Ihsan Kuswandi, 105060051 (2016) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK TEMA INDAHNYA KEBERSAMAAN SUBTEMA KEBERAGAMAN BUDAYA BANGSAKU PADA SISWA KELAS IV SD. Skripsi(S1) thesis, FKIP UNPAS.
Text
caper depan.docx Download (210kB) |
|
Text
LEMBAR PENGESAHAN.docx Download (15kB) |
|
Text
MOTO.docx Download (13kB) |
|
Text
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.docx Download (14kB) |
|
Text
ABSTRAK.docx Download (21kB) |
|
Text
UCAPAN TERIMAKASIH.docx Download (18kB) |
|
Text
Daftar Isi.docx Download (38kB) |
|
Text
BAB I.doc Download (78kB) |
|
Text
BAB II.doc Download (138kB) |
|
Text
BAB III.docx Restricted to Repository staff only Download (77kB) |
|
Text
BAB IV.docx Restricted to Repository staff only Download (521kB) |
|
Text
BAB V.docx Restricted to Repository staff only Download (27kB) |
|
Text
Daftar Pustaka.docx Download (20kB) |
|
Text
RIWAYAT HIDUP.docx Download (79kB) |
Abstract
ABSTRAK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK TEMA INDAHNYA KEBERSAMAAN SUBTEMA KEBERAGAMAN BUDAYA BANGSAKU PADA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelajaran 1 dan 2 di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Ciranjang 01 Kec. Pasirjambu Kab. Bandung Tahun Ajaran 2014/2015 Oleh Ihsan Kuswandi 105060051 Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya prestasi peserta didik yang diakibatkan pembelajaran yang kurang efektif, sehingga siswa kurang termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Peserta didik merasa jenuh dan bosan untuk mengikuti pembelajaran yang diberikan oleh guru dikrenakan metode yang digunakan tidak bervariasi, pembelajaran hanya berjalan satu arah dengan menggunakan metode ceramah.. Akibatnya prestasi belajar siswa menurun. Hal ini dibuktikan dengan hasil Pretest siswa pada siklus I pembelajaran 1 ketuntasan belajar siswa hanya 20,00% dan pembelajaran 2 hanya mencapai 25,71%. Oleh karena itu, perlu dilakukan perubahan dalam meningkatkan hasil belajar, aktivitas siswa serta kreativitas guru dalam mengelola proses pembelajaran yaitu dengan mengunakan model problem based learning. Penelitian ini menggunakan dua siklus dimana tiap siklusnya terdapat perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi, instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu lembar observasi, dan lembar test. Perencanaan dengan menggunakan model problem based learning ini menekankan pada pola interaksi dan kreativitas siswa dalam kelompok sehingga mereka dapat saling membantu dalam memahami materi pembelajaran, memecahkan suatu masalah dan menyelesaikan proyek. Hasil penelitian ini menunjukan hasil yang memuaskan, hal ini terlihat deri peningkatan hasil belajar dari pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Hasil postest dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Ketuntasan belajar siswa pada siklus I pembelajaran 1 meningkat menjadi 88,57% dan pembelajaran 2 meningkat menjadi 45,71% pada siklus 1 kemudian meningkat lagi menjadi 91,14% pada siklus 2. Dengan demikian, penggunaan model problem based lerning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada tema Indahnya Kebersamaan subtema Keberagaman Budaya Bangsaku pada Pembelajaran 1 dan pembelajaran 2 Kata kunci: Problem Based Learning, prestasi belajar siswa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan yang ada pada dunia pendidikan formal bertambah dari tahun ke tahun. Salah satu permasalahan utama yang di hadapi bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan formal pada setiap jenjang pendidikan. Usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukan peningkatan yang berarti. Dari berbagai pengamatan dan analisis data ada banyak faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan yang bermakna, salahsatunya yaitu pendekatan yang digunakan di dalam kelas belum mampu menciptakan kondisi optimal bagi berlangsungnya pembelajaran. Selama ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan input, output, dan analisis, yaitu pendekatan yang menganggap bahwa apabila input pendidikan seperti pelatihan guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan lainnya dipenuhi maka mutu pendidikan secara otomatis akan terjadi peningkatan. Dalam kenyataan mutu pendidikan yang diharapkan belum tercapai karena selama ini pendekatan terlalu memusatkan pada input pendidikan dan kurang memperhatikan proses pendidikan padahal proses pendidikan sangat menentukan output pendidikan. Proses pendidikan tidak terlepas dari kegiatan belajar mengajar di kelas. Kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan oleh kerja sama antara guru dan siswa. Guru dituntut untuk mampu menyajikan materi belajar dengan optimal. Oleh karena, itu diperlukan kreativitas dan gagasan yang baru untuk mengembangkan cara penyajian materi pelajaran di sekolah. Kreativitas yang dimaksud adalah kemampuan seorang guru dalam memilih metode, pendekatan, dan media yang tepat dalam penyajian materi pelajaran. Siswa sebagai subjek pendidikan, dituntut supaya aktif dalam belajar mencari informasi dan mengeksplorasi atau secara berkelompok. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembingbing kearah pengomtimalan pencapaian ilmu pengetahuan yang dipelajari diharapkan dalam proses pembelajaran siswa mau dan mampu mengemukakan pendapat sesuai dengan apa yang telah dipahami, berinteraksi secara positif antara siswa dengan siswa maupun antara siswa dan guru apabila ada kesulitan. Kurikulum menjadi fondasi utama dalam pendidikan. Kurikulum yang baik akan membuat proses dan hasil yang baik pula Saat ini adalah saat transisi dalam bidang pendidikan. Masa beralihnya dari kurikulum KTSP 2006 ke kurikulum 2013. Kurikulum 2013 ini merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya, di kurikulum 2013 lebih menonjolkan pada aspek afektif lalu psikomotorik kemudian kognitif. Diharapkan agar generasi penerus bangsa memiliki watak pancasila yang mampu memajukan kualitas bangsa dari segala sisi. Tujuan Kurikulum 2013 adalah Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.(Permendiknas No 67:2013). Dalam draft Pengembangan Kurikulum 2013 diisyaratkan bahwa proses pembelajaran yang dikehendaki adalah pembelajaran yang mengedepankan pengalaman personal melalui observasi (menyimak, melihat, membaca, mendengar), asosiasi, bertanya, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Disebutkan pula, bahwa proses pembelajaran yang dikehendaki adalah proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered active learning) dengan sifat pembelajaran yang kontekstual. (Sumber: Pengembangan Kurikulum 20013, Bahan Uji Publik, Kemendikbud) Pada kenyataannya, situasi pembelajaran di lapangan kurang memenuhi dari yang diharapkan. Khususnya di lokasi yang akan penulis teliti. Hasil pembelajaran bisa ditentukan dari aktivitas yang siswa lakukan selama proses belajar. Tentunya jika siswa berperan aktif belajar, maka hasil yang didapat adalah memuaskan. Pembelajaran tematik di SD masih cenderung bersifat persial. Guru dalam menyampaikan materi pembelajaran di kelas masih kurang variatif. Proses pembelajaran memiliki kecenderungan pada metode tertentu, yaitu metode ceramah. Guru masih mendominasi dalam proses pembelajaran. Dalam proses belajar siswa kurang aktif, siswa lebih banyak mendengar dan menulis. Hal tersebut menyebabkan siswa tidak memahami konsep yang sebenarnya, hanya menghafalkan suatu konsep. Materi yang sudah dipelajari siswa menjadi kurang bermakna. Dalam pembelajaran khusunya dalam pembelajaran tematik dalam prosesnya maupun hasilnya masih kurang dari harapan, misalnya prestasi belajar siswa kurang memuaskna dan kerja sama siswa masih rendah jika guru membaginya kedalam sebuah pembelajaran berkelompok masih terjadi ketidak aktifan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru, atau tidak meratanya pekerjaan yang dikerjakan siswa. Proses pembelajaran menunjukan bahwa interaksi pembelajaran dalam kelas masih berlangsung satu arah. Pembelajaran masih berpusat pada guru, siswa menerima begitu saja informasi yang diberikan oleh guru. Respon siswa tehadap pembelajaran cenderung rendah. Selama proses pembelajaran partisipasi siswa hanya mencatat dan mendengarkan penjelasan guru. Sedikit sekali siswa yang mengajukan pertanyaan maupun yang menjawab petanyaan yang dimajukan guru, bahkan tidak jarang siswa bermain sendiri saat guru sedang menerangkan pelajaran, dan siswa tidak tidak latih untuk mencari informasi-informasi yang ada kaitanya dengan pembelajaran yang sedang diajarkan siswa hanya menerima informasi. Berdasarkan data yang diperoleh dari guru yang mangajar kelas IV SDN Ciranjang 01 Kecamatan Pasirjambu Kabupaten Bandung terlihat hasil yang menunjukan belum tercapainya ketuntasan belajar, karena dari 31 siswa yang memperoleh nilai di atas kriteria ketuntasan minimal hanya 16 siswa saja, sehingga prosentasi ketuntasan hanya mencapai 51, 61 %. Melihat kenyataan demikian penulis mencoba melakukan refleksi diri, menganalisis kemungkinan kekurangan/masalah-masalah yang timbul dalam proses pembelajaran yang sudah dilakukan sehingga mendorong peneliti untuk melakukan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Setelah ditelusuri dalam pembelajaran tersebut guru menggunakan metode ceramah, sehingga pada umumnya siswa mengikuti pembelajaran secara pasif sehingga dalam pembelajaran tersebut keaktifan siswa sangatlah kurang, karena siswa hanya duduk terdiam mendengarkan apa yang dibicarakan. Sehingga siswa kurang aktif dan hasil belajar pun kurang maksimal. Oleh karena itu peneliti berusaha untuk melakukan perubahan proses belajar mengajar untuk berhasilnya tujuan pembelajaran dengan menerapkan suatu sistem pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar, pembelajaran yang semula berpusat pada guru beralih berpusat pada siswa, yaitu salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning. Problem based learning adalah pembelajaran yang berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga peseta didik untuk belajar, dalam kelas yang menerapkan pembelajaran bebasis masalah, peserta sisik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world) Atas dasar latar belakang masalah sebagaimana telah diutarakan di atas, maka saya memandang penting dan perlu untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar dalam Pembelajaran Tematik Tema Indahnya Kebersamaan pada Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku” B. Identifikasi Masalah Atas dasar latar belakang di atas, maka permasalahan penelitian ini dapat diindentifikasi sebagai berikut : 1. Rendahnya hasil belajar siswa Dalam Pembelajaran Tematik Tema Indahnya Kebersamaan Pada Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku Pembelajaran 2 2. Aktivitas dan perhatian siswa rendah dalam pembelajaran terutama dalam hal berinteraksi di kelas. 3. Tingkat penguasaan dan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran masih rendah 4. Motivasi terhadap siswa sangat kurang sehingga siswa kurang didorong untuk aktif mengeluarkan pendapat 5. Guru masih menggunakan model pembelajaran yang konvensional. C. Rumusan Masalah 1. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka fokus masalah dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang digunakan sebagai rumusan masalah yaitu: a. Bagaimana penggunaan model pembelajaran problem based learning (PBL) dalam pembelajaran tematik tema indahnya kebersamaan Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku pada siswa kelas IV SDN Ciranjang 01 ? b. Bagaimanakah peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran tematik tema indahnya kebersamaan Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku pada siswa kelas IV SDN Ciranjang 01 dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ? c. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik tema indahnya kebersamaan Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku pada siswa kelas IV SDN Ciranjang 01 dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ? 2. Pembatasan Masalah Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut: a. Penggunaan model pembelajaran problem based learning (PBL) dalam pembelajaran tematik tema indahnya kebersamaan Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku pada siswa kelas IV SDN Ciranjang 01. b. Peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran tematik tema indahnya kebersamaan Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku pada siswa kelas IV SDN Ciranjang 01 dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). c. Peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik tema indahnya kebersamaan Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku pada siswa kelas IV SDN Ciranjang 01 dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan pembetasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka secara umum tujuan dari peneliti ini adalah memberikan pembelajaran yang bisa meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa meningkat. Tujuan pembelajaran secara khusus berdasarkan rumusan masalah dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, sebagai berikut : 1. untuk memperoleh gambaran perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model problem based learning di kelas IV SDN Ciranjang 01 pada pembelajaran tematik dalam tema indahnya kebersamaan Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku; 2. untuk meningkatkan aktivitas siswa melalui penerapan model problem based learning pada pembelajaran tematik dalam tema indahnya kebersamaan Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku. 3. untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan model problem based learning pada pembelajaran tematik dalam tema indahnya kebersamaan Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini berguna untuk menemukan metode pembelajaran yang bisa meningkatkan aktivitas dan kerja sama siswa dalam pembelajaran sehingga tidak menutup kemungkinan akan meningkatkan hasil belajar dan prestasi siswa. Siswa didorong untuk memperoleh pengetahuan melalui pemecahan masalah-masalah yang dibuat khusus yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa untuk dapat diterapkan dalam kehidupan dan lingkungannya. 2. Manfaat Secara Praktis a. Bagi Siswa 1) Agar dapat menemukan dan mengontruksi pengetahuannya sendiri bukan hanya menerima pengetahuan dari guru. 2) Agar bisa mengikuti kegiatan pembelajarn secara aktif melalui kerja sama 3) Agar dapat memperoleh hasil belajar yang maksimal b. Bagi guru 1) Agar guru terampil dalam membuat perencanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning pada pembelajaran tematik dalam tema “Indahnya Kebersamaan” Subtema “Keberagaman Budaya Bangsaku”. 2) Agar guru mampu melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan model problem based learning pada pembelajaran tematik dalam tema “Indahnya Kebersamaan” Subtema “Keberagaman Budaya Bangsaku”. 3) Agar guru dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara maksimal dengan mengunakan model problem based learning pada pembelajaran tematik dalam tema indahnya kebersamaan Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku. c. Bagi Sekolah 1) Sebagai motivasi dalam upaya menyempurnakan pembelajaran di sekolah 2) Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap sekolah dengan melaksanakan pelayanan yang optimal terhadap peserta didik 3) Membiasakan untuk selalu mengoreksi kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran di sekolah 4) Mendorong sekolah untuk mmencari penemuan baru/ inovasi baru dalam upaya meningkatkan pendidikan di sekolah 5) Mendorong sekolah untuk lebih meningkatkan profesionalitas guru dengan cara memberikan fasilitas untuk pelatihan-pelatihan serta keleluasaan untuk melakukan PTK d. Bagi Peneliti 1) Mendapatkan pengetahuan dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang aktif melalui kerja sama siswa. 2) Menambah wawasan tentang model-model pembelajaran yang tepat untuk di lakukan dalam melaksanakan pembelajaran 3) Menemukan metode dan model-model pembelajaran yang bervariasi untuk meningkatkan pretasi belajar F. Definisi Operasional Untuk mengatasi ketidakjelasan makna dan perbedaan pemahaman mengenai istilah yang digunakan judul penelitian ini, maka istilah tersebut perlu dijelaskan adapun istilah yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Model Pembelajaran Problem Based Learning Menurut Muslimin I dalam Boud dan Felleti (2000:7), pembelajaran berdasarkan masalah (problem based learning) adalah suatu pendekatan untuk membelajarkan siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah, belajar peranan orang dewasa yang otentik serta menjadi pelajar mandiri. Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi yang sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata dan menjadi pembelajaran yang mandiri. Model pembelajaran berbasis masalah adalah sebuah model pembelajaran yang dilakukan dengan adanya pemberian rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan pemecahan masalah oleh siswa yang diharapkan dapat menambah keterampilan siswa dalam pencapaian materi pembelajaran 2. Aktivitas Belajar Menurut Suryono dalam Rosalia (2005:2) aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif, seperti yang dikemukakan oleh Natawijaya dalam Depdiknas (2005 : 31), belajar aktif adalah “Suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor”. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin 3. Hasil Belajar Siswa Hasil belajar merupakan prestasi belajar siswa secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dan derajat perubahan prilaku yang bersangkutan. Kompetensi yang harus dikuasai siswa perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai sebagai wujud hasil belajar siswa yang mengacu pada pengalaman langsung (Mulyasa :2008:97) Hamalik (2006:155), memberikan gambaran bahwa hasil belajar yang diperoleh dapat diukur melalui kemajuan yang diperoleh siswa setelah belajar dengan sungguh-sungguh. Hasil belajar tampak terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur melalui perubahan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya. Dari uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran problem based learning bisa meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, karena siswa bisa mencari sendiri pengetahuan-pengetahuan atau informasi yang sedang dipelajari sehingga pembelajaran akan semakin aktif, menarik, dan bermakna bagi siswa. BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Problem Based Learning Boud dan Feletti dalam Rusman (2010) mengemukakan bahwa Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) adalah inovasi yang paling signifikan dalam pendidikan. Margetson dalam Rusman (2010) mengatakan bahwa Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) membantu untuk meningkatkan perkembangan keterampilan belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif, serta memfasilitasi keberhasilan memecahkan masalah, komunikasi, kerja kelompok, dan keterampilan interpersonal dengan lebih baik dibanding model lain. Problem Based Learning (PBL) is a method of learning in which learners first encounter a problem followed by a systematic, learned centered inquiry and reflection process (Teacher and Edcucational Development, 2002). Artinya Problem Based Learning (PBL) adalah suatu metode pembelajaran dimana pembelajar bertemu dengan suatu masalah yang tersusun sistematis; penemuan terpusat pada pembelajar dan poses refleksi Menurut Jodion Siburian, dkk dalam Utami (2011) pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) merupakan salah satu model pembelajaran yang berasosiasi dengan pembelajaran kontekstual. Pembelajaran artinya dihadapkan pada suatu masalah, yang kemudian dengan melalui pemecahan masalah tersebut siswa belajar keterampil-keterampilan yang lebih mendasar. Selain itu, Muslimin dalam Utami (2011) mengatakan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah (problem based learning) adalah suatu model untuk membelajarkan siswa untuk mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan memecahkan masalah, belajar peranan orang dewasa yang otentik serta menjadi pelajar mandiri. Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi yang sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata dan menjadi pembelajaran yang mandiri. Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) adalah model pembelajaran yang diawali dengan pemberian masalah kepada peserta didik dimana masalah tersebut dialami atau merupakan pengalaman sehari-hari peserta didik, selanjutnya peserta didik menyeleseikan masalah tersebut secara mandiri untuk menemukan pengetahuan baru. Secara garis besar PBL terdiri dari kegiatan menyajikan suatu situasi masalah yang autentik dan bermakna kepada peserta didik serta memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri yang kemudian dengan melalui pemecahan masalah siswa belajar keterampil-keterampilan yang lebih mendasar, sehingga kemampuan berpikir, memecahkan masalah dan keterampilan intelektual siswa meningkat a. Karakteristik Problem Based Learning (PBL) Seperti pembelajaran lainnya PBL mempunyai karakteristik tertentu. Karakteristik yang tercakup dalam PBL yang dikemukakan oleh M. Taufiq Amir (2009:22) adalah sebagai berikut: 1) Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran 2) Biasanya, masalah yang digunakan merupakan msalah dunia nyata yang disajikan secara mengambang (ill-structured) 3) Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk (multiple perspective) solusinya menuntut siswa menggunakan dan mendapatkan konsep dari berbagai sumber 4) Masalah membuat siswa tertantang untuk mendapatkan pembelajaran diranah pembelajaran yang baru 5) Sangat mengutamakan belajar mandiri (self directed learning) 6) Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak satu sumber saja. Pencarian, evaluasi serta penggunaan pengetahuan ini menjadi kunci penting 7) Pembeljarannya kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif. Siswa bekerja dalam kelompok, berinteraksi, saling bertukar pengalaman dan melakukan presentasi. Uraian di atas sangat jelas menggambarkan bahwa sebuah masalah, serta kemampuan seorang guru mengemas masalah tersebut kedalam pembelajaran dapat membantu siswa lebih baik dalam belajar. Pemilihan masalah yang akan disajikan dalam pembelajaran menurut M.Taufiq Amir (2009 : 18) harus memperhatikan: a. Seperti apa relansinya dengan dunia nyata? (karakteristik) b. Apakah cukup menantang dan menciptakan motivasi? ( konteksnya) c. Sejauh mana masalah dapat menstimulus kerja sama kelompok ( lingkungan belajar) d. Apakah perlu ada tuntunan mendapatkan sumber materi? (sumber materi) e. Bagaimana format presentasi dan diskusi ( pelaporan dan presentasi ) Pada hakekatnya karakteristik PBL ini menciptakan pembelajaran yang menantang siswa untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dengan menjalin kerjasama dengan siswa lain, dan guru hanya berperan sebagai fasilitator. Jadi pembelajaran berpusat pada siswa. b. Langkah-langkah Pembelajaran Problem Based Learning Ada 7 langkah proses pembelajaran problem based learning menurut M. Taufiq Amir (2009 : 24) PBL akan dapat dijalankan bila pengajar siap dengan segala perangkat yang diperlukan (masalah, formulir, pelengkap, dam lain-lain) setelah membentuk kelompok-kelompok ada 7 proses dalam PBL yang di kenal dengan prose 7 langkah yaitu : 1) Langkah 1 : mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas Memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan konsep yang ada dalam masalah. 2) Langkah 2 : merumuskan masalah Fenomena yang ada dalam masalah menuntut penjelasan hubungan-hubungan apa yang terjadi di antara fenimena itu. 3) Langkah 3 : menganalisis Masalah Anggota mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah dimiliki anggota tentang masalah. 4) Langkah 4 : Menata gagasan anda dan secara sistematis menganlisis dengan alam Bagian yang sudah dianalisis dilihat keterkaitanyya satu sama lain, dikelompokan, mana yang saling menunjang, mana yang bertentangan, dan sebagainya. 5) Langkah 5 : memformulasikan tujuan pembelajaran Kelompok dapat merumuskan tujuan pembelajaran karena kelompok sudah tahu pengetahuan mana yang masih kurang, dan mana yang masih belum jelas. 6) Langkah 6 : mencari informasi tambahan dari sumber yang lain(di luar di diskusi kelompok) Saat ini kelompok sudah tahu informasi apa yang tidak dimiliki, dan sudah punya tujuan pembelajaran. 7) Langkah 7 : mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru, dan membuat laporan Dari laporan yang dipersentasikan kelompok akan mendapatkan informasi-informasi baru. Itulah tahapan-tahapan dan penentuan masalah dari model pembelajaran problem based learning di mana dari tahapan-tahapan tersebut tugas guru haruslah menyiapkan perencanaan sematang mungkin, agar aktivitas siswa dalam pembelajran sesuai dengan harapan dan tujuan pembelajaran. c. Ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah Model pembelajaran problem based learning mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Pertama, strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan peserta didik hanya sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui strategi pembelajaran berbasis masalah peserta didik aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkannya. b. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Strategi pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran. c. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas. d. Komponen-Komponen Pembelajaran Berbasis Masalah Komponen-komponen pembelajaran berbasisi masalah dikemukakan oleh Arends, diantaranya adalah : 1) Permasalahan autentik. Model pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan masalah nyata yang penting secara sosial dan bermanfaat bagi peserta didik. Permasalahan yang dihadapi peserta didik dalam dunia nyata tidak dapat dijawab dengan jawaban yang sederhana. 2) Fokus interdisipliner. Dimaksudkan agar peserta didik belajar berpikir struktural dan belajar menggunakan berbagai perspektif keilmuan. 3) Pengamatan autentik. Hal ini dinaksudkan untuk menemukan solusi yang nyata. Peserta didik diwajibkan untuk menganalisis dan menetapkan masalahnya, mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen, membuat inferensi, dan menarik kesimpulan. 4) Produk. Peserta didik dituntut untuk membuat produk hasil pengamatan.produk bisa berupa kertas yang dideskripsikan dan didemonstrasikan kepada orang lain. 5) Kolaborasi. Dapat mendorong penyelidikan dan dialog bersama untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan sosial. e. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Sebagai suatu model pembelajaran, model pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa keunggulan, diantaranya : 1) Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran. 2) Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan peserta didik serta memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi peserta didik. 3) Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik. 4) Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata. 5) Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. 6) Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai peserta didik. 7) Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru. 8) Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata. 9) Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat peserta didik untuk secara terus menerus belajar. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada tahapan ini guru membimbing peserta didik pada kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh peserta didik, pada tahapan ini adalah peserta didik dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada. Disamping keunggulannya, model ini juga mempunyai kelemahan, yaitu : 1) Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba. 2) Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan. 3) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari. f. Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah Pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah secara ringkas sebagai berikut: 1) Tugas perencanaan Sesuai dengan hakekat interaktifnya pembelajaran berbasis masalah membutuhkan banyak perencanaan sepeti halnya model pembelajaran yang terpusat pada siswa lainnya: a) penetapan tujuan Hendaknya difikirkan dahulu dengan matang tujuan yang hendak dicapai sehingga dapat dikomunikasikan dengan jelas kepada siswa b) merancang situasi masalah yang sesuai Beberapa guru dalam pembelajaran berbasis masalah memberikan siswa keleluasaan dalam memilih masalah untuk diselidiki karena cara ini dapat meningkatkan motivasi siswa. Masalah sebaiknya otentik (berdasarkan pada pengalaman dunia nyata siswa), mengandung teka-teki dan tidak memungkinkan kerjasama, bermakna bagi siswa dan konsisten dengan tujuan kurikulum c) organisasi sumber daya dan rencana logistik Dalam pembelajaran berbasis masalah ini siswa dimungkinkan bekerja dengan berbagai material dan peralatan, dan pelaksanaannya bias dilakukan di dalam kelas, di perpustakaan maupun di laboratorium, bahkan dapat pula dilakykuan di luar sekolah. 2) Tugas interaktif a) orientasi siswa terhadap masalah Siswa perlu memahami bahwa tujuan pembelajaran berbasis masalah tidak untuk memperoleh masalah baru dalam jumlah besar, tetapi untuk melakukan penyelidikan terhadap masalah yang penting dan untuk menjadi pembelajaran yang mandiri. Cara yang baik untuk menyajikan masalah untuk sebuah pelajaran dalam pembelajaran berbasis masalah adalah dengan menggunakan kejadian yang mencengangkan yang dapat menimbulkan misteri dan keinginan untuk memecahkan masalah b) mengorganisasikan siswa untuk belajar Diperlukan pengembangan keterampilan kerjasama di antara siswa dan saling membantu untuk menyelidiki masalah secara bersama. Berkenaan dengan hal ini siswa memerlukan bantuan guru untuk merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas pelaporan c) membantu penyelidikan mandiri dan kelompok Guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber. Siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka memikirkan masalah dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah. Siswa diajarkan menjadi penyelidik yang aktif dan dapat menggunakan metode yang sesuai untuk masalah yang dihadapinya. Guru mendorong siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka memikirkan masalah dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah. Selama tahap penyelidikan guru member bantuan yang dibutuhkan tanpa mengganggu siswa. Puncak proyek-proyek pembelajaran berbasis masalah adalah penciptaan dan peragaan hasil karya seperti laporan, poster, model-model fisik. Tugas guru pada akhir pembelajaran berbasis masalah adalah membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan yang mereka gunakan. 2. Aktivitas Belajar Ativitas belajar merupakan hal yang sangat menentukan dalam suatu pembelajaran. Bermakna atau tidaknya pembelajaran sangat tergantung pada aktivitas belajar yang mereka lakukan. Menurut Dimyati (2009: 114) keaktifan siswa dalam pembelajaran memiliki bentuk yang beraneka ragam, dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai kegiatan psikis yang sulit diamati. Kegiatan fisik yang dapat diamati diantaranya adalah kegiatan dalam bentuk membaca, mendengarkan, menulis, meragakan, dan mengukur. Sedangkan contoh kegiatan psikis diantaranya adalah seperti mengingat kembali isi materi pelajaran pada peremuan sebelumnya, menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki untuk memecahkan masalah, menyimpulkan hasil eksperimen, membandingkan satu konsep dengan konsep yang lain, dan lainnya. Senada dengan pendapat Dimyati tersebut, Paul D. Dierich (dalam Hamalik, 2011: 172) membagi aktivitas belajar ke dalam 8 kelompok, yaitu: a. Kegiatan-kegiatan visual, yang termasuk di dalam kegiatan visual diantaranya membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain. b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral), yang termasuk di dalamnya antara lain mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi. c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan, yang termasuk di dalamnya antara lain mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio. d. Kegiatan-kegiatan menulis, yang termasuk di dalamnya antara lain menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket. e. Kegiatan-kegiatan menggambar, yang termasuk di dalamnya antara lain menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola. f. Kegiatan-kegiatan metrik, yang termasuk di dalamnya antara lain melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun. g. Kegiatan-kegiatan mental, yang termasuk di dalamnya antara lain merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat, hubungan-hubungan dan membuat keputusan. h. Kegiatan-kegiatan emosional, yang termasuk di dalamnya antara lain minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Dari paparan diatas seorang guru harus dapat menciptakan aktivitas belajar yang sangat menyenangkan bagi anak yang beraneka ragam bentuknya, dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai kegiatan psikis yang sulit diamati. 3. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran, berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar. Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut: a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode. b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari. c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip. d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil. e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya kemampuan menyusun suatu program. f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan. Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. 4. Materi Pentingnya Bekerja Sama dalam Tema Indahnya Kebersamaan Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku adalah subtema yang terdapat dalam tema Indahnya Kebersamaan, yaitu pada urutan minggu ke-1. dalam pelaksanaannya, satu tema terdiri dari 3 sub tema, dalam dalam satu sub tema terdapat 6 pembelajaran. Ruang lingkup pembelajaran subtema keberagaman bangsaku secara garis besar dijelaskan dalam tabel berikut: Tabel 2.1 Ruang Lingkup Pembelajaran Subtema Keberagaman Bangsaku Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Kompetensi yang Dikembangkan 1 • Mengenal keberagaman budaya Indonesia • Memahami keberagaman budaya • Berekspresi dengan lagu Sikap: • Percaya diri dan rasa ingin tahu Pengetahuan: • Keberagaman budaya dan lagu nasional Keterampilan: • Berkomunikasi dan mencari informasi 2 • Bereksplorasi tentang sudut dengan rumah adat • Memahami keberagaman budaya rumah adat • Memahami keberagaman tarian tradisional Sikap: • Toleransi, rasa ingin tahu, dan teliti Pengetahuan: • Keberagaman budaya rumah adat, tarian tradisional, dan sudut Keterampilan: • Mengukur dan mencari informasi 3 • Memainkan permainan tradisional • Mengamalkan sila Pancasila • Menulis pengalaman berinteraksi dengan orang lain • Membuat poster tentang keberagaman Sikap: • Toleransi, tekun, dan teliti Pengetahuan: • Permainan tradisional, poster, sila Pancasila, dan keberagaman Keterampilan: • Membuat poster dan mencari informasi 4 • Mengenal alat musik tradisional • Bereksplorasi tentang sumber bunyi • Berkreasi dengan bunyi Sikap: • Toleransi, percaya diri, dan rasa ingin tahu Pengetahuan: • Musik tradisional, sumber bunyi, dan nilai-nilai Pancasila Keterampilan: • Mencari informasi, kerja ilmiah, dan menulis 5 • Bereksplorasi tentang media perambatan bunyi • Menulis laporan • Berkreasi membuat rumah adat impian Sikap: • Rasa ingin tahu, teliti dan kerja sama Pengetahuan: • Media perambatan bunyi, teks instruksi, sudut, dan laporan Keterampilan: • Kerja ilmiah, mengukur besar sudut, menulis, membuat rumah adat 6 • Bereksplorasi dengan segi banyak • Menganalisis teks cerita Sikap: • Toleransi dan teliti Pengetahuan: • Segi banyak, teks cerita, kata baku dan tidak baku Keterampilan: • Menghitung, mencari informasi, dan membaca peta B. Hasil Penelitian Terdahulu yang Sesuai dengan Penelitian Banyak sekali penelitian yang sudah dilakukan baik itu oleh guru atau pun mahasiswa tentang PBL. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan Riska Apriani Alumni Mahasiswa Universitas Negeri Semarang 4 yang berjudul “Peningkatan Pembelajaran Perubahan Lingkungan Melalui Model Problem Based Learning Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Randugunting 3 Kota Tegal” pada tahun 2013. Dengan hasil diuraikan sebagai berikut: Pembelajaran IPA siswa kelas IV SD Negeri Randugunting 3 Kota Tegal cenderung memaksimalkan peran guru dan meminimalkan peran siswa. Hal ini mengakibatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan hasil belajar siswa belum maksimal. Tindakan yang dilakukan untuk memecahkan permasalahan tersebut adalah dengan menerapkan model Problem Based Learning untuk membelajarkan materi perubahan lingkungan pada siswa kelas IV SD Negeri Randugunting 3 Kota Tegal. Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kolaborasi yang dilaksanakan dalam dua siklus, meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, serta refleksi. Jenis data yang digunakan berupa data kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian yang diperoleh berupa hasil tes dan non tes. Data hasil tes merupakan data hasil perolehan pretest, evaluasi akhir pada tiap pertemuan, tes formatif pada tiap akhir siklus, dan posttest, sedangkan data hasil non tes merupakan data lembar pengamatan performansi guru, pengamatan kesesuaian pelaksanaan model Problem Based Learning dan lembar pengamatan aktivitas siswa Perolehan nilai performansi guru melalui APKG 1, 2 dan 3 pada siklus I meningkat dari 80, 625 pada siklus I menjadi 91, 125 pada siklus II. Kesesuaian pelaksanaan model Problem Based Learning meningkat dari 77, 5 pada siklus I menjadi 92, 5 pada siklus II. Nilai rata-rata kelas saat pelaksanaan pretest 64, 12 meningkat menjadi 86, 08 pada pelaksanaan posttest, dengan peningkatan ketuntasan belajar klasikal dari 35, 14% menjadi 94, 60%. Nilai rata-rata kelas pada hasil evaluasi akhir meningkat dari 73, 78 pada siklus I menjadi 84, 05 pada siklus II, dengan peningkatan ketuntasan belajar klasikal dari 75, 68% menjadi 91, 89%. Pada tes formatif meningkat dari 77, 03 pada siklus I menjadi 85, 14 pada siklus II, dengan peningkatan ketuntasan belajar klasikal dari 81, 08% menjadi 89, 19%. Aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran meningkat dari 75, 47% pada siklus I menjadi 82, 88% pada siklus II dan mencapai kriteria aktivitas belajar sangat tinggi. Disimpulkan bahwa penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan performansi guru, aktivitas, dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi perubahan lingkungan pada siswa kelas IV SD Negeri Randugunting 3 Kota Tegal. Disarankan guru kelas IV dapat menerapkan model Problem Based Learning untuk meningkatkan performansi guru, aktivitas, dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi perubahan lingkungan. C. Kerangka Pemikiran Pendidikan menurut Undang-undang NO. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1 tentang SISDIKNAS menerangkan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara Berdasarkan pengertian di atas bahwa pendidikan adalah suatu kegiatan yang terencana. Selain itu pendidikan memiliki tujuan mengembangkan potensi yang ada dalam diri peserta didik. Sehingga memiliki kemampuan, keterampilan serta menjadi manusia yang berahlak mulia. Namun hal ini bertolak belakang dengan yang terjadi dikelas IV SDN Ciranjang 01 kecamatan Pasirjambu Kabupaten Bandung yang berjumlah 24 orang siswa terdiri dari 15 orang perempuan dan 9 orang laki-laki. Dimana hanya 7 orang siswa saja yang telah lulus KKM dan 17 orang siswa tidak lulus KKM pada tema indahnya kebersamaan sub tema keberagaman budaya bangsaku pembelajaran 2. Di sini peneliti mencoba mengubah arah pandang siswa bahwa pembelajaran ini bukanlah pembelajaran yang membosankan dan menjenuhkan. Yaitu dengan mengubah motode ceramah menjadi model pembelajaran problem based learning.. Hal ini terbukti dengan mengubah metode ceramah menjadi model pembelajaran problem based learning, seperti yang telah terbukti pada penelitian terdahulu yang sudah peneliti uraikan, berhasil mengubah nilai KKM dari para siswa. PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok. Di sini peneliti untuk mengatasi masalah yang terjadi di kelas IV SDN Ciranjang 01 kecamatan Pasirjambu Kabupaten Bandung akan menggunakan model pembelajaran problem based learning dimana pembelajaran ini melibatkan siswa sejak dari pertama pembelajaran yaitu di mana siswa di beri masalah terlebih dahulu dan siswa di tuntun untuk memecahkan masalah tersebut perencanaan. Model pembelajaran ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group process skills). Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran berdasarkan masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri (Ibrahim, 2000 :7) Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas D. Asumsi dan Hipotesis Penelitian Peneliti mengambil judul “Penerapan model pembelajaran problem based learning untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar dalam pembelajaran tematik tema indahnya kebersamaan pada subtema keberagaman budaya bangsaku pembelajaran 2” karena peneliti menemukan beberapa siswa yang kurang aktif di kelas dan belum memenuhi KKM. Yang menjadi asumsi dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran problem based learning untuk meningkatkan keaktifan, kemandirian, rasa tanggung jawab, serta mengembangkan kreativitas siswa dlam pembelajaran, sehingga kemampuan dan prestasi siswa meningkat. Berdasarkan asumsi sebagaimana telah diuraikan di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah 1. Dengan melaksanakan model pembelajaran problem based learning (PBL) dalam pembelajaran tematik tema indahnya kebersamaan Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku pada siswa kelas IV SDN Ciranjang 01 pembelajaran akan menarik, berkesan, dan menyenangkan 2. Dengan melaksanakan model pembelajaran problem based learning (PBL) dalam pembelajaran tematik tema indahnya kebersamaan Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku pada siswa kelas IV SDN Ciranjang 01 siswa akan aktif di kelas. 3. Dengan melaksanakan model pembelajaran problem based learning (PBL) dalam pembelajaran tematik tema indahnya kebersamaan Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku pada siswa kelas IV SDN Ciranjang 01 hasil belajar siswa akan meningkat
Item Type: | Thesis (Skripsi(S1)) |
---|---|
Subjects: | S1-Skripsi |
Divisions: | Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > PGSD 2014 |
Depositing User: | Iyas - |
Date Deposited: | 28 Jun 2016 09:31 |
Last Modified: | 28 Jun 2016 09:31 |
URI: | http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/5186 |
Actions (login required)
View Item |