK) ini diharapkan dapat berguna bagi perbaikan praktek dan hasil pembelajaran IPS dan pengembangan profesionalisme guru SD. Bila dirinci, penelitian ini akan memberikan kegunaan bagi guru, siswa, kepala sekolah. 1. Bagi Guru Dapat memberikan pengalaman praktis yang berharga bagi dirinya dalam rangka mengembangkan tugas keprofesiannya, menambah wawasan pengetahuan dan keterampilan dalam mengatasi permasalahan di sekolah, terutama yang berhubungan dengan perbaikan kualitas pembelajaran IPS, dan sebagai sarana inovasi di bidang pendidikan. 2. Bagi Siswa Memberikan pengalaman baru bagi mereka dalam bekerja sama memecahkan suatu persoalan atau masalah yang dihadapinya serta memiliki kebersamaan dan rasa percaya diri dalam bertanya maupun mengemukakan pendapat atau gagasannya dalam diskusi kelas. Selain itu, mereka merasa senang dan merasa termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran IPS. 3. Bagi Sekolah Dapat menciptakan panduan model pembelajaran dalam proses belajar mengajar pada pelajaran lain., dan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran demi kemajuan proses pembelajaran di masa yang akan datang serta dapat meningkatkan kualitas dan mutu sekolah. 4. Bagi Peneliti Mendapatkan pengalaman dalam merencanakan, melaksanakan kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan. G. Kerangka Pemikiran Menuntut ilmu merupakan bagian dari belajar, maka sudah selayaknya kita sebagai manusia harus belajar atau menuntut ilmu. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidikan (guru) dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Bell-Gredler dalam Udin S. Winataputra (2008) pengertian belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitude. Kemampuan (competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitude) tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat. Dari beberapa pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa belajar merupakan kegiatan seseorang yang dapat merubah kebiasaan atau prilaku. Jadi dapat dikatakan teori belajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana manusia belajar, sehingga membantu kita semua memahami prosen intern yang kompleks dari belajar. Proses belajar mengajar merupakan sebuah proses interaksi yang menghimpun sejumlah nilai (norma). Yang merupakan subtansi sebagai medium antara guru dan siswa dalam rangka mencapai tujuan. Dalam proses belajar terdapat dua kegiatan yankni kegiatan guru dan kegiatan siswa. Guru mengajar dengan gayanya sendiri dan siswa juga mengajar dengan gayanya sendiri. Sebagai guru, tugasnya tidak hanya mengajar tetapi juga belajar memahami suasana psikologis siswanya dan kondisi kelas. Dalam mengajar, guru harus memahami gaya-gaya belajar siswanya sehingga krelefansian gaya-gaya mengajar guru dan siswa akan memudahkan guru menciptakan interaksi edukatif dan kondusif. Sehubunggan dengan pembelajaran tersebut, maka pendekatan atau metode yang digunakan dalam pembelajaran IPS adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Kemahiran dan keterampilan dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diharapkan dapat diwujudkan adalah sebagaimana tertuang dalam kompetensi pembelajaran IPS di kelas IV SD, yaitu (1) menjelaskan gagasan atau pernyataan (termasuk peran, definisi) (2) membahas dan menjelaskan materi yang dipelajari, dan (3) menghargai pelajaran tematik sebagai suatu yang berguna dan bermanfaat sebagai kehidupan. Dari permasalahan tersebut peneliti membuat kerangka berfikir seperti pada bagan berikut : Sumber : Slavin, (1977:17) H. Asumsi Asumsi merupakan sebuah anggapan, dugaan, pikiran yang dianggap benar untuk sementara sebelum ada kepastian. Ilmu menganggap bahwa objek-objek empiris yang menjadi bidang penelaahannya mempunyai sifat keragaman, memperlihatkan sifat berulang dan semuanya jalin-menjalin secara teratur. Sesuatu peristiwa tidaklah terjadi secara kebetulan namun tiap peristiwa mempunyai pola tetap yang teratur. Bahwa dalam kegiatan pembelajaran, pengajaran, dan pengaturan proses belajar mengajar menentukan keberhasilan pembelajaran. Keduanya saling mendukung satu sama lain. Untuk mencapai tujuan pembelajaran IPS diperlukan keseimbangan antara keduanya. Salah satu komponen pengajaran adalah pemanfaatan berbagai strategi pembelajaran secara dinamis dan kemampuan guru untuk dapat memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi pokok bahasan IPS.. Penggunaan strategi pembelajaran IPS tidak boleh diabaikan begitu saja karena dengan menggunakan strategi pembelajarn siswa lebih mudah memahami. Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD, tim yang terbaik akan mendapatkan sebuah penghargaan, penghargaan diberikan pada tim dengan kriteria baru, Ide utama dibalik STAD adalah untuk memotivasi siswa saling memberi semangat dan membantu dalam menuntaskan keterampilan-keterampilan yang dipresentasikan guru. I. Hipotesis Menurut Suharsimi Arikunto dalam bukunya ‘Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek’, hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Dari arti katanya hipotesis memang berasal dua (2) penggalan kata, “hypo” yang artinya “di bawah” dan “thesa” yang artinya “kebenaran”. Jadi hipotesis yang kemudian cara menulisnya disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia menjadi hipotesa, dan berkembang menjadi hipotesis. Berdasarkan asumsi diatas diduga dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran IPS dengan materi perkembangan teknologi, produksi, komunikasi, dan transportasi di Kelas IV SDN Antapani V Kota Bandung. J. Definisi Operasional 1. Upaya Definisi upaya adalah usaha, ikhtiar untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar dan sebagainya. Dalam penelitian ini, penulis mencari jalan keluar terhadap suatu masalah yang dihadapi siswa kelas IV SDN Antapani mengenai perkembangan teknologi produksi komunikasi dan transportasi. 2. Aktivitas Menurut Benyamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006:12) pada hakekatnya aktivitas adalah proses perubahan tingkah laku seseorang dengan adanya pengalaman atau peristiwa yang memungkinkan terjadinya aktivitas siswa dalam memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, pemahaman terhadap nilai-nilai dan sarana mengekplorasi potensi siswa untuk mencapai tujuan yang diinginkan. 3. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar. BAB II KAJIAN TEORI A. Aktivitas Belajar 1. Pengertian Aktivitas Belajar Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting didalam interaksibelajar-mengajar. Dalam aktivitas belajar ada beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yakni menurut pandangan ilmu jiwa lama dan ilmu jiwa modern. Menurut pandangan ilmu jiwa lama aktivitas didominasi oleh guru sedang menurut padangan ilmu jiwa modern, aktivitas didominasi oleh siswa. Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk bersentuhan dengan obyek yang sedang dipelajari seluas mungkin, karena dengan demikian proses konstruksi pengetahuan yang terjadi akan lebih baik. Aktivitas Belajar diperlukan aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Dari uraian diatas dapat diambil pengertian aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dalam kegiatan belajar guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaatdari kegiatan tersebut. 2. Jenis-jenis Aktivitas Belajar Adapun jenis-jenis aktivitas dalam belajar yang digolongkan oleh Paul B. Diedric (dikutip oleh Sardiman, 2011: 101) adalah sebagai berikut: a. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. b. Oral Activities, seperti menyatakan merumuskan, bertanya, memberi saran, berpendapat, diskusi, interupsi. c. Listening Activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato. d. Writing Activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, menyalin. e. Drawing Activities, menggambar, membuat grafik, peta, diagram. f. Motor Activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, berkebun, beternak. g. Mental Activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, mengambil keputusan. h. Emotional Activities, seperti misalnya, merasa bosan, gugup, melamun, berani, tenang. Berdasarkan berbagai pengertian jenis aktivitas di atas, peneliti berpendapat bahwa dalam belajr sangat dituntut keaktifan siswa. Siswa yang lebih banyak melakukan kegiatan sedangkan guru lebih banyak membimbing dan mengarahkan. Tujuan pembelajaran PLC tidak mungkin tercapai tanpa adanya aktivitas siswa. B. Hakekat Pembelajaran IPS Sekolah Dasar 1. Pengertian IPS Ilmu Pengetahuan Sosial dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia masih relatif baru digunakan. Ilmu Pengetahuan Sosial adalah terjemahan dari social studies dalam konteks kurikulum pendidikan dasar di Amerika Serikat.Soemantri (2008:9) menyatakan IPS adalah penyederhanaan atau disiplin ilmu ilmu sosial humaniora serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan. Karena cara pandangnya bersifat terpadu. Hal tersebut mengandung arti bahwa IPS bagi pendidikan dasar merupakan hasil perpaduan dari mata pelajaran geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, dan sosiologi. Perpaduan ini disebabkan mata pelajaran tersebut memiliki objek material kajian yang sama yaitu manusia. Banyak hal yang perlu diketahui anak dalam Pembelajaran IPS di SD yaitu diantaranya kenampakan alam dan keragaman sosial budaya, pemanfaatan SDA dalam kegiatan ekonomi, keanekaragaman suku bangsa dan peninggalan sejarah serta masalah sosial di lingkungan setempat, dan lain-lain. Untuk memudahkan peserta didik dalam proses belajar mengajar, maka materi pembelajaran harus disajikan secara bervariasi agar peserta didik mampu belajar aktif, kreatif dan mandiri sesuai dengan yang diharapkan juga pembelajaran lebih ditekankan pada kemampuan hidup (general life skill) dan menggali nilai-nilai budi pekerti. Dalam PBM juga guru mampu mengembangkan minat peserta didik dalam mempelajari dan meningkatkan keterampilan bersosialisasi antara pengetahuan dengan kondisi masyarakat yang sedang berkembang di masyarakat. Melalui pembelajaran IPS akan memberikan dampak terhadap kemampuan berpikir dan bernalar peserta didik ke arah yang lebih baik, sehingga proses pembelajaran dapat bermakna. Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan untuk mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan serta Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi berbagai aspek-aspek diantaranya Manusia, Tempat, dan Lingkungan, Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan Sistem Sosial dan Budaya serta Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan. 2. Tujuan Pembelajaran IPS Sekolah Dasar Secara umum, mengemukakan tujuan pembelajaran IPS SD harus sesuai dengan tujuan pendidikan nasional pasal 3 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan pembelajaran IPS SD harus diselaraskan dan disesuaikan dengan tujuan pendidikan nasional. Mata pelajaran IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang mengarahkan siswa agar menjadi warga negara yang demokratis, bertanggungjawab, serta warga dunia yang cinta damai. Berdasarkan panduan KTSP SD/ MI Tahun 2006 mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. 2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial. 3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. 4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan tujuan pembelajaran IPS SD adalah memberikan bekal dan wawasan kepada siswa berupa pengetahuan, sikap, keterampilan, dan kesadaran-kesadaran nilai-nilai sosial kemanusiaan dalam kehidupan bermasyarakat. C. Pengertian Belajar dan Pembelajaran 1. Pengertian Belajar Pendidikan merupakan proses yang berlangsung terus selama individu hidup dan tumbuh, serta dapat ditempuh melalui lembaga formal, non formal maupun informal (Djumhur dan Suryabrata, 1975:65). Pendidikan dalam lembaga manapun selalu melalui proses belajar. Setiap perbuatan belajar tentu akan menimbulkan perubahan yang positif pada diri orang yang belajar (Suryabrata, 1993:55). Oleh karena itu semakin banyak seseorang belajar, akan semakin bertambah pengetahuan, pengalamannya serta pengertiannya tentang sesuatu dandengan sendirinya keadan ini juga akan mempengaruhi cara seseorang bersikap, berfikir, serta cara bertindaknya. Meichati (1970:88), mengatakan bahwa dalam pendidikan ada empat unsur yang memegang peranan penting dan saling berkaitan satu sama lain yaitu: siswa sebagai pelaku, guru sebagai pelaksana, sekolah sebagai media, dan orang tua sebagai pendukung. Pendidikan di sekolah mengarahkan siswa supaya memperoleh pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, sikap dan nilai, yang semuanya menunjang perkembangan siswa. Ahmadi dan Supriyono (1991:92) mengatakan bahwa dalam keseluruhan pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Belajar merupakan proses perkembangan hidup manusia. Manusia mengalami perubahan-perubahan kualitatif dalam belajar, sehingga tingkah lakunya berkembang mencapai suatu prestasi dalam hidupnya. Suryabrata (1993:34) mengemukakan bahwa belajar adalah usaha seseorang untuk mendapatkan perubahan tingkah laku melalui pengalaman dan latihan. Suryabrata (1993:124) setelah membahas definisi para ahli mengenai belajar menyimpulkan bahwa belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioralchanges, aktual maupun potensial), perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru dan perubahan teijadi karena usaha. Hasil belajar akan menghasilkan perubahan yang relatif tetap dan berbekas. Winkel (1996:50) mengatakan bahwa setiap kegiatan belajar akan menghasilkan suatu perubahan pada siswa dan perubahan itu tampak dari tingkah laku siswa atau prestasi siswa . Dari uraian di atas dapat disimpulkan bawa belajar adalah suatu kegiatan atas proses yang membawa perubahan-perubahan secara aktual dan potensial yang relatif menetap sebagai akibat latihan atau pengalaman. 2. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru secara terprogram dalam disain instruksional yang menciptakan proses interaksi antara sesama peserta didik, guru dengan peserta didik dan dengan sumber belajar. Pembelajaran bertujuan untuk menciptakan perubahan secara terus-menerus dalam perilaku dan pemikiran siswa pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran pada hakekatnya merupakan proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah lebih baik. Selama proses pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan belajar agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi siswa (E.Mulyasa,2003). Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau siswa. Berdasarkan teori belajar ada lima pengertian pembelajaran diantaranya sebagai (Oemar Hamalik, 1995:78)berikut: a. Pembelajaran adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada siswa di sekolah b. Pembelajaran adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga sekolah c. Pembelajaran adalah upaya mengorganisasikan lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi siswa d. Pembelajaran adalah upaya untuk mempersiapkan siswa untuk menjadi warga masyarakat yang baik e. Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari. Menurut Gagne sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Nazarudin (2007:162) pembelajaran dapat diartikan sebagai seperangkat acara peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung proses belajar yang sifatnya internal. Menurut Nazarudin (2007:163) pembelajaran adalah suatu peristiwa atau situasi yang sengaja dirancang dalam rangka membantu dan mempermudah proses belajar dengan harapan dapat membangun kreatifitas siswa. Menurut berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu perubahan dari peristiwa atau situasi yang dirancang sedemikian rupa dengan tujuan memberikan bantuan atau kemudahan dalam proses belajar mengajar sehingga bisa mencapai tujuan belajar. D. Hasil Penelitian Terdahulu 1. Penelitian yang dilakukan oleh Tiara Cempaka Sari (2013 : 4) Tahun 2013 dengan judul Penggunaan Model Kooperative Learning tipe STAD Untuk Meningkatkan Kemampuan Kerjasama Siswa Dalam Mata Pelajaran IPS di Kelas V SDN Nangela Kecamatan Sindangkerta yang menyimpulkan bahwa melalui model Kooperative tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan kerjasama siswa , halini dapat terlihat dari rata-rata kemampuan kerjasama setiap siklusnya yang terus mengalami peningkatan dari siklus I 54,28%, siklus II 71,43%, dan siklus III mencapai perolehan presentase tingkat ketuntasan kelas 97,14%. Selain itu, nilai rata-rata hasil belajar sebelum menggunakan model cooperative tipe STAD 45,4 dengan persentase tingkat ketuntasan kelas 20%. Setelah penggunaan model tipe STAD padasiklus I nilai rata-rata menjadi 57,2 dengan tingkat persentase ketuntasan kelas 36% dan pada siklus II meningkat menjadi 66,8% dengan persentase tingkat ketuntasan kelas 56%, pada siklus III nilai rata- rata menjadi 83,6 dengan ketuntasan kelas 96%, sehingga model kooperatif tipe STAD dapat digunakan sebagai alternative dalam pembelajaran yang mengupayakan peningkatan kemampuan kerjasama siswa. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Cipta Amiati Zakaria (2012 : 6) Tahun 2012 dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS Materi Pokok Cara Menghadapi Bencana Alam Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD di kelas VI SDN Muararajeun 1 Kec.Cibeunying Kaler Kota Bandung yang menyimpulkan bahwa hasil penelitian menunjukan ketuntasan belajar pada siklus I sebesar 20% mencapai KKM yang telah ditentukan sebesar 70 dengan rata-rata nilai 48,5, pada siklus II terdapat peningkatan menjadi 56,6% tuntas belajar dengan rata-rata nilai 64,7. Dan pada siklus III terdapat peningkatan yang signifikan dari siklus I dan II menjadi 94% siklus III siswa tuntas belajar dengan rata-rata nilai 82., dan nilai rata-rata kelas pun melebihi KKM IPS materi pokok mengenal cara-cara menghadapi bencana alam yang telah ditentukan yaitu 70. E. Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang menuntut keterlibatan siswa secara aktif untuk bekerja sama dalam kelompok kelompok yang heterogen dengan keberhasilan belajar ditentukan oleh kerja sama dalam kelompok. Pengertian model pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan oleh Anita Lie (Isjoni dan Mohd. Arif, 2008: 150-151), sebagai berikut: Pembelajaran kooperatif disebut dengan istilah pembelajaran gotong-royong, yaitu kelompok pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugasan-tugasan yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu kelompok yang didalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan jumlah anggota kelompok pada umumnya terdiri dari 4-5 orang. Rusman (2011: 202) menyebutkan pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Artz dan Newman (Trianto, 2011: 56) mengemukakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya. Trianto (2010: 56) juga mengemukakan tujuan dibentuknya kelompok dalam model pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, disimpulkan pengertian model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa dapat belajar dan bekerja dalam kelompok kecil (4-6 siswa) serta dapat berinteraksi satu sama lain demi mencapai tujuan belajar bersama. Keberhasilan model pembelajaran kooperatif bukan terletak pada kemampuan satu siswa, tetapi keberhasilan terletak pada kerja sama dalam kelompok. Dalam model pembelajaran kooperatif, tugas siswa dalam kelompok adalah mencapai ketuntasan belajar dan berkewajiban membantu siswa lain dalam mempelajari suatu bahan materi pelajaran. 2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tujuan pembelajaran kooperatif didapat dari hasil kerja sama anggota dalam kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif dikemukakan oleh Johnson & Johnson (Trianto, 2010: 57) bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Trianto (2010: 59) menyebutkan model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran penting, antara lain: a. Hasil belajar akademik. Dalam belajar kooperatif membantu siswa memahami konsepkonsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Pembelajaran kooperatif dapat memberikan pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. b. Penerimaan terhadap perbedaan individu. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain. c. Pengembangan keterampilan sosial. Pembelajaran kooperatif sangat tepat digunakan untuk melatihkan keterampilan-keterampilan kerja sama, kolaborasi, dan juga keterampilan-keterampilan tanya jawab. Berdasarkan tujuan model pembelajaran kooperatif di atas, pelaksanaan penelitian ini mencakup tiga tujuan pembelajaran penting yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap perbedaan individu, dan pengembangan keterampilan sosial. 3. Unsur-unsur Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem pembelajaran yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Roger dan David (Rusman, 2011: 212) menyebutkan ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: a. Prinsip saling ketergantungan positif. Dalam sistem pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. b. Tanggung jawab perseorangan. Keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut. c. Interaksi tatap muka. Memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain. d. Partisipasi dan komunikasi. Melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran. e. Evaluasi proses kelompok. Menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama kelompok, agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. 4. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok heterogen. Trianto (2010: 66-67) menyebutkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tertera pada tabel berikut. Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Fase-fase Tingkahlaku guru Fase 1 Menyampaikantujuandanmemotivasisiswa Guru menyampaikansemuatujuanpelajaran yang ingindicapaipadapelajarantersebutdanmemotivasisiswabelajar. Fase 2 Menyajikaninformasi Guru menyajikankepadasiswadenganjalan demonstrasiataulewatbahanbacaan. Fase 3 Mengorganisasikansiswakedalamkelompokkooperatif Guru menjelaskankepadasiswabagaimanacaranyamembentukkelompokbelajardanmembantusetiapkelompok agar melakukantransisisecaraefesien. Fase 4 Membimbingkelompokbekerjadanbelajar Guru membimbingkelompok-kelompokbelajarpadasaatsiswamengerjakantugaskelompok. Fase 5 Evaluasi Guru mengevaluasihasilbelajartentangmateri yang telahdipelajariataumasing-masingkelompokmempersentasikanhasilkerjanya. Fase 6 Memberikanpenghargaan Guru mencaricara-carauntukmenghargaibaikupayamaupunhasilbelajarindividudankelompok. Sumber : Trianto (2010:66-67) Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa kelebihan yang dikemukakan para ahli, sebagai berikut: a. Slavin mengemukakan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap dan toleransi, dan menghargai pendapat orang lain (Rusman, 2011: 205). b. Model pembelajaran kooperatif ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan ketrampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis (Isjoni dan Mohd. Arif, 2008: 157). c. Ratumanan (Trianto, 2010: 62) menyatakan bahwa interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif dapat memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. d. Kardi & Nur (Trianto, 2010: 62) mengemukakan bahwa belajar kooperatif sangat efektif untuk memperbaiki hubungan antarsuku dan etnis dalam kelas multibudaya dan memperbaiki hubungan antara siswa normal dan siswa penyandang cacat. F. Model Pembelajaran Kooperatif Students Teams-Achievement Division (STAD) 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa jenis, salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif STAD. Trianto (2010: 68) mengemukakan pembelajaran kooperatif STAD merupakan salah satu jenis dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok. Slavin (Trianto, 2010: 68-69) juga menyatakan pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggota 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Lebih jauh Slavin (Rusman, 2011: 214) memaparkan bahwa, “Gagasan utama di belakang STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru”. Menurut Trianto (2010: 72-73), pembelajaran kooperatif STAD merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana. Dikatakan demikian karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan masih dekat kaitannya dengan pembelajaran konvensional, yaitu adanya penyajian informasi atau materi pelajaran. Isjoni (2007: 70) juga mengemukakan STAD sangat sesuai untuk mengajarkan bahan ajar yang tujuannya didefinisikan secara jelas, misalnya perhitungan dan aplikasi matematika, penggunaan bahasa, geografi, dan keterampilan menggunakan peta. Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, disimpulkan pengertian model pembelajaran kooperatif STAD adalah model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok yang heterogen (tingkat prestasi, jenis kelamin, budaya, dan suku) yang terdiri dari 4-5 siswa. Kegiatan pembelajarannya diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok. Ciri terpenting dalam model pembelajaran kooperatif STAD adalah kerja tim. 2. Strategi Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD Arends (Maryati,2005:13) menyebutkan strategi model pembelajaran kooperatif tipe STAD, memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Tujuan kognitif (kemampuan akademik yang sederhana) 2. Tujuan sosial (kerja kelompok dan kooperatif) 3. Struktur kelompok (terdiri dari 4-5 orang yang heterogen) 4. Pemilihan topik (dilakukan oleh guru) 5. Tugas pokok (siswa dapat mempergunakan LKS dan saling membantu menyelesaikan pekerjaan tersebut) 6. Penilaian ( dilakukan tes mingguan) 7. Penghargaan (hadiah) Ada beberapa cara untuk menentukan skor kelompok bagi siswa yang telah bekerjasama untuk sebuah kuis atau tes, yaitu rata-rata skor seluruh anggota kelompok mengambil tes. Kemudian guru akan memilih siswa yang akan mengerjakan tes tersebut. Hendaknya siswa tidak mengetahui terlebih dahulu siapa yang akan dipilih, sehingga seluruh anggota kelompok akan mendapatkan nilai seperti yang berhasil dicapai oleh pengembilan tes. Jika dengan mengadakan kuis lisan, guru mengajukan sebuah pertanyaan. selanjutnya seluruh anggota kelompok mendiskusikan menjawabnya, Kemudian guru menunjuk seorang siswa untuk menjawabnya. Pada tahap ini kelompok tidak diperbolehkan memberi bantuan. Adapun yang menjadi kelebihan dan kekurangan menurut Slavin (2009:5) ada beberapa dampak posotif penggunaan model kooperatif antara lain : 1) Meningkatkan pencapain prestasi siswa, 2) mengembangkan hubungan antar kelompok, 3) Penerimaan terhadap teman yang lemah dalam bidang akademik, 4) meningkatkan rasa harga diri dan kekurangan dari pembelajaran kooperatif tipe STAD antara lain : a. Siswa lebih sering ribut sendiri, b. Membutuhkan banyak waktu dalam pembelajaran. 3. Langkah-langkah Pembelajaran STAD Pembelajaran melalui model kooperatif tipe STAD ini melalui beberapa tahapan atau langkah antara lain : a. Pertama guru membuat tim dari siswa dengan latar belakang prestasi akademik yang berbeda satu sama lainnya, jenis kelamin, ras dan etnis yang berbeda pula. Selain membagi siswa ke dalam tim, guru juga memberikan skor awal yang dilihat dari hasil nilai terakhir siswa tahun lalu pada bahasan dalam tim inilah mereka akan bekerja sama dalam memecahkan masalah yang diberikan oleh guru yang menyangkut materi pelajaran perkembangan teknologi produksi komunikasi dan transportasi. b. Kedua adalah belajar dalam tim, para siswa bekerja dengan lembar ataupun kegiatan penelitian didalam tim untuk menguasai materi yang sedang dibahas pada saat itu. Dengan ini tiap siswa akan lebih memahami tentang maateri dan tentunya akan lebih mudah untuk membantu mengerjakan kuis-kuis yang diberikan oleh guru. c. Ketiga guru memberikan tes kepada setiap siswa namun pada saat ini tes yang digunakan adalah tes individu, jadi tes ini digunakan untuk mengetahui perkembangan tiap-tiap siswa. Hasil dari tes individu ini juga akan dapat membantu perolehan skor tim mereka, jadi selain untuk memperoleh diri sendiri siswa juga bertanggung jawab atas timnya. d. Langkah yang keempat yaitu merekognisi tim arinya skor dihitung berdasarkan atas skor kemajuan, disini dicadangkan juga kriteria (rata-rata tim) dan jenis penghargaan yang akan diperoleh apabila tim telah memenuhi kriteria tersebut, perhatikan bahwa tiap tim dapat memperoleh penghargaan. Menurut Slavin (2004:143), yang mengurangi langkah-langkah mengantar siswa kepada STAD sebagai berikut : 1) Guru melakukan presentasi kelas untuk mengenalkan materi kepada siswa. 2) Bagilah siswa kedalam kelompok masing-masing terdiri dari empat atau lima anggota yang berbeda dalam kemampuan akademik, jenis klamin dan latar belakang. 3) Bila tiba saatnya memberikan kuis, bagikan kuis atau bentuk evaluasi yang lain dan berikan waktu yang cukup kepada siswa untuk menyelesaikan tes. 4) Guru menhitung skor kemajuan individu tiap siswa dalam tim masing-masing. 5) Memberikan penghargaan kepada tim yang berprestasi, yang dilakukan setelah menghitung poin untuk tiap siswa. Penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut : a. Cara menghitung skor individu dan tim Setelah melakukan tiap kuis, hitunglah skor kemajuan individual dan skor tim, dan berilah sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain kepada tim dengan skor tertinggi. Bila masih ada waktu umumkanlah skor tersebut kepada siswa sehingga mereka tahu skor yang mereka peroleh dan akan membuat motivasi siswa menigkat dan siswa akan melakukan yang terbaik lagi bagi diri sendiri maupun tim. Poin kemajuan, para siswa mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat skor kuis mereka melampaui skor awal mereka, berikut adalah keterangan dari poin kemajuan. Tabel 2.2 Tabel skor kemajuan Nilai tes Poin kemajuan Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 0 poin 10 poin dibawah sampai 1 poin di bawah skor awal 10 poin Skor awal sampai 10 poin diatas skor awal 20 poin Lebih dari 10 poin diatas skor awal 30 poin Nilai sempurna (tanpa memperhatikan skor awal) 30 poin Sumber : Slavin (dalam Ibrahim, dkk. 2000) b. Merekognisi Prestasi Tim Ada tiga macam tingkatan penghargaan yang diberikan disini. Ketiganya didasarkan kepada rata–rata skor tim, sebagai berikut : Tabel 2.2 Tingkat penghargaan Kelompok. Kriteria (Rata-rata Tim) Predikat 0 ≤ × ≤ 5 - 5 ≤ × ≤ 15 Tim baik 15 ≤ × ≤ 25 Tim hebat 25 ≤ × ≤ 30 Tim super Sumber :Slavin (dalam Ibrahim, dkk. 2000) c. Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok Setelah masing-masing kelompok memperoleh predikat, guru memberikan hadiah penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai dengan predikatnya. G. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar. Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut: a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode. b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari. c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip. d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil. e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya kemampuan menyusun suatu program. f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan. Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. 1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran di kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu sendiri. Sugihartono, dkk. (2007: 76-77), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, sebagai berikut: a. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis. b. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar di atas, peneliti menggunakan faktor eksternal berupa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pelaksanaan dua jenis model pembelajaran kooperatif ini menuntut keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran IPS. H. Hipotesis Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.Dari arti katanya hipotesis memang berasal dua (2) penggalan kata, “hypo” yang artinya “di bawah” dan “thesa” yang artinya “kebenaran”.Menurut Prof. Dr. Suharsimi Arikunto dalam bukunya ‘Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek’. Berdasarkan asumsi diatas diduga dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran IPS dengan materi perkembangan teknologi, produksi, komunikasi, dan transportasi di Kelas IV SDN Antapani V Kota Bandung. Berdasarkan Penelitian Tindakan Kelas ini dapat dirumuskan hiotesis sebagai berikut ini : 1. Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pelajaran IPS di kelas IV mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan efektif. 2. Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan cara berfikir yang aktif dan kooperatif sehingga aktivitas belajar di Kelas meningkat dalam memahami materi pokok perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi pada pelajaran IPS di kelas IV SDN ANTAPANI V. 3. Hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam materi yang disampaikan adalah adanya peningkatan pemahaman, kemampuan dan suasana belajar yang lebih efektif serta efisien dalam pembelajaran di kelas IV SDN ANTAPANI V sehingga Kriteri Ketuntasan Minimalpun (KKM) akan tercapai. BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Obyek Penelitian 1. Subjek Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Antapani V Kota Bandung, Penelitian yang akan diteliti adalah metode pembelajaran tipe STAD terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di SDN Antapani V dengan jumlah siswa 28 orang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. 2. Obyek a. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini dilaksanakan di SDN Antapani V yang berlokasi di jl.Sindangsari I Kecamatan Antapani Kelurahan Antapani Wetan. Secara geografis letak bangunan sekolah ini sangat strategis .Alasan peneliti memilih lokasi ini karena tertarik untuk melakukan penelitian. b. WaktuPenelitian Penelitian yang dilakukan di kelas IV SDN Antapani V yang berada di Jl.Sindangsari, Kecamatan Antapani Kota Bandung ini diperkirakan akan melakukan PTK di kelas IV dan penyusunan PTK secara keseluruhan akan dilakukan dalam tempo 6 bulan. B. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas merupakan salah satu usaha untuk memperbaiki kualitas pendidikan yang secara langsung melibatkan masalah di lapangan, yaitu masalah yang ada dalam kelas.Pelaksanaan ini meliputi prosedur perencanaan, tindakan observasi dan refleksi. Dalam Penelitian yang berperan sebagai guru adalah penulis sekaligus peneliti, sedangkan yang berperan sebagai observer adalah guru walikelas dan sekaligus member masukan kepada peneliti terhadap hal-hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran IPS di kelas guna memperbaiki pembelajaran berikutnya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan model pembelajaran kooperatiftipe STAD dalam proses pembelajarannya dan rancanagan penelitian yang dilaksanakan adalah teknik siklus yang mengacu pada teknik model Kemmis dan Mc. Taggart, yang terdiri dari beberapa siklus, setiap siklusnya terdiri dari beberapa tahapan penting yang dimulai dari tahap perencaan, tahap tindakan, tahap pengamatan, dan tahapr efleksi. C. Desain Penelitian Desain PTK ini menggunakan siklus model Kemmis & Mc Taggart (dalam Rafi’uddin, 1997 :20) sebagaimana disajikan dalam bagan berikut: Gambar 3.1 Alur siklus PTK Prosedur penelitian ini terbagi atas 4 tahap, yaitu : 1. Tahap Perencanaan Langkah-langkahnya adalah : a. Mempersiapkan LPD b. Merancang pembagian kelompok diskusi siswa berdasarkan keheterogenan kemampuan kognitif. c. Merancang diskusi kelompok. d. Mempersiapkan alokasi waktu untuk presentasi hasil diskusikelompok. e. Mempersiapkan alokasi waktu untuk tanggapan dari kelompok diskusilain 2. Tahap Pelaksanaan Tindakan Langkah-langkah yang akan dilakukan adalah : a. Guru membagikan LPD pada awal pembelajaran. b. Guru meminta siswa untuk duduk dalam kelompok diskusi masingmasing. c. Guru menjelaskan kepada siswa tentang fase-fase dalam model pembelajaran interaktif. d. Guru meminta siswa untuk berdiskusi dalam kelompok masingmasing. e. Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusikelompoknya. f. Guru meminta siswa dari kelompok diskusi lain untuk memperhatikan dan menanggapi hasil diskusi yang disajikan temannya. g. Guru memberi siswa latihan dan soal untuk dikerjakan di rumah. h. Guru mengamati setiap aktivitas yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung bersama observer. i. Guru melaksanakan ulangan harian / tes hasil belajar setiap akhirsiklus. 3. Tahap Pengamatan Observasi dilakukan pada saat guru memberikan tindakan dengan mengisi lembar observasi. Pengamatan akan dibantu oleh teman sejawat yang juga mengajar ditempat peneliti bertugas. Selama proses pembelajaran berlangsung, observer akan mengamati dan mencatat aktivitas siswa dengan menggunakan lembaran observasi. Lembar observasi aktivitas siswa memuat indikator-indikator yang mencerminkan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan konstruktivisme yang dilaksanakan dalam kelompok. Setiap kolom pada lembar observasi diberi tanda cek list saat observer menilai bahwa siswa melakukan aktivitas. Indikator yang dimaksud adalah : a. Berdiskusi dengan kelompok untuk menyelesaikan LPD yang diberikan oleh guru, aktivitas yang dinilai adalah : 1) Mendengarkan ide/pendapat dari kelompoknya. 2) Memberikan ide/pendapat kepada kelompoknya. 3) Menanyakan kepada anggota kelompoknya jika ada permasalahanyang tidak dimengerti. b. Penyajian hasil diskusi ke depan kelas. 1) Memberikan tanggapan terhadap pertanyaan dari kelompok lain. c. Menanggapi hasil presentasi kelompok lain yang tampil di depan kelas 1) Memberikan pertanyaan yang sesuai dengan hasil presentasi diskusi kelompok lain. d. Memperbaiki hasil diskusi yang telah dipresentasikan. 1) Terlibat pada saat memperbaiki hasil presentasi. 2) Menanggapi pertanyaan dari guru. 4. Tahap Refleksi Refleksi merupakan tahap akhir dari suatu daur penelitian tindakan kelas. Dalam tahap ini observer dan peneliti (guru) mendiskusikan hasil tindakan di kelas dan masalah yang terjadi di dalamnya. Dalam diskusi dilakukan analisis terhadap tindakan yang telah dilaksanakan. Analisis yang dilaksanakan adalah analisis data hasil
Item Type: | Thesis (Skripsi(S1)) |
---|---|
Subjects: | S1-Skripsi |
Divisions: | Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > PGSD 2014 |
Depositing User: | Iyas - |
Date Deposited: | 24 Jun 2016 05:28 |
Last Modified: | 24 Jun 2016 05:28 |
URI: | http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/4971 |
Actions (login required)
View Item |