PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MATERI PERJUANGAN DALAM MEMPERSIAPKAN KEMERDEKAAN INDONESIA

WINDA TRI AGUSTIANI, 105060255 (2016) PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MATERI PERJUANGAN DALAM MEMPERSIAPKAN KEMERDEKAAN INDONESIA. Skripsi(S1) thesis, FKIP UNPAS.

[img] Text
cover.docx

Download (28kB)
[img] Text
lembar pengesahan.docx

Download (13kB)
[img] Text
MOTTO.docx

Download (11kB)
[img] Text
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.docx

Download (14kB)
[img] Text
revisi abstrak.docx

Download (17kB)
[img] Text
KATA PENGANTAR.docx

Download (110kB)
[img] Text
DAFTAR ISI.docx

Download (20kB)
[img] Text
BAB I.docx

Download (31kB)
[img] Text
BAB II.docx

Download (816kB)
[img] Text
BAB III.docx
Restricted to Repository staff only

Download (47kB)
[img] Text
BAB IV.docx
Restricted to Repository staff only

Download (120kB)
[img] Text
BAB V.docx
Restricted to Repository staff only

Download (18kB)
[img] Text
RIWAYAT HIDUP PENULIS.docx

Download (11kB)

Abstract

ABSTRAK Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SDN Sukaluyu Kecamatan Cibeunying Kaler kota Bandung, dengan subjek penelitian adalah siswa kelas V. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS melalui model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing. Penelitian ini dilatar belakangi dengan keadaan siswa di kelas yang sebagian besar mendapat hasil belajar di bawah KKM , dikarenakan guru sering menggunakan ceramah konvensional, sedangkan dengan model-model pembelajaran yang lain khususnya model kooperatif tipe snowball throwing belum pernah dilaksanakan. Pada penelitian ini materi yang di bahas adalah tentang perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan model kooperatif tipe snowball throwing. Jumlah siswa kelas V adalah 38 orang, yang terdiri dari 14 orang siswa perempuan dan 24 orang siswa laki-laki. Penelitian ini dilaksanakan dalam II siklus, adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar pree test, Lembar kerja siswa, lembar evaluasi hasil belajar dan lembar observasi. pengolahan dan pengumpulan data berdasarkan hasil tes, lembar instrumen, hasil angket siswa dan hasil wawancara guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dapat meningkatkan hasil belajar IPS. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II, yaitu pada siklus I nilai rata-rata siswa 61,62 dan pada siklus II nilai rata-rata siswa 80,85 dengan kategori sangat baik. Kesimpulan yang diperolah dari penelitian ini adalah, bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada materi perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian, penggunaan model kooperatif tipe snowball throwing dapat dijadikan salah satu model pembelajaran untuk diterapkan pada pembelajaran IPS. Kata kunci: Model kooperatif Tipe Snowball Throwing, hasil belajar IPS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Pendidikan diyakini sebagai wadah dalam pembentukan sumber daya manusia yang diinginkan. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan seluruh aspek dalam kehidupan manusia, baik secara formal maupun nonformal dengan tujuan memperbaiki kualitas individu. Oleh karena itu, pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Sebagaimana tercantum dalam UU No 20 Tahun 2003 pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi sebagai berikut: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab. Melihat begitu pentingnya pendidikan dalam pembentukkan sumber daya manusia, maka peningkatan mutu pendidikan merupakan hal yang wajib dilakukan secara berkesinambungan. Masalah peningkatan mutu pendidikan sangat berhubungan dengan masalah proses pembelajaran. Dalam kontek itu IPS harus mendidik siswa menjadi warga negara yang berkesadaran tinggi dan bertanggung jawab terhadap bangsanya, dan mempersiapkan peserta didik bagi kehidupannya dimasa mendatang sebagai pribadi yang melek informasi dan ikut berpartisipasi dalam proses-proses sosial yang ada dalam masyarakat. Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai program pendidikan berfungsi mengembangkan perhatian dan kepedulian siswa terhadap kehidupan di masyarakat. Pengetahuan sosial dapat diharapkan memberikan pembinaan sumber daya manusia yang akan datang mempunyai pengetahuan, terampil, dan bertanggung jawab terhadap masalah sosial yang tinggi. Kurikulum pendidikan IPS menghendaki agar proses pembelajaran hendaknya dimulai dari yang dekat ke yang jauh, dari yang sudah diketahui ke yang belum diketahui siswa. Pembelajaran IPS diarahkan untuk membina kecerdasan sosial siswa yang mampu berfikir kritis, analitis, kreatif, motivatif, berwatak dan berkepribadian luhur. Upaya untuk mewujudkan tujuan pendidikan IPS, guru yang berkewajiban sebagai pengembang kurikulum, senantiasa harus memperhatikan tujuan tersebut yang dituangkan dalam persiapan mengajar dengan memilih metode yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan kondisi lingkungan. Guru sebagai pendidik harus mampu melihat atau memahami kondisi siswa, dengan segala potensi yang dimiliki, seperti pengetahuan, sifat dan kebiasaan siswa, karena hal tersebut berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Guru dituntut untuk sedemikian rupa dengan memperhatikan prinsip dan karakteristik IPS sehingga tujuan pembelajaran IPS dapat tercapai. Hal ini sejalan dengan apa yang tersirat dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 pasal 6 tentang Guru dan Dosen yang berbunyi sebagai berikut: Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu, berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab. Sebagai tenaga profesional, guru harus memiliki kompetensi-kompetensi atau kemampuan untuk dapat mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 pasal 8 bahwa, Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Lebih jelas lagi tercantum dalam pasal 10 ayat 1 yang berbunyi, kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Kenyataan di lapangan, khususnya di SDN Sukaluyu Kecamatan Cibeunying Kaler Kota Bandung belum menunjukkan ke arah pembelajaran yang bermakna. Pembelajaran IPS yang masih berpusat pada guru. Kurangnya upaya guru untuk melibatkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga kemampuan untuk mengembangkan intelektual dan berpikir siswa belum tercapai. Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan,nilai KKM yang harus dicapai siswa adalah 75. Pada semester 2 tahun 2012-2013 hasil belajar siswa kelas V di SDN Sukaluyu dalam mata pelajaran IPS mengenai Perjuangan Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia masih dibawah rata-rata. Dari jumlah 40 siswa ternyata baru 37% atau 15 orang yang telah mencapai nilai ketuntasan dalam pembelajaran IPS, artinya masih terdapat 63% atau 35 orang siswa belum mencapai nilai ketuntasan. Berdasarkan hasil pengamatan pada saat proses pembelajaran, diketahui beberapa masalah yang terjadi dalm proses pembelajaran yang menyebabkan nilai siswa tidak mencapai nilai KKM , yaitu: (1) siswa kurang termotivasi untuk mempelajari IPS secara sungguh-sungguh; (2) siswa kurang tertarik dan cenderung tidak menyukai materi sejarah; (3) siswa kurang fokus terhadap penjelasan yang disampaikan oleh guru; (4) pembelajaran yang diterima oleh siswa kurang merasa tertantang untuk mempelajari IPS. Dari beberapa masalah diatas, setelah dilakukan analisis ternyata penyebab munculnya masalah-masalah tersebut adalah, (1) penjelasan yang diberikan oleh guru kurang dipahami siswa; (2) Guru kurang kreatif dalam penggunaan media pembelajaran yang relevan dan menarik bagi siswa; (3) kurangnya bahan ajar sebagai penunjang pembelajaran; (4) Guru Kurang kompeten dalam memilih dan mengguanakn metode yang tepat dalam pembelajaran. Pembelajaran IPS di SD memerlukan metode pembelajaran yang diyakini sebagai salah satu jalan keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan. Metode mengajar dikatakan relevan jika mampu mengantarkan siswa mencapai tujuan pendidikan melalui pengajaran. Pemilihan metode pembelajaran perlu memperhatikan beberapa hal yang dapat mempengaruhi cocok atau tidaknya suatu metode yang digunakan. Menurut Suprijono, (2012),menyatakan bahwa pemilihan metode mengajar perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) tujuan pengajaran; 2) materi pengajaran; 3) banyaknya siswa; 4) kemampuan siswa; 5) kemampuan guru atau dosen. Dengan pemilihan metode pembelajaran yang efisien, menarik, menyenangkan dan sesuai dengan karakteristik siswa, maka akan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran baik itu proses ataupun hasil belajar. Dengan demikian tujuan pembelajaran IPS di SD akan tercapai. Berdasarkan uraian diatas, peneliti mencoba menerapkan salah satu model pembelajaran, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe snowball trhowing. Model snowball trhowing adalah suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri agar anak dapat belajar sendiri. Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing, mengusahakan terbentuknya pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa dan meningkatkan kualitas pembelajaran IPS serta dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam materi pembelajaran IPS, khususnya dalam materi perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Atas dasar hal tersebut, maka dilakukan penelitian “PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MATERI PERJUANGAN DALAM MEMPERSIAPKAN KEMERDEKAAN INDONESIA”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan Uraian diatas, dapat di identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran IPS masih tergolong rendah, hal ini terlihat dari tidak tercapainya Kriteria Ketuntasan Minimun. 2. Guru masih menggunakan model pembelajaran yang Konvensional 3. Partisipasi siswa secara aktif dalam proses pembelajaran masih sangat rendah. 4. Rendahnya motivasi siswa dalam mempelajari IPS 5. Kurangnya bahan ajar sebagai penunjang pembelajaran 6. Guru kurang kompeten dalam memilih dan mengguanakn metode dan media yang tepat dalam pembelajaran. 7. Pembelajaran yang diterima oleh siswa kurang merasa tertantang untuk mempelajari IPS. 8. Siswa kurang tertarik dan cenderung tidak menyukai materi sejarah C. Rumusan Masalah Dan Pertanyaan Penelitian 1. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, secara umum permasalahan penelitian ini adalah “apakah penerapan model kooperatif tipe snowball throwing dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia di kelas V SDN Sukaluyu kecamatan cibeunying kaler kota Bandung?” 2. Pertanyaan Penelitian Secara khusus agar penelitian ini lebih terarah, maka permasalahan tersebut dijabarkan kedalam pertanyaan sebagai berikut: a. Bagaimana perencanaan pembelajaran IPS materi bahasan perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia di SDN Sukaluyu kecamatan cibeunying kaler kota bandung dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing? b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPS materi perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia di SDN Sukaluyu kecamatan cibeunying kaler kota bandung menggunakan model pembealajaran kooperatif tipe snowball throwing? c. Meningkatkah hasil belajar IPS materi perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia di SDN Sukaluyu kecamatan cibeunying kaler kota bandung menggunakan model pembealajaran kooperatif tipe snowball throwing? D. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka pembatasan masalah penelitian ini akan difokuskan pada hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS materi Perjuangan Dalam Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia Melalui Pembelajaran kooperatif model snowball throwing. E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah di kemukakan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Tujuan Umum Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas V SDN Sukaluyu Kecamatan Cibeunying Kaler Kota Bandung. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran IPS pokok bahasan perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia di SDN Sukaluyu kecamatan cibeunying kaler kota bandung dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing. b. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran IPS pokok bahasan perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia di SDN Sukaluyu kecamatan cibeunying kaler kota bandung menggunakan model pembealajaran kooperatif tipe snowball throwing. c. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS pokok bahasan perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia di SDN Sukaluyu kecamatan cibeunying kaler kota bandung menggunakan model pembealajaran kooperatif tipe snowball throwing. F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam Ilmu Pengetahuan Sosial pada model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa 1) Diharapkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada pembelajaran IPS. 2) Diharapkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dapat mempermudah siswa memahami materi pelajaran IPS. 3) Diharapkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang memuaskan dengan nilai di atas KKM dalam pembelajaran IPS. b. Bagi Guru 1) Untuk meningkatkan kualitas keterampilan dalam mengelola pembelajaran IPS 2) Menumbuhkan sikap kreatif dan inovatif dalam pembelajaran. 3) Sebagai perbandingan dalam menggunakan model pembelajaran. c. Bagi Peneliti 1) Memberikan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai pembelajaran IPS menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball throwing. 2) Mendapatkan pengalaman tentang perencanaan pembelajaran IPS dengan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball throwing. 3) Mengetahui cara meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS d. Bagi Sekolah 1) Meningkatkan kinerja sekolah melalui peningkatan hasil belajar siswa dan profesionalisme guru. 2) Dapat mengetahui kemajuan siswa dalam proses pembelajaran. e. Bagi PGSD Hasil penelitian ini diharapkan dapat: 1) menjadi acuan dalam pengembangan ilmu guna meningkatkan kualitas pengajaran. 2) Sebagai referensi G. Kerangka Pemikiran Model pembelajaran merupakan hal yang paling mempengaruhi dalam proses belajar mengajar dan hasil belajar. Dalam pembelajaran IPS, yang secara umum mempelajari sejarah, sebaiknya guru dapat menggunakan model pembelajaran yang tepat. Agar tujuan dalam pembelajaran yang telah dirancang dapat tercapai sesuai harapan atau standar KKM. Model pembelajaran yang bervariasi akan meningkatkan kualitas pembelajaran dan tentunya akan menarik perhatian siswa dan siswa lebih tertantang dalam pembelajaran. Yang pada akhirnya berpengaruh pada tingkat pemahaman siswa. Seperti yang di ungkapkan oleh melinda Purwanti (2012), bahwa “Untuk mencapai hasil belajar yang memuaskan diperlukan suatu metode pembelajara IPS yang mampu mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar”. Oleh karena itu maka perlu memperhatikan tujuan pengajaran, materi pengajaran, banyak siswa, kemampuan siswa, kebutuhan siswa dan kemampuan guru. Dari permasalahan di atas, munculah sebuah pemikiran untuk menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing. Model ini sangat sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar yang gemar bermain, bergerak dan bekerja dalam kelompok. Melalui model pembelajaran Snowball Throwing ini diharapkan siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan aktif, sehingga hasil belajar dalam mata pelajaran IPS dapat meningkat. Kerangka pemikiran adalah diagram alir yang menggambarkan urutan pengerjaan yang akan dilakukan oleh peneliti menurut sugiyono dalam skripsi Acep Roni Hamdani (2012:13) dan dalam skripsi Maspupah (2013:47), adapun susunan kerangka pemikirannya adalah sebagai berikut: 1. Melakukan observasi awal pada objek penelitian 2. Memilih dan memilah persoalan yang diperoleh di lapangan setelah melakukan observasi awal. 3. Merumuskan masalah setelah dipilih persoalan yang ingin diteliti. 4. Menentukan tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah. 5. Membuat perencanaan yang dikehendaki dalam PTK. 6. Melakukan tindakan berdasarkan perencanaan. 7. Melakukan pengamatan hasil tindakan. 8. Melakukan refleksi sebagai langkah awal untuk melihat kesesuaian antara tujuan penelitian dengan hasil tindakan yang dilakukan. 9. Menyimpulkan hasil penelitian. Gambar 1.1 Bagan diagram alir penelitian H. Asumsi Penelitian ini di landasi dengan asumsi-asumsi sebagai berikut: 1. Hasil belajar merupakan segala upaya yang menyangkut aktivitas otak (proses berfikir) terutama dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik (Suharsimi Arikunto, 2003: 114-115) 2. Anita lie (dalam isjoni, 2010:16) menyebutkan ‘cooperative learning dengan istilah pembelajaran gotong-royong, yaitu system pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur’. 3. Snowball Throwing adalah paradigma pembelajaran efektif yang merupakan rekomendasi UNESCO, yakni: belajar mengetahui (learning to know), belajar bekerja (learning to do), belajar hidup bersama (learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be) (Depdiknas, 2001: 5). I. Hipotesis Tindakan Hipotesis dalah jawaban sementara pada sebuah penelitian. Hipotesis menurutu Suharsimi Arikunto (1993:62) dalam skripsi Helni Maspupah (2013:49) adalah “suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”. Peneliti mencoba menetapkan hipotesis bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS tentang perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. J. Definisi Operasional 1. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perilaku atau kemampuan yang dimiliki sebagai hasil dari proses belajar. Sebagaimana dijelaskan oleh Suharsimi Arikunto (2003: 114-115) : Hasil belajar merupakan segala upaya yang menyangkut aktivita otak (proses berfikir) terutama dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Proses berfikir ini ada enam jenjang, mulai dari yang terendah sampai dengan jenjang tertinggi. Hasil belajar dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa kelas V SDN Sukaluyu tahun ajaran 20113-2014 melalui proses pembelajaran IPS pokok bahasan Mempersiapkan Kemedekaan Indonesia sehingga mencapai peningkatan hasil belajar sesuai KKM. Kemampuan berupa aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Kemampuan yang diperoleh siswa diwujudkan dalam bentuk nilai hasil belajar IPS. 2. Model pembelajaraan tipe Snowball Throwing Snowball Throwing adalah salah satu model pembelajaran kooperatif. Secara etimologi Snowball berarti bola salju, sedangkan throwing artinya melempar. Snowball throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju. Sebagaimana dijelaskan oleh Rachmad Widodo (2009) : Model Pembelajaran Snowball Throwing disebut juga model pembelajaran gelundungan bola salju”. Model pembelajaran ini melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari siswa lain dalam bentuk bola salju yang terbuat dari kertas, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Belajar IPS 1. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah suatu pencapaian yang berkaitan dengan kemampuan yang dimiliki seseorang sesuai dengan yang telah direncanakanan dalam proses pembelajaran. Dimiyati dan Mudjiono(2006: 3-4) menyebutkan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Hasil belajar menurut Agus Suprijono (dalam Helni Maspupah, 2013:20) adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut: 1) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode. 2) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari. 3) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip. 4) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagia 5) n-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil. 6) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya kemampuan menyusun suatu program. 7) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan. Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. a. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar (hasil belajar) yaitu : 1) Faktor bahan atau hal yang dipelajari Bahan atau hal yang dipelajari ikut menentukan bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung, dan bagaimana hasilnya agar dapat sesuai dengan yang diharapkan. 2) Faktor lingkungan Faktor lingkungan terdiri dari : (a) Lingkungan alami Yang dimaksud dengan lingkungan alami adalah keadaan lingkungan disekitar siswa yang dapat mempengaruhi hasil belajar, seperti temperatur udara dan kelembaban. Belajar dengan udara yang segar akan lebih baik hasilnya daripada belajar dalam kondisi pengab dan udara panas. (b) Lingkungan sosial Lingkungan sosial yang baik yang berwujud manusia maupun hal-hal lain akan berpengaruh langsung dalam proses dan hasil belajar siswa. Siswa yang sedang belajar memecahkan persoalan dan dibutuhkan ketenangan, dengan kehadiran orang lain yang selalu mondar-mandir didekatnya maka siswa tersebut akan terganggu. (c) Faktor instrumental Faktor instrumental adalah faktor yang ada dan pemanfaatannya telah dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor ini dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirancang , faktor ini dapat berupa : (1) Hardware (perangkat keras) seperti gedung, perlengkapan belajar, alat praktikum. (2) Software (perangkat lunak), perangkat ini berupa kurikulum, program, peraturan dan pedoman pembelajaran. (d) Faktor kondisi individu siswa Faktor kondisi individu siswa mencakup dua hal yaitu : (1) Kondisi Fisiologis Kondisi fisiologis sangat berpengaruh terhadap kegiatan pembelajaran seorang siswa. Seorang siswa yang dalam kondisi bugar jasmaninya akan berlainan dengan belajarnya siswa yang dalam keadaan kelelahan. Disamping kondisi fisiologis umum, hal yang tidak kalah penting adalah kondisi panca indra, terutama penglihatan dan pendengaran. (2) Kondisi Psikologis Kondisi psikologis yang mempengaruhi proses dan hasil belajar antara lain minat, bakat, kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognitif (Suryasubrata, 1989 : 113), hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran di kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu sendiri. Sugihartono, dkk. (2007: 76-77), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, sebagai berikut: 1) Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis. 2) Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. http//www.eprints.uny.ac.id/19829/2/bab2.pdf. di akses 15 Mei 2013 pukul 19.00 WIB 2. Ilmu Pengetahuan Sosial a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu pengetahuan sosial adalah terjemahan dari bahasa Inggris “Social Studies”. Dalam kurikulum 2006 dikemukakan bahwa IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokrasi dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. James A. Banks (dalam Sapriya, dkk, 2008:4) dalam bukunya Teaching Strategies for the Social Studies memberikan definisi social studies: sebagai bagian dari kurikulum sekolah dasar dan menengah yang mempunyai tanggung jawab pokok membantu para siswa untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang diperlukan dalam hidup bernegara di lingkungan masyarakatnya. IPS adalah suatu studi tentang hubungan manusia dalam suatu keragaman pola. IPS mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan. IPS merupakan mata pelajaran yang diajarkan di SD yang bersifat terpadu. Keterpaduan tersebut merupakan hasil dari penyederhanaan atau pemfusian pengetahuan dari ilmu-ilmu sosial yang disesuaikan dengan karakteristik perkembangan dan kebutuhan siswa sekolah dasar dan menengah. Mulyono Tj memberi batasan IPS bahwa IPS sebagai pendekatan interdisipliner (Inter-disciplinary approach) dari pelajaran ilmu-ilmu sosial (Hidayati, 2004: 8). Hal ini lebih ditegaskan lagi oleh Saidihardjo (Hidayati, 2004: 8-9) bahwa IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti geografi, sejarah, antropologi, politik, dan sebagainya. Hidayati (2004: 8) juga mengemukakan bahwa IPS berinduk kepada ilmu-ilmu sosial dengan pengertian bahwa teori, konsep, dan prinsip yang diterapkan pada IPS adalah teori, konsep, dan prinsip yang ada berlaku pada ilmu-ilmu sosial. http//www.lib.unes.ac.id/19804/1/1401409109.pdf. di akses 15 Mei 2013 pukul 19.17 WIB Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, disimpulkan pengertian IPS SD adalah mata pelajaran yang bersifat terpadu dan diajarkan pada jenjang SD yang mengkaji fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan kehidupan siswa serta ruang lingkupnya disesuaikan dengan tujuan dan karakteristik perkembangan siswa dan bersifat interdisipliner dengan tujuan membekali siswa untuk mampu menghadapi perubahan tantangan global. b. Karakteristik Pembelajaran IPS Dari pengertian di atas, dapat menemukan karakteristik dari pembelajaran IPS. Ciri dan sifat utama dari pembelajaran IPS menurut A. Kosasih Djahiri (dalam Sapriya, dkk,2009: 8), sebagai berikut: 1) IPS berusaha mempertautkan teori ilmu dengan fakta atau sebaliknya (menelaah fakta dari segi ilmu). 2) Penelaah dan pembahasan IPS tidak hanya dari suatu bidandisiplin ilmu saja, melainkan bersifat komprehensif (meluas dari berbagai ilmu sosial dan lainnya, sehingga. 3) Mengutamakan peran aktif siswa melalui pembelajaran inkuiri agar siswa mampu berpikir kritis, rasional dan emosional. 4) Program pembelajaran disusun dengan meningkatkan/ menghubungkan bahan-bahan dari didiplin ilmu sosial dan lainnya dengan kehidupan nyata di masyarakat, pengalaman, permasalahan, kebutuhan dan memproyeksikannya kepada kehidupan di masa depan baik dari lingkungan fisik atau alam maupun budayanya. 5) IPS dihadapkan secara konsep dan kehidupan sosial yang sangat labil (mudah berubah), sehingga titik berat pembelajaran adalah terjadinya proses internalisasi secara mantap dan aktif pada diri siswa agar siswa memiliki kebiasaan dan kemahiran untuk menelaah permasalahan kehidupan nyata pada masyarakatnya. 6) IPS mengutamakan hal-hal, arti dan penghayatan hubungan antar manusia yang bersifat manusiawi. 7) Pembelajaran tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata, juga nilai dan keterampilannya. 8) Berusaha untuk memuaskan setiap siswa yang berbeda melalui program maupun pembelajarannya dalam arti memperhatikan minat siswa dan masalah-masalah kemasyarakatan yang dekat dengan kehidupannya. 9) Dalam pengembangan program pembelajaran senantiasa melaksanakan prinsip-prinsip, karakteristik (sifat dasar) dan pendekatan-pendekatan yang menjadi ciri IPS itu sendiri. c. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran IPS Tujuan pembelajaran IPS SD harus diselaraskan dan disesuaikan dengan tujuan pendidikan nasional. Mata pelajaran IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang mengarahkan siswa agar menjadi warga negara yang demokratis, bertanggungjawab, serta warga dunia yang cinta damai. Adapun tujuan IPS di SD berdasarkan kurikulum 2006 agar siswa sebagai peserta didik memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut: 1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. 2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. 4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan tujuan pembelajaran IPS SD adalah memberikan bekal dan wawasan kepada siswa berupa pengetahuan, sikap, keterampilan, dan kesadaran-kesadaran nilai-nilai sosial kemanusiaan dalam kehidupan bermasyarakat d. Ruang Lingkup Pembelajaran IPS SD Melinda Pirwanti, (2012: 28) ruang lingkup mata pelajaran IPS di SD meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1) Manusia, tempat dan lingkungan. 2) Waktu, keberlanjutan dan perubahan. 3) Sistem sosial dan budaya. 4) Perilaku, Ekonomi dan Kesejahteraan. Berdasarkan panduan KTSP SD/ MI Tahun 2006 ruang lingkup mata pelajaran IPS kelas IV SD/ MI, sebagai berikut: 5) Peta. 6) Kenampakan alam dan keragaman sosial budaya. 7) Sumber daya alam. 8) Suku bangsa dan budaya Indonesia. 9) Berbagai bentuk peninggalan sejarah. 10) Kepahlawanan dan patriotisme. 11) Kegiatan ekonomi berdasarkan potensi daerah. 12) Koperasi dalam perekonomian Indonesia. 13) Perkembangan teknologi. 14) Masalah sosial di lingkungan setempat. B. Hasil Penelitian Terdahulu Yang Relevan Melinda Purwanti (2012), dalam skripsinya yang berjudul “Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Model Think Pair Share Pada Mata Pelajaran Ips Pokok Bahasan Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa”. Penelitian tersebut dilaksanakan di SDN Cisalasih Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat pada siswa kelas V. Berdasarkan pengolahan dan analisis terhadap data hasil penelitian serta temuan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di SDN Cilasih, Lembang mengenai penggunaan pembelajaran kooperatif model Think Pair Share untuk meningkatkan hasil pembelajaran IPS dalam materi pokok Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di peroleh sebagai berikut: a) Perencanaan pembelajaran kooperatif model Think Pair Share dibuat dalam sebuah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP yang dibuat pada komponen RPP yang sama. Namun, yang membedakannya adalah penjabaran dari setiap komponen RPP tersebut khususnya langkah-langkah pembelajaran yang ada pada kegiatan inti. b) Melalui penerapan model Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar pada pokok bahasan Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Peningkatan hasil belajar yang terjadi adalah pemahaman siswa terhadap materi. Dalam penelitian tersebut di atas, ada persamaan dalam bahasan yang di teliti dan di tingkatkan. Yaitu sama-sama dalam meningkatkan hasil belajar siswa dan persamaan dalam masalah materi pokok. Selain itu terdapat perbedaan, yaitu dalam model pembelajaran. Dalam penelitian tersebut peneliti menggunakan kooperatif tipe Think Pair Share untuk solusi dalam pemecahan masalah pembelajarannya. Penggunaan model cooperative learning tipe snowball throwing dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan oleh Rusantiningsih (2007) dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar IPS Materi Negara-Negara Asia Tenggara Melalui Penggunaan Model Cooperative Learning Tipe Snowball Throwing. Penelitian ini berlangsung selama II Siklus dan tiap siklusnya terdiri atas 4 tahapan, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Dalam setiap siklusnya, kegiatan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan model cooperative learning tipe snowball throwing. Hasil penelitian yang diperoleh adalah terlihat adanya peningkatan rata-rata hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS, dari siklus Icdiperoleh rata-rata hasil belajar siswa sebesar 80.90% dan pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa meningkat menjadi 87,62%. Sedangkan untuk pencapaian ketuntasan belajar individual pada siklus I diperoleh sebesar 76,19% dan pada siklus II diperoleh sebesar 90,48%. C. Masalah dan Pertanyaan Penelitian 1. Masalah Permasalahan penelitian ini adalah “apakah penerapan model kooperatif tipe snowball throwing dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia di kelas V SDN Sukaluyu kecamatan cibeunying kaler kota Bandung?” Menurut Fathima Jahro Rambe bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena dalam penelitian yang dilakukannya hasil belajar siswa meningkat sebesar 25,71%. Selain itu, menurut Entin Agustina m melalui model pembelajaran Snowball Throwing terbukti dapat meningkatkan hasil belajar Hal tersebut ditandai dari ketercapaian indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas dan adanya peningkatan rata-rata hasil pembelajaran standar kompetensi (SK) membuat produk kria kayu dengan peralatan manual dari siklus I sebesar sebesar 56,70 dan siklus II yaitu sebesar 81,09. Sedangkan untuk pencapaian ketuntasan belajar siklus I sebesar 35,48% dan pada siklus II sebesar 90,32%. Hasil observasi terhadap kegiatan aktifitas siswa dalam mengikuti pembelajaran juga terlihat semakin meningkat dari skor 11 pada pertemuan pertama dengan katagori cukup aktif dan skor 15 pada pertemuan ke dua dengan katagori aktif pada siklus I menjadi skor 17 pada pertemuan pertama dengan katagori sangat aktif dan skor 18 pada pertemuan ke dua dengan sangat aktif sekali pada siklus II. 2. Pertanyaan Penelitian Adapun permasalahan dalam penelitian yang dijabarkan dalam pertanyaan berikut ini: a. Bagaimana perencanaan pembelajaran IPS materi bahasan perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia di SDN Sukaluyu kecamatan cibeunying kaler kota bandung dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing? Perencanaan pembelajaran menggunakan model snowball throwing, menurut Helni Maspupah (2013:121) adalah peneliti sekurang-kurangnya membuat silabus, RPP, media gambar, dan juga lembar RPP dalam KBM, format LKS dan postes. Hal ini sejalan dengan yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 19 tahun 2003 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab IV pasal 20 yang berbunyi: “Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pengajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPS materi perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia di SDN Sukaluyu kecamatan cibeunying kaler kota bandung menggunakan model pembealajaran kooperatif tipe snowball throwing? Pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan model snowball throwing oleh Helni Maspupah (2013-122) adalah sebagai berikut: Pada siklus I sampai dengan siklus 3, peneliti bertindak sebagai guru. Pembelajaran di awali dengan berdo’a yang dipimpin oleh ketua kelas V, dilanjutkan dengan mengecek kehadiran siswa dengan jumlah siswa yang hadir pada pertemuan pertama adalah 28 orang dari 29 orang. Setelah itu, guru menginformasikan tujuan pembelajaran dan membentuk siswa menjadi 6 kelompok, lalu mereka mengerjakan LKS sesuai dengan arahan dari guru. Guru memberikan pengarahan pengarahan mengenai proses pembelajaran dengan menggunakan model snowball throwing. Guru membagikan kertas evaluasi untuk mengetahui sejauhmana pengetahuan siswa mengenai materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Kemudian guru beserta siswa mengadakan penyimpulan dari materi yang telah dipelajari dengan cara melakukan tanya jawabmengenai materi yang telah dipelajari dengan cara melakukan tanya jawab mengenai materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan. c. Meningkatkan hasil belajar IPS materi perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia di SDN Sukaluyu kecamatan cibeunying kaler kota bandung menggunakan model pembealajaran kooperatif tipe snowball throwing? Pada pembelajaran IPS menggunakan model snowball throwing oleh Helni Maspupah (2013) terlihat peningkatan hasil pembelajaran sebagai berikut: 1) Siklus I siswa yang dianggap tuntas masih dibawah 85% atau 15 orang dari siswa yang ada di kelas V 2) Siklus II hasil belajar siswa meningkat, siswa yang tuntas ada 20 orang. 3) Siklus III, siswa yang tuntas ada 27 orang. D. Pengembangan Kerangka Pemikiran IPS adalah suatu studi tentang hubungan manusia dalam suatu keragaman pola. IPS mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan. IPS merupakan mata pelajaran yang diajarkan di SD yang bersifat terpadu. Keterpaduan tersebut merupakan hasil dari penyederhanaan atau pemfusian pengetahuan dari ilmu-ilmu sosial yang disesuaikan dengan karakteristik perkembangan dan kebutuhan siswa sekolah dasar dan menengah. Mulyono Tj memberi batasan IPS bahwa IPS sebagai pendekatan interdisipliner (Inter-disciplinary approach) dari pelajaran ilmu-ilmu sosial (Hidayati, 2004: 8).Model pembelajaran merupakan hal yang paling mempengaruhi dalam proses belajar mengajar dan hasil belajar. Dalam pembelajaran IPS, yang secara umum mempelajari sejarah, sebaiknya guru dapat menggunakan model pembelajaran yang tepat. Agar tujuan dalam pembelajaran yang telah dirancang dapat tercapai sesuai harapan atau standar KKM. Model pembelajaran yang bervariasi akan meningkatkan kualitas pembelajaran dan tentunya akan menarik perhatian siswa dan siswa lebih tertantang dalam pembelajaran. Yang pada akhirnya berpengaruh pada tingkat pemahaman siswa. Seperti yang di ungkapkan oleh melinda Purwanti (2012), bahwa “Untuk mencapai hasil belajar yang memuaskan diperlukan suatu metode pembelajara IPS yang mampu mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar”. Oleh karena itu maka perlu memperhatikan tujuan pengajaran, materi pengajaran, banyak siswa, kemampuan siswa, kebutuhan siswa dan kemampuan guru. Karena pada kenyataannya dilapangan, banyak guru yang masih menggunakan model pembelajaran konvensional. Khususnya dalam pembelajaran IPS. Guru identik lebih dominan atau menonjol di dalam kelas di banding peserta didik. Peserta didik hanya terdiam memperhatikan apa yang sedang guru ajarkan. Dan cenderung peserta didik melakukan aktivitasnya sendiri, tanpa menghiraukan keadaan gurunya di depan kelas. Dari permasalahan di atas, munculah sebuah pemikiran untuk menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing. Model ini sangat sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar yang gemar bermain, bergerak dan bekerja dalam kelompok. Melalui model pembelajaran Snowball Throwing ini diharapkan siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan aktif, sehingga hasil belajar dalam mata pelajaran IPS dapat meningkat. E. Pengembangan dan Analisis Bahan Ajar 1. Bahan Ajar Menurut Abdul Majid (2007:173), bahan ajar adalah bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Sekolah : SDN Sukaluyu Kelas/Semester : V/II Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Standar Kompetensi : 2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankaan kemerdekaan Indonesia Kompetensi Dasar: 2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia Indikator : 1. Menyebutkan perjuangan para tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia 2. Menjelaskan usaha para tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia 3. Mengidentifikasi rumusan dasar negara sebelum kemerdekaan 4. Menjelaskan perlunya perumusan dasar negara sebelum kemerdekaan 5. Menyebutkan tokoh-tokoh dalam perjuangan mempersiapkan kemerdekaan 6. Menjelaskan peranan tokoh dalam perjuangan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia Tujuan: 1. Peserta didik dapat menyebutkan perjuangan para tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia 2. Peserta didim dapat menjelaskan usaha para tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia 3. Peserta didik dapat mengidentifikasi rumusan dasar negara sebelum kemerdekaan 4. Peserta didik dapat menjelaskan perlunya perumusan dasar negara sebelum kemerdekaan 5. Peserta didik dapat menyebutkan tokoh-tokoh dalam perjuangan mempersiapkan kemerdekaan 6. Peserta didik dapat menjelaskan peranan tokoh dalam perjuangan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia Materi Ajar: Perjuangan dalam Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia Gambar 2.1 Peta Konsep Sumber: Ilmu Pengetahuan Sosial V, Depdiknas Setiap 17 Agustus, bangsa Indonesia memperingati Hari Kemerdekaan. Tidak terkecuali murid-murid di sekolah dasar. Murid-murid sekolah dasar juga merayakan Hari Kemerdekaan. Mereka melakukan berbagai kegiatan. Misalnya karnaval, pagelaran seni, serta pertandingan olahraga. Semangat kemerdekaan memang harus tetap dipertahankan. Melalui cara ini, berarti kita menghargai hasil perjuangan para pahlawan. Meraih kemerdekaan itu tidaklah mudah. Para pejuang bertempur sampai titik darah penghabisan mengusir para penjajah. a) Kerja Keras Tokoh Selama Masa Persiapan Kemerdekaan dan Proses Perumusan Dasar Negara Selama pendudukan Jepang, bangsa Indonesia tidak berbeda dengan masa penjajahan Belanda. Bangsa Indonesia mengalami penindasan sehingga menderita lahir dan batin. Oleh karena itu, bangsa Indonesia terus berjuang untuk meraih kemerdekaan. (1) Beberapa Usaha dalam Rangka Mempersiapkan Kemerdekaan Banyak pergerakan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia dalam rangka mempersiapkan kemerdekaan. Akan tetapi, semua pergerakan bangsa Indonesia tersebut dilarang, kecuali organisasi atau badan-badan yang tugasnya membantu Jepang. Pada 1 Maret 1945, Jenderal Kamakuci Herada mengumumkan dibentuknya badan yang bertugas mempersiapan kemerdekaan Indonesia. Badan tersebut dinamakan BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Tujuannya untuk mempersiapkan halhal penting mengenai masalah tata pemerintahan negara Indonesia setelah merdeka. Badan tersebut diketuai oleh dr. Radjiman Wedyodiningrat. BPUPKI ini diresmikan pada 29 Mei 1945. Pada sidang 29 Mei 1945, Mohammad Yamin mengajukan rancangan dasar negara. Yakni peri kebangsaan, peri kemanusiaan, peri ketuhanan, peri kerakyatan dan kesejahteraan rakyat. Pada 31 Mei 1945, Supomo mengajukan racangan dasar negara yang terdiri atas persatuan, kekeluargaan, mufakat dan demokrasi, musyawarah dan keadilan sosial. Gambar 2.2 Suasana sidang BPUPKI, membahas rancangan Undang-Undang Dasar Pada 1 Juni 1945, Ir. Soekarno yang mengajukan lima rancangan dasar negara, dan memberi nama Pancasila. Rancangan itu berisi kebangsaan Indonesia, internasionalisme dan perikemanusiaan, mufakat atau demokrasi, kesejahteraan sosial, dan ketuhanan yang maha esa. Pada 22 Juni 1945 dibentuklah panitia kecil. Panitia tersebut terdiri atas sembilan orang anggota, yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Muhamad Yamin, Ahmad Subardjo, A. A. Maramis, Abdulkahar Muzakar, K.H. Wachid Hasyim, K.H. Agus Salim dan Abikusno Tjokrosujoso. Ketuanya adalah Ir. Soekarno. Panitia Sembilan ini bertugas merumuskan asas dan tujuan negara merdeka. Panitia Sembilan berhasil merumusakan dokumen yang dikenal sebagai Jakarta Charter atau Piagam Jakarta. Piagam Djakarta tersebut kemudian dijadikan sebagai Mukadimah Undang- Undang Dasar 1945. Akan tetapi, terdapat perubahan pada bagian pertama dalam Piagam Djakarta, yaitu “Ketuhanan dengan berkewajiban menjalankan syariat-syariat Islam bagi para pemeluknya”. Kalimat ini kemudian diubah menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Hal ini dilakukan sebagai wujud toleransi terhadap pemeluk agama lain. Pada 10-16 Juli 1945, BPUPKI mengadakan sidang kedua. Dalam sidang ini mereka berhasil membuat Rancangan Undang-Undang Dasar untuk Indonesia merdeka. (2) Perlunya Perumusan Dasar Negara Sebelum Kemerdekaan Dalam perang Pasifik, Jepang semakin terpojok. Puncaknya, pada 6 Agustus 1945, Kota Hiroshima di Jepang dibom oleh Amerika Serikat. Pada 9 Agustus 1945 Kota Nagasaki juga dibom oleh Amerika Serikat. Akhirnya, pada 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kalah kepada Sekutu. Keadaan tersebut dimanfaatkan Kekalahan Jepang dalam perang Pasifik dimanfaatkan oleh bangas Indonesia untuk menyatakan kemerdekaan. Pada 7 Agustus 1945, BPUPKI dibubarkan. Sebagai gantinya dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dengan beranggotakan 21 orang yang diketuai oleh Ir. Soekano. Gambar 2.3 Jepang menyerah pada sekutu. Serah terima kekuasaan dilakukan di atas geladak Kapal Missouri pada 2 September 1945. Pada 9 Agustus tiga orang tokoh bangsa Indonesai dipanggil oleh Panglima Mandala Asia Tenggara Marsekal Terauci ke Saigon. Mereka adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan dr. Rajiman Wedyodiningrat. Pada 12 Agustus 1945, mereka bertemu Marsekal Terauci di Dalath (Vietnam Selatan). Dalam pertemuan itu, Marsekal Terauci menyampaikan bahwa pemerintah Jepang akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Pelaksanakannya diserahkan kepada PPKI. PPKI tidak pernah diresmikan. Pengurusnya pun tidak dilantik sampai saat Jepang menyerah kepada tentara Sekutu. Akan tetapi, PPKI mampu menjalankan fungsinya sampai dengan perumusan Proklamasi. Akhirnya, pada 17 Agustus 945, bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Pada 18 Agustus 1945 mengadakan sidang pertama. Dalam sidang itu, PPKI menghasil tiga keputusan penting, yaitu (1) Mengesahkan UUD 1945 sebagai undang-undang dasar negara Indonesia. (2) Memilih dan mengangkat Ir. Soekarno sebagai Presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden. (3) Membentuk Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang bertugas membantu Presiden dan wakil presiden sebelum lembaga resmi terbentuk. Dalam Pembukaan UUD 1945 terdapat rumusan Pancasila. Rumusan Pancasila inilah yang merupakan rumusan yang resmi dipergunakan sampai saat ini. Perumusan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia sangat penting dalam menyusun rancangan ketatanegaraan Indonesia dalam upaya untuk mempersiapkan kemerdekaan bangsa. (4) Menghargai Jasa Tokoh dalam Mempersiapkan Kemerdekaan Kemerdekaan yang bangsa Indonesia tidak lepas dari peran tokoh-tokoh nasional yang ada. Tokoh-tokoh tersebut berjasa besar dalam proses proklamasi kemerdekaan. (5) Beberapa Tokoh dalam Mempersiapkan Kemerdekaan Banyak tokoh yang berperan dalam mempersiapkan kemerdekaan. Beberapa tokoh yang terlibat di antaranya adalah sebagai berikut. (a) Ir. Soekarno Gambar 2.4 Ir.Soekarno Ir. Soekarno lahir di Surabaya pada 6 Juni 1901. Soekarno dikenal sebagai pemuda yang pemberani dan cerdas. Pada masa penjajahan, ia berhasil meraih gelar insinyur di Bandung. Pada masa pergerakan nasional, Soekarno selalu tampil sebagai pemimpin organisasi. Pada 1927 Soekarno mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI). Namun, ia ditangkap oleh Belanda. Soekarno diadili dan dihukum Pada 1945 Soekarno dibebaskan oleh Jepang. Pada masa penjajahan Jepang, Soekarno memimpin organisasi Pusat Tenaga Rakyat (Putera). Ia bersama Bung Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Mansyur mengelola Putera. Pada sidang BPUPKI pertama, 29 Mei sampai 1 Juni 1945, Soekarno mengenalkan lima asas pokok dalam suatu negara. Lima asas ini ditetapkan BPUPKI dengan nama Pancasila. Hasil sidang BPUPKI yang lain, yaitu dibentuknya Panitia Sembilan yang beranggotakan sembilan orang. Panitia ini diketuai Ir. Soekarno. Panitia Sembilan ini bertugas merumuskan asas dan tujuan negara merdeka. Hasil rumusan Panitia Sembilan ini dikenal dengan nama Jakarta Charter atau Piagam Jakarta. Pada 7 Agustus 1945, BPUPKI dibubarkan. Sebagai gantinya dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dengan beranggotakan 21 orang yang diketuai oleh Ir. Soekano. (b) Drs. Moh. Hatta Gambar 2.5 Drs.Moh Hatta Drs. Moh. Hatta lahir di Batuampar, Sumatera Barat pada 12 Agustus 1902. Nama aslinya Mohammad Khattan. Ia dikenal sebagai anak yang taat beragama. Gelar sarjana diraihnya di Belanda. Pada masa pergerakan nasional, Drs. Moh. Hatta menjadi ketua Perhimpunan Indonesia di Belanda. Perhimpunan Indonesia ini merupakan gerakan mahasiswa Indonesia yang memperjuangkan kemerdekaan. Pada masa pendudukan Jepang, Drs. Moh. Hatta memimpin Pusat Tenaga Rakyat (Putera). Ia bersama Ir. Soekarno, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Mansyur. Peranan Drs. Moh. Hatta sangat penting bersama Ir. Soekarno pada saat persiapan kemerdekaan. (c) Prof. Dr. R. Soepomo, S.H. Gambar 2.6 Prof. Dr. R. Soepomo, S.H Buah pikirannya banyak dipakai dalam penyusunan UUD 1945. Ia ahli ilmu tata negara dan hukum. Karena kemampuannya ini, ia dapat duduk dalam keanggotaan BPUPKI. Pada sidang BPUPKI ia menjadi ketua panitia kecil yang bertugas merancang Undang- Undang Dasar. Dalam sidang pertama BPUPKI, 31 Mei 1945, Soepomo mengemukakan lima dasar negara. Ia juga diberi tugas memperbaiki redaksi dari rancangan UUD. Yakni sebagai panitia penghalus bahasa. Akhirnya UUD RI dapat diterima seluruhnya oleh sidang BPUPKI. Terakhir Soepomo duduk sebagai anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). (d) Prof. Mohammad Yamin, S.H. Gambar 2.7 Prof. Mohammad Yamin, S.H. Moh Yamin berpikiran cerdas dan luas. Ia mempunyai cita-cita tinggi dan gemar membaca. Kegiatan berorganisasi dimulainya dengan memasuki Jong Sumatranen Bond. Kemudian menjadi Indonesia Muda. Ia juga salah satu tokoh lahirnya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Dalam sidang BPUPKI, Moh. Yamin menyampaikan gagasan mengenai dasar falsafah negara yang kemudian dinamakan Pancasila. Ia juga banyak memberikan masukan dalam perumusan UUD 1945. Ia adalah salah satu anggota PPKI. (6) Sikap Menghargai Jasa Para Tokoh dalam Mempersiapkan Kemerdekaan Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa pahlawannya. Mereka sudah berjuang untuk kepentingan bangsa. Mereka telah berkorban jiwa dan raga sehingga dapat meraih kemerdekaan. Oleh karena itu, sudah selayaknya kita menghargai jasa-jasa mereka. Salah satu caranya adalah dengan berziarah ke taman makam pahlawan. Lalu, kita mendoakan mereka. Semoga segala darma bakti mereka mendapat imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa. Cara lainnya, yaitu mewarisi semangat mereka dalam rangka mengisi kemerdekaan. Kita berusaha memajukan bangsa sesuai dengan keahlian masing-masing. Para pelajar, belajar dengan tekun agar kelak dapat menjadi penerus bangsa. Bagi karyawan bekerja dengan giat agar bangsa Indnesia dapat maju. Kita juga harus berusaha menjalin persatuan dan kesatuan bangsa, seperti halnya para pahlawan saat berjuang mengusir penjajah. Semua bangsa Indonesia adalah bersaudara. Kita harus menjadikan semua perbedaan yang ada sebagai kekuatan untuk menggalang persatuan 2 Media Pembelajaran Kata media berasal Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar. Menurut Rossi dan Breidle (dalam Wina Sanjaya, 2010:204) media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan, seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya. Pada penelitian ini media yang akan di gunakan dalam proses pembelajaran adalah media gambar. 3. Strategi Pembelajaran Menurut Dick dan Carey (dalam Hamzah B Uno , 2007:1) strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang.atau digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Pada penelitian ini strategi yang akan digunakan adalah cooperatif learning yang dalam pembelajarannya peserta didik diberi tugas yang diselesaikannya secara berkelompok. Model Pembelajaran Kooperatif (Snowball Throwing) Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang menuntut keterlibatan siswa secara aktif untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok yang heterogen dengan keberhasilan belajar ditentukan oleh kerja sama dalam kelompok. Pengertian model pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan oleh Anita Lie (Isjoni dan Mohd. Arif, 2008: 150-151), sebagai berikut: Pembelajaran kooperatif disebut dengan istilah pembelajaran gotong-royong, yaitu kelompok pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugasan-tugasan yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu kelompok yang didalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan jumlah anggota kelompok pada umumnya terdiri dari 4-5 orang. Cooperative learning lebih dari sekedar belajar kelompok atau kelompok kerja, karena belajar dalam model cooperative learning harus ada “struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif” sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan-hubungan yang bersifat interpendensi yang efektif diantara anggota kelompok ( Slavin, 1983;Stahl, 1994). Snowball secara etimologi berarti bola salju, sedangkan throwing artinya melempar. Snowball Throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju. Dalam pembelajaran Snowball Throwing, bola salju merupakan kertas yang berisi pertanyaan yang dibuat oleh siswa kemudian dilempar kepada temannya sendiri untuk dijawab. Snwoball throwing merupakan game fisik diaman segumpalan salju dilempar dengan maksud memukul orang lain. Menurut Mohib Asrori (2010), Snowball Throwing merupakan salah satu model pembelajaran aktif (activelearning) yang dalam pelaksanaannya banyak melibatkan siswa. Peran guru di sini hanya sebagai pemberi arahan awal mengenai topik pembelajaran dan selanjutnya penertiban terhadap jalannya pembelajaran. Menurut Rachmad Widodo (2009) “Model Pembelajaran Snowball Throwing disebut juga model pembelajaran gelundungan bola salju”. Model pembelajaran ini melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari siswa lain dalam bentuk bola salju yang terbuat dari kertas, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Pembelajaran dengan model snowball throwing, menggunakan tiga penerapan pembelajaran antara lain: pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas melalui pengalaman nyata (constructivism), pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri (inquiry), pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari “bertanya” (questioning) dari bertanya siswa dapat menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui. Di dalam model pembelajaran snowball throwing strategi memperoleh dan pendalaman pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan tersebut. 1) Kelebihan model snowball throwing (a) Melatih kesiapan siswa dalam merumuskan pertanyaan dengan bersumber pada materi yang diajarkan serta saling memberikan pengetahuan. (b) Siswa lebih memahami dan mengerti secara mendalam tentang materi pelajaran yang dipelajari. Hal ini disebabkan karena siswa mendapat penjelasan dari teman sebaya yang secara khusus telah disiapkan oleh guru serta mengerahkan penglihatan, pendengaran, menulis dan berbicara mengenai materi yang didiskusikan dalam kelompok. (c) Dapat memberikan keberanian siswa dalam mengemukakan pertanyaan kepada teman lain maupun guru. (d) Melatih siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya dengan baik. (e) Merangsang siswa mengemukakan pertanyaan yang sesuai dengan topik yang sedang dibicarakan dalam pelajaran tersebut. (f) Dapat mengurangi rasa takut siswa dalam bertanya pada siswa maupun guru. (g) Siswa akan lebih mengerti makna kerjasama dalam menemukan pemecahan suatu masalah. (h) Siswa akan memahami mkana tanggung jawab. (i) Siswa akan lebih bisa menerima keragaman atau heterogenitas suku, sosial, budaya bakat, dan intelegensia. (j) Siswa akan terus termotivasi untuk meningkatkan kemampuannya. 2) Kekurangan model snowball throwing (a) Pengetahuan tidak luas hanya berkutat pada pengetahuan sekitar siswa saja. (b) Tidak efektif. 3) Langkah-langkah pembelajaran model snowball throwing Menurut (Kisworo, dalam Mukhtari, 2010:6), langkah-langkah model pembelajaran snowball throwing adalah sebagai berikut: (a) Guru menyampaikan materi pelajaran (b) Membentuk kelompok-kelompok dan masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi. (c) Masing-masing ketua kelompok kembali kekelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya. (d) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok. (e) Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit (f) Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyyan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian. (g) Evaluasi (h) Penutup 4. Sistem evaluasi hasil belajar Pada penelitian ini, sistem evaluasi yang akan digunakan adalah pada tes hail belajar. karena tes tersebut paling sering digunakan untuk mengukur keberhasilan peserta didik mencapai kompetensi yang di harapkan. Bentuk tes yang akan digunakan yaitu pre test dan post test. F. Penyajian dalam Bentuk Deskriptif Berdasarkan uraian-uraian di atas, menurut penulis diketahui bahwa: 1. Hasil belajar IPS adalah sesuatu yang didapatkan dari proes belajar IPS atau perubahan perilaku dan kompetensi atau kemampuan yang didapatkan setelah melakukan pembelajaran IPS. 2. IPS adalah suatu studi tentang hubungan manusia dalam suatu keragaman pola. IPS mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan. IPS merupakan mata pelajaran yang diajarkan di SD yang bersifat terpadu. IPS suatu ilmu yang mengkaji fakta, konsep, generalisasi dan isu-isu sosial. 3. Model pembelajaran snowball throwing adalah model pembelajaran yang melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari siswa lain dalam bentuk bola salju yang terbuat dari kertas, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok.

Item Type: Thesis (Skripsi(S1))
Subjects: S1-Skripsi
Divisions: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > PGSD 2014
Depositing User: Iyas -
Date Deposited: 28 Jun 2016 09:34
Last Modified: 28 Jun 2016 09:34
URI: http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/5288

Actions (login required)

View Item View Item