PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN SIKAP TOLERANSI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV SDN GIRIMUKTI 3 KABUPATEN GARUT PADA SUBTEMA KEBERSAMAAN DALAM KEBERAGAMAN

ULFAH MAOLANI, 105060162 (2016) PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN SIKAP TOLERANSI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV SDN GIRIMUKTI 3 KABUPATEN GARUT PADA SUBTEMA KEBERSAMAAN DALAM KEBERAGAMAN. Skripsi(S1) thesis, FKIP UNPAS.

[img] Text
COVER.docx

Download (142kB)
[img] Text
pengesahan ^+^ ..docx

Download (55kB)
[img] Text
BAB I cemungut.docx

Download (33kB)
[img] Text
BAB II ayoo bisa.docx

Download (68kB)
[img] Text
BAB III revisi.docx

Download (94kB)
[img] Text
BAB IV semangat.docx
Restricted to Repository staff only

Download (412kB)
[img] Text
BAB V ^_^.docx
Restricted to Repository staff only

Download (22kB)
[img] Text
DAFTAR PUSTAKA.docx

Download (20kB)
[img] Text
RIWAYAT HIDUP.docx

Download (1MB)

Abstract

Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Sikap Toleransi Dan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV SDN Girimukti 3 Kabupaten Garut Pada Subtema Kebersamaan Dalam Keberagaman ABSTRA Ulfah Maolani 105060162 Penelitian yang berjudul “Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Sikap Toleransi Dan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV SDN Girimukti 3 Kabupaten Garut Pada Subtema Kebersamaan Dalam Keberagaman”, dilatar belakangi karena adanya permasalahan di lapangan mengenai prestasi belajar siswa terhadap hasil belajar yang sebagian besar belum mencapai ketuntasan serta kurangnya penerapan sikap toleransi siswa. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor dari guru yang masih menggunakan metode konvensiaonal secara parsial dan faktor siswa itu sendiri yang masih belum biasa berperan aktif serta siswa cenderung hanya menerima informasi dari guru saja pada saat pembelajaran. Model problem based learning adalah suatu model pembelajaran yang menyajikan suatu masalah kehidupan nyata yang diangkat menjadi suatu pembelajaran sehingga merangsang dan menjadikan peserta didik untuk aktif belajar, meningkatkan kemmpuan berpikir kritis dan mengembangkan kemampuannya dalam pembelajaran. Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas, yang terdiri dari II siklus. Setiap siklus terdiri dari beberapa tindakan, perencanaan, pelaksanaan, analisis dan refleksi. Hasil dari penelitian siklus I menunjukan prestasi belajar terhadap hasil belajar siswa mencapai presentase ketuntasan sebesar 74,3% dengan rata-rata nilai siswa 73,1, untuk nilai sikap toleransi siswa pada siklus ini dikategorikan pada katagori (sedang) dengan nilai rata-rata siswa 2,56. Sedangkan siklus II yang merupakan perbaikan dari siklus I mengalami peningkatan sebesar 91,4% dengan nilai rata-rata siswa 87,9, dan untuk nilai sikap toleransi pada sisklus II ini dikategorikan ke dalam kategori (baik). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model problem based learning dapat meningkatkan sikap toleransi dan prestasi belajar siswa kelas IV SDN Girimukti 3 kabupaten Garut pada subtema kebersamaan dalam keberagaman. Dengan demikian, penerapan model problem based learning dapat dijadikan sebagai alternatif model pembelajaran untuk diterapkan pada pembelajaran tematik. Kata kunci: model problem based learning, prestasi belajar siswa, sikap toleransi, subtema kebersamaan dalam keberagaman. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal yang terpenting dalam kehidupan manusia, karena melalui pendidikan akan dapat menciptakan manusia yang berpotensi, kreatif dan memiliki ide cemerlang sebagai bekal untuk memperoleh masa depan yang lebih baik. Pendidikan dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki secara optimal, yaitu pengembangan potensi individu yang setinggi-tingginya dalam aspek fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual sesuai dengan tahap perkembangan serta karakteristik lingkungan fisik dan lingkungan sosial budaya di mana manusia hidup. Sebagaimana pendidikan diatur dalam Undang-undang Sistem Pendidkan Nasional (UUSPN) Nomor 20 Tahun 2003 tentang Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional, yaitu : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Era globalisasi menuntut setiap manusia untuk bersaing secara kompetitif. Untuk itu dibutuhkan sumber daya manusia yang terampil dan memiliki kemampuan berpikir secara sistematis dan logis untuk menghadapi permasalahan yang dihadapinya baik saat ini maupun masa yang akan datang. Sejalan dengan itu pemerintah terus mengembangkan program pendidikan ke arah yang lebih baik dengan adanya inovasi dalam pengembangan kurikulum. Pemahaman mengenai inovasi kurikulum akan sangat membantu kaidah-kaidah pembelajaran pendidikan dasar. Maju mundurnya pendidikan tergantung sejauh mana pemahaman guru dalam melaksanakan tugasnya di sekolah termasuk pemahaman terhadap kurikulum. Yang mendasari munculnya inovasi beragam, menurut Hamalik dalam Udin Syaefudin Sa’ud (2010:88) menjelaskan bahwa: (1) ada inovasi yang dikembangkan untuk menjawab permasalahan relevansi seperti program muatan lokal dalam kurikulum pendidikan dasar, (2) ada inovasi yang diarahkan untuk menjawab tantangan pemetaan pendidikan seperti Universitas Terbuka, SMP Terbuka dan Program Pkaet B pada pendidikan luar sekolah, (3) inovasi yang lebih dititikberatkan pada upaya menanggulangi permasalahan-permasalahan kurang memadainya mutu lulusan, seperti KBK, sistem modul, (4) inovasi yang berkaitan pada misi utamanya adalah menjawab permasalahan efesiensi pendidikan seperti sistem maju berkelanjutan dan sistem sekolah kecil. Kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik tersebut. Hal ini sejalan dengan kurikulum 2013 yang dilandasi dengan filosofi yang memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. (Peraturan Pemerintah no 67 tahun 2013) menarik kesimpulan sebagai berikut: Kurikulum 2013 pada dasarnya merupakan strategi pengembangan kurikulum yang bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan masyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia. Kurikulum 2013 dikembangkan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga negara yang demokratis, bertanggung jawab. Menurut Alice Miel dalam S.Nasution (2011:6) ia mengemukakan bahwa: kurikulum juga meliputi keadaan gedung, suasana sekolah, keinginan keyakinan, pengetahuan dan sikap orang-orang melayani dan dilayani sekolah, yakni anak didik, masyarakat, para pendidik dan personalia (termasuk penjaga sekolah, pegawai administrasi, dan orang lain yang ada hubungannya dengan murid-murid) jadi kurikulum meliputi segala pengalaman dan dan pengaruh yang bercorak pendidikan yang diperoleh anak di sekolah. Menurut harold b. Albertycs dalam S.nasution (2011:5) memandang kurikulum sebagai “all of the activites that are provided for students by the school” kurikulum tidak terbatas dalam pembelajaran, akan tetapi juga meliputi kegiatan-kegiatan lain, di dalam dan luar kelas, yang berada dibawah tanggung jawab sekolah. Definisi melihat manfaat kegiatan dan pengalaman siswa diluar mata pelajaran tradisional. Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Titik tekan pengembangan Kurikulum 2013 adalah penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum, pendalaman dan perluasan materi, penguatan proses pembelajaran, dan penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan. Pengembangan kurikulum menjadi amat penting sejalan dengan kontinuitas kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya serta perubahan masyarakat pada tataran lokal, nasional, regional, dan global di masa depan. Aneka kemajuan dan perubahan itu melahirkan tantangan internal dan eksternal pada bidang pendidikan pendidikan. Oleh karena itu, implementasi Kurikulum 2013 merupakan langkah strategis dalam menghadapi globalisasi dan tuntutan masyarakat Indonesia masa depan. Pada kenyataannya penerapan kurikulum 2013 tersebut pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara tematik dengan menggabungkan beberapa mata pelajaran dalam satu tema dan subtema pokok. Model pembelajaran tematik merupakan pendekatan pembelajaran yang menunjukan kaitan unsur-unsur konseptual baik didalam maupun antar mata pelajaran, untuk memberi peluang bagi terjadinya pembelajaran yang efektif dan untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi anak. Pembelajaran tematik sebagai pendekatan baru merupakan seperangkat wawasan dan aktifitas berpikir dalam merancang butur-butir pembelajaran yang ditujukan untuk menguntai tema, topik maupun pemahaman dan ketrampilan yang diperoleh siswa sebagai pembelajaran secara utuh dan padu. Atau dengan pengertian lain pembelajaran tematik adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan, merakit atau menghubungkan sejumlah konsep dari berbagai mata pelajaran yang beranjak dari suatu tema tertentu sebagai pusat perhatian untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan siswa secara stimulan. Namun fakta dilapangan khusunya di SD Negeri Girimukti 3, pembelajaran tematik masih di anggap sulit untuk dilaksanakan dan pelaksanaannya masih dilakukan secara parsial. selain itu kurangnya penggunaan media yang mendukung dalam pembelajaran serta metode yang digunakan membuat pembelajaran terasa bosan dan monoton. Selain itu adanya peserta didik yang sulit menjelaskan materi-materi pada pembelajaran yang berlangsung. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang sebagian besar belum mencapai nilai KKM yakni 72. Dalam kegiatan observasi yang dilaksanakan, peneliti melakukan tanya jawab dengan peserta didik dan guru kelas IV secara garis besar masalah dikemukakan peserta didik dan guru adalah kurang minatnya siswa dalam memahami materi sehingga siswa tidak dapat menemukan pemecahan masalah pada beberapa materi dan tugas yang diberikan, sarana dan prasarana penunjang pembelajaran yang belum memadai dan pendidik belum menemukan strategi dan model pembelajaran yang efektif untuk pembelajaran tematik. Berdasarkan permasalahan yang diperoleh dari hasil observasi di SDN Girimukti 3 kecamatan Cibatu Kabupaten Garut, maka diperlukan adanya suatu tindakan yang dilakukan untuk menjawab semua permasalahan yang timbul pada pembelajaran tematik di kelas IV yaitu dengan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Salah satunya adalah dengan menerapkan strategi dan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kondisi siswa dan materi ajar. Salah satu alternatif dalam menyelesaikan permasalahan pembelajaran tematik adalah dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning. Penerapan model Problem Based Learning diharapkan dapat meningkatkan proses berpikir kritis sehingga siswa mampu memahami materi pembelajaran tematik. Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berfikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah Pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang ciri utamanya pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik, kerjasama dan menghasilkan karya atau hasil peraga. Model pembelajaran menyajikan masalah autentik dan bermakna sehingga siswa dapat melakukan penyelidikan dan menemukan sendiri. . Berdasarkan paparan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengaplikasikan penerapan model problem based learning sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran tematik yang membawa siswa dalam suasana yang lebih menarik, dengan judul: Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Toleransi Dan Prestasi Belajar Siswa di Kelas IV SDN Girimukti 3 Kabupaten Garut Pada Subtema kebersamaan dalam keberagaman. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Tidak terciptanya suasana yang nyaman dan menyenangkan dalam proses pembelajaran tematik. 2. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman guru mengenai model-model pembelajaran yang inovatif dalam pembelajaran tematik. 3. Rendahnya kemampuan siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran tematik. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian, maka secara umum rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :“Apakah penerapan model problem based learning dapat meningkatkan tolerasnsi dan prestasi belajar siswa Kelas IV SDN Girimukti 3 Kabupaten Garut Pada Subtema kebersamaan dalam keberagaman ? Rumusan masalah umum tersebut dapat dijabarkan secara khusus yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang disusun dengan penerapan model problem based learning dapat meningkatkan toleransi dan prestasi belajar siswa Kelas IV SDN Girimukti 3 Kabupaten Garut pada Subtema kebersamaan dalam keberagaman? 2. Bagaimana proses pembelajaran dengan penerapan model problem based learning dapat meningkatkan toleransi dan prestasi belajar siswa Kelas IV SDN Girimukti 3 Kabupaten Garut Pada Subtema kebersamaan dalam keberagaman? 3. Apakah aktivitas siswa dalam sikap toleransi dapat meningkat dengan penerapan model problem based learning Kelas IV SDN Girimukti 3 Kabupaten Garut Pada Subtema kebersamaan dalam keberagaman? D. Tujuan Penelitian Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan toleransi dan prestasi belajar siswa Kelas IV SDN Girimukti 3 Kabupaten Garut Pada Subtema kebersamaan dalam keberagaman Tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan penerapan model problem based learning untuk meningkatkan toleransi dan prestasi belajar siswa di kelas IV SDN Girimukti 3 Kabupaten Garut Pada Subtema kebersamaan dalam keberagaman 2. Melaksanakan proses pembelajaran dengan penerapan model problem based learning untuk meningkatkan toleransi dan prestasi belajar siswa di kelas IV SDN Girimukti 3 Kabupaten Garut Pada Subtema kebersamaan dalam keberagaman 3. Meningkatkan aktivitas siswa dalam sikap toleransi dengan penerapan model problem based learning di kelas IV SDN Girimukti 3 Kabupaten Garut Pada Subtema kebersamaan dalam keberagaman. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Bahwa model problem based learning dapat diterapkan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan toleransi dan prestasi hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik. Dalam teknik ini siswa di bimbing untuk menemukan sendiri dengan mengangkat suatu permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitar ataupun masyarakat luas secara berkelompok dan individual. Secara khusus penelitian ini memberikan kontribusi pada strategi pembelajaran tematik yang merupakan pembelajaran penggabungan beberapa mata pelajaran yang disatukan dalam satu tema pokok. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa Hasil penelitian ini dapat mengembangkan logika, kemampuan baerfikir dan analisis siswa sesuai dengan pembelajaran tematik, meningkatkan kerja sama dalam kelompok dan berbagi kesuksesan dengan teman, meningkatkan minat dan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran, memudahkan peserta didik memahami materi yang disampaikan, serta siswa mendapatkan pengalaman secara langsung dalam proses pembelajaran dengan penerapan problem based learning pada subtema kebesamaan dalam keberagaman. b. Bagi Guru Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif dan bahan pertimbangan dalam melakukan pembelajaran di Sekolah, menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman dalam mengatasi masalah pembelajaran tematik khususnya pada siswa kelas IV sekolah dasar. c. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah informasi dan Memberikan sumbangan dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran di Sekolah. Dengan menerapkan model pembelajaran problem based learning khususnya pada pembelajaran tematik. d. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan agar peneliti selanjutnya mendapatkan pengalaman nyata dalam merencanakan, melaksanakan kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan dan dapat menerapkan model problem based learning pada pembelajaran tematik khususnya. e. Bagi PGSD Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi PGSD sebagai bahan kajian yang lebih mendalam guna meningkatkan kualitas pembelajaran tematik dengan menerapkan model problem based learning. BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Model Problem Based Learning a. Pengertian Model Problem Based Learning Mengenai pengertian pembelajaran Problem based Learning, ada banyak pendapat yang dapat dijadikan sebagai rujukan. Inilah beberapa pendapat tokoh (ahli) tentang definisi atau pengertian pembelajaran model problem based laearning: Menurut Nurhadi dalam Sitiatava Rizema Putra (2013: 65), pembelajaran merbasis masalah (PBL) adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia siswa pada masalah autentiik, sehingga ia bisa menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, serta meningkatkan kepercayaan diri. Menurut Arends dalam Ridwan Abdullah Sani (2013: 138), model Problem Based learning adalah model pembelajaran yang akan membantu peserta didik untuk mengembangkan ketermapilan berpikir dan mengatasi masalah, mempelajari peran-peran dengan orang dewasa, dan ,menjadi pembelajar mandiri. Menurut Ridwan Abdullah Sani (2013: 140) Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran yang menyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan, pengajuan pertanyaan-pertanyaan, mempasilitasi penyelidikan, dan membuka dialog. Sedangkan menurut mentri pendidikan dan kebudayaan ( 2014: 26) model Pembelajaran berbasis masalah adalah: 1) Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world). 2) Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu metode pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar,” bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Maka dapat disimpulkan, bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang menyajikan suatu masalah kehidupan nyata yang diangkat menjadi suatu pembelajaran sehingga merangsang dan menjadikan peserta didik untuk aktif belajar, meningkatkan kemmpuan berpikir kritis dan mengembangkan kemampuannya dalam pembelajaran. b. Karakteristik Model Problem Based Learning Sitiatava Rizema Putra (2013: 72) mengemukakan Pembelajaran berbasis masalah mempunyai karakteristik sebagai berikut: 1) Belajar dimulai dengan suatu maslah: 2) Memastikan bahwa masalah tersebut berhubungan dengan dunia nyata siswa: 3) Mengorganisasikan pelajaran seputar masalah, bukan disiplin ilmu: 4) Memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar: 5) Menggunakan kelompok kecil: serta 6) Menuntut siswa untuk mendemontrasikan yang telah dipelajari dalam bentuk produk atau kinerja. Adapun menurut Ibrahim dan Nur dalam Sitiatava Rizema Putra (2013: 73) adalah sebagai berikut: 1) Pengajuan pertanyaan atau masalah: Problem Based Learning mengorganisasikan pengajaran dengan masalah yang nyata dan sesuai dengan pengalaman keseharian siswa. 2) Berfokus pada keterkaitan antardisiplin ilmu: masalah dan solusi pemecahan masalah yang diusulkan tidak hanya ditinjau dari suatu disiplin ilmu (biologi/kesehatan), tetapi dapat ditinjau dari berbagai disiplin ilmu, misalnya ekonomi, sosiologi, geogerafi, politik dan hukum. 3) Penyelidikan autentik: Problem Based Learning mengharuskan siswa melakukan penyelidikan terhadap masalah nyata melalui analisi masalah, observasi maupun eksperimen. Dalam hal ini, siswa dapat mengumpulkan informasi dari beragam sumber pembelajaran untuk menyelesaikan permasalahan sekaligus mengembangkan hipotesis terhadap penyelesaian masalah yang dikemukakan. 4) Menghasilkan produk/karya dan memerankannya: Problem Based Learning menuntut siswa menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak (poster, puisi, laporan, gambar, dan lain-lain) guna menjelaskan atau mewakili penyelesaian masalah yang dikemukakan, kemudian memamerkan produk tersebut. 5) Kerja sama: Problem Based Learning dicikan oleh siswa yang bekerja sama secara berpasangan maupun dalam kelompok kecil guna memberikan motivasi sekaligus mengembangkan keterampilan berfikir melalui tukar pendapat serta sebagai penemuan. Berdasarkan, uraian tersebut, tampak jelas bahwa pembelajaran Problem Based Learning dimulai dengan adanya masalah yang dapat dimunculkan oleh siswa ataupun guru, kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang sesuatu yang telah diketahuinya sekaligus yang perlu diketahuinya untuk memecahkan masalah itu. siswa juga dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan, sehingga ia terdorong untuk berperan aktif dalam proses belajar c. Tujuan Pembelajaran Problem Based Learning Sitiatava Rizema Putra (2013: 74), secara umum, tujuan pembelajaran dengan model Problem Based Learning adalah sebagai berikut: 1) Membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, serta kemampuan intelektual: 2) Belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan siswa dalam pengalaman nyata atau simulasi. Menurut Sofa (2013) Diakses dari halaman web tanggal 31 mei 2014 dari: http://sofa.blogspot.com/?m=1 mengemukakan tujuan Pembelajaran Problem Based Learning adalah: Membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan perubahan tingkah laku siswa, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Perubahan tingkah laku yang dimaksud meliputi pengetahuan, keterampilan dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan prilaku siswa dalam rangka mencapai tujuan kurikuler lembaga penyelenggara serangkaian kegiatan pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Berdasarkan dua pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan model problem based learning adalah untuk membatu siswa dalam proses belajar dalam memperoleh pengalaman mengembangkan kemampuan berpikir, memecahkan masalah, keterampilan serta silai norma yang dapat mengendalikan sikap dan prilaku siswa dalam suatu pembelajaran untuk dapat diterampakan dalam kehidupan sehari-hari. d. Langkah-Langkah Model Problem Based Learning Sitiatava Rizema Putra (2013: 78) mengemukakan langkah-langkah utama dalam Model Problem Based Learning sebagai berikut: 1) Mengorientasikan siswa pada masalah; 2) Mengorganisasikan siswa pada belajar; 3) Memandu penyelidikan secara mandiri atau kelompok; 4) Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja; serta 5) Menganalisi dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah. Sementara itu menurut kemendikbud (2014: 28) mengemukakan fase-fase dalam Model Problem Based Learning sebagai beriku: Tabel 2.1 fase-fase dalam Model Problem Based Learning FASE-FASE PERILAKU GURU Fase 1 Orientasi siswa kepada masalah. • Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yg dibutuhkan. • Memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah yang dipilih. Fase 2 Mengorganisasikan siswa. Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Fase 3 Membimbing penyelidikan individu dan kelompok. Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Fase 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, model dan berbagi tugas dengan teman. Fase 5 Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari /meminta kelompok presentasi hasil kerja. e. Kelehiban Dan Kekurangan Model Problem Based Learning Sitiatava Rizema Putra (2013: 82) mengemukakan kelebihan dan kekurangan dalam Model Problem Based Learning sebagai berikut: 1) Kelebihan Model Problem Based Learning diantaranya: (a) Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan lantaran dia akan menemukan konsep tersebut. (b) Melibatkan siswa secara aktif dalam memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berpikir siswa yang lebih tinggi. (c) Pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki oleh siswa, sehingga pembelajaran lebih bermakna. (d) Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran, karena masalah-masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dalam kehidupan nyata. Hal ini bisa meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa terhadap bahan yang dipelajari. (e) Menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa, mampu memberi inspirasi dan menerima pendapat orang lain, serta menanamkan sikap sosial yang positif dengan siswa lainnya. (f) Mengondisikan siswa dalam belajar yang saling berinteraksi terhadap pembelajaran dan temannya, sehingga pencapaian ketuntasan belajar siswa dapat diharapkan. (g) Problem Based Learning Learning diyakini pula dapat menumbuhkembangkan kemampuan kereativitas siswa, baik secara individual maupun kelompok, karena hampir disetiap langkah menuntuk adanya keaktifan siswa. 2) Kekurangan Model Problem Based Learning diantaranya: (a) Bagi siswa yang malas, tujuan dari metode tersebut tidak dapat dicapai; (b) Membutuhkan banyak waktu dan dana;serta (c) Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan Model Problem Based Learning Sedangkan menurut Yusfy (2012) Diakses dari halaman web tanggal 31 mei 2014 dari: http://id.shvoong.com/social-sciences/aducation/2254000-kelebihan-dan-kekrangan-model-pembelajaran. Mengemukakan kekurangan dan kelebihan model Problem Based Learning adalah sebagai berikut: 1) Kelebihan Model Problem Based Learning diantaranya: (a) Mengembangkan jawaban yang bermakna bagi suatu masalah yang akan membawa siswa mampu menuju pemahaman lebih dalam mengenai suatu materi. (b) PBL memeberikan tangtangkan kepada siswa sehingga mereka bisa memperoleh kepuasan dengan menemukan pengetahuan baru bagi dirinya sendiri. (c) PBL membantu siswa untuk mempelajari bagaimana cara untuk mentransfer pengetahuan mereka kedalam masalah dunia nyata. (d) PBL dapat mengembangkan keterampilan perfikir kritis setiap siswa serta kemampuan mereka untuk beradaptasi belajar dengan situasi yang baru menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa. (e) PBL dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata. 2) Kekurangan Model Problem Based Learning diantaranya: (a) Siswa yang terbiasa dengan informasi yang diperoleh dari guru dan guru merupakan narasumber utama, akan merasa kurang nyaman dengan cara belajar sendiri dan pemecahan masalah. (b) Jika siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki pekercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba masalah memerlukan waktu untuk persiapan. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajarai maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka pelajari. Maka dapat disimpulkan bahwa kelebihan model problem based learning dapat memperikan pengalaman belajar siswa untuk bisa berfikir kritis, memecahkan masalah dari duania nyata, mencari dan menggali informasi sendiri, memberikan tantangan pada siswa dalam proses pembelajaran, serta siswa saling berinteraksi dengan temannya menegeai pembelajaran yang bermakna. Sedangkan kekurangan model problem based learning, model ini memerlukan banyak waktu dan biaya, tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan model PBL ini, serta model ini tidak akan berjalan apabila siswa malas dan tidak mempunyai semangt belajar dalam mengikuti proses pembelajaran. 2. Toleransi a. Pengertian Toleransi Mengenai pengertian toleransi ada banyak pendapat yang dapat dijadikan sebagai rujukan. Inilah beberapa pendapat tokoh (ahli) tentang definisi atau pengertian pembelajaran toleransi: Menkokesra (2010), Diakses Dari Halaman Web Tanggal 31 Mei 2014 dari: www.Menkokesra.go.id/content/18-nilai-pendidikan-karakter-bangsa-sebagai salah-satu-antisipasi-tawuran-pelajar. Mengungkapkan bahwa tolerasi merupakan sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Sammy (2013), Diakses dari halaman web tanggal 31 mei 2014 dari: UltimateSammy.wordpress.com/2013/03/23/pengertian-sikap-dan-prilaku. Mengungkapkan tolerasi adalah suatu sikap atau prilaku manusia yang tidak menyimpang dari aturan, di mana seseorang menghargai atau menghormati setiap tidakan yang orang lain lakukan. Sedangkan menurut Ahmad Abrar Bangkuti (2013), Diakses dari halaman web tanggal 31 mei 2014 dari: library.Walisongo.ac.id/digilib/downlod.php?id=8478. Menyatakan tolerasi dalam bergabai pandangan: Toleransi dalam bahasa Indonesia dalam bentuk nomina berati: (1) sikap atau sifat toleransi, (2) batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan, dan; (c) menyiapkan yang masih dapat diterima dalam pengukuran kerja. Toleransi dalam bentuk verba berarti: (1) mediamkan atau membiarkan, (2) toleransi bermakna sebagai suatu sikap atau kondisi kemasyarakatan berhubungan erat dengan sikap yang dianut di secara luas dikalangan masyarakat. Tolerasi dalam bahasa Arab disebut tasamuh. Toleransi dalam hal ini berarti suatu sikap menerima pihak lain dan menghargai perbedaan. Terintegrasi dalam kata-kata seperti, cinta, damai, persahabatan, kerja sama, tanggung jawab, tulus dan berhasil. Menurut W.J.S. Porwadarminto dalam Anisfarani (2006: 14), toleransi adalah sikap/sifat tenggang rasa berupa menghargai serta membolehkan suatu pendirian, pendapat, pandangan, kepercayaan maupun yang lainnya yang berbeda dengan pendirian sendiri. Maka dapat disimpulkan tolerasi merupakan suatu sikap/sifat seseorang yang dapat menghargai dan menerima terhadap pendapat, kepercayaan, suku, adat, agama tindakan, pandangan orang lain yang tidak sama atau berbeda dengan dirinya. b. Acuan Guru dalam Membentuk Sikap Toleransi Syamsul Kurniawan (2013: 132) menyatakan beberapa point yang dapat dijadikan acuan bagi guru dalam membentuk sikap toleransi peserta didik adalah sebagai berikut: 1) Memperhatikan Ranah Afektif Mengubah orientasi pembelajaran dengan memberikan perhatian lebih kepada ranah afektif. Dengan memberikan perhatikan lebih kepada ranah afektif maka sebagai konsekuensinya, guru harus merencanakan kegiatan pembelajaran yang dirumuskan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, dengan mengkondisikan beberapa indikator pembelajaran dari ranah afektif tersebut. Guru harus cerdik dalam mengidentifikasikan antara indikator kognitif dan afektif. 2) Keteladanan Guru Guru adalah sosok yang menjadi teladan, baik dari segi pengetahuan maupun kepribadian bagi peserta didinya. Oleh karena itu guru harus berhati-hati dalam dalam bertutur kata dan tingkah laku. 3) Pembiasaan terhadap perbedaan Sikap toleransi terhadap sesama tidak muncul begitu saja, tetapi dibentuk melalui sebuah proses panjang. Oleh karena itu, guru harus menempatkan peserta didik pada kondisi yang menghadirkan banyak perbedaan-perbedaan. 4) Melatih Heterogentas dalam Kelompok Dalam kegiatan pembelajaran guru sering membagi peserta didik dalam kelompok-kelompok belajar. Dengan berkelompok, peserta didik diharapkan dapat saling bekerja sama dan bertukar pikiran mempelajari suatu materi. Sedangkan menrurut Didik Hariyanto (2012), Diakses dari halaman web tanggal 1 juni 2014 dari: http://masdidix.blogspot.com/2012/08/contoh-motto-dalam-skripsi-kalimat-motto.html?=1. Acuan penting bagi guru untuk menerapkan pendidikan karakter adalah mengintegrasikan nilai-nilai sikap dan moral kedalam kegiatan pembelajaran yang tercemin dalam perencanaan pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan kegiatan belajar mengajar di kelas. Dengan lebih di jelaskan dalam poin-poin berikut ini: 1) Mengubah orientasi pembelajaran dengan memberikan perhatian lebih pada ranah afektif. 2) Guru menjadi contoh model dalam perilaku di kelas. 3) Membiasakan siswa mengargai perbedaan. 4) Membuat kelompok-kelompok belajar heterogen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru harus mempunyai acuan dalam membentuk sikap toleransi, diantaranya guru harus mengintegrasikan sikap dan norma kepada rencana pelaksanaan pembelajaran. Guru harus memberikan contoh perilaku yang positif pada saat pembelajaran, membiasakan siswa menghargai perbedaan dalam setiap pembelajaran yang berlangsung. c. Tujuan dalam Membentuk Sikap Toleransi Indonesia adalah negara kepulauan yang diisi oleh berbagai jenis dan bentuk masyarakat. Banyak sekali perbedaan yang yang terlihat antara satu dan yang lainnya. Bursi Endang (2013), Bursi.blogspot.com/2013/11/sikap-toleransi.html?m=1 Menyatakan tujuan membentuk sikap toleransi adalah sebagai suatu wahana latihan agar mereka lebih lanjut dapat menerapkan dan mengembangkannya secara luar dalam kehidupan masyarakat. Menurut Ahmad Abrar Bangkuti (2013), Diakses dari halaman web tanggal 31 mei 2014 dari: library.walisongo.ac.id/digilib/downlod.php?id=8478. Tujuan dalam membentuk sikap toleransi adalah mewujudkan keidupan sosial kemasyarakatan yang tentram, dengan dilatarbelakangi oleh keberagaman bangsa. Sedangkan menurut Anisfarani (2006: 15) Diakses dari halaman web tanggal 31 mei 2014 dari: Jtptiain-gdl-s1-2006-anisfaransi-1375_......_410-3.pdf Menyatakan tujuan dalam membetuk sikap toleransi adalah bermaksud untuk membentuknya sistem yang menjaminnya pribadi, hatra benda dan unsur-unsur minoritas yang terdapat dalam masyarakat. Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan tujuan dalam membentuk sikap toleransi adalah untuk mengembangan dan menerapkan suatu sistem yang menjaminnya pribadi, hatra benda dan unsur-unsur minoritas dan mewujudkan keidupan sosial kemasyarakatan yang tentram, dengan dilatarbelakangi oleh keberagaman bangsa dalam kehidupan dimasyarakat. 3. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi belajar Berikut ini beberapa pengertian atau definisi dari prestasi belajar menurut para tokoh (ahli) yang menjadi bahan rujukan: S. Tirtonegoro dalam Melly Kuniasih (2012: 27), menyatakan prestasi belajar adalah penilaian usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol angka, guruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak didik dalam priode tertentu. Selanjutnya menurut Morgan dalam Melly Kurniasih (2012: 28), prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan, atau dikerjakan dalam usaha untuk mendapatkan pengetahuan dan kecakapan. Sedangkan menurut Melly Kuniasih (2012: 30), prestasi belajar siswa adalah tingkat atau hasil yang dicapai siswa dalam mengetahui dan memahami materi tertentu yang dituangkan dalam bentuk daftar nilai sebagai cerminan pengetahuan, maupun sikap atau keterampilan tertentu yang dimiliki setelah proses belajar mengajar. Gagne dalam Ggugut Luficha (2012), Diakses dari halaman web tanggal 31 mei 2014 dari: http://ggugutlufichasepti.blogspot.com/?m=1. Menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek yaitu: kemampuan intekeltual, strategi kognitif, informasi verbal sikap dan keterampilan. Maka dapat disimpulkan, dari beberapa pendapat di atas prestasi belajar adalah suatu hasil yang telah dicapai, dikerjakan atau dilakukan peserta didik yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf atau kalimat sebagai gambaran pengetahuan, keteramilan maupun sikap yang telah dicapai setelah proses pembelajaran. b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Ngalim Purwanto dalam Melly Kurniasih (2012: 31), mengemukakan: prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor yang datang dari dalam diri siswa, dan faktor yang datang dari luar yaitu lingkungan. Menurut Slamento dalam Melly Kurniasih (2012: 30), menyatakan faktor internal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu: 1) Faktor biologis, jasmaniah/individu siswa yang bersifat baawaan atau diperoleh, misalnya penglihatan, pendengaran, stuktur tubuh dan lain sebagainya. 2) Faktor fsikologi baik yang bersifat bawaan maupun yang diperolehnya yang tersiri dari: (a) Faktor intelektif, terdiri atas faktor potensial yaitu intelegensi dan bakat, yang kedua adalah faktor aktual atau kecakapan nyata yaitu prestasi. (b) Faktor non-ontelektif, yaitu komponen kepribadian tertentu seperti sikap, minat, motivasi, kabiasaan cara belajar dan lain sebagainnya. (c) Faktor kematangan fisik maupun fisikis. Menurut Soenoro dalam Melly Kurniasih (2012: 31), menyatakan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu: 1) Faktor sosial yang terdiri atas: (a) Faktor lingkungan keluarga; faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan yang cukup tenang, adanya perhatian orang tua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya maka akan mempengaruhi keberhasilan proses belajarnya. (b) Faktor lingkungan sekolah; sangat diperlukan untuk menentukan keberhasilan belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi keberhasilan belajar siswa disekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang ditegakan secara konsekuen dan konsisten. (c) Faktor lingkungan masyarakat; seorang siswa hendaknya dapat memilih lingkungan masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Masyarakat faktor eksternal yang juga dapat berpengaruh terhadap belajar siswa karena keberadaannya dalam masyarakat. Lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah, lembaga-lembaga pendidikan nonformal seperti bahasa asing, bimbingan, pengajian dan lain sebagainnya. 2) Faktor budaya seperti; adat istiadat, teknologi, ilmu pengetahuan, kesenian dan lain sebagainnya. 3) Lingkungan fisik seperti; fasilitas rumah, fasilitas tempat belajar dan lain sebagainnya. 4) Faktor spiritual dan keagamaan. Maka dapat disimpulkan dari beberapa pendapat di atas faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan kedua faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal merupakan pengaruh yang ada di luar diri siswa, contohnya saja faktor lingkungan, interaksi sosial, keluarga, teman dan sekolah. Sedangkan faktor internal adalah pengaruh yang ada pada diri siswa itu sendiri seperti rasa malas, tidak percaya diri, faktor jasmani, dan faktor sikologis. B. Hasil Penelitian Terdahulu Ada dua rujukan yang disertakan dalam hasil penelitian terdahulu ini, yaitu dengan menggunakan metode yang sama, tetapi materi dalam mata pelajaran yang berbeda, dengan rincian sebagai beriku: 1. Hasil Penelitian Rika Yuni Ambarsari Tahun 2011 Rika Yuni Ambarsari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Gaya Magnet Pada Pelajaran Ipa Siswa Kelas V Sd Negeri 2 Nadi Bulukerto Wonogiri Tahun Pelajaran 2010/2011” Tujuan penelitian tindakan yang dilaksanakannya adalah (1) untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran siswa pada konsep gaya magnet dalam IPA siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi. (2) untuk meningkatkan pemahaman konsep gaya magnet pada siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi Bulukerto Wonogiri tahun pelajaran 2010/2011. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri tahun pelajaran 2010/2011 terdiri dari 22 siswa. Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep gaya magnet, sedangkan variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Problem Based Learning.. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas berlangsung 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, observasi, dan dokumentasi. Validitas data yang digunakan adalah triangulasi data dan triangulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif yang mempunyai tiga buah komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan yang pertama bahwa ada peningkatan kualitas proses pembelajaran gaya magnet setelah diadakan tindakan kelas dengan Model Problem Based Learning. Hal itu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata kegiatan guru pada siklus I nilainya 2,85 dengan kriteria baik dan meningkat pada siklus II nilainya menjadi 3,5 dengan kriteria sangat baik. Nilai rata-rata kegiatan siswa pada siklus I nilainya 2,55 dengan kriteria baik dan meningkat pada siklus II nilainya menjadi 3,45 dengan kriteria sangat baik. Kedua ada peningkatan pemahaman konsep gaya magnet setelah diadakan tindakan kelas dengan Model Problem Based Learning. Hal itu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya pemahaman konsep gaya magnet siswa sebelum dan sesudah tindakan. Pada pra tindakan nilai rata-rata kelas 61 dengan ketuntasan klasikal 36,36%. Pada siklus I menunjukkan nilai rata-rata kelas mencapai 66,25 dan ketuntasan klasikal meningkat menjadi 63,63%.Pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 77,98 dan ketuntasan klasikal meningkat menjadi 81,81%. 2. Hasil Penelitian Yulfika Yasmin Tahun 2009 Yulfika Yasmin Universitas negeri malang melakukan penelitian dengan judul “Penerapan problem based learning untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar dalam pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas V SDN Tegalweru Kecamatan Dau Kabupaten Malang” Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian ini terdiri dari siklus I dan siklus II. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning) dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas V, (2) Mendeskripsikan peningkatan motivasi belajar siswa dengan menggunakan model PBL, (3) Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model PBL. Melalui penelitian ini menunjukkan bahwa PBL memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru, yang terbukti pada (tabel 4.3). Ketuntasan belajar klasikal meningkat dari siklus I, dan siklus II yaitu masing-masing 27,6% dan siswa yang tuntas pada siklus II sebesar 86,2%. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai. Peningkatan setiap komponen motivasi siswa dalam belajar tersebut yaitu motivasi siswa, untuk komponen minat belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 46 %. Komponen Perhatian siswa terhadap pelajaran B. Indonesia mengalami peningkatan sebesar 66,4%. Komponen ketekunan siswa selama proses pembelajaran mengalami peningkatan sebesar 82,76%. Serta untuk rata-rata semua komponen motivasi belajar siswa meningkat sebesar 63% dari siklus I ke siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan Problem Based Learning berdampak baik dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran. Berdasarkan dua hasil penelitian terdahulu di atas dapat disimpulkan bahwa model problem based learning berdampak baik bagi peningkatan motivasi, serta hasil belajar siswa. Selain itu dalam penerapan model problem based learning berdampak baik pula terhadap kualitas proses pembelajaran. Semua itu terlihat dari peningkatan di tiap siklusnya baik motivasi, hasil belajar siswa dan proses pembelajaran dapat meningkat sesuai dengan kriteria ketuntasan yang telah ditentukan. C. Kerangka Pemikiran Di dalam pembelajaran guru dituntut untuk menggunakan model pembelajaran, sehingga siswa tidak hanya mencatat dan menghafal tetapi memahami dan siswa akan lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran tematik yang berlangsung. Salah satu model pembelajaran yang bisa digunakan untuk memotivasi siswa dalam belajar tematik adalah dengan cara pembelajaran bermakna dan dapat menyenangkan bagi siswa. Model pembelajaran berbasis masalah atau problem based learning diharapkan dapat meningkatkan toleransi dan prestasi belajar siswa pada tema indahnya kebersamaan subtema kebersamaan dalam keberagaman, sehingga siakp toleransi dan prestasi peserta didik dapat meningkat menjadi lebih baik. Menurut Ridwan Abdullah Sani (2013: 140) Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran yang menyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan, pengajuan pertanyaan-pertanyaan, mempasilitasi penyelidikan, dan membuka dialog. Menurut Nurhadi dalam Sitiatava Rizema Putra (2013: 65), pembelajaran merbasis masalah (PBL) adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia siswa pada masalah autentiik, sehingga ia bisa menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, serta meningkatkan kepercayaan diri. Menurut Arends dalam Ridwan Abdullah Sani (2013: 138), model Problem Based learning adalah model pembelajaran yang akan membantu peserta didik untuk mengembangkan ketermapilan berpikir dan mengatasi masalah, mempelajari peran-peran dengan orang dewasa, dan ,menjadi pembelajar mandiri. Menurut Ridwan Abdullah Sani (2013: 140) Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran yang menyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan, pengajuan pertanyaan-pertanyaan, mempasilitasi penyelidikan, dan membuka dialog. Maka dapat disimpulkan, bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang menyajikan suatu masalah kehidupan nyata yang diangkat menjadi suatu pembelajaran sehingga merangsang dan menjadikan peserta didik untuk aktif belajar, meningkatkan kemmpuan berpikir kritis dan mengembangkan kemampuannya dalam pembelajaran. Menkokesra (2010), mengungkapkan bahwa tolerasi merupakan sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Sammy (2013) mengungkapkan tolerasi adalah suatu sikap atau prilaku manusia yang tidak menyimpang dari aturan, di mana seseorang menghargai atau menghormati setiap tidakan yang orang lain lakukan. Sedangkan menurut Ahmad Abrar Bangkuti (2013), menyatakan tolerasi dalam bergabai pandangan: Toleransi dalam bahasa Indonesia dalam bentuk nomina berati: (1) sikap atau sifat toleransi, (2) batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan, dan; (c) menyiapkan yang masih dapat diterima dalam pengukuran kerja. Toleransi dalam bentuk verba berarti: (1) mediamkan atau membiarkan, (2) toleransi bermakna sebagai suatu sikap atau kondisi kemasyarakatan berhubungan erat dengan sikap yang dianut di secara luas dikalangan masyarakat. Tolerasi dalam bahasa Arab disebut tasamuh. Toleransi dalam hal ini berarti suatu sikap menerima pihak lain dan menghargai perbedaan. Terintegrasi dalam kata-kata seperti, cinta, damai, persahabatan, kerja sama, tanggung jawab, tulus dan berhasil. Maka dapat disimpulkan tolerasi merupakan suatu sikap/sifat seseorang yang dapat menghargai dan menerima terhadap pendapat, kepercayaan, suku, adat, agama tindakan, pandangan orang lain yang tidak sama atau berbeda dengan dirinya. S. Tirtonegoro dalam Melly Kuniasih (2012: 27), menyatakan prestasi belajar adalah penilaian usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol angka, guruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak didik dalam priode tertentu. Selanjutnya menurut Morgan dalam Melly Kurniasih (2012: 28), prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan, atau dikerjakan dalam usaha untuk mendapatkan pengetahuan dan kecakapan. Sedangkan menurut Melly Kuniasih (2012: 30), prestasi belajar siswa adalah tingkat atau hasil yang dicapai siswa dalam mengetahui dan memahami materi tertentu yang dituangkan dalam bentuk daftar nilai sebagai cerminan pengetahuan, maupun sikap atau keterampilan tertentu yang dimiliki setelah proses belajar mengajar. Gagne dalam Ggugut Luficha (2012), menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek yaitu: kemampuan intekeltual, strategi kognitif, informasi verbal sikap dan keterampilan. Maka dapat disimpulkan, dari beberapa pendapat di atas prestasi belajar adalah suatu hasil yang telah dicapai, dikerjakan atau dilakukan peserta didik yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf atau kalimat sebagai gambaran pengetahuan, keteramilan maupun sikap yang telah dicapai setelah proses pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, bahwa model Problem Based Learning diperkirakan dapat meningkatkan toleransi dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran tematik, khususnya pada subtema kebersamaan dalam keberagaman di kelas IV . Hubungan tersebut dapat digambarkan dengan tabel berikut ini : Tabel 2.2 Hubungan antara masalah, proses dan hasil dalam penerapan model problem based learning D. Asumsi Dan Hipotesis Penelitian 1. Asumsi Peneliti berasumsi bahwa dengan penerapan Problem Based Learning dapat meningkatkan toleransi dan prestasi belajar siswa dengan alasan sebagai berikut: bahwa dengan penerapan model Problem Based Learning, diharapkan siswa lebih fokus dalam pembelajaran tematik khususnya pada subtema kebersamaan dalam keberagaman, sehingga tolerasi dan prestasi belajar siswa dapat meningkat setelah melakukan pembelajaran. 2. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka dapat ditarik hipotesis penelitian sebagai berikut: diduga, dengan Penerapan Model Problem Based Learning dapat meningkatkan toleransi dan prestasi belajar siswa di kelas IV SDN Girimukti 3 Kabupaten Garut Pada Subtema kebersamaan dalam keberagaman Secara khusus hipotesis dari penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut: a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang disusun dengan penerapan model problem based learning pada pembelajan tematik dapat meningkatkan toleransi dan prestasi belajar siswa kelas IV SDN Girimukti 3 Kabupaten Garut Pada Subtema kebersamaan dalam keberagaman b. Proses pembelajaran dengan penerapan model problem based learning dapat meningkatkan toleransi dan prestasi belajar siswa di kelas IV SDN Girimukti 3 Kabupaten Garut Pada Subtema kebersamaan dalam keberagaman c. Aktivitas siswa dapat meningkat dalam sikap toleransi dengan penerapan model problem based learning di kelas IV SDN Girimukti 3 kabupaten Garut. BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian 1. Tempat penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas IV SDN GIRIMUKTI 3 yang beralamat di Jl. K.H Badruzaman Kelurahan Girimukti, Kecamatan Cibatu, Kabupaten Garut. Penentuan tempat ini diharapkan memberi kemudahan khususnya berhubungan dengan peserta didik sebagai objek penelitian atau menyangkut personal yang akan membantu kelancaran kegiatan penelitian. ini. Berbagai pertimbangan penentuan tempat penelitian dapat diuraikan sebagai bertikut: a. Adanya masalah dalam pembelajaran di kelas IV SDN Girimukti 3 dengan hasil belajar siswa kurang atau belum mencapai nilai KKM b. Letak SDN Girimukti 3 berada pada lokasi yang dekat dengan pemukiman warga serta rumah peneliti, sehingga dapat terjangkau dengan mudah oleh peneliti dalam melakukan penelitian c. Warga sekolah yang sangat berantusias untuk meningkatkan kualitas pembelajaran agar pembelajaran menjadi lebih baik. 2. Keadaan Siswa Penelitian dengan menggunakan model problem based laerning pada tema indahnya kebersamaan subtema kebersamaan dalam keberagaman di kelas IV SDN Girimukti 3 Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut tahun pelajaran 2014-2015 dengan jumlah siswanya adalah 37 orang. Terdiri dari 17 orang siswa perempuan dan 18 orang siswa laki-laki. jumlah siswa saat ini merupakan suatu kekuatan dalam peningkatan pemahaman konsep, sehingga perlu usaha yang lebih keras untuk mewujudkan program tersebut dengan bekerjasama yang baik dengan kepala sekolah, guru, dan orang tua siswa. Seperti yeng tertera pada tabel di bawah ini: Tabel 3.1 Keadaan Murid kelas IV SDN Girimukti 3 Tahun Pelajaran 2014-2015 Tabel 3. 2 Keadaan Guru SDN Girimukti 3 Tahun Pelajaran 2014-2015 No Nama Guru NIP Gol/ Ruang Jabatan Guru Jenis Guru Tugas Mengajar Kelas 1 ADJID, S.Pd 195602061984121001 IV/a Guru Madya Kepala Sekolah IV-VI 2 NANI RUSMIATI, S.Pd.SD 196502111986102002 IV/a Guru Madya Guru Kelas III 3 EDEH HERYANI, S.Pd 196503091986102006 IV/a Guru Madya Guru Kelas V 4 ADIS, S.Pd 196509071986101003 IV/a Guru Madya Guru Kelas II 5 MAYA DESI KUSUMAH, S.Pd 198312282010012006 III/b Guru Pertama Guru Kelas VI 6 YANI NURBAYANI, S.Pd - - - Guru Kelas I 7 TANTAN RUMINA, S.Pd.I - - - Guru PAI I-VI 8 ELA NURLAELA, S.Pd - - - Guru Kelas IV 9 YENNI KUSTIANI, S.Pd.I - - - Guru PJOK I-VI Berdasarkan sumber dari tata usaha di SDN Girimukti 3 Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut, tabel keadaan kepala sekolah dan guru-guru yang bertugas saat ini seperti tercantum di atas. 4. Waktu Penelitian Di dalam penelitian tindakan kelas, kehadiran peneliti dalam kegiatan yang dilakukan merupakan sesuatu yang penting, dalam hal ini peneliti hadir dua kali dalam seminggunya, sesuai dengan pembelajaran dan penelitian berlangsung, serta pemusatan kegiatan di SDN Girimukti 3. Penentuan waktu ini diharapkan memberikan kemudahan khususnya dalam penelitian yang akan dilaksanakan yang berhubungan dengan peserta didik sebagai objek penelitian yang akan membantu kelancaran kegiatan penelitian dalam subtema kebersamaan dalam keberagaman di kelas IV SDN Girimukti 3. Adapun rincian waktu pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut: Tabel 3.3 Jadwal Penelitian No Rencana Kegiatan Juli (Minggu ke) Agustus (Minggu ke) September (Minggu ke) Oktober (Mingguke) 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Permintaan izin kepala sekolah 2 Permintaan kerja sama dengan guru kelas IV 3 Persiapan Menyusun perangkat pembelajaran Menyiapkan alat dan bahan Menyusun instrumen 4 Pelaksanaan Menyiapkan kelas Melakukan tindakan siklus 1 Perencanaan Pelaksanaan Pengamatan dan refleksi Melakukan tindakan siklus II Perencanaan Pelaksanaan Pengamatan dan Refleksi 5 Finalisasi draf skripasi 6 Persiapan sidang skripsi B. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah SD Negeri Girimukti III Jl. KH. Badruzaman Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut. Alasan peneliti mengambil objek ini bahwa sekolah tersebut sangat strategis dilihat dari jarak rumah peneliti ke sekolah selain itu peneliti juga ingin menerapkan model problem based learning pada pembelajaran khususnya pada tema indahnya kebersamaan subtema kebersamaan dalam keberagaman. Objek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa IV, yang berjumlah 35 siswa, terdisi atas 17 siswa perempuan dan 18 siswa laki-laki. Subjek penelitian ini sangat heterogen dilihat dari kemampunnya, yakni ada sebagai siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Dengan sasaran utama peneliti ini yaitu untuk meningkatkan sikap toleransi dan prestasi belajar siswa pada subtema kebersamaan dalam keberagaman. Dalam penelitian ini siswa dibimbing agar dapat mengetahui tentang pembelajaran subtema kebersamaan dalam keberagama. Untuk itu peneliti mengatasi masalah tersebut dengan penerapan model problem based learning untuk meningkatkan sikap toleransi dan prestasi belajar. Variabel-variabel penelitian yang menjadi titik incar untuk menjawab permasalahan yang dihadapi diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Variabel input, yakni variabel yang berkaitan dengan siswa, guru bahan pelajaran, sumber belajar dan lingkungan belajar. 2. Variabel proses, yakni variabel yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar seperti cara belajar siswa, implementasi penerapan model problem based learning. 3. Variabel output, yakni variabel yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan seperti, sikap toleransi siswa, dan prestasi belajar terhadap pengalaman belajar dengan model problem based learning dalam subtema keberagaman dalam keberagan. C. Metode Penelitian Dalam penelitian ilmiah faktor metodologi memegang peranan penting guna mendapatkan data yang obyektif, valid dan selanjutnya digunakan untuk memecahkan permasalahan yang telah dirumuskan. Penelitian yang dilakukan berupa penelitian yang berfokuskan kepada situasi kelas, yang dikenal dengan penelitian tindakan kelas (classroom action reseach), penelitian tindakan kelas ini merupakan tindakan guru ketika melaksanakan kegiatan belajar mengajar sebagai upaya untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar sebagai refleksi yang dilakukan guru dari pembelajaran sebelumnya. Hopkin dalam Mansur Muslich (2012: 8) mengemukakan penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif, yang dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakannya dalam melaksanakan tugas dan memperdalam pemahaman terhadap kondisi dalam praktik pembelajaran. Sejalan dengan itu Tim PGSM dalam Mansur Muslich (2012: 9) berpendapat penelitian tindakan kelas sebagai bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi di mana praktik pembelajaran tersebut dilakukan. Mansur Muslich (2012: 9) mengemukakan PTK bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran serta membantu memberdayakan guru dalam memecahkan masalah pembelajaran di sekolah. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan PTK merupakan suatu tindakan yang dilakukan pelaku tindakan (guru) untuk meningkatkan atau memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan serta membantu membedayakan guru dalam memecahkan masalah pembelajaran di sekolah. D. Desain Penelitian Pada penelitian tindakan kelas ini, model penelitian yang digunakan adalah model yang berkembangan oleh Hopkins dalam Masnur Muslich dimana dalam satu siklus terdiri dari empat komponen. Keempat komponen tersebutt meliputi: merencanakan (planning), melakukan tindakan (action), mengamati (observastion), dan melakukan refleksi (reflection). Tahap-tahap penelitian terjadi secara berulang yang akhirnya menghasilkan tindakan dalam penelitian tindakan kelas. alur penelitian tindakan kelas dapat dilihat sebagai berikut: Plan Reflective Action/Observation Revised Plan Reflective Action/ Observation Revised Plan Reflective Action/ Observation Gambar 3.1 Spiral Penelitian Tindakan Kelas Hopkins dalam Masnur Muslich (2012: 43) 1. Tahap perencanaan tindakan (planing) Perencanaan tindakan menurut Arikunto dalam Ida Wahyuni (2012: 51) menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan dan dimana, dan oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Menurut Mulyasa dalam Ida Wahyuni (2012: 51) perencanaan tindakan adalah menguraikan berbagai metode dan prosedur yang akan ditempuh sifatnya operasional dan menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan oleh peneliti. Maka dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan tahap perencanaan tindakan adalah menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan dengan penguraian metode, prosedur, dan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh peneliti. Adapun tahap perencanaan tindakan yang akan dilakukan dengan penerapan model problem based learning adalah sebagai beriku: a. Permintaan izin dari kepala sekolah SDN Girimukti 3 b. Permintaan kerjasama dengan guru kelas IV SDN Girimukti 3, sebagaimana dalam penelitian tindakan kelas, guru berperan sebagai observer sekaligus informan. c. Melakukan observasi untuk mengetahui gambaran awal. Meliputi teknik pembelajaran yang dilakukan oleh guru, kondisi kelas, sikap dan prilaku siswa dalam proses pembelajaran. d. Mengidentifikasi masalah, mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi hambatan dalam proses pembelajaran, sehingga perlu adanya perubahan. e. Mempersiapkan, membuat dan merancang rencana pelaksanaan pembelajaran subtema kebersamaan dalam keberagaman. f. Mendesain instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data 2. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action) Nevel Oktaviandy (2012), Diakses dari halaman web tanggal 15 juni 2014 dari: http://negve.blogspot.com/?m=1 Tahap pelaksanaan tindakan adalah penerapan dari perencanaan yang telah dibuat yang dapat dibuat suatu penerapan model pembelajaran tertentu yang bertujuan untuk memperbaiki atau menyempurnakan model yang sedang dijalankan. Sedangkan menurut Ida Wahyuni (2012: 53) pelaksanaan tindakan adalah realisasi dari teori dan tekhnik mengajar serta tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya yang merupakan rangkaian siklus yang berkelanjutan, diantara siklus-siklus tersebut terdapat informasi sebagai bahan terhadap apa yang telah dilakukan peneliti. Maka dapat disimpulkan pelaksanaan tindakan adalah implementasi dari teori, teknik dan langkah-langkah mengajar yang telah direncanakan sebelumnya yang diatur dalam siklus-siklus yang berkelanjutan untuk mengetahui tindakan selanjutnya. Pada tahap ini kegiatan yang akan dilaksanakan berdasarkan perencanaan tindakan yang telah ditetapkan, yaitu melaksanakan pembelajaran sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat. Fokusnya ada dengan penerapan model problem based learning untuk meningkatkan sikap toleransi dan prestasi belajar siswa. Adapun pelaksanaan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut: a. Melakukan pembelajaran dengan penerapan model problem based learning berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). b. Melakukan observasi terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung. c. Melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran yang telah berlangsung d. Membuat kesimpulan dari hasil pembelajaran untuk membuat dan merencanakan kegiatan di tahap selanjutnya. 3. Tahap Pengamatan (Observation) Ida Wahyuni (2012: 54) observasi adalah suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari bebagai proses biologis dan psikologis, dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan, berdasarkan fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh yang merupakan penafsiran dari teori. Menurut Sutrisno dalam Ida Wahyuni (2012: 54) observasi adalah suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis, dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan tahap observasi adalah suatu proses yang komplek yang tersusun dari berbagai proses bilogis dan psikologis yang merupakan penapsiran dari sebuah teori. Adapun yang dilakukan pada tahapan observasi yakni, aktifitas guru dapat diamati mulai pada tahap awal pembelajaran, saat pembelajaran, dan akhir pembelajaran. Data aktivitas guru diperoleh dengan menggunakan lembar observasi, observasi ini dilakukan oleh guru kelas IV sebagai observer. Sedangkan aspek yang diamati dari siswa yaitu peningkatan sikap toleransi selama proses pembelajaran yang dihasilkan dari pengamatan nilai skala sikap, dan prestasi belajar siswa yang di hasilkan dari tes hasil belajar.baik berupa pretes, postes dan lembar kerja kelompok dilakukan oleh peneliti sebagai observer dalam penerapan model problem based learning untuk meningkatkan sikap toleransi dan prestasi belajar siswa pada subtema kebersamaan dalam keberagaman. 4. Tahap Refleksi (Reflective) Menurut Arikunto dalam ida wahyuni (2012: 55) refleksi adalah mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan untuk mengkaji apa yang telah ber

Item Type: Thesis (Skripsi(S1))
Subjects: S1-Skripsi
Divisions: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > PGSD 2014
Depositing User: Iyas -
Date Deposited: 28 Jun 2016 03:27
Last Modified: 28 Jun 2016 03:27
URI: http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/4983

Actions (login required)

View Item View Item