’PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM SIKAP RASA INGIN TAHU PADA PEMBELAJARAN TEMATIK‘’

RITA PURNAMASARI, 105060173 (2016) ’PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM SIKAP RASA INGIN TAHU PADA PEMBELAJARAN TEMATIK‘’. Skripsi(S1) thesis, FKIP UNPAS.

[img] Text
COVER.docx

Download (140kB)
[img] Text
LEMBAR PENGESAHAN DAN LAIN-LAIN.docx

Download (32kB)
[img] Text
BAB I - BAB5.docx

Download (1MB)

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam sikap rasa ingin tahu pada pembelajaran tematik dengan menggunakan model pembelajaran inquiry terbimbing dengan menggunakan media gambar. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model inquiry terbimbing dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan kemampuan sikap rasa ingin tahu siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah seluruh sikap rasa ingin tahu siswa pada siklus I adalah sikap rasa ingin tahu siswa dengan rata-rata 1,69. Sedangkan pada siklus II sikap rasa ingin tahu siswa dengan rata-rata 3,44. Dengan melihat peningkatan hasil penelitian terhadap kemampuan sikap rasa ingin tahu siswa, maka penelitian ini dapat dikatakan berhasil. Karena melalui model pembelajaran inquiry terbimbing dengan menggunakan media gambar pada pembelajaran tematik di kelas IV SDN Citepus 1 telah mampu menumbuhkan sikap rasa ingin tahu siswa pada tema indahnya kebersamaan subtema keberaragaman budaya bangsaku pembelajaran 2. Dengan demikian model inquiry terbimbing dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran untuk diterapkan pada pembelajaran tematik di kelas IV. Kata Kunci: Inquiry Terbimbing, media gambar, dan rasa ingin tahu. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan suatu fenomena manusia yang sangat kompleks karena sifatnya yang kompleks itu maka pendidikan dapat dilihat dan dijelaskan dari berbagai sudut pandang, seperti dari sudut pandang psikologis, sosiologi, antropologi, ekonomi, politik dan sebagainya. Untuk mencapai tujuan tersebut salah satu usaha yang harus dilakukan adalah meningkatkan mutu pendidikan kepada anak didik didalam proses belajar mengajar di sekolah. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu (Sudjana dalam Didi Sukiyadi 2006, h. 129). Sejalan dengan konsep di atas, Surya dalam Didi Sukiyadi (2006, h. 129) menyatakan “learning may be defined as the process by which a relavitety enduring change in behaviour occurs as result of exprience or practice“. Pernyataan tersebut menegaskan bahwa indikator belajar ditunjukkan dengan perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Sedangkan Witherington dalam Didi Sukiyadi (2006, h. 129) menyebutkan bahwa “Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai suatu pola-pola respon yang berupa keterampilan, sikap, kebiasaan, kecakapan atau pemahaman”. Pembelajaran (Intruction) merupakan akumulasi dari konsep mengajar (teaching) dan konsep belajar (learing). Penekanannya terletak pada perpaduan antara keduanya, yakni kepada penumbuhan aktivitas subjek didik. Konsep tersebut dapat dipandang sebagai suatu sistem, sehingga dalam sistem belajar ini terdapat komponen-komponen siswa atau peserta didik, tujuan, materi, untuk mencapai tujuan, fasilitas dan prosedur serta alat atau media yang harus dipersiapkan. Sebagaimana diungkapkan oleh Davis dalam Didi Sukiyadi (2006, h. 132) bahwa “learning system menyangkut pengorganisasian dari perpaduan antara manusia, pengalaman belajar, fasilitas, pemeliharaan atau pengontrolan dan prosedur yang mengatur interaksi perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan”. Belajar dan pembelajaran diarahkan dengan tujuan untuk membangun suatu kemampuan berfikir peserta didik serta menerima materi pelajaran yang ada dalam proses pembelajaran, dimana pengetahuan yang diperoleh peserta didik ini dapat diperoleh dari luar diri akan tetapi harus dikontruksi atau dipupuk dari diri masing-masing peserta didik. Kegiatan belajar akan berhasil apabila proses pembelajaran yang terjadi berjalan dengan baik dan lancar. Pada pembelajaran di SD/MI dan sederajat, Kurikulum 2013 menyarankan keutamaan penggunaan model pembelajaran dengan pendekatan tematik terpadu (PTP) atau pembelajaran tematik integratif. Pembelajaran Tematik Terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu, peserta didik akan memperoleh pengetahuan dan ketrampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi peserta didik. Makna pembelajaran tematik terpadu adalah pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta didik. Dikatakan bermakna pada pembelajaran Tematik Terpadu artinya, peserta didik akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkan dengan konsep yang lain yang sudah mereka pahami. Dari hasil observasi yang telah dilakukan masih banyak guru-guru dalam pembelajarannya di kelas yang tidak menggunakan model pembelajaran dan media pembelajaran. Sehingga peserta didik biasanya akan kurang minatnya dalam belajar dan merasa cepat bosan dengan pembelajaran yang disampaikan oleh gurunya. Dari hasil observasi diketahui bahwa hasil belajar hanya 45% siswa yang telah mencapai KKM, sedangkan yang lainnya telah memenuhi KKM. KKM yang telah ditentukan yaitu 70. Berdasarkan permasalahan yang diperoleh dari hasil observasi. Oleh karena itu seorang guru harus memiliki inisiatif ataupun inovasi untuk menggunakan beberapa metode dan media pembelajaran, salah satunya berupa media gambar yang tepat dan sesuai dengan kondisi siswa dan materi ajar. Rossi dan Breidle dalam Wina Sanjaya (2010, h. 163) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, dan buku, koran, majalah, dan sebagainya. Media gambar merupakan media yang paling umum dipakai dalam pembelajaran, media gambar temasuk salah satu contoh media pembelajaran visual. Penggunaan media gambar sangat membantu proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan siswa lebih menyukai gambar dari pada tulisan, apalagi jika gambar dibuat dan disajikan sesuai persyaratan yang baik, sudah tentu akan menambah semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran digunakan oleh guru untuk memudahkan proses pembelajaran, sebagai pembawa pesan yang digunakan guru berupa alat bantu pembelajaran yang disebut alat peraga. Alat peraga sebagai alat bantu dapat menyalurkan informasi secara terarah untuk mencapai tujuan pembelajaran dimana media pembelajaran dapat menyajikan suatu proses pengalaman siswa secara utuh. Dari permasalahan di atas peneliti memiliki strategi pembelajaran yang lebih bervariasi, agar materi yang disampaikan guru dapat dengan mudah dipahami oleh siswa dan tidak membosankan pada saat pembelajaran berlangsung. Salah satu alternatif dalam menyelesaikan permasalahan pembelajaran tematik dengan cara penggunaan model pembelajaran dan penggunaan media pembelajaran, seperti media gambar. Model pembelajaran yang dimaksud adalah dengan model Inquiry Terbimbing dalam pembelajaran tematik diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam sikap rasa ingin tahu pada saat pembelajaran berlangsung di kelas. Model pembelajaran inquiry terbimbing yaitu pendekatan inquiry dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Pendekatan inquiry terbimbing ini digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar. Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri. Sudirman (2012) terdapat dalam http://downloadgratisarea.blogspot. com/2012/12/model-pembelajaran-inkuiri-terbimbing.html ( diakses pukul 21:04 tanggal 08/05/2014) menegaskan bahwa inquiry terbimbing diselenggarakan dengan cara sebagai berikut: 1. Problema untuk masing-masing kegiatan dapat dinyatakan sebagai pertanyaan dan pernyataan biasa. 2. Konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang harus ditemukan siswa melalui kegiatan belajar harus dituliskan dengan jelas dan tepat. 3. Alat/bahan harus disediakan sesuai dengan kebutuhan setiap siswa untuk melakukan kegiatan. 4. Diskusi pengarahan berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada siswa (kelas) untuk didiskusikan sebelum para siswa melakukan kegiatan discovery- inquiry 5. Kegiatan metode discovery-inquiry oleh siswa berupa kegiatan percobaan/penyelidikan yang dilakukan oleh siswa untuk menemukan konsep- konsep dan atau prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh guru. 6. Proses berpikir kritis dan ilmiah menunjukan tentang mental operation siswa yang diharapkan selama kegiatan berlangsung. 7. Pertanyaan yang bersifat open-ended harus berupa pertanyaan yang mengarah kepada pengembangan tambahan kegiatan penyelidikan yang dapat dilakukan oleh siswa. Berdasarkan paparan latar belakang di atas, maka peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul “Penggunaan Model Pembelajaran Inquiry Terbimbing Dengan Menggunakan Media Gambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Sikap Rasa Ingin Tahu Pada Pembelajaran Tematik” (Penelitian Tindakan Kelas Pada Tema Indahnya Kebersamaan Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku Pembelajaran 2 di Kelas IV SDN Citepus 1 Kota Bandung) B. IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas maka, dapat disusun identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Kurangnya kreativitas guru dalam menyajikan media untuk pembelajaran tematik. 2. Tidak terciptanya suasana yang nyaman dan menyenangkan dalam proses pembelajaran tematik. 3. Rendahnya minat peserta didik dalam pembelajaran tematik karena tidak adanya suatu media. 4. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman guru mengenai model-model pembelajaran yang inovatif dalam pembelajaran tematik. C. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan masalah secara umum adalah sebagai berikut “ Apakah penggunaan model pembelajaran Inquiry Terbimbing dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam sikap rasa ingin tahu pada pembelajaran tematik? ‘’ Secara khusus peneliti membuat rumusan masalah yaitu sebagai berikut : 1. Bagaimana menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) dengan penggunaan model pembelajaran Inquiry Terbimbing dengan menggunakan media gambar untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam sikap rasa ingin tahu pada pembelajaran tematik? 2. Apakah pelaksanaan pembelajaran melalui penggunaan model pembelajaran Inquiry Terbimbing dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam sikap rasa ingin tahu pada pembelajaran tematik pada tema indahnya kebersamaan? 3. Apakah dengan menggunakan media gambar dapat menumbuhkan sikap rasa ingin tahu siswa dalam pembelajaran tematik pada tema indahnya kebersamaan? D. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan peneliti secara umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam sikap rasa ingin tahu melalui penggunaan model pembelajaran Inquiry Terbimbing dengan menggunakan media gambar dalam pembelajaran tematik pada tema indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku pembelajaran 2 di kelas IV SD Negeri Citepus 1 Kota Bandung. 2. Tujuan peneliti secara khusus adalah : a. Mengetahui perencanaan pembelajaran dalam penggunaan model pembelajaran Inquiry Terbimbing dan menggunakan media gambar dalam pembelajaran tematik pada tema indahnya kebersamaan, subtema keberagaman budaya bangsaku, pembelajaran 2. b. Megimplementasikan langkah-langkah pembelajaran melalui penggunaan model pembelajaran Inquiry Terbimbing dengan menggunakan media gambar untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam sikap rasa ingin tahu pada pembelajaran tematik dengan tema indahnya kebersamaan, subtema keberagaman budaya bangsaku, pembelajaran 2. c. Meningkatkan kemampuan siswa dalam sikap rasa ingin tahu pada pembelajaran tematik melalui penggunaan model pembelajaran Inquiry Terbimbing dengan menggunakan media gambar. E. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis Hasil Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini diharapkan dapat meningkatkan sikap rasa ingin tahu siswa dalam pembelajaran tematik melalui penggunaan model pembelajaran Inquiry Terbimbing dengan menggunakan media gambar. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait, diantaranya : a. Manfaat bagi guru 1. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan pembelajaran di kelas. 2. Memberikan informasi serta gambaran tentang penggunaan model pembelajaran Inquiry Terbimbing dengan menggunakan media gambar. 3. Memotivasi guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam melaksanakan proses pembelajaran tematik. b. Manfaat bagi siswa 1. Meningkatkan kemampuan siswa dalam sikap rasa ingin tahu dalam pembelajaran tematik pada tema indahnya kebersamaan. 2. Memberikan pengalaman yang menyenangkan dan bermakna serta mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran. 3. Membuat siswa aktif dan kreatif. c. Manfaat bagi sekolah 1. Memberikan gagasan baru dalam pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam sikap rasa ingin tahu dalam pembelajaran tematik pada tema indahnya kebersamaan. 2. Menambah informasi tentang model pembelajaran Inquiry Terbimbing dengan menggunakan media gambar dalam pembelajaran tematik pada tema indahnya kebersamaan, subtema keberagaman budaya bangsaku pembelajaran 2. d. Manfaat bagi peneliti 1. Menambah informasi mengenai model pembelajaran yang inovatif. 2. Sebagai bahan masukan dalam memilih strategi pembelajaran di kelas yang sesuai dengan karakteristik peserta didik serta kondisi lingkungan belajar. 3. Mengetahui permasalahan yang dialami guru dan siswa dalam proses pembelajaran tematik. F. DEFINISI OPERASIONAL Definisi operasional dalam penelitian menyamakan dalam beberapa istilah yang digunakan sebagai judul penelitian. Yaitu dengan memperhatikan istilah-istilah sebagai berikut : 1. Model pembelajaran inquiry terbimbing yaitu pendekatan inquiry dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Pendekatan inquiry terbimbing ini digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar. 2. Media gambar merupakan media yang paling umum dipakai dalam pembelajaran, hal ini dikarenakan siswa lebih menyukai gambar dari pada tulisan, apalagi jika gambar dibuat dan disajikan sesuai persyaratan yang baik, sudah tentu akan menambah semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. 3. Rasa ingin tahu adalah sifat naluriah yang dimiliki oleh siswa. Dari rasa ini siswa memiliki kecenderungan untuk mengetahui hal-hal yang belum diketahui sebelumnya. Sehingga sikap rasa ingin tahu yang dimiliki siswa muncul pada saat belajar di kelas. 4. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi siswa. BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah proses perubahan perilaku, dimana perubahan perilaku tersebut dilakukan secara sadar dan bersifat menetap, perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan dalam hal kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Bower and Hilgard dalam Asep Herry Hernawan, dkk (2007, h. 2) belajar diartikan sebagai usaha memperoleh dan mengumpulkan sejumlah ilmu pengetahuan. Belajar adalah usaha memperoleh pengetahuan melalui pengalaman. Schwartz dalam Asep Herry Hernawan, dkk (2007, h. 2) juga menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatif menetap, yang tidak berhubungan dengan kematangan, efek obat-obatan, atau keadaan fisiologis, melainkan merupakan hasil pengalaman dan seringkali dipengaruhi oleh latihan. Belajar menurut Gagne dalam Asep Herry Hernawan, dkk (2007, h.62) menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku manusia atau kemampuan yang dapat dipelihara yang bukan berasal dari proses pertumbuhan. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi antara guru dan siswa dimana dalam proses pembelajaran tersebut adanya hubungan timbal balik. Pendapat lain dikemukakan oleh Oemar Hamalik dalam Asep Herry Hernawan, dkk (2007, h. 3) bahwa “ pembelajaran adalah prosedur dan metode yang ditempuh oleh pengajar untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar secara aktif dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran”. Mohammad Surya dalam Asep Herry Hernawan, dkk (2007, h. 3) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Gagne dalam Asep Herry Hernawan, dkk (2007, h. 63) berpendapat bahwa pembelajaran adalah upaya guru meyakinkan siswa bahwa setiap siswa mempunyai kemampuan prasyarat untuk tugas-tugas belajarnya. Dari pendapat yang dikemukakan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran penekanannya pada kegiatan belajar siswa yang telah dirancang oleh guru melalui usaha yang terencana melalui prosedur atau metode tertentu agar terjadi proses perubahan perilaku secara komprehensif, yang terpenting dalam proses pembelajaran ini adalah perlunya komunikasi timbal balik. 2. Model Pembelajaran Inkuiri a. Pengertian Model Inkuiri Istilah “ inkuiri ” berasal dari bahasa Inggris, yaitu inquiry yang berarti pertanyaan atau penyelidikan (Wina Sanjaya dalam Suyadi, 2013, h. 115). Pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran yang melibatkan seluruh kemampuan peserta didik secara maksimal untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analisis, sehingga peseta didik dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Model pembelajaran ini dikembangkan oleh seorang tokoh yang bernama Suchman. Suchman dalam Suyadi (2013, h. 115) meyakini bahwa anak-anak merupakan individu yang penuh rasa ingin tahu akan segala sesuatu. Schmidt dalam Sitiatava Rizema Putra (2013, h. 85) mengemukakan bahwa inkuiri adalah proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi atau eksperimen guna mencari jawaban maupun memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis. Wina Sanjaya dalam Suyadi (2013, h. 116) yang mengatakan bahwa pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis, analitis, dan dialektis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. National Science Education Standards (NSES) dalam Sitiatava Rizema Putra (2013, h. 85) mendefinisikan bahwa: Inkuiri sebagai aktivitas beraneka ragam yang meliputi observasi, membuat pertanyaan, dan memeriksa buku-buku atau sumber informasi lain untuk melihat sesuatu yang telah diketahui, merencanakan investigasi, memeriksa kembali sesuatu yang sudah diketahui menurut bukti eksperimen, dengan menggunakan alat untuk mengumpukan, menganalisis dan menginterprestasikan data, mengajukan jawaban, penjelasan, dan prediksi serta mengomunikasikan hasil. Hamalik dalam Sitiatava Rizema Putra (2013, h. 88) menyatakan bahwa model pembelajaran inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa (student centered strategy, kelompok siswa inkuiri dilibatkan dalam suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara jelas. Pentingnya metode inkuiri (enquiry atau inquiry) dinyatakan oleh Freinet dalam Ridwan Abdullah Sani ( 2013, h. 214) sebagai berikut: “The normal method of acquiring knowledge is not through observation, explanation and demonstration, as is most common in school, but rather through enquiry-based learning, which is a natural and universal course of action. One does not gain knowledge through studying rules and laws, as some believe, but through experince.” Freinet berpendapat bahwa perolehan pengetahuan akan diperoleh melalui pengalaman secara inkuiri dan tidak cukup hanya mengamati, mendengarkan penjelasan, atau melihat demonstrasi. Perolehan pemahaman dimulai dari pengalaman dengan mengikuti siklus dasar proses inkuiri yang dideskripsikan sebagai berikut: Bagan 2.1 Siklus Dasar Pembelajaran Inkuiri Freinet (dalam Ridwan Abdullah Sani, 2013, h. 215) Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka pembelajaran inkuiri adalah menolong peserta didik untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka. Selain itu, inkuiri juga dapat mengembangkan nilai dan sikap yang sangat dibutuhkan peserta didik agar mampu berpikir ilmiah. b. Jenis-jenis Pembelajaran dengan Pendekatan Inkuiri Menurut Herdian dalam Sitiatava Rizema putra (2013, h. 96) pendekatan inkuiri terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya intervensi guru terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswanya. Ketiga jenis pendekatan inkuiri tersebut adalah sebagai berikut : a) Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry Approach) Pendekatan inkuiri terbimbing adalah pendekatan inkuiri saat guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan kepada suatu diskusi. Guru pun mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Pendekatan inkuiri terbimbing digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Dengan pendekatan ini, siswa belajar lebih berorientasi kepada bimbingan dan petunjuk dari guru, sehingga ia mampu memahami konsep-konsep pelajaran. Pada pendekatan itu, siswa akan dihadapkan kepada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan, baik melalui diskusi kelompok maupun individual, agar bisa menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan mandiri. b) Inkuiri Bebas (Free Inquiry Approach) Pendekatan ini digunakan bagi siswa yang telah berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Sebab, dalam pendekatan inkuiri bebas ini, siswa seolah-olah bekerja sebagai seorang ilmuwan. Siswa pun diberi kebebasan dalam menentukan permasalahan yang akan diselidiki, menemukan dan menyelesaikan masalah secara mandiri, serta merancang prosedur atau langkah-langkah yang diperlukan. c) Inkuiri Bebas yang Dimodifikasi (Modified Free Inquiry Approach) Pendekatan ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari kedua pendekatan inkuiri sebelumnya, yaitu pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan inkuiri bebas. Meskipun begitu, permasalahan yang akan dijadikan topik untuk diselidiki tetap diberikan atau mempedomani acuan kurikulum yang telah ada. Artinya, dalam pendekatan ini, siswa tidak dapat memilih atau menentukan masalah untuk diselidiki secara mandiri, namun ia belajar dengan pendekatan ini dalam menerima masalah dari gurunya untuk dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan. Tetapi, bimbingan yang diberikan lebih sedikit dari pada inkuiri terbimbing dan tidak terstruktur. Dari ketiga jenis pembelajaran dengan pendekatan inkuiri ini yang paling memungkinkan dilakukan di Sekolah Dasar adalah inkuiri jenis pertama yaitu inkuiri terbimbing. c. Pengertian Model Inkuiri Terbimbing Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing atau latihan inkuiri berasal dari suatu keyakinan bahwa siswa memiliki kebebasan dalam belajar. Model pembelajaran ini menuntut partisipasi aktif siswa dalam inkuiri (penyelidikan) ilmiah. Siswa memiliki keingintahuan dan ingin berkembang. Inkuiri terbimbing menekankan pada sifat-sifat siswa, yaitu memberikan kesempatan pada siswa untuk bereksplorasi dan memberikan arah yang spesifik sehingga area-area baru dapat tereksplorasi dengan lebih baik. Kuhithau (2006) yang terdapat dalam http://guruidaman.blogspot. com/2012/07/model-pembelajaran-inkuiri-terbimbing.html (yang diakses pada tanggal 23/05/2014 pukul 21:25 ) mengatakan bahwa : Model inkuiri terbimbing merupakan pendekatan instruksional, memberikan kerangka kerja, perencanaan dan implementasi berpikir dengan mengembangkan keahlian siswa dan mengakses sumber informasi secara efektif membangun pengetahuan. Model ini terencana secara seksama, benar-benar terkontrol yang bersifat instruksional dari guru memandu siswa melalui materi yang mendalam. Tujuan umum dari model inkuiri terbimbing adalah membantu siswa mengembangkan keterampilan intelektual dan keterampilan-keterampilan lainnya, seperti mengajukan pertanyaan dan menemukan (mencari) jawaban yang berawal dari keingintahuan mereka. Pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan problem atau masalah. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berifikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai tinggi tidak memonopoli kegiatan oleh sebab itu guru harus memiliki kemampuan mengelola kelas yang bagus. Kuhithau dan Carol (2006) terdapat dalam http://guruidaman.blogspot. com/2012/07/model-pembelajaran-inkuiri-terbimbing.html (diakses pada taggal 23/05/2014 pukul 21:25) yang menjelaskan bahwa inkuiri terbimbing memiliki 6 karakteristik yaitu: 1. Siswa belajar dengan aktif dan memikirkan sesuatu berdasarkan pengalaman 2. Siswa belajar dengan aktif membangun apa yang telah diketahuinya 3. Siswa mengembangkan daya piker yang lebih tinggi melalui petunjuk atau bimbingan pada proses belajar 4. Perkembangan siswa terjadi pada serangkaian tahap 5. Siswa memliki cara belajar yang berbeda satu sama lainnya 6. Siswa belajar melalui interaksi sosial dengan lainnya Berdasarkan pendapat di atas jadi, inkuiri terbimbing biasanya digunakan bagi siswa-siswa yang belum berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Dalam hal ini siswa belajar lebih berorientasi kepada bimbingan dan petunjuk dari guru, sehingga ia mampu memahami konsep-konsep pelajaran. Pada tahap-tahap awal pengajaran diberikan bimbingan lebih banyak yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan pengarah agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang disodorkan oleh guru. d. Peranan Guru dalam Pembelajaran Inkuiri Bentuk peranan guru dalam pembelajaran inkuiri adalah sebagai pembimbing, stimulator dan fasilitator. Secara lebih jelas Iru dan Arihi dalam Skripsi Uduy Dahlan Universitas Pendidikan Indonesia (2009, h. 13) menjelaskannya sebagai berikut : a. Guru sebagai pembimbing Guru harus membimbing dan membantu siswa dalam mengidentifikasi pertanyaan, dan masalah-masalah, membantu siswa dalam menemukan sumber informasi yang tepat, dan membimbing siswa dalam melakukan penyelidikan. b. Guru sebagai fasilitator Peran-peran guru sebagai fasilitator dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Menyiapkan skenario pembelajaran. 2) Menyiapkan tugas/masalah yang akan dipecahkan oleh siswa. 3) Memberikan klarifikasi terhadap masalah-masalah. 4) Menyiapkan alat-alat dan fasilitas belajar yang diperlukan. 5) Memberikan kesempatan untuk menemukan dan melakukan penyelidikan. 6) Sebagai sumber informasi, jika diperlukan oleh siswa. 7) Membantu siswa untuk merumuskan kesimpulan secara mandiri. c. Guru sebagai stimulator Guru berusaha menstimulasi siswa untuk berpikir aktif, dengan cara mengajukan pertanyaan, meminta siswa untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip ke dalam berbagai situasi, mendorong siswa untuk mengolah data dan informasi. Jadi peranan guru dalam pembelajaran inkuiri berdasarkan penjelasan Iru dan Arihi tersebut memiliki banyak fungsi, bukan hanya mentransfer ilmu tetapi sebagai pembimbing bagi siswa belajar, memfasilitasi siswa belajar dan stimulator siswa belajar. e. Nilai-nilai Karakter dalam Strategi Pembelajaran Inkuiri Berikut ini adalah nilai-nilai karakter yang terkandung dari model Inkuiri, antara lain : 1) Rasa Ingin Tahu Yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat dan didengar. 2) Kerja Keras Yaitu perilaku seorang siswa yang menunjukkan upayanya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. 3) Kreatif dan invatif Kreatif dan inovatif tercermin dalam upaya-upaya atau cara-cara baru (inovatif) yang ditempuh peserta didik guna menemukan jawaban atas masalah atau pertanyaan yang dibahas, agar lebih cepat dan hasil yang akurat. 4) Kemandirian Yaitu sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. 5) Kedisiplinan Yaitu sikap yang menunjukkan upaya displin dalam setiap pembelajarannya di kelas. f. Prinsip-prinsip Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri Penggunaan model inkuiri merupakan salah satu bentuk pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada siswa (student centered approach). Dikatakan demikian sebab dalam model inkuiri siswa memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran. Dalam penggunaan model inkuiri terdapat prinsip yang harus dipertimbangkan oleh guru : 1. Berorientasi Pada Pengembangan Intelektual Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, strategi pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. 2. Prinsip Interaksi Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interkasi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. 3. Prinsip Bertanya Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan strategi ini adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir. Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan. 4. Prinsip Belajar untuk Berpikir Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. 5. Prinsip Keterbukaan Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Segala sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh karena itu, anak perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika maupun nalarnya. g. Ciri-ciri Model Inkuiri Untuk memperjelas model inkuiri, berikut ciri-cirinya : a. Inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. b. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). c. Penggunaan inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. d. Pengajaran berpusat pada pertanyaan “mengapa”, dan “bagaimana” kita mengetahui. h. Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran inkuiri terbimbing meliputi: a) Perumusan Masalah Langkah awal adalah menentukan masalah yang ingin didalami atau dipecahkan dengan metode inkuiri. Persoalan dapat disiapkan atau diajukan oleh guru. Persoalan sendiri harus jelas sehingga dapat dipikirkan, didalami, dan dipecahkan oleh siswa. Persoalan perlu diidentifikasi dengan jelas tujuan dari seluruh proses pembelajaran atau penyelidikan. Bila persoalan ditentukan oleh guru perlu diperhatikan bahwa persoalan itu real, dapat dikerjakan oleh siswa, dan sesuai dengan kemampuan siswa. Persoalan yang terlalu tinggi akan membuat siswa tidak semangat, sedangkan persoalan yang terlalu mudah yang sudah mereka ketahui tidak menarik minat siswa. Sangat baik bila persoalan itu sesuai dengan tingkat hidup dan keadaan siswa. b) Menyusun hipotesis Langkah berikutnya adalah siswa diminta untuk mengajukan jawaban sementara tentang masalah itu. Inilah yang disebut hipotesis. Hipotesis siswa perlu dikaji apakah jelas atau tidak. Bila belum jelas, sebaiknya guru mencoba membantu memperjelas maksudnya lebih dahulu. Guru diharapkan tidak memperbaiki hipotesis siswa yang salah, tetapi cukup memperjelas maksudnya saja. Hipotesis yang salah, tetapi cukup memperjelas maksudnya saja. Hipotesis yang salah nantinya akan kelihatan setelah pengambilan data dan analisis data yang diperoleh. c) Mengumpulkan data Langkah selanjutnya adalah siswa mencari dan mengumpulkan data sebanyak banyaknya untuk membuktikan apakah hipotesis mereka benar atau tidak. Dalam bidang biologi, untuk dapat mengumpulkan data, siswa harus menyiapkan suatu peralatan untuk pengumpulan data. Maka guru perlu membantu bagaimana siswa mencari peralatan, merangkai peralatan, dan mengoperasikan peralatan sehingga berfungsi dengan baik. langkah ini adalah langkah percobaan atau eksperimen. Biasanya dilakukan di laboratorium tetapi kadang juga dapat di luar sekolah. Setelah peralaran berfungsi, siswa diminta untuk mengumpulkan data dan mencatatnya dalam buku catatan. d) Menganalisis data Data yang sudah dikumpulkan harus dianalisis untuk dapat membuktikan hipotesis apakah benar atau tidak. Untuk memudahkan menganalisis data, data sebaiknya diorganisasikan, dikelompokkan, diatur sehingga dapat dibaca dan dianalisis dengan mudah. Biasanya disusun dalam suatu tabel. e) Menyimpulkan Dari data yang telah dikelompokkan dan dianalisis, kemudian diambil kesimpulan dengan generalisasi. Setelah diambil kesimpulan, kemudian dicocokkan dengan hipotesis asal, apakah hipotesa kita diterima atau tidak. i. Kelebihan Dan Kelemahan Model Inkuiri Terbimbing a. Kelebihan Model Inkuiri Terbimbing Kelebihan model inkuri terbimbing menurut Suryobroto (2009) yang terdapat dalam https://www.google.co.id/search?q=keunggulan+dan kelemahan+inkuiri+terbimbing&die (Diakses pada pukul 22:12 tanggal 09/06/2014) adalah sebagai berikut: 1) Membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa. 2) Membangkitkan gairah pada siswa misalkan siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan. 3) Memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuan. 4) Membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan. 5) Siswa terlibat langsung dalam belajar sehingga termotivasi untuk belajar. 6) Strategi ini berpusat pada anak, misalkan memberi kesempatan kepada mereka dan guru berpartisipasi sebagai sesama dalam mengecek ide. Guru menjadi teman belajar,terutama dalam situasi penemuan yang jawabanya belum diketahui. b. Kelemahan Model Inkuiri Terbimbing Kelemahan model pembelajaran inkuiri terbimbing menurut Suryobroto (2009) yang terdapat dalam https://www.google.co.id/search? q=keunggulan+dan+kelemahan+inkuiri+terbimbing&ie ( Diakses pada pukul 22:12 tanggal 09/06/2014 ) adalah sebagai berikut: 1) Dipersyaratkan keharusan ada persiapan mental untuk cara belajar ini. 2) Pembelajaran ini kurang berhasil dalam kelas besar, misalnya sebagian waktu hilang karena membantu siswa menemukan teori-teori atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu. 3) Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pembelajaran secara tradisional jika guru tidak menguasai pembelajaran inkuiri. 3. Media Gambar a. Pengertian Media Media menurut Kamus Bahasa Indonesia dalam skripsi Retno Wulandari Universitas Pendidikan Indonesia (2012, h. 8) adalah alat (sarana), perantara atau penghubung. Miarso dalam skripsi Retno Wulandari Universitas Pendidikan Indonesia (2013, h. 8) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan anak didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa. Din Wahyudin dalam skripsi Retno Wulandari Universitas Pendidikan Indonesia (2012, h. 8) mengemukakan media pembelajaran adalah tehnik pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Rossi dan Breidle dalam Wina Sanjaya (2010 h. 163) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, dan buku, koran, majalah, dan sebagainya. Dari beberapa pendapat mengenai pengertian media di atas dapat disimpulkan bahwa media adalah suatu alat atau sarana yang berfungsi sebagai perantara atau saluran, dan atau jembatan, dalam kegiatan komunikasi, antara komunikator (penyampai pesan) dan komunikan (penerima pesan) untuk menyampaikan informasi dalam situasi belajar mengajar. b. Pengertian Media Gambar Media gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual kedalam 2 dimensi sebagai curahan ataupun pikiran yang bermacam-macam seperti lukisan, potret, film, strip, proyektor (Hamalik dalam skripsi Retno Wulandari Universitas Pendidikan Indonesia, 2012, h. 9). Media gambar merupakan peniruan dari benda-benda dan pemandangan dalam hal bentuk, rupa serta ukurannya relatif terhadap lingkungan (Din Wahyudin dalam skripsi Retno Wulandari Universitas Pendidikan Indonesia, 2012, h. 9). Menurut Nana Sudjana dalam skripsi Retno Wulandari Universitas Pendidikan Indonesia (2012, h. 9) media gambar adalah media yang mengkombinasikan fakta dan gagasan secara jelas dan kuat melalui kombinasi pengungkapan kata-kata dengan gambar-gambar. Media gambar merupakan media yang sederhana, mudah dalam pembuatannya, dan ditinjau dari pembiayaannya termasuk media yang murah harganya. Dari beberapa pendapat mengenai pengertian media gambar di atas dapat disimpulkan bahwa media gambar adalah alat bantu (alat peraga) dalam pembelajaran yang dapat memberikan rangsangan pada alat indera, sehingaa interaksi pembelajaran dapat berjalan dengan baik, pesan yang disampaikan dapat diterima dengan jelas, mudah dimengerti dan tahan dalam ingatan siswa. Dengan bantuan media gambar, pembelajaran akan lebih efisien atau lebih tepat diterima oleh siswa juga dapat menunjang tercapainya suatu tujuan pengajaran. c. Fungsi Media 1) Fungsi Media Sebagai Sumber Belajar Media berfungsi sebagai sumber belajar. Dalam kalimat “sumber belajar” ini tersirat makna keaktifan, yakni sebagai penyalur, penyampai, penghubung dan lain-lain. 2) Fungsi Semantik Yakni kemampuan media dalam perbendaharaan kata ( simbol verbal ) yang makna atau maksudnya benar-benar dipahami anak didik ( tidak verbalistik ). 3) Fungsi Manipulatif Fungsi manipulatif ini didasarkan pada ciri-ciri ( karakteristik ) umum yang dimilikinya. Berdasarkan karakteristik umum ini, media memiliki dua kemampuan, yakni mengatasi batas-batas ruang dan waktu dan mengatasi keterbatan inderawi. d. Kelebihan Dari Media Gambar Itu Sendiri Adalah : 1) Sifatnya konkrit artinya gambar lebih realistis menunjukan pokok masalah. 2) Gambar tidak dapat mengatasi ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas. 3) Media gambar tidak dapat mengatasi keterbatasan pengamatan. 4) Media gambar murah hargnya dan gampang didapat serta digunakan. e. Pemanfaatan Media Gambar Dalam Pembelajaran 1) Gambar harus realistis karena gambar yang amat rinci dengan realisme yang sulit dipelajari sering mengganggu perhatian siswa untuk mengamati apa yang seharusnya diperhatikan. 2) Gambar harus berfungsi untuk melukiskan perbedaan konsep. 3) Warna gambar harus digunakan untuk mengarahkan perhatian dan membedakan konsep. 4. Sikap Rasa Ingin Tahu 1. Pengertian Rasa Ingin Tahu Rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat dan didengar. Rasa ingin tahu suatu perasaan yang bergejolak yang bisa membangkitkan rasa penasaran manusia atau orang. Rasa ingin tahu itu dapat muncul saat kita melihat sesuatu. Bisa berupa melihat benda atau semacamnya. Manusia dapat berperasaan seperti itu karena manusia diciptakan oleh Tuhan dengan sesempurna mungkin. Oleh karena itu manusia memiliki akal dan pikiran. Dengan adanya rasa ingin tahu, manusia atau seseorang dapat menyelidiki atau memecahkan masalah yang membuatnya penasaran. Dan sehingga manusia atau seseorangpun dapat merasa puas dengan apa yang telah dicapainya. 2. Cara Meningkatkan Rasa Ingin Tahu Anak a. Belajar bersama, biasakan seorang anak untuk mendapatkan pendidikan belajar bersama sejak dini. Belajar bersama dapat membantu perkembangan otak anak. Disamping dapat membantu menciptakan anak yang cerdas, belajar bersama juga dapat menumbuhkan rasa percaya diri. b. Belajar dengan membaca dan mendengarkan cerita, seorang anak mempunyai daya rekam yang sangat tinggi. Belajar membaca dan mendengar cerita dapat menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang akan dilontarkan seorang anak. c. Belajar lewat benda, pembelajaran lewat benda atau mainan seperti puzzle dapat mendidik anak mengasah indra dan dapat juga untuk mengeluarkan rasa gembira ataupun emosi. Rasa Emosi maupun gembira dapat membantu mempercepat rasa ingin tahu seorang anak. d. Belajar memahami, setiap orang tua harus memperlihatkan aktivitas harian yang ringan kepada seorang anak, seperti membuka botol, membuka kulkas ataupun memakai pakaian. Dengan seorang anak melihat cara kerja orang tua maka tentunya seorang anak akan mencoba meniru akibat rasa ingin tahunya itu. 5. Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Fokus perhatian dalam pembelajaran tematik terletak pada proses yang ditempuh siswa saat berusaha memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk keterampilan yang harus dikembangkannya. Pappas dalam skripsi Arip Rahman (2008, h. 43) mengatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang digunakan guru untuk mendorong partisipasi aktif siswa dalam kegiatan-kegiatan yang difokuskan pada suatu topik yang yang disukai siswa dan dipilih untuk belajar. Model pembelajaran tematik merupakan kegiatan belajar mengajar dengan memadukan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar cara ini dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama, materi beberapa mata pelajaran disajikan dalam tiap pertemuan, sedangkan cara kedua, tiap kali pertemuan hanya menyajikan satu jenis mata pelajaran. Pada cara kedua ini, keterpaduannya diikat dengan satu tema pemersatu. Oleh karena itu pembelajaran tematik ini sering juga disebut pembelajaran terpadu atau integrated learning. Dalam pelaksanaanya pendekatan pembelajaran tematik ini bertolak dari satu tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama siswa dengan memperhatikan keterkaitannya dengan isi mata pelajaran. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta dalam Asep Hernawan, 2007, h. 128). Pembelajaran tematik cara pertama menuntut kreativitas guru dan sistem persekolahan yang memiliki otoritas tinggi untuk membuat keputusan sendiri berkaitan dengan perencanaan dan pelaksanan gagasan inovatif seperti pembelajaran tematik yang memungkinkan terjadinya perubahan jadwal dan perubahan target program kelas. Pembelajaran terpadu dengan cara kedua memberi peluang pada sistem persekolahan yang masih bersifat sentralistik, dimana sekolah banyak mengikuti kebijakan yang ditentukan dari pengambil keputusan di luar sekolah seperti penjadwalan, dan target kurikulum. Tingkat perkembangan mental anak selalu dimulai dengan tahap perkembangan berpikir nyata. Dalam kehidupan sehari-hari, anak tidak pernah melihat mata pelajaran berdiri sendiri. Anak biasanya melihat peristiwa atau objek, yang didalamnya memuat sejumlah konsep/materi beberapa mata pelajaran. Misalnya, pada waktu berbelanja di pasar, mereka berhadapan dengan hitung menghitung (Matematika), aneka ragam makan sehat (IPA), dialog tawar-menawar (Bahasa Indonesia), dan harga yang terkadang turun naik (IPS), serta beberapa materi pelajaran lainnya. Sebaliknya, materi pelajaran yang tidak saling terkait merupakan hal yang abstrak bagi anak. Oleh karena itu, pembelajaran tematik akan dirasakan lebih bermakna bagi diri anak. a. Karakteristik Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut : 1) Berpusat pada siswa Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centerd), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar. 2) Memberikan pengalaman langsung Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experinces). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata ( konkrit ) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. 3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa. 4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa dapat memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. 5) Bersifat fleksibel Pembelajaran tematik bersifat luwes ( fleksibel ) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada. 6) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya. 7) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan b. Prinsip Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik memiliki suatu tema yang aktual, dekat dengan dunia siswa dan ada dalam kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari beberapa materi pelajaran. Pembelajaran tematik perlu memilih materi beberapa mata pelajaran yang mungkin dan saling terkait. Materi-materi dalam pembelajaran tematik yang dipilih dapat mengungkapkan tema secara bermakna. Pembelajaran tematik tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku, tetapi sebaliknya pembelajaran tematik harus mendukung pencapaian tujuan utuh kegiatan pembelajaran yang termuat dalam kurikulum. Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema selalu mempertimbangkan karakteristik siswa seperti minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal. Materi pelajaran yang dipadukan tidak perlu dipaksakan. Artinya, materi yang tidak mungkin dipadukan, tidak usah dipadukan. 6. Materi Tentang Indahnya Kebersamaan Rumah Panjang Rumah Panjang merupakan rumah tradisional suku Dayak Kalimantan. Rumah ini memiliki bentuk memanjang dengan panjang kurang lebih 50 meter. Keunikan rumah ini terlihat dari bentuk bangunannya yang panjang. Banyak kepala keluarga yang tinggal di dalamnya. Namun sayang sekali, rumah unik seperti ini sudah jarang ditemukan. Hanya beberapa bangunan saja yang bertahan dan masih berpenghuni. Rumah Lontik Rumah Lontik merupakan rumah adat Riau, disebut juga Rumah Lancang. Bentuk atapnya melengkung ke atas, agak runcing, seperti tanduk kerbau. Dindingnya miring seperti perahu atau lancang. Hal itu melambangkan penghormatan kepada Tuhan dan sesama. Rumah adat Lontik dipengaruhi oleh kebudayaan Minangkabau. Rumah ini banyak terdapat di daerah perbatasan Sumatera Barat. Jumlah anak tangga Rumah Lontik biasanya berjumlah ganjil. Jenis-Jenis Sudut 1. Sudut Siku-Siku Suatu sudut disebut sudut siku-siku jika kaki-kaki sudutnya tegak lurus, yaitu ukurannya adalah 90 derajat. 90◦ 2. Sudut Lancip Suatu sudut disebut sudut lancip jika ukuran sudutnya lebih kecil dari sudut siku-siku, yaitu antara 0 dan 90 derajat (0o < sudut lancip < 90o ). Sudut-sudut berikut adalah sudut lancip. 7◦ 18◦ 33◦ 3. Sudut Tumpul Suatu sudut disebut sudut tumpul jika ukuran sudutnya lebih besar dari sudut siku-siku, yaitu antara 90 dan 180 derajat (90o < sudut tumpul < 180o). Sudut-sudut berikut adalah sudut tumpul. 93◦ 110◦ 135◦ Mengukur Sudut Suatu busur, seperti pada gambar berikut, biasanya digunakan untuk mengukur sudut. Bentuknya berupa setengah lingkaran dan memiliki dua skala yang ditandai dari 0º sampai 180º. Untuk mengukur sudut ABC, tempatkan busur sehingga sudut titik pusatnya terletak di atas titik sudut B; dan alas dari busur tersebut berimpit dengan sisi BA, seperti gambar berikut. C R B A P Q C B A Kita menggunakan skala bagian dalam untuk menentukan ukuran sudut ABC, sehingga dari situ kita melihat bahwa sudut tersebut berukuran 60º. Kita tuliskan fakta ini sebagai berikut. < ABC = 60o R P Q Untuk menentukan ukuran sudut PQR, letakkan busur seperti semula dan gunakan skala bagian luar. Dengan cara itu, kita mengetahui bahwa sudut PQR berukuran 120º. Kita tuliskan fakta ini dengan < PQR =120 Tari Kipas Pakarena Tari Kipas Pakarena merupakan kesenian tari yang berasal dari Gowa, Sulawesi Selatan. Tarian ini sudah menjadi tradisi di kalangan masyarakat Gowa yang merupakan bekas Kerajaan Gowa. Kisahnya berawal dari perpisahan antara penghuni Boting Langi (negeri khayangan) dan penghuni Lino (bumi) pada zaman dahulu. Konon, sebelum berpisah, penghuni Boting Langi sempat mengajarkan kepada penghuni Lino cara menjalani hidup, seperti bercocok tanam, beternak, dan berburu. Cerita itu diabadikan dalam gerakan tarian. Makna gerakan tari Kipas Pakarena, seperti gerakan berputar searah jarum jam, melambangkan siklus hidup manusia. Gerakan naik turun mencerminkan roda kehidupan yang kadang berada di bawah dan kadang di atas. Cara menari yang lembut mencerminkan karakter perempuan Gowa yang sopan, setia, patuh, dan hormat. Secara keseluruhan gerakan tari ini mengungkapkan rasa syukur. B. Hasil Penelitian Terdahulu Di bawah ini merupakan hasil penelitian dari mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia dan mahasiswi Universitas Pasundan yang dijadikan sebagai hasil penelitian terdahulu oleh peneliti. Hasil penelitian secara umum dari kedua penelitian tersebut adalah: 1. Hasil Penelitian Uduy Dahlan Universitas Pendidikan Indonesia (2009, h. 20) Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Uduy Dahlan mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia tahun 2009 yang melaksanakan penelitian (skripsi) yang berjudul “Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri Untuk Menumbuhkan Kemampuan Siswa Berpikir Kritis Pada Pembelajaran IPS”. Proses pembelajaran IPS di kelas IV SDN Sukamulya 3 dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri dengan media gambar memberikan hasil proses pembelajaran yang bermakna. Hal ini ditandai dengan adanya perubahan respon siswa terhadap mata pelajaran IPS, siswa sangat antusias mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri dengan media gambar. Penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan media gambar ternyata dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa. Hasil temuan menunjukkan bahwa siswa dapat memecahkan atau menyelesaikan masalah yang diajukan guru melalui langkah-langkah kegiatan inkuiri. Masalah yang diangkat di dalam kelas adalah masalah yang berkaitan dengan lingkungan siswa dan siswa dapat memberikan suatu solusi dalam menyelesaikan masalah tersebut. Kemampuan berpikir kritis siswa tumbuh melalui proses kegiatan inkuiri dengan media gambar. Hasil belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran inkuiri dengan media gambar ternyata memberikan hasil yang baik. Hasil temuan menunjukkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Pada siklus I. Nilai rata-rata siswa kelas IV adalah 67. Setelah dilaksanakan siklus II meningkat menjadi 78, ada peningkatan sebesar 11 point. Pada siklus III meningkat lagi dengan peningkatan yang cukup signifikan menjadi 83. Penilaian yang mengalami peningkatan bukan hanya pada penilaian kuantitas tapi juga pada penilaian kualitas yaitu tumbuhnya kemampuan berpikir kritis pada diri siswa. 2. Hasil Penelitian Winurti Universitas Pasundan (2007, h. 19) Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Winurti mahasiswi Universitas Pasundan tahun 2007 yang melaksanakan penelitian (skripsi) yang berjudul “Menumbuhkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar Melalui Model Inquiry”. Proses pembelajaran IPA di kelas IV SDN Arcamanik I dengan menggunakan model pembelajaran inquiry. Hal tersebut didasari oleh kurangnya aktivitas inquiry siswa selama pembelajaran berlangsung yang berimbas kepada keterampilan berpikir kritis siswa yang kurang pula. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model inquiry dapat menumbuhkan keterampilan berpikir kritis siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah sikap kritis siswa yang muncul pada siklus I adalah 13, pada siklus II jumlah seluruh sikap kritis siswa yang muncul adalah 44, sedangkan akhir siklus III muncul 88 sikap kritis. Sikap kritis yang muncul pada siswa kelas IV SDN Arcamanik I adalah aktivitas siswa dalam bertanya, menjawab pertanyaan dan menjelaskan secara singkat, unjuk kerja, pengamatan dan percobaan, menganalisis informasi/data dan menyimpulkan, aktivitas mempertimbangkan hasil diskusi, dan menganalisis data lebih lanjut, serta aktivitas siswa menentukan tindakan dan berinteraksi dengan orang lain (diskusi dan melaporkan serta melakukan kebiasaan menjaga lingkungan). Bukti tumbuhnya keterampilan berpikir kritis siswa pun ditunjukkan dengan meningkatnya nilai hasil kerja kelompok kelas IV SDN Arcamanik I melalui model inquiry pada setiap siklusnya. Pada siklus I, nilai rata-rata kelas untuk kelompok adalah 67,5 pada siklus II naik menjadi 88,75 dan pada siklus III pun terjadi kenaikan menjadi 91,25. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Uduy Dahlan dan Winurti, dapat disimpulkan bahwa model inquiry sangat cocok digunakan untuk anak Sekolah Dasar. Karena model inquiry ini menekankan kepada aktivitas siswa dan mengembangkan kemampuan berpikir siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan sendiri, artinya inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. C. Kerangka Pemikiran Permasalahan yang terjadi yaitu masih banyak guru-guru dalam pembelajarannya di kelas yang tidak menggunakan model pembelajaran dan media pembelajaran. Sehingga peserta didik biasanya akan kurang minatnya dalam belajar dan merasa cepat bosan dengan pembelajaran yang disampaikan oleh gurunya. Oleh karena itu seorang guru harus memiliki inisiatif ataupun inovasi untuk menggunakan beberapa model dan media pembelajaran, salah satunya berupa media gambar yang tepat dan sesuai dengan kondisi siswa dan materi ajar. Penggunaan media gambar sangat membantu proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan siswa lebih menyukai gambar dari pada tulisan, apalagi jika gambar dibuat dan disajikan sesuai persyaratan yang baik, sudah tentu akan menambah semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Dalam pembelajaran harus menggunakan strategi pembelajaran yang lebih bervariasi, agar materi yang disampaikan guru dapat dengan mudah dipahami oleh siswa dan tidak membosankan pada saat pembelajaran berlangsung. Salah satu alternatif dalam menyelesaikan permasalahan pembelajaran tematik dengan cara penggunaan model pembelajaran dan penggunaan media pembelajaran, seperti media gambar. Model pembelajaran yang dimaksud adalah dengan model Inquiry Terbimbing dalam pembelajaran tematik diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam sikap rasa ingin tahu pada saat pembelajaran berlangsung di kelas. Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut : Bagan 2.2 Kerangka Pemikiran D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut, penggunaan model pembelajaran inquiry terbimbing dengan menggunakan media gambar untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam sikap rasa ingin tahu dalam pembelajaran tematik. Secara khusus hipotesis tindakan dapat dijabarkan sebagi berikut : d. Rencana pelaksanaan pembelajaran melalui model Inquiry Terbimbing dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan sikap rasa ingin tahu siswa dalam pembelajaran tematik di Kelas IV SDN Citepus 1 pada tema indahnya kebersamaan. e. Pelaksanaan pembelajaran melalui penggunaan model Inquiry Terbimbing dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan sikap rasa ingin tahu siswa dalam pembelajaran tematik di Kelas IV SDN Citepus 1 pada tema indahnya kebersamaan. f. Sikap rasa ingin tahu siswa dapat meningkat dengan menggunakan media gambar dalam pembelajaran tematik di Kelas IV SDN Citepus 1 pada tema indahnya kebersamaan.

Item Type: Thesis (Skripsi(S1))
Subjects: S1-Skripsi
Divisions: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > PGSD 2014
Depositing User: Iyas -
Date Deposited: 25 Jul 2016 15:06
Last Modified: 25 Jul 2016 15:06
URI: http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/6252

Actions (login required)

View Item View Item