LULUN NOER UTARI, 105060155 (2016) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENUMBUHKAN SIKAP DISIPLIN DAN SIKAP JUJUR DALAM KETERAMPILAN MEMECAHKAN MASALAH PADA SISWA. Skripsi(S1) thesis, FKIP UNPAS.
Text
cover.docx Download (42kB) |
|
Text
lembar pengesahan.docx Download (13kB) |
|
Text
LEMBAR PERNYATAAN.docx Download (12kB) |
|
Text
abstrak.docx Download (15kB) |
|
Text
abstrak bahasa inggris.docx Download (12kB) |
|
Text
KATA PENGANTA1.docx Download (13kB) |
|
Text
UCAPAN TERIMAKASIH.docx Download (17kB) |
|
Text
Daftar Isi 2.docx Download (24kB) |
|
Text
bab 1 lulun.docx Download (43kB) |
|
Text
bab 3.docx Download (133kB) |
|
Text
Bab 4 belum.docx Restricted to Repository staff only Download (423kB) |
|
Text
BAB IV.docx Restricted to Repository staff only Download (211kB) |
|
Text
BAB V.docx Restricted to Repository staff only Download (19kB) |
Abstract
ABSTRAK Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa sikap disiplin dan sikap jujur siswa kelas IV SDS kartika X-3 masih rendah serta hasil belajar juga masih dibawah rata-rata. Hal ini ditunjukkan dengan sikap siswa yang kurang antusias dalam belajar dan nilai rata-rata belum memenuhi nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hasil belajar siswa tidak terlepas dari rendahnya keterlibatan siswa selama proses pembelajaran, dari hasil wawancara terhadap guru kelas di SDS Kartika X-3 diketahui bahwa sekitar 70% proses pembelajaran dilakukan dengan metode ceramah. Dengan seringnya menggunakan metode ceramah, tipe hasil belajar pada ranah kognitif lebih dominan dibandingkan dengan hasil belajar pada ranah afektif dan psikomotor, hal ini menjadikan tipe hasil belajar yang diperoleh siswa tidak menyeluruh. Model problem based learning adalah salah satu model pembelajaran yang lebih mengutamakan proses pembelajaran yang berbasis pada permasalahan. Pbl yang bertujuan agar siswa terbiasa untuk menyelesaikan masalah dalam proses pembelajaran. Subjek tindakan adalah siswa kelas IV di SDS Kartika X-3 berjumlah 29 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, angket, tes dan lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) dapat menunjukkan peningkatan dari siklus I dan II terlihat dari hasil penilaian sikap disiplin dan sikap jujur siswa dan hasil belajar siswa pada ranah kognitif setelah diterapkannya model PBL (Problem Based Learning). Pada siklus I dari hasil penilaian sikap disiplin dan sikap jujur siswa 73,5% memperoleh skor dengan persentase 70% kategori baik, pada pada siklus II memperoleh skor dengan persentase 96% kategori sangat baik. Perolehan persentase nilai kognitif di siklus I sebesar 48% tuntas dan pada siklus II sebesar 96% tuntas. kedua aspek memiliki peningkatan hasil kogitif dari setiap siklusnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keterampilan memecahkan masalah menuntut pembaca untuk memahami bacaan dengan kritis sehinga setelah kegiatan membaca selesai siswa mampu menangkap beberapa pikiran pokok bacaan, sehingga mampu mempola sebuah konsep (Walker, 2001:15). .Pemecahan masalah didefinisikan sebagai kombinasi dari gagasan yang cemerlang untuk membentuk kombinasi gagasan yang baru.ia mementingkan penalaran sebagai dasar untuk mengkombinasikan gagasan dan mengarahkan kepada penyelesaian masalah. Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah. Hal ini sesuai dengan pendapat Abdurrahman (2003: 254) bahwa: “Pemecahan masalah adalah aplikasi dan konsep keterampilan. Dalam pemecahan masalah biasanya melibatkan beberapa kombinasi konsep dan keterampilan dalam suatu situasi baru atau situasi yang berbeda. Sebagai contoh, pada saat siswa diminta untuk mengukur luas selembar papan, beberapa konsep dan keterampilan ikut terlibat. Beberapa konsep yang terlibat adalah bujur sangkar, garis sejajar dan sisi, dan beberapa keterampilan yang terlibat adalah keterampilan mengukur, menjumlahkan dan mengalikan”. Problem solving harus menjadi bagian integral dari proses pengajaran yang dijalankan. Menurut Wahyudin (2003), ada 10 strategi problem solving yang dapat dijadikan dasar pendekatan mengajar, yaitu: 1. Bekerja mundur 2. Menemukan suatu pola 3. Mengambil suatu sudut pandangan yang berbeda 4. Memecahkan suatu masalah yang beranalogi dengan masalah yang sedang dihadapi tetapi lebih sederhana 5. Mempertimbangkan kasus-kasus ekstrim 6. Membuat gambar (representasi visual Jadi peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa keterampilan memecahkan masalah pada matematika yaitu keterampilan memecahkan masalah dapat terselesaikan apabila guru mampu melihat kemampuan berfikir anak sejauh mana dan biarkan anak mencari jalan keluarnya sendiri apabila ada kesulitan dan kesalahan pada anak guru harus mengarahkan. karena keterampilan memecahkan masalah bukan hanya melihat dari dalil-dalil atau teorema-teorema saja. Kemampuan berfikir siswa yang konkrit dapat dilihat dengan cara menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru nya , contohnya : siswa mampu menyelesaikan soal-soal yang paling mudah dengan melihat guru terlebih dahulu memberi contoh tentang soal pembulatan. Solusinya Guru mengukur tinggi badan siswa di depan kelas. Agar siswa lebih mengerti dan paham setelah di perlihatkan bagaimana cara mengukur tinggi badan yang benar dan cara pembulatan angka dari hasil mengukur tinggi badan. Seseorang yang mempunyai keterampilan memecahkan masalah akan dapat berfikir kritis, mempunyai kreatifitas yang luas, dapat menyelesaikan msalahnya dengan mudah. Dalam keterampilan memecahkan masalah dibutuhkan sikap disiplin dan jujur pada siswa. Karena sikap disiplin dan jujur sangat mempengaruhi proses pembelajaran dan cara berfikir anak dalam memecahkan masalah. Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi tanggung jawabnya. Pendisiplinan adalah usaha usaha untuk menanamkan nilai ataupun pemaksaan agar subjek memiliki kemampuan untuk menaati sebuah peraturan. Pendisiplinan bisa jadi menjadi istilah pengganti untuk hukuman ataupun instrumen hukuman dimana hal ini bisa dilakukan pada diri sendiri ataupun pada orang lain.Menurut Soegeng Pridjominto, (1993:15) mengemukakan Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan, dan ketertiban”. Karena sudah menyatu dengan dirinya, maka sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban, bahkan sebaliknya akan membebani dirinya bilamana ia tidak berbuat sebagaimana lazimnya. Nilai-nilai kepatuhan telah menjadi bagian dari perilaku dalam kehidupanya. Siswa yang telah memiliki sikap disiplin akan mampu mengerjakan tugas dan menyelesaikan masalah dengan tanggung jawab dan aturan agar siswa terarah juga termotivasi untuk mengerjakan tugas. Secara etimologi, jujur merupakan lawan kata dusta. Dalam bahasa Arab diungkapkan dengan "Ash-Shidqu" sedangkan "Ash-Shiddiq" adalah orang yang selalu bersikap jujur baik dalam perkataan maupun perbuatan. Kejujuran adalah akhlak terpuji. Seseorang dikatakan jujur apabila dia menyatakan kebenaran sesuai dengan fakta yang ada tanpa menambah dan menguranginya. Jujur harus menjadi akhlak dalam perkataan dan tindakan, termasuk isyarat tangan dan menggelengkan kepala. Terkadang diam pun bisa termasuk bagian dari ungkapan kejujuran. Kata jujur adalah kata yang digunakan untuk menyatakan sikap seseorang. Bila seseorang berhadapan dengan suatu atau fenomena maka seseorang itu akan memperoleh gambaran tentang sesuatu atau fenomena tersebut. Bila seseorang itu menceritakan informasi tentang gambaran tersebut kepada orang lain tanpa ada “perobahan” (sesuai dengan realitasnya ) maka sikap yang seperti itulah yang disebut dengan jujur. Jadi kesimpulan diatas, dalam keterampilan memecahkan masalah sikap jujur di tuntut untuk berkata seadanya dan bekerja dengan apa adanya dengan usaha-usaha yang menuntut untuk berfikir kritis dalam memecahkan masalah pelajaran di kelas. Kejujuran adalah melakukan tindakan sesuai dengan hati nurani. Sesuai dengan hati nurani anda. Saya percaya hati nurani manusia adalah sesuatu yang suci berasal dari sang Pencipta Alam Semesta. Hati nurani selalu suci untuk melakukan apa yang menjadi baik baik dan buruk. Berdasarkan pengertian sikap disiplin dan jujur dari para ahli dapat disimpulkan bahwa sikap disiplin merupakan aturan yang dipakai untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban yang telah dipegang, sedangkan sikap jujur merupakan tindakan dengan hati nurani yang ikhlas dan berkata dengan seadanya tanpa di lebih-lebihkan dan dikurangi. Sikap keduanya sangat mempengaruhi pada pembelajaran yang di ajarkan. Sikap ini harus di terapkan pada siswa agar siswa dapat terbiasa belajar dengan sikap disiplin dan jujur. Siswa yang memiliki sikap jujur yaitu siswa yang mampu mengerjakan tugas dengan hati yang tenang, siswa akan menjawab soal dengan kata-kata yang jujur, siswa akan mengerjakan tugas tanpa melihat dan menyontek temannya. Jadi peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa sesorang dalam mencari jalan keluar dari suatu kesulitan tidak sekedar melihat dari teori-teori matematika saja namun dapat dilihat dari kemampuan berfikir dalam menyelesaikan masalah tersebut. Dibutuhkan adanya sikap disiplin dan sikap jujur karena sikap keduanya sangat berpengaruh dalam menyelesaikan masalah dan mempermudah oleh karena itu keterampilan memecahkan masalah dengan sikap disiplin dan jujur akan mengarahkan dan membiasakan siswa belajar dengan teratur dan menyelesaikan masalah dengan hati nurani yang ikhlas. Setelah saya mengikuti praktek pengalaman lapangan (PPL) Merujuk pada hasil observasi khusunya di kelas IV SDS Kartika X-3 . Di ketahui bahwa pada saat proses pembelajaran di kelas tidak tumbuhnya sikap jujur dan disiplin pada siswa, fasilitas yang mendukung tetapi guru yang kurang memanfaatkan fasilitas yang ada sehingga siswa menjadi bosan dan monoton. Cara penyampaian guru hanya menggunakan metoda ceramah. Sehingga siswa kurang jujur dan disiplin dalam proses pembelajaran di kelas, hasil pembelajaran yang di bawah KKM. Pada dasarnya kegiatan belajar mengajar dalam pendidikan yang khususnya berlangsung di sekolah adalah adanya interaksi aktif antara siswa dan guru. Guru bukan hanya menjadi pusat dari kegiatan belajar mengajar, namun keterlibatan siswa aktif dan penggunaan sumber belajar menjadi hal yang tidak kalah pentingnya. Agar dapat memancing siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan belajar-mengajar, guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran, di antaranya adalah dengan menguasai dan dapat menerapkan berbagai metode pembelajaran dan menggunakan berbagai sumber belajar yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan, sehingga dapat tercipta kondisi pembelajaran yang baik di kelas dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik. Hal ini dapat mempengaruhi hasil sikap siswa d dalam proses pembelajaran. Sebagai seorang guru tidak hanya dituntut menguasai pengetahuan atau materi yang akan di sampaikan pada pembelajaran di kelas saja, akan tetapi guru harus dapat menguasai pendekatan, model pembelajaran, dan metode pembelajaran yang harus sesuai dengan keadaan siswa dan lingkungannya, sehingga dapat mendukung siswa untuk berfikir kritis, logis, pedagogik, menggunakan cara yang efektif, efisien serta dapat menumbuhkan diantaranya sikap disiplin, ilmiah, rasa tanggung jawab, percaya diri dan disertai iman dan taqwa.Belajar akan lebih bermakna jika siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh (Sagala, 2008:88) bahwa pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil kemudian diingat. Lebih dari itu, siswa harus mengkontruksi pengetahuan dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Hal ini sesuai dengan paham konstruktivisme, yaitu suatu paham dalam pembelajaran yang mengharuskan siswa belajar dengan cara membangun pengetahuannya. Dua faktor tidak berkembangnya keterampilan memecahkan masalah selama ini adalah kurikulum yang dirancang dengan target materi yang luas sehingga pengajar lebih terfokus pada satu materi dan kurang pemahaman dalam pembelajaran sehingga keterampilan memecahkan masalah kurang tersampaikan. Solusi untuk masalah yang dihadapi untuk peneliti yaitu : 1. Peneliti harus mampu membimbing siswa dan mengajarkan pelajaran tentang pembulatan dengan suasana di dalam kelas yang nyaman agar siswa betah di dalam kelas. 2. Peneliti harus mampu menyajikan data yang membuat anak nyaman di kelas sehingga anak mampu memahami pelajaran yang disampaikan oleh peneliti 3. Peneliti harus mempraktekan langsung pelajaran yang di ajarkan (belajar dengan nyata). 4. Peneliti harus mampu menjadi fasilitator yang baik untuk siswa. Dari permasalahan inilah peneliti termotivasi untuk mengambil judul “Penerapan model PBL (problem based learning) untuk menumbuhkan sikap disiplin dan sikap jujur dalam keterampilan memecahkan masalah” Pada penelitian ini, peneliti memilih model pembelajaran PBL(Problem Based Learning) diantaranya agar siswa terlibat langsung dalam memecahkan masalah pembelajaran, agar siswa lebih paham dalam proses pembelajaran, agar siswa mempunyai sikap disiplin dan jujur dalam memecahkan masalah, agar siswa dapat memecahkan masalah dalam keterampilan masalah. Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah (Kamdi, 2007: 77). Menurut (Suradijono, 2004) PBL (pembelajaran berbasis masalah) adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru. Menurut (H.S. Barrows 1982) PBL adalah suatu model pembelajaran yang didasarkan pada prinsip menggunakan masalah sebagai titik awal akuisisi dan integrasi pengetahuan baru. Menurut Tan (2003) pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM kemampuan berfikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis,sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berfikirnya secara berkesinambungan. Sedangkan menurut Boud & Felleti (1991, dalam Saptono, 2003) menyatakan bahwa. Problem based learning is a way of constructing and teaching course using problem as a stimulus and focus on student activity, yang maknanya adalah pembelajaran berbasis masalah sebagai cara membangun dan mengajar program menggunakan masalah sebagai stimulus-stimulus dan berfokus pada kegiatan siswa. Jadi, Problem Based Learning (Pembelajaran Berdasarkan Masalah) adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan suatu masalah. Pembelajaran berbasis masalah (PBL) bermaksud untuk memberikan ruang gerak berpikir yang bebas kepada siswa untuk mencari konsep dan menyelesaikan masalah yang terkait dengan materi yang disampaikan oleh guru. Karena pada dasarnya ilmu Matematika bertujuan agar siswa memahami konsep-konsep Matematika dengan kehidupan sehari-hari. Memiliki keterampilan tentang alam sekitar untuk mengembangkan pengetahuan tentang proses alam sekitar,mampu menerapkan berbagi konsep matematika untuk menjelaskan gejala alam dan mampu menggunakan teknologi sederhana untuk memecahkan masalah yang ditemukan pada kehidupan sehari-hari(Depdikbud:1994). Kelebihan dari model PBL (problem based learning) yaitu : 1. Mengembangkan jawaban yang bermakna bagi suatu masalah yang akan membawa siswa mampu menuju pemahaman lebih dalam mengenai suatu materi 2. PBL memberikan tantangan pada siswa sehingga mereka bisa memperoleh kepuasan dengan menemukan pengetahuan baru bagi dirinya sendiri 3. PBL membuat siswa selalu aktif dalam pembelajaran 4. PBL membantu siswa untuk mempelajari bagaimana cara untuk mentransfer pengetahuan mereka kedalam masalah dunia nyata. 5. PBL dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis setiap siswa serta kemampuan mereka untuk beradaptasi untuk belajar dengan situasi yang baru. 6. Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa. 7. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. 8. Dapat membantu siswa bagaimana mentansfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata. Menurut fogarty (1997:3) PBM dimulai dengan masalah yang tidak terstruktur sesuatu yang kacau . dari kekacauan ini siswa menggunakan berbagai kecerdasannya melalui diskusi dan penelitian untuk menentukan isu nyata yang ada. Langkah-langkah yang akan dilalui oleh siswa dalam sebuah proses PBM adalah : (1) Menemukan masalah, (2) Mendefinisikan masalah, (3) Mengumpulkan fakta dengan menggunakan KND, (4) Pembuatan hipotesis, (5) Penelitian, (6) Rephasing masalah, (7) Menyuguhkan alternatif dan mengusulkan solusi. ` Jadi peneliti memberi kesimpulan bahwa keunggulan dan langkah-langkah dari PBL atau PBM di atas sangat mempengaruhi proses pembelajaran siswa di dalam kelas. Dalam uraian di atas akan tercipta lingkunganbelajar yang teruka, menggunakan proses demokrasi, dan menekankan pada peran aktif siswa. Seluruh proses membantu siswa untuk menjadi mandiri dalam menyelesaikan masalah dan menyelesaikan kesulitan yang dihadapi. Lingkungan belajar PBL menekankan pada peran aktif siswa bukan aktif guru. Kurikulum adalah salah satu unsur yang memberikan kontribusi untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik akibat tantangan eksternal dan internal yang dihadapi dunia pendidik. Berkaitan dengan pembelajaran yang berlaku peneliti menggunakan kurikulum 2013 pada tingkat sekolah dasar khususnya kelas I,II,IV, dan V. Memungkinkan terjadinya perubahan proses pembelajaran yang bermula dari proses pembelajaran parsial untuk kelas IV dan V menjadi pembelajaran Tematik karena berlakunya kurikulum 2013. Dengan adanya pembelajaran tematik di kelas IV SD di harapkan siswa dapat lebih paham. Rusaman (2012:254) dengan adanya pembelajaran tematik di kelas IV SDS Kartika X-3 di harapkan siswa dapat: 1) Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu 2) Siswa dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar anatar mata pelajaran dalam tema yang sama 3) Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan 4) Kompetensi dasa dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa 5) Siswa dapat lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks yang jelas 6) Siswa dapat lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu pelajaran sekaligus pelajaran lain 7) Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang di sajikan secara terpadu dapat di persiapkan sekaligus dan di berikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat di gunakan untuk kegiatan ramedial, pemantapan, atau pengayaan. Pada keterampilan memecahkan masalah pembelajaran tidak hanya berfokus pada aspek kognitif siswa tetapi pembelajaran yang sesuai dengan perubahan kurikulum 2013 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu yang mengacu pada elemen-elemen perubahan kurikulum 2013 mencakup Standar Kompetensi Kelulusan(SKL),Standar Isi (SI), Standar Proses, dan Standar Penilaian. a. Perubahan kurikkulum 2013 pada Standar Kompetensi Lulusan Perubahan kurikulum 2013 pada standar kompetensi lulusan adalah meningkatkan dan menyeimbangkan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Di samping itu, kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi. Karakteristik SD : 1. Holistik berbasis sains (alam, sosial, dan budaya) 2. Jumlah matapelajaran dari 10 menjadi 6 3. Jumlah jam bertambah 4JP/minggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran. b. Perubahan kurikulum 2013 pada Standar Isi (SI) Perubahan kurikulum 2013 pada standar Isi (SI) yaitu kedudukan mata pelajaran kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi. Untuk pendekatan yang dilakukan adalah: jenjang SD tematik terpadu dalam semua mata pelajaran. Dibawah ini komponen kurikulum 2013 pada Standar Isi (SI) : 1. Holistic berbasis sains (alam, sosial dan budaya). 2. Jumlah mata pelajaran dari 10 menjadi 6. 3. Jumlah jam bertambah 4 jam pelajaran / minggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran. c. Perubahan kurikulum 2013 pada Standar Proses 1. Standar Proses yang semula terfokus pada Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi dilengkapi dengan Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta. 2. Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat 3. Guru bukan satu-satunya sumber belajar. 4. Sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan a. SD : Tematik terpadu b. SMP: IPA dan IPS masing-masing diajarkan secara terpadu c. SMA: Adanya mata pelajaran wajib dan pilihan sesuai dengan bakat minatnya d. SMK: Kompetensi keterampilan yang sesuai dengan standar industri d. Perubahan kurikulum 2013 pada Standar Penilaian Nilai diambil dari sebuah tes/ujian maka diubah menjadi penilaian yang otentik (mengukur semua kompetensi mulai dari sikap, ketrampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil kerja. Setiap siswa memiliki semua rekaman kegiatan berupa portofolio yang dibuat oleh siswa sendiri sebagai instrumen utama penilaian. Ekstrakurikuler Pramuka akan menjadi wajib pada semua jenjang pendidikan dasar sampai menengah. Komponen perubahan pada penilaian hasil belajar: 1. Penilaian berbasis kompetensi 2. Pergeseran dari penilain melalui tes [mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja], menuju penilaian otentik [mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil] 3. Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal) 4. Penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga kompetensi inti dan SKL 5. Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen utama penilaian. Pembelajaran Tematik dapat pula dipandang sebagai upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan, terutama untuk mengimbangi padatnya materi kurikulum. Pembelajaran Tematik memberi peluang pembelajaran terpadu yang lebih menekankan keterlibatan anak dalam belajar, membuat anak terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran dan pemberdayaan dalam memecahkan masalah tumbuhnya kreativitas sesuai kebutuhan siswa.Anak yang diberi kesempatan untuk beraktivitas secara maksimal untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belif) dan akan mendorong anak akan lebih kreatif serta anak akan lebih teliti dalam proses pembelajaran, Yang akan diajarkan peneliti kepada Pada tema indahnya kebersamaan subtema kebersamaan dalam keberagaman pembelajaran 5 dan subtema 3 bersyukurr atas keberagaman pembelajaran 1. Didalamnya membahas tentang materi pembulatan angka dan cerita sejarah, dimana siswa mempelajari bagaimana cara yang benar tentang materi pembulatan dan membandingkan tiga sejarah. Dan siswa juga dibimbing agar bisa mengikuti senam irama yang diajarkan oleh guru.pada pelajaran matematika, PJOK, IPS. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti mencoba menuangkan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada judul “penerapan model PBL (problem based learning) untuk menumbuhkan sikap disiplin dan sikap jujur dalam keterampilan memecahkan masalah pada siswa” 1.2. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagaimana rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusun dengan menerapkan model problem based learning (PBL) dalam proses pembelajaran pada kelas IV ? b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Problem based learning (PBL) pada kelas IV ? c. Bagaimana model penilaian sikap disiplin dan sikap jujur dengan menggunakan model PBL (Problem Based Learning) ? d. Bagaimana model penilaian keterampilan dengan menggunakan model PBL (Problem Based Learning) ? e. Bagaimana model penilaian pengetahuan dengan penerapan model PBL (Problem Based Learning) ? 1.3. Tujuan Penelitian A. Tujuan Penelitian umum Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran umum tentang: “Penerapan model PBL (problem based learning) untuk menumbuhkan sikap disiplin dan sikap jujur dalam keterampilan memecahkan masalah pada siswa”. B. Tujuan penelitian khusus Secara khusus penelitian tersebut bertujuan agar guru dapat : 1. Menumbuhkan sikap disiplin dan sikap jujur siswa pada pembelajaran lima sub tema kebersamaan dalam keberagaman di kelas IV SD dengan menggunakan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) 2. Mengimplementasikan langkah-langkah model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dalam pembelajaran lima sub tema kebersamaan dalam keberagaman di ke;as IV SD 1.4. Manfaat penelitian Adapun harapan dari penelitian ini adalah agar bermanfaat bagi semua pihak yang terkait, di antaranya: a. Manfaat bagi peneliti: 1) Memberikan wawasan dalam pembelajaran tematik integratif, khususnya dalam pembelajaran lima sub tema kebersamaan dalam kebergaman di kelas IV SD 2) Dapat memberikan pengalaman dalam melakukan penelitian tindakan kelas yang berguna untuk perbaikan pembelajaran selanjutnya yang lebih inovatif. b. Manfaat bagi guru: 1) Memberikan pengetahuan dan kemamapuan tentang bagaimana pendekatan dan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa, serta dapat memperbaiki kinerja guru dalam kegiatan belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan kualitas dan keterampilan guru di dalam merancang strategi pembelajaran tematik khususnya dalam tema indahnya kebersamaan dan sub tema kebersamaan dalam keberagaman.. 2) Dapat dijadikan rujukan dan bahan pertimbangan dalam melaksanakan proses pembelajaran. c. Manfaat bagi siswa: 1) Dapat menumbuhkan sikap disiplin dan jujur siswa pada kegiatan pembelajaran, pengalaman belajar yang lebih nyata, menarik, menyenangkan dan kesempatan dalam proses pembelajaran yang lebih bermakna 2) Siswa dapat termotivasi untuk belajar dengan sistem ketrampilan memecahkan masalah dengan sikap jujur dan disiplin dalam proses pembelajaran. d. Manfaat bagi Sekolah dan Lembaga: 1) Pengelolaan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran tematik kelas IV yang lebih baik 2) Sebagai bahan reverensi atau bahan masukan untuk membantu mngembangkan penerapan penelitian tindakan kelas. BAB III METODE PENELITIAN A. Setting dan Waktu Penelitian 1. Lokasi penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDS KARTIKA X-3 Jl. Kolonel Masturi no 285 komplek Denkavkud kabupaten bandung barat dengan luas tanah 6000 m2 dan luas seluruh bangunan 2000 m2. Penentuan tempat ini diharapkan memberi kemudahan khususnya, berhubungan dengan peserta didik sebagai objek penelitian atau menyangkut personal yang akan membantu kelancaran kegiatan penelitian ini. Adapun Kondisi Gedung / Bangunan / Ruangan a. Luas tanah dan bangunan Tanah : 6.000 m Bangunan : 2000 m b. Status kepemilikan tanah dan bangunan 1 Tanah : Milik Yayasan 2 Bangunan : Milik Dinas ( APBD ) dan Milik Yayasan 2. Keadaan / Gambaran sekolah a. Keadaan Siswa Pada kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ini mengenai penerapan model pbl (problem based learning) tema indahnya kebersamaan dilaksanakan di SD Kartika X-3 pada tahun pelajaran 2014-2015 memiliki jumlah siswa adalah 540 orang dari kelas I sampai dengan kelas VI.dibawah ini daftar siswa–siswi dari kelas 1-VI : TABEL 3.1 KEADAAN SISWA SDS KARTIKA X-3 KELAS JUMLAH ROMBONGAN BELAJAR (ROMBEL) JUMLAH MURID TOTAL JUMLAH MURID KET. ANAK TNI ANAK NON TNI L P L P 1 3 8 4 29 51 92 2 3 4 6 37 36 83 3 3 6 5 44 41 96 4 3 8 5 39 41 93 5 3 4 5 33 57 99 6 3 3 6 45 47 101 Jumlah 18 33 31 227 273 564 Adapun jumlah siswa dan siswi yang akan membantu dalam penelitian : TABEL. 3.2. JUMLAH SISWA IVC No Kelas Jenis Kelamin Jumlah Laki-Laki Perempuan 1 IV 11 18 29 b. Keadaan Guru SD Kartika X-3 Bandung Barat tahun pelajaran 2012-2013 dengan jumlah guru adalah 28 orang guru dari guru kelas I sampai dengan kelas VI. Berdasarkan sumber dari tata usaha SD Kartika X-3 Bandung Barat, jumlah guru yang ada di SD kartika mempengaruhi dalam proses penelitian berlangsung. Adapun jumlah guru dan staff bawah ini: 1. Tenaga Pendidik Guru (termasuk Kepala Sekolah) 25 orang, terdiri dari : a. Jumlah Kepala Sekolah dan Guru PNS Dep.Diknas : 6 orang b. Jumlah Guru Penjas PNS DIKNAS : 1 orang c. Jumlah Guru tetap Yayasan (GTY) : 18 orang 2. Tenaga Kependidikan a. Jumlah Tenaga TU : 1 orang b. Jumlah Tenaga Pustakawan : 1 orang c. Jumlah Penjaga Sekolah : 2 orang 3. Daftar Tenaga Pendidik dan Kependidikan TABEL 3.3 DAFTAR TENAGA PENDIDIK SDS KARTIKA X-3 No No Nama NIP Jabatan Pendidikan Status 1 Hartini, M.Pd. Bojonegoro, 24-04-1962 196204241980102001 Kepala Sekolah S2 PNS 2 Neneng Nani Rusyam, S.Pd. Bandung, 02-03-1964 196403021987032007 Guru Kelas S1 PNS 3 Yeti Rohayati, S.Pd. Cirebon, 15-11-1965 196511151988092001 Guru Kelas S1 PNS 4 Titi Juniarti, S.Pd. Cilacap, 10-06-1965 196506101991032004 Guru Kelas S1 PNS 5 Yayah rokayah, S.Pd. Bandung, 24-09-1966 196609241991032006 Guru Kelas S1 PNS 6 Asep Zainal Arifin, S.Pd. Bandung, 23-03-1970 197003232000121004 Guru Kelas S1 PNS 7 Puji Bowo Leksono. S.Pd. Bandung, 02-12-1968 196812022008011007 Guru Kelas S1 PNS 8 Purwito Solo, 15-10-1951 4347 7296 3120 0023 Guru Kelas SLTA GTY 9 Erlina yutikasari Bandung, 30-07-1967 6062 7456 4930 0013 Guru Kelas SLTA GTY 10 Wiwin, S.Pd. Bandung, 25-10-1975 3357 7536 5630 0013 Guru Kelas S1 GTY 11 Dessy Dwi Yudha, M.Pd. Bandung, 17-12-1986 4549 7646 6530 0013 Guru Kelas S1 GTY 12 Ary Budyarti, S.Pd.SD. Bandung, 12-08-1984 3144 7626 6330 0053 Guru Kelas S1 GTY 13 Usep Kurnia, S.Pd.I Tasikmalaya, 03-03-1967 3635 7456 4920 0022 Guru Kelas S1 GTY 14 Kartika Irayanti lase, S.Pd. Nias, 14-04-1977 8746 7556 5830 0012 Guru Kelas S1 GTY 15 Neni Ratnasih, S.Ag. Bandung, 05-04-1971 5737 7496 5130 0122 Guru PAI S1 GTY 16 Wiken Dadari,S.Pd.SD. Bandung, 04-12-1987 7536 7656 6630 0013 Guru Kelas S1 GTY 17 Nuriah Purwanti, A.Md. Cilacap, 19-05-1988 0851 7666 6721 7002 Guru Bhs Inggris S1 GTY 18 Yeni Hapsoh, S.HI. Bandung, 03-04-1984 3735 7626 6321 0192 Guru Kelas S1 GTY 19 Mohamad Sopian W, S.Pd. Bandung, 06-06-1989 4436 7396 4120 0032 Guru Kelas S1 GTY 20 Safitri Nurdiana, S.Pd.SD. Lamongan, 17-06-1987 - Guru Kelas S1 GTY 21 Nirmala Ranggraini, S.Pd. Cimahi, 16-11-1988 - Guru Kelas S1 GTY 22 Ramdan Permana Bandung, 08-04-1991 - Guru Komputer S1 GTY 23 Ninoy Yudhistya S, S.Si. Bandung, 23-09-1990 - Guru PJOK S1 GTY 24 Ria Andiyana Bandung, 28-08-1987 - Staf TU S1 GTY 25 H.Ukar Sukarna Lampung, 14-01-1961 4436 7396 4120 0032 Guru PAI SLTA GTY 26 Siti Aisah,A.Ma.Pust Purwakarta, 06- 12- 1981 - D2 GTY 27 Eri Koswara Garut, 22-02-1980 - SLTA GTY 28 Edi Supardi Bandung, 17-08-1967 - SLTA GTY c. Lingkungan Belajar SD Kartika X-3 berada di kabupaten bandung barat , sebagian besar mata pencaharian orang tua siswa adalah wiraswasta dan tentara, lingkungan belajar di SD kartika X-3 sangat menunjang siswa dalam belajar karena lingkungan nya nyaman dan bersih. Peneliti memilih SDS Kartika X-3 karena ingin memberikan pengalaman dengan menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dengan tema Indahnya kebersamaan agar siswa dapat berfikir kritis dan dapat memecahkan masalahnya sendiri. d. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 04 september dan 10 september 2014. Penelitian dilakukan pada Tema Indahnya Kebersamaan Subtema Dua Kebersamaan dalam Keberagaman pada pembelajaran 5 dan subtema 3 bersyukur atas keberagaman pembelajaran 1. Alokasi waktu yang digunakan sesuai RPP dan ketentuan yang telah disepakati yaitu 6x35 menit. Adapun terlihat rincian waktu pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut: Tabel 3.4 Jadwal Penelitian No Rencana Kegiatan Agustus (Minggu ke ) September (Minggu ke) Oktober (Minggu ke) 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Permintaan izin kepala sekolah 2 Permintaan kerja sama dengan guru kelas IV 3 Persiapan Menyusun perangkat pembelajaran Menyiapkan alat dan bahan Menyusun instrumen 4 Pelaksanaan Menyiapkan kelas Melakukan tindakan siklus 1 Perencanaan Pelaksanaan Observasi Evaluasi Refleksi Melakukan tindakan siklus II Perencanaan Pelaksanaan Observasi Evaluasi Refleksi Melakukan tindakan siklus III Perencanaan Pelaksanaan Observasi Evaluasi Refleksi 5 Finalisasi draf skripasi 6 Persiapan sidang skripsi B. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV C karena terbagi 3 kelas A,B, dan C peneliti hanya melakukan penelitian di 1 (satu) kelas saja, dengan jumlah siswa 29, terdiri dari 11 siswa laki-laki, dan 18 siswa perempuan. Subjek penelitian ini sangat heterogen dilihat dari kemampuannya, yakni ada sebagian siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Bila dilihat dari status ekonominya rata-rata peserta didik dari keluarga tentara namun ada juga orang tua yang bekerja sebagai guru dan wiraswasta, untuk lebih jelasnya ada pada tabel daftar siswa kelas IV C SDS Kartika X-3: TABEL 3.5 DAFTAR SISWA KELAS IVC SDS KARTIKA X-3 No. Nama Siswa Kelas Jenis kelamin 1. Adilah eka nadhifah IV C P 2. Albya Desmia Iriyanti IV C P 3. Alliisya Azzahra IV C P 4. Alputra Wibowo Arifin IV C L 5. Andre Antonio Rizky Nanggus IV C L 6. Anita Sri Sukma Dewi IV C P 7. Chelsea Devianty Suherman IV C P 8. Citra mayang IV C P 9. Dyka Amanda Nurhudsen IV C L 10. Fanan Naufal Lesmana IV C L 11. Fathurrahman Azzam A. IV C L 12. fauzanTeja jayasarana IV C L 13. Ghefira Amanda Nurhudsen IV C P 14. Gina alzena IV C P 15. Ira Aryani IV C P 16. Julia Eka Putri A IV C P 17. Kaltsum Augustyan Mardiyah IV C P 18. Kautsar Danendra IV C L 19. M. Aditya Bintang Pratama IV C L 20. M wahyu Maulana IV C L 21. Muhammad Goldin Felizzoli IV C L 22. Najwa Elvira Nabiel Sukandar IV C P 23. Najwa Alia Fahurrizqy IV C P 24. Nova Fitri Nursela IV C P 25. Rakha Satria Wardhana IV C L 26. Shinta Ghustiani IV C P 27. Tresya Aprilian Nabila IV C P 28. Viura Bilqis IV C P 29. Zahara Dimmy Puteri IV C P JUMLAH 11 18 29 Variabel-variabel yang diselidiki berikut dibawah ini : a. Variabel input Variabel input meliputi guru, siswa, sarana pembelajaran, lingkungan belajar, bahan ajar, prosedur evaluasi, dan sebagainya. b. Variabel proses Variabel proses dalam penelitian tindakan kelas ini adalah proses pembelajaran dengan menggunakan model Poblem based learning (PBL). Inti dari proses pembelajaran dengan menggunakan model Poblem based learning (PBL)adalah tentang bagaimana model tersebut mampu menumbuhkan sikap disiplin dan jujur siswa dalam keterampilan memecahkan masalah. Bila dijelaskan secara singkat, penggunaan model Problem based learning (PBL) dalam materi keterampilan memecahkan masalah dapat diawali dengan pemberian pertanyaan mendasar untuk merangsar pengetahuan siswa, lalu guru menjelsakan materi pembelajaran, Kemudian siswa melakukan praktek. Lalu guru memberikan pertanyaan yang membuat siswa berfikir kritis, soal-soal yang merangsang kemampuan berfikir siswa. Berdasarkan uraian tersebut, proses pembelajaran menggunakan model Problem based learning (PBL) dapat diaplikasikan ke dalam bagian skenario kegiatan pembelajaran yang ada di RPP (terlampir).
Item Type: | Thesis (Skripsi(S1)) |
---|---|
Subjects: | S1-Skripsi |
Divisions: | Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > PGSD 2014 |
Depositing User: | Iyas - |
Date Deposited: | 25 Jul 2016 15:06 |
Last Modified: | 25 Jul 2016 15:06 |
URI: | http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/6266 |
Actions (login required)
View Item |