PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BELAJAR SISWA PADA TEMA PEDULI TERHADAP MAKHLUK HIDUP

NELLY OKTAPRIYANTI, 105060035 (2016) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BELAJAR SISWA PADA TEMA PEDULI TERHADAP MAKHLUK HIDUP. Skripsi(S1) thesis, FKIP UNPAS.

[img] Text
COVER.docx

Download (55kB)
[img] Text
LEMBAR PENGESAHAN.docx

Download (17kB)
[img] Text
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.docx

Download (11kB)
[img] Text
ABSTRAK.docx

Download (18kB)
[img] Text
KATA PENGANTAR.docx

Download (11kB)
[img] Text
UCAPAN TERIMA KASIH.docx

Download (14kB)
[img] Text
DAFTAR ISI.docx

Download (19kB)
[img] Text
BAB I, II, III, IV, V, DAN DAFTAR PUSTAKA.docx

Download (526kB)
[img] Text
RIWAYAT HIDUP.docx

Download (423kB)

Abstract

NELLY OKTAPRIYANTI 105060035 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk meningkatkan pemahaman konsep belajar siswa pada tema peduli terhadap makhluk hidup subtema hewan dan tumbuhan di lingkungan rumahku di kelas IV SDN Adiarsa Barat I Karawang. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya pemahaman konsep belajar siswa. Hal tersebut disebabkan siswa cenderung pasif, dan guru pun hanya sekedar menyampaikan materi tanpa melibatkan siswa aktif. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menggunakan sistem siklus yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, analisis, dan refleksi. Penelitian ini dilakukan selama 2 siklus. Teknik evaluasi yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik tes dan non tes. Sedangkan instrumen penelitian yang digunakan, yaitu lembar observasi guru dan siswa, lembar evaluasi, dan lembar angket siswa selama proses pembelajaran. Hasil menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan pemahaman konsep belajar siswa ini terbukti dari hasil belajar dan aktivitas siswa yang meningkat lebih baik setiap siklusnya. Pada siklus I hasil pemahaman konsep belajar siswa sebelum menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah 54% siswa Tuntas dan hasil pemahaman konsep belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah 71% siswa Tuntas dan jumlah peningkatannya adalah 17%. Sedangkan pada siklus II hasil pemahaman belajar siswa sebelum menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah 89% siswa yang tuntas dan hasil pemahaman konsep belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah 92% maka jumlah peningkatannya adalah 3%. Dengan melihat peningkatan hasil penelitian terhadap penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing di kelas IV SDN Adiarsa Barat I Karawang telah mampu membuktikan hasil pemahaman konsep belajar siswa pada tema peduli terhadap makhluk hidup subtema hewan dan tumubuhan di lingkungan rumahku. Dengan demikian model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif bagi guru untuk melakukan proses pembelajaran dikelas. Kata kunci: Pemahaman Konsep Belajar Siswa, Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing, Prestasi Belajar Siswa. NELLY OKTAPRIYANTI 105060035 ABSTRACT This research aims to application of guided inquiry learning model to improve the students' understanding of concepts learned on the theme of care for living things subtheme of animals and plants in my neighborhood at the fourth grade SDN Adiarsa Barat I Karawang. This research is motivated by the lack of understanding the concept of student learning. This is due to the students tend to be passive, and teachers are simply deliver the material without actively involving students. This study uses action research (PTK) by using a system consisting of a cycle of planning, implementation, observation, analysis, and reflection. This study was conducted for 2 cycles. Evaluation techniques used in this study was a test and non-test techniques. While the research instruments used, which teacher and student observation sheets, evaluation sheets, and student questionnaire sheet during the learning process. The results showed that the application of guided inquiry learning model can improve students' understanding of the concept of learning is evident from results of learning and increasing student activity better each cycle. In the first cycle of understanding the concept of student learning results before using guided inquiry learning model is 54% Completed and student understanding of the concept of student learning results after the use of guided inquiry learning model is 71% and the number of students Completed the increase was 17%. While in the second cycle of understanding student learning results before using guided inquiry learning model is 89% complete student understanding of the concepts and results student learning after using guided inquiry learning model is 92% then the amount of the increase was 3%. By looking at the increase in the research on the use of guided inquiry learning model in the class IV of SDN Adiarsa Barat I Karawang I have been able to prove the results of students in understanding the concept of theme concerned the sub-theme animals and living things in environment tumubuhan my house. Thus guided inquiry learning model can be used as an alternative for teachers to make the learning process in class. Keywords: Understanding Student Learning Concepts, Models of Guided Inquiry Learning, Student Achievement. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat maka perlu diikuti oleh kinerja pendidikan yang profesional dan bermutu tinggi. Lembaga pendidikan adalah salah satu harapan besar bagi negeri ini agar bisa bangkit dari keterpurukan kualitas pendidikan dalam semua aspek dan jenjang pendidikan. Kualiatas pendidikan tersebut sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya manusia yang cerdas dan terampil agar bisa bersaing secara terbuka diera global. Pendidikan menuntut adanya pembenahan dan penyempurnaan terhadap aspek subtansif yang mendukungnya, yaitu kurikulum dan tenaga profesional yang melaksanakan kurikulum tersebut yaitu guru. Tentu banyak sekali alasan kenapa terjadi perubahan kurikulum, disamping alasan kurikulum sebelumnya harus disempurnakan karena ada alasan di sana-sini, tapi yang paling mendasar adalah kurikulum tersebut mampu menjawab tantangan zaman yang terus berubah tanpa dapat dicegah, dan untuk mempersiapkan peserta didik yang mampu bersaing di masa depan dengan segala kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Banyak kalangan yang berpendapat bahwa kurikulum KTSP adalah kurikulum yang sangat memberatkan peserta didik, karena terlalu banyak materi pelajaran yang harus dipelajari oleh peserta didik, sehingga mereka menjadi terbebani dengan segudang materi yang segera harus dituntaskan dan dikuasai. Setiap perubahan kurikulum yang ada tentu sulit untuk menampik bahwa setiap perubahan itu selalu saja ada alasan dan rasionalisasi dan yang paling sering dipergunakan adalah “untuk penyesuaian dan perkembangan zaman”. Terlepas dari silang pendapat di tengah masyarakat dan para ahli, kurikulum 2013 merupakan serentetan rangkaian penyempurnaan terhadap kurikulum yang telah dirintis tahun 2004 yang berbasis kompetensi lalu diteruskan dengan kurikulum 2006 (KTSP). Jadi kurikulum pendidikan merupakan suatu tuntutan tang mau tidak mau harus tetap dilakukan tinggal penetapan tentang waktu saja. Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah menetapkan bahwa Perencanaan Pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik (authentic assesment) yang menilai kesiapan siswa, proses, dan hasil belajar secara utuh. Pelaksanaan juga menggunakan program remedial dan program pengayaan. Implementasi kurikulum akan sesuai dengan harapan apabila guru mampu menyusun RPP serta melaksanakan dan memahami konsep penilaian autentik serta melaksanakannya. Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah menyebutkan, bahwa “Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi, maka Prinsip Pembelajaran yang digunakan dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu”. Hal ini dipertegas kembali dalam Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SD/MI dilakukan melalui pembelajaran dengan pendekatan tematik-terpadu dari kelas I sampai kelas IV”. Sampai saat ini, pembelajaran dengan melakukan tematik-terpadu masih dianggap membingungkan bagi sebagian besar guru. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah Implementasi Kurikulum 2013. Selain adanya perubahan kurikulum, juga diterapkan strategi, model, teknik, pendekatan, dan metode pendekatan yang sesuai dengan konsep yang diajarkan. Pada kurikulum 2013 ini ada empat aspek yang harus dilihat, yakni standar kelulusan yang diharapkan, isi kurikulum, prosesnya akan seperti apa, dan evaluasinya bagaimana. Tentang standar kelulusan, perubahan akan tergambar dari soft skill dan hard skill yang diterjemahkan sebagai kompetensi para lulusan. Kedua kompetensi tersebut harus dinaikkan dan diseimbangkan dengan melibatkan tiga domain, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Sedangakan, pada rencana pelaksanaan pembelajarannya menggunakan pembelajaran tematatik yakni pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicara. (Depdiknas, 2007: 226) Selanjutnya menurut Kusnadar (2007: 311) “Tema merupakan alat atau wadah untuk mengedepankan berbagai konsep kepada anak didik”. Dalam pembelajaran, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya pembendaharaan bahasa anak didik dan membuat beberapa pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memciptakan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Sehubungan dengan penelitian yang akan dilaksanakan di SDN Adiarsa Barat I Karawang yang sudah mengunakan kurikulum 2013 sejak awal munculnya Implementasi Kurikulum 2013 pada tahun 2013/2014 bahwa, berdasarkan hasil observasi menunjukan proses pembelajaran tematik di kelas IV khususnya untuk tema peduli terhadap makhluk hidup subtema hewan dan tumbuhan di lingkungan rumahku belum mampu menciptakan hasil belajar siswa yang maksimal. Penyebabnya yaitu rendahnya pemahaman konsep belajar siswa, sehingga siswa pun tidak mampu untuk memahami materi yang disampaikan. Pada proses pembelajaran seperti ini ditandai dengan kurang aktifnya siswa dalam belajar seperti dalam menjawab pertanyaan, mengajukan pertanyaan, dan kerjasama dalam kelompok. Hal ini dikarenakan penggunaan strategi pembelajaran dan sistem evaluasi yang hanya menggunakan perkembangan kognitif siswa serta kurangnya pemanfaatan sarana dan prasarana sekolah sebagai media pembelajaran. Faktanya penemuan masalah hasil observasi ini yang dilaksanakan pada hari Senin, 05 Mei 2014 diperkuat dengan hasil wawancara bersama guru dan salah satu siswa, wawancara dengan Ibu Ari Nurhayati, S.Pd bahwa sikap kurang bergairah, kurang aktif, kelas kurang berpusat pada siswa, dan kadang-kadang ada yang bermaian sendiri di dalam kelas, siswa tidak merespon terhadap pembelajaran. Sedangakan, masalah bagi siswa yaitu bahwa, (1) guru hanya menggunakan strategi pembelajaran yang hanya berpusat pada guru saja tanpa melibatkan siswa, (2) guru hanya menjelaskan lalu memberikan tugas tanpa menanyakan apakah siswa memahami tentang materi yang sedang diajarkan, (3) kurang membimbing siswa ketika sedang proses berdiskusi. Dampak buruknya adalah penguasaan materi dan ketuntasan belajar mereka dari jumlah 28 siswa hanya 12 orang siswa yang mendapat nilai di atas 70 dan ada 18 orang yang mendapat nilai di bawah 70. Kondisi yang seperti ini tentunya sangat tidak diharapkan dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran adalah sistem interaksi siswa dengan pendidik pada suatu proses pembelajaran, hal ini sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003. Jadi bisa dikatakan bahwa pembelajaran adalah hubungan timbal balik antara guru dengan siswa untuk melaksanakan suatu proses belajar mengajar yang kreatif dan berfikir yang dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan berfikir siswa, maka guru dituntut dapat memahami meteri pelajaran sehingga menghasilkan hasil belajar siswa yang maksimal. Kompetensi pembelajaran yang baik menuntut adanya perubahan peran guru pada saat proses pembelajaran salah satunya yaitu merancang media pembelajaran. Media yang baik adalah media yang memiliki tingkat relevansi dengan tujuan, materi, dan karakteristik siswa. Media yang dibuat oleh guru hendaknya sesuai dengan kebutuhan siswa, termasuk kekurangan dan kesulitan yang dihadapi oleh siswa pada saat pemberian materi. Oleh karena itu guru harus menciptakan media yang tepat, efisien, dan menyenangkan bagi siswa. Penyampaian materi pelajaran kepada setiap siswa saat ini seorang tenaga pendidik diharuskan untuk berpikir lebih kreatif dan inovatif. Hal ini karena perkembangan dunia teknologi yang ada saat ini mau tidak mau akan selalu mempengaruhi setiap lini kehidupan tak terkecuali pada seorang siswa. Bisa saja perkembangan teknologi tersebut memiliki dampak yang kurang baik bagi terciptanya sebuah pembelajaran yang baik dan efisien. Karenanya seorang tenaga pendidik tersebut harus menguasai banyak strategi pembelajaran yang dapat mereka gunakan untuk menyampaikan pelajaran sesuai dengan kondisi dan situasi saat proses pembelajaran tersebut berlangsung dengan harapan jalannya pembelajaran dapat berlangsung dengan optimal. Strategi pembelajaran yang digunakan hendaknya dipilih yang berpusat pada siswa, tetapi dalam implementasinya terkadang menemui suatu kendala dan untuk mengatasi kendala dapat menggunakan pendekatan. Pendekatan adalah suatu jalan, cara atau kebijakan yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran dilihat dari sudut bagaimana proses pengajaran itu, umum atau khusus dikelola. (Ruseffendi, 2006: 240) Terdapat Solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa, yaitu dengan mengubah strategi pembelajaran yang hanya berpusat pada guru saja dengan stategi pembelajaran yang membuat siswa aktif dan terlibat pada saat proses pembelajaran. Adapun strategi pembelajaran yang cocok untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul pada saat proses pembelajaran berlangsung khususnya untuk pembelajaran tematik pada tema peduli terhadap makhluk hidup subtema hewan dan tumbuhan lingkungan rumahku yaitu dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru memberikan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Sebagian perencanaan dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan suatu masalah. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa, guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berpikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan. Seperti yang di kemukankan oleh Richard Suchman dalam (Jannah, 2008) ia menginginkan siswa untuk bertanya mengapa suatu peristiwa terjadi, kemudian siswa melakukan kegiatan, mencari jawaban, memproses data secara logis, sampai akhirnya siswa mengembangkan strategi pengembangan intelektual yang dapat digunakan untuk menemukan mengapa suatu fenomena bisa terjadi. Jadi inkuiri terbimbing biasanya digunakan terutama bagi siswa-siswa yang belum berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Pada tahap-tahap awal pengajaran diberikan bimbingan lebih banyak yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan pengarah agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan masalah yang disodorkan oleh guru juga diberikan melalui pertanyaan yang dibuat dalam lembar kerja kelompok (LKK). Oleh sebab itu LKK dibuat khusus untuk membimbing siswa dalam melakukan pengamatan dan menarik kesimpulan. Seperti halnya siswa SD lebih cocok apabila pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing karena mereka masih dalam tarap baru mengenal pembelajaran dengan penggunaan model inkuiri ini. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Hal ini bertujuan untuk mempermudah siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru. Selain hal-hal tersebut ternyata siswa juga mempunyai peran penting dalam meningkatkan mutu pendidikan yaitu dengan merubah pola belajar siswa, misalnya siswa yang semula pasif saat ini dituntut lebih aktif dalam mengikuti pelajaran, siswa yang enggan bertanya sekarang termotivasi untuk mengutarakan rasa ingin tahu nya, siswa yang pemahaman materinya kurang dituntut untuk bertanya dan menggali informasi yang ingin diketahuinya. Walau pun materi pelajaran yang diterima tidak hanya berasal dari guru, tetapi siswa juga harus mengembangkan dari berbagai referensi seperti buku-buku lain di perpustakaan, media cetak, maupun media elektronik. Peneliti memfokuskan bahwa tema dan subtema yang akan disampaikan dalam penelitian di SDN Adiarsa Barat I Karawang yaitu ruang lingkup materinya meliputi: keanekaragaman hewan, mengenal operasi hitung pecahan, dan membuat kolase. Sesuai dengan tujuan peneliti bahwa siswa memiliki kemampuan memahami berbagai konsep yang dipelajarinya yakni mengamati hewan dan tumbuhan, mengenal operasi hitung pecahan, dan membuat kolase. Oleh karena itu prasyarat untuk mengerti tentang makna “pemahaman konsep” terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai: pemahaman, konsep dan pemahaman konsep. Menurut Mulyasa (2005: 78) menyatakan bahwa “Pemahaman adalah kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu”. Selanjutnya menurut Ernawati (2003: 8) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan “Pemahaman adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan dalam bentuk lain yang dapat dipahami serta mampu memberikan interprestasi dan mampu mengklasifikasinya”. Menurut Sapriya (2009: 43) bahwa “Konsep itu adalah sesuatu yang tersimpan dalam benak atau pikiran manusia berupa sebuah ide atau sebuah gagasan”. Konsep dapat diperolah dimana seseorang harus mengenal, memahami, dan merumuskan data-data yang menjadi ciri atau atribut dari suatu konsep, pengalaman sebelumnya sangat diperlukan untuk menghadapi bermacam-macam konsep dalam situasi yang berbeda. Konsep dapat dinyatakan dalam sejumlah bentuk kongkrit atau abstrak, luar atau sempit, satu atau frase. Beberapa contoh konsep yang bersifat kongkrit, yaitu: Manusia, Gunung, Lautan, Daratan, Rumah, Negara, Barang Konsumsi, Pakaian, Pabrik, Benda-benda. Sedangkan konsep yang bersifat abstrak, yaitu: Demokrasi, Kejujuran, Kesetiaan. Kebebasan. Menurut Patria (2007: 21) mengatakan apa yang di maksud pemahaman konsep adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran, dimana siswa tidak sekedar mengetahui atau mengingat sejumlah konsep yang dipelajari, tetapi mampu mengungkapan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti, memberikan interprestasi data dan mampu mengaplikasikan konsep yang sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Dapat disimpulkan bahwa, pemahaman konsep adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu memahami atau mengerti dengan apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan, memberi penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci dengan menggunakan kata-kata sendiri, mampu menyatakan ulang suatu konsep, mampu mengklasifikasikan suatu objek dan mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan kedalam bentuk yang mudah dipahami. Berdasarkan uraian diatas masalah yang dihadapi dapat disimpulkan, bahwa sangat rendahnya pemahaman konsep belajar siswa pada saat proses pembelajaran khususnya untuk tema peduli terhadap makhluk hidup subtema hewan dan tumbuhan di lingkungan rumahku sehingga berakibat kepada hasil belajar siswa rata-rata dibawah KKM, dikarenakan guru kurang maksimal dalam penerapan strategi pada proses pembelajaran. Dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep belajar siswa dalam suatu pembelajaran dan menciptakan pembelajaran lebih bermakna. Seperti yang di kemukakan oleh Ausubel (1968: 95) belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat dari srtuktur kognitif seseorang. Atas dasar latar belakang masalah sebagaimana telah diuraikan di atas maka saya memandang penting, dan perlu untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Belajar Siswa pada Tema Peduli Terhadap Makhluk Hidup”. B. Identifikasi Masalah Atas latar belakang masalah sebagaimana telah diuraikan di atas, maka masalah penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Sebagian besar siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Hal tersebut dikarenakan siswa tidak diajak untuk melakukan pengamatan/ menyelidiki langsung atas objek materi pembelajaran. 2. Pembelajaran tidak interaktif. Hal tersebut dikarenakan siswa tidak didodorong untuk secara langsung berinteraksi dengan objek yang dipelajari dan berinteraksi dengan teman sebaya untuk mendiskusikan hasil penyelidikannya. 3. Guru masih mendominasi kegiatan pembelajaran sementara siswa pasif. Hal ini dikarenakan guru masih mengunakan stategi pembelajaran yang hanya berpusat pada guru saja tanpa melibatkan siswa. 4. Rendahnya pemahaman konsep belajar siswa pada materi pelajaran. Hal ini dikarenakan siswa tidak dapat mencerna dan mengatur informasi yang didapatkan. C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian 1. Rumusan Masalah Atas dasar latar belakang dan identifikasi masalah sebagaimana telah diutarakan di atas, maka masalah utama dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Apakah Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dapat Meningkatkan Pemahaman Konsep Belajar Siswa pada Tema Peduli Terhadap Makhluk Hidup?”. 2. Pertanyaan penelitian Mengingat rumusan masalah utama sebagaimana telah diutarakan di atas masih terlalu luas sehingga belum secara spesifik menunjukan batas-batas mana yang harus diteliti, maka rumusan masalah utama tersebut kemudian dirinci dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana pemahaman konsep belajar siswa sebelum mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing? 2. Bagaimana respon siswa selama siswa mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing? 3. Bagaimana aktivitas siswa selama siswa mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing? 4. Bagaimana aktivitas guru selama guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing? 5. Bagaimana pemahaman konsep belajar siswa setelah siswa mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing? D. Pembatasan Masalah Memperhatikan hasil diidentifikasi masalah, rumusan masalah, dan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah diutarakan. Maka diperoleh gambaran dimensi permasalahan yang begitu luas. Namun, menyadari adanya keterbatasan waktu dan kemampuan, maka dalam penelitian ini penulis memandang perlu memberi batasan masalah secara jelas sebagai berikut: 1. Pemahaman konsep belajar siswa dan proses pembelajaran yang diukur dalam penelitian ini adalah aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. 2. Aktivitas belajar siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. 3. Dari sekian banyak tema dan subtema pada mata pelajaran Tematik, dalam penelitian ini hanya akan mengkaji atau menelaah pada tema peduli terhadap makhluk hidup subtema hewan dan tumbuhan di lingkungan rumahku pembelajaran 1. 4. Obyek dalam penelitian ini hanya akan meneliti pada siswa kelas IV SDN Adiarsa 1 Kecamatan Karawang Barat Kabupaten Karawang. E. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep belajar siswa pada tema peduli terhadap makhluk hidup subtema hewan dan tumbuhan di lingkungan rumahku kelas IV SDN Adiarsa Barat 1 Karawang dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing. 1. Mengetahui pemahaman konsep belajar siswa sebelum mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing? 2. Mengetahui respon siswa selama siswa mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing? 3. Mengetahui aktivitas siswa selama siswa mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing? 4. Mengetahui aktivitas guru selama guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing? 5. Mengetahui pemahaman konsep belajar siswa setelah siswa mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing? F. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah untuk memberi gambaran yang jelas guna menjawab permasalahan yang ada. Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak. Ada dua manfaat dalam penelitian ini, yaitu manfaat teoritis dan manfaat parktis. 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih terhadap pembelajaran tematik, utamanya untuk meningkatkan pemahaman konsep belajar siswa pada tema peduli terhadap makhluk hidup subtema hewan dan tumbuhan di lingkungan rumahku dengan penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pengajaran disekolah yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pendidikan nasional sehingga tujuan pendidikan yang telah direncanakan dapat tercapai. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut: a. Sekolah, untuk memberi masukan kepada guru-guru perlunya perencanaan model pembelajaran yang lebih efektif, khususnya pada pembelajaran Tematik. b. Guru, agar dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai acuan untuk mengembangkan program-program pembelajaran yang lain. c. Siswa, agar lebih meningkatkan prestasi hasil belajar siswa dengan meningkatkan pemahaman konsep belajar siswa pada pembelajaran tematik dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing. G. Paradigma Atau Kerangka Pemikiran Berdasarkan rumusan masalah dan identifikasi masalah yang telah diutarakan bahwa dapat disimpulkan pada paradigma atau kerangka pemikiran. Bahwa pada saat proses pembelajaran siswa mempunyai kesulitan untuk memahami konsep materi yang sedang diajarkan penyebabnya yaitu rendahnya pemahaman konsep belajar siswa dalam belajar dan strategi pembelajaran yang hanya terfokus pada gurunya saja sehingga siswa menjadi pasif dan tidak termotivasi rasa ingin tahunya alhasil berdampak pada ketuntasan hasil belajar siswa. Hal ini harus diatasi secepatnya dengan mengubah strategi pembelajaran yang tadinya membuat siswa pasif dan sekarang membuat siswa menjadi aktif yaitu dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Pembelajaran inkuiri terbimbing adalah kegiatan yang melibatkan siswa untuk aktif dan menggali informasi sendiri walau pun dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. sebagian perencanaan dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan problem masalah. Proses pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa, guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berpikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan. Itu semua mendorong siswa untuk dapat mengikuti proses pembelajaran yang aktif dan efektif. Model pembelajaran inkuiri terbimbing ini, siswa dituntut untuk terlibat secara utuh baik fisik maupun mental dan pikirannya sehingga memungkinkan semua panca indera akan terliabat. Jadi, dengan adanya perubahan strategi pembelajaran siswa akan merasa termotivasi rasa ingin tahunya sehingga mempermudah siswa untuk memahami materi pada tema peduli terhadap makhluk hidup subtema hewan dan tumbuhan di lingkungan rumahku. Maka dalam proses pembelajaran siswa menjadi aktif ingin menyampaikan ide atau pendapatnya juga pertanyaan-pertanyaan yang ingin dipertanyakan pada saat proses pembelajaran. Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Belajar Siswa pada Tema Peduli Terhadap Makhluk Hidup Subtema Hewan dan Tumbuhan Di Lingkungan Rumahku H. Asumsi Berdasarkan kerangka atau paradigma penelitian sebagaimana diutarakan di atas, maka beberapa asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menurut Edger Dale (1997) dalam kerucut retensi hasil belajar menyatakan bahwa: “dalam belajar semakin banyak melibatkan panca inderakan semakin baik dalam meningkatkan daya ingat siswa akan pengetahuan baru yang diperolehnya dalam memori jangka panjang anak. 2. Proses inkuiri akan memotivasi siswa untuk terlibat langsung atau berperan aktif secara fisik dan mental dalam kegiatan belajar. Lingkungan kelas di mana siswa aktif terlibat dan guru berperan sebagai fasilitator pembelajaran sangat membantu tercapainya kompetensi atau tujuan pembelajaran. (Mestre & Cocking, 2002) 3. Pendekatan belajar siswa aktif dapat merangsang meningkatnya kualitas pendidikan sains. Siswa yang terlibat secara aktif dalam pembelajaran memiliki retensi yang lebih baik dan lebih mampu mengembangkan diri menjadi yang independen dibandingkan siswa yang belajar melalji ceramah. (Dessler, 2003) 4. Belajar melalui inkuiri guru dapat mengembangkan motivasi siswa menjadi lebih baik, memberikan kesempatan untuk belajar dengan memperaktikan keterampilan intelektual, belajar berpikir rasional, memahami proses-proses intelektual dan belajar bagaimana cara belajar yang lebih baik. (Orlich, et al 1998) I. Hipotesis Berdasarkan kerangka atau paradigma dan asumsi sehingga telah dikemukakan di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: 1. Dengan penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan pemahaman konsep belajar siswa pada tema peduli terhadap makhluk hidup subtema hewan dan tumbuhan di lingkungan rumahku. 2. Pemahaman konsep belajar siswa meningkat setelah menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada tema peduli terhadap makhluk hidup subtema hewan dan tumbuhan di lingkungan rumahku. 3. Nilai hasil belajar siswa meningkat setelah menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada tema peduli terhadap makhluk hidup subtema hewan dan tumbuhan di lingkungan rumahku. 4. Aktivitas belajar siswa dan respon siswa menjadi lebih baik setelah proses pembelajaran mengunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Peneliti berharap dengan dugaan sementara ini yang dilakukan pada penelitian tindakan kelas siswa kelas IV SDN Adiarsa Barat 1 Karawang mampu memahami konsep belajar pada materi yang diajarkan dan ikut aktif pada saat proses pembelajaran berlangsung.   BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Belajar dan Pembelajaran 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan teori-teori yang meliputi teori tentang tujuan pendidikan, organisasi kurikulum, isi kurikulum, dam modul-modul pengembangan kurikulum. (Syaiful Sagala, 2008) Belajar juga merupakan kegiatan yang kompleks yang kemudian didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman. Belajar juga diartikan sebagai seperangkat proses kognitif yang merubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru. Hasil belajar tersebut berupa kapabilitas, di mana setelah belajar individu akan memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah berasal dari: (1) Stimulasi yang berasal dari lingkungan; (2) Proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar atau peserta didik. Di bawah ini ada beberapa pengertian yang terkait dengan belajar di mana para ahli mengemukakan definisi belajar yang berbeda-beda. Namun, tampaknya ada semacam kesepakatan di antara mereka yang menyatakan bahwa perbuatan belajar mengandung perubahan dalam diri seseorang yang telah melakukan perbuatan belajar. Perubahan itu bersifat intensional, positif-aktif, dan efektif-fungsional. Sifat intensional berarti perubahan itu terjadi karena pengalaman atau praktik yang dilakukan pelajar dengan sengaja dan disadari, bukan kebetulan. Sifat positif berarti perubahan itu bermanfaat sesuai dengan harapan pelajar, di samping menghasilkan sesuatu yang baru yang lebih baik dibanding yang telah ada sebelumnya. Sifat aktif berarti perubahan itu terjadi karena usaha yang dilakukan pelajar, bukan terjadi dengan sendirinya seperti karena proses kematangan. Sifat efektif berarti perubahan itu memberikan pengaruh dan manfaat bagi pelajar. Adapun sifat fungsional berarti perubahan itu relatif tetap serta dapat direproduksi atau dimanfaatkan setiap kali dibutuhkan. (Suparta dan Aly, 2008: 27) Menurut Slameto (2003: 2) “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan secara untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” Menurut Purwanto (2011: 38-9) “Belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya”. Menurut Trianto (2009: 16) “Belajar merupakan perubahan pada diri individu yang terjadi melalui pengalaman dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya maupun karakteristik seseorang sejak lahir.” Good dan Brophy dalam bukunya Educational Psychologi mengemukakan arti belajar sebagai berikut: “Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses itu terjadi di dalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar.” Untuk memahami kegiatan yang disebut belajar perlu dilakukan analisis untuk menemukan persoalan-persoalan apa yang terlibat di dalam kegiatan belajar itu. Di muka telah dikatakan bahwa belajar merupakan suatu proses. Sebagai suatu proses sudah barang tentu harus ada yang diproses (masukan atau input), dan hasil dari pemrosesan (keluaran atau output). Jadi dalam hal ini kita dapat menganalisis kegiatan belajar itu dengan strategi analisis sistem. Dengan strategi sistem ini sekaligus kita dapat melihat adanya berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar. (Atmowidjoyo, 2007: 2) Berdasarkan beberapa pendapat yang diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah segala proses atau usaha yang dilakukan secara sadar, sengaja, aktif, sistematis dan integrativ untuk menciptakan perubahan-perubahan dalam dirinya menuju kearah kesempurnaan hidup bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya. Belajar juga merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikian terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan oleh seorang idnividu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu dan lingkungan. 2. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran berasal dari kata belajar yang secara bahasa berarti suatu proses dari tidak tahu menjadi tahu. Manusia telah mengalami banyak pembelajaran dalam kehidupan bahkan dari sejak dalam kandungan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. (Sagala, 2008) Menurut Oemar Hamalik dalam buku dasar-dasar pengembangan kurikulum (2005: 25) “Pembelajaran adalah proses penyampaian oleh guru yang dilaksanakan dengan menggunakan metode tertentu, dengan cara menuangkan pengetahuan kepada siswa.” Menurut Oemar Hamalik (2002: 57) “Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi (siswa dan guru), material (buku, papan tulis, kapur dan alat belajar), fasilitas (ruang, kelas audio visual), dan proses yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran”. Pendapat lain tentang pembelajaran dikemukakan oleh Mulyasa (2003: 100) yaitu “Proses interaksi antara guru dan peserta didik serta lingkungannya sehingga terjadi perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik”. Berdasarkan beberapa pendapat yang diuraikan di atas dapat disimpulkan pembelajaran adalah proses penyampaian pengetahuan oleh guru kepada siswa dengan interaksi secara langsung untuk mencapai hasil tujuan pembelajaran ke arah yang lebih baik. 3. Pengertian Prestasi Belajar Setiap kegiatan yang dilakukan siswa akan menghasilkan suatu perubahan dalam dirinya, yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar yang diperoleh siswa diukur berdasarkan perbedaan tingkah laku sebelum dan sesudah belajar dilakukan. Salah satu indikator terjadi perubahan dalam diri siswa sebagai hasil belajar di sekolah dapat dilihat melalui nilai yang diperoleh siswa pada akhir semester. Pengertian yang lebih umum mengenai prestasi belajar ini dikemukakan oleh Surya (2004: 75) yaitu “Prestasi belajar adalah hasil belajar atau perubahan tingkah laku yang menyangkut ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap setelah melalui proses tertentu, sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya”. Pengertian prestasi belajar sebagaimana tercantum dalam (Departemen Pendidikan, 2001: 895) “Prestasi balajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai yang diberikan oleh guru”. Sedangkan Winkel dalam (Sunarto, 2012) mengemukakan bahwa “Prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang.” Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Prestasi dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar. Berdasarakan beberapa pendapat yang diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku mencakup tiga aspek (kognitif, afektif dan motorik) seperti penguasaan, penggunaan dan penilaian berbagai pengetahuan dan ketrampilan sebagai akibat atau hasil dari proses belajar dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya yang tertuang dalam bentuk nilai yang di berikan oleh guru juga sesuatu yang dapat dicapai yang dinampakkan dalam pengetahuan, sikap, dan keahlian. Pengtahuan, pengalaman, dan keterampilan yang diperoleh akan membentuk kepribadian siswa, memperluas kepribadian siswa, memperluas wawasan kehidupan serta meningkatkan kemampuan siswa. Adapun indikator prestasi belajar yang diungkapkan menurut Muhibbin Syah (2008: 150) “Pengungkapan hasil belajar meliputi segala ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa”. Namun demikian pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah, khususnya ranah afektif sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tidak dapat diraba). Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah garis-garis besar indikator dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur. Di bawah ini adalah tabel yang menunjukan jenis, indikator dan cara evaluasi belajar: Tabel 2.1 Jenis, Indikator dan Cara Evaluasi Prestasi Ranah/ Jenis Prestasi Indikator Cara Evaluasi A. Ranah Kognitif 1. dapat menunjukkan 2. dapat membandingkan 3. dapat menghubungkan 1. Tes lisan 2. Tes tertulis 3. Observasi 1. Pengamatan 2. Ingatan 1. dapat menyebutkan 2. dapat menunjukan kembali 1. Tes lisan 2. Tes tertulis 3. Observasi 3. Pemahaman 1. dapat menjelaskan 2. dapat mendefinisikan dengan lisan sendiri 1. Tes lisan 2. Tes tertulis B. Ranah Rasa/ Afektif 1. Menunjukan sikap menerima 2. Menujukan sikap menolak 1. Tes tertulis 2. Tes skala sikap 3. Observasi 1. Penerimaan 2. Sambutan 1. Kesediaan berpartisipasi/terlibat 2. Kesediaan memanfaatkan 1. Tes tertulis 2. Tes skala sikap 3. Observasi 3. Apresiasi (sikap menghargai) 1. menganggap penting dan bermanfaat. 2. menganggap indah dan harmonis 3. mengagumi 1. Tes skala penilaian/sikap 2. Pemberian tugas 3. Observasi 4. Internalisasi (pendalaman) 1. Mengakui dan meyakini 2. Mengingkari 1. Tes skala sikap 2. Pemberian tugas ekspresif (yang menyatakan sikap) dan proyektif (yang menyatakan perkiraan ramalan) 3. Observasi 5. Karakteritik (penghayatan) 1. Melembagakan atau meniadakan 2. Menjelmakan dalam pribadi dan perilaku sehari-hari 1. Pemberian tugas ekspresif dan proyektif 2. Observasi C. Ranah Psikomotor 1. Mengkoordinasikan gerak mata, tangan, kaki dan anggota tubuh lainnya 1. Observasi 2. Tes tindakan 1. Keterampilan bergerak dan bertindak 2. Kecakapam ekspresi verbal dan non verbal 1. Mengucapkan 2. Membuat mimik dan gerakan jasmani 1. Tes lisan 2. Observasi 3. Tes tindakan 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Prestasi yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik dalam diri siswa maupun luar diri siswa. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Muhibbin Syah (2008: 132) yaitu: a. Faktor internal (faktor dari dalam diri individu), meliputi keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa. b. Faktor eksternal (faktor dari luar diri individu), meliputi kondisi lingkungan sekitar siswa. c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning) yaitu jenis upaya belajar siswa (kebiasaan) yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi pelajaran. Berdsarakan pedapat yang diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar seseorang atau hasil akhir yang dicapai seseorang melalui kegiatan belajar dipengaruhi oleh berbagai hal, yaitu pengaruh dari dalam diri seseorang (internal) dan pengaruh dari luar diri seseorang (eksternal). Adapun yang menjadi faktor internal dalam penelitian ini adalah religiusitas dan konsep diri, sedangkan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah dukungan sosial. Dalam proses pembelajaran guru dituntut untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif agar siswa dapat belajar secara aktif. Menurut Djamarah, Syaiful dan Zain (2006: 41) dalam kegiatan pembelajaran terdapat beberapa komponen pembelajaran yang meliputi: a. Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Tujuan memiliki jenjang dari yang luas dan umum sampai kepada yang sempit/khusus. Adanya tujuan yang tepat mempermudah pemilihan materi pelajaran dan pembuatan alat evaluasi. Adanya tujuan yang tepat dan yang diketahui siswa, memberi arah yang jelas dalam belajarnya. (Suryosubroto, 2009: 102) b. Bahan Pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Bahan pelajaran menurut Arikunto (dalam Djamarah, Syaiful dan Zain, 2006: 43) merupakan unsur inti yang ada didalam kegiatan belajar mengajar, karena memang bahan pelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh anak didik. Bahan yang disebut sebagai sumber belajar (pengajaran) ini adalah sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan pengajaran. Tanpa bahan pelajaran proses pembelajaran tidak akan berjalan. c. Kegiatan Pembelajaran Menurut Kusnandar (2007: 252) kegiatan pembelajaran adalah bentuk atau pola umum kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Kegiatan pembelajaran akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai. Dalam proses pembelajaran, guru dan siswa terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai medianya. Dalam interaksi tersebut siswa lebih aktif bukan guru, guru hanya sebagai motivator dan fasilitator. d. Metode merupakan komponen pembelajaran yang banyak menentukan keberhasilan pengajaran. Guru harus dapat memilih, mengkombinasikan serta mempraktekkan berbagai cara penyampaian bahan yang disesuaikan dengan situasi. e. Alat adalah sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Alat mempunyai fungsi yaitu sebagai perlengkapan, sebagai pembantu mempermudah usaha pencapaian tujuan, dan alat sebagai tujuan. f. Sumber Pelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana pengajaran terdapat atau sumber belajar seseorang. Sedangkan sumber belajar menurut Mulyasa (2009: 159) adalah segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan belajar, sehingga diperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang diperlukan. g. Evaluasi menurut Davies (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006: 190) adalah proses sederhana dalam memberikan/menetapkan nilai kepada sejumlah tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk-kerja, proses, orang, objek, dan masih banyak yang lain. Hasil dari evaluasi dapat dijadikan sebagai umpan balik dalam meningkatkan kualitas mengajar maupun kuantitas belajar siswa Berdasarkan pendapat yang diuraikan di atas dapat di simpulkan bahwa guru sangat berperan dalam keberhasilan prestasi belajar siswa, dengan menyediakan instrumen yang akan di sampaikan kepada siswa, seperti bahan ajar, lembar evaluasi, metode dll. B. Definisi Inkuiri Terbimbing Inkuiri yang dalam bahasa inggris inquiry, berarti pertanyaan, pemeriksaan, atau penyelidikan. Sund dalam (Suryosubroto, 2009: 179) menyatakan bahwa “inquiry merupakan perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Artinya proses inquiry mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya”. Menurut Hanafiah dan Cucu (2009: 77) mungungkapkan bahwa “Inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan”. Menurut Depdikbud dalam (Putri, 2009: 10) bahwa: Metode inkuiri merupakan proses pembelajaran yang bervariasi dan meliputi kegiatan-kegiatan yang berdasarkan metode ilmiah, seperti mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang relevan, merencanakan penyelidikan atau investigasi, mereview apa yang telah diketahui, melaksanakan percobaan atau mengeskperimen dengan menggunakan alat untuk memperoleh data, menganalisis dan menginterpretasi data serta membuat prediksi dan mengkomunikasikan hasilnya. Menurut Trianto (2007: 135) mengemukakan bahwa: “Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah (1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar; (2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran; dan (3) mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemuakn dalam proses inkuiri”. Berdasarkan beberapa pendapat yang diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri yaitu kegiatan yang melibatkan siswa untuk aktif dan melakukan pengamatan/analisis, dan percobaan secara langsung, sampai menemukan hasil dengan sendirinya. Menurut Trianto (2007: 136) lebih lanjut menyatakan bahwa untuk menciptakan suasana inkuiri, peranan guru adalah sebagai berikut: (1) Motivator, yang memberikan rangsangan supaya siswa aktif dan gairah berfikir; (2) Fasilitator, yang menunjukan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berfikir siswa; (3) Penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan memberikan keyakinan pada diri sendiri; (4) Administrator, yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan di dalam kelas; (5) Pengarah, yang memimpin arus kegiatan berfikir siswa pada tujuan yang diharapkan; (6) Manager, yang mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas; (7) Rewarder, yang memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam rangka peningkatan semangat heuristik pada siswa. Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah ke dalam waktu yang relatif singkat. Hasil penelitian Schlenker dalam Trianto (2007: 136) menunjukan bahwa “Latihan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berfikir kreatif, dan siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi”. Menurut Hanafiah dan Cucu (2009: 77) Metode inquiry terbagi atas 3 macam antara lain: (a) Inkuiri terbimbing atau terpimpin, yaitu pelaksanaan inquiry dilakukan atas petunjuk guru. Dimulai dari pertanyaan inti, guru mengajukan berbagai pertanyaan yang melacak, dengan tujuan untuk mengarahkan peserta didik ke titik kesimpulan yang diharapkan. Selanjutnya, siswa melakukan percobaan untuk membuktikan pendapat yang dikemukakannya; (b) Inkuiri bebas, yaitu peserta didik melakukan penyelidikan bebas sebagaimana seorang ilmuwan, antara lain masalah dirumuskan sendiri, penyelidikan dilakukan sendiri, dan kesimpulan diperoleh sendiri; (c) Inkuiri bebas dimodifikasi, yaitu masalah diajukan guru didasarkan teori yang sudah dipahami peserta didik. Tujuan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka membuktikan kebenaran. Amri (2010: 89) menyatakan bahwa “Inkuiri terbimbing merupakan kegiatan inkuiri dimana masalah dikemukakan guru atau bersumber dari buku teks kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap maslh tersebut dibawah bimbingan intensif guru”. Orlich dalam Amri (2010: 89) menyatakan beberapa karakteristik inkuiri terbimbing yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) Mengembangkan kemampuan berpikir siswa melalui observasi spesifik hingga mampu membuat inferensi atau generalisasi; (2) Sasarannya adalah mempelajari proses pengamatan kejadian atau obyek dan menyusun generalisasi yang sesuai; (3) Guru mengontrol bagian tertentu dari pembelajaran; (4) Setiap siswa berusaha membangun pola yang bermakna berdasarkan hasil observasi didalam kelas; (5) Kelas diharapkan berfungsi sebagai laboratorium pembelajaran; (6) Biasanya sejumlah generalisasi akan diperoleh siswa; (7) Guru memotovasi semua siswa untuk mengkomunikasikan hasil generalisasinya sehingga dapat dimanfaatkn seluruh siswa di kelas . Adapun langkah-langkah dalam melaksanakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Seperti yang dikemukakan oleh Trianto (2007: 137) menyatakan bahwa: “Inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan keterampilan inkuiri merupakan suatu proses yang bermula dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan”. Eggen dan Kauckak dalam Trianto (2007: 141) lebih lanjut menjelaskan tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing pada tabel 2.2 Tabel 2.2 Tahap Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Langkah-langkah Perilaku Guru Merumuskan masalah Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah. Guru membagi siswa dalam kelompok. Merumuskan hipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan Melakukan percobaan Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan Melakukan percobaan Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan Mengumpulkan dan menganalisis data Guru memberikan kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul. Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan. Selain itu adapun keunggulan dan kelemahan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Menurut Suryosubroto (2009: 185) mengemukakan bahwa: “Inkuiri memiliki keunggulan yaitu: (a) membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa; (b) Pengetahuan yang diperoleh bersifat sangat kukuh; dalam arti pendalaman dari pengertian, referensi, dan transfer; (c) membangkitkan gairah pada siswa; (d) memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri; (e) menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya, sehingga ia lebih merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar; (f) membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan diri siswa; (g) metode ini berpusat pada siswa sehingga guru hanya menjadi teman belajar.” Menurut Suryosubroto (2009: 186) lebih lanjut menyatakan bahwa metode inkuiri memiliki kelemahan antara lain: “(a) Dipersyaratkan keharusan persiapan mental untuk cara belajar ini; (b) metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar; (c) Harapan yang ditumpahkan mungkin mengecewakan bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional”. Berdasarkan pendapat yang diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri terbimbing adalah kegiatan inkuiri dimana masalah dikemukakan guru kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut dibawah bimbingan intensif guru, dengan langkah-langkah (1) merumuskan masalah; (2) merumuskan hipotesis; (3) merancang percobaan; (4) melakukan percobaan; (5) mengumpulkan dan menganalisis data; (6) membuat kesimpulan. C. Pemahaman Konsep Menurut Mulyasa (2005: 78) menyatakan bahwa “Pemahaman adalah Kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu”. Selanjutnya Ernawati (2003: 8) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan “Pemahaman adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan dalam bentuk lain yang dapat dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu mengklasifikasikannya”. Menurut Virlianti (2002: 6) mengemukakan bahwa “Pemahaman adalah konsepsi yang bisa dicerna atau dipahami oleh peserta didik sehingga mereka mengerti apa yang dimaksudkan, mampu menemukan cara untuk mengungkapkan konsepsi tersebut, serta dapat mengeksplorasi kemungkinan yang terkait”. Menurut Hamalik (2003: 48) “Pemahaman adalah kemampuan melihat hubungan hubungan antara berbagai faktor atau unsur dalam situasi yang problematis”. Adapun kemampuan pada pemahaman yang dapat dijabarkan ke dalam tiga bentuk, yaitu: menerjemahkan (translation), menginterprestasi (interprestation), dan mengeksplorasi (extrapolation). Menurut Daryanto (2008: 106) kemampuan pemahaman dapat dijabarkan menjadi tiga, yaitu: (a) Menerjemahkan (translation) pengertian menerjemahkan di sini bukan saja pengalihan (translation) arti dari bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain. Dapat juga dari konsepsi abstrak menjadi suatu model, yaitu model simbolik untuk mempermudah orang mempelajarinya. (b) Menginterpretasi (interpretation) kemampuan ini lebih luas daripada menerjemahkan, ini adalah kemampuan untuk mengenal dan memahami. Ide utama suatu komunikasi. (c) Mengekstrapolasi (extrapolation)agak lain dari menerjemahkan dan menafsirkan, tetapi lebih tinggi sifatnya. Ia menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi. Berdasarkan beberapa pendapat yang diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat, memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkannya dengan hal-hal lain. Dengan kata lain, memahami adalah mengerti tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seorang siswa dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-kata sendiri. Pengertian konsep Menurut More dalam (Sapriya,2009: 43) bahwa “Konsep itu adalah sesuatu yang tersimpan dalam benak atau pikiran manusia berupa sebuah ide atau sebuah gagasan”. Konsep dapat dinyatakan dalam sejumlah bentuk konkrit atau abstrak, luas atau sempit, satu kata frase. Beberapa konsep yang bersifat konkrit misalnya: manusia, gunung, lautan, daratan, rumah, negara, dan sebagainya. Menurut Vestari (2009: 16) “Pemahaman konsep adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkap suatu materi yang disajikan kedalam bentuk yang lebih dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu mengaplikannya”. Menurut Patria (2007: 21) mengatakan bahwa “Pemahaman Konsep adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran, dimana siswa tidak sekedar mengetahui atau mengingat sejumlah konsep yang dipelajari, tetapi mampu mengungkapan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti, memberikan interprestasi data dan mampu mengaplikasikan konsep yang sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya”. Berdasarkan beberapa pendapat yang diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan, memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci dengan menggunakan kata-kata sendiri, mampu menyatakan ulang suatu konsep, mampu mengklasifikasikan suatu objek dan mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan kedalam bentuk yang lebih dipahami. D. Pembelajaran Tematik Pembelajaran Tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema/topik pembahasan. Menurut Sutirjo dan Sri Istuti Mamik (2004: 6) menyatakan bahwa “Pembelajaran tematik merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai, atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema”. Poerwadarminta (1984: 1.040) “Tema adalah pokok pikiran atau dasar cerita (yang dipercakapkan, dipakai sebagai dasar mengarang, mengarang sajak, dsb)”. Proses belajar anak tidak sekedar menghafal konsep-konsep dan fakta-fakta, tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang lebih utuh. Belajar dimaknai sebagai proses interaksi dari anak dengan lingkungannya. Anak belajar dari hal-hal yang konkret, yakni yang dapat dilihat, didengar, diraba dan dibaui. Hal ini sejalan dengan falsafah konstruksivisme yang menyatakan bahwa manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan ini tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak. Sejalan dengan tahapan perkembangan dan karakteristik cara anak belajar tersebut, maka pendekatan pembelajaran siswa SD adalah pembelajaran tematik. Adapun Kelebihan dan kelemahan pembelajaran tematik seperti yang dikemukakan oleh (Kunandar, 2007) pembelajaran tematik memiliki kelebihan yaitu sebagai berikut: 1. Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan siswa 2. Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan pesrta didik. 3. Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna. 4. Mengembangkan keterampilan berfikir anak sesuai dengan persoalan yang dihadapi. 5. Menumbuhkan keterampilan social melalui kerja sama. 6. Memiliki sikap toleransi komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain. 7. Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan peserta didik. Pembelajaran tematik disamping memiliki kelebihan sebagaimana dipaparkan diatas, juga terdapat kekurangan-kekurangan yang ditimbulkan, yaitu: 1. Menuntut peran guru yang memiliki pengetahuan dan wawasan luas, kreatifitas tinggi, keterampilan, kepercayaan diri dan etos akademik yang tinggi, dan berani untuk mengemas dan mengembangkan materi. 2. Dalam pengembangan kreatifitas akademik, menuntut kemampuan belajar siswa yang baik dalam aspek intelegensi. Hal tersebut karena model pembelajaran tematik menekankan pada pengembangan kemampuan analitik (memjiwai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan) dan kemampuan eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali). 3. Pembelajaran tematik memerlukan sarana dan sumber informasi yang cukup banyak dan berguna untuk mengembangkan wawasan dan pengetahuan yang diperlukan. 4. Pembelajaran tematik memerlukan system penilaian dan pengukuran (obyek, indikator, dan prosedur ) yang terpadu. 5. Pembelajaran tematik tidak mengutamakan salah satu atau lebih mata pelajaran dalam proses pembelajarannya. Berdasarkan pendapat yang diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik dimaksudkan agar pembelajaran lebih bermakna dan utuh. Pembelajaran Tematik ini memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan perhatian, aktivitas belajar, dan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajarinya, karena pembelajaran lebih berpusat pada siswa, memberikan pengalaman langsung kepada siswa, pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran, bersifat fleksibel, hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat, dan kebutuhan siswa, Pembelajarn tematik agar berhasil dengan baik dilakukan dengan menempuh tahapan perencanaan, penerapan, dan evaluasi. E. Pembelajaran Saintifik Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan saimtifik. Proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah. Gambar 2.1 Penilaian Pembelajaran Saintifik Ranah sikap mengamati transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘mengapa’. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘bagaimana’. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘apa’. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Proses pembelajaran ini menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (saintifik appoach) dalam pembelajaran semua mata pelajaran meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat non-ilmiah. Adapun langkah-langkah pembelajaran saintifik diantaranya terdiri dari: Observing (mengamati), Questioning (menanya), Associating (menalar), Eksperimenting (mencoba), dan Networking (membentuk jejaring /mengkomunikasikan), seperti tampak pada gambar berikut di bawah ini: Gambar 2.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Saintifik Tabel 2.3 Langkah-Langkah Pembelajaran Saintifik Langkah Pembelajaran Kegiatan Belajar Kompetensi yang Dikembangkan Mengamati Membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat). Melatih kesungguhan, kesabaran, ketelitian, dan kemampuan membedakan informasi yang umum dan khusus, kemampuan berfikir analitis, deduktif, dan komprehensip Menanya Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati. Mengembangkan kreatifitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk critical minds yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat. Mengumpulkan informasi atau eksperimen Melakukan eksperimen 1. Membaca sumber 2. Mengamati objek/ kejadian/ aktivitas 3. Wawancara dengan narasumber Mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai sikap orang lain, kemampuan berkomunikasi, mengemabangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat. Mengasosiasi/ mengolah informasi Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/ eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerangkan prosedur, dan kemampuan berfikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan. Mengomunikasikan Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berfikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. Sumber: http://www.slideshare.net/sdompu/pembelajaran-saintifik F. Pengembangan Materi dan Bahan Ajar 1. Karakteristik Materi Materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompeten

Item Type: Thesis (Skripsi(S1))
Subjects: S1-Skripsi
Divisions: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > PGSD 2014
Depositing User: Iyas -
Date Deposited: 28 Jun 2016 09:30
Last Modified: 28 Jun 2016 09:30
URI: http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/5122

Actions (login required)

View Item View Item