DIAN MARWATI, 105060033 (2016) PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK DALAM TEMA INDAHNYA KEBERSAMAAN. Skripsi(S1) thesis, FKIP UNPAS.
Text
Cover Skripsi.doc Download (41kB) |
|
Text
Lbr PENGESAHAN.docx Download (18kB) |
|
Text
Moto & Persembahan.docx Download (29kB) |
|
Text
Lembar Pernyataan.docx Download (13kB) |
|
Text
ABSTRAK.docx Download (13kB) |
|
Text
ABSTRAK ing.docx Download (14kB) |
|
Text
Kata Pengantar Skripsi.docx Download (14kB) |
|
Text
Ucapan Terima Kasih.docx Download (17kB) |
|
Text
Daftar Isi.docx Download (29kB) |
|
Text
BAB I hal 1.doc Download (43kB) |
|
Text
BAB I anyar hal 2.doc Download (112kB) |
|
Text
bab II hal 24.doc Download (39kB) |
|
Text
bab II hal 25.doc Download (928kB) |
|
Text
BAB III 60.doc Restricted to Repository staff only Download (51kB) |
|
Text
BAB III 61.doc Restricted to Repository staff only Download (992kB) |
|
Text
Bab IV hal 84.docx Restricted to Repository staff only Download (23kB) |
|
Text
bab IV hal 85.docx Restricted to Repository staff only Download (206kB) |
|
Text
BAB v hal 134.docx Restricted to Repository staff only Download (16kB) |
|
Text
BAB v hal 135.docx Restricted to Repository staff only Download (18kB) |
|
Text
DAFTAR PUSTAKA.docx Download (20kB) |
|
Text
Riwayat Hidup.docx Download (50kB) |
Abstract
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengukur dan meningkatkan pemahaman konsep belajar yang dimiliki siswa baik berupa aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik khususnya pada Tema Indahnya Kebersamaan, Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku Pembelajaran 4, baik sebelum maupun sesudah penerapan model discovery learning. Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya nilai rata-rata pembelajaran yang dikarenakan kurangnya kesiapan guru dan pemahaman konsep belajar siswa serta penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diimplementasikan suatu penelitian tindakan kelas (PTK) melalui penerapan model discovery learning. Penelitian tindakan kelas yang terdiri dari II siklus, dilaksanakan di kelas IV SDN 48 Tanjungpandan dengan jumlah siswa 20. Teknik pengumpulan data dengan observasi, tes, dan angket. Hasil penelitian menunjukan peningkatan pemahaman konsep yang dimiliki siswa yang bisa dilihat dari hasil belajar, aktivitas siswa dan aktivitas guru. Hasil pemahaman konsep belajar siswa meningkat pada siklus I siswa yang mencapai nilai KKM berjumlah 30% pada siklus II terjadi peningkatan hasil siswa yang mencapai nilai KKM berjumlah 90%. Terjadinya peningkatan sebesar 60% dari jumlah keseluruhan siswa. Itu artinya penerapan model discovery learning ini sangat efektif digunakan pada Teama 1 Subtema 1 khususnya Pembelajaran 4 ini. Hasil aktivitas siswa menunjukkan peningkatan dan memiliki kategori baik. Berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran penemuan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep belajar dalam pelajaran 4 diharapkan guru dapat mencoba dan menerapkan model pembelajaran pada topik lain dalam pembelajaran tematik dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan hasil pembelajaran lebih lanjut. Kata kunci: Pembelajaran Tematik, Model Discovery Learning, Pemahaman Konsep. ABSTRACT This research aims to quantifi and improve the understanding of the concept of learning that student either in the from of activities and results of the study in particular thematic learning the beauty of Mutual Theme, Subtheme Nation Cultural Diversity Lesson 4, both before and after the application of the discovery learning. This study exposed background by the low value of the average learning readiness due to lack of teachers and lack of understanding of the concept of student learning and the use of learning models that are less precise. Based on these problems, then implemented an action research (PTK) through the application of the discovery learning. Action research consisting of II cycles, executed in the fourth grade at SDN 48 Tanjungpandan the number of students 20 observation data collection techniques, tests, and questionnaires. The results showed an improved understanding of the concept of the students can be seen from the results of learning, student activities and teacher activities. The result of increased student understanding of concepts learned in the first cycle of students who reach the KKM amounted to 30% in the second cycle increasing student outcomes that achieve the KKM amounted to 90%. The increase amounted to 60% of the total number of students. That means the application of the model is very effective discovery learning used in theme 1 Subtheme 1 Learning 4 this particular. The results showed an increase in student activity and has a good category. Based on the above results it can be concluded that the application of the discovery learning can enhance students understanding of concepts learned in the lesson 4 expected teachers can try and apply the learning model to other topics in the thematic learning in an effort to improve the quality of teaching and learning outcomes further. Keywords: Thematic Learning, Discovery Learning Model, Understanding Concepts. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidkan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Replublik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusai yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pelaksanaan proses pembelajaran di Sekolah Dasar selama ini penyelenggara pendidikan dengan segala keterbatasan yang ada, seperti ketersediaan sarana-prasarana, ketersediaan dana, serta kemampuan guru untuk mengembangkan model pembelajaran belum memadai. Peratutran Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan disebutkan dalam pasal 19 sampai dengan 22 tentang standar proses pendidikan, bahwa: Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Adanya keteladanan pendidik, adanya perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan yang efektif dan efisien dalam proses pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidkan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Replublik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusai yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pelaksanaan proses pembelajaran di Sekolah Dasar selama ini penyelenggara pendidikan dengan segala keterbatasan yang ada, seperti ketersediaan sarana-prasarana, ketersediaan dana, serta kemampuan guru untuk mengembangkan model pembelajaran belum memadai. Peratutran Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan disebutkan dalam pasal 19 sampai dengan 22 tentang standar proses pendidikan, bahwa: Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Adanya keteladanan pendidik, adanya perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan yang efektif dan efisien dalam proses pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidkan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Replublik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusai yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pelaksanaan proses pembelajaran di Sekolah Dasar selama ini penyelenggara pendidikan dengan segala keterbatasan yang ada, seperti ketersediaan sarana-prasarana, ketersediaan dana, serta kemampuan guru untuk mengembangkan model pembelajaran belum memadai. Peratutran Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan disebutkan dalam pasal 19 sampai dengan 22 tentang standar proses pendidikan, bahwa: Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Adanya keteladanan pendidik, adanya perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan yang efektif dan efisien dalam proses pembelajaran. Sesuai dengan Pasal 35 Ayat (1) UU Sisdiknas juncto PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, menyebutkan bahwa: Standar Nasional Pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetenssi lulusan, tenaga kependidan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. Kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan oleh setiap guru, selalu bermula dan bermuara pada komponen-komponen pembelajaran yang tersurat dalam kurikulum. Kurikulum adalah program yang disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi siswa (dalam Oemar Hamalik, 2007: 10). Tanpa kurikulum, guru tidak akan dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan baik. Tugas seorang guru pada umumnya berhubungan dengan pengembangan sumber daya manusia yang akhirnya akan menentukan kelestarian dan kejayaan hidup bangsa. Seorang guru sangatlah berpengaruh untuk masa depan bangsa. Oleh karena itu, guru dituntut sebaik mungkin dalam melaksanakan proses pembelajaran. Target kurikulum 2013 adalah dapat menghasilkan peserta didik yang berakhlak mulia (afektif), berketrampilan (psikomotorik) dan pengetahuan (kognitif) yang berkesinambungan. Materi pembelajaran akan diarahkan pada target pencapaian kompetensi yang tepat guna dengan materi pembelajaran yang essensial dan sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Proses pembelajaran diharapkan mengarah pada active student center dan kontekstual dengan dipandu buku teks yang berisi materi dan proses pembelajaran (tutorial). Guru bertindak sebagai motivator dan fasilitator pembelajaran. Sejalan dengan kenyataan tersebut, proses belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat. Oleh karenanya dalam pembelajaran kurikulum 2013, guru bukan satu-satunya sumber belajar. Pembelajaran terpadu dapat dikemas dengan TEMA atau TOPIK tentang suatu wacana yang dibahas dari berbagai sudut pandang atau disiplin keilmuan yang mudah dipahami dan dikenal peserta didik. Tujuan pengembangan model pembelajaran terpadu untuk jenjang pendidkan dasar dan menengah ini pada dasarnya sesuai dengan kerangka acuan bagi guru dan pihak terkait. Pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga memberikan pengalaman beajar yang bermakna kepada siswa disebut juga dengan pembelajaran tematik. Konsep pembelajaran yang akan digunakan pada saat ini khususnya pada kurikulum 2013 yaitu merupakan pembelajaran tematik terpadu yang merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Tujuan pembelajaran tematik terpadu ini adalah selain untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, diharapkan peserta didik juga dapat meningkatkan pengetahuan yang dipelajarinya secara bermakna, mengembangkan keterampilan menemukan, menumbuhkembangkan sikap positif, kerja sama, komunikasi, saling menghargai pendapat orang lain, meningkatkan minat belajar, dan lain-lain. Adapun visi dari SDN 48 Dusun Kelekak Usang Desa Perawas Kecamatan Tanjungpandan Kabupaten Belitung ini adalah mengembangkan kecerdasan, keterampilan, dan akhlak mulia yang berwawasan IPTEK dan IMTEQ. Untuk merealisasikan visi tersebut, ada beberapa misi yaitu: meningkatkan kecerdasan dan keterampilan siswa, mengembangkan penghayatan dan penggamalan terhadap ajaran agama yang dianut untuk mewujudkan ahklak mulia, memfasilitasi dan mengembangkan potensi siswa menjadi anak yang mandiri, dan mengikutsertakan peran serta masyarakat dalam meyelenggarakan pendidikan di sekolah. Maka dari itu untuk mewujudkan dan mencapai visi misi sekolah harus adanya kombinasi yang tepat antara guru dan siswa khususnya dalam proses pembelajaran. Kenyataan di lapangan masih banyak para guru yang belum menggunakan media dan model pembelajaran yang belum sesuai dengan pembelajaran. Karena masih terbatasnya sarana dan prasarana sehingga guru masih belum maksimal dalam mengembangkan model ataupun model pembelajaran. Misalnya dalam penggunaan media, menganggap bahwa menggunakan media itu menambah repot, media itu barang canggih dan mahal dan masih banyak juga guru tidak bisa atau takut menggunakan media (gagap teknologi). Penggunaan metode pembelajaran yang sering diterapkan selama ini adalah metode ceramah yaitu terlalu dominannya guru dalam proses pembelajaran sehingga keaktifan siswa dalam pembelajaran tergolong rendah. Metode ceramah merupakan metode yang paling umum digunakan dalam proses pembelajaran. Sehingga membuat guru terbiasa dan mengangggap metode ceramah sebagai metode yang paling mudah digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran di kelas. Untuk menciptakan suasana belajar yang dapat menarik, seorang guru membutuhkan suatu model atau metode yang tepat dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran yang baik dapat membantu kegiatan pembelajaran berlangsung dengan baik, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai model pembelajaran dan guru dapat memilih model pembelajaran yang sesuai dengan pelajaran yang akan dipelajari. Tetapi di dalam kurikulum ini metode ceramah sudah tidak cocok lagi digunakan karena dalam pembelajarannya siswa diharuskan untuk lebih aktif. Berdasarkan masalah tersebut, penulis mencoba observasi lapangan dan meneliti pembelajaran tematik. Peneliti melakukan penelitian pada tema indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku pembelajaran 4 di kelas IV SDN 48 Dusun Kelekak Usang Desa Perawas Kecamatan Tanjungpandan Kabupaten Belitung. Sebelumnya pada SDN 48 ini merupakan salah satu dari tiga sekolah yang ada di Tanjungpandan yang ditunjuk sebagai contoh untuk sekolah dasar lain yang telah mengunakan kurikulum 2013 ini khususnya di kelas 1 dan 4 pada tahun ajaran 2013/2014 sehingga relevan terhadap permasalahan yang akan diteliti oleh penulis. Seperti wawancara yang telah saya lakukan dengan guru yang bersangkutan, karena kurikulum ini baru pertamakalinya dilakukan oleh guru maupun peserta didiknya maka ada beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan yang dirasakan gurunya karena sudah tersedianya buku guru dan buku siswa jadi dalam proses belajar mengajar diharapkan mengarah pada active student center dan kontekstual dengan dipandu buku teks yang berisi materi dan proses pembelajaran (tutorial). Guru disini hanya sebagai motivator dan fasilitator. Pembelajaran ini tidak hanya melibatkan guru dengan siswa tetapi juga melibatkan orang tua yang ikut berperan dalam proses pembelajaran. Selain ada kelebihan ada pula kekurangan yang dirasakan oleh guru ataupun peserta didik misalnya masih terbatasnya sarana prasarana yang mendukung dalam pembelajaran pada kurikulum baru ini. Adanya keadaan tersebut maka proses belajar mengajar kurang bisa terlaksana dengan baik dan tepat. Hal ini membuat pembelajaran tidak efektif, khususnya pada karena siswa kurang merespon terhadap pembelajaran yang disampaikan. Hal itu menyebabkan seringkali tidak singkron dengan apa yang disampaikan guru dalam hal ini tentu berdampak pada pemahaman konsep dan hasil belajar siswa. Data yang didapat peneliti dari guru kelas yang bersangkutan pada tema indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku pembelajaran 4 di kelas IV SDN 48 Dusun Kelekak Usang Desa Perawas Kecamatan Tanjungpandan Kabupaten Belitung tahun ajaran 2013/2014. Penelitipun memperoleh data nyata dari hasil belajar siswa, bahwa dari 20 siswa yang lulus hanya 25% saja yang lulus atau hanya sekitar 5 siswa dari 20 siswa dari rata-rata nilai yang diperoleh 5,5 dengan KKM 70. Kenyataannya pada tema ini masih banyak yang belum mencapai nilai rata-rata kelas yang ditetapkan. Beberapa penyebab dari permasalahan di atas dari berbagai situasi pembelajaran yang penulis teliti, yang terjadi misalnya lemahnya pemahaman konsep belajar siswa dalam pembelajaran, tidak semua peserta didik ikut serta dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Ada beberapa anak yang masih sulit untuk diatur dan diarahkan, ada yang asik mengerjakan dan ada pula yang sibuk sendiri dengan permainannya hal tersebut dikarenakan guru tidak bisa menguasai kelas. Selain itu lemahnya penguasaan materi guru serta penerapan model pembelajaran yang belum bisa membantu siswa ikut aktif dalam pembelajaran serta dari segi sarana dan prasarana walaupun sekolah ini telah memiliki infocus tetapi masih saja gurunya yang kurang menguasai teknologi salah satunya dalam pengunaan komputer ataupun laptop, karena itu dalam penggunaan medianya masih kurang sehingga proses pembelajaran tidak begitu menarik. Pada dasarnya pembelajaran merupakan sesuatu yang dilakukan oleh siswa bukan dibuat untuk siswa. Upaya para guru untuk membantu siswa melakukan kegiatan belajar agar terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. Perkembangan model pembelajaran dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan. Model pembelajaran tradisional kini mulai ditinggalkan berganti dengan model pembelajaran yang lebih modern. Salah satu model pembelajaran yang kini banyak mendapat respon adalah model discovery learning dalam rangka untuk meningkatkan pemahaman konsep belajar siswa. Maka dari itu peneliti mencoba untuk mencari cara untuk meningkatkan pemahaman konsep belajar siswa agar tercipta pembelajaran yang sesuai dengan yang diharapkan. Salah satunya dengan penggunaan model ataupun alat media pembelajaran yang tepat. Pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning ini selalu mengusahakan agar siswa menemukan sendiri konsep-konsep materi yang sedang dipelajari. Siswa diprogramkan agar selalu aktif secara mental maupun secara fisik. Materi yang disajikan guru, bukan begitu saja diberitahukan dan diterima oleh siswa. Siswa dikondisikan sedemikian rupa sehingga mereka memperoleh berbagai pengalaman dalam rangka “menemukan sendiri” konsep-konsep yang direncanakan oleh guru dan dibantu dengan sedikit bimbingan dari guru dan dengan demikian mereka akan memperoleh serta menyimpan konsep tersebut dengan lebih baik. Model discovery dapat dipandang sebagai metode ataupun model pembelajaran. Oleh karenannya, istilah yang sering muncul adalah model discovery. Model pembelajaran discovery merupakan suatu model pengajaran yang menitikberatkan pada aktifitas siswa dalam belajar. Proses pembelajaran dengan model ini, guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk menemukan konsep, dalil, prosedur, algoritma dan semacamnya. Menurut Hamalik (dalam Illahi, 2012: 29) menyatakan “ Discovery adalah proses pembelajaran yang menitik beratkan pada mental intelektual para anak didik dalam memecahkan berbagai persoalan dihadapi, sehingga menemukan suatu konsep atau generalisasi yang dapat diterapkan di lapangan”. Kelebihan dari model discovery learning yaitu dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah (problem solving), dapat meningkatkan motivasi, mendorong keterlibatan keaktifan siswa, siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar, menimbulkan rasa puas bagi siswa, siswa akan dapat mentransfer pengetahuannya keberbagai konteks dan melatih siswa belajar mandiri. Selain memiliki beberapa keuntungan, model discovery (penemuan) juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya membutuhkan waktu belajar yang lebih lama dibandingkan dengan belajar menerima dan tidak berlaku untuk semua topik pembelajaran. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran pada subtema keberagaman budaya bangsaku dengan menggunakan model discovery learning maka diperlukan adanya kerjasama antara guru kelas IV dan peneliti yaitu melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang akan dilakukan oleh peneliti. Tujuan penelitian ini memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi masalah-maslah pembelajaran yang terjadi di SDN 48 Dusun Kelekak Usang Desa Perawas Kecamatan Tanjungpandan sehingga dapat dikaji, ditingkatkan, dan dituntaskan permasalahannya, agar dalam pembelajaran pada sub tema tersebut diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep belajar siswa. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengangkat judul mengenai Penerapan Model Discovery Learning untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Pembelajaran Tematik dalam Tema Indahnya Kebersamaan (Penelitian Tindakan Kelas Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku Pembelajaran 4 di kelas IV SDN 48 Dusun Kelekak Usang Desa Perawas Kecamatan Tanjungpandan Kabupaten Belitung Ajaran 2014/2015). B. Identifikasi Masalah Atas dasar latar belakang masalah sebagaimana telah diutarakan di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Pembelajaran tidak interaktif. Hal tersebut dikarenakan siswa tidak didorong untuk berinteraksi secara langsung dengan objek yang akan dipelajari serta kurangnya interaksi dengan sesama dalam melakukan kegiatan pembelajaran. 2. Guru masih mendominasi kegiatan pembelajaran sementara siswa pasif. Hal tersebut dikarenakan guru belum menggunakan model dan media pembelajaran yang tepat. 3. Proses dalam pembelajaran masih kurang efektif. Hal ini dikarenakan tidak terlalu memanfaatkan keadaan alam, fasilitas dan benda-benda sekitar yang dapat digunakan sebagai sumber belajar. 4. Proses perkembangan mental siswa masih kurang berkembang. Hal ini dikarenakan siswa tidak diarahkan untuk menemukan, mengerti, membuat dugaan, menjelaskan, membuat kesimpulan dan sebagainya secara sendri. 5. Pemahaman konsep belajar siswa masih rendah. Hal ini dikarenakan kurangnya motivasi dan anak belum didorong untuk ketelibatan aktif dalam proses pembelajaran. 6. Hasil belajar siswa masih belum mencapai KKM. Hal ini dikarenakan siswa tingkat pemahaman belajar siswa masih kurang serta siswa belum diajak untuk melakukan pengamatan, percobaan dan menemukan langsung dalam pembelajaran. C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian 1. Rumusan Masalah Atas dasar latar belakang dan identifikasi masalah sebagaimana telah diutarakan di atas, maka masalah utama dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Apakah penerapan model discovery learning dapat meningkatkan pemahaman konsep belajar siswa khususnya pada pembelajaran tematik dalam tema indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku?” 2. Pertanyaan Penelitian Mengingat rumusan masalah utama sebagaimana telah diutarakan di atas masih terlalu luas sehingga belum secara spesifik menunjukkan batas-batas mana yang harus diteliti, maka rumusan masalah utama tersebut kemudian dirinci dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut: a. Bagaimana pemahaman konsep belajar siswa sebelum siswa mengikuti proses pembelajaran dengan menerapkan model discovery learning pada pembelajaran tematik dalam tema indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku? b. Bagaimana respon siswa selama siswa mengikuti pembelajaran dengan menerapkan model discovery learning pada pembelajaran tematik dalam tema indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku? c. Bagaimana aktivitas belajar siswa selama siswa mengikuti pembelajaran dengan menerapkan model discovery learning pada pembelajaran tematik dalam tema indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku? d. Bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan guru selama melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model discovery learning pada pembelajaran tematik dalam tema indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku? e. Bagaimana hasil pemahaman konsep belajar siswa setelah siswa mengikuti proses pembelajaran dengan menerapkan model discovery learning pada pembelajaran tematik dalam tema indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku? D. Pembatasan Masalah Memperhatikan hasil diidentifikasi masalah, rumusan masalah dan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah diutarakan, diperoleh gambaran dimensi permasalahan yang begitu luas. Namun, menyadari adanya keterbatasan waktu dan kemampuan, maka dalam penelitian ini penulis memandang perlu memberi batasan masalah secara jelas sebagai berikut: 1. Dari sekian banyak pokok bahasan pada pembelajaran tematik, dalam penelitian ini hanya akan mengkaji atau menelaah pembelajaran pada pokok bahasan dalam tema indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku. 2. Obyek dalam penelitian ini hanya akan meneliti pada siswa SD kelas IV di SD Negeri 48 Dusun Kelekak Usang Desa Perawas Kecamatan Tanjungpandan Kabupaten Belitung. 3. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model discovery learning pada pembelajaran tematik dalam tema indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku. 4. Meneliti perencanaan pembelajaran dalam tema tema indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku dengan menggunakan model discovery learning. 5. Dari penggunaan model pembelajaran ini yaitu untuk mengetahui seberapa besar pemahaman konsep belajar siswa di SDN 48 Dusun Kelekak Usang Desa Perawas Kecamatan Tanjungpandan Kabupaten Belitung. E. Tujuan Peneltian 1. Tujuan Umum Tumum dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa dengan menggunakan model discovery learning pada pembelajaran tematik dalam tema indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku pada mata pembelajaran tematik di kelas IV SDN 48 Dusun Kelekak Usang Desa Perawas Kecamatan Tanjungpandan Kabupaten Belitung agar para siswa tersebut lebih memahami dan mengerti tentang materi tersebut. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam penelitian ini yaitu: a. Untuk mengetahui pemahaman konsep belajar siswa sebelum siswa mengikuti proses pembelajaran dengan menerapkan model discovery learning pada pembelajaran tematik dalam tema indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku. b. Untuk mengetahui respon siswa selama siswa mengikuti pembelajaran dengan menerapkan model discovery learning pada pembelajaran tematik dalam tema indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku. c. Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa selama siswa mengikuti pembelajaran dengan menerapkan model discovery learning pada pembelajaran tematik dalam tema indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku. d. Untuk mengetahui proses pembelajaran yang dilaksanakan guru selama melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model discovery learning pada pembelajaran tematik dalam tema indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku. e. Untuk memperoleh hasil pemahaman konsep belajar siswa setelah siswa mengikuti proses pembelajaran dengan menerapkan model discovery learning pada pembelajaran tematik dalam tema indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku. F. Manfaat Penilitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka dapat diuraikan manfaat penelitian yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis, yang dibagi sebagai berikut: 1. Secara Teoritis Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan keilmuan bagi guru SDN 48 Dusun Kelekak Usang Desa Perawas Kecamatan Tanjungpandan Kabupaten Belitung terutama dengan penerapan model discovery learning pada pembelajaran tematik dalam tema indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku. 2. Secara Praktis a. Bagi Guru Manfaat penelitian ini yaitu agar guru memperoleh wawasan dalam memilih dan menggunakan alternatif pembelajaran yang tepat dalam menyampaikan materi. Sehingga dapat memperbaiki proses pembelajaran dan mengembangkan profesionalisme keguruannya. b. Bagi Siswa Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman konsep belajar siswa SDN 48 Tanjungpandan dalam model discovery learning pada pembelajaran tematik dalam tema indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku ini. c. Bagi Sekolah Membantu sekolah bagaimana cara meningkatkan pemahaman konsep belajar siswa agar dalam setiap pembelajaran para siswa bisa lebih bersemangat dan interaktif dalam belajar. Serta dapat memberi gagasan baru untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada SDN 48 Tanjungpandan. d. Bagi Peneliti Mengetahui strategi yang cocok dalam setiap pembelajaran yang dilakukan, baik didalam kelas maupun di luar kelas. Serta mendapatkan pengalaman mencari solusi dalam memecahkan masalah-masalah pembelajaran tersebut. Menambah pemahaman yang lebih pada siswa terutama dalam kegiatan belajar secara berkelompok dan tentang materi yang telah disampaikan. e. Bagi PGSD Berdampak positif bagi PGSD karena secara langsung mahasiswa/mahasiswi PGSD FKIP UNPAS terjun langsung ke lapangan untuk melakukan suatu penelitian yang nyata. G. Kerangka atau Paradigma Penelitian Upaya meningkatkan pemahaman konsep belajar siswa pada pembelajaran tematik dalam tema indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku dengan menggunakan model discovery learning di kelas IV SDN 48 Dusun Kelekak Usang Desa Perawas Kecamatan Tanjungpandan Kabupaten Belitung tahun ajaran 2014/2015 yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah meningkatkan pemahaman konsep belajar siswa yang belum terlalu memahami tentang materi pembelajaran yang bersangkutan secara detail. Konsep pembelajaran yang akan digunakan pada saat ini khususnya pada kurikulum 2013 yaitu merupakan pembelajaran tematik terpadu yang merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Adanya pemaduan seperti itu, peserta didik akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi peserta didik. Masih terbatasnya sarana dan prasarana sehingga guru masih belum maksimal dalam mengembangkan model ataupun model pembelajaran. Misalnya dalam penggunaan media, menganggap bahwa meenggunakan media itu menambah repot, media itu barang canggih dan mahal dan masih banyak juga guru tidak bisa atau takut menggunakan media (gagap teknologi). Untuk menciptakan suasana belajar yang dapat menarik, seorang guru membutuhkan suatu model yang tepat dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran yang baik dapat membantu kegiatan pembelajaran berlangsung dengan baik, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai model pembelajaran dan guru dapat memilih model pembelajaran yang sesuai dengan pelajaran yang akan dipelajari. Model discovery learning digunakan peneliti sebagai cara agar penelitian dapat berjalan dengan lancar dan mudah. Menggunakan model discoverry learning pada saat kegiatan pembelajaran peneliti berharap agar para siswa bisa dengan mudah memahami materi pembelajaran yang dijelaskan. Selain itu peneliti juga berharap ketika menggunakan model discovery learning pada saat kegiatan belajar mengajar, pembelajaran tersebut bisa berlangsung secara aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Model discovery menurut Suryosobroto (dalam Adang Heriawan, 2012: 100) diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi objek dan lain-lain, sebelum sampai kepada generalisasi. Model ini merupakan komponen dari praktik pendidikan yang meliputi model mengajar yang memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif. Menurut Hamalik (dalam Illahi, 2012: 29) menyatakan “ Discovery adalah proses pembelajaran yang menitik beratkan pada mental intelektual para anak didik dalam memecahkan berbagai persoalan dihadapi, sehingga menemukan suatu konsep atau generalisasi yang dapat diterapkan di lapangan”. Beberapa keunggulan model penemuan juga diungkapkan oleh Suherman, dkk (2001: 179) sebagai berikut: 1. Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir; 2. Siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat; 3. Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat; 4. Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan model penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks; 5. Model ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri. Selain memiliki beberapa keuntungan, model discovery (penemuan) juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya membutuhkan waktu belajar yang lebih lama dibandingkan dengan belajar menerima. Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka diperlukan bantuan guru. Bantuan guru dapat dimulai dengan mengajukan beberapa pertanyaan dan dengan memberikan informasi secara singkat. Pertanyaan dan informasi tersebut dapat dimuat dalam lembar kerja siswa (LKS) yang telah dipersiapkan oleh guru sebelum pembelajaran dimulai. Model pembelajaran discovery merupakan suatu model pengajaran yang menitikberatkan pada aktifitas siswa dalam belajar. Proses pembelajaran dengan model ini, guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk menemukan konsep, dalil, prosedur, algoritma dan semacamnya. Dari uraian di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa dengan menggunakan beberapa instrumen penilaian yang setidaknya mampu untuk membantu guru untuk memecahkan masalah yang ada khususnya dengan penerapan model discovery learning dapat meningkatkan pemahaman konsep belajar pada siswa dalam tema indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku. Hubungan tersebut dapat diuraikan dengan diagram di bawah ini: Gambar 1.1 Kerangka Berfikir Penerapan Model Dscovery Learning untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Belajar pada Tema Indahnya Kebersamaan Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku H. Asumsi Berdasarkan kerangka atau paradigma penelitian sebagaimana diutarakan di atas, maka beberapa asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terbadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran yang menjadi pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan Poewadarminta (dalam Adang Heriawan, 2012: 29). 2. Menurut Hamalik (dalam Illahi, 2012: 29) menyatakan “Discovery adalah proses pembelajaran yang menitik beratkan pada mental intelektual para anak didik dalam memecahkan berbagai persoalan dihadapi, sehingga menemukan suatu konsep atau generalisasi yang dapat diterapkan di lapangan”. 3. Pembelajaran di Sekolah Dasar kelas IV pada pembelajarn tematik dalam tema indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku dengan penerapan model discovery learning dapat digunakan menjadi suatu alternatif pembelajaran, karena siswa dapat memperoleh pengetahuan dari sesama siswa yang menjadikan siswa lebih memahami esensi materi dibandingkan dengan materi yang diperoleh dari guru. I. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka atau paradigma penelitian dan asumsi sebagaimana telah dikemukakan di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: “Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning dapat Meningkatkan Pemahaman Konsep Belajar Siswa pada Pembelajaran Tematik dalam Tema Indahnya Kebersamaan”. J. Definisi Operasional Untuk menghindari terjadinya salah pengertian terhadap istilah-istilah yang terdapat dalam variabel penelitian ini, maka istilah-istilah tersebut kemudian didefinisikan sebagai berikut: 1. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terbadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran yang menjadi pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poewadarminta, 1983). 2. Menurut Hamalik (dalam Illahi, 2012: 29) menyatakan “ Discovery adalah proses pembelajaran yang menitik beratkan pada mental intelektual para anak didik dalam memecahkan berbagai persoalan dihadapi, sehingga menemukan suatu konsep atau generalisasi yang dapat diterapkan di lapangan”. 3. Keunggulan model penemuan juga diungkapkan oleh Suherman, dkk (2001: 179) sebagai berikut: a. Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir; b. Siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat; c. Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat; d. Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan model penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks; e. Model ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri. 4. Model discovery learning adalah strategi pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses mental dalam rangka menentukan suatu konsep atau pengetahuannya sehingga siswa dapat mengembangkan potensi intelektual/motifasi instrinsik dan penguatan daya ingat. Adapun langkah-langkah pokok dalam pelaksanaan model discovery adalah sebagai berikut: a. Pemilihan bahan dan masalah atau tugas-tugas yang akan dipelajari b. Membantu memperjelas mengenai tugas/masalah yang akan dipelajari dan peranan masing-masing siswa c. Mempersiapkan tempat dan alat untuk penemuan d. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan penemuan dengan melakukan kegiatan pengumpulan data dan pengolahan data. e. Membesarkan hati dan memuji siswa yang ikut serta dalam proses penemuan f. Membantu siswa merumuskan kaidah, prinsip, ide generalisasi, atau konsep berdasarkan hasil penemuan 5. Menurut Vestari (dalam Yulita 2013: 27) “Pemahaman konsep adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkap suatu materi yang disajikan kedalam bentuk yang lebih dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu mengaplikasikannya”. 6. Menggunakan model pembelajaran discovery learning ini selalu mengusahakan agar siswa menemukan sendiri konsep-konsep materi yang sedang dipelajari. Materi yang disajikan guru, bukan begitu saja diberitahukan dan diterima oleh siswa. Siswa dikondisikan sedemikian rupa sehingga mereka memperoleh berbagai pengalaman dalam rangka “menemukan sendiri” konsep-konsep yang direncanakan oleh guru dan dibantu dengan sedikit bimbingan dari guru maka siswa diharapkan akan terlibat aktif dan adanya peningkatan pemahaman konsep dan hasil belajar dari masing-masing siswa khususya pada pembelajaran tematik dalam tema indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku. BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Belajar 1. Pengertian Belajar pada hakikatnya adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat diindikasikan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap, dan tingkah laku, kecakapan keterampilan, dan kemampuan, serta perubahan aspek-aspek yang lain yang ada pada individu yang belajar. Hilbarg (dalam Purwanto, 2006: 84) mengemukakan “Belajar berhubungan dengan perubahan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan”. Crow (dalam Sobur, 2003: 202) berpendapat “Belajar adalah memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap”. Hal ini upaya baru memperoleh penyesuaian diri terhadap situasi yang baru. Belajar dalam pandangan Crow menunjuk adanya perubahan yang progesif dari tingkah laku. Atkison (dalam Sobur, 2003: 203) mengemukakan “Belajar adalah perubahan yang relatif menetap perilaku yang terjadi akibat latiham”. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya. Kesimpulan yang dikemukakan Abdillah (dalam Aunurrahman, 2010), belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan pskomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu. Belajar adalah pengalaman terencana yang membawa perubahan tingkah laku (dalam Gintings, 2005: 34). Belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Belajar adalah suatu proses yang kompleks, sejalan dengan itu menurut Gagne (dalam Syaiful Sagala, 2008: 17) mengemukakan bahwa “Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus-menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja, melainkan oleh perbuatannya yang mengalami perubahan dari waktu kewaktu”. Ciri khas bahwa seseorang telah melakukan kegiatan belajar ialah dengan adanya perubahan pada diri orang tersebut, yaitu dari tahu menjadi tahu dan dari yang belum mengerti menjadi mengerti. Berdasarkan pengertian belajar maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu ke arah yang lebih baik yang bersifat relatif tetap akibat adanya interaksi dan latihan yang dialaminya, dengan cara disengaja atau cara yang sudah ditentukan. Belajar juga merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh hasil yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang relatif menetap. 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Menurut Arif Gunarso dan Asmara (dalam Yulita 2013: 40) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam penguasaanpengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan dalam pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan tes angka nialai yang diberikan oleh guru. Menurut Morgan (dalam Purwanto, 2006: 24) hasil belajar adalah”setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil darilatihan atau pengalaman”. Hasil belajar menurut Sumadi (dalam Dimyati, 2002: 3): Merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Salah satu upaya mengukur hasil belajar siswa dilihat dari hasil belajar siswa itu sendiri. Bukti dari usaha yang dilakukan dalam kegiatan belajar dan proses belajar adalah hasil belajar yang biasa diukur melalui tes. Berhasil atau tidaknya seorang siswa meraih hasil belajarnya tergantung dari banyak hal atau tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa Purwanto (2006: 102) mengatakan “hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor yang datang dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar atau faktor lingkungan”. Faktor yang datang dari dalam diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Disamping faktor yang dimiliki siswa juga ada faktor lain seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan cara belajar, sosial ekonomi, faktor fisik dan faktor psikis. Menurut Sobur (2003: 224) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut: a. Faktor yang ada dalam individu itu sendiri yang disebut faktor internal yang termasuk faktor individu antara lain: faktor kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi. Yang termasuk faktor internal adalah: faktor fisiologis, jasmaniah individu atau siswa yang bersifat bawaan maupun diperoleh, misalnya: penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya. Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh yang terdiri dari: 1) faktor intelektif, yaitu terdiri atas dua faktor yang pertama faktor potensial yaitu intelegensi dan bakat, yang kedua adalah faktor aktual atau kecakapan nyata yaitu prestasi; 2) faktor non intelektif, yaitu komponen kepribadian tertentu seperti sikap, minat, motivasi, kebiasaan, cara belajar dan sebagainya; 3) faktor kematangan fisik dan psikis. b. Faktor yang ada di luar individu yang disebut faktor sosial. Yang termasuk faktor sosial antara lain: keluarga, guru dan cara mengajar atau model pengajaran, lingkungan dan kesempatan yang tersedia serta motivasi sosial. Yang tegolong faktor eksternal adalah: 1) faktor sosial yang terdiri atas: faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan sekolah, faktor lingkungan masyarakat, dan faktor kelompok; 2) faktor budaya seperti: adat istiadat, teknologi, ilmu pengetahuan, kesenian, dan lain sebagainya; 3) lingkungan fisik seperti: fasilitas rumah, fasilitas tempat kerja dan lain sebagainya; 4) faktor spiritual atau keagamaan. Dari teori dan pendapat di atas banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar baik dari faktor internal siswa atau eksternal siswa. Kedua faktor ini berpengeruh terhadap baik atau buruknya hasil yang akan dicapai oleh siswa sebagai hasil dari proses belajar mengajar di sekolah. Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah alat pembelajaran yang mendukung, apakah telah sesuai dan tepat dengan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan, dapat membangun motivasi dan semangat siswa dalam belajar sehingga pada akhirnya akan meningkatkan hasil atau prestasi belajar siswa di kelas. B. Hakekat Pembelajaran 1. Pengertian Pembelajaran Menurut Dimyati dan Mudjiono (dalam Syaiful, 2011: 62) “pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar”. Konsep pembelajaran menurut Corey (dalam Syaiful, 2011:61) adalah “suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan”. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah aku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama dan karena adanya usaha. 2. Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran memang perlu dirumuskan dengan jelas, karena perumusan tujuan yang jelas dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan dari proses pembelajaran itu sendiri. Suatu tujuan pembelajaran juga harus memenuhi syarat-syarat berikut: a. Spesifik, artinya tidak mengandung penafsiran (tidak menimbulkan penafsiran yang bermacam-macam) b. Operasional, artinya mengandung satu perilaku yang dapat diukur untuk memudahkan penyusunan alat evaluasi. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran adalah rumusan secara terperinci apa saja yang harus dikuasai oleh siswa sebagai akibat dari hasil pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur. Rumusan tujuan pembelajaran ini harus disesuaikan dengan kompetensi inti, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian siswa. Selain itu tujuan pembelajaran yang dirumuskan juga harus spesifik dan operasional agar dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan dari proses pembelajaran. C. Model Discovery Learning 1. Model Pembelajaran Arends (dalam Trianto, 2013: 51) model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu pada tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Fungsi model pembelajaran di sini adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Seperti yang dikemukakan oleh Joyce dan Weil (dalam Trianto, 2013: 53) bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang dipergunakan sebagai dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran seperti buku-buku, film, komputer, kulikuler dan lain-lain. Hal ini menunjukan bahwa setiap model yang akan digunakan dalam pembelajaran menentukan perangkat yang dipakai dalam pembelajaran tersebut. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai sebuah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belejar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran, dengan demikian aktivitas pembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis. Pemilihan model pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran dan karakteristik setiap kompetensi dasar yang disajikan. Tidak semua model pembelajaran cocok untuk setiap kompetensi dasar. Guru perlu memilih dan menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa, serta antara siswa dengan siswa. 2. Model Discovery Learning Discovery dapat dipandang sebagai metode ataupun model pembelajaran. Namun demikian, discovery lebih sering disebut sebagai model tinimbang sebagai model pembelajaran. Oleh karenanya, istilah yang sering muncul adalah model discovery. Model discovery (dalam bahasa Indonesia sering disebut model penyikapan) didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila siswa disajikan materi pembelajaran yang bersifat belum tuntas atau belum lengkap sehingga menuntut siswa menyiapkan beberapa informasi yang diperlukan untuk melengkapi materi ajar tersebut. Menurut Hamalik (dalam Illahi, 2012: 29) menyatakan “Discovery adalah proses pembelajaran yang menitik beratkan pada mental intelektual para anak didik dalam memecahkan berbagai persoalan dihadapi, sehingga menemukan suatu konsep atau generalisasi yang dapat diterapkan di lapangan”. Model discovery menurut Suryosobroto (dalam Adang Heriawan, dkk, 2012: 100) diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum sampai kepada generalisasi. Model discovery merupakan komponen dari praktik pendidikan yang meliputi model mengajar yang memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif. Sund (dalam Adang Heriawan, dkk, 2012: 101) menjelaskan discovery adalah proses mental siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Pengertian tentang discovery juga dikemukakan oleh Sukardi (2005: 3) yang menjelaskan bahwa discovery adalah hasil temuan yang memang sebetulnya sudah ada. Pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning ini selalu mengusahakan agar siswa terlibat dalam masalah-masalah yang dibahas. Model discovery sebagai model belajar mengajar yang memberikan peluang diperhatikaannya proses dan hasil belajar siswa, dalam kegiatan belajar-mengajar. Menurut Moejiono dan Dimyati (1993: 87) digunakannya model discovery dalam proses pembelajaran bertujuan untuk: a. Meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam memperoleh dan memproses perolehan belajar, b. Mengarahkan para siswa sebagai pelajar seumur hidup, c. Mengurangi ketergantungan kepada guru sebagai satu-satunya sumber informasi yang diperlukan oleh siswa, dan d. Melatih para siswa mengeksploritasi atau memanfaatkan lingkungannya sebagai sumber informasi yang tidak akan pernah tuntas digali. Penggunaan teknik discovery ini guru berusaha meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Dari berbagai penjelasan tentang model discovery, maka pembelajaran ini memiliki keunggulan sebagai berikut: a. model ini dapat membantu siswa untuk mengembangkan dan memperbanyak penguasaan keterampilan dalam proses kognitif siswa, b. siswa memperoleh pengetahuan yang sangat pribadi sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut, c. dapat meningkatkan kegairahan/motivasi belajar para siswa, d. mampu mengarahkan siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar yang kuat, e. teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya masing-masing, f. membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri. Model discovery berpusat pada siswa, bukan pada guru. Guru hanyalah teman belajar siswa yang senantiasa membantu jika diperlukan. Walaupun begitu model discovery ini masih mempunyai beberapa kekurangan antara lain: a. pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar ini. siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik, b. bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini akan kurang berhasil, c. bagi guru yang sudah biasa dengan proses pembelajaran tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan teknik penemuan, dan d. teknik ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berfikir secara kreatif. Sebagai strategi belajar, discovery learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada discovery learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru, sedangkan pada inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga siswa harus mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah itu melalui proses penelitian. 3. Tujuan Pelaksanaan Discovery Learning Berbagai pengertian tentang discovery di atas, pada prisnsipnya discovery atau penemuan di sini adalah bahwa untuk memahami suatu konsep atau simbol-simbol, siswa tidak diberitahu oleh guru, tetapi guru memberitahu peluang agar siswa dapat memperoleh sendiri pengertian-pengertian dan konsep-konsep itu melalui pengalamannya. Model discovery ini sangat penting, karena memiliki tujuan sebagai berikut: a. dapat mengembangkan kemampuan intelektual siswa, b. mendapatkan motivasi instrinstik, c. menghayati bagaiman ilmu itu diperoleh, d. memperoleh daya ingat yang lebih lama retensinya, e. meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam memperoleh dan memproses perolehan belajar, f. mengarahkan pada siswa sebagai pelajar seumur hidup, g. mengurangi ketergantungan kepada guru sebagai satu-satunya sumber informasi yang diperlukan oleh siswa, dan h. melatih siswa mengeksplorasi atau memanfaatkan lingkungannya sebagai sumber informasi yang tidak akan pernah tuntas digali. 4. Langkah-langkah Model Discovery Learning Manurut Syah (dalam Yunus Abidin, 2014: 177) dalam mengaplikasikan model discovery diproses pembelajaran, ada beberapa tahapan pembelajaranyang harus dilaksanakan.tahapan atau langkah-langkah tersebut secara umum dapat diperinci sebagai berikut: a. Stimulasi Pada tahapan ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungan dan dirangsang untuk melakukan keghiatan penyelidikan guna menjawab kebingungan tersebut. Kebingungan dalam diri siswa ini sejalan dengan adanya informasi yang belum tuntas disajikan guru. b. Manyatakan Masalah Pada tahap ini siswa diarahkan untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis. c. Pengumpulan Data Pada tahap ini siswa ditugaskan untuk melakukan kegiatan eksplorasi, pencarian, dan penelusuran dalam rangka mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar hipotesis yang telah diajukannya. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui aktivitas wawancara, kunjungan lapangan, dan atau kunjungan pustaka. d. Pengolahan Data Pada tahap ini siswa mengolah data dan informasi yang telah diperolehnya baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditasirkan. e. Pembuktian Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi denagn temuan alternatif, dihubungkaan dengan hasil pengolahan data. f. Menarik Kesimpulan Pada tahap ini siswa menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk sema kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verivikasi. 5. Hasil Penelitian Terdahulu dengan Penerapan Model Discovery Learning Seperti yang terdapat dalam skripsi Nanis Regina Choerunnisa (2012) mahasiswa Universitas Pasundan Bandung melakukan penelitian dengan judul skripsi “Penerapan Model Discovery Learning dengan Menggunakan Media Puzzle untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Rangka Manusia dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam”. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IV SDN Rajagaluh II Kecamatan Rajagaluh Kabupaten Majalengka tahun Ajaran 2011/2012 dengan jumlah siswa 37 orang siswa. Masalah yang dihadapi peneliti adalah memahami konsep rangka manusia belum mencapai hasil belajar yang ingin dicapai. Untuk mengatasi hal tersebut dilakukan tindakan dengan menerapkan model discovery learning dengan menggunakan media Puzzle. Dari analisis data penelitian diperoleh kesimpulan setelah dilaksanakan pembelajaran dengan model discovery learning pemahaman siswa dalam menerapkan konsep rangka manusia mengalami peningkatan, pemahaman konsep rangka manusia dapat tercapai sesuai KKM pada siklus III. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2010 di SDN Bandingan 04 Kecamatan Rakit Kabupaten Banjarnegara sebagai karya tulis skripsi di Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Judul penelitian ini “Upaya menigkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Discovery Learning pada Materi Sifat-sifat Cahaya Kelas V SD Negeri Bandingan 04, Kecamatan Rakit, Kabupaten Banjarnegara”. Pembelajaran Sains dikelas V dengan menggunakan model ceramah sebenarnya kurang efektif dan kurang mencapai hasil belajar yang optimal. Pelajaran Sains akan lebih efektif dan akan membuat siswa aktif jika menggunakan model discovery learning. Menggunakan model discovery learning diharapkan dalam belajar Sains, siswa mampu untuk belajar lebih aktif dan lebih efektif dalam pembelajaran akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam belajar Sains. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran discovery learning yang diterapkan dalam penelitian ini dengan cara percobaan dalam kegiatan pembelajaran, dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Bandingan 04, kecamatan Rakit, kabupaten Banjarnegara. Peningkatan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran Sains pada sub pokok materi sifat-sifat cahaya mengalami kenaikan sebesar 10 (nilai rata-rata siklus I sebesar 66.56 sedangkan nilai rata-rata akhir penelitian 79.56) atau meningkat sebesar 14%. Dari beberapa sumber di atas maka dapat disimpulkan dengan mengaplikasikan model discovery learning secara berulang-ulang dapat meningkatkan kemampuan penemuan diri individu yang bersangkutan. Penggunaan model discovery learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Penggunaan model ini juga diharapkan dapat lebih meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. D. Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terbadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran yang menjadi pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan Poewadarminta (dalam Adang Heriawan, 2012: 29): 1. Karakteristik Pembelajaran Tematik Sebagai suatu model pemebelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik (dalam Adang Heriawan, dkk, 2002: 27) sebagai berikut: a. Berpusat pada siswa Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjeek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar. b. Memberikan pengalaman langsung Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas Dalam pembelajaran tematikpemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa. d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran Pembelajara tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. e. Bersifat fleksibel Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) di mana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari suatu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, bahkan mengaitkannnya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan di mana sekolah dan siswa berada. f. Hasil pembelajran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalakan potensi yang dimilikinya dengan minat dan kebutuhannya. Menggunakan prisip belajar sambil bermain dan menyenangkan. 2. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik memiliki kelebihan dan arti yang penting, yakni: a. menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan anak didik, b. memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak didik, c. hasil belajar dapat bertahan lama, karena lebih berkesan dan bermakna, d. mengembangkan keterampilan berfikir anak didik sesuai dengan persoalan yang dihadapi, e. menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama, f. memiliki sikap toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain, g. menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan anak didik. Selain ada kelebihan di atas, pembelajaran integratif memiliki keterbatasan, terutama dalam pelaksanaannya, yaitu pada perancangan dan pelaksanan evaluasi yang lebih banyak menuntut guru untuk melakukan evaluasi proses, dan tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran langsung saja. 3. Pentingnya Pembelajaran Tematik untuk Murid Sekolah Dasar Model pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar atau mengarahkan siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Melalui pembelajaran tematik siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajari secara holistik, bermakna, autentik, dan aktif. Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan belajar siswa. Pembelajaran tematik sangat penting diterapkan di Sekolah Dasar sebab memiliki banyak nilai dan manfaat diantaranya: a. Menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan, b. Siswa dapat melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir, c. Pembelajaran tidak terpecah-pecah karena siswa dilengkapi dengan pengalaman belajar yang lebih terpadu sehingga akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang lebih terpadu juga, d. Memberikan penerapan-penerapan dari dunia nyata, sehingga dapat mempertinggi kesempatan transfer belajar (transfer of learning), e. Adanya pemaduan antarmata pelajaran, maka pengusaan materi pembelajaran akan semakin baik dan meningkat. E. Pemahaman Konsep 1. Pengertian Pemahaman Pemahaman dapat didefinisikan sebagai kemampuan menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Ini dapat ditujukan dengan menterjemahkan materi dari satu bentuk ke dalam bentuk lain (misalnya dari bentuk angka ke dalam bentuk kata-kata atau sebaliknya), menginterpretasikan materi (misalnya: menjelaskan, meringkaskan) dan dengan meramalkan arah/kecenderungan masa yang akan datang (misalnya: meramalkan akibat sesuatu). Menurut Ernawati (dalam Annissa, 2013: 40) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan pemahaman adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan dalam bentuk lain yang dapat di biologihami, mampu memberikan interprestasi dan mampu mengklasifikasinya. Menurut Daryanto (dalam Nanis, 2012) kemampuan pemahaman dapat dijabarkan menjadi tiga, yaitu: a. Menerjemahkan (translation) Pengertian menerjemahkan di sini bukan saja pengalihan (translation) arti dari bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain. Dapat juga dari konsepsi abstrak menjadi suatu model, yaitu model simbolik untuk mempermudah orang mempelajarinya. b. Menginterpretasi (interpretation
Item Type: | Thesis (Skripsi(S1)) |
---|---|
Subjects: | S1-Skripsi |
Divisions: | Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > PGSD 2014 |
Depositing User: | Iyas - |
Date Deposited: | 28 Jun 2016 09:34 |
Last Modified: | 28 Jun 2016 09:34 |
URI: | http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/5234 |
Actions (login required)
View Item |