PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KERJA SAMA DAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK PADA SUBTEMA BERSYUKUR ATAS KEBERAGAMAN

Wilman Maulana, 105060021 (2016) PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KERJA SAMA DAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK PADA SUBTEMA BERSYUKUR ATAS KEBERAGAMAN. Skripsi(S1) thesis, FKIP UNPAS.

[img] Text
Cover Skripsi.docx

Download (45kB)
[img] Text
Lembar pengesahan.docx

Download (14kB)
[img] Text
Moto dan Persembahan.docx

Download (24kB)
[img] Text
Pernyataan Keaslian Skripsi.docx

Download (12kB)
[img] Text
Abstrak.docx

Download (16kB)
[img] Text
Kata Pengantar, Ucapan terimakasih, dan daftar isi,tabel dan gambar edit.docx

Download (83kB)
[img] Text
Daftar Isi,Daftar Tabel, dan Daftar Gambar.docx

Download (24kB)
[img] Text
BAB I.docx

Download (39kB)
[img] Text
BAB II.docx

Download (56kB)
[img] Text
BAB III.docx

Download (55kB)
[img] Text
BAB IV.docx
Restricted to Repository staff only

Download (224kB)
[img] Text
BAB V.docx
Restricted to Repository staff only

Download (25kB)
[img] Text
DAFTAR PUSTAKA.docx

Download (23kB)
[img] Text
RIWAYAT HIDUP WILMAN.docx

Download (48kB)

Abstract

ABSTRAK PENERAPAN MODEL PROLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KERJA SAMA DAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK PADA SUBTEMA BERSYUKUR ATAS KEBERAGAMAN (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV SDN Buluh Panca Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung Tahun Pelajaran 2014/2015) oleh Wilman Maulana 105060021 Penelitian Penerapan model problem based learning untuk meningkatkan kerja sama dan hasil belajar pada pembelajaran tematik subtema bersyukur atas keberagaman di kelas IV SDN Buluh Panca dilatarbelakangi berdasarkan hasil observasi awal penelitian, tedapat beberapa masalah pada proses pembelajaran tematik pada subtema bersyukur atas keberagaman , diantaranya yaitu dalam proses pembelajaran, kurangnya kerja sama siswa jika pembelajaran dibuat ke dalam kelompok, tugas yang diberikan guru hanya dikerjakan sebagian siswa, kemudian pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered), sehingga siswa kurang termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, siswa merasa jenuh dan bosan untuk mengikuti pembelajaran yang diberikan oleh guru. akibatnya hasil belajar siswa menurun. Hal ini dibuktikan dengan hasil Pretes siswa pada siklus I dengan ketuntasan 20,8% dan siklus II dengan ketuntasan 41,6%. Oleh karena itu, perlu dilakukan perubahan dalam meningkatkan hasil belajar, aktivitas siswa serta kreativitas guru dalam mengelola proses pembelajaran yaitu dengan mengunakan model problem based learning. Penelitian ini menggunakan dua siklus dimana tiap siklusnya terdapat perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi, instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu lembar observasi, wawancara, angket dan lembar test. Perencanaan dengan menggunakan model problem based learning ini menekankan pada pola interaksi siswa dalam kelompok sehingga mereka dapat saling membantu dalam memahami materi, memecahkan suatu masalah dan mencari solusinya. Hasil penelitian ini menunjukan hasil yang memuaskan, hal ini terlihat dari peningkatan hasil belajar dari pemahaman siswa terhadap materi. Hasil postes dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Ketuntasan belajar siswa pada siklus I dengan persentase 41,6% pengamatan kerja sama siswa dengan persentse 47% dan siklus II dengan persentase 91,6% dengan pengamatan kerja sama siswa 87%. Dengan demikian, penggunaan model problem based learning dapat meningkatkan kerja sama dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik subtema bersyukur atas kebergaman. Kata kunci: Problem Based Learning, kerja sama dan hasil Belajar siswa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia menjadi lebih berkualitas untuk bisa menyesuaikan dalam kehidupan bermasyarkat dan bernegara kepada setiap individu. Dalam Undang Undang Dasar 1945 (2003 : 20) disebutkan, fungsi pendidikan sebagai berikut. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Penyelenggaraan pendidikan diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi siswa sebagai generasi penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan menjadi faktor dominan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan negara Indonesia sepanjang zaman. Siswa sebagai subjek pendidikan, dituntut supaya aktif dalam belajar mencari informasi dan mengksplorasi atau secara berkelompok. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembingbing ke arah pengomtimalan pencapaian ilmu pengetahuan yang dipelajari. Dalam proses pembelajaran siswa diharapkan mau dan mampu mengemukakan pendapat sesuai dengan apa yang telah dipahami, serta berinteraksi secara positif antara siswa dengan siswa maupun antara siswa dan guru. Pada dasarnya yang mendasari kegiatan pembelajaran pada Kurikulum 2013 adalah pendekatan ilmiah (saintific approach), walupun sebenarnya bukan hal yang baru, karena pendekatan ilmiah pada KBK sudah ada, hanya istilahnya saja yang berbeda. Adapun ciri-ciri umum dari Kurikulum 2013 disebutkan di Permendiknas (2013 : 67) “adalah kegiatan pembelajaran yang mengedepankan kegiatan-kegiatan proses yaitu : mengamati, menanya, mencoba, menyimpulkan”. Saat ini adalah saat transisi dalam bidang pendidikan. Masa beralihnya dari KTSP 2006 ke Kurikulum 2013. Di dalam KTSP dan sebelumnya secara garis besar lebih mengedepankan pada aspek kognitif psikomotorik kemudian afektif. Hal tersebut disinyalir merupakan penyebab buruknya kualitas pendidikan di Indonesia. Maka dari itu, para ahli pendidikan bekerja sama dengan pemerintah mengubah kurikulum tersebut dengan kurikulum 2013. Pada dasarnya perubahan yang terjadi dalam bidang pendidikan ini dilatarbelakangi oleh keinginan untuk memperbaiki mutu pendidikan. Kurikulum 2013 ini lebih menonjolkan pada aspek afektif lalu psikomotorik kemudian kognitif. Generasi penerus bangsa diharapkan memiliki watak dan berahlak mulia yang mampu memajukan kualitas bangsa dari segala sisi. Pada kenyataannya, situasi pembelajaran kurang memenuhi dari yang diharapkan. Khususnya di lokasi yang akan peneliti teliti. Hasil pembelajaran dapat ditentukan dari aktivitas yang siswa lakukan selama proses belajar. Tentunya jika siswa berperan aktif belajar, maka hasil yang didapat adalah memuaskan. Sebagai mana yang dijelaskan dengan peraturan Pemerintah terhadap tujuan Kurikulum 2013, Permendiknas (2013 : 67) sebagai berikut. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Fakta di lapangan, pembelajaran tematik di SD masih cenderung bersifat parsial. Guru dalam menyampaikan materi pembelajaran di kelas masih kurang variatif. Proses pembelajaran memiliki kecenderungan pada metode tertentu, yaitu metode ceramah. Guru masih mendominasi dalam proses pembelajaran. Dalam proses belajar siswa kurang aktif, siswa lebih banyak mendengar dan menulis. Hal tersebut menyebabkan siswa tidak memahami konsep yang sebenarnya, hanya menghafalkan suatu konsep. Materi yang sudah dipelajari siswa menjadi kurang bermakna. Dalam pembelajaran khususnya dalam pembelajaran tematik dalam prosesnya maupun hasilnya masih kurang dari harapan, misalnya aktivitas siswa masih cenderung pasif dan hasil belajar siswa masih rendah jika guru membaginya ke dalam sebuah pembelajaran berkelompok masih terjadi ketidak aktifan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru, atau tidak meratanya pekerjaan yang dikerjakan siswa atau kurangnya kerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok yang diberikan guru. Ini dirasa perlunya mengubah gaya belajar untuk mengatasi permaslahan di atas yaitu dengan menerapkan pembelajaran yang bebasis masalah (Problem Based Learning) untuk meningkatkan kerja sama dan meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV semester 1 SDN Buluh Panca dalam pembelajaran tematik pada tema “Indahnya Kebersamaan” sub tema “Bersyukur atas Keberagam”. Subtema “Bersyukur atas Keberagaman” yang terdapat pada buku siswa berdasarkan Kurikulum 2013, tepatnya terdapat pada tema 1 yaitu “indahnya kebersamaan”. Pembelajaran ini menyatukan beberapa mata pelajaran yaitu Bahasa Indonesia, IPS, Matematika, dan PPKN. Dalam pembelajaran ini menitikberatkan pada aktivitas kerja sama siswa dalam berkelompok yang memecahkan suatu masalah yang ada hubungannya pada kehidupan sehari-hari. Masalah yang diberikan kepada siswa adalah diceritakan seolah-olah terjadi di kelas mereka ada dua orang teman mereka yang sudah tiga hari tidak masuk ke sekolah, dengan arahan guru, siswa dituntut untuk memecahkan masalah tersebut, dengan diberi rangsangan pertanyaan, sehingga siswa memecahkan masalah tersebut dengan tepat, dan mempunyai sikap-sikap yang berbudi luhur. Hasil pengamatan pada proses pembelajaran di kelas IV SDN Buluh Panca Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung menunjukan bahwa interaksi pembelajaran dalam kelas masih berlangsung satu arah khususnya pada pembelajaran 3 dan 4 subtema “bersyukur atas keberagaman”. Pembelajaran masih berpusat pada guru, siswa menerima begitu saja informasi yang diberikan oleh guru. Respons siswa tehadap pembelajaran cenderung rendah. Selama proses pembelajaran partisipasi siswa hanya mencatat dan mendengarkan penjelasan guru. Sedikit sekali siswa yang mengajukan pertanyaan maupun yang menjawab pertanyaan yang diajukan guru, bahkan tidak jarang siswa bermain sendiri saat guru sedang menerangkan pelajaran, dan siswa tidak latih untuk mencari informasi-informasi yang ada kaitanya dengan pembelajaran yang sedang di ajarkan siswa hanya menerima informasi. Berdasarkan observasi yang dilakukan di SDN Buluh Panca Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung masalah tersebut harus ditanggulangi. Karena terlihat hasil yang kurang maksimal. Siswa yang tuntas sesuai KKM ada 5 orang dan yang belum tuntas KKM sejumlah 19 orang dari 24 siswa dengan KKM yang telah ditetapkan adalah 2,6. Atau sekitar 79,1% tidak memenuhi standar nilai KKM dan yang lulus nilai KKM adalah 20,8% dari keseluruhan siswa kelas IV SDN Buluh Panca Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung. Pada pembelajaran tersebut guru menggunakan metode ceramah, yaitu sebuah metode mengajar dengan cara menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa, yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Jelaslah bahwa dalam pembelajaran kurang terlihat adanya aktifitas siswa, karena siswa hanya duduk terdiam mendengarkan apa yang dibicarakan. Sehingga siswa kurang aktif dan hasil belajar pun kurang maksimal. Melihat pemaparan di atas peneliti berusaha untuk melakukan perubahan proses belajar mengajar untuk berhasilnya tujuan pembelajaran dengan menerapkan suatu sistem pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar, pembelajaran yang semula berpusat pada guru beralih berpusat pada siswa, yaitu salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. Problem Based Learning adalah pembelajaran yang berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah sehingga peserta didik untuk belajar, dalam kelas yang menerapkan pembelajaran bebasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata. Pembelajaran berdasarkan masalah ini menurut Dutch dalam Amir (2013 : 21) merupakan metode instruksional yang menantang siswa “belajar untuk belajar” bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata. Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis siswa dan inisiatif atas materi pelajaran. Problem Based Learning mempersiapkan siswa untuk berpikir kritis, analisis, dan untuk mencari serta menggunakan sumber pebelajaran yang sesuai. Atas dasar latar belakang masalah sebagaimana telah diutarakan di atas, maka peneliti memandang penting dan perlu untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kerja Sama dan Hasil Belajar dalam Pembelajaran Tematik pada Subtema Bersyukur atas Keberagaman”. 1.2 Identifikasi Masalah Atas dasar latar belakang di atas, maka permasalahan penelitian ini dapat diindentifikasi sebagai berikut. 1. Aktivitas siswa rendah dalam pembelajaran terutama dalam hal berinteraksi di kelas. 2. Rendahnya kerja sama dan hasil belajar dalam Pembelajaran tematik pada tema “Indahnya Kebersamaan” subtema “Besyukur atas Keberagaman” sebagain besar siswa mendapatkan nilai di bawah KKM. 3. Rendahnya kerja sama dalam pembelajaran tematik pada Tema “Indahnya Kebersamaan” subtema “Besyukur atas Keberagama”, kurangnya pekerjaan yang merata dalam pembelajaran berkelompok. 4. Guru masih menggunakan model pembelajaran yang konvensional. 1.3 Rumusan Masalah dan Pembatasan Masalah 1. Rumusan Masalah a. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran tematik subtema “Bersyukur atas Keberagaman” pada siswa kelas IV SDN Buluh Panca? b. Bagaimanakah peningkatan kerja sama siswa kelas IV SDN Buluh Panca dalam pembelajaran tematik pada subtema “Bersyukur atas Keberagaman” dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)? c. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SDN Buluh Panca dalam pembelajaran tematik pada subtema “Bersyukur atas Keberagaman” dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)? 2. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan indentifikasi masalah di atas maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut. a. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran tematik subtema “Bersyukur atas Keberagaman” pada siswa kelas IV SDN Buluh Panca. b. Peningkatan kerja sama siswa kelas IV SDN Buluh Panca dalam pembelajaran tematik pada subtema “Bersyukur atas Keberagaman” dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). c. Peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SDN Buluh Panca dalam pembelajaran tematik pada subtema “Bersyukur atas Keberagaman” dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). 3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka secara umum tujuan dari peneliti ini adalah memberikan pembelajaran yang bisa meningkatkan kerja sama dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran. Dalam rumusan masalah dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan, meliputi bagaimanakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan kerja sama dan hasil belajar siswa. Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu: 1. memperoleh gambaran perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning di kelas IV SDN Buluh Panca dalam pembelajaran tematik pada subtema “Bersyukur atas Keberagaman”; 2. untuk meningkatkan kerja sama siswa melalui penerapan model Problem Based Learning dalam pembelajaran tematik pada subtema “Bersyukur atas Kebersamaan”; 3. untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan Problem Based Learning dalam pembelajaran tematik pada subtema “Bersyukur atas Keberagaman”; 1.5 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini berguna untuk menemukan metode pembelajaran yang bisa meningkatkan kerja sama dan hasil belajar siswa sehingga memperoleh pengetahuannya untuk dapat diterapkan dalam kehidupan dan lingkungannya. 2. Manfaat secara Praktis a. Bagi Peneliti, hasil penelitian ini bermanfaat sebagai berikut: 1) mendapatkan pengetahuan dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang aktif melalui kerja sama siswa; 2) menambah wawasan tentang model-model pembelajaran yang tepat untuk dilakukan dalam melaksanakan pembelajaran; dan 3) menemukan metode dan model-model pembelajaran yang bervariasi untuk meningkatkan hasil belajar. b. Bagi siswa, hasil penelitian ini bermanfaat sebagai berikut: 1) agar dapat menemukan dan mengontruksi pengetahuannya sendiri bukan hanya menerima pengetahuan dari guru; 2) agar bisa mengikuti kegiatan pembelajaran secara aktif melalui kerja sama; dan 3) agar dapat memperoleh hasil belajar yang maksimal. c. Bagi guru, hasil penelitian ini bermanfaat sebagai berikut: 1) Agar guru terampil dalam membuat perencanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning pada tema “Indahnya Kebersamaan” subtema “Bersyukur atas Keberagaman; 2) Agar guru mampu melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning pada tema “Indahnya Kebersamaan” subtema “Bersyukur atas Keberagaman”; dan 3) Agar guru dapat meningkatkan kerja sama dan hasil belajar siswa secara maksimal dengan mengunakan model Problem Based Learning pada tema “Indahnya Kebersamaan” subtema “Bersyukur atas Keberagaman”. d. Bagi Sekolah, hasil penelitian ini bermanfaat sebagai berikut: a. Menemukan metode-metode yang bervariasi dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran; dan b. Meningkatkan prestasi sekolah khususnya pada tema “Indahnya Kebersamaan” subtema “Bersyukur atas Keberagaman”. 1.6 Definisi Operasional Untuk mengatasi ketidakjelasan makna dan perbedaan pemahaman mengenai istilah yang digunakan judul penelitian ini, maka istilah tersebut perlu dijelaskan sebagai berikut. 1. Model Problem Based Learning Model pembelajaran Problem Based Learning adalah model pembelajaran yang menggunakan masalah dalam proses pembelajaran, siswa dituntun untuk menggali pengetahuannya dalam memecahkan masalah pada proses pembelajaran, sedangkan peran guru hanya sebagai fasilitator. TimKemendikbud (2013 : 12) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu metode pembelajaran yang menantang siswa untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat siswa pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada siswa, sebelum siswa mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan. 2. Kerja Sama Kerja sama adalah dua pihak atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan bersama, dalam pembelajaran kelompok kerja sama antarsiswa sangat dibutuhkan agar pembelajaran lebih bermakna dan semua siswa melaksanakan tugas yang diberikan guru. Kerja sama dalam kelompok yang demokratis itu yakni setiap individu yang berperan serta secara aktif dan ikut bekerja sama. Proses kelompok memiliki 2 ciri utama, yaitu peran serta individu dalam segala kegiatan, dan kerja sama antarindividu dalam kelompok. Akan tetapi di dalamnya mungkin juga akan timbul persaingan. Persaingan di sini akan timbul secara sehat dan baik, jika sebelumnya individu mendapat arahan. Menurut Burton dalam Rohani (2010 : 30) menjelaskan bahwa ada 2 jenis kerja kelompok sebagai berikut. 1. Kerja kelompok untuk memecahkan suatu proyek atau masalah dengan langkah-langkah sebagai berikut. a. merasa ada/timbul masalah a. identifikasi dan analisis masalah b. diseminasi tugas c. aktivitas kelompok d. penyelidikan oleh kelompok e. konklusi 2. Diskusi kelompok, untuk memecahkan suatu masalah yang menimbulkan berbagai pendapat. Kemudian agar kerja kelompok berjalan dengan baik, perlu diperhatikan beberapa prinsip berikut. a. peserta didik perlu mengenal dan memahami tujuan, rencana masalah dan manfaat untuk mereka. b. setiap anggota memberikan masukan-kontribusi c. setiap individu merasa bertanggung jawab pada kelompok d. dikembangkan peran serta dan kerja sama secara efektif e. perlu dicapai prosedur yang demokratis dan perencanaan pelaksanaan, penyelesaian dan pembuatan keputusan Untuk menghasilkan kerja sama yang baik, sebaiknya kerja sama memiliki tujuan dan keuntungan bersama Bowo dan Andy (2007:50-51) menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan kerja sama harus tercapai keuntungan bersama, Pelaksanaan kerja sama hanya dapat tercapai apabila diperoleh manfaat bersama bagi semua pihak yang terlibat di dalamnya. Apabila satu pihak dirugikan dalam proses kerjasama, maka kerjasama tidak lagi terpenuhi. Dalam upaya mencapai keuntungan atau manfaat bersama dari kerjasama, perlu komunikasi yang baik antara semua pihak dan pemahaman sama terhadap tujuan bersama. Pada setiap pembelajaran, guru hendaknya berupaya menciptakan suasana sosial yang membangkitkan kerja sama di antara siswa. Guru juga harus menjelaskan apa saja keuntungan dan manfaat dengan bekerja sama sehingg siswa dalam pelaksanaan pembelajaran yang dibagi dalam kelompok-kelompok kecil maupun kelompok-kelompok kelas tidak merasa terpaksa dan antusias dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru, sehingga pembelajaran akan sangat aktif terutama dalam kerja sama antar siswa di dalam kelompok. 3. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Hasil belajar juga bisa disebut alat ukur proses pembelajaran. Pembelajaran dianggap berhasil jika siswa mampu mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dimyan dan Mudjiono (2006 : 2-4) menyebutkan hasil belajar merupakan merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses pembelajaran. Berdasarkan urain di atas peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning adalah pembelajaran yang berbasis masalah. Pembelajaran yang sejak dimulai pembelajarannya diberikan rangsangan masalah yang ada kaitannya dengan kegiatan sehari-hari siswa, bertujuan agar siswa lebih mengerti terhadap masalah yang diberikan guru dan mampu mengerjakan masalah tersebut. Tujuan diterapkannya model pembelajaran Problem Based Learning, diharapakan meningkatkan kerja sama dan hasil belajar siswa. Kerja sama dalam berkelompok adalah salah satu indikator adanya antusias antara siswa untuk menyelesaikan tugas kelompok yang diberikan guru, sehingga pembelajaran akan sangat efektif dan efisien. Hasil pembelajaran adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar, sekaligus sebagai penentu keberhasilan suatu pembelajaran. Maka dari itu peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan kerja sama siswa, sehingga hasil belajar meningkat. BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Model Pembelajaran Problem Based Learning 1. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Leraning Model pembelajran Problem Based Learning adalah pembelajaran yang berawal dari masalah, pembelajaran ini semua kegiatanya berawal dari sebuah masalah, yang nantinya berusaha dipecahkan oleh siswa, ini berguna untuk mengasah kemampuan siswa dalam pemecahan masalah yang ada hubungannya baik di kehidupan sehari-hari atau dalam proses pembalajaran. Menurut Dutch dalam Amir (2013 : 12) menjelaskan bahwa Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu metode pembelajaran yang menantang siswa untuk belajar bagaimana belajar, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat siswa pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada siswa, sebelum siswa mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan. Pembelajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John Dewey. Menurut Dewey dalam Trianto (2009 : 91) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik. Model pembelajaran Problem Based Learning juga menggunakan masalah-masalah yang terdapat di dunia nyata agar para siswa tidak kebingungan. Nurhadi dkk, (2009 : 16), Problem Based Learning (PBL) adalah suatu pendekatan yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Dari pendapat para ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning adalah model pembelajaran yang berbasis masalah siswa diberi masalah untuk didiskusikan dan dipecahkan bersama-sama (berkelompok), tetapi masalah yang diberikan harus masalah-masalah yang terjadi di dunia nyata, supaya siswa tidak kebingungan ketika guru memberi masalah tersebut, Problem Based Learning juga sangat efektif dalam pembelajaran karena model ini merangsang pemikiran dan gagasan siswa untuk bisa bereksplorasi dalam pembelajaran, dan juga bisa melatih siswa aktif bekerja sama dalam kelompok. 2. Langkah-langkah Pembelajaran Problem Based Learning Ada 5 langkah proses pembelajaran Problem Based Learning menurut TimKemendikbud (2014 : 27) PBL akan dapat dijalankan bila pengajar siap dengan segala perangkat yang diperlukan (masalah, formulir, pelengkap, dam lain-lain) Adapun 5 proses atau fase Problem Based Learning adalah sebagai beriku Tabel 2.1 tahapan-tahapan model Problem Based Learning FASE-FASE PERILAKU GURU Fase 1 Mengorientasikan siswa pada masalah 1. Menjelelaskan tujuan pembelajaran, menjelelaskan logistik yang dibutuhkan 2. Memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah yang dipilih Fase 2 Mengorganisasikan siswa untuk mendefinisikan masalah Membantu siswa mendifiniskan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut Fase 3 Membingbing penyelidikan mandiri dan kelompok Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah Fase 4 Mengembangkan dan menyajikan artefak (hasil karya) dan memamerkannya Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan model dan berbagi tugas dengan teman Fase 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari / meminta kelompok presentasi hasil kerja Dalam pemilihan masalah menurut Amir (2013 : 18) ada hal-hal yang harus diperhatikan yaitu : a. Seperti apa relevansinya dengan dunia nyata? (karakteristik) b. Apakah cukup menantang dan menciptakan motivasi? ( konteksnya) c. Sejauh mana masalah dapat menstimulus kerja sama kelompok ( lingkungan belajar) d. Apakah perlu ada tuntunan mendapatkan sumber materi? (sumber materi) e. Bagaimana format presentasi dan diskusi ( pelaporan dan presentasi ) Itulah tahapan-tahapan dan penentuan masalah dari model pembelajaran Problem Based Learning di mana dari tahapan-tahapan tersebut tugas guru haruslah menyiapkan secara maksimal, agar aktivitas siswa dalam pembelajaran sesuai dengan harapan dan tujuan pembelajaran. 3. Kelebihan Model Pembelajaran Problem Based Learning Seperti model-model pembelajaran lainnya pada setiap model pembelajaran memiliki keunggulan dan kelemahan/keterbatasan, dalam Problem Based Learning (PBL) diantaranya sebagai berikut. Menurut Sanjaya (2007 : 219) model pembelajaran Problem Based Leraning memiliki keunggulan yaitu : 1) Menantang kemampuan siswa memberi kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa. 2) Meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa 3) Membantu siswa bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata. 4) Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang secara tepat. Lebih jauhnya dari model pembelajran Problem Based Learning adalah manfaatnya, menurut Smith dalam Amir (2013 : 27) menyebutkan manfaat model Problem Based Learning sebagai berikut. 1) Meningkatkan kecakapan pemecahan masalah 2) Lebih mudah mengingat 3) Meningkat pemahamannya 4) Meningkat pengetahuannya yang relevan dengan dunia praktik 5) Mendorong mereka penuh pemikiran 6) Membangun kemampuan kepemimpinan dan kerja sama 7) Kecakapan belajar dan memotivasi pembelajaran. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan model pembelajaran Problem Based Learning mempunyai kelebihan-kelebihan yang bisa membuat siswa aktif, membuat pembelajaran lebih bermakana sehingga siswa akan lebih mengerti, mamahami dan mendorong siswa lebih berinteraksi dengan lingkungannya. 4. Kekurangan Model Problem Based Leraning Setiap model pembelajaran tentunya terdapat kekurangan dan kelebihan dalam hal ini kekurangan dari model pembelajaran Problem Based Learning Menurut Sanjaya (2007 : 220) kekurangan dalam model Problem Based Learning yaitu: 1) Memerlukan waktu yang panjang dibandingkan dengan model pembelajaran lain. 2) Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit tidak dipecahkan, maka akan merasa enggan untuk mencoba. Menurut penjelasan di atas adanya kekurangan dan kelebihan model pembelajaran Problem Based Learning hendaknya guru bisa mengatasi atau menutupi kekurangan dari model pembelejaran Problem Based Learning, dan guru memaksimalkan kelebihan kelebihan dalam penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning agar proses pembelajaran mencapai tujuan yang ingin dicapai. 2.2 Kerja Sama 1. Pengertian Kerja Sama Kerja sama adalah dua pihak atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan bersama, dalam pembelajaran kelompok kerja sama antar siswa sangat dibutuhkan agar pembelajaran lebih bermakna dan semua siswa melaksanakan tugas yang diberikan guru. Menurut Soekamto dalam Anjawaningsih (2006 : 278) menerangkan bahwa kerjasama merupakan ”Suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama oleh lebih dari satu orang Kerjasama bisa bermacam-macam bentuknya, namun semua kegiatan yang dilakukan diarahkan guna mewujudkan tujuan bersama”. Sesuai dengan kegiatannya, maka kegiatan yang terwujud ditentukan oleh suatu pola yang disepakati secara besama-sama. Misalnya kerjasama dibidang pendidikan, kerjasama ini tentunya dilakukan oleh orang-orang yang berada dilingkungan pendidikan yang sama-sama memiliki pandangan dan tujuan yang sama. Terjadinya kerja sama yaitu terdapatnya kesamaan tujuan, menurut Pamudji (1985:12-13) “Kerja sama pada hakekatnya mengindikasikan adanya dua pihak atau lebih yang berinteraksi secara dinamis untuk mencapai suatu tujuan bersama”. Dalam pengertian itu terkandung tiga unsur pokok yang melekat pada suatu kerangka kerjasama, yaitu unsur dua pihak atau lebih, unsur interaksi dan unsur tujuan bersama. Agar dapat berhasil melaksanakan kerjasama maka dibutuhkan prinsip-prinsip umum sebagaimana yang dijelaskan oleh Edralin dan Whitaker dalam Keban (2007:35), prinsip umum tersebut terdapat dalam prinsip good governance antara lain: 1. Transparansi 2. Akuntabilitas 3. Partisipati 4. Efisiensi 5. Efektivitas 6. Saling menguntungkan dan memajukan Peneliti menyimulkan dari pendapat para ahli di atas bahwa kerja sama adalah suatu kegiatan yang lebih dari dua individu yang melakukan pekerjaan bersama-sama untuk mencapai tujan bersama. 2. Kerja sama dalam kelompok (team work) Kerja sama kelompok belajar merupakan bagian penting dari suatu kelas yang efektif. Bagaimanapun lebih banyak manfaat yang didapat dari belajar berkelompok dibandingkan jika siswa hanya bekerja sendiri. Tujuan utama dari kerja kelompok adalah untuk membuat siswa secara aktif terlibat dalam pelajaran mereka dimana ada tujuan umum yang ditetapkan sudah diterima bersama. Pengelompokkan ini mengijinkan siswa untuk bekerja bersama-sama memaksimalkan pelajaran nya sendiri dan masing-masing. Kerja sama dalam kelompok yang demokratis itu yakni setiap individu yang berperan serta secara aktif dan ikut bekerja sama. Proses kelompok memiliki 2 ciri utama, yaitu peran serta individu dalam segala kegiatan, dan kerja sama antar individu dalam kelompok. Tetapi di dalamnya mungkin juga akan timbul persaingan. Persaingan di sini akan timbul secara sehat dan baik, jika sebelumnya individu mendapat arahan. Menurut Burton dalam Rohani (2010 : 30) menjelaskan bahwa ada 2 jenis kerja kelompok yaitu sebagai berikut. 1. Kerja kelompok untuk memecahkan suatu proyek atau masalah dengan langkah-langkah sebagai berikut. a. merasa ada/timbul masalah a. identifikasi dan analisis masalah b. diseminasi tugas c. aktivitas kelompok d. penyelidikan oleh kelompok e. konklusi 2. Diskusi kelompok, untuk memecahkan suatu masalah yang menimbulkan berbagai pendapat. Kemudian agar kerja kelompok berjalan dengan baik, perlu diperhatikan beberapa prinsip berikut. a. peserta didik perlu mengenal dan memahami tujuan, rencana masalah dan manfaat untuk mereka. b. setiap anggota memberikan masukan-kontribusi c. setiap individu merasa bertanggung jawab pada kelompok d. dikembangkan peran serta dan kerja sama secara efektif e. perlu dicapai prosedur yang demokratis dan perencanaan pelaksanaan, penyelesaian dan pembuatan keputusan Bowo dan Andy (2007 : 50-51) menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan kerjasama harus tercapai keuntungan bersama Pelaksanaan kerjasama hanya dapat tercapai apabila diperoleh manfaat bersama bagi semua pihak yang terlibat didalamnya. Apabila satu pihak dirugikan dalam proses kerjasama, maka kerjasama tidak lagi terpenuhi. Dalam upaya mencapai keuntungan atau manfaat bersama dari kerjasama, perlu komunikasi yang baik antara semua pihak dan pemahaman sama terhadap tujuan bersama. Peneliti menyimpulkan, pada setiap pembelajaran guru hendaknya berupaya menciptakan suasana sosial yang membangkitkan kerja sama di antara siswa, guru juga harus menjelaskan apa saja keuntungan dan manfaat dengan bekerja sama sehingg siswa dalam pelaksanaan pembelajaran yang dibagi dalam kelompok-kelompok kecil maupun kelompok-kelompok kelas tidak merasa terpaksa dan antusias dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru, sehingga pembelajaran akan sangat aktif terutama dalam kerja sama antar siswa di dalam kelompok. 3. Jenis-jenis Kerja Sama Kerja sama merupakan interaksi yang sering dilakukan manusia. Pada dasarnya, setiap manusia melakukan interaksi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Berbagai situasi mendorong orang untuk bekerja sama. Misalnya, tantangan alam yang ganas, pekerjaan yang membutuhkan tenaga massal, upacara keagamaan yang sakral, atau ada musuh datang dan mengancam kehidupan bersama. Di dalam masyarakat, ada beberapa jenis kerja sama, menurut Sunarti (2013 : 77-78) kerja sama dibedakan menjadi lima jenis, yaitu sebagai berikut. a. Bargaining Pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa antara dua organisasi atau lebih. Dalam arti yang lebih luas, bargaining adalah nilai tawar. Bargaining dilakukan agar proses kerjasama dapat memberi keuntungan secara adil bagi kedua belah pihak, misalnya proses jual beli di pasar. b. Kooptasi proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan. c. Koalisi gabungan dua kelompok atau lebih yang berusaha mencapai tujuan sama. Misalnya, dua atau lebih partai politik berkoalisi untuk untuk mengajukan seorang calon presiden. d. Joint venture bentuk kerjasama yang dilakukan oleh dua organisasi (perusahaan) dalam melaksanakan suatu pekerjaan (proyek). Misalnya, Pertamina mengadakan join venture dengan salah satu perusahaan minyak internasional untuk mengeksplorasi ladang minyak di Blok Cepu, Jawa Tengah. e. Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong-menolong. Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan, kerja sama ada beberapa jenis tergantung situasi dan tujuannya di masyarakat, tetapi pada dasarnya memerlukan keuntungan dan tujuan yang ingin dicapai kedua belah pihak. Dalam kegiatan pembelajaran kerja sama siswa sangat diperlukan dalam pembelajaran yang dibagi ke dalam kelompok di kelas, siswa akan belajar untuk berinteraksi dengan teman-temaanya melalaui kerja sama dan menumbuhkan sikap-sikap terkait kehidupan sosial. 4. Cara Menumbuhkan Kerja sama Kerja sama bisa timbul karena adanya dorongan antara kedua belah pihak yang bisa saling menguntungkan, terkait dengan cara menumbuhkan kerja sama Magin dalam PMPTK Kemendikbud (2008 : 22) mengemukakan 14 cara yakni sebagi berikut. a. Tentukan tujuan bersama dengan jelas b. Perjelas keahlian dan tanggung jawab anggota c. Sediakan waktu untuk menentukan cara bekerjasama d. Hindari masalah yang bisa diprediksi e. Gunakan konstitusi atau aturan tim yang telah disepakati bersama f. Ajarkan rekan baru satu tim g. Selalulah bekerjasama h. Wujudkan gagasan menjadi kenyataan i. Aturlah perbedaan secara aktif j. Perangi virus konflik Saling percaya Saling memberi penghargaan k. Evaluasilah tim secara teratur l. Jangan menyerah. Dari penjelasan di atas ada beberapa faktor yang mendorong tumbuhnya kerja sama, tentunya untuk mencapai sikap kerja sama yang solid, faktor-faktor ini harus di terapkan. Tugas harus memaksimalkan faktor apa saja yang bisa menumbuhkan kerja sama antar siswa agar siswa bisa bekerja sama dengan solid dan kompak untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru. Tentunya sikap-sikap positif yang akan timbul melalaui kerja sama dengan sendirinya. 2.3 Hasil Belajar 1. Definisi Hasil Belajar Hasil belajar merupakan sebuah penentu keberhasilan suatu pembelajaran, hasil belajar juga menjadi tolak ukur dalam sebuah pembelajaran, membantu guru mengatahui sejauh mana keberhasilaanya menyampaikan dalam sebuah pembelajaran. Hasil belajar merupakan bagian yang terpenting dalam pembelajaran. Sudjana (2009 : 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dalam pengertiannya yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyan dan Mudjiono (2006 : 2-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses pembelajaran. Bloom dalam Dimyanti dan Mujiono (2006 : 26-27) menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut. a. Pengetahuan, mencapai kemampuan maksimal ingatan tentang hal yang telah di pelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode. b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari. c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yan nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip. d. Analisis, mencakup kemampuan mirinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil. e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru, misalnya kemampuan menyusun suatu program. f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. Misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan. Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mengukur sejauh mana siswa mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar juga sebagai penentu keberhasilan guru dalam menyampaikan materi dalam sebuah pembelajaran. 2. Jenis-Jenis Hasil Belajar Hasil belajar mengacu pada segala sesuatu yang menjadi ketercapaian siswa sebagai akibat dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan, dalam kegiatan pembelajaran, hasil belajar ini dinyatakan dalam rumusan tujuan. Setiap mata pelajaran menuntut hasil belajar yang berbeda dari mata pelajaran lain maka banyak ahli mengemukakan jenis-jenis hasil belajar. Hasil belajar menurut Gagne dalam Hernawan (2008 : 10.20) ada lima kategori yaitu, informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap dan keterampilan motorik. Adapun dari pendapat lain hasil belajar dibagi menjadi tiga, yaitu menurut Bloom dalam Hernawan (2008 : 10.20) mengemukakan tiga jenis hasil belajar, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dari pemaparan menurut para ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar terbagi menjadi beberapa jenis, dalam setiap pembelajaran guru hendaknya menciptakan pembelajaran yang memiliki tujan sesuai hasil belajar yang ingin dicapai setiap siswa, hasil belajar meliputi beberapa aspek guru hendaknya tidak fokus pada satu aspek saja, tetapi fokus pada semua aspek dari hasil belajar itu sendiri. 3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman pembelajaran. Sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran karena akan memberikan sebuah informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai Tujuan-tujuan belajarnya melalui proses kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya setelah mendapat informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut baik untuk individu maupun kelompok belajar. Faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar Menurut Munadi dalam Rusman (2012:124) antara lain meliputi faktor internal dan faktor eksternal: 1) Faktor Internal a) Faktor Fisiologis. Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya. Hal tersebut dapat memengaruhi peserta didik dalam menerima materi pelajaran. b) Faktor Psikologis. Setiap individu dalam hal ini siswa pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut memengaruhi hasil belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, kognitif dan daya nalar peserta didik. 2) Faktor Eksternal a) Faktor Lingkungan, Faktor lingkungan dapat memengurhi hasil belajar. Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya suhu, kelembaban dan lain-lain. Belajar pada tengah hari di ruangan yang kurang akan sirkulasi udara akan sangat berpengaruh dan akan sangat berbeda pada pembelajaran pada pagi hari yang kondisinya masih segar dan dengan ruangan yang cukup untuk bernafas lega. b) Faktor Instrumental. Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini berupa kurikulum, sarana dan guru. Menurut Sunarto (2009) faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut. 1) Faktor Intern Faktor intern adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi prestasi belajarnya. Di antara faktor-faktor intern yang dapat memengaruhi prestasi belajar seseorang antara lain: a) Kecerdasan/intelegensi b) Bakat c) Minat d) Motivasi 2) Faktor Ekstern Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat memengaruhi prestasi belajar seseorang yang sifatnya berasal dari luar diri seseorang tersebut. Yang termasuk faktor-faktor ekstern antara lain: a) Keadaan lingkungan keluarga b) Keadaan lingkungan sekolah c) Keadaan lingkungan masyarakat Berdasarkan penjelasan di atas peneliti menyimpulkan dari faktor faktor yang memengaruhi hasil belajar siswa adalah, faktor yang bisa guru maksimalkan adalah faktor luar atau ekstern, karena faktor ekstern guru bisa menciptakan suasana belajar yang bagaimana untuk meningkatkan hasil belajar siswa meningkat, guru juga harus memahami faktor faktor yang memengaruhi faktor dari dalam atau intern, agar guru mengetahui pembelajaran yang cocok untuk siswa. 2.4 Pembelajaran Tematik dengan Subtema Bersyukur atas Keberagaman Berdasarkan Kurikulum 2013 untuk Kelas IV SD Pembelajaran tematik disebut juga pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang menggabungkan beberapa mata pelajaran dengan saling keterkaitan satu sama lain sebagaimana menurut Wolfinger dalam Herry dkk (2008: 4) pembelajaran tematik atau terpadu adalah kurikulum yang menggabungkan sejumlah disiplin ilmu melalui pemaduan isi, keterampilan, dan sikap. Pada pengertian yang lain pembelajaran tematik atau terpadu dapat dikatakan suatu pendakatan pembelajaran, lebih jelasnya dijelaskan oleh Hermawan dkk (2008 : 5) pengertian pembelajaran terpadu dapat dilihat sebagai berikut. a. Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai mata pelajaran yang mencerminkan dunia nyata di sekeliling serta dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak. b. Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara serempak (simulation) c. Merakit atau menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa mata pelajaran yang berbeda, dengan harapan siswa akan belajar dengan lebih baik dan bermakna. Dari penjelasan di atas peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran tematik atau terpadu adalah pembelajaran yang menggabungkan mata pelajaran diramu sedemikian rupa sehingga mencerminkan dunia nyata atau konteksnya seperti di dunia nyata bagi para siswa agar pembelajaran lebih bermakna. Guru hendaknya memaksimalkan pembelajaran yang terdapat di Kurikulum 2013, yang telah menggabungkan beberapa mata pelajaran, atau disebut tematik, untuk lebih dipahami dan dimengerti oleh siswa. 2.3 Hasil Penelitian yang Relevan Dian Mala Sari, Pebriyenni , Yulfia Nora, 2013, Peningkatan Partisipasi dan Hasil Belajar siswa Kelas IVB dalam Pembelajaran IPS Melalui Model Problem Based Learning di SDN 20 Kurao Padang, Faculty of Education, Bung Hatta University. Penelitian ini dilatarbelakangi kurangnya partisipasi siswa kelas IVB pada pembelajaran IPS. Yang berdampak terhadap rendahnya hasil belajar siswa. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan peningkatan partisipasi dan hasil belajar siswa kelas IVB dalam pembelajaran IPS melalui model PBL di SDN 20 Kurao Pagang. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan secara partisipan. Subjek penelitian ini siswa kelas IVB SDN 20 Kurao Pagang. Instrumen penelitian yang digunakan lembar observasi partisipasi siswa, lembar observasi aktivitas guru, tes hasil belajar dan catatan lapangan. Hasil penelitian diketahui bahwa partisipasi dalam menjawab pertanyaan meningkat dari 52,5 % di siklus I menjadi 70%, di siklus II. Partisipasi siswa menanggapi jawaban meningkat dari 40% di siklus I menjadi 65% di siklus II, dan partisipasi siswa dalam presentasi meningkat dari 27,5% di siklus I menjadi 67,5% di siklus II. Hasil belajar peserta didik siklus I meningkat dari 57,25% menjadi 72,75% di siklus II. Sedangkan persentase ketuntasan belajar yang ditentukan 70%. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa partisipasi dan hasil belajar siswa kelas IVB dapat ditingkatkan melalui model PBL dalam pembelajaran IPS di SDN 20 Kurao Pagang. 2.4 Kerangka Pemikiran Dalam setiap pembelajaran ataupun pendidikan hendaknya menjadikan sebuah pembelajaran yang sangat berguna dan lebih bermakna pagi para siswa, Pendidikan menurut Undang-Undang Dasar 1945 (2003 : 20) sebagai berikut. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara Berdasarkan pengertian di atas bahwa pendidikan adalah suatu kegiatan yang terencana. Selain itu pendidikan memiliki tujuan mengembangkan potensi yang ada dalam diri siswa. Sehingga memiliki kemampuan, keterampilan serta menjadi manusia yang berahlak mulia. Namun hal ini bertolak belakang dengan yang terjadi di kelas IV SDN Buluh Panca Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung yang berjumlah 24 orang siswa terdiri dari 11 orang perempuan dan 13 orang laki-laki. Dimana hanya 5 orang siswa saja yang telah lulus KKM dan 19 orang siswa tidak lulus KKM dalam pembelajaran tematik pada tema “Indahnya Kebersamaan” sub tema “Bersyukur atas Keberagaman. Peneliti mencoba mengubah arah pandang siswa bahwa pembelajaran ini bukanlah pembelajaran yang membosankan dan menjenuhkan. Yaitu dengan mengubah motode ceramah menjadi model pembelajaran Problem Based Learning. Hal ini terbukti dengan mengubah metode ceramah menjadi model pembelajaran Problem Based Learning, seperti yang telah terbukti pada penelitian terdahulu yang sudah peneliti uraikan, berhasil mengubah nilai KKM dari para siswa. Timkemendikbud (2013 : 13) memaparkan bahwa Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna, siswa yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan. Dalam situasi PBL, siswa mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan baik dalam bekerja kelompok. Di sini peneliti untuk mengatasi masalah yang terjadi di kelas IV SDN Buluh Panca Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung akan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning. Pembelajaran ini melibatkan siswa sejak dari pertama pembelajaran yaitu siswa diberi masalah terlebih dahulu dan siswa dituntun untuk memecahkan masalah tersebut perencanaan. Model pembelajaran ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan berkelompok. Manfaat khusus dari model Problem Based Learning ini menurut Smith dalam Amir ( 2010:20) yaitu sebagai berikut. 1. Menjadi lebih ingat dan meningkat pemahamannya atas materi ajar 2. Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan dengan dunia nyata 3. Mendorong untuk berpikir 4. Membangun kerja tim, kepemimpinan, dan keterampilan sosial 5. Membangun kecakapan belajar 6. Memotivasi siswa Berdasarkan uraian di atas diharapkan pembelajaran akan lebih meningkatkan kerja sama dan hasil belajar siswa khususnya dalam pembelajaran tematik pada tema “indahnya Kebersamaan” subtema “Bersyukur Atas Keberagaman” di kelas IV SDN Buluh Panca Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung. Adapun gambar kerangka pemikiran Penelitian Tindakan Kelas peneliti gambarkan sebagai berikut. Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian 2.5 Asumsi dan Hipotesis 1. Asumsi Asumsi menurut Suharsimi (1998 : 17) adalah kenyataan penting yang dianggap benar tetapi belum terbukti kebenarannya. Asumsi inilah yang kemudian menjadi dasar dari suatu penelitian. Sebab sebuah penelitian berangkat dari asumsi. Dari asumsi ini, kemudian dibangun teori-teori penelitian. Dengan kata lain, asumsi dapat kita gunakan untuk membangun suatu konstruksi bangunan penelitian. Asumsi juga dapat digunakan sebagai alat untuk menafsirkan kesimpulan setelah diperoleh sebuah hasil temuan dari penelitian yang telah dilakukan tersebut. Berdasar pendapat tersebut di atas, maka peneliti mempunyai asumsi-asumsi sebagai berikut. a. Kerja sama merupakan perpaduan dari sikap individu yang terbentuk berdasarkan komitmen bersama yang diwujudkan berupa satu sikap dan perilaku. b. Hasil belajar merupakan alat ukur dari kemampuan seseorang setelah mengalami suatu proses belajar. 2. Hipotesis Secara umum hipotesis penelitian ini adalah “Dengan penerapan model Problem Based Learning akan meningkatkan kerja sama dan hasil belajar siswa pada tema “Indahnya kebersamaan” subtema “bersyukur atas Keberagaman” Secara khusus hipotesis tindakan ini sebagai berikut. a. Rencana pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan kerja sama dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik tema “indahnya kebersamaan” subtema “Bersyukur atas Keberagaman”; dan b. Penerapan model Problem Based Learning dapat menumbuhkan kerja sama siswa kelas IV SDN Buluh Panca dalam pembelajaran tematik pada subtema “Bersyukur atas Keberagaman”.BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian Lokasi penelitian terletak di Desa Nagrak Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung, letak sekolah yang dijadikan penelitian adalah SDN Buluh Panca, Nagrak Pacet Bandung yang terdapat di tengah-tengah lingkungan masyarakat. SD Negeri Buluh Panca mempunyai Visi, berkualitas, agamis, bersih, rindang dan mencintai keindahan, Misi 1) Mengomptimalkan proses pembelajaran; 2) Mengadakan pengajian rutin setiap hari jum’at 2 jam pelajaran; 3) Menanam tanaman pada lahan kosong; 4) Membuang sampah pada tempatnya; 5) Memotivasi peserta didik agar gemar membaca, dan Tujuan menciptakan siswa yang dapat hidup bermasyarakat, berakhlak baik benar dan pintar. Alamat sekolah yang dilakukan penelitian yaitu: SD Negeri Buluh Panca, Kp. Panca No.21 Desa Nagrak, Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung Kode Pos 40385. Secara keseluruhan keadaan, fasilitas dan sarana belajar yang ada pada sekolah tersebut sebagai berikut: Memiliki 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, memiliki 9 ruangan untuk proses belajar, memiliki 3 WC, 1 mushola, memiliki 1 ruang perpustakaan, dan lapangan atau halaman. Adapun rincian mengenai identitas sekolah dapat dilihat melalui tabel sebagai berikut.Tabel 3.1 Identitas Sekolah dan Fasilitas sekolah No. Identitas Sekolah Keterangan 1 Nama Sekolah SDN Buluh Panca 2 Alamat Sekolah Desa Nagrak Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung Kode Pos 40835 Kp. Panca No 21 Desa Nagrak 3 Akreditasi A N0. Fasilitas Sekolah Keterangan 1 Ruang Kepala Sekolah 1 2 Ruang Guru 1 3 Ruang Proses Belajar 9 4 Ruang perpustakaan 1 5 Lapangan/Halaman 1 6 Mushola 1 7 WC 1 WC Guru 2 WC Siswa 3.2 Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Adapun rincian mengenai identitas sekolah dapat diliha melalui tabel sebagai berikut: Tabel 3.2 Identitas Sekolah dan Fasilitas sekolah No. Identitas Sekolah Keterangan 1 Nama Sekolah SDN Buluh Panca 2 Alamat Sekolah Desa Nagrak Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung Kode Pos 40385 Kp.Panca No 21 Desa Nagrak 3 Akreditasi A 4 Jumlah Guru 11 Tenaga pendidik 9 Pendidikan S1 2 Lulusan SMA 6 PNS dan Sertifikasi 5 Tenaga honorer 5 Jumlah Siswa Keseluruhan 296 Siswa 6 Kelas/Jumlah Siswa yang di Teliti Kelas IV yang berjumlah 24 siswa 13 Siswa Laki-laki 11 Siswa Perempuan Pelaksanaan penelitian ini direncanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015, yaitu dari bulan Mei sampai dengan bulan September 2014. Waktu tersebut dimulai dari tahap perencanaan sampai tahap penyelesaian laporan. Tabel 3.3 Jadwal penelitian Kegiatan Bulan Mei Juni Juli Agustus September Penyususnan Proposal Seminar Proposal Pengumpulan Data Pengolahan Data Penyusunan Skripsi Finalisasi Penyusunan Skripsi Persiapan Ujian Skripsi 2. Objek Sasaran dalam objek penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning pada tema 1 berdasarkan buku Kurikulum 2013 “Indahnya Kebersamaan” subtema 3 “bersyukur atas Keberagaman” untuk meningkatkan kerja sama dan hasil belajar siswa di kelas IV semester I SDN Buluh Panca. Alasan memilih siswa kelas IV sebagai respondennya, adalah adanya masa peralihan dari kelas rendah ke kelas tinggi, variasi siswa dilihat dari latar belakang ekonomi, sosial, dan pendidikan keluarganya. 3.3 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Yang dimaksud dengan Penelitian Tidakan Kelas yaitu dalam bahasa Inggris diartikan dengan Classroom Action Research, disingkat CAR. Suyanto dalam Muslich (2012: 9) mengatakan. PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional. Penelitian Tindakan Kelas merupakan salah satu usaha guru untuk memperbaiki kualitas pendidikan yang secara langsung melibatkan masalah di lapangan, yaitu masalah yang ada di dalam kelas. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi : tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap observasi, dan tahap refleksi. Penelitian tindakan kelas juga harus adanya hubungan atau kerjasama antara peneliti dengan guru baik dalam pembelajaran maupun dalam menghadapi permasalahan yang nyata di kelas. Dalam hal ini Wardhani dan Wihardit (2009: 4.17) kolaborasi atau kerja sama sangat penting dalam PTK, peneliti dalam upaya perbaikan pembelajaran, memerlukan dari berbagai pihak seperti dari guru, atau teman sejawat yang membantunya dalam mengidentifikasi dan menganalisis masalah, serta dalam merencanakan perbaikan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan yang tepat dan dilaksanakan secara kolaboratif (kerjasama) untuk memperbaiki atau meningkatkan kerja sama dan hasil belajar siswa dengan penyajian pembelajaran melalui media pembelajaran yang berbeda. 3.4 Desain Penelitian 1. Variabel Penelitian a. Variabel tindakan yaitu penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dalam pembelajaran tematik, pada tema subtema “Bersyukur atas Keberagaman” b. Variabel Proses yaitu meningkatkan kerja sama siswa kelas IV SDN Buluh Panca dalam pembelajaran tematik pada subtema “Bersyukur atas Keberagman”. c. Variabel hasil yaitu meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas kelas IV SDN Buluh Panca dalam pembelajaran tematik pada subtema “Bersyukur atas Keberagman”. 2. Rencana Penelitian Prosedur penelitian ini mengacu pada tahap-tahap penelitian Tindakan kelas (PTK). PTK merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru yang mempunyai masalah di dalam kelasnya. Menurut Hopkins (1993: 8) mengatakan PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif, yang dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakanya dalam melaksanakan tugas dan memperdalam pemahaman terhadap kondisi dalam praktik pembelajaran. PTK bersifat reflektif, maksudnya adalah PTK diawali dari proses perenungan atas dampak tindakan yang selama ini dilakukan guru terkait dengan tugas-tugas pembelajaran di kelas. Perenungan ini akan diketahui apakah tindakan yang selama ini telah dilakukan telah berdampak positif dalam pencapaian tujuan pembelajaran atau tidak. Adapun dalam penelitian ini, masalah yang ada di lapangan adalah rendahnya kerja sama dan hasil belajar siswa di kelas IV SDN Buluh Panca. Sedangkan alternatif pemecahanya adalah menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning. Pelaksanaan tindakan dalam PTK terdiri atas beberapa siklus. Setiap siklus terdiri atas beberapa tahap, diantaranya tahap perencanaan (planing), tahap pelaksanaan (acting), tahap pengamatan (observing), dan tahap refleksi (reflecting). Tahap-tahap tersebut terjadi secara berulang sehingga menghasilkan beberapa tindakan yang membentuk sepiral. Adapun tindakan penelitian yang berbentuk spiral tersebut digambarkan oleh Hopkins (1985) sebagai berikut.Perencanaan Refleksi Tindakan/Observasi Siklus 1 Perbaikan Rencana Refleksi Tindakan/Observasi Siklus 2 Perbaikan Rencana Refleksi Tindakan/Observasi Siklus 3 Dan Seterusnya Gambar 3.1 Model spiral penelitian tindakan kelas oleh Hopkins (Sumber: Melaksanakan PTK itu mudah/Muslich. Jakarta: Bumi Aksara, 2012) Berdasarkan gambar 3.1 mengenai sepiral penelitian tindakan kelas Hopkins di atas maka tahap-tahapnya dapat di uraikan sebagai berikut: 3. Tahap Perencanaan Tindakan Perencanaan mengacu kepada tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi obyektif serta subyektifnya. Langkah-langkah perencanaan dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning di antaranya sebagai berikut: a. Permintaan izin kepada kepala sekolah SDN Buluh Panca. b. Permintaan kerja sama dengan guru kelas IV SDN Buluh Panca. c. Melakukan observasi Kegiatan Observasi dilakukan untuk mengetahui gambaran awal untuk mengenai situasi dan kondisi dalam kegiatan pembelajaran Tematik khususnya di kelas IV. Kegiatan ini meliputi pengamatan terhadap strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru, kondisi kelas, sikap dan prilaku siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, serta kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran. d. Mengidentifikasi masalah Mengidentifikasi masalah merupakan kegiatan untuk mengetahui faktor-faktor hambatan terhadap kegiatan pembelajaran di kelas yang dirasakan perlu adanya suatu perubahan. e. Merumuskan alternatif tindakan Merumuskan alternatif tindakan yang akan diterapkan dalam kegiatan pembelajaran sebagai upaya meningkatkan kerja sama dan hasil belajar siswa kelas IV dalam pembelajaran tematik dengan tema “Indahnya Kebersamaan” subtema “Bersyukur atas Keberagaman”. f. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran siklus I Kompetensi Dasar: 1) IPS 3.5 Memahami manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi. 4.5 Menceritakan manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam sosial, budaya, dan ekonomi 2) Matematika 3.2 Menerapkan penaksiran dalam melakukan penjumlahan, perkalian, pengurangan dan pembagian untuk memperkirakan hasil perhitungan 4.1 Mengemukakan kembali dengan kalimat sendiri , menyatakan kalimat matematika dan memecahkan masalah dengan efektif permasalahan yang berkaitan dengan KPK dan FPB, satuan kuantitas, desimal dan persen terkait dengan aktivitas sehari-hari di rumah, sekolah, atau tempat bermain serta memeriksa kebenarannya 3) Bahasa Indonesia 3.1 Menggali informasi dari teks laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku 4.1 Mengamati, mengolah, dan menyajikan teks laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku 4) PPKn 3.4 Memahami arti bersatu dalam keberagaman di rumah, sekolah dan masyarakat 4.3 Bekerja sama dengan teman dalam keberagaman di lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat g. Membuat lembar observasi untuk melihat situasi dan kondisi belajar mengajar di kelas. h. Membuat alat evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran. 4. Tahap Observasi Tahap observasi merupakan tahap mengamati seluruh tindakan dari awal sampai akhir tindakan. Tahap ini memfokuskan pada aktivitas guru dan siswa. Aktivitas guru dan siswa dapat diamati dari awal kegiatan pembelajaran, saat kegiatan pembelajaran berlangsung, dan diakhiri pembelajaran. Data dari aktivitas guru dan siswa tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan lembar observasi, lembar wawancara, lembar angket, dokumentasi, tes, dan lain sebagainya. 5. Tahap Refleksi Tahap refleksi merupakan tahap pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai tujuan pelaksanaan tindakan. Tahap refleksi dilakukan dengan mengacu pada hasil observasi yang telah dianalisis selama proses pembelajaran berlangsung dan setelah selesai pembelajaran. Hasil observasi tersebut merupakan data aktivitas guru dan siswa. Apabila hasil yang dicapai pada siklus I belum sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditentukan maka akan dicari alternatif pemecahan yang lain. Salah satunya membuat perencanaan untuk tindakan selanjutnya. 3.5 Rancangan Pengumpulan Data Rancangan mengacu kepada tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi obyektif serta subyektifnya. 1. Data Data adalah keterangan-keterangan tentang suatu hal, dapat berupa sesuatu yang diketahui atau dianggap. Jadi Data dapat diartikan sebagai sesuatu yang diketahui atau yang dianggap/anggapan. Tujuan pengumpulan data yaitu untuk memperoleh gambaran suatu keadaan dan sebagai dasar pengambilan keputusan. Data yang diambil harus memenuhi sarat berikut, yaitu data harus objektif, data harus referensif, data bersifat up to date/terkini, dan data harus relevan dengan masalah yang akan dipecahkan. Data yang diperoleh dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. a. Data Kuantitatif Data kuantitatif merupakan data yang berbentuk nominal/angka sehingga analisisnya dapat menggunakan operasi hitung (kali, bagi, tambah, dan kurang) serta sekurang-kurangnya menggunakan statistik deskriftif. Dalam penelitian ini yang dianalisis sebagai data kuantitatif adalah data hasil dari proses pembelajaran dan data hasil tes akhir. b. Data Kualitatif Data kualitatif meru

Item Type: Thesis (Skripsi(S1))
Subjects: S1-Skripsi
Divisions: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > PGSD 2014
Depositing User: Iyas -
Date Deposited: 28 Jun 2016 09:29
Last Modified: 28 Jun 2016 09:29
URI: http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/4994

Actions (login required)

View Item View Item