PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJA SAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK

ANI KARMINI, 105060167 (2016) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJA SAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK. Skripsi(S1) thesis, FKIP UNPAS.

[img] Text
COVER.docx

Download (182kB)
[img] Text
PEMBUKA.docx

Download (36kB)
[img] Text
ACC BAB I.docx

Download (50kB)
[img] Text
ACC BAB II.docx

Download (175kB)
[img] Text
ACC BAB III.docx
Restricted to Repository staff only

Download (71kB)
[img] Text
BAB IV garap.docx

Download (163kB)
[img] Text
BAB V.docx

Download (19kB)
[img] Text
DAFTAR PUSTAKA.docx

Download (18kB)
[img] Text
RIWAYAT HIDUP.docx

Download (624kB)

Abstract

ABSTRAK Permasalahan penelitian ini adalah peningkatan sikap kerja sama dan hasil belajar siswa melalui penerapan model Problem Based Learning pada pembelajaran tematik tema 1 indahnya kebersamaan subtema 1 keberagaman budaya bangsaku di kelas IV SDN Kencana Indah 2 Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan sikap kerja sama dan hasil belajar siswa melalui penerapan model Problem Based Learning pada Tema 1 Indahnya Kebersamaan Subtema 1 Keberagaman Budaya Bangsaku di Kelas IV. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Kencana Indah 2 sebanyak satu kelas yang berjumlah 33 orang siswa. Objek penelitian tindakan kelas ini adalah peningkatan sikap kerja sama dan hasil belajar siswa pada tema 1 indahnya kebersamaan subtema 1 keberagaman budaya bangsaku dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. Pelaksanaan tindakan kelas (PTK) dilakukan sebanyak 2 siklus dan masing-masing siklus dilakukan dengan 2 kali pertemuan dan pada setiap akhir siklus dilakukan observasi untuk mengetahui hasil peningkatan sikap kerja sama dan hasil belajar siswa. Hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa kategori presentase sikap kerja sama siswa hasil observasi siklus I pertemuan I termasuk kategori “Belum Terlihat” mencapai 57,7%; kategori “Mulai Terlihat” mencapai 72,7%; kategori “Mulai Berkembang” mencapai 39,4%; dan kategori “Sudah Membudaya” mencapai 15,2%, sedangkan pada siklus II pada kategori “Belum Terlihat” mencapai 15,2%; kategori “Mulai Terlihat” mencapai 42,4%; kategori “Mulai Berkembang” mencapai 33,3%; dan kategori “Sudah Membudaya” mencapai 93,9%. Selain itu peningkatan terjadi pada hasil belajar siswa dari siklus I yaitu 45,5% menjadi 84,8% pada siklus II. Dengan demikian dapat dikemukakan kesimpulan bahwa penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan sikap kerja sama dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik tema 1 indahnya kebersamaan subtema 1 keberagaman budaya bangsaku di kelas IV SDN Kencana Indah 2 Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung. Kata kunci: Model Pembelajaran Problem Based Learning, sikap kerja sama dan hasil belajar siswa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses memproduksi sistem nilai dan budaya ke arah yang lebih baik antara lain dalam hal pembentukan kepribadian, keterampilan dan perkembangan intelektual peserta didik. Lembaga formal proses reproduksi sistem nilai dan budaya ini dilakukan terutama dengan mediasi proses belajar mengajar sejumlah mata pelajaran dalam kelas. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang cerdas, damai, terbuka, demokratis, memiliki keterampilan poses, bersikap ilmiah, mampu memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, dan mencintai alam sekitar serta menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan. Kemajuan bangsa Indonesia hanya dapat dicapai melalui penataan pendidikan yang baik. Upaya peningkatan mutu pendidikan diharapkan dapat menaikan harkat dan martabat manusia Indonesia. Untuk mencapai pembaharuan pendidikan di Indonesia perlu terus dilakukan untuk menciptakan dunia pendidikan yang adaptif terhadap perubahan jaman. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 yang berbunyi bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara. Sejalan dengan tujuan pendidikan dalam UU Pendidikan, Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Kurikulum adalah jantungnya pendidikan (curriculum is the heart of education). Saat ini Indonesia menunjukan geliatnya terhadap pendidikan dengan mulai menerapkan kurikulum 2013 untuk menciptakan sumber daya manusia yang siap dalam menghadapi tantangan dimasa depan sesuai tuntutan globalisasi. Oleh karena itu, pada saat ini kurikulum memberikan perhatian yang lebih besar pada berbagai materi pembelajaran dan nilai-nilai yang sedang dikembangkan, seperti pendidikan karakter, kewirausahaan, ekonomi kreatif, pengurangan resiko bencana, lingkungan hidup, dan HIV/AIDS. Adapun upaya peningkatan mutu pendidikan melalui pembenahan dan penyempurnaan kurikulum yang diterapkan adalah kurikulum 2013 yaitu yang berbasis pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam berbagai hal, yaitu integrasi sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan. Tema merajut makna berbagai konsep dasar sehingga peserta didik tidak belajar konsep dasar secara parsial. Demikian pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada siswa seperti tercermin pada berbagai tema yang tersedia. Pembelajaran tematik integratif, tema yang dipilih harus berkenaan dengan alam dan kehidupan manusia. Berdasarkan sudut pandang psikologis, peserta didik belum mampu berpikir abstrak untuk memahami konten mata pelajaran yang terpisah. Menurut Rusman (2012, h. 254) pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan autentik. Pembelajaran terpadu berorientasi pada praktik pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan siswa. Pada pembelajaran SD/MI, kurikulum 2013 yang merupakan lanjutan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 adalah menggunakan pendekatan pembelajaran tematik integratif dari kelas 1 sampai kelas 6. Penerapan kurikulum 2013 melalui pembelajaran tematik diharapkan siswa akan belajar secara langsung mengaplikasikan pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari (real life situation), selain itu dengan pembelajaran tematik akan menumbuhkan sikap saling menghargai dan kerja sama antar siswa yang lainnya. Tentu saja semua itu dilakukan atas peran guru sebagai fasilitator dalam kelas, namun masih ada guru yang belum menerapkan pembelajaran tematik dengan berbagai penyebab seperti penerapan pelaksanaannya dalam pembelajaran di kelas. Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintregasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Pengintregasian tersebut dilakukan melalui pendekatan intradisipliner, multidisipliner, interdisipliner, dan transdisipliner. Integrasi transdisipliner adalah usaha mengintegrasikan kompetensi-kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan menjadi satu kesatuan utuh pada setiap mata pelajaran. Berkaitan dengan hal tersebut, peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 67 Tahun 2013 menegaskan bahwa Kurikulum 2013 untuk sekolah dasar didesain dengan menggunakan pembelajaran tematik terpadu. Sutirjo dan Sri Istuti Mamik (2004, h. 6) menyatakan bahwa: Pembelajaran tematik merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai, atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema. Dari pernyataan tersebut dapat ditegaskan bahwa pembelajaran tematik dilakukan dengan maksud sebagai upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan, terutama untuk mengimbangi padatnya materi kurikulum. Berbagai upaya peningkatan mutu pendidikan melalui pembenahan dan penyempurnaan kurikulum maupun system penilaian serta pengelolaan satuan pendidikan perlu dilakukan secara terus menerus untuk mewujudkan warga negara yang memiliki pemikiran kritis, sistematis, logis, dan kreatif, guru hendaknya dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang dapat membentuk pribadi siswa sehingga mempunyai keterampilan yang baik dalam kerja sama, mempunyai keberanian dalam mengeluarkan pendapat dan dapat berkompetensi. Seharusnya dalam proses pembelajaran guru tidak hanya berperan sebagai pendidik, tetapi juga sebagai fasilitator yang dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menarik, efektif, inovatif, dan menyenangkan agar lulusan memiliki kecakapan atau kompetensi dalam meningkatkan kemampuan kerja sama, serta sesuai dengan karakter bangsa Indonesia yang khas yaitu nilai, moral, norma dan keyakinan yang mendasari cara pandang, berpikir, sikap, dan cara bertindak bangsa Indonesia yang membedakan dengan bangsa lain. Selain itu pula peserta didik akan termotivasi untuk belajar dan memperoleh pengetahuan yang maksimal. Berdasarkan hasil observarsi yang telah dilakukan peneliti di SDN Kencana Indah 2 di kelas IV semester 1, diperoleh laporan bahwa hasil belajar siswa masih rendah dan kurangnya memiliki sikap kerja sama antar peserta didik dalam proses pembelajaran terutama ketika dalam belajar berkelompok. Secara garis besar masalah ditujukan pada cara guru mengajar, penggunaan model pembelajaran yang cenderung monoton dan kurangnya keterlibatan siswa bekerja sama dalam memecahkan masalah selama proses kegiatan belajar dan mengajar (KBM) berlangsung, pembelajaran pun lebih bersifat teacher-center. Guru hanya menyampaikan pembelajaran tematik sebagai produk dan siswa menghafal informasi faktual, serta kecenderungan penggunaan soal-soal bentuk pilihan ganda murni pada waktu ulangan harian maupun ulangan sumatif. Pembelajaran seperti itu akan menimbulkan ketidaktahuan pada diri siswa mengenai proses maupun sikap dari konsep yang mereka peroleh. Akibatnya dalam menghadapi tantangan dunia luar atau terjun langsung kemasyarakat maupun dunia kerja mereka hanya menonjolkan pengetahuan atau konsep tetapi mereka tidak mengetahuai proses dan bagaimana harus bersikap yang seharusnya diperlihatkan dari konsep tersebut. Terbukti dari hasil awal penelitian yang dilakukan peneliti di kelas IV berkaitan dengan pembelajaran tematik pada tema indahnya kebersamaan sub tema keberagaman budaya bangsaku, yakni dari ke 33 siswa hanya 15 siswa atau sekitar 45,5% yang berhasil belajar dengan tuntas di atas nilai KKM. Sedangkan 18 siswa atau 54,5% dari jumlah siswa 33 tersebut yang nilai belajarnya belum tuntas di bawah nilai KKM yang telah ditentukan oleh sekolah yakni 2,8. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam setiap pembelajaran diperlukan sebuah strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran merupakan suatu seni dan ilmu untuk membawa pembelajaran sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efesien dan efektif. Cara-cara yang dipilih dalam menyusun strategi pembelajaran meliputi sifat, lingkup dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik. Strategi belajar mengajar tidak hanya terbatas pada prosedur dan kegiatan, melainkan juga termasuk di dalamnya materi pengajaran atau paket pengajarannya. Masih terkait dengan hal tersebut, Trianto (2013, h. 145) juga menjelaskan bahwa dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) harus dipilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Upaya dalam mewujudkan tujuan yang akan dicapai yaitu meningkatkan sikap kerja sama serta hasil belajar siswa dalam pembelajaran diperlukan strategi model pembelajaran yang efektif dengan menyajikan seperangkat fakta yang terjadi di lingkungan sekitar, siswa harus melakukan sesuatu, mengetahui dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan masalah-masalah yang dialamimnya. Menurut Bordessa dalam Djoko Apriono (2011, h. 162) juga menyatakan pentingnya seseorang siswa memiliki sikap kerja sama, dengan mengatakan bahwa siswa benar-benar harus belajar untuk bekerja sama menuju satu tujuan, yakni adanya pemahaman bahwa tidak ada satu orang pun yang memiliki semua jawaban yang tepat, kecuali dengan bekerja sama. Berdasarkan pernyataan tersebut, sikap kerja sama merupakan aspek kepribadian yang penting dan perlu dimiliki oleh setiap orang dalam kehidupan sosial di masyarakat. Oleh karena itu, sikap kerja sama khususnya dalam pembelajaran perlu mendapatkan perhatian dari orang tua dan guru untuk diberikan kepada anak semenjak usia dini agar menjadi suatu kebiasaan bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Sikap kerja sama dapat diajarkan melalui keluarga, lembaga sekolah, lembaga agama, lembaga pramuka, dan lembaga sosial yang lainnya. Salah satu cara yang relevan bagi siswa untuk belajar menghadapi tantangan hidup yang semakin kompleks adalah mengalami dan menghadapi tantangan permasalahan tersebut dengan cara bekerjasama dalam kelompok. Siswa harus lebih aktif tidak hanya menerima apa yang diterangkan oleh guru, siswa harus bisa sendiri menemukan konsep dalam materi tersebut. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ruseffendi (Kurnia, 2006: 3) mengatakan bahwa keberhasilan anak belajar tergantung dari cara penyampaian materi pelajarannya. Pada pembelajaran secara konvesional saat guru menyampaikan materi, siswa dituntut untuk mampu menyerap segala informasi yang diberikan oleh guru. Jika dengan penyampaian materi tersebut, siswa tidak mengerti materi yang disampaikan, siswa akan mengalami masalah dalam pembelajaran. Akhirnya hal ini akan dampak kepada kesulitan dalam mengerjakan latihan ataupun aplikasi materi tersebut di lapangan, sehingga minat dan motivasi siswa untuk belajar berkurang. Berdasarkan hal tersebut, seorang guru perlu menerapkan sebuah model yang mengarahkan siswa untuk berperan aktif dan menggali potensi yang ada pada dirinya sendiri, sehingga siswa mampu mengembangkan keterampilan-keterampilan tertentu seperti keterampilan dalam menyelesaikan masalah, keterampilan mengambil keputusan, keterampilan dalam menganalisis data, berpikir secara logis dan sistematis. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan kemampuan kerja sama siswa untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran serta untuk membangun konsep atau prinsip dengan kemampuannya sendiri yang mengintegrasikan keterampilan dan pengetahuan yang sudah dipahami sebelumnya yaitu bisa dengan menerapkan model Problem Based Learning (PBL). Model pembelajaran ini didasarkan pada beberapa teori belajar, antara lain teori kontruktivisme, teori belajar bermakna dari David Ausabel, teori belajar Vigotsky, dan teori belajar Jerome S. Bruner. Menurut Moffit (dalam Andi Prastowo, 2013, h. 79) Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran. Pada model pembelajaran ini, siswa memahami konsep dan prinsip dari suatu materi yang dimulai dari bekerja dan belajar terhadap situasi atau masalah yang diberikan melalui investigasi, inquiry, dan pemecahan masalah. Siswa membangun konsep atau prinsip dengan kemampuannya sendiri yang mengintegrasikan keterampilan dan pengetahuan yang sudah dipahami sebelumnya. Menurut Fogarty (dalam Andi Prastowo, 2013, h. 80), Problem Based Learning (PBL) dimulai dengan masalah yang tidak terstruktur (sesuatu yang kacau). Semua dari kekacauan ini siswa menggunakan berbagai kecerdasannya melalui diskusi dan penelitian untuk menentukan isu nyata yang ada. Siswa harus dihadapkan pada hal-hal yang nyata yang terjadi di lingkungan sekitar siswa sehingga dapat belajar secara konkrit bukan hanya melalui konsep-konsep saja. Upaya meningkatkan kerja sama dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran diperlukan strategi model pembelajaran yang efektif dengan menyajikan seperangkat fakta yang terjadi di lingkungan sekitar, siswa harus melakukan sesuatu, mengetahui dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan masalah-masalah yang dialamimnya. Berkaitan dengan hal ini, maka bisa menerapkan pembelajaran melalui model Problem Based Learning (PBL). Problem Based Learning (PBL) dinyatakan oleh Harrison (Sigit, 2013, h. 72) bahwa: “Problem Based Learning is a curriculum development and instructional method that places the student in an active role as problem-solver confronted with ill – structured, real-life problem”. Pada model Problem Based Learning adalah pengembangan kurikulum pembelajaran dimana siswa ditempatkan dalam posisi yang memiliki peranan aktif dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang mereka hadapi. Artinya metode Problem Based Learning menuntut adanya peran aktif siswa agar dapat mencapai pada penyelesaian masalah yang diharapkan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Atas dasar latar belakang masalah sebagaimana telah diutarakan di atas, maka saya memandang penting dan perlu untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kerja Sama dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Tematik” (Penelitian Tindakan Kelas pada Tema Indahnya Kebersamaan Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku di Kelas IV SDN Kencana Indah 2 Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung) B. Identifikasi Masalah Atas dasar latar belakang masalah sebagaimana telah diutarakan di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Rendahnya daya ingat siswa dan pemahamannya atas materi ajar. Hal itu dikarenakan pengatahuan yang didapatkannya tidak lebih dekat dengan konteks praktiknya. 2. Tidak berfokus pada pengetahuan yang relevan. Siswa hanya menerima materi saja tidak diimbangi dengan melakukan praktik berupa mengemukakan pendapatnya dan menumbuhkan rasa ingin tahu terhadap masalah yang imbasnya siswa berfikir secara kritis untuk mencari solusi dalam pemecahan masalah 3. Guru dalam pembelajarannya tidak membangun kerja tim, kepemimpinan dan keterampilan sosial. Sehingga siswa tidak memahami perannya dalam kelompok dan menerima pendapat dan pandangan dari orang lain 4. Dalam pembelajarannya guru tidak membangun kecakapan belajar. 5. Guru masih mendominasi kegiatan pembelajaran sementara siswa pasif. Hal tersebut dikarenakan kurangnya perhatian guru terhadap penguasaan model pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013 dalam pembelajaran tematik khususnya pada subtema keberagaman budaya bangsaku. 6. Kurangnya sarana dan prasarana belajar. C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian 1. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah penerapan model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan kerja sama dan hasil belajar siswa pada subtema indahnya kebersamaan di kelas IV SDN Kencana Indah 2 Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung?”. 2. Pertanyaan Penelitian Mengingat rumusan masalah utama sebagaimana telah diutarakan di atas masih terlalu luas sehingga belum secara spesifik menunjukkan batas-batas mana yang harus diteliti, maka rumusan masalah utama tersebut kemudian dirinci dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut. a. Bagaimana kemampuan bekerjasama dan hasil belajar siswa sebelum siswa mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) pada tema indahnya kebersaman subtema keberagaman budaya bangsaku di kelas IV SDN Kencana Indah 2 Kecematan Rancaekek Kabupaten Bandung? b. Bagaimana respon siswa selama siswa mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) pada tema indahnya kebersaman subtema keberagaman budaya bangsaku di kelas IV SDN Kencana Indah 2 Kecematan Rancaekek Kabupaten Bandung? c. Bagaimana aktivitas belajar siswa selama siswa mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) pada tema indahnya kebersaman subtema keberagaman budaya bangsaku di kelas IV SDN Kencana Indah 2 Kecematan Rancaekek Kabupaten Bandung? d. Bagaimana aktivitas guru selama melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) pada tema indahnya kebersaman subtema keberagaman budaya bangsaku di kelas IV SDN Kencana Indah 2 Kecematan Rancaekek Kabupaten Bandung? e. Bagaimana sikap kerja sama dan hasil belajar siswa setelah siswa mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan Problem Based Learning (PBL) pada tema indahnya kebersaman subtema keberagaman budaya bangsaku di kelas IV SDN Kencana Indah 2 Kecematan Rancaekek Kabupaten Bandung? 3. Pembatasan Masalah Memperhatikan hasil diidentifikasi masalah, rumusan masalah dan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah diutarakan, diperoleh gambaran dimensi permasalahan yang begitu luas. Namun, menyadari adanya keterbatasan waktu dan kemampuan, maka dalam penelitian ini penulis memandang perlu memberi batasan masalah secara jelas sebagai berikut: a. Prestasi hasil belajar dan proses pembelajaran yang diukur dalam penelitian ini adalah aspek kognitip, afektip dan psikomotor. b. Dari beberapa subtema pada tema indahnya kebersamaan, dalam penelitian ini hanya akan mengkaji atau menelaah pada subtema keberagaman budaya bangsaku. c. Obyek yang diteliti adalah peserta didik kelas IV SDN Kencana Indah 2 Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung. d. Model pembelajaran yang diterapkan adalah model Problem Based Learning (PBL). D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan ini baik secara umum maupun secara khusus adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Umum Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan sikap kerja sama dan hasil belajar siswa melalui penerapan model Problem Based Learning (PBL) pada tema Indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku di kelas IV SDN Kencana Indah 2 Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung. 2. Tujuan Khusus Secara khusus tujuan khusus penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Dapat mengetahui sikap kerja sama dan hasil belajar siswa sebelum siswa mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) pada tema indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku di kelas IV SDN Kencana Indah 2 Kecematan Rancaekek Kabupaten Bandung? b. Dapat mengetahui respon siswa selama siswa mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) pada tema indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku di kelas IV SDN Kencana Indah 2 Kecematan Rancaekek Kabupaten Bandung? c. Dapat mengetahui aktivitas belajar siswa selama siswa mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) pada tema indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku di kelas IV SDN Kencana Indah 2 Kecematan Rancaekek Kabupaten Bandung? d. Dapat mengetahui aktivitas guru selama melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) pada tema indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku di kelas IV SDN Kencana Indah 2 Kecematan Rancaekek Kabupaten Bandung? e. Dapat mengetahui sikap kerja sama dan hasil belajar siswa setelah siswa mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) pada tema indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku di kelas IV SDN Kencana Indah 2 Kecematan Rancaekek Kabupaten Bandung? E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, siswa, sekolah dan peneliti, baik manfaat secara teoritis maupun manfaat praktis. Diantaranya sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan wawasan keilmuan tentang penerapan model Problem Based Learning (PBL) dalam meningkatkan sikap kerja sama dan hasil belajar siswa pada tema indahnya kebersamaan sub tema keberagaman budaya bangsaku di kelas IV SDN Kencana Indah 2 Kecamatan Rancaekek Kebupaten Bandunng. Selanjutnya hasil penelitian ini dapat dijadikan sebuah rujukan bagi pengembangan keilmuan oleh guru-guru sekolah dasar dalam sebuah proses pembelajaan, juga agar pembelajaran lebih bermakna, menarik dan menyenangkan. 2. Manfaat Praktis Manfaat secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya untuk: a. Bagi Siswa Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebuah rujukan pembelajaran bagi siswa dalam meningkatkan sikap kerja sama dan hasil belajar siswa pada tema indahnya kebersamaan sub tema keberagaman budaya bangsaku di kelas IV SDN Kencana Indah 2 Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung atau bagi siswa kelas IV sekolah dasar lainnya. b. Bagi Guru Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif pilihan dalam menggunakan variasi model Problem Based Learning (PBL) dalam meningkatkan sikap kerja sama dan hasil belajar siswa pada tema indahnya kebersamaan sub tema keberagaman budaya bangsaku di kelas IV SDN Kencana Indah 2 Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung. c. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah informasi dan wawasan yang lebih luas tentang model Problem Based Learning (PBL) dalam meningkatkan sikap kerja sama dan hasil belajar siswa pada tema indahnya kebersamaan sub tema keberagaman budaya bangsaku di kelas IV SDN Kencana Indah 2 Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung. d. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk melakukan penelitian selanjutnya tentang penerapan model Problem Based Learning (PBL) dalam menumbuhkan kemampuan bekerjasama dan hasil belajar siswa pada tema indahnya kebersamaan sub tema keberagaman budaya bangsaku di kelas IV SDN Kencana Indah 2 Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung. e. Bagi PGSD Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi Program Studi PGSD sebagai bahan kajian yang lebih mendalam guna meningkatkan kualitas pembelajaran tematik dengan menggunakan model Problem Based learning (PBL) pada tema indahnya kebersamaan sub tema keberagaman budaya bangsaku. G. Kerangka atau Paradigma Penelitian Suatu permasalahan yang terjadi di kelas IV SDN Kencana Indah 2 dalam pembelajaran tematik khususnya pada subtema keragaman budaya bangsaku, yaitu kurangnya sikap kerja sama siswa dan hasil belajar yang diperoleh siswa banyak yang di bawah KKM atau tidak lulus, hal ini dikarenakan siswa pada materi tersebut cenderung pasif sebab guru tidak melibatkan pengalaman siswa dengan masalah dunia nyata. Untuk mengatasi masalah yang timbul peneliti menawarkan solusi yaitu penggunaan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning). Menurut peneliti, model ini paling sesuai untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di kelas IV tersebut. Penggunaan model pembelajaran ini telah dilakukan sebelumnya oleh peneliti terdahulu yaitu, Elis Eliah (2009), dengan judul skripsinya “Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS tentang Masalah Sosial Di Kelas IV” terbukti dapat meningkatkan hasil belajar. Hasil penelitiannya dan analisis data dari siklus satu sampai dengan siklus ketiga pembelajaran dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dengan terjalinnya interaksi positif antara siswa dengan siswa, guru dengan siswa, dan siswa dengan sumber belajar. Penggunaan model berbasis masalah tersebut didukung dengan instrumen. Instrumen yang digunakan oleh peneliti yaitu observasi, wawancara, lembar angket, dan lembar tes. Instrumen-instrumen tersebut digunakan untuk mengumpulkan data, kemudian data tersebut diolah untuk dijadikan nilai siswa. Selain instrumen data dalam penelitian ini juga peneliti melakukan penilaian sikap yang dilakukan selama pembelajaran berlangsunng. Penilaian sikap yang dinilai dalam penelitian ini adalah kemampuan bekerjasama siswa dalam proses pembelajaran bersama teman sekelompoknya. Tidak lupa juga dalam penelitiannya peneliti selalu mengabadikan dokumentasi dalam setiap proses kegiatan pembelajarannya dengan menggunakan foto. Berdasarkan permasalahan yang ditemui tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dapat meningkatkan sikap kerja sama dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik di kelas IV SDN Kencana Indah 2 Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung. Secara terperinci alur permasalahan tersebut dapat terlihat pada bagan di bawah ini: BAGAN KERANGKA BERPIKIR Gambar 1.1 H. Asumsi Berdasarkan kerangka atau paradigma penelitian sebagaimana diutarakan di atas, maka beberapa asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Menurut Sutirjo dan Sri Istuti Mamik (2004, h. 6) menyatakan bahwa tematik merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai, atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema. Dari pernyataan tersebut dapat ditegaskan bahwa pembelajaran tematik dilakukan dengan maksud sebagai upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan, terutama untuk mengimbangi padatnya materi kurikulum. b. Rusman (2012, h. 254) menjelaskan bahwa pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang mmenggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Berdasarkan asumsi tersebut model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) sesuai dengan pembelajaran tematik yang memberikan pengalaman bermakna berdasarkan pengalaman yang mereka alami. c. Rusman (2012, h. 232) mengungkapakan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) adalah proses kegiatan pembelajaran dengan cara menggunakan atau memunculkan masalah-masalah dunia nyata sebagai bahan pemikiran bagi siswa dalam memecahkan masalah untuk memperoleh pengetahuan dari suatu materi pelajaran. Senada dengan asumsi tersebut dalam model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) siswa kelas IV SDN Kencana Indah 2 lebih baik jika mereka berfikir dan belajar secara berkelompok dengan mengaitkannya ke dalam permasalahan dunia nyata serta mampu memecahkan masalah untuk memperoleh pengetahuan dari suatu materi pelajaran. d. Menurut Kolmos (Sigit, 2013, h. 74) dinyatakan bahwa Problem Based Learning merupakan metode pembelajaran yang didalamnya terdapat tantangan kepada siswa untuk menemukan solusi sebagai wujud dari proses belajar. Berdasarkan asumsi tersebut model Problem Based Learning (PBL) menitikberatkan kepada kegiatan peserta didik untuk aktif dan kreatif dalam menemukan solusi sebagai wujud dari proses belajar dalam hal-hal yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini peserta didik diarahkan kepada konsep yang sebenarnya dan bukan tiruan agar tidak terjadi verbalisme terhadap konsep yang dipelajarinya. e. Menurut Michaelis dalam Djoko Apriono (2011, h. 160), keterampilan kerjasama merupakan hal penting yang paling diunggulkan dalam kehidupan masyarakat utamanya budaya demokratis, dan merupakan salah satu indikator dari lima indikator perilaku sosial, yakni tanggungjawab, peduli pada orang lain, bersikap terbuka, dan kreativitas. Berdasarkan asumsi tersebut maka siswa perlu untuk memiliki sikap bekerja sama antar teman sebayanya selama di dalam proses pembelajaran maupun dalam kehidupan sehari-harinya. I. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka atau paradigma penelitian dan asumsi sebagaimana telah dikemukakan di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: “Penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan kerja sama dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik di kelas IV SDN Kencana Indah 2 Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung”. J. Definisi Operasional Untuk menghindari terjadinya salah pengertian terhadap istilah-istilah yang terdapat dalam variabel penelitian ini, maka istilah-istilah tersebut kemudian didefinisikan sebagai berikut: a. Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain (Joyce & Weil dalam Rusman, 2011, h. 133) b. Tematik merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai, atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema. Dari pernyataan tersebut dapat ditegaskan bahwa pembelajaran tematik dilakukan dengan maksud sebagai upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan, terutama untuk mengimbangi padatnya materi kurikulum (Sutirjo dan Sri Istuti Mamik, 2004, h. 6) c. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks (Ratumanan, 2002, h. 123). d. Menurut Zainudin dalam website www.etd.library.ums.ac.id, kerjasama merupakan kepedulian satu orang atau satu pihak dengan orang atau pihak lain yang tercermin dalam suatu kegiatan yang menguntungkan semua pihak dengan prinsip saling percaya, menghargai dan adanya norma yang mengatur, makna kerjasama dalam hal ini adalah kerjasama dalam konteks organisasi, yaitu kerja antar anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi (seluruh anggota). e. Menurut Anni (dalam skripsi Euis Nina, 2009) hasil belajar adalah perubahan yang diperolehh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Tematik 1. Definisi Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik dengan melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Disebut “bermakna” menurut Rusman, (2013, h. 124) dikarenakan dalam pembelajaran tematik siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Dengan menggunakan istilah lain yang tidak jauh berbeda, Mamat S.B. dkk, (dalam Andi Prastowo 2013, h. 125) memaknai pembelajaran tematik sebagai pembelajaran terpadu, dengan mengelola pembelajaran yang mengintegrasikan materi dari beberapa mata pelajaran dalam topik pembicaraan yang disebut tema. Pembelajaran tematik merupakan proses pembelajaran yang penuh makna dan berwawasan multikurikulum, yaitu pembelajran yang berwawasan penguasaan dua hal pokok terdiri dari penguasaan bahan (materi) ajar yang lebih bermakna bagi kehidupan siswa serta pengembangan kemampuan berpikir matang dan bersikap dewasa agar dapat mandiri dalam memecahkan masalah kehidupan. Pada praktiknya, pendekatan pembelajaran tematik ini bertolak dari suatu tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama siswa dengan memperhatikan keterkaitannya dengan isi mata pelajaran. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Tujuan dari adanya tema ini bukan hanya untuk menguasai konsep-konsep dalam suatu mata pelajaran, akan tetapi juga dalam keterkaitannya denngan konsep dari mata pelajaran. Senada dengan hal itu, menurut buku Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Tematik yang diterbitkan Dirjen Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama, pembelajaran tematik dimaknai sebagai pola pembelajaran yang mengintegrasikan pengetahuan keterampilan, kreativitas, nilai, dan sikap pembelajaran dengan menggunakan tema. Demikian, pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang melibatkan beberapa pelajaran (bahkan lintas rumpun mata pelajaran) yang diikat dalam tema-tema tertentu. Pembelajaran ini melibatkan beberapa kompetensi belajar, hasil belajar, dan indikator dari suatu mata pelajaran, atau bahkan beberapa mata pelajaran. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar-mengajar. Menurut Trianto (2009, h. 84) menyatakan bahwa : Pembelajaran tematik terpadu merupakan suatu model pembelajaran yang memadukan beberapa materi pembelajaran dari dari berbagai standar kompetensi dasar dari satu atau beberapa mata pelajaran. Penerapan pembelajaran ini dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yakni penentuan berdasarkan keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar, tema dan masalah yang dihadapi. Sedangkan menurut Rusman (2012, h. 254) mengatakan bahwa: “Model pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.” Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Fokus perhatian dalam pembelajaran tematik terletak pada proses yang ditempuh siswa saat berusaha memahami isi pembelajaran ejaan dengan bentuk-bentuk keterampilan yang harus dikembangkannya. (Trianto, 2011, h. 147) berpendapat bahwa pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Pembelajaran tematik menyediakan keleluasaan dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada siswa untuk memunculkan dinamika dalam pendidikan. Unit yang tematik adalah epitome dari seluruh bahasa pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk secara produktif menjawab pertanyaan yang dimunculkan sendiri dan memuaskan rasa ingin tahu dengan penghayatan secara alamiah tentang dunia di sekitar mereka Sedangkan menurut Rusman (2012, h. 254) mengatakan bahwa : Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu ( integrated instruction) yang merupakan suatu system pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara “efektif, bermakna, dan autentik”. Pembelajaran terpadu berorientasi pada praktik pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan siswa. Menurut Aminudin (1994), pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai mata pelajaran yang mencerminkan dunia nyata disekeliling serta dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak. Lebih lanjut, perlu dipahami pula bahwa pembelajaran tematik merupakan pembelajaran terpadu yang menekankan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan pemberdayaan dalam memecahkan masalah, sehingga hal ini menumbuhkan kreativitas sesuai dengan potensi dan kecenderungan mereka yang berbeda satu dengan lainnya. Sekaligus, dengan diterapkannya pembelajaran tematik, siswa diharapkan dapat belajar dan bermain dengan kretaivitas yang tinggi. Sebab, dalam pembelajaran tematik, belajar tidak semata-mata mendorong siswa untuk mengetahui (learning to know), tetapi belajar juga untuk melakukan (learning to do), untuk menjadi (learning to be), dan untuk hidup bersama (learning to live together). Model pembelajaran ini juga lebih mengutamakan kegiatan pembelajaran siswa, yaitu melalui belajar yang menyenangkan (Joyful learning) tanpa tekanan dan ketakutan, tetapi tetap bermakna bagi siswa. Telah dijelaskan bahwa pembelajaran tematik merupakan salah satu model dari pembelajaran terpadu. Pembelajaran terpadu pada dasarnya terkait erat dengan keberadaan pola pendekatan kurikulum yang terpadu (integrated curriculum approach). Khaeruddin, (dalam Andi Prastowo 2013, h. 127) juga menyatakan hal yang sama bahwa pembelajaran terpadu merupakan suatu aplikasi dari salah satu model pembelajaran berdasarkan pendekatan kurikulum terpadu yang bertujuan untuk menciptakan atau membuat proses pembelajaran secara relevan dan bermakna bagi siswa. Menurut Dressel, (dalam Andi Prastowo 2013, h. 127) pengalaman pembelajaran yang telah dilaksanakan tidak hanya membekali siswa dengan pandangan terpadu mengenai pengetahuan umum (melalui pembelajaran model, system, dan struktur kebudayaan), tetapi juga memotivasi dan mengembangkan kekuatan siswa untuk memahami hubungan baru dan menciptakan model, sistem, dan struktur baru. Hal tersebut senada dikemukan Everet dalam Trianto, yaitu kurikulum terpadu merupakan kurikulum yang memadukan beberapa mata pelajaran ke dalam sebuah objek aktif, karena dengan cara itulah siswa menemukan mata pelajaran yang digabungkan dengan dunia nyata dalam satu aktivitas. Berdasarkan beberapa definisi tersebut, pada dasarnya semuanya mendukung bahwa kurikulum terpadu merupakan pendekatan edukasional yang mempersiapkan siswa untuk menghadapi pembelajaran seumur hidup (long live education). Sementara itu, konsep pembelajaran terpadu sendiri pada dasarnya telah lama dikemukakan oleh Jhon Dewey sebagai upaya untuk mengintegrasikan perkembangan dan pertumbuhan siswa serta kemampuan pengetahuannya. Ia memberikan pengertian bahwa pembelajaran terpadu adalah pendekatan untuk mengembangkan pengetahuan siswa dalam pembentukan pengetahuan berdasarkan pada interaksi dengan lingkungan dan pengalaman kehidupannya. Hal ini membantu siswa untuk belajar menghubungkan hal yang telah dan sedang dipelajari. Dengan kata lain, model pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa secara individual ataupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan autentik. Pembelajaran terpadu akan terjadi apabila peristiwa-peristiwa autentik atau ekspolari topik atau tema menjadi pengendai di dalam kegiatan pembelajaran. Dengan berpartisipasi di dalam eksplorasi tema atau peristiwa tersebut, siswa mampu belajar proses dan isi beberapa mata pelajaran secara serempak. Secara umum, pola pengintegrasian materi atau tema pada model pembelajaran terpadu tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga klasifikasi pengintegrasian kurikulum, yaitu pengintegrasian di dalam satu disiplin ilmu, beberapa disiplin ilmu, serta di dalam dan beberapa disiplin ilmu. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran tematik merupakan salah satu jenis pembelajaran terpadu, dimana kurikulum terpadu adalah induknya. Dengan kata lain, keberadaan model pembelajaran tematik terkait erat dengan keberadaan model pembelajarn terpadu, dan secara langsung maupun tidak langsung terkait erat dengan keberadaan kurikulum terpadu. 2. Prinsip Pembelajaran Tematik Menurut Trianto (2013, h. 154), prinsip-prinsip pembelajaran tematik diklasifikasikan ke dalam empat kelompok, yaitu: a) Prinsip penggalian tema Prinsip penggalian tema merupakan prinsip utama dalam pembelajaran tematik. Tema-tema yang saling tumpang tindih dan ada keterkaitan menjadi target utama dalam pembelajaran ini. b) Prinsip pengolahan pembelajaran Jika guru dapat menempatkan diri dalam keseluruhan proses pembelajaran maka pengelolaan pembelajaran dapat optimal. Maksudnya, guru harus mampu menempatkan diri sebagai fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, menurut Prabowo dalam Trianto, dalam pengelolaan pembelajaran hendaklah guru dapat berlaku sebagai berikut: 1) Guru hendaklah jangan menjadi proses belajar-mengajar mendominasi pembicaraan dalam proses belajar-mengajar. 2) Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerja sama kelompok. 3) Guru perlu mengakomodasi terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidek terpikirkan dalam perencanaan. c) Prinsip evaluasi Pada dasarnya, evaluasi menjadi focus dalam setiap kegiatan. Bagaimana suatu kerja dapat diketahui hasilnya apabila tidak dilaksanakan evaluasi. d) Prinsip reaksi Maksudnya, dampak pengiring (nurturant effect) yangpenting bagi perilaku secara sadar belum tersentuh oleh guru dalam kegiatan belajar-mengajar. Oleh karena itu, guru dituntut untuk mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Guru harus bereaksi terhadap aksi siswa dalam semua peristiwa, serta tidak mengarahkan aspek yang sempit, tetapi ke sebuah kesatuan yang utuh dan bermakna. 3. Karakteristik Pembelajaran Tematik Rusman (2012, h. 258) menjelaskan bahwa sebagai suatu model pembelajaran di Sekolah Dasar, pembelajaran tematik memilki karakteristik- karakteristik sebagai berikut: 1) Berpusat pada siswa (student centered) Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, yaitu memberikan kemudahan-kemudahan pada siswa untuk melakukan aktivitas belajar. 2) Memberikan pengalaman langsung (direct experience) Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. 3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas Fokus pembelajaran diarahkan pada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa 4) Menyajikan konsep dari berbagai macam mata pelajaran Pembelajaran tematik menyajikan konsep dari berbagai macam mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa dapat memahami konsep-konsep tersebut secra utuh. Hal ini diperlukan siswa untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari. 5) Bersifat fleksibel Pembelajaran tematik bersifat luwes dimana guru dapat mengaitkan bahan ajaran dengan pelajaran lain, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana siswa berada. 6) Hasil pembelajaran sesuai minat dan kebutuhan siswa Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya 7) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan. 4. Jenis-jenis Pembelajaran Tematik Jenis-jenis pembelajaran terpadu atau tematik menurut Robin Fogarti, 1991 (Dalam Diding Nurdin, 2012, h. 300), mengelompokan desain kurikulum dan pembelajaran ini atas 10 macam yaitu sebagai berikut: 1) Desain Terpisah atau Fragmented. Dalam pembelajaran seperti umumnya digunakan dalam pembelajaran saat ini, topik atau pokok bahasan berisi bahan ajaran yang terpisah atau terlepas antara satu dengan yang lainnya. Demikian juga dalam pelaksanaannya, hanya membahas bahan yang tercangkup dalam topik tersebut. 2) Desain Terhubung atau Connected. Pembelajaran dalam satu mata pelajaran atau bidang study sidesain dengan cara menghubungkan saru topik dengan topik lainnya, satu konsep dengan konsep lainnya pada semester atau tahun yang sama ataupun berbeda. 3) Desain Sarang atau Nested. Masih dalam satu pelajaran atau bidang studi, satu topik bahasan diarahkan untuk menguasai beberapa kemampuan atau keterampilan, seperti kemampuan berfiikir (Intelektual), keterampilan sosial, keterampilan motorik. 4) Desain Pararel atau sequenced. Antara dua lebih mata pelajaran atau bidang studi pada waktu yang bersma ada kesamaan atau ada hubungan topik, bahan, konsep ataupun kemampuan yang dikembangkan. 5) Desain Berbagi atau Shared. Dari dua atau lebih mata pelajaran atau bidang studi yang mengajarkan bahan, konsep, kemampuan yang memiliki kesamaan atau keterkaitan, berbagai tugas dan mereka mengajar dalam bentuk tim. 6) Desain Jaring atau Webbed. Pembelajaran difokuskan pada satu atau beberapa tema. Tiap tema mencangkup beberapa topik, konsep, atau masalah dalam sejumlah mata pelajaran. 7) Desain Jalin atau Threaded. Pembelajaran diarahkan untuk menjalin keterampilan berfikir, keterampilan sosial, kecerdasan multiple, teknologi, dan keterampilan belajar dalam berbagai studi. 8) Desain Terpadu atau Integrated. Pembelajaran didesain secara terpadu, bahwa ajaran dipadukan dari berbagai bidang study, atau tema pembelajaran merangkum materi dari berbagai bidang study. Desain ini disebut juga sebagai pembelajaran interdisiplin atau pembelajaran lintas bidang study (croos-disiplinary). 9) Desain Menyatu atau Immersed. Desain dan pelaksanaan pembelajaran bersatu dengan diri siswa. Bidang study, tema atau bahan pembelajaran dipilih oleh siswa sendiri yang paling mereka senangi dan butuhkan. Desain ini juga desain terpadu, tidak hanya terpadu antar bidang studi juga terpadu antara ajaran dengan diri siswa. 10) Desain Jaringan atau Networked. Desain pembelajaran terpadu yang memadukan bahan ajar atau pengetahuan dari berbagai bidang studi dan berbagai jaringan sumber belajar. Siswa mencari, menghimpun, dan menyeleksi pengetahuan yang dibutuhkan. 5. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Tematik a) Kelebihan Pembelajaran Tematik. Menurut Rusman (2012, h. 257-258) menyebutkan bahwa keunggulan pembelajaran tematik adalah : a) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar. b) Kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa. c) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa, sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama. d) Membantu mengembangkan keterampilan berfikir siswa. e) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya. f) Mengembangkan keterampilan sosial siswa seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain. Sejalan dengan pendapat Rusman diatas menurut Trianto (2009, h. 89) mengemukakan bahwa kelebihan pembelajaran tematik bagi para siswa adalah : a) Bisa lebih memfokuskan diri pada proses belajar, daripada hasil belajar. b) Menghilangkan batas semua antar bagian-bagian kurikulum yang menyediakan pendekatan proses belajar integrative. c) Menyediakan kurikulum yang berpusat pada siswa yang dikaitkan dengan minat, kebutuhan, dan kecerdasan; mereka didorong untuk membuat keputusan sendiri dan bertanggung jawab pada keberhasilan belajar. d) Merangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. e) Membantu siswa membangun hubungan antara konsep dan ide, sehingga meningkatkan apresiasi dan pemahaman. Sedangkan menurut Kunandar (2007, h. 315), pembelajaran tematik mempunyai kelebihan yakni : a) Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan peserta didik. b) Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan. c) Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna. d) Mengembangkan keterampilan berfikir peserta didik sesuai dengan persoalan yang dihadapi. e) Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama. f) Memiliki sikap toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain. g) Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan peserta didik. b) Kelemahan Pembelajaran Tematik Selain keunggulan yang dimiliki, Trianto (2013, h. 161) menyebutkan bahwa pembelajaran tematik juga memiliki keterbatasan, terutama dalam pelaksanaannya, yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan evaluasi yang lebih banyak menuntut guru untuk melakukan evaluasi proses, tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran langsung saja. Sedangkan Menurut Kunandar (2007, h. 315) menyebutkan bahwa : Kelemahan pembelajaran tematik tersebut terjadi apabila dilakukan oleh guru tunggal. Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran tema sehingga dalam pembelajaran tematik akan merasa sulit untuk mengaitkan tema dengan materi pokok setiap mata pelajaran. Disamping itu, jika skenario pembelajaran tidak menggunakan metode yang inovatif maka pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar tidak akan tercapai karena akan menjadi sebuah narasi yang kering tanpa makna. 6. Tujuan Pembelajaran Tematik Model pembelajaran tematik memiliki sejumlah tujuan dan manfaat, terutama untuk kegiatan belajar mengajar di SD/MI. Seperti yang diungkapkan Mamat S. B. dkk., (2005, h. 7) ada beberapa alasan yang mendasari perlunya penggunaan pembelajaran tematik, terutama untuk kegiatan pembelajaran tematik di SD/MI, yaitu: a) Pendekatan tematik mengharuskan perubahan paradigm pembelajaran lama yang keliru (teacher centered atau berpusat kepada guru). Pada era saat ini, paradigm pembelajaran harus diarahkan ke student centered (berpusat kepada siswa). b) Pembelajaran tematik merupakan pendekatan pembelajaran yang disesuaikan dengan perkembangan dan kecenderungan anak usia dini (rentang umur 0-8 tahun), yaitu mereka yang pada umumnya masih memahami suatu konsep secara menyeluruh (holistik) dan dalam hubungan yang sederhana. c) Pendekatan tematik memungkinkan penggabungan berbagai perspektif dan kajian interdisipliner dalam memahami suatu tema tertentu. Dengan pendekatan ini, cara berpikir dari banyak arah (divergen) lebih ditonjolkan dari pada cara berpikir satu arah (konvergen). Dan, kemampuan seperti ini pada gilirannya merangsang kemampuan dan kreativitas siswa dalam menyelesaikan persoalan hidup yang dihadapinya, baik secara pribadi ataupun kemasyarakatan. d) Pendekatan tematik mendorong siswa memahami wacana actual dan kontekstual. e) Pendekatan tematik menuntut penerapan metodologi pembelajaran yang bervariasi. Menurut Sukayati (dalam Andi Prastowo, 2013, h. 140) tujuan pembelajaran terpadu adalah: a. Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna; b. Mengembangkan keterammpilan menemukan, mengolah, dan memanfaatkan informasi; c. Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan; d. Menumbuhkembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama, toleransi, serta menghargai pendapat orang lain; e. Meningkatkan gairah dalam belajar; dan f. Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhan para siswa. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pada umumnya pembelajaran tematik bertujuan untuk menciptakan atau membuat proses pembelajaran secara relevan dan bermakna bagi siswa. Sehingga dalam kegiatan belajar pun siswa lebih termovitasi dan memungkinkan siswa secara individual ataupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan autentik. 7. Manfaat Pembelajaran Tematik Menggunakan model pembelajaran tematik dalam kegiatan pembelajaran di SD/MI memiliki sejumlah manfaat dan keuntungan. Beberapa ahli pun mengungkapkan beberapa keuntungan tersebut. a. Menurut Trianto (dalam Rusman, 2010, h. 254) Trianto menyatakan bahwa ada tujuh keuntungan yang akan diperoleh dengan adanya tema dalam pembelajaran tematik, yaitu: 1) Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu 2) Siswa dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama 3) Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan 4) Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik, karena mengaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa 5) Siswa dapat lebih merasakan manfaat dan makna belajar,karena materi disajikan dalam konteks tema yang kelas 6) Siswa dapat lebih bergairah belajar, karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran, sekaligus mempelajari mata pelajaran lain, 7) Guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan dapat diberikan dalam dua atau tiga pertemuan waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan. b. Menurut Mamat S.B. dkk (2005, h. 15-17) Menurut Mamat S.B.dkk dengan menerapkan pembelajaran tematik, siswa dan guru mendapatkan banyak keuntungan. Diantara keuntungan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Pembelajaran mampu meningkatkan pemahaman konseptual siswa terhadap realitas sesuai dengan tingkat perkembangan intelektualitasnya. Sebab siswa membentuk konsep melalui pengalaman langsung. Disadari ataupun tidak, setiap siswa selalu memanipulasi objek dan berinteraksi dengan orang lain. Pada saat itu, ia memperoleh informasi yang relevan, kemudian memadukan dengan pengetahuan dan pemahaman yang telah ia miliki sebelumnya. Dari proses tersebut, siswa mengembangkan sejumlah pengalaman, membangun pengetahuan, dan akhirnya mengembangkan konsep ( baru ) tentang suatu realitas. 2) Pembelajaran tematik memungkinkan siswa mampu mengekplorasi pengetahuan memulai serangkaian proses kegiatan pembelajaran. Melalui pembelajaran tema, proses mental anak akan bekerja secara aktif dalam menghubungkan informasi yang terpisah-pisah menjadi satu kesatuan utuh. Siswa pun diarahkan untuk mengintegrasikan isi dan proses pembelajaran lintas kompetensi secara sekaligus, seperti perkembangan kognisi, estetika, dan bahasa. Dan panggilan pemahaman siswa dilakukan dengan cara menolong terfungsikannya berbagai gaya belajar siswa, baik melalui pengalaman mendengar ( audio ), melihat ( visual ), intereksi interpersonal ( hubungan sosial), dan sebagainya. 3) Pembelajaran tematik mampu meningkatkan keeratan hubungan antar siswa. Tema- tema yang erat hubungannya dengan pola kehidupan sosial, sangat membantu siswa agar mampu beradaptasi dan berganti peran dalam melakukan pekerjaan yang berbeda. 4) Pembelajaran tematik membantu guru dalam meningkatkan profesionalismenya. Hal ini dikarenakan pembelajaran tematik membutuhkan kecermatan dan keseriusan guru, mulai dari menemukan tema yang kontekstual, merancang rencana pembelajaran, menyiapkan metode pembelajaran yang tepat, merumuskan tujuan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran secara konsisten dengan tema pembelajaran, hingga menyusun instrument penilaian ( evaluasi ) yang relevan dengan kegiatan pembelajaran. Semua rangkaian kegioatan ini tentu buakan hanya membutuhkan ketekunan dan kesungguhan dalam merancang desain pembelajaran, melainkan juga secara tidak langsung membuat guru tertantang untuk mempelajari hal-hal baru yang dibutuhkan dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai seorang pendidik. Dengan begitu, melalui pelaksanaan model pembelajaran tematik, maka peningkatan profesionalisme guru adalah sebuah keniscayaan. c. Menurut Rusman (2010, h. 258) Tidak jauh berbeda, rusman juga menyatakan bahwa pembelajaran tematik sangat penting diterapkan disekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah karena memiliki banyak nilai dan manfaat, diantaranya sebagai berikut : 1) Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indicator, serta isi mata pelajaran, akan terjadi penghematan, sehingga tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan; 2) Siswa dapat melihat hubungan yang bermakna sebab isi atau materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir; 3) Pembelajaran tidak terpecah-pecah, karena siswa dilengkapi dengan pengalaman belajar yang lebih terpadu, sehingga akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang lebih terpadu juga; 4) Memberikan penerapan-penerapan dari dunia nyata, sehingga mempertinggi kesempatan transfer belajar (transfer of learning); dan 5) Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran, maka penguasaan materi pembelajaran akan semakin baik dan meningkat. d. Menurut Khaeruddin dkk. (dalam Andi Prastowo, 2013, h. 145) Khaeruddin dkk. mengidentifikasi lebih banyak lagi poin-poin penting terkait keuntungan model pembelajaran tematik. Mereka menerangkan bahwa ada enam nilai positif dan kekuatan dari model pembelajaran tersebut, yaitu: 1) Pengalaman dan kegiatan belajar yang relevan dengan tingkat perkembangan serta kebutuhan siswa; 2) Menyenangkan, karena bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; 3) Hasil belajar akan bertahan lebih lama, karena lebih berkesan dan bermakna; 4) Mengembangkan keterampilan berpikir siswa sesuai dengan problem yang dihadapi; 5) Menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain; serta 6) Sisi positif lain yang meliputi: (a) materi menjadi dekat dengan kehidupan siswa, sehingga mereka dengan mudah memahami sekaligus melakukannya; (b) siswa juga dengan mudah dapat mengaitkan hubungan materi pada mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lain; (c) dengan bekerja dalam kelompok, siswa dapat mengembangkan kemampuan belajarnya dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotoriik; (d) pembelajaran terpadu mengakomodir jenis kecerdasan siswa; (e) melalui pendekatan model pembelajaran terpadu, guru dapat dengan mudah menggunakan metode belajar siswa aktif sebagai metode pembelajaran. B. Model Pembelajaran Menurut Komaruddin (Sagala, Syaiful, 2006, h. 175) model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Model pembelajaran adalah suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelompok maupun tutorial (Agus Suprijono, 2011, h. 46). Menurut Suherman (2003, h. 7) model pembelajaran dimaksudkan sebagai pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dikelas. Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu rancangan yang dibuat khusus dengan menggunakan langkah-langkah yang sistematis untuk diterapkan dalam suatu kegiatan. Selain itu juga, model sering disebut dengan desain yang dirancang sedemikian rupa untuk kemudian diterapkan dan dilaksanakan. C. Model Problem Based Learning (PBL) 1. Konsep Dasar Problem Based Learning (PBL) Menurut Winataputra (2010, h. 17 ) kegiatan belajar melalui pemecahan masalah bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi, mengembangkan kemampuan berfikir alternative, dan kemampuan mengambil keputusan berdasarkan alternative yang tersedia. Dari konsep yang telah dikemukakan Suherman menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah suatu bentuk bagaimana interaksi yang tercipta antara guru dan siswa berhubungan dengan strategi, pendekatan, metode dan teknik pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran. Belajar terjadi dari aksi siswa, dan pendidik yang berperan dalam memfasilitasi terjadinya aktivitas kontruksi pengetahuan oleh pembelajar. Pendidik harus memusatkan perhatiannya untuk membantu peserta didik dalam mencapai keterampilan self directed learning (pembelajaran yang berpusat pada siswa) Pengertian Problem Based Learning menurut Kolmos (Sigit, 2013, h. 74) dinyatakan sebagai: “Problem Based Learning is an instructional method that challenges students to “learn to learn,” working cooperativelly in groups to seek solutions to real world problem” (Kolmos etal,. 2007:2) Dari pernyataan Kolmos diatas diketahui bahwa Problem Based Learning merupakan metode pembelajaran yang didalamnya terdapat tantangan kepada siswa untuk menemukan solusi sebagai wujud dari proses belajar. Joyce & Weil (dalam Rusman, 2012, h. 132) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran di stau kelas atau lain. Model pembelajaran ini dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Hung et al. (sigit, 2013: 73) mengemukakan pendapat tentang Problem Based Leraning sebagai berikut : “Problem Based Learning is an instructional method that initiates students’ learning by creating a need to solve an authentic problem. During the problem-solving process, student contruct content knowledge and develop problem-solving skill as well as self-directed learning skills while working toward a solusion to the problem” Artinya bahwa Problem Based Learning adalah metode pembelajaran yang menuntut siswa untuk menemukan solusi dari suatu permasalahan yang dihadapi dengan memahami kebutuhan-kebutuhan mendasar sebagai bekal menyelesaikan masalah yang ada. Siswa dihadapkan kepada permasalahan sebagai langkah untuk memberikan rangsangan agar tejadi kegiatan belajar. Dengan permasalahan yang dihadapi oleh siswa diharapkan mampu melakukan langkah-langkah yang tepat dalam menyelesaikan masalah tersebut. Menurut Nurhadi (2004, h. 109) Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuaan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Sedangkan menuruut Moffit (Depdiknas, 2002, h. 12) mengemukakan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran. Dari semua pendapat diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) adalah suatu proses belajar dengan mengeluarkan kemampuan siswa dengan betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa da

Item Type: Thesis (Skripsi(S1))
Subjects: S1-Skripsi
Divisions: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > PGSD 2014
Depositing User: Iyas -
Date Deposited: 12 Jul 2016 03:29
Last Modified: 12 Jul 2016 03:29
URI: http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/5526

Actions (login required)

View Item View Item