PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA TEMA PEDULI TERHADAP MAKHLUK HIDUP

PITRI APRIANI, 105060044 (2016) PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA TEMA PEDULI TERHADAP MAKHLUK HIDUP. Skripsi(S1) thesis, FKIP UNPAS.

[img] Text
COVER 1.docx

Download (21kB)
[img] Text
LEMBAR PENGSAHAN 2.docx

Download (18kB)
[img] Text
MOTTO DAN PERSEMBAHAN 4.docx

Download (28kB)
[img] Text
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI 3.docx

Download (11kB)
[img] Text
ABSTRAK 7.docx

Download (14kB)
[img] Text
ABSTRAK BHS INGGRIS 8.docx

Download (14kB)
[img] Text
KATA PENGANTAR 5.docx

Download (30kB)
[img] Text
UCAPAN TERIMA KASIH 6.docx

Download (15kB)
[img] Text
DAFTAR ISI 9.docx

Download (19kB)
[img] Text
BAB 1.docx

Download (43kB)
[img] Text
BAB II.docx

Download (97kB)
[img] Text
BAB III.docx
Restricted to Repository staff only

Download (195kB)
[img] Text
BAB IV.docx
Restricted to Repository staff only

Download (185kB)
[img] Text
BAB V.docx
Restricted to Repository staff only

Download (20kB)
[img] Text
Daftar Pustaka 14.docx

Download (18kB)
[img] Text
DAFTAR RIWAYAT HIDUP 15.docx

Download (10kB)

Abstract

ABSTRAK Oleh PITRI APRIANI Penelitian dengan judul “Penggunaan Model Project Based Learning Untuk Meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran I tema 3 Peduli Terhadap makhluk Hidup Sub Tema 3 Ayo Cintai Lingkungan. Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa kelas IV. Hal tersebut disebabkan karena tidak adanya aktifitas siswa sehingga proses pembelajaran siswa hanya dengan mendengar, mencatat dan menghafal sehingga dalam belajar mengajar akan membuat siswa merasa bosan dan mengantuk, serta kurangnya pengelolaan kelas yang dilakukan guru sehingga menjadikan interaksi antara guru dan murid tidak terkondisikan. Ditambah dengan kurangnya fasilitas pembelajaran berupa media atau alat peraga yang merupakan kondisi yang sering ditemukan di sekolah dasar yang mempengaruhi hasil belajar. Hal ini memberikan gambaran bahwa sebagai guru selain harus mentransfer ilmu kepada siswa juga harus membuat suasana pembelajaran yang aktif, inovatif, kraetif, efektif, dan menyenangkan sehingga pembelajaran dapat lebih bermakna dan materi pelajaran akan lebih mudah diterima oleh siswa. Upaya yang dilakukan guru untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta menumbuhkan aktifitas siswa adalah dengan menggunakan model pembelajaran serta media pembelajaran yang interaktif dan menarik. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Belendung IV dengan jumlah siswa 35, yaitu 18 orang laki-laki, dan 17 orang perempuan. Instrumen yang digunakan diantaranya lembar observasi, tes, wawancara, dan angket skala sikap. Berdasarkan analisis data, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Project Based Learning yang dilakukan selama dua siklus yang setiap siklusnya terdiri dari 1 pertemuan ini menunjukan peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya. Dengan perolehan hasil belajar siswa tiap siklusnya sebagai berikut, Pada hasil pretes (tes awal) siklus I siswa yang telah mencapai KKM sebanyak 4 siswa atau sebesar 11,42%. Pada hasil postes (akhir tes) siklus I yang telah mencapai KKM sebanyak 22 atau sebesar 62,85% dan Pada hasil pretes (tes awal) siklus II target yang diinginkan sudah tercapai, yaitu siswa yang telah mencapai KKM sebanyak 23 siswa atau sebesar 65,71%, sedangkan yang belum mencapai KKM sebanyak 12 siswa atau sebesar 34,28 %. Sedangkan pada hasil postes (tes akhir) siklus II siswa yang telah mencapai KKM sebanyak 32 siswa atau sebesar 91,42 %, sedangkan yang belum mencapai KKM sebanyak 3 siswa atau sebesar 8,57 %. Pada siklus II ini telah mengalami peningakatan jumlah siswa yang mencapai KKM dari siklus I sebesar 28,57%. Siswa juga menunjukan sikap positif terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Project Based Learning. Dengan demikian pembelajaran ini dapat dijadikan salahsatu alternatif bagi guru untuk melakukan proses pembelajaran dikelas. Kata Kunci : Hasil Belajar Siswa, Model Pembelajaran Project Based Learning ABSTRAK Oleh PITRI APRIANI The study titled "Use of Project Based Learning Model to Improve student learning outcomes in learning the first theme being 3 Matters of Life Sub Theme 3 Love Come environment. This research was motivated by the low class IV student learning outcomes. This was due to the absence of the student activity so that the students' learning process only to hear, record and memorize so that the learning will make students feel bored and sleepy, as well as lack of classroom management that teachers do that makes the interaction between teachers and pupils are not conditioned. Coupled with a lack of teaching facilities in the form of media or props which is a condition that is often found in elementary school that affect learning outcomes. This illustrates that as the teacher in addition to transferring knowledge to the students also have to create an active learning environment, innovative, kraetif, effective, and fun so that learning can be more meaningful and subject matter will be more readily accepted by the students. Efforts are made to teachers can improve student learning outcomes and foster student activity is to use a model of learning and interactive learning media and interesting. This study uses Classroom Action Research (CAR). The subjects were fourth grade students of SDN Belendung IV the number of 35 students, which is 18 men and 17 women. Instruments used include observation sheets, tests, interviews, questionnaires and attitude scales. Based on data analysis, it can be concluded that learning by using Project Based Learning model of teaching conducted during two cycles each cycle consisting of 1 meeting shows an increase in student learning outcomes in each cycle. With the acquisition of student learning outcomes for each cycle as follows, the results of the pretest (initial test) first cycle of students who have achieved as much as 4 students KKM or by 11.42%. At posttest results (final test) first cycle that has reached as many as 22 or by KKM 62.85% and the pretest results (initial test) second cycle desired target has been reached, the student who has reached the KKM as many as 23 students or by 65, 71%, whereas the KKM has not reached as many as 12 students or by 34.28%. While the post-test results (final test) second cycle students who have achieved a total of 32 students KKM or by 91.42%, while that has not achieved as much as 3 students KKM or by 8.57%. In the second cycle has undergone a number of enhancements to students who achieve KKM from the first cycle of 28.57%. Students also showed a positive attitude towards the learning process by using Project Based Learning model of learning. Thus this study can be used as one of the main way for teachers to make the learning process in class. Keywords: Student Results, Model Learning Project Based Learning BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Republik Indonesia terus berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Tujuannya yaitu untuk mencerdaskan bangsa, sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4 yang mengindikasikan bahwa pemerintah harus mengupayakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dibekali dengan kecerdasan yaitu cerdas dalam berfikir, bertingkah laku, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam hal ini, salah satu faktor penunjang pendidikan adalah guru. Dan dalam proses pendidikan Abin Syamsudin membedakan peranan, tugas dan tanggung jawab guru sebagai pendidik (educator) dan pengajar (teacher) (1997 : 18). Dalam arti yang terbatas, pendidikan merupakan salah satu proses interaksi belajar mengajar dalam bentuk formal yang dikenal sebagai pengajaran. Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus, yang diyakini akan menjadi faktor determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan negara Indonesia sepanjang zaman. Kurikulum sebagaimana yang ditegaskan dalam Pasal 1 Ayat (19) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum berbasis kompetensi adalah outcomes-based curiculum dan oleh karena itu pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian kompetensi yang dirumuskan dari SKL. Demikian pulapenilaian hasil belajar dan hasil kurikulum diukur dari pencapaian kompetensi keberhasilan kurikulum diartikan sebagai pencapaian kompetensi yang dirancang dalam dokumen kurikulum oleh seluruh peserta didik. Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena adanya berbagai tantangan yang dihadapi, baik tantangan internalmaupun tantangan eksternal. Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar pengelolaan, standar biaya, standar sarana prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar isi, standar proses, standar penilaian, dan standar kompetensi lulusan. Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk bersikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan untuk melaksanakan suatu tugas disekolah, masyarakat, dan lingkungan dimana yang bersangkutan berinteraksi. Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik untuk mengembangkan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk membangun kemampuan yang dirumuskan dalam SKL. Hasil dari pengalaman belajar tersebut adalah hasil belajar peserta didik yang menggambarkan manusia dengan kualitas yang dinyatakan dalam SKL. Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Jadi tidak dapat disangkal lagi bahwa kurikulum yang dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; dan (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga negara yang demokratis,bertanggung jawab. Pada kurikulum 2013, penyusunan kurikulum dimulai dengan menetapkan standar kompetensi lulusan berdasarkan kesiapan peserta didik, tujuan pendidikan Nasional dan kebutuhan. Setelah kompetensi ditetapkan kemudian ditentukan kurikulumnya yang terdiri dari kerangka dasar kurikulum dan struktur kurikulum. Satuan pendidikan dan guru tidak diberikan kewenangan menyusun silabus, tetapi disusun pada tingkat nasional. Guru lebih diberikan kesempatan mengembangkan proses pembelajaran tanpa harus dibebani dengan tugas-tugas penyusunan silabus yang memakan waktu yang banyak dan memerlukan penguasaan teknis penyusunan yang sangat memberatkan guru. Tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana telah dirumuskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Secara singkatnya, undang-undang tersebut berharap pendidikan dapat membuat peserta didik menjadi kompeten dalam bidangnya. Di mana kompetensi tersebut, sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang telah disampaikan di atas, harus mencakup kompetensi dalam ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Sejalan dengan arahan undang-undang tersebut, telah pula ditetapkan visi pendidikan tahun 2025 yaitu menciptakan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif. Cerdas yang dimaksud di sini adalah cerdas komprehensif, yaitu cerdas spiritual dan cerdas sosial/emosional dalam ranah sikap, cerdas intelektual dalam ranah pengetahuan, serta cerdas kinestetis dalam ranah keterampilan. Dengan demikian, Kurikulum 2013 dirancang dengan tujuan untuk mempersiapkan insan Indonesia supaya memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warganegara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia. Kurikulum adalah instrumen pendidikan untuk dapat membawa insan Indonesia memiliki kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sehingga dapat menjadi pribadi dan warga negara yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif. Untuk kompetensi pada kategori pengetahuan dan keterampilan (KI-3 dan KI-4), peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan atau kompetensi berikutnya, sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar dan hasil yang baik. Penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan. Kemampuan peserta didik tidak dibandingkan terhadap kelompoknya, tetapi dibandingkan terhadap kriteria yang ditetapkan, misalnya ketuntasan belajar minimal (KKM), yang ditetapkan oleh satuan pendidikan masing-masing dengan mempertimbangkan karakteristik kompetensi dasar yang akan dicapai, daya dukung (sarana dan guru), dan karakteristik peserta didik. Tantangan internal lainnya terkait dengan faktor perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Terkait dengan perkembangan penduduk, SDM usia produktif yang melimpah apabila memiliki kompetensi dan keterampilan akan menjadi modal pembangunan yang luar biasa besarnya. Namun, apabila tidak memiliki kompetensi dan keterampilan tentunya akan menjadi beban pembangunan. Oleh sebab itu, tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan agar SDM usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi SDM yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban. Tantangan eksternal yang dihadapi dunia pendidikan antara lain berkaitan dengan tantangan masa depan, kompetensi yang diperlukan di masa depan, persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogi, serta berbagai fenomena negatif yang mengemuka. Berdasarkan pernyataan di atas serta fakta di lapangan sering kali proses pembelajaran yang guru lakukan lebih banyak menggunakan metode ceramah. metode ceramah ini hanya berpusat pada guru (teacher centered) dan tidak adanya aktifitas siswa dengan hanya mendengar, mencatat dan menghafal sehingga dalam belajar mengajar akan membuat siswa merasa bosan dan mengantuk, serta kurangnya pengelolaan kelas yang dilakukan guru sehingga menjadikan interaksi antara guru dan murid tidak terkondisikan. Hal ini merupakan pengaruh kurangnya aktifitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Ditambah dengan kurangnya fasilitas pembelajaran berupa media atau alat peraga yang merupakan kondisi yang sering di temukan di sekolah dasar yang mempengaruhi hasil belajar. Digunakannya model pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran Kurikulum 2013 terutama masalah pada sub tema III ayo cintai lingkungan yang dominan terlihat. Setelah dilakukannya observasi terhadap siswa pada pembelajaran 1 di kelas IV di SDN BELENDUNG IV Kecamatan Klari Kabupaten Karawang dan berdasarkan fakta-fakta di lapangan di atas ternyata siswa sebagian besar kurang memahami materi pada sub tema III ayo cintai lingkungan. Sehingga siswa yang memperoleh nilai test tinggi hanya sebanyak 8 orang atau 25 % dari 32 siswa kelas IV tahun ajaran 2013/2014 yang mencapai KKM sehingga guru harus mengambil tindakan dengan upaya meningkatkan hasil belajar siswa untuk mencari suatu permasalahan yang harus segera diatasi dimana titik kelemahannya sehingga hanya 25 % siswa yang mencapai KKM. Proses pembelajaran seperti ini sering menjadi masalah yang urgent yang di hadapi para guru, yaitu bagaimana seorang guru mampu mengikut sertakan siswa dalam proses pembelajaran untuk aktif dan berinteraksi serta siswa mampu mengungkapkan ide/gagasan mereka, begitupun halnya dengan proses pembelajaran yang terjadi pada SDN BELENDUNG IV disini guru perlu melakukan inovasi-inovasi atau perubahan dalam proses pembelajaran atau dengan strategi pembelajaran yang aktif, kreatif serta menyenangkan. Oleh karena itu, penggunaan model pembelajaran, menjadi salah satu faktor penting yang harus dikembangkan dan dirubah guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pada proses belajar mengajar yang aktif, kreatif, inovatif, menyenangkan dan siswa diberi kesempatan untuk bersosialisasi dan bekerjasama dengan teman kelompok serta bertanggung jawab atas tugas yang telah diakukan dalam diskusi kelompok. Hal ini sejalan dengan definisi model pembelajaran Projek Based Learning menurut: Menurut Word (2002) dan Stepien (2005) Projek Based Learning adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah. Projek Based Learning di terapkan untuk menumbuhkan siswa lebih aktif dan berinisiatif untuk memperoleh hal-hal yang mereka inginkan baik pada sisi pengetahuan ,pemahaman dan keterampilannya,karena Projek Based Learning mengkondisikan dan memaksa mereka mau mencari solusi pemecahan untuk menuntaskan proyek nya. Projek Based Learning yang baik bertitik pada desain Projek Based Learning yang sesuai dengan kebutuhan kompetensi yang akan dikerjakan oleh siswa. Menurut Buck Institute For Education (BIE) (dalam Khamdi,2007) “projek based learning adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah dan memberi peluang siswa bekerja secara belajar secara berkelompok, dan puncak nya menghasilkan produk karya siswa bernilai dan realistik. Projek based learning merupakan pembelajaran inovatif yang berpusat pada siswa (student centered) dan menempatkan guru sebagai motivator dan fasilitator,di mana siswa diberi peluang bekerja secara berkelompok. Kelebihan projek based learning mengembangkan jawaban yang bermakna bagi suatu masalah yang akan membawa siswa mampu menuju pemahaman lebih dalam mengenai suatu materi projek based learning memberikan tantangan pada siswa sehingga mereka bisa memperoleh kepuasan dengan menemukan pengetahuan baru bagi dirinya sendiri Projek Based Learning membuat siswa selalu aktif dalam pembelajaran. projek based learning membantu siswa untuk mempelajari bagaimana cara untuk mentranfer pengetahuan mereka kedalam masalah dunia nyata. Projek Based Learning dapat mengembangkan keterampilan berfikir kritis setiap siswa serta kemampuan mereka untuk beradaptasi untuk belajar dengan situasi yang baru menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.dapat meningkatkan aktivitas hasil belajar siswa. Dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memecahkan masalah dalam kehidupan nyata. Kekurangan projek based learning siswa yang terbiasa dengan informasi yang di peroleh dari guru dan guru merupakan narasumber utama , akan merasa kurang nyaman dengan cara belajar sendiri dalam pemecahan masalah .jika siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba masalah memerlukan cukup waktu untuk persiapan .tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari Pada kurikulum 2013 terdapat beberapa Tema, peneliti akan mengkaji dari salah satu tema yaitu Peduli terhadap makhluk hidup dengan sub tema ayo cintai lingkungan , pada sub tema ini siswa kurang terampil dalam proses pembelajaran sehingga peneliti mengambil sub tema ini, dengan adanya permasalahan di atas peneliti menganggap bahwa dengan model pembelajaran projek based learning, dengan model pembelajaran projek based learning siswa dapat di tuntut untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran karena dengan model ini. Guru dapat membimbing peserta didik dalam proses pembelajaran. Dengan diterapkannya model Projek Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran, dan keterampilan siswa dalam memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Atas latar belakang diatas peneliti mengambil judul penelitian “Penggunaan Model Pembelajaran projek based learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada tema peduli terhadap makhluk hidup (Penelitian tindakan kelas pada sub tema ayo cintai lingkungan pada pembelajaran 1 kelas IV SDN BELENDUNG IV Kec Klari Kab Karawang). B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya di kelas IV SD Negeri BELENDUNG IV Kecamatan Klari Kabupaten Karawang dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang muncul antara lain: 1. Kurang tepatnya penggunaan model pembelajaran yang selama ini digunakan oleh guru pada saat pembelajaran pada tema Peduli terhadap makhluk hidup dan sub tema ayo cintai lingkungan, sehingga tidak mendorong terjadinya proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan serta kesempatan bersosialisasi, oleh karena itu di butuhkan model pembelajaran yang dapat melibatkan dan menumbuhkan keterampilan siswa dalam pembelajaran. 2. Kurangnya guru dalam mengelola kelas selama pembelajaran pada tema peduli terhadap makhluk hidup dan sub tema ayo cintai lingkungan berlangsung yang menimbulkan kurangnya interaksi antara guru dan murid sehingga guru tidak dapat menumbuhkan keberanian siswa dalam mengungkapkan pendapatnya, oleh karena itu hendaknya guru mampu memilih model pembelajaran yang menumbuhkan keberanian dan keaktifan siswa serta mampu menerapkan pengelolaan kelas yang baik. 3. Guru kurang mampu mengikutsertakan siswa dalam proses pembelajaran untuk aktif dan berinteraksi dalam kelompok untuk berani mengungkapkan ide/gagasan dengan teman kelompok maupun dengan kelompok lainnya pada tema peduli terhadap makhluk hidup dan sub tema ayo cintai lingkungan sehingga kemampuan berfikir siswa rendah, oleh karena itu guru harus mengikutsertakan siswa dalam diskusi kelompok kecil dan saling berinteraksi dengan temannya, untuk itu dibutuhkan model pembelajaran Projek Based Learning untuk meningkatkan keterampilan siswa. C. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian 1. Perumusan Masalah Berdasarkan deskripsi pada latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka masalah pokok yang akan dikaji dalam Fokus penelitian ini yaitu “Apakah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Projek Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada tema peduli terhadap makhluk hidup dan sub tema ayo cintai lingkungan di kelas IV di SDN BELENDUNG IV Kecamatan klari Kabupaten Karawang Tahun Ajaran 2014 – 2015”? 2. Pertanyaan Penelitian Mengingat rumusan masalah utama di atas masih terlalu luas sehingga belum jelas batas mana yang harus diteliti, maka rumusan masalah tersebut kemudian di rinci dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut : a. Bagaimana Meningkatkan hasil belajar siswa terhadap tema peduli terhadap makhluk hidup pada sub tema ayo cintai lingkungan (Pemebelajaran 1) sebelum guru menggunakan model pembelajaran projek based learning?. b. Bagaimana respon siswa terhadap tema peduli terhadap makhluk hidup pada sub tema ayo cintai lingkungan (Pembelajaran 1) saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran projek based learning?. c. Bagaiamana aktivitas siswa pada tema peduli terhadap makhluk hidup pada sub tema ayo cintai lingkungan (Pembelajaran 1) terjadi peningkatan hasil belajar siswa dengan penggunaan model pembelajaran projek based learning?. d. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013 yang dilakukan oleh guru pada tema peduli terhadap makhluk hidup pada sub tema ayo cintai lingkungan (Pembelajaran 1) dengan menggunakan model pembelajaran projek based learning?. e. Bagaimana hasil belajar siswa setelah memperoleh pembelajaran dari guru dengan menggunakan model pembelajaran Projek Based Learning pada tema peduli terhadap makhluk hidup dan sub tema ayo cintai lingkungan (Pada pembelajaran 1)? D. Batasan Masalah Berdasarkan hasil pemaparan dari perumusan masalah dalam penelitian ini agar tidak menjadi kekeliruan dan kesalah pahaman dalam tujuan penelitian, serta agar penelitian terarahkan dengan baik dan lebih fokus dalam tujuan pembelajaran yang ingin di capai maka perlu adanya pembatasan ruang lingkup permasalahan, pembatasan masalah dalam penelitian ini diambil dari: 1. Materi yang digunakan adalah Sub tema 3 ayo cintai lingkungan pada pembelajaran 1 2. Model pembelajaran yang digunakan yaitu Projek Based Learning pada pembelajaran 1 sub tema 3 ayo cintai lingkungan di kelas IV A SD Negeri Belendung IV. 3. Subjek yang di teliti adalah siswa kelas IV A SD Negeri Belendung IV Kecamatan Klari Kabupaten Karawang Tahun Ajaran 2014/2015. 4. Tujuan utama yang ingin dicapai adalah peningkatan hasil belajar siswa pada siswa kelas IV A di SDN Belendung IV. E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan a) Tujuan Umum Tujuan umum, Tujuan pada penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa mengenai pembelajaran 1 pada tema peduli terhadap makhluk hidup dan sub tema ayo cintai lingkungan dengan menggunakan model pembelajaran Projek Based Learning di kelas IV A Sekolah Dasar Negeri Belendung IV Kecamatan Klari Kabupaten Karawang Tahun ajaran 2014/2015. b) Tujuan Khusus Adapun Tujuan Khususnya adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran 1 pada tema peduli terhadap makhluk hidup dan sub tema ayo cintai lingkungan sebelum guru menggunakan model pembelajaran Projek Based Learning. 2. Untuk mengetahui bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran 1 pada tema peduli terhadap makhluk hidup dan sub tema ayo cintai lingkungan saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan projek Based Learning. 3. Untuk mengetahui bagaimana aktivitas siswa pada pelaksanaan pembelajaran 1 pada tema peduli terhadap makhluk hidup dan sub tema ayo cintai lingkungan terjadi peningkatan pada hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Projek Based Learning. 4. Untuk mengetahui Apakah setelah pelaksanaan pembelajaran 1 yang dilakukan oleh guru pada tema peduli terhadap makhluk hidup dan sub tema ayo cintai lingkungan terjadi peningkatan pada hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Projek Based Learning. 5. Untuk mengetahui bagaimana Prestasi belajar siswa setelah memperoleh pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Projek Based Learning pada tema peduli terhadap makhluk hidup dan sub tema ayo cintai lingkungan. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Secara Teoritis Secara teoritis kegunaan penelitian yaitu untuk menambah ilmu dalam penggunaan model-model pembelajaran yang digunakan pada proses pembelajaran di SD, Terutama meningkatkan hasil belajar siswa dengan penggunaan model pembelajaran Projek Based Learning pembelajaran 1 pada tema peduli terhadap makhluk hidup dan sub tema ayo cintai lingkungan. b. Manfaat Secara Praktis 1) Bagi Siswa Diharapkan siswa lebih menyukai lagi kurikulum 2013, Dimana selama ini lebih cenderung siswa kurang menyukai dan monoton. Sehingga dengan penggunaan Model pembelajaran ini siswa mampu termotivasi dan memahami dalam pembelajaran 1 pada tema peduli terhadap makhluk hidup dan sub tema ayo cintai lingkungan. 2) Bagi Guru Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan guru tentang alat bantu pembelajaran dan juga dapat meningkatkan kemampuan guru dalam memilih model pembelajaran yang tepat dalam mengajar kurikulum 2013, Pembelajaran 1 pada tema peduli terhadap makhluk hidup dan sub tema ayo cintai lingkungan yang berorienatsi pada meningkatkan hasil belajar siswa. 3) Bagi Sekolah Peningkatan hasil penelitian yang diharapkan penulis dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan dapat meningkatkan kualitas lulusan yang juga dapat mengangkat Nama baik institusi Sekolah sebagai penyelenggara Pendidikan dan dengan hasil penelitian ini diharapkan SDN BELENDUNG IV, lebih meningkatkan proses pembelajaran agar prestasi belajar siswa lebih baik dan perlu dicoba untuk diterapkan pada tema-tema lain pada kurikulum 2013. 4) Bagi Peneliti Hasil penelitian ini sebagai bahan masukan dan sebagai alat agar mampu memberikan data mengenai kegiatan pembelajaran 1 pada tema peduli terhadap makhluk hidup dan sub tema ayo cintai lingkungan dengan menggunakan model pembelajaran Projek Based Learning serta sebagai pembelajaran agar pada proses pembelajaran ini lebih baik melakukan inovasi dalam sebuah proses pembelajaran. F. Kerangka Pemikiran Penerapan model pembelajaran Projek Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran 1 pada tema peduli terhadap makhluk hidup dan sub tema ayo cintai lingkungan. Dilihat adanya keterkaitan antara penerapan model pembelajaran dengan masalah yang akan dikaji, maka dalam hal ini kemampuan pemahaman dan hasil belajar siswa dikembangkan serta ditingkatkan kemampuan nya sehingga dapat memahami pembelajarannya berdasarkan langkah-langkah pembelajaran yang diterapkan melalui model pembelajaran Projek Based Learning pada akhirnya siswa dapat memiliki kemampuan pemahaman yang baik, serta dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan observasi yang dilakukan di kelas IV Sekolah dasar Negeri Belendung IV Kecamatan Klari Kabupaten Karawang dalam proses pembelajaran kurikulum 2013, Pembelajaran 1 pada tema peduli terhadap makhluk hidup dan sub tema ayo cintai lingkungan, guru lebih banyak menjelaskan, sedangkan siswa kurang diberi kesempatan untuk mengembangkan kreativitasnya serta berdiskusi dengan temannya dalam sebuah kelompok belajar, walaupun dalam prosesnya guru menggunakan alat peraga yang cocok dengan pembelajaran tersebut. Namun, dengan ketidakadaannya proses diskusi dan keterlibatan siswa dalam menggunakan alat peraga. Tingkat pemahaman siswa akan sangat berbeda jika di bandingkan dengan pembelajaran yang menerapkan diskusi antara siswa dalam sebuah kelompok serta adanya keterlibatan siswa dalam penggunaan alat peraga. Tentu saja perbedaan tingkat pemahaman itu akan terlihat, baik pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung ataupun ketika dilakukan evaluasi diakhir pembelajaran. Pada pembelajaran 1 pada tema peduli terhadap makhluk hidup dan sub tema ayo cintai lingkungan pada kurikulum 2013 menghendaki adanya pembelajaran kelompok. Hal ini dapat dilihat dari pembelajaran 1 adanya proses pembelajaran membuat keterampilan siswa dan menghasilkan produk dari setiap kelompok yang sudah diarahkan oleh guru, dan siswa dibagi dalam kelompok sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan model pembelajaran projek based learning. Projek Based Learning di terapkan untuk menumbuhkan siswa lebih aktif dan berinisiatif untuk memperoleh hal-hal yang mereka inginkan baik pada sisi pengetahuan ,pemahaman, keterampilan dan hasil belajar siswa, karena Projek Based Learning mengkondisikan dan memaksa mereka mau mencari solusi pemecahan untuk menuntaskan proyek nya. Projek Based Learning yang baik bertitik pada desain Projek Based learning yang sesuai dengan kebutuhan kompetensi yang akan dikerjakan oleh siswa. Kelebihan projek based learning mengembangkan jawaban yang bermakna bagi suatu masalah yang akan membawa siswa mampu menuju pemahaman lebih dalam mengenai suatu materi Peduli terhadap makhluk hidup pada sub tema ayo cintai lingkungan memberikan tantangan pada siswa sehingga mereka bisa memperoleh kepuasan dengan menemukan pengetahuan baru bagi dirinya sendiri, membuat siswa selalu aktif dalam pembelajaran. Projek Based Learning membantu siswa untuk mempelajari bagaimana cara untuk mentranfer pengetahuan mereka kedalam masalah dunia nyata. Projek Based Learning dapat mengembangkan keterampilan berfikir kritis setiap siswa serta kemampuan mereka untuk beradaptasi untuk belajar dengan situasi yang baru menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.dapat meningkatkan hasil belajar siswa.dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memasalah dalam kehidupan nyata. Kekurangan projek based learning siswa yang terbiasa dengan informasi yang di peroleh dari guru dan guru merupakan narasumber utama , akan merasa kurang nyaman dengan cara belajar sendiri dalam pemecahan masalah .jika siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba masalah memerlukan cukup waktu untuk persiapan .tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari Berdasarkan uraian diatas bahwa dengan menerapkan model pembelajaran Projek Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IV di SDN Belendung IV Kecamatan Klari Kabupaten Karawang. Keterkaitan antara permasalahan yang dihadapi, menerapkan model pembelajaran serta meningkatkan keterampilan siswa dapat dilihat dari bagan berikut ini. Diagram 1.1Kerangka berpikir Penggunaan Model Pembelajaran projek based learning untuk meningkatkan Hasil Belajar siswa pada tema peduli terhadap makhluk hidup Penelitian tindakan kelas pada sub tema ayo cintai lingkungan G. Asumsi Berdasarkan kerangka pemikiran sebagaimana telah diuraikan diatas, maka asumsi dalam penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Model Pembelajaran projek based learning menurut (Duch,1995) adalah projek based learning (PBL) atau pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah metode pengajaran yang mencirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah dan memperoleh pengetahuan. 2. Model pembelajaran projek based learning menurut Finkle dan torp (1995) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan pengembangan kurikulum dan sistem pengajaran yang mengembangkan secara simultan strategi pemecahan masalah dan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan dengan menempatkan para peserta didik dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-hari yang tidak berstruktur dengan baik. 3. Model pembelajaran menurut H.S B Barrows (1982), Sebagai pakar projek based learning menyatakan bahwa definisi projek based learning sebuah metode pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah (problem) dapat di gunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan atau mengintegrasikan ilmu (knowledge) baru. 4. Model pembelajaran projek based learning menurut Suradjono, 2004 projek based learning adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru. H. Hipotesis tindakan Berdasarkan pada asumsi dan kerangka berfikir sebaimana telah diuraikan diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah: “Penggunaan Model Pembelajaran projek based learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada tema peduli terhadap makhluk hidup (Penelitian tindakan kelas pada sub tema ayo cintai lingkungan pada pembelajaran 1 kelas IV SDN BELENDUNG IV Kec Klari Kab Karawang). I. Definisi Operasional Agar tidak terjadi perbedaan pemahaman tentang istilah-istilah yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini, maka ada beberapa istilah yang perlu didefinisikan terlebih dahulu secara opearasional, yaitu: 1. Projek Based Learning di terapkan untuk menumbuhkan siswa lebih aktif dan berinisiatif untuk memperoleh hal-hal yang mereka inginkan baik pada sisi pengetahuan ,pemahaman dan keterampilannya,karena PJBL mengkondisikan dan memaksa mereka mau mencari solusi pemecahan untuk menuntaskan proyek nya.PJBL yang baik bertitik pada desain PJBL yang sesuai dengan kebutuhan kompetensi yang akan dikerjakan oleh siswa. 2. Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum berbasis kompetensi adalah outcomes-based curriculum dan oleh karena itu pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian kompetensi yang dirumuskan dari SKL. Demikian pula penilaian hasil belajar dan hasil kurikulum diukur dari pencapaian kompetensi. Keberhasilan kurikulum dartikan sebagai pencapaian kompetensi yang dirancang dalam dokumen kurikulum oleh seluruh peserta didik. 3. Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk bersikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan untuk melaksanakan suatu tugas di sekolah, masyarakat, dan lingkungan dimana yang bersangkutan berinteraksi. Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik untuk mengembangkan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk membangun kemampuan yang dirumuskan dalam SKL. Hasil dari pengalaman belajar tersebut adalah hasil belajar peserta didik yang menggambarkan manusia dengan kualitas yang dinyatakan dalam SKL. 4. Pembelajaran adalah perpaduan dari dua aktivitas , yaitu aktivitas mengajar dan aktivitas belajar . Aktivitas mengajar menyangkut peranan seorang guru dalam konteks mengupayakan terciptanya jalinan komunikasi harmonis antara pengajar itu sendiri dengan si belajar. BAB II LANDASAN TEORITIS A. Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan imlikasinya pada tingkat operational di kelas. Model pembelajaran dapat di artikan pula sebagai pola yang digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi dan member petunjuk kepada guru di kelas. Menurut Suprijono (2009:45) Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Sedangkan Menurut Arens (dalam Suprijono(2009:45)), model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Model pembelajran dapat didefinisiskan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Merujuk Pemikiran Joyce, fungsi model adalah “each model guides us as we design instruction to help student achieve various objectives”. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dapat merencanakan aktivitas belajar mengajar. Menurut Nana Sudjana (2004: 76) Metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. B. Pembelajaran Berbasis Proyek / Project Based Learning 1. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Proyek / Project Based Learning Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PJBL) adalah metode pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi,penilaian,interpretasi,sintesis,dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Pembelajaran berbasis proyek merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata. Pembelajaran berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya. Melalui PJBL,proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding qestion) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab,secara langsung peserta didik dapat melihat berbagai elemen utama sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya. PJBL merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik. Mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka pembelajaran berbasis proyek memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. Pembelajaran berbasis proyek merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik. 2. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) Penentuan pertanyaan mendasar (Start With The Esential Question). Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial,yaitu pertanayaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. Guru berusaha agar topik yang diangkat relevan untuk para peserta didik. Mendesain Perencanaan Proyek (Design a plan for the Project). Perencanaan dilakukan secara kolaboratif anatara pengajar dan peserta didik. Dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas Proyek tersebut. perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial,dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian Proyek. Menyusun jadwal (Create a Schedule) Guru dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3) membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara. Memonitor peserta didik dan kemajuan Proyek (Monitor the Students and Progress of the Project) Pengajar bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi pesrta didik dalam setiap proses. Dengan kata lain pengajar berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting. Menguji Hasil (Assess the Outcome) Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya. 3. Peran Guru dan Peserta didik Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek sebagai berikut: Peran Guru adalah Merencanakan dan mendesain pembelajaran, Membuat strategi pembelajaran, Membayangkan interaksi yang akan terjadi antara guru dan siswa, Mencari keunikan siswa, Menilai siswa dengan cara transparan dan berbagai macam penilaian Peran peserta didik adalah menggunakan kemampuan bertanya dan berfikir, melakukan riset sederhana, mempelajari ide dan konsep, belajar mengatur waktu dengan baik, melakukan kegiatan belajar sendiri/ kelompok, mengaplikasikan hasil belajar lewat tindakan, melakukan interaksi sosial (Wawancara, survey, observasi, dll). 4. Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) Meningkatkan Motivasi belajar peserta didik untuk belajar,mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting,dan mereka perlu untuk dihargai,Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah,Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks. Meningkatkan kolaborasi,Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi. Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber. Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek,dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas,Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata. Melibatkan peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukan pengetahuan yang dimiliki,kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata,Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan,sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran. 5. Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah,Membutuhkan biaya yang cukup banyak,Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional,di mana instruktur memegang peran utama di kelas,Banyaknya peralatan yang harus di sediakan,Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan,Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok, Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan. Untuk mengatasi kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek di atas seorang pendidik harus dapat mengatasi dengan cara memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah,membatasi waktu peserta didik dalam menyelesaikan proyek,meminimalis dan menyediakan peralatan yang sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar,memilih lokasi penelitian yang mudah di jangkau sehingga tidak mudah membutuhkan banyak waktu dan biaya,menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga instruktur dan peserta didik merasa nyaman dalam proses pembelajaran. Pembelajaran berbasis proyek ini juga menuntut siswa untuk mengembangkan keterampilan seperti kolaborasi dan refleksi. Menurut studi penelitian, Pembelajaran berbasis proyek membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan sosial mereka,sering menyebabkan absensi berkurang dan lebih sedikit masalah disiplin di keals. Siswa juga menjadi lebih percaya diri berbicara dengan kelompok orang lain,termasuk orang dewasa. Pelajaran berbasis proyek juga meningkatkan antusiasme untuk belajar. Ketika anak-anak bersemangat dan antusiasme untuk belajar . ketika anak-anak bersemangat dan antusias tentang apa yang mereka pelajari,mereka sering mendapatkan lebih banyak terlibat dalam subyek dan kemudian memperluas minat mereka untuk mata pelajaran lainnya. Antusias peserta didik cenderung untuk mempertahankan apa yang mereka pelajari,bukan melupakannya secepat mereka telah lulus tes. http://erwanherwandy.blogspot.com/2013/09/v-behaviorurldefaultvmlo.html C. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar. Kulminasi akan selalu diiringi dengan kegiatan tindak lanjut. Hasil belajar harus menunjukkan suatu perubahan tingkah laku atau perolehan perilaku yang baru dari siswa yang bersifat menetap, fungsional, positif, dan disadari. Bentuk perubahan tingkah laku harus menyeluruh secara komprehensif sehingga menunjukkan perubahan tingkah laku seperti contoh di atas. Aspek perilaku keseluruhan dari tujuan pembelajaran menurut Benyamin Bloom 1956 (dalam Sri Anitah W, dkk. 2008: 2.19) yang dapat menunjukkan gambaran hasil belajar, mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Romizoswki 1982 (dalam Sri Anitah W, dkk. 2008: 2.19) menyebutkan dalam skema kemampuan yang dapat menunjukkan hasil belajar yaitu: 1. Keterampilan kognitif berkaitan dengan kemampuan membuat keputusan memecahkan masalah dan berpikir logis; 2. Keterampilan psikomotorik berkaitan dengan kemampuan tindakan fisik dan kegiatan perseptual; 3. Keterampilan reaktif berkaitan dengan sikap, kebijaksanaan, perasaan, dan self control; 4. Keterampilan interaktif berkaitan dengan kemampuan sosial dan kepemimpinan. Gagne 1979 (dalam Sri Anitah W, dkk. 2008: 2.19) menyebutkan ada lima tipe hasil belajar yang dapat dicapai oleh siswa, yaitu: 1. Motor skills; 2. Verbal information; 3. Intelectual skills; 4. Attitudes; 5. Cognitive strategies Hasil Belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk ke pemikiran Gagne, hasil belajar berupa: 1. Informasi Verbal Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi symbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan. 2. Keterampilan Intelektual Keterampilan Intelektualn yaitu pengetahuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis, fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktifitas kognitif bersifat khas. 3. Strategi Kognitif Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktifitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam pemecahan masalah. 4. Keterampilan Motorik Keterampilan Motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dan urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. 5. Sikap Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku. Seperti telah dikemukakan di atas bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara menyeluruh bukan hanya pada satu aspek saja tetapi terpadu secara utuh. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan secara seksama supaya perilaku tersebut dapat dicapai sepenuhnya dan menyeluruh oleh siswa. Perwujudan hasil belajar akan selalu berkaitan dengan kegiatan evaluasi pembelajaran sehingga diperlukan adanya teknik dan prosedur evaluasi belajar yang dapat menilai secara efektif proses dan hasil belajar. Untuk melihat hasil belajar yang berkaitan dengan kemampuan berpikir kritis dan ilmiah pada siswa Sekolah Dasar, dapat dikaji proses maupun hasil berdasarkan: 1) Kemampuan membaca, mengamati dan atau menyimak apa yang dijelaskan atau diinformasikan; 2) Kemampuan mengidentifikasi atau membuat sejumlah (sub-sub) pertanyaan berdasarkan substansi yang dibaca, diamati dan atau didengar; 3) Kemampuan mengorganisasi hasil-hasil identifikasi dan mengkaji dari sudut persamaan dan perbedaan; 4) Kemampuan melakukan kajian secara menyeluruh. Menurut Dimyati dan Mudjiono (dalam http://www.sarjanaku.com /2011/03/pengertian-definisi-hasil-belajar.html), yaitu: Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran. Menurut Oemar Hamalik (dalam http://www.sarjanaku.com/2011/03 /pengertian-definisi-hasil-belajar.html) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom (dalam http://www.sarjanaku.com/2011 /03/pengertian-definisi-hasil-belajar.html) hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut: 1) Ranah Kognitif Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. 2) Ranah Afektif Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks n 3) Ranah Psikomotor Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati). Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Beberapa indikator dan kemungkinan cara mengungkapkan ketiga katagori ranah menurut Bloom (dalam Prof. Dr. H. Abin Syamsuddin Makmun, M.A. 2005: 167-168) secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 2.1 Indikator dan kemungkinan hasil belajar menurut Bloom Jenis Hasil Belajar Indikator-indikator Cara Pengukuran A. Kognitif 1. Pengamatan/perseptual 2. Hafalan/ingatan 3. Pengertian/pemahaman 4. Aplikasi/penggunaan 5. Analisis 6. Sintesis 7. Evaluasi 1. Dapat menunjukkan/membandungkan/ menghubungkan 2. Dapat menyebutkan/ menunjukkan lagi 3. Dapat menjelaskan/ mendefinisikan dengan kata-kata sendiri 4. Dapat memberikan contoh/menggunakan dengan tepat/memecahkan masalah 5. Dapat menguraikan/ mengkasifikasikan. 6. Dapat menghubungkan/ menyimpulkan/menggeneralisasikan 7. Dapat menginterpretasi-kan/memberikan kritik/memberikan pertimbangan/penilaian 1. Tugas/tes/observasi 2. Pertanyaan/soalan 3. Tes/tugas 4. Tugas/persoalan/tes/tugas 5. Tugas/persoalan/tes 6. Tugas/persoalan/tes 7. Tugas/persoalan/tes B. Afektif 1. Penerimaan 2. Sambutan 3. Penghargaan/apresiasi 4. Internalisasi/pendalaman 5. Karakterisasi/penghayatan 1. Bersikap menerima/ menyetujui atau sebaliknya 2. Bersedia terlibat/partisi-pasi/memanfaatkan atau sebaliknya 3. Memandang penting/ber-nilai/befaedah/indah/harmonis/kagum atau sebaliknya 4. Mengakui/mempercayai/meyakinkan atau sebaliknya. 5. Melembagakan/membiasakan/menjelmakan dalam pribadi dan perilakunya sehari-hari 1. Pertanyaan/tes/skala sikap 2. Tugas/observasi/tes 3. Skala penilaian/tugas/observasi 4. Skala sikap/tugas expresif/proyektif 5. Observasi/tugas expresif/proyektif. C. Psikomotorik 1. Keterampilan bergerak/bertindak 2. Keterampilan ekspresi verbal dan nonverbal 1. Koordinasi mata, tangan dan kaki 2. Gerak, mimik, ucapan 1. Tugas/observasi/tes tindakan 2. Tugas/observasites/tindakan Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikatagorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat ecara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif. D. Pembelajaran Tematik 1. Pengertian Pembelajaran tematik Pembelajaran Tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983).Dengan tema diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, di antaranya: a. Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu. b. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama; c. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; d. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa; e. Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas; f. Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain; g. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan. 2. Hakikat Pembelajaran Tematik Belajar pada hakekatnya merupakan proses perubahan yang terjadi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan pengetahuan. Perubahan ini bersifat menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses interaksi antar anak dengan anak, anak dengan sumber belajar dan anak dengan pendidik. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi anak jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi anak. Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalam diri individu sesuai dengan perkembangannya dan lingkungannya. image_thumb Belajar bermakna (meaningfull learning) merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Kebermaknaan belajar sebagai hasil dari peristiwa mengajar ditandai oleh terjadinya hubungan antara aspek-aspek, konsep-konsep, informasi atau situasi baru dengan komponen-komponen yang relevan di dalam struktur kognitif siswa. Dahulu siswa ”diberi” tahu, sekarang siswa ”mencari” tahu. Proses belajar tidak sekadar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Dengan demikian, agar terjadi pembelajaran bermakna maka guru harus selalu berusaha menciptakan aktivitas siswa untuk selalu mencari tahu. Dengan kata lain, belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami langsung apa yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak indera dari pada hanya mendengarkan orang/guru menjelaskan. Untuk lebih jelasnya, silahkan baca juga, artikel yang berhubungan dengan Artikel Hakikat Pembelajaran Tematik, antara lain : Hakikat Pembelajaran Tematik Penilaian otentik (Authentic assessment) pada pembelajaran tematik. Langkah-langkah penggunaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran tematik.... Baca Selengkapnya di : http://www.m-edukasi.web.id/2014/08/hakikat-pembelajaran-tematik.html 3. Landasan Pembelajaran Tematik Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu: (a) progresivisme, (b) konstruktivisme, dan (c) humanisme. a. Aliran progresivisme yang memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa. b. Aliran konstruktivisme yang melihat pengalaman langsung siswa (direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. c. Aliran humanisme yang melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya. Landasan psikologis. Dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya. Landasan yuridis. Dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-b). 4. Arti Penting Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik). Beberapa ciri khas dari pembelajaran tematik antara lain: (1) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar; (2) Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; (3) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama; (4) Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa; (5) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya; dan (6) Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain. Dengan pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan tema ini, akan diperoleh beberapa manfaat yaitu: (1) Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan, (2) Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir, (3) Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah. (4) Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat. 5. Karakteristik Pembelajaran Tematik Sebagai suatu model pembelajaran, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: a. Berpusat pada siswa. Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar. b. Memberikan pengalaman langsung, Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. c. Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas. Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa. d. Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran. Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. e. Bersifat fleksibel. Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada. f. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya. g. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan 6. Implikasi Pembelajaran Tematik Dalam implementasi pembelajaran tematik di sekolah dasar mempunyai berbagai implikasi yang mencakup: a. Implikasi bagi guru, Pembelajaran tematik memerlukan guru yang kreatif baik dalam menyiapkan kegiatan/pengalaman belajar bagi anak, juga dalam memilih kompetensi dari b

Item Type: Thesis (Skripsi(S1))
Subjects: S1-Skripsi
Divisions: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > PGSD 2014
Depositing User: Iyas -
Date Deposited: 22 Jul 2016 17:22
Last Modified: 22 Jul 2016 17:22
URI: http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/5899

Actions (login required)

View Item View Item