FUJI KARDIANA, 105060327 (2016) PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING DALAM MENUMBUHKANKAN SIKAP RASA INGIN TAHU DAN PEDULI LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS IV. Skripsi(S1) thesis, FKIP UNPAS.
Text
ISI SKRIPSI.docx Download (585kB) |
Abstract
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menumbuhkan sikap rasa ingin tahu dan peduli lingkungan dalam meningkatkan hasil belajar siswa melalui model project based Learning tentang keberagaman makhluk hidup dilingkunganku. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di kelas IV SDN Rancaekek 3. Penelitian ini dilatar belakangi dengan keadaan siswa di kelas IV SDN Rancaekek 3 yang kurang hasil belajarnya dikarenakan guru sering menggunakan ceramah konvensional, sedangkan dengan model-model pembelajaran yang lain khususnya model Project based Learning belum pernah dilaksanakan. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan sistem siklus yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, analisis dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Dalam tiap siklusnya dilaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Project based Learning yang terdiri dari 6 tahap yaitu 1.Penentuan pertanyaan mendasar, 2. Mendesain perencanaan proyek, 3.Menyusun jadwal , 4. Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek, 5.Menilai hasil,6.Mengevaluasi Pengalaman Teknik evaluasi yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik tes dan non tes. Teknik tes untuk mengetahui hasil belajar siswa, dan teknik non tes untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan model project based Learning. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Project based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I sampai siklus II, yaitu pada siklus I muncul hasil belajar 1,75 dengan kategori cukup, siklus II 2,62 dengan kategori baik Kesimpulan yang diperolah dari penelitian ini adalah, bahwa penggunaan model pembelajaran Project based Learning sangat menunjang terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada tema 3 subtema 2 Keberagaman makhluk hidup di lingkunganku di kelas IV Sekolah Dasar. Dengan demikian, penggunaan model Project based Learning dapat dijadikan salah satu model pembelajaran untuk diterapkan pada pembelajaran keberagaman makhluk hidup di lingkunganku. Kata kunci: Project based Learning, Hasil Belajar Siswa. BAB I PENDAHULUAN a) Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang. Pengertian pendidikan (UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003) adalah: Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Makna manusia yang berkualitas adalah manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, pendidikan nasional harus berfungsi secara optimal sebagai wahana dalam pembangunan bangsa dan karakter. Karena kurikulum dipandang sebagai salah satu unsur yang bisa memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik maka kurikulum 2013 perlu dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) Manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; (2) Manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; (3) Warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Kegiatan dasar pembelajaran pada kurikulum 2013 adalah pendekatan ilmiah (saintific approach), walaupun sebenarnya bukan hal yang baru, karena pendekatan ilmiah pada KBK sudah ada, namun istilahnya saja yang berbeda. Adapun ciri-ciri umumnya adalah kegiatan pembelajaran yang mengedepankan kegiatan-kegiatan proses yaitu: mengamati, menanya, mencoba, menyimpulkan. Sekolah merupakan salah satu tempat sarana siswa untuk belajar. Guru bukanlah satu-satunya orang dewasa yang bisa dijadikan sebagai sarang ilmu, namun hubungan antara satu siswa dengan siswa yang lain itu bisa dikatakan sebagai tempat bertukarnya ilmu. Tidak hanya itu orangtua, tetangga pun bisa dijadikan tempat mencari ilmu. Ilmu yang didapat bisa berbagai macam, tidak hanya ilmu yang bersifat akademis, namun ilmu yang berkaitan dengan sehari- hari pun dapat disebut dengan ilmu. Saat ini adalah saat transisi dalam bidang pendidikan. Masa beralihnya dari kurikulum KTSP 2006 ke kurikulum 2013. Dalam kurikulum KTSP dan kurikulum sebelumnya secara garis besar lebih mengedepankan pada aspek kognitif lalu psikomotorik kemudian afektif. Hal tersebut disinyalir merupakan penyebab buruknya kualitas pendidikan di Indonesia. Maka dari itu para ahli pendidikan bekerja sama dengan pemerintah mengubah kurikulum tersebut dengan kurikulum 2013. Memang pada dasarnya perubahan yang terjadi dalam bidang pendidikan ini dilatarbelakangi oleh keinginan untuk memperbaiki mutu pendidikan. Alasan penulis mengambil kurikulum 2013 ini karena peniliti adalah calon guru dimasa yang akan datang, jadi peneliti berniat untuk mencoba mempelajari atau membuat skripsi menggunakan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 ini lebih menonjolkan pada aspek afektif lalu psikomotorik kemudian kognitif. Diharapkan agar generasi penerus bangsa memiliki watak pancasila yang mampu memajukan kualitas bangsa dari segala sisi. Kenyataannya, situasi pembelajaran kurang memenuhi dari yang diharapkan. Khususnya di lokasi yang akan penulis teliti. Hasil pembelajaran bisa ditentukan dari aktivitas yang siswa lakukan selama proses belajar. Tentunya jika siswa berperan aktif belajar, maka hasil yang didapat adalah memuaskan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan disekolah oleh Penulis pada saat pembelajaran keberagaman makhluk hidup dilingkunganku berlangsung di kelas IV SDN Rancaekek 3. Menunjukan bahwa sikap rasa ingin tahu, peduli lingkungan,bertanggung jawab,kreatif, dan percaya diri itu belum terlihat secara spesifik, dan hasil belajar siswa pun masih belum mencapai target dari KKM yang telah ditetapkan yaitu sebesar 2,67. Itu karena Adanya penyebab faktor-faktor yang menyebabkan permasalahan tersebut yaitu berasal dari siswa dan guru. Faktor penyebab permasalahan dari siswa, diantaranya: (1) Situasi dikelas yang terlihat ramai, itu dikarenakan sebagian siswa ada yang masih bercanda didalam kelas; (2) sikap rasa ingin tahu, dan peduli lingkungan,.belum terlihat sama sekali disaat proses belajar mengajar berlangsung; (3) Hasil belajar siswa memperoleh nilai dibawah KKM yang telah ditetapkan sebesar 2,67 diantaranya: 14 memperoleh nilai 2,6. 2,4 sebanyak 4 orang, 2,2 sebanyak 2 orang, 1,6 sebanyak 5 orang, dan 1,8 sebanyak 2 orang peserta didik. Sedangkan faktor penyebab permasalahan yang berasal dari guru, diantaraya: (1) Guru kurang melibatkan siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran, akibatnya siswa kurang termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran; (2) Guru hanya memberikan teori kepada siswa dan tidak pernah mengajak siswa praktek langsung dalam belajar berbasis proyek, akibatnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah kurang maksimal; (3) Guru kurang membimbing siswa dalam menerapkan pembelajaran kerja kelompok yang efektif dan bermakna; dan (4) Guru tidak menggunakan media pembelajaran dalam proses penyampaian materi dan pembetukan kelompok pada materi Keberagaman makhluk hidup di lingkunganku, akibatnya keterampilan siswa dalam mengelola sumber belajar tidak meningkat. Fakta-fakta di atas diperkuat oleh hasil wawancara dengan salah satu guru, tepatnya wali kelas IV SDN Rancaekek 3, yang dilaksanakan pada tanggal 02 Desember 2014. Hasil wawancara tersebut menjelaskan alasan ketidakpahaman siswa memahami tentang materi Keberagaman makhluk hidup di lingkunganku, diantaranya: (1) Guru beranggapan bahwa kegiatan pembelajaran Keberagaman makhluk hidup di lingkunganku, biasanya menggunakan metode hafalan; (2) Guru beranggapan kurangnya pengetahuan mengenai model-model atau metode-metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran mengenai materi keberagaman makhluk hidup di lingkunganku; dan (3) Guru beranggapan bahwa media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran cukup dengan buku teks. Harapanya dengan menggunakan model pembelajaran Project Based Learning, siswa lebih mengerti dalam mengikuti pembelajaran dan dapat meningkatkan Hasil belajarnya dalam pembelajaran tematik, dan dapat memperoleh hasil belajar yang maksimal dalam proses belajar, khususnya tentang tema Peduli terhadap makhluk hidup subtema Keberagaman makhluk hidup di lingkunganku di kelas IV SDN Rancaekek 3. Berkaitan dengan pengajaran tematik keberadaan media pembelajaran jelas mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan belajar mengajar. Pengajaran pada dasarnya (Nana Sudjana 2002: 43) adalah suatu proses terjadinya interaksi guru dan siswa melalui kegiatan terpadu dari dua bentuk kegiatan, yaitu kegiatan belajar siswa dan kegiatan mengajar guru. Model pembelajaran Project Based Learning diharapkan dapat meningkatkan Hasil belajar siswa dalam materi Kebergaman makhluk hidup di lingkunganku sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat lebih baik. Demikian, penulis berpandangan perlu diadakan penelitian dengan mengajukan salah satu solusi yaitu penerapan model pembelajaran Project Based Learning dalam pembelajaran tematik. Model pembelajaran Project Based Learning diasumsikan dapat membuat pembelajaran tematik khususnya pada tema 3 Peduli terhadap makhluk hidup lebih bermakna dan siswa lebih dapat termotivasi dalam pembelajaran subtema 2 Keberagaman makhluk hidup di lingkunganku. Kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Project Based Learning mempunyai keunggulan menurut McDonell (2007: 170) dalam Yunus Abidin (2014: 170) yakni bahwa model ini diyakini mampu meningkatkan kemampuan sebagai berikut: 1. Mengajukan pertanyaan, mencari informasi dan menginterpretasikan informasi (visual dan tekstual) yang mereka lihat, dengar, atau baca. 2. Membuat rencana penelitian, mencatat temuan, berdebat, berdiskusi, dan membuat keputusan. 3. Bekerja untuk menampilkan dan mengontruksi informasi secara mandiri. 4. Berbagi pengetahuan dengan orang lain, bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama, dan mengakui bahwa setiap orang memiliki keterampilan tertentu yang berguna untuk proyek yang sedang dikerjakan. 5. Menampilkan semua disposisi intelektual dan sosial yang penting yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah dunia nyata. Selain dipandang memiliki keunggulan, model ini masih dinilai memiliki kelemahan-kelemahan (Yunus Abidin 2014: 171) sebagai berikut: (1) Memerlukan banyak waktu dan biaya; (2) Memerlukan banyak media dan sumber belaajar; (3) Memerlukan guru dan siswa yang sama-sama siap belajar dan berkembang; (4) Ada kekhawatiran siswa hanya akan menguasai satu topik tertentu yang dikerjakannya. Hasil belajar merupakan hasil dari proses pengajaran, dimana kita mengetahui keberhasilan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran dan keberhasilan guru dalam mengolah kegiatan pembelajaran menjadi efektif. Seperti pendapat Djamarah dan Zain (2006:121) yang menyatakan bahwa ”Setiap proses mengajar menghasilkan hasil belajar, dapat dikatakan akhir atau puncak dari proses belajar. Akhir dari kegiatan inilah yang menjadi tolak ukur tingkat keberhasilan peserta didik dalam proses belajar mengajar.”Untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal bagi peserta didik, guru harus cerdas mengkondisikan kegiatan pembelajaran menjadi efektif dengan penggunaan metode pembelajaran, model pembelajaran, pendekatan pembelajaran, media yang digunakan, hal ini harus disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan sehingga hasil belajar akan tercapai dengan optimal. Menurut Sukardi (2008: 2) “Hasil belajar merupakan pencapaian pertumbuhan peserta didik dalam proses belajar mengajar. Pencapaian belajar ini dapat dievaluasi dengan menggunakan pengukuran.” Dengan adanya pendapat tersebut bahwa hasil belajar peserta didik dapat diukur dengan cara evaluasi, bisa berupa tes dan non tes, pengukuran ini terlihat dari pengetahuan peserta didik, sikap, dan keterampilan yang peserta didik dapatkan setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, seperti yang dikemukakan oleh Bloom dan Kratwohl (dalam Usman, 1994: 29) “ bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang secara umum dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.” Dunnette (1976 : 33) yang menyatakan bahwa “keterampilan adalah kapasitas yang dibutuhkan untuk melaksanakan beberapa tugas yang merupakan pengembangan dari hasil training dan pengalaman yang didapat.”. Berdasarkan fakta di lapangan terdapat masalah dimana Peserta didik kurang memperoleh Hasil belajar yang optimal dan belum memiliki Nilai sikap rasa ingin tahu dan peduli lingkungan dalam proses belajar di kelas pada pembelajaran, sehingga hasil belajarnya kurang maksimal. Hal tersebut ditandai oleh rendahnya keterampilan bertanya peserta didik terhadap materi ajar pada saat guru menjelaskan, sehingga guru tidak tahu apakah peserta didik telah mengerti atau tidak dan guru selalu menganggap pembelajarannya berhasil karena tidak ada pertanyaan dari peserta didik yang membuat guru berpikir peserta didiknya sudah paham. Di dalam proses pembelajaran peserta didik hanya diam dan jarang ada bertanya ketika guru memberikan kesempatan untuk bertanya. Padahal ketika peserta didik banyak bertanya dalam proses belajar terhadap materi yang diajarkan itu menggali informasi yang luas dari peserta didik tentang pengetahuan yang belum diketahui peserts didik, semakin banyak peserta didik bertanya berarti peserta didik mempunyai sikap rasa ingin tahu yang tinggi dan sikap percaya diri dengan bertanya sebenarnya mereka selalu ingin mencari pengalaman-pengalaman baru dan dari pertanyaan-pertanyaan yang banyak diajukan peserta didik itu dapat menghasilkan suatu jawaban kombinasi baru berdasarkan informasi dan data yang peserta didik ketahui bersama melalui pemecahan masalah, sehingga pada akhirnya semua rasa ingin tahu dan pertanyaan yang diajukan oleh peserta didik kemudian dijawab bersama-sama akan tercipta suatu sikap percaya diri dari peserta didik dalam belajar dan akan selalu senang mengajukan pertanyaan. Pada kenyataan dilapangan, guru melaksanakan penyampaian materi secara monoton dengan menggunakan metode ceramah murni dalam menyampaikan materi pelajaran. Hal ini disebabkan kurangnya minat guru dalam mempelajari - dan mengaplikasikan metode maupun pendekatan pembelajaran yang sebenarnya dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Sehingga peserta didik kurang berperan aktif dalam belajar dikelas Akibatnya, hasil belajar peserta didik rendah, karena peserta didik cenderung pasif mendengarkan penjelasan guru. Pada hakikatnya semua mata pelajaran sangatlah penting bagi semua peserta didik dan saling berhubungan. Oleh karena itu dengan adanya kurikulum 2013 pembelajaran disampaikan dengan menggabungkan beberapa mata pelajaran menjadi satu dalam sebuah tema, kemudian dikembangkan lagi menjadi beberapa subtema, guna memudahkan peserta didik dalam mempelajari semua mata pelajaran yang ada. Pembelajaran dengan model tema dan subtema juga akan kurang berhasil bila guru dalam menyampaikan tema-tema tersebut disampaikan dengan cara yang biasa-biasa saja dan tidak melibatkan peserta didik dalam proses pembelaan. Untuk mengatasi hal tersebut ada beberapa cara yang dapat digunakan diantaranya. dengan menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakter dan kondisi peserta didik. Sistem pendidikan di Indonesia terus mengalami perubahan dari tahun 1947 sampai sekarang untuk memenuhi perkembangan zaman tersebut. Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi yang dirancang untuk mengantisipasi kebutuhan zaman Abad 21. Pada abad ini, kemampuan kreativitas dan komunikasi akan menjadi sangat penting. Sejalan dengan itu, rumusan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dipergunakan dalam Kurikulum 2013 mengedepankan pentingnya kreativitas dan komunikasi (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013). Sejalan dengan pernyataan diatas, kompetensi yang diharapkan dari seorang lulusan SD/MI dirumuskan untuk memiliki kemampuan pikir dan tindak yang produktif serta kreatif dalam ranah abstrak dan konkret. Kemampuan tersebut diperjelas dalam kompetensi inti yang salah satunya adalah menyajikan pengetahuan dalam bahasa yang jelas, logis dan sistematis, dalam karya yang estetis, atau dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak sehat, beriman, berakhlak mulia. Permasalahan seperti ini akan terus terjadi jika tidak segera diatasi. Menurut peneliti, keadaan ini dapat diatasi dengan menerapkan pendekatan pembelajaran yang dapat menciptakan suasana menyenangkan dalam proses belajar mengajar sehingga dapat menghilangkan rasa jenuh dan bosan ketika pembelajaran berlangsung. Selain itu juga penggunaan pendekatan pembelajaran yang sesuai akan membantu mengaktifkan siswa sehingga siswa berani mengungkapkan pendapatnya. Maka peneliti ingin menerapkan model Project Based Learning dengan tujuan untuk melibatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Berangkat dari penjelasan diatas, maka peneliti mengadakan penelitian yang berjudul; “ Penerapan Model Project Based Learning Dalam Menumbuhkan sikap Rasa ingin tahu dan Peduli lingkungan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Di Kelas IV ” ( Penelitian Tindakan Kelas terhadap peserta didik kelas IV SDN Rancaekek 3 Tema 3 Peduli terhadap makhluk Hidup dan Subtema 2 Keberagaman Makhluk Hidup di Lingkunganku di Kelas IV SDN Rancaekek 3 Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung) b). Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah yang diatas, maka teridentifiksasi masalah di SDN Rancaekek 3 sebagai berikut : 1. Sikap rasa ingin tahu dan peduli lingkungan pada peserta didik belum sepenuhnya tumbuh dalam kegiatan pembelajaran. 2. Dalam kegiatan pembelajaran pendidik belum menerapkan model pembelajaran yang variatif. 3. Kurangnya aktivitas peserta didik dalam pembelajaran di kelas. 4. Pembelajaran yang disajikan kurang menggembirakan dan kurang bermakna. 5. Hasil belajar peserta didik yang rendah dan belum Mencapai KKM. c ). Pembatasan dan Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah yang diangkat agar lebih spesifik dan tidak meluas. Dengan adanya keterbatasan waktu, tenaga, teori dan biaya maka peneliti hanya akan meneliti mengenai Penerapan Model project Based Learning Dalam Menumbuhkan Sikap Rasa ingin tahu dan Peduli lingkungan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Di Kelas IV. Pada Tema 3 Peduli terhadap makhluk hidup Subtema 2 Keberagaman makhluk hidup di lingkunganku.yang meliputi sikap dan aktifitas peserta didik dalam proses pembelajaran,hasil belajar, dan aktifitas pendidik dalam proses pembelajaran. Berdasarkan Latar belakang, dan Identifikasi masalah. Maka Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana bentuk Rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model Pembelajaran project based learning agar sikap rasa ingin tahu dan peduli lingkungan itu tumbuh pada tema 3 peduli terhadap makhluk hidup subtema keberagaman makhluk hidup dilingkunganku dikelas IV SDN Rancaekek 3 Kab.Bandung? 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan model Pembelajaran project based learning sehingga menumbuhkan sikap rasa ingin tahu dan peduli lingkungan itu tumbuh pada tema 3 peduli terhadap makhluk hidup subtema keberagaman makhluk hidup dilingkunganku dikelas IV SDN Rancaekek 3 Kab.Bandung? 3. Bagaimana sikap rasa ingin tahu dan peduli lingkungan itu tumbuh pada siswa setelah menerapkan model Pembelajaran project based learning pada -tema peduli terhadap makhluk hidup subtema keberagaman makhluk hidup dilingkunganku? 4. Bagaimana Hasil Belajar siswa setelah penggunaan Model Pembelajaran project based learning pada tema peduli terhadap makhluk hidup subtema keberagaman makhluk hidup dilingkunganku dapat meningkat? 5. Bagaimana aktifitas belajar peserta didik setelah penggunaan Model Pembelajaran project based learning dalam pembelajaran tema peduli terhadap makhluk hidup subtema keberagaman makhluk hidup dilingkunganku dapat meningkat? 6. Bagaimana Respon peserta didik terhadap Model project based learning dalam pembelajaran tema peduli terhadap makhluk hidup subtema keberagaman makhluk hidup dilingkunganku? d). Tujuan Penelitian Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk menumbuhkan sikap rasa ingin tahu dan Peduli lingkungan Dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik melalui penerapan model Pembelajaran project based learning di kelas IV SDN Rancaekek 3 Kabupaten Bandung pada tema peduli terhadap makhluk hidup subtema keberagaman makhluk hidup dilingkunganku. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bentuk Rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran project based learning agar sikap rasa ingin tahu dan peduli lingkungan itu tumbuh pada tema 3 peduli terhadap makhluk hidup subtema keberagaman makhluk hidup dilingkunganku dikelas IV SDN Rancaekek 3 Kab.Bandung. 2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran project based learning sehingga menumbuhkan sikap rasa ingin tahu dan peduli lingkungan itu tumbuh pada tema 3 peduli terhadap makhluk hidup subtema keberagaman makhluk hidup dilingkunganku dikelas IV SDN Rancaekek 3 Kab.Bandung. 3. Untuk mengetahui sikap rasa ingin tahu dan peduli lingkungan itu tumbuh pada siswa setelah menerapkan model pembelajaran project based learningpada tema peduli terhadap makhluk hidup subtema keberagaman makhluk -hidup di lingkunganku. 4. Untuk mengetahui Hasil Belajar siswa setelah penggunaan model pembelajaran project based learning pada pada tema peduli terhadap makhluk hidup subtema keberagaman makhluk hidup dilingkunganku dapat meningkat. 5. Untuk mengetahui aktifitas belajar siswa setelah penggunaan model pembelajaran project based learning dalam pembelajaran tema peduli terhadap makhluk hidup subtema keberagaman makhluk hidup dilingkunganku dapat meningkat? 6. Untuk mengetahui Respon peserta didik setelah penggunaan Model Pembelajaran project based learning dalam pembelajaran tema peduli terhadap makhluk hidup subtema keberagaman makhluk hidup dilingkunganku? e). Manfaat Penelitian. Setelah penelitian ini dilaksanakan, diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat secara praktis dan teoritis sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Manfaat dari penelitian ini adalah mendapatkan teori baru tentang menumbuhkan sikap Rasa ingin tahu,dan peduli lingkungan, dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik melalui model pembelajaran project based learning pada pembelajaran tematik. Selain itu, memberikan wawasan serta pemahaman guru dan peneliti terhadap kurikulum 2013 dan pembelajaran terpadu dapat dijadikan sebagai referensi dengan tujuan mengembangkan model pembelajaran khususnya dalam menumbuhkan sikap Rasa ingin tahu,dan peduli lingkungan, untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Serta diharapkan juga, hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai kajian teoritis pada penelitian yang relevan selajutnya. 2. Manfaat praktis Secara praktis, manfaat dari penelitian tersebut dapat di rasakan oleh berbagai pihak yang bersangkutan, diantaranya bagi peserta didik, guru, peneliti, dan sekolah. 1. Manfaat bagi peserta didik a. peserta didik akan memperoleh pengalaman pembelajaran tematik dalam kurikulum 2013 yang aktif, efektif, dan komunikatif sehingga dapat mendorong peserta didik untuk lebih giat dan menyenangi pembelajaran tematik yang terdapat beberapa mata pelajaran. b. Model pembelajaran project based learning dapat digunakan dalam menumbuhkan sikap Rasa ingin tahu,dan peduli lingkungan, peserta didik untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik, sehingga peserta didik mempunyai kompetensi intelektual dan keterampilan. 2. Manfaat bagi guru a. Memberikan informasi dan masukan yang berharga bagi guru sebagai upaya untuk mengembangkan dan menumbuhkan sikap Rasa ingin tahu,dan peduli lingkungan, peserta didik untuk meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran tematik. b. Sebagai perbandingan dalam menggunakan model pembelajaran yang tepat, efektif, dan efesien guna menumbuhkan sikap Rasa ingin tahu,dan peduli lingkungan, peserta didik untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. c. Guru memperoleh pengalaman dalam melaksanakan pembelajaran tematik melalui model pembelajaran project based learning. d. Sebagai masukkan untuk lebih meningkatkan keprofesionalan dalam mengajar. 3. Manfaat bagi peneliti a. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan peneliti dalam pembelajaran tematik SD, sehingga mampu menjadi seorang guru profesional. b. Menambah pengalaman secara langsung mengenai keadaan di lapangan sebenarnya. 4. Manfaat bagi sekolah a. Memberikan masukkan dalam rangka menumbuhkan sikap Rasa ingin tahu, dan peduli lingkungan, untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran tematik yaitu dengan penerapan model pembelajaran project basd learning. b. Memberikan masukan bagi sekolah dalam rangka meningkatkan kualitas sekolah dalam melakukan inovasi pembelajaran di sekolah dasar. 5. Manfaat bagi universitas Memperkaya khazanah keilmuan di lingkungan PGSD UNPAS, sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian sejenis, dan hasil penelitian ini dapat meningkatkan pedagogik dan kompetensi keprofesional guru. f). Definisi Operasional untuk menghindari terjadinya salah pengertian terhadap istilah-istilah yang terdapat dalam varabel penelitian ini, maka istilah-istilah tersebut kemudian didefinisikan sebagai berikut : 1. Model pembelajaran Project Based Learning Menurut Boss dan Kraus (2007) dalam Yunus Abidin (2014: 167) mendefinisikan: Project Based Learning sebagai sebuah model pembelajaran yang menekankan aktifitas siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan yang bersifat open-ended dan mengaplikasi pengetahuan mereka dalam mengerjakan sebuah proyek untuk menghasilkan sebuah prodik otentik tertentu 2. Pengertian Model Pembelajaran Project Based Learning Menurut Boss dan Kraus (2007: 167) mendefinisikan: Project Based Learning sebagai sebuah model pembelajaran yang menekankan aktifitas siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan yang bersifat open-ended dan mengaplikasi pengetahuan mereka dalam mengerjakan sebuah proyek untuk menghasilkan sebuah prodik otentik tertentu. Model pembelajaran ini lebih jauh dipandang sebagai sebuahh model pembelajaranyang sangat baik digunakan untuk mengembangkan motivasi belajar, meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, dan membiasakan siswa mendayagunakan kemampuan berfikir tinggi. 3. Nasoetion (Hadi dan Permata, 2010:3) berpendapat rasa ingin tahu adalah suatu dorongan atau hasrat untuk lebih mengerti suatu hal yang sebelumnya kurang atau tidak kita ketahui. Rasa ingin tahu biasanya berkembang apabila melihat keadaan diri sendiri atau keadaan sekeliling yang menarik. Peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa rasa ingin tahu peserta didik tumbuh pada saat kegiatan pembelajaran, yaitu peserta didik dapat menciptakan suasana kelas yang mengundang rasa ingin tahu, yaitu dengan mengajukan pertanyaan yang belum dimengerti sepenuhnya. Dengan demikian sikap Rasa ingin tahu pada peserta didik dapat dikatakan tumbuh dan berkembang. 4. Menurut Sue ( 2003 : 43) bahwa kepedulian lingkungan menyatakan sikap-sikap umum terhadap kualitas lingkungan yang diwujudkan dalam kesediaan diri untuk menyatakan aksi-aksi yang dapat meningkatkan dan memelihara kualitas lingkungan dalam setiap perilaku yang berhubungan dengan lingkungan. Oleh karena kepedulian dinyatakan dengan aksi-aksi, maka seseorang yang peduli lingkungan tidak hanya pandai membuat karya tulis tentang lingkungan, tetapi hasil karya tulis itu diwujudkan dalam tindakan yang nyata. Jika sesorang baru bisa menuangkan sikapnya dalam bentuk tulisan, hal ini belum bisa dikatakan sebagai orang yang bersikap peduli terhadap lingkungan. Peneliti dapat menarik kesimpulan sikap peduli lingkungan pada peserta didik disekolah yaitu seorang peserta didik mampu menciptakan situasi lingkungan kelas dan sekolah yang bersih, sehat dan nyaman.dan mampu menerapkannya dilingkungan sekitarnya BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kebijakan Pemerintah yang mendasari lahirnya Kurikulum 2013 a. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Menurut Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagian pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan Pendidikan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989, secara jelas disebutkan, Tujuan Pendidikan nasional, yaitu: “Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luuhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”. Secara singkat dikatakan bahwa tujuan pendidikan nasional ialah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, dengan ciri-ciri sebagi berikut: 1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 2. Berbudi pekerti luhur 3. Memiliki pengetahuan dan keterampilan 4. Sehat jasmani dan rohani 5. Kepribadian yang mantap dan mandiri 6. Bertanggung jawab terhadap masyarakat dan bangsa Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut: 1. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik. 2. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar. 3. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi disekolah dan masyarakat. 4. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan dan keterampilan. 5. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirici lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran. 6. Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasian (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti. 7. Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reirforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan ( organisasi horizontal dan vertikal). Adapun tujuan dari kurikulum 2013 adalah untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional. Pada dasarnya tidak ada satupun filosofis pendidikan yang digunakan secara spesifik untuk pengembangann kurikulum yang dapat menghasilkan manusia berkualitas. Berdasarkan hal tersebut, krikulum 2013 dikembangkan menggunakan filosofis sebagai berikut: 1. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan kurikulum 2013 dikembangkan beradasarkan budaya bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan untuk membangun kehidupan masa kini, dan untuk membangun dasar kehidupan bangsa yang lebih baik dimasa depan. Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan masa depan selalu menjadi kepedulian kurikulum, hal ini mengandung makna bahwa kurikulum adalah rancangan pendidikan untuk mempersiapkan kehidupan generasi muda bangsa. Dengan demikian, tugas mempersiapkan kehidupan generasi muda bangsa menjadi tugas utama suatu kurikulum. Untuk mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan peserta didik. Kurikulum 2013 mengembangkan pengalaman belajar yang memberikan kesempatan luas bagi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan masa kini dan masa depan, dan pada waktu bersamaan tetap mengembangkan kemampuan mereka sebagai pewaris budaya bangsa dan orang yang peduli terhadap permasalahan masyarakat dan bangsa masa kini. 2. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut pandangan filosofi ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di masa lampau adalah sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum untuk dipelajari peserta didik. Proses pendidikan adalah suatu proses yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi kemampuan berpikir rasional dan kecemerlangan akademik dengan memberikan makna terhadap apa yang dilihat, didengar, dibaca, dipelajari dari warisan budaya berdasarkan makna yang ditentukan oleh lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat kematangan psikologis serta kematangan fisik peserta didik. Selain mengembangkan kemampuan berpikir rasional dan cemerlang dalam akademik, Kurikulum 2013 memposisikan keunggulan budaya tersebut dipelajari untuk menimbulkan rasa bangga, diaplikasikan dan dimanifestasikan dalam kehidupan pribadi, dalam interaksi sosial di masyarakat sekitarnya, dan dalam kehidupan berbangsa masa kini. 3. Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektualdan kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini menentukan bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan pembelajaran adalah pembelajaran disiplin ilmu (essentialism). Filosofi ini mewajibkan kurikulum memiliki nama matapelajaran yang sama dengan nama disiplin ilmu, selalu bertujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kecemerlangan akademik 4. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik (experimentalismandsocial reconstructivism). Dengan filosofi ini, Kurikulum 2013 bermaksud untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi kemampuan dalam berpikir reflektif bagi penyelesaian masalah sosial di masyarakat, dan untuk membangun kehidupan masyarakat demokratis yang lebih baik. Dengan demikian, Kurikulum 2013 menggunakan filosofi sebagaimana di atasdalam mengembangkan kehidupan individu peserta didik dalam beragama, seni, kreativitas, berkomunikasi, nilai dan berbagai dimensi inteligensi yang sesuai dengan diri seorang peserta didik dan diperlukan masyarakat, bangsa dan ummat manusia. b. Permendikbud Nomor 54 tentang SKL Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan. Standar Kompetensi Lulusan terdiri atas kriteria kualifikasi kemampuan peserta didik yang diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya di satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Untuk mengetahui ketercapaian dan kesesuaian antara Standar Kompetensi Lulusan dan lulusan dari masing-masing satuan pendidikan dan kurikulum yang digunakan pada satuan pendidikan tertentu perlu dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala dan berkelanjutan dalam setiap periode. Hasil yang diperoleh dari monitoring dan evaluasi digunakan sebagai bahan masukan bagi penyempurnaan Standar Kompetensi Lulusan di masa yang akan data Tabel 2.1 Standar Kompetensi Lulusan SD / MI / SDLB / Paket A Dimensi Kualifikasi Kemampuan Sikap Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain. Pengetahuan Memiliki pengetahuan faktual dan konseptual berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain. Ketrampilan Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang produktif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang ditugaskan kepadanya. c. Permendikbud Nomor 64 tentang Standar Kompetensi Dalam usaha mencapai Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana telah ditetapkan untuk setiap satuan dan jenjang pendidikan, penguasaan kompetensi lulusan dikelompokkan menjadi beberapa Tingkat Kompetensi. Tingkat kompetensi menunjukkan tahapan yang harus dilalui untuk mencapai kompetensi lulusan yang telah ditetapkan dalam Standar Kompetensi Lulusan. Tingkat Kompetensi merupakan kriteria capaian Kompetensi yang bersifat generik yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada setiap tingkat kelas dalam rangka pencapaian Standar Kompetensi Lulusan. Tingkat Kompetensi terdiriatas 8 (delapan) jenjang yang harus dicapai oleh peserta didik secara bertahapdan berkesinambungan. Tingkat Kompetensi tersebut diterapkan dalam hubungannya dengan tingkat kelas sejak peserta didik mengikuti pendidikanTK/RA, Kelas I sampai dengan Kelas XII jenjang pendidikan dasar dan menengah. Tingkat Kompetensi TK/RA bukan merupakan prasyarat masukKelas I.Tingkat Kompetensi dikembangkan berdasarkan kriteria; (1) Tingkat perkembangan peserta didik, (2) Kualifikasi kompetensi Indonesia, (3)Penguasaan kompetensi yang berjenjang. Selain itu Tingkat Kompetensi juga memperhatikan; tingkat kerumitan/kompleksitas kompetensi, fungsi satuan pendidikan, dan keterpaduan antar jenjang yang relevan. Kompetensi yang bersifat generik mencakup 3 (tiga) ranah yakni sikap, pengetahuan dan keterampilan. Ranah sikap dipilah menjadi sikap spiritual dan sikap sosial. Pemilahan ini diperlukan untuk menekankan pentingnya keseimbangan fungsi sebagai manusia seutuhnya yang mencakup aspek spiritual dan aspek sosial sebagaimana diamanatkan dalam tujuan pendidikan nasional. Dengan demikian, Kompetensi yang bersifat generik terdiri atas 4 (empat) dimensi yang merepresentasikan sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Setiap Tingkat Kompetensi berimplikasi terhadap tuntutan proses pembelajaran dan penilaian. Hal ini bermakna bahwa pembelajaran dan penilaian pada tingkat yang sama memiliki karakteristik yang relatif sama dan memungkinkan terjadinya akselerasi belajar dalam 1 (satu) Tingkat Kompetensi. Selain itu, untuk Tingkat Kompetensi yang berbeda menuntut pembelajaran dan penilaian dengan fokus dan penekanan yang berbeda pula. Semakin tinggi Tingkat Kompetensi, semakin kompleks intensitas pengalaman belajar peserta didik dan proses pembelajaran serta penilaian d. Permendikbud Nomor 65 tentang Standar Proses Standar Proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan. Standar Proses dikembangkan mengacu pada StandarKompetensi Lulusan dan Standar Isi yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentan Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 Pasal 1 menyatakan, bahwa Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah selanjutnya disebut Standar Proses merupakan kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah untuk mencapai kompetensi lulusan, dan Pasal 2 Standar Proses sebagaimana dimaksud pada pasal 1 tercantum pada Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isimaka prinsip pembelajaran yang digunakan: 1. dari pesertadidik diberi tahu menuju pesertadidik mencari tahu; 2. dari guru sebagai satu-satunya sumber belajarmenjadi belajar berbasis aneka sumberbelajar; 3. dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah; 4. dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi; 5. dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu; 6. daripembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi; 7. daripembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif; 8. peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) Dan keterampilan mental (softskills); pembelajaran yang mengutamakan pembudayaandan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat; 10. pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani); 11. pembelajaranyang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat; 12. pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas. 13. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan 14. Pengakuan atas perbedaan individualdan latar belakang budaya peserta didik. Terkait dengan prinsip di atas, dikembangkan standar proses yang mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran. Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas“ menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas“ mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, menciptaKeterampilan diperoleh melalui aktivitas“ mengamati, menanya, mencobamenalarmenyaji, dan mencipta”.Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antarmata pelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). e. Permendikbud Nomor 66 tentang Penilaian Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Tentang standar penilaian pendidikan menyatakan: a) Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dilaksanakan berdasarkan standar penilaian pendidikan yan gberlaku secara nasional. b) Standar penilaian pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Standar Penilaian yang bertujuan untuk menjamin: a. perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian; b. pelaksanaan penilaian peserta didik secara profesional, terbuka, edukatif, efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya; dan c. pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan informatif. Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah, yang diuraikan sebagai berikut. 1. Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses,dan keluaran (output) pembelajaran. 2. Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang telah ditetapkan. 3. Penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian yang dilaksanakan untuk menilai keseluruhan entitas proses belajar peserta didik termasuk penugasan perseorangan dan/atau kelompok di dalam dan/atau di luar kelas khususnya pada sikap/perilaku dan keterampilan. 4. Ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik. 5. Ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk menilai kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar (KD) atau lebih. 6. Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 - 9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan tengah semester meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut. 7. Ulangan akhir semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua KD pada semester tersebut. 8. Ujian Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UTK merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UTK meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang merepresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut. 9. Ujian Mutu Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UMTK merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UMTK meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang merepresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut. 10. Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN merupakan kegiatan pengukuran kompetensi tertentu yang dicapai peserta didik dalam rangka menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan, yang dilaksanakan secara nasional. 11. Ujian Sekolah/Madrasah merupakan kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi di luar kompetensi yang diujikan pada UN, dilakukan oleh satuan pendidikan f. Permendikbud Nomor 67 tentang Struktur Kurikulum SD A. Kompetensi Inti Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga. Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut: 1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual; 2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial; 3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan 4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan. Uraian tentang Kompetensi Inti untuk jenjang Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 2.3 Kompetensi Inti Kelas I, II, dan III Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah KOMPETENSI INTI KELAS I KOMPETENSI INTI KELAS II KOMPETENSI INTI KELAS III 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya 2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru 2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru 2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangganya 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia Tabel 2.4 Kompetensi Inti Kelas IV, V, dan VI Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah KOMPETENSI INTI KELAS IV KOMPETENSI INTI KELAS V KOMPETENSI INTI KELAS VI 1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya 1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya. 1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya. 2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya 2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah air. 2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah air. 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain 3. Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati, menanya dan mencoba berdasarkan rasa ingin tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain 3. Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati, menanya dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain 4. Pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia 4. Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas, sistematis, logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia 4. Menyajikan pengetahuan factual dan konseptual dalam bahasa yang jelas, sistematis, logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia A. Mata pelajaran Berdasarkan kompetensi inti disusun matapelajaran dan alokasi waktu yang sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan. Susunan mata pelajaran dan alokasi waktu untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah sebagaimana tabel berikut. Tabel 2.5 Mata pelajaran Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah MATA PELAJARAN ALOKASI WAKTU PERMINGGU I II III IV V VI Kelompok A 1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 4 4 4 4 4 4 2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 5 5 6 5 5 5 3. Bahasa Indonesia 8 9 10 10 10 10 4. Matematika 5 6 6 6 6 6 5. Ilmu Pengetahuan Alam - - - 3 3 3 6. Ilmu Pengetahuan Sosial - - - 3 3 3 Kelompok B 1. Seni Budaya dan Prakarya 4 4 4 4 4 4 2. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 4 4 4 4 4 4 JUMLAH ALOKASI WAKTU PER MINGGU 30 32 34 36 36 36 Keterangan: a. Matapelajaran Seni Budaya dan Prakarya dapat memuat Bahasa Daerah. b. Selain kegiatan intrakurikuler seperti yang tercantum di dalam struktur kurikulum diatas, terdapat pula kegiatan ekstrakurikuler Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah antara lain Pramuka (Wajib), Usaha Kesehatan Sekolah, dan Palang Merah Remaja. c. Kegiatan ekstra kurikuler seperti Pramuka (terutama), Unit Kesehatan Sekolah, Palang Merah Remaja, dan yang lainnya adalah dalam rangka mendukung pembentukan kompetensi sikap sosial peserta didik, terutamanya adalah sikap peduli. Disamping itu juga dapat dipergunakan sebagai wadah dalam penguatan pembelajaran berbasis pengamatan maupun dalam usaha memperkuat kompetensi keterampilannya dalam ranah konkrit. Dengan demikian kegiatan ekstra kurikuler ini dapat dirancang sebagai pendukung kegiatan kurikuler. d. Matapelajaran Kelompok A adalah kelompok matapelajaran yang kontennya dikembangkan oleh pusat. Matapelajaran Kelompok B yang terdiri atas matapelajaran Seni Budaya dan Prakarya serta Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan adalah kelompok matapelajaran yang kontennya dikembangkan oleh pusat dan dilengkapi dengan konten lokal yang dikembangkan oleh pemerintah daerah. e. Bahasa Daerah sebagai muatan lokal dapat diajarkan secara terintegrasi dengan matapelajaran Seni Budaya dan Prakarya atau diajarkan secara terpisah apabila daerah merasa perlu untuk memisahkannya. Satuan pendidikan dapat menambah jam pelajaran per minggu sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan tersebut. f. Sebagai pembelajaran tematik terpadu, angka jumlah jam pelajaran per minggu untuk tiap matapelajaran adalah relatif. Guru dapat menyesuaikannya sesuai kebutuhan peserta didik dalam pencapaian kompetensi yang diharapkan. g. Jumlah alokasi waktu jam pembelajaran setiap kelas merupakan jumlah minimal yang dapat ditambah sesuai dengan kebutuhan peserta didik. h. Khusus untuk matapelajaran Pendidikan Agama di Madrasah Ibtidaiyah dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan yang ditetapkan oleh Kementerian Agama. i. Pembelajaran Tematik-Terpadu B. Beban Belajar Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti peserta didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun pembelajaran. 1. Beban belajar di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dinyatakan dalam jam pembelajaran per minggu. a. Beban belajar satu minggu Kelas I adalah 30 jam pembelajaran. b. Beban belajar satu minggu Kelas II adalah 32 jam pembelajaran. c. Beban belajar satu minggu Kelas III adalah 34 jam pembelajaran. d. Beban belajar satu minggu Kelas IV, V, dan VI adalah 36 jam pembelajaran. Durasi setiap satu jam pembelajaran adalah 35 menit. 2. Beban belajar di Kelas I, II, III, IV, dan V dalam satu semester paling sedikit 18 minggu dan paling banyak 20 minggu. 3. Beban belajar di kelas VI pada semester ganjil paling sedikit 18 minggu dan paling banyak 20 minggu. 4. Beban belajar di kelas VI pada semester genap paling sedikit 14 minggu dan paling banyak 16 minggu. 5. Beban belajar dalam satu tahun pelajaran paling sedikit 36 minggu dan paling banyak 40 minggu. c. Kompetensi Dasar Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu matapelajaran. Kompetensi dasar dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan kompetensi inti sebagai berikut: 1. Kelompok 1: kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka menjabarkan KI-1; 2. Kelompok 2: kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka menjabarkan KI-2; 3. Kelompok 3: kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI-3; dan 4. Kelompok 4: kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka menjabarkan KI-4. g. Permendikbud Nomor 81A tentang Implementasi Kurikulum 2013 Tahap pertama dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). 1. Hakikat RPP Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus. RPP mencakup: (1) data sekolah, matapelajaran, dan kelas/semester; (2) materi pokok; (3) alokasi waktu; (4) tujuan pembelajaran, KD dan indikator pencapaian kompetensi; (5) materi pembelajaran; metode pembelajaran; (6) media, alat dan sumber belajar; (6) langkah-langkah kegiatan pembelajaran; dan (7) penilaian. Setiap guru di setiap satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP untuk kelas di mana guru tersebut mengajar (guru kelas) di SD dan untuk guru matapelajaran yang diampunya untuk guru SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK. Pengembangan RPP dapat dilakukan pada setiap awal semester atau awal tahun pelajaran, dengan maksud agar RPP telah tersedia terlebih dahulu dalam setiap awal pelaksanaan pembelajaran. Pengembangan RPP dapat dilakukan secara mandiri atau secara berkelompok. Pengembangan RPP yang dilakukan oleh guru secara mandiri dan/atau secara bersama-sama melalui musyawarah guru MATA pelajaran (MGMP) di dalam suatu sekolah tertentu difasilitasi dan disupervisi kepala sekolah atau guru senior yang ditunjuk oleh kepala sekolah. 2. Prinsip-Prinsip Pengembangan RPP Berbagai prinsip dalam mengembangkan atau menyusun RPP adalah sebagai berikut. a. RPP disusun guru sebagai terjemahan dari ide kurikulum dan berdasarkan silabus yang telah dikembangkan di tingkat nasional ke dalam bentuk rancangan proses pembelajaran untuk direalisasikan dalam pembelajaran. b. RPP dikembangkan guru dengan menyesuaikan apa yang dinyatakan dalam silabus dengan kondisi di satuan pendidikan baik kemampuan awal peserta didik, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik. c. Mendorong partisipasi aktif peserta didik d. Sesuai dengan tujuan Kurikulum 2013 untuk menghasilkan peserta didik sebagai manusia yang mandiri dan tak berhenti belajar, proses pembelajaran dalam RPP dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mengembangkan motivasi, minat, rasa ingin tahu, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, semangat belajar, keterampilan belajar dan kebiasaan belajar. e. Mengembangkan budaya membaca dan menulis f. Proses pembelajaran dalam RPP dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan. g. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut. h. RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi. Pemberian pembelajaran remedi dilakukan setiap saat setelah suatu ulangan atau ujian dilakukan, hasilnya dianalisis, dan kelemahan setiap peserta didik dapat teridentifikasi. Pemberian pembelajaran diberikan sesuai dengan kelemahan peserta didik. i. Keterkaitan dan keterpaduan. j. RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI dan KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas matapelajaran untuk sikap dan keterampilan, dan keragaman budaya. k. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi l. RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi. 3. Komponen dan Sistematika RPP RPP paling sedikit memuat: (i) tujuan pembelajaran, (ii) materi pembelajaran, (iii) metode pembelajaran, (iv) sumber belajar, dan (v) penilaian.Komponen-komponen tersebut secara operasional diwujudkan dalam bentuk format berikut ini. Sekolah : Mata pelajaran : Kelas/Semester : Materi Pokok : Alokasi Waktu : A. Kompetensi Inti (KI) B. Kompetensi Dasar dan Indikator 1. _____________ (KD pada KI-1) 2. _____________ (KD pada KI-2) 3. _____________ (KD pada KI-3) Indikator: __________________ 3. _____________ (KD pada KI-4) Indikator: __________________ Catatan: KD-1 dan KD-2 dari KI-1 dan KI-2 tidak harus dikembangkan dalam indikator karena keduanya dicapai melalui proses pembelajaran yang tidak langsung. Indikator dikembangkan hanya untuk KD-3 dan KD-4 yang dicapai melalui proses pembelajaran langsung. C. Tujuan Pembelajaran D. Materi Pembelajaran (rincian dari Materi Pokok) E. Metode Pembelajaran (Rincian dari Kegiatan Pembelajaran) F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran 1. Media 2. Alat/Bahan 3. Sumber Belajar G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran 1. Pertemuan Kesatu: a. Pendahuluan/Kegiatan Awal (…menit) b. Kegiatan Inti (...menit) c. Penutup (…menit) 2. Pertemuan Kedua: a. Pendahuluan/Kegiatan Awal (…menit) b. Kegiatan Inti (...menit) c. Penutup (…menit), dan seterusnya. H. Penilaian 1. Jenis/teknik penilaian 2. Bentuk instrumen dan instrumen 3. Pedoman penskoran 2. Pembelajaran Tematik Terpadu Pembelajaran tematik terpadu atau integrated thematic instruction dekembangkan pertama kali pada awal tahun 1970-an. Belakangan ini diyakini sebagai salah satu model pembelajaran yang efektif (highly effective teaching model) karena mampu mewadahi dan menyentuh secara terpadu dimensi emosi, fisik dan akademik peserta didik didalam kelas atau dilingkungan sekolah. Pembelajaran tematik terpadu pada awalnya dikembangkan untuk anak-anak berbakat dan bertalenta belajar cepat, inipun sudah terbukti secara empiric berhasil memacu percepatan dan meningkatkan kapasitas memori peserta didik. Premis utama pembelajaran tematik terpadu peserta didik adalah memerlukan peluang-peluang tambahan (additional opportunities) untuk menggunakan talentanya, menyediakan waktu bersama yang lain utnuk secara cepat mengkonseptualisasi dan mensintesis. Pada sisi lain, pembelajaran tematik terpadu relevan untuk mengakomodasi perbedaan-perbedaan kualitatif lingkungan belajar. Pembelajaran tematik terpadu diharapkan mampu menginspirasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar. a. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran tematik terpadu berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami konsep materi yang tergabung dalam tema serta dapat menambah semangat belajar karena materi yang dipelajari merupakan materi yang nyata (kontekstual) dan bermakna bagi peserta didik. Sedangkan tujuan utama dari tematik terpadu ialah: 1) Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu; 2) Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi muatan pelajaran dalam tema yang sama; 3) Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; 4) Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengkaitkan berbagai muatan pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik; 5) Lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, seperti bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari pelajaran yang lain. 6) Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam konteks tema yang jelas; 7) Guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih dan atau
Item Type: | Thesis (Skripsi(S1)) |
---|---|
Subjects: | S1-Skripsi |
Divisions: | Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > PGSD 2014 |
Depositing User: | Iyas - |
Date Deposited: | 12 Jul 2016 03:27 |
Last Modified: | 12 Jul 2016 03:27 |
URI: | http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/5342 |
Actions (login required)
View Item |