PENERAPAN MODEL KOOPRATIF LEARNING TIPE STAD DALAM PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SD

ANDRIAS BUDI CAHYA, 105060055 (2016) PENERAPAN MODEL KOOPRATIF LEARNING TIPE STAD DALAM PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SD. Skripsi(S1) thesis, FKIP UNPAS.

[img] Text
1. Cover.docx

Download (29kB)
[img] Text
2. Lembar Pengesahan dn Keaslian Skripsi.docx

Download (19kB)
[img] Text
Abstrak, kt pngntar Daftar Isi.docx

Download (126kB)
[img] Text
bab I jadi.docx

Download (28kB)
[img] Text
bab II jadi.docx

Download (45kB)
[img] Text
bab III Jadi.docx
Restricted to Repository staff only

Download (70kB)
[img] Text
bab IV Jadi tanpa warna.docx
Restricted to Repository staff only

Download (177kB)
[img] Text
BAB V.docx
Restricted to Repository staff only

Download (19kB)
[img] Text
daftar pustaka.docx

Download (22kB)
[img] Text
RIWAYAT HIDUP.docx

Download (95kB)

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini berjudul “Penerapan Model Koopratif Learning Tipe STAD Dalam Pembelajaran IPA Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD”. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, menggunakan model pembelajaran koopratif learning tipe STAD. Kajian teori pada penelitian ini membahas tentang: (1) Pengertian belajar; (2) Pengertian model pembelajran; (3) Pengertian pembelajran kooperatif learning tipe STAD. (4) Hakikat ilmu pengetahuan alam; (5) Pembelajaran IPA di sekolah dasar; (6) Konsep materi pembelajaran bumi dan alam semesta. Metode yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan metode yang diadaptasi oleh Kemmis dan Mc Taggart yang didalamnya terdiri dari empat tahap yaitu; (1) tahap Perencanaan; (2) tahap Tindakan; (3) tahap Observasi; dan (4) tahap Refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajran kooperatif learning tipe STAD ternyata dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif learning tipe STAD, siswa mengalami peningkatan motivasi dan hasil belajar. hal ini dapat dilihat pada lembar angket motivasi siswa dan nilai rata-rata ketuntasan belajar siswa kelas 5 yang terus meningkat yaitu: Motivasi siswa pada siklus I bernilai 3,25 pada siklus II bernilai 3,62 dan pada siklus III bernilai 3,74. Sementara pada hasil belajar siswa pada siklus I diperoleh persentase ketuntasan sebesar 28,8%, pada siklus II meningkat menjadi 45,23% dan pada siklus III meningkat kembali menjadi 90,99%. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif learning tipe STAD pada pelajaran IPA dengan materi bumi dan alam semesta dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Kata Kunci: model pembelajaran kooperatif learning tipe STAD, motivasi belajar, hasil Belajar, bumi dan alam semesta. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan pembangunan suatu negara bukan hanya dilihat dari segi pembangunan fisiknya saja, akan tetapi juga meliputi pembangunan fisik dan mental sumber daya manusia yang ada di negara tersebut. Pembangunan gedung-gedung bertingkat sebagai sarana penunjang kegiatan perekonomian tidak akan berarti jika tidak didukung dengan adanya manusia cerdas serta berakhlak tinggi untuk mengelolanya. Manusia adalah modal utama bagi keberhasilan suatu negara menuju gerbang kesuksesan. Maka dari itu pemerintah membuat pondasinya dengan undang-undang sisdiknas No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dalam Muhammad Khairunnas, (2011): Pasal 1 Ayat 1 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Lebih lanjut dijelaskan pula dalam pasal 1 ayat 2 “pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman”. Dilihat dari uraian di atas maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa fungsi pendidikan adalah menyiapkan peserta didik. Makna dari kata menyiapkan peserta didik adalah bahwa pada dasarnya peserta didik belum siap, tetapi perlu disiapkan dan sedang menyiapkan dirinya sendiri. Sebagai acuan guru dalam menyiapkan peserta didik, guru berpedoman pada kurikulum. Sementara Rudi Gunawan (2011:37) menjelaskan kurikulum adalah: “seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. Berdasarkan Undang-Undang no 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional pasal 36 ayat (2) dalam Rudi Gunawan (2011: 37) Ditegaskan bahwa: “Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diverivikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik” (KTSP). Selain mengacu pada kurikulum dalam pembelajaran guru juga haruslah mampu memotivasi siswa dalam belajar. Motivasi yang benar dalam belajar akan meningkatkan kualitas pendidikan. Seiring dengan meningkatnya kualitas pendidikan, maka akan dihasilkan manusia-manusia berpendidikan tinggi yang pada akhirnya berperan besar dalam perkembangan pembangunan suatu negara. Karena setiap manusia pastinya akan mendapat pendidikan, baik itu pendidikan formal yang diperoleh di sekolah maupun pendidikan nonformal yang diperoleh di bimbingan ataupun di lingkungan hidupnya. Kedua lingkup pendidikan ini (formal maupun nonformal) seharusnya mampu memberikan motivasi yang benar bagi manusianya. Pemberian motivasi dari tenaga pendidik, dalam hal ini yang dimaksud adalah guru kepada anak didik, yang berlangsung dalam interaksi yang melibatkan proses komunikasi. Hal ini senada dengan UU No 20/2003, Pasal I Ayat 20 “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Komunikasi yang baik akan menghasilkan pembelajaran yang baik dan pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mampu mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan dan diharapkan mampu memberikan perubahan bagi peserta didik baik dalam aspek sikap, keterampilan dan pengetahuan. Karena pada hakikatnya tugas seorang guru adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah Undang-Undang No 14 Tahun 2005 Pasal 1 Ayat 1. Namun tidak selamanya pembelajaran itu memberikan perubahan pada semua ranah (kognitif, afektif dan psikomotor) atau tidak sesuai dengan Undang-Undang No 14 Tahun 2005 Pasal 4 tentang “Kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional”. Akan tetapi hal ini tergantung pada kondisi dan keadaan guru yang bersangkutan dalam membelajarkan peserta didiknya sehingga mampu memberikan perubahan pada ketiga ranah tersebut. Adapun aspek-aspek yang menjadikan pembelajaran itu tidak mampu mencapai tujuan antara lain Dari sisi guru: 1. menggunakan model pembelajaran ekspositori dan metode pembelajaran yang sering digunakan pada mata pelajaran IPA adalah metode ceramah, hal tersebut tidak selamanya salah, hanya saja dalam beberapa hal akan membuat siswa cepat bosan, dan berdampak pada menurunnya motivasi belajar siswa. 2. Guru kurang inovatif dalam mengemas pembelajaran. 3. Guru terlihat kurang bersemangat dalam mengajar sehingga membuat siswanya tidak bergairah untuk mengikuti pembelajaran Dari sisi murid 1. banyak murid kurang termotifasi, kurang aktif dalam proses pembelajaran dengan ciri-ciri; tidak mengajukan pertanyaan dari materi yang diajarkan, tidak memberikan jawaban atas pertanyaan guru, kurangnya perhatian murid terhadap materi yang dijelaskan guru. 2. Dari hasil evaluasi terhadap mata pelajaran IPA kelas V menunjukan hasil nilai rata-rata dibawah KKM. Kriteria Ketuntasan Minimal mata pelajaran IPA pada kelas V SDN Pasirmunding 2 tahun ajaran 2013/2014 adalah 7,00. Dari 46 siswa yang hadir di ketahuai sejumlah 42 anak masih memperoleh nilai di bawah KKM tersebut. Dari sekolah 1. Meskipun dalam administrasi sekolah, siswa SD kelas V SDN Pasir Munding II berjumlah 47 orang, dan dibagi kedalam dua kelas yang terdidri dari kelas A berjumlah 25 orang dan kelas B berjumlah 22 orang, akan tetapi karena keterbatasan ruangan, pada pelaksanaan pembelajarannya, kelas VA dan kelas VB digambung dalam satu kelas sehingga dalam satu kelasnya itu berjumlah 47 siswa, hal ini menjadikan pembelajaran kurang efektif dan tidak optimal. 2. Kurangnya sarana dan prasarana ( media pembelajaran ) untuk menunjang pembelajaran bumi dan alam semesta. Berdasarkan informasi yang telah didapat saat proses belajar mengajar mata pelajaran IPA pada murid kelas V SDN Pasirmunding 2, maka salah satu pemecahan masalah yang dapat dilakukan oleh guru adalah dengan merubah model pembelajaran yang digunakan yaitu dengan model pembelajaran Cooprative learning tipe STAD. Beberapa alasan penggunaan model pembelajaran Cooprative learning tipe STAD pada mata pelajaran IPA kelas V SDN Pasirmunding 2, Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur antara lain : 1) Memberikan inovasi dan perubahan model pembelajaran dalam pembelajaran IPA, untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa 2) dengan pembelajaran Cooprative learning tipe STAD membantu murid agar dapat melakukan pembelajaran bermakna Berdasarkan alasan di atas, maka peneliti merasa tertarik sekaligus melatar belakangi penulis untuk mengkaji lebih dalam tentang pembelajaran Cooprative learning tipe STAD terkait dengan upaya meningkatkan motifasi dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA untuk siswa kelas V SDN Pasirmunding 2 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut. 1. Hasil belajar IPA tentang bumi dan alam semesta belum mencapai nilai KKM 2. Pembelajaran berpusat pada guru ( teacher centered) sehingga siswa pasif dalam kegiatan pembelajaran. 3. Penggunaan model dan metode pembelajaran yang kurang inovatif membuat motivasi belajar siswa rendah C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan batasan masalah di atas, maka rumusan masalahnya yaitu: 1. Bagaimana perencanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran Cooprative learning tipe STAD pada materi bumi dan alam semesta di kelas V SDN Pasirmunding 2 ? 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran Cooprative learning tipe STAD pada materi bumi dan semesta dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Pasirmunding 2 ? 3. Bagaimana hasil belajar siswa kelas V SDN Pasirmunding 2 dengan menggunakan model pembelajaran Cooprative learning tipe STAD dalam pembelajaran IPA mengenai bumi dan alam semesta? 4. Bagaimana motivasi belajar siswa kelas V SDN Pasirmunding 2 dengan menggunakan model pembelajaran Cooprative learning tipe STAD dalam pembelajaran IPA mengenai bumi dan alam semesta? 5. Bagaimana nilai kelompok siswa dengan menggunakan model pembelajaran Cooprative learning tipe STAD dalam pembelajaran IPA mengenai bumi dan alam semesta? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Secara umum tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui sejauh mana peranan model pembelajaran Cooprative learning tipe STAD untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas V SDN Pasirmunding 2 dalam pembelajaran IPA pada pokok bahasan bumi dan alam semesta. 2. Tujuan khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Menyusun RPP dengan menerapkan model koopratif learning tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang Bumi dan alam semesta di kelas V SDN Pasirmunding 2 2) Melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model koopratif learning tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang Bumi dan alam semesta di kelas V SDN Pasirmunding 2. 3) Mengetahui sejauh mana peningkatan hasil belajar siswa dengan menerapkan model Student Teams Achievement Divisions (STAD) 4) Mengetahui respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model Student Teams Achievement Divisions (STAD) E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini dapat ditinjau dari dua segi, yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat praktis 1. Manfaat teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pendidik dalam upaya meningkatkan motivasi dan prestasi belajar IPA siswa kelas V SD dengan penggunaan model pembelajaran yang kreatif, inovatif dan menyenangkan yaitu salah satunya bisa menggunakan model pembelajaran koopratif learning tipe STAD 2. Manfaat praktis a. Bagi guru dapat memberikan informasi mengenai salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA guna meningkatkan kompetensi guru. b. Bagi siswa dapat membantu meningkatkan motifasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA c. Bagi Sekolah Dasar memberikan gagasan baru untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswanya. d. Bagi Kampus Universitas Pasundan jurusan PGSD akan menambah wawasan bagi mahasiswa untuk menghadapi profesi sebagai guru SD kelak dan menjadi sumber referensi bagi para mahasiswa. F. Definisi Operasional 1. Meningkatkan Kata “meningkatkan” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kata kerja dengan arti antara lain : Menaikkan, mempertinggi, memperhebat, dan memegahkan diri. Sedangkan menurut Moeliono seperti yang dikutip Sawiwati, peningkatan adalah sebuah cara atau usaha yang dilakukan untuk mendapatkan keterampilan atau kemampuan menjadi lebih baik. Berdasarkan kedua pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa didalam makna meningkatkan tersirat adanya unsur proses yang bertahap dari tahap terendah, tahap menengah, dan tahapa akhir atau tahap puncak. 2. Motivasi Menurut Hull (dalam Dimyati dan Mudjiono. 2006, h. 82) mengatakan, bahwa Motivasi merupakan dorongan berkembang untuk memenuhi kebutuhan organisme dalam keberlangsungan hidupnya untuk menjadi lebih baik. Jadi secara garis besar motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik) 3. Hasil belajar Horward Kingsley (dalam Nana Sujana. 2011, h. 22) menyatakan “Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Hasil belajar ini mencakup perubahan prilaku yang meliputi sikap, keterampilan dan pengetahuan yang bersatu menjadi suatu kesatuan yang utuh dalam diri individu setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran. 4. Model pembelajaran Agus Suprijono (2009, h. 45) menyatakan bahwa model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran. 5. Model pembelajaran koopratif learning Anita Lie (2008, h. 28 ) menyatakan bahwa koopratif learning adalah suatu kegiatan pembelajaran dengan sistem gotong royong yang menuntut semua siswa untuk dapat terlibat didalamnya. 6. Model pembelajaran koopratif learning tipe STAD Mifathul Huda (2013, h. 201) menyatakan bahwa koopratif tipe STAD adalah pembelajaran kelompok kecil siswa, dengan kemampuan akademik yang berbeda-beda saling bekerja sama untuk menyelesaikan tujuan pembelajaran. Tidak hanya secara akademik tetapi siswa juga dikelompokan secara beragam berdasarkan jenis kelamin, ras, dan etnis. Setelah pengelompokan dilakukan selanjutnya ada empat tahap yang harus dilakukan, yakni pengajaran, tim studi tes dan rekognisi. a) Pengajaran Pada tahap pengajaran ini guru menyajikan materi pelajaran, biasanya dengan format ceramah-diskusi. Pada tahap ini siswa diajarkan tentang apa yang mereka pelajari dan mengapa pelajaran tersebut penting. b) Tim Studi Pada tahap ini anggota kelompok bekerja secara koopratif untuk menyelesaikan lembar kerja dan lembar jawaban yang telah disediakan oleh guru c) Tes Pada tahap ujian, setiap siswa secara individual menyelasaikan kuis. Guru men-score kuis tersebut dan mencatat perolehan hasilnya saat itu serta hasil kuis pada pertemuan sebelumnya. Hasil dari tes individu akan diakumulasikan untuk skor tim mereka. d) Rekognisi Setiap tim atau kelompok menerima penghargaan bergantung pada nilai skor rata-rata tim. Misalnya, kelompok-kelompok yang memperoleh poin peningkatan dari 15 hingga 19 poin akan menerima sertifikat sebagai TIM BAIK, tim yang memperoleh rata-rata poin peningkatan dari 20 hingga 24 akan menerima sertifikat TIM HEBAT, sementara tim yang memperoleh poin 25 hingga 30 akan menerima sertifikat sebagai TIM SUPER. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian belajar Kita mungkin sering mendengar kata belajar, dan kata belajar ini merupakan kata yang begitu familiar terdengar di telinga kita, namun tidak sedikit orang yang beranggapan bahawa belajar ini hanya berdampak pada perubahan pengetahuan tanpa dibarengi dengan adanya perubahan sikap dan prilaku. Berikut ini akan dibahas pengertian dari kata belajar oleh para ahli. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan dalam diri seserang dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilan dan kemampuannya,daya reaksinya, daya penerimaannya, dan lain-lain aspek yang ada pada individu. (Nana Sudjana, 2011, hal.16) Sedangkan belajar menurut Slameto adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. (Slameto, 2003, hal.2) Sedangkan pengertian belajar yang lebih plastis seperti yang dikemukakan oleh Dimyati Mahmud (1990, hal.59) yakni : 1). Menemukan pemecahan yang asli, atau berpikir ; 2). Mengingat ; 3). Menjadi efisien menerapkan pemecahan masalah itu terhadap suatu problem, atau membentuk kebiasaan. Sementara menurt Walker oleh Pamoengkas bersumber dari internet http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2325458-pengertian-belajar/ Pada tgl 22 mei 2014 pukul 6.25 WIB mengemukakan arti belajar dengan kata-kata yang singkat yakni “Perubahan perbuatan sebagai akibat dari pengalaman”. Definisi yang singkat dan sederhana ini tampaknya mencakup segala sesuatu yang diinginkan dalam pengertian belajar. Ini jelas mencakup pengertian dan variabilitas-variabilitas yang merupakan syarat mutlak bagi tiap-tiap perubahan dari perbuatan. Selain itu Walker menggunakan susunan kata “perubahan perbuatan” berlawanan dengan “perbaikan perbuatan”yang lebih banyak digunakan, sebab dalam belajar orang akan memperoleh baik kebiasaan-kebiasaan yang buruk maupun kebiasaan-kebiasaan yang baik. Belajar merupakan usaha yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan pengalaman dari bahan yang dipelajari dan adanya perubahan dalam diri seseorang baik itu pengetahuan, keterampilan, maupun sikap dan tingkah lakunya. Belajar menurut angaapan sementara orang adalah proses yang terjadi dalam otak manusia. Saraf dan sel-sel otak yang bekerja dan mengumpulkan semua yang dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dan lain-lain, lantas disusun oleh otak sebagai hasil belajar. Itulah sebabnya, orang tidak bisa belajar jika fungsi otaknya terganggu. Secara singkat dan umum, belajar dapat diartikan sebagai “perubahan perilaku yang relatif tetap sebagai hasil adanya pengalaman”. Pengertian belajar memang selalu berkaitan dengan perubahan, baik yang meliputi keseluruhan tingkah laku individu maupun yang hanya terjadi pada beberapa aspek dari kepribadian individu. Perubahan ini dengan sendirinya dialami tiap-tiap individu atau manusia, terutama hanya sekali sejak manusia akan dilahirkan. Sejak saat itu, terjadi perubahan-perubahan dalam arti perkembangan melalui fase-fasenya. Dan karena itu pula, sejak saat itu berlangsung proses belajar. Satu definisi lagi yang perlu dikemukakan disini yaitu yang dikemukakan oleh Howard L. Kingsley (dalam bukunya Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono yang berjudul Psikologi Belajar, 2003, hal.127) menyatakan bahwa Learning is the process by which behavior (in the broader sense) is originated or changed through practice or training. Belajar adalah proses di mana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. Dari sekian banyak pengertian tentang belajar peneliti menyimpulkan “belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang secara sadar untuk dapat memperoleh pengetahuan yang dibutuhkannya, dan berharap dapat memberikan perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap, keterampilan dan kebiasaan yang lebih baik. Namun tidak semua kegiatan belajar itu memberikan hal yang positif, adakalanya kegiatan belajar itu memberikan konstribusi yang negatif, tergantung bagaimana seseorang membelajarkan dirinya, atau tergantung pada guru yang mengajarinya. 2. Pengertian model pembelajaran Menurut Sukamto dkk (dalam Trianto 2007, hal.5) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Jenis model pembelajaran diantaranya model pembelajaran kontekstual, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran pemecahan masalah, model pembelajaran Quantum, dan model Pembelajaran Tematik. Masing-masing mempynyai prinsip sendiri, yang jenis model pembelajaran diharapkan mampu menghasilkan prestasi belajar yang unggul dan berdaya saing. Adapula Menurut Dodo Suhendar dan Beni Setiawan (2008, hal.12) dalam bukunya yang berjudul persiapan bagi guru dalam jabatan “model pembelajaran merupakan suatu cara mengajar yang sifatnya umum yang dipilih dan ditetapkan untuk menyajikan bahan keilmuan atau pengetahuan supaya tindakan guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk peserta didik dalam menerima bahan keilmuan dengan mudah dan baik. Sementara Riyanto dalam tukiran dkk (2012,hal.1) berpendapat “Model pembelajaran adalah seperangkat komponen yang telah dikombinasikan secara optimal untuk kualitas pembelajaran”. Lebih lanjut Agus Suprijono (2009, hal.45) menyatakan “model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran maupun tutorial”. Jadi dapat disimpulkan model pembelajaran adalah pola atau rancangan yang digunakan untuk menyususn kurikulum, mengatur materi dan memberi petunjuk kepada guru dikelas. Sebuah model pembelajaran yang digunakan sebaiknya harus mendorong siswa untuk belajar dengan mendayagunakan potensi yang mereka miliki secara optimal. Belajar yang diharapkan bukan sekedar mendengar, memperoleh atau menyerap informasi yang disampaikan guru tapi harus menyentuh kepentingan siswa secara mendasar. Belajar juga harus dimaknai sebagai kegiatan pribadi siswa dalam menggunakan potensi pikiran dan nuraninya. Baik terstruktur maupun tidak terstruktur unatuk memperoleh pengetahuan, membangun sikap dan memiliki keterampilan tertentu. Sementara menurut Joyce dan Weil oleh Desi Wulandari bersumber dari internet http://mtk2012unindra.blogspot.com/2012/10/definisi-model-pembelajaran-menurut.html Pada tgl 30 mei 2014 pukul 6.50 WIB mengemukakan bahwa setiap model belajar mengajar atau model pembelajaran harus memiliki empat unsur berikut: 1) Sintak (syntax) yang merupakan fase-fase (phasing) dari model yang menjelaskan model tersebut dalam pelaksanaannya secara nyata (Joyce dan Weil, 1986, hal.14). Contohnya, bagaimana kegiatan pendahuluan pada proses pembelajaran dilakukan? Apa yang akan terjadi berikutnya? 2) Sistem sosial (the social system) yang menunjukkan peran dan hubungan guru dan siswa selama proses pembelajaran. Kepemimpinan guru sangatlah bervariasi pada satu model dengan model lainnya. Pada satu model, guru berperan sebagai fasilitator namun pada model yang lain guru berperan sebagai sumber ilmu pengetahuan. 3) Prinsip reaksi (principles of reaction) yang menunjukkan bagaimana guru memperlakukan siswa dan bagaimana pula ia merespon terhadap apa yang dilakukan siswanya. Pada satu model, guru memberi ganjaran atas sesuatu yang sudah dilakukan siswa dengan baik, namun pada model yang lain guru bersikap tidak memberikan penilaian terhadap siswanya, terutama untuk hal-hal yang berkait dengan kreativitas. 4) Sistem pendukung (support system) yang menunjukkan segala sarana, bahan, dan alat yang dapat digunakan untuk mendukung model tersebut Dari begitu banyak pemaparan yang ada tentang pengertian model pembelajaran peneliti menyimpulkan makna dari kata model pembelajaran secara garis besar adalah “cara seseorang untuk mengemas dan menyajikan pembelajaran yang terencana, dan tersusun secara sistematis, dan mengacu pada suatu konsep tertentu guna memperoleh hasil pembelajaran yang optimal”. 3. Pengertian pembelajran kooperatif learning tipe STAD Pembelajaran kooperatif learning tipe STAD merupakan salah satu model pembelajaranya yang terstruktur dan sistematis, dimana kelompok–kelompok kecil bekerjasama untuk mencapai tujuan–tujuan bersama. Cooper dan Heinich (dalam Nur Asma 2006, hal.12) menjelaskan bahwa: pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagi metode pembelajaran yang melibatkan kelompok-kelompok kecil yang heterogen dan murid bekerja sama untuk tujuan-tujuan dan tugas-tugas akademik bersama, sambil bekerja sama, belajar keterampilan-keterampilan kolaboratif dan sosial. Slavin (dalam Tukiran dkk 2012,hal.64) menyatakan bahwa koopratif learning tipe STAD merupakan Pembelajaran dimana siswa di tempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat atau lima siswa yang merupakan campuran dari kemampuan akademik yang berbeda, sehingga dalam setiap kelompok terdapat siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah atau variasi jenis kelamin, kelompok ras dan etnis atau kelompok sosial lainnya. Lebih lanjut Isjoni (dalam Tukiran dkk 2012, hal.64) koopratif learning tipe STAD adalah “model pembelajaran yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa utnuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Kemudian Kunandar (2009, hal.364) menyatakan bahwa koopratif tipe STAD adalah Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Setiap kelompok mempunyai anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuannya. Tiap anggota kelompok menggunakan lembar kerja akademik, kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui Tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok. Tiap kelompok diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada kelompok yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan. Selanjutnya menurut ARIZT (dalam Harlina, 2008 : 7) menyatakan koopratif learning tipe STAD adalah “ Pembelajaran kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 atau 5 orang siswa, setiap kelompok akan bekerjasama dan saling membantu dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru”. Menurut Iskandar (2009: 128) koopratif learning tipe STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas. Terdapat lima komponen utama yaitu : presentasi kelas, kerja tim, kuis, memberikan evaluasi dan penghargaan individu. Mifathul Huda (2013, hal.201) menyatakan bahwa koopratif tipe STAD adalah pembelajaran kelompok kecil siswa, dengan kemampuan akademik yang berbeda-beda saling bekerja sama untuk menyelesaikan tujuan pembelajaran. Tidak hanya secara akademik tetapi siswa juga dikelompokan secara beragam berdasarkan jenis kelamin, ras, dan etnis. Setelah pengelompokan dilakukan selanjutnya ada empat tahap yang harus dilakukan, yakni pengajaran, tim studi tes dan rekognisi Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif learning tipe STAD ini adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas dan interaksi siswa untuk saling memotivasi dan membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai hasil yang maksimal melalui kerja tim atau kelompok, yang mana dalam setiap kelompoknya terdapat tutor sebaya untuk membantu teman-temanya dalam memahami materi pelajaran yang diajarkannya. 4. Hakikat ilmu pengetahuan alam Ilmu pengetahuan alam (IPA) lahir dari rasa ingin tahu manusia dalam merespon gejala-gejala atau fenomena-fenomena alam. Istilah IPA itu sendiri sebenarnya baru muncul pada abad ke-17, setelah sebelumnya ada kecendrungan perbedaan pendapat dalam hal memandang alam, yang pada mulanya hanya ditinjau dari filsafat, lalu kemudian ada juga yang meninjau dari segi ilmu pengetahuan. Manusia mempunyai rasa ingin tahu mengenai benda-benda di sekelilingnya, alam sekitarnya, bulan, bintang, matahari bahkan tubuh dirinya sendiri. Rasa ingin tahu yang terus berkembang dan seolah-olah tanpa batas telah menimbulkan perbendaharaan pada manusia itu sendiri. Hal ini tidak saja menimbulkan kebutuhan- kebutuhan praktis untuk hidupnya sendiri seperti bertani, berternak, membuat teknologi sampai pada perkembangan yang menyangkut keindahan. Hal ini membuat para ahli dapat mengartikan IPA ini kedalam beberapa definisi: Ilmu Alam bahasa Inggris: natural science (dalam Cartono –Yusuf,2010, hal.7) istilah yang digunakan dalam merujuk pada rumpun ilmu dimana obyeknya adalah benda-benda alam dengan hukum-hukum yang pasti dan umum, berlaku kapan dan dimanapun. Sains (science) diambil dari kata latin scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan. Sund dan Trowbibge merumuskan bahwa sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses. Sedangkan Kuslan Stone menyatakan sains adalah kumpulan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan (“real science is both product and process, inseparably joint”) IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler dalam Rachma Dinna dikutip dari internet http://dinong-ejepeh.blogspot.com/2013/04/makalah-hakikat-ipa-semester-2.html Pada tanggal 30 Mei 2014 pukul 21.55 WIB mengatakan bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil obervasi dan eksperimen. menurut Srini M. Iskandar oleh hetty Rusyanti bersmber dari internet http://teoriku.blogspot.com/2013/03/pengertian-ilmu-pengetahuan-alam-ipa.html pada tanggal 22 Mei 2014 pukul 20.25 WIB mengatakan “Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia yang luas yang didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistematik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori dan hipotesa” Menurut Richard P. Feyman (dalam Cartono –Yusuf,2010,hal.9) mengatakan IPA adalah pengetahuan yang dikembangkan dan dibangun oleh diri sendiri, berdasarkan pengalaman sendiri, IPA itu sebenarnya tidak di ajarkan melainkan dibangun oleh diri sendiri, oleh karena itu IPA harus dapat mengembangkan rasa ingin tahu yang besar, rasa percaya diri, dapat bertindak arif, dan bijaksana serta dapat menggunakan akal sehatnya Menurut Maslichah Asy'ari oleh hetty Rusyanti bersmber dari internet http://teoriku.blogspot.com/2013/03/pengertian-ilmu-pengetahuan-alam-ipa.html pada tanggal 22 Mei 2014 pukul 20.25 WIB mengatakan “IPA adalah pengetahuan manusia tentang alam yang diperoleh dengan cara yang terkontrol. Penjelasan ini mengandung maksud bahwa IPA selain menjadi produk juga sebagai proses. IPA sebagai produk yaitu pengetahuan manusia dan. sebagai proses yaitu bagaimana mendapatkan pengetahuan tersebut. Secara Operasional menurut Indrawati dalam (Cartono-Yusuf ,2010, hal.47) sains memilik makna: 1) sekumpulan pengetahuan, 2) suatu proses pencarian, 3) suatu sarana pengembangan nilai- nilai, 4) Suatu sarana untuk mengenal dunia, 5) Suatu sarana untuk mengembangkan hubungan sosial, 6) Suatu hasil konstruksi manusia, 7) Bagian dari kehidupan manusia. Dari makna-makna tersebut, sering kita menyimpulkan bahwa IPA pada hakikatnya terdiri atas produk, proses dan nilai atau sikap yang kemudian kita kenal dengan istilah hakikat IPA. a. IPA sebagai produk: merujuk pada sekumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep, prinsip, teori, dan hukum. Contoh fakta: air mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah Contoh konsep: energy, air, tumbuhan, massa, gaya. Dari kesemuanya itu didefinisikan. b. IPA sebagai proses: Hal ini merujuk pada proses-proses pencairan sains yang dilakukan para ahli sering disebut science as the prosess of inquiry. IPA memiliki suatu metode yang dikenal dengan scientific method atau metode ilmiah, yang meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1) Mengenal dan merumuskan masalah. 2) Mengumpulkan data. 3) Melakukan percobaan atau penelitian. 4) Melakukan pengukuran. 5) Menyimpulkan. 6) Mengkomunikasikan pengetahuan atau melporkan hasil penemuan. Untuk melakukan metode ilmiah diperlukan sejumlah keterampilan sains yang sering disebut science processes skills. Proses sains meliputi mengamati, mengklasifikasi, memprediksi, mencari hubungan, mengukur, mengkomunikasikan, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, mengontrol variabel, menginterpretasikan data, menyimpulkan. c. IPA sebagai Sikap/ hasil: Selain menggunakan metode ilmiah, para ilmuan IPA perlu memiliki sifat ilmiah ( scientific attitudes ), Agar hasil yang dicapainya itu sesuai dengan harapanya. Sikap-sikap tersebut antara lain: 1) Obyektif terhadap fakta atau kenyataan, artinya bila sebuah benda menurut kenyataannya berbentuk bulat, maka secara jujur ia akan melaporkan bahwa benda tersebut berbentuk bulat. Dia berusaha untuk tidak dipengaruhi oleh perasaannya. 2) Tidak tergesa-gesa didalam mengambil kesimpulan atau keputusan. Maksudnya bila peneliti belum cukup data yang dikumpulkan untuk menunjang mengambil kesimpulan, maka peneliti tidak akan tergesa-gesa menarik kesimpulan. 3) Berhati terbuka: maksudnya bersedia mempertimbangkan pendapat atau penemuan orang lain, sekalipun pendapat atau penemuan orang lain bertentangan dengan pendapat dan hasil penemuannya sendiri. 4) Dapat membedakan antara fakta dan pendapat. Fakta dan pendapat adalah dua hal yang berbeda. Fakta adalah sesuatu yang ada, terjadi dan dapat diamati. Sedangkan pendapat adalah hasil dari berfikir seseorang yang tidak didukung dengan fakta. 5) Bersikap tidak memihak suatu pendapat tertentu tanpa alasan yang didasarkan atas fakta. 6) Tidak mendasarkan kesimpulan atas prasangka. 7) Tidak percaya akan tahayul 8) Tekun dan sabar dalam memecahkan masalah. 9) Bersedia mengkomunikasikan dan mengumumkan hasil penemuannya untuk diselidiki, dikritik dan disempurnakan. 10) Dapat bekerja sama dengan orang lain. 11) Selalu ingin tahu tentang apa, mengapa, dan bagaimana dari suatu masalah atau gejala yang dijumpainya. 5. Pembelajaran IPA di sekolah dasar Dari uraian di atas Sains adalah ilmu pengetahuan yang mempunyai Obyek, menggunakan metode Ilmiah sehingga perlu diajarkan di Sekolah Dasar. Setiap guru harus paham akan alasan mengapa sains perlu diajarkan di sekolah dasar. Ada berbagai alasan yang menyebabkan satu mata pelajaran itu dimasuk ke dalam kurikulum suatu sekolah. Usman Samatowa (2006,hal.2) menegemukakan empat Alasan sains dimasukan dikurikulum Sekolah Dasar yaitu: a. Bahwa sains berfaedah Bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu dipersoalkan panjang lebar. Kesejahteraan materil suatu bangsa banyak sekali tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang sains, sebab sains merupakan dasar teknologi, sering disebut-sebut sebagai tulang punggung pembangunan. Pengetahuan dasar untuk teknologi ialah sains. Orang tidak menjadi Insinyur elektronika yang baik, atau dokter yang baik, tanpa dasar yang cukup luas mengenai berbagai gejala alam. b. Bila diajarkan sains menurut cara yang tepat, maka sains merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis; misalnya sains diajarkan dengan mengikuti metode "menemukan sendiri". Dengan ini anak dihadapkan pada suatu masalah; umpamanya dapat dikemukakan suatu masalah demikian". Dapatkah tumbuhan hidup tanpa daun?" Anak diminta untuk mencari dan menyelidiki hal ini. c. Bila sains diajarkan melalui percobaan -percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak. maka sains tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka. d. Mata pelajaran ini mempunyai: nilai – nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk keprbadian anak secara keseluruhan. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Carin dan Sund ( dalam cartono – yusuf 2010, hal .69 ) mengatakan untuk mencairkan kebekuan pembelajaran IPA di kelas, haruslah memberikan arahan bagaimana semestinya sains diajarkan di sekolah dasar seperti: a. Menyiapkan siswa agar dapat menggunakan sains dan teknologi dalam memahami dan memperbaiki kehidupan sehari-hari. b. Menyiapkan siswa agar dapat menggunakan sains dan teknologi dalam menghadapi isu-isu sosial yang berhubungan dengan sains. c. Menanamkan dalam diri siswa keingin tahuan alam sekitar, serta dapat memahami penjelasan-penjelasan ilmiah tentang fenomena alam. d. Menanamkan kesadaran dan pengertian akan hakikat sains sebagai program internasional e. Menanamkan pengertian akan adanya hubungan yang erat antara sains dan teknologi Lebih lanjut Connor ( dalam cartono – yusuf 2010, hal.70) mengatakan “pendidikan sains untuk sekolah dasar harus secara konsisten berorientasi pada: perkembangan keterampilan proses, pengembangan konsep, aplikasi dan isu sosial yang berdasar pada sains. Hal lain juga yang perlu disadari oleh para pendidik dan calon pendidik bahwa sains dalam pendidikan dasar tidak boleh terlepas dari pendidikan teknologi. Jika pendidikan sains ditujukan untuk mendorong siswa agar mampu menjelaskan hasil observasi mengenai lingkungan sekitar; maka pendidikan teknologi bertujuan untuk memberi siswa cara-cara memberi nilai tambah terhadap benda-benda yang ada dilingkunag sekitar serta memberikan cara-cara berurusan dengan kehidupan modern yang kompleks. Keberhasilan menghubungkan pendidikan sains dan pendidikan teknologi dapat meningkatkan dan mengembangkan proses berfikir yang meliputi keterampilan mengumplkan informasi, memecahkan masalah dan mengambil kesimpulan. 6. Konsep pembelajaran materi pokok bumi dan alam semesta Menurut Danielson dalam Sumardi (2009:132) mengemukakan bahwa tata surya terdiri atas matahari, planet-planet dan satelitnya, meteoroid, komet, dan debu-debu planet. Planet-planet itu adalah Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto. Agung Mulyo ( 2008, hal. 29 ) menyatakan “Matahari adalah sebuah bintang, dan merupakan sebuah pusat dari tatasurya yang jaraknya dari bumi adalah 149.500.000 KM”. Wujudnya berupa gas pijar berbentuk bola dengan massa 332.000 kali masa bumi temperature pada intinya lebih dari 25.000.000.°C, sedangkan pada permukaannya sekitar 6.000 °C. Matahari berotasi pada kutubnya dengan periode antara 24-26 hari, sedangkan pada ekuatornya 34-37 hari di bumi. Hakim-ma’mur ( 1999, hal. 8 ) menyatakan “struktur interior matahari tentunya tidak bisa diamati secara langsung dari bumi, tetapi dapat dibangun dengan landasan fisis dan matematika melalui pemodelan yang menggunakan perhitungan rumit dengan bantuan computer mutakhir dan canggih”. Lebih lanjut Hakim-ma’mur menjelaskan bahwa dimatahari terjadi beberapa fenomena diantaranya: a. Granulasi: bulir-bulir dengan diameter 700-1000 KM. Bagian antar granulasi yang relatif lebih gelap memiliki temperature sekitar 200-300°K lebih rendah dari pusat granulasi yang terang. Sama halnya dengan buih-buih yang muncul ke permukaan air yang sedang mendidih, granulasi merupakan bukti hantaran energi dari dalam matahari yang berlangsung secara konvektif. b. Plages: bagian terang pada piringan matahari jika diamati pada daerah panjang gelombang merah. c. Filament: bagian gelap pada piringan matahari jika diamati pada daerah panjang gelombang merah. d. Prominensa: filament yang tampak di tepi royeksi piringan matahari ke bidang langit. Diartikan sebagai lontaran membuang keluar dari permukaan matahari dan hanya dapat tampak dari bumi jika terjadi di tepi piringan matahari. e. Bintik matahari: bintik-bintik yang relatif gelap dibanding dengan rata-rata matahari. Temperature pada bintik matahari sekitar 2000°K. Kala hidup bintik matahari ini dapat mencapai beberapa bulan. Jumlah bintik matahari bervariasi dengan siklus 11,2 tahun dan diketahui berkaitan erat dengan tingkat aktivitas matahari. f. Flare: letupan besar yang mendadak terjadi di sekitar daerah bintik matahari. Kala ledakannya berkisar antara 20 menit hingga 3 jam. Letupan ini melontarkan sejumlah besar materi dan energi dari permukaan matahari Bumi adalah sebuah planet yang terdapat di galaksi bima sakti (milky way). Bumi ini adalah satu-satunya planet di galaksi bima sakti yang cocok ditempati oleh mahluk hidup ( manusia, hewan dan tumbuhan ). Bumi melakukan berbagai macam gerakan, yaitu gerak rotasi, revolusi, presesi, dan nutasi. Akibat rotasi bumi antara lain gerak semu harian benda-benda langit, bumi pepat pada kedua kutubnya, pergantian siang dan malam, dan pembagian daerah waktu. Kita mengenal tiga daerah waktu di Indonesia, yaitu Waktu Indonesia Barat, Waktu Indonesia Tengah, Waktu Indonesia Timur. Sumber daya alam yang berada di bumi terdiri dari yang dapat diperbaharui (yaitu: tumbuhan dan hewan) serta sumber daya alam yang tidak dapt diperbaharui (yaitu: mineral, batubara, minyak bumi dan gas alam). Cara menjaga dan merawat bumi adalah dengan mengelolanya dengan baik dan benar, contoh tidak mengeksploitasi kekayaan alam, menanam hutan yang gundul, meminimalisir penggunaan AC, kendaraan bermotor dan lain-lain. Danielson dalam Sumardi (2009:130) menjelaskan bahwa kedudukan bulan terhadap matahari dan bumi mengakibatkan adanya fase-fase bulan selama bulan mengelilingi bumi. Pada saat fase bulan baru mungkin terjadi gerhana matahari, sedangkan pada fase bulan purnama mungkin terjadi gerhana bulan. Gerhana tidak terjadi setiap bulan karena bidang edar bulan membentuk sudut kira-kira 5 terhadap bidang ekliptika. Gaya gravitasi bulan dan matahari terhadap bumi menimbulkan pasang surut air laut. Ketika bulan berada pada fase baru atau fase purnama terjadilah pasang purnama. Ketika bulan berada pada fase kurter terjadilah pasang perbani. Sebagian besar planet mempunyai satelit; hanya merkurius dan venus yang tidak mempunyai satelit. Saat ini ada tiga planet yang ditemukan memilki cincin, yaitu Jupiter, Saturnus, dan Uranus. Asteroid diketemukan berdasarkan hukum Bode, perhitungan metematika dan pengamatan. Sebagian besar asteroid mempunyai lintasan di antara lintasan Mars dan lintasan Jupiter. Komet adalah anggota tata surya yang muncul dalam tata surya secara periodik. Komet terdiri dari inti, koma, ekor, dan awan sferis hidrogen. Sedangkan dalam astronomi dibedakan pengertian meteorid, meteor, dan meteorit. Meteor merupakan bendanya, meteor adalah peristiwa berkelibatnya cahaya karena meteorid terbakar ketika memasuki atsmosfer bumi. Sedangkan sisa meteorid yang tidak habis terbakar dan jatuh di bumi disebut meteorid (Hartman dalam Sumardi, 2009:128). B. Hasil Penelitian Terdahulu Yang Sesuai Dengan Penelitian 1. Hasil penelitian terdahulu oleh Eneng Esti Ismawati 2010 (Universitas Pendidikan Indonesia) Dalam skripsinya yang berjudul, “Upaya meningkatkan motivasi belajar siswa menlalui pembelajaran koopratif tipe STAD”. Penelitian ini dilatar belakangi oleh hasil kajian dan pengamatan di kelas V SDN 2 Lembang yang menunjukan bahwa pembelajaran IPS secara verbal melalui kegiatan ceramah sehingga siswa merasa bosan dan jenuh untuk mengikuti proses pembelajaran. Hal ini mengakibatkan rendahnya motivasi belajar yang berakibat pada hasil belajar yang mereka peroleh. Metode penelitian ini yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas dengan model spiral dari Stephen Kemmis dan Mc.Taggart yang dilaksanakan pada tiga siklus tindakan. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu tahap perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Penelitian ini terdiri dari 18 orang siswa laki-laki dan 12 orang siswa perempuan. Pengumpulan data dilakukan dengan lembar observasi untuk memperoleh data tentang motivasi belajar siswa. Dari hasil penelitian diperoleh data tentang persentase motivasi belajar siswa lewat tes hasil belajar yang mengindikasikan pada motivasi belajar siswa yaitu: pada siklus I 45% yang mencapai nilai KKM, pada siklus II meningkat menjadi 55,6% dan pada siklus III meningkat kembali menjadi 77,2% yang mencapai nilai KKM. Dari hasil tes tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi belajar siswa meningkat dilihat dari hasil belajar siswa yang mengindikasikan pada motivasi belajar siswa dan keantusiasan siswa dalam pembelajaran. 2. Hasil penelitian terdahulu oleh Citra Amalia Zaskia tahun 2012 ( Universitas Pasundan ) Dalam skripsinya yang berjudul, “meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran IPS materi pokok mengenal cara-cara menghadapi bencana alam dengan menggunakan model pembelajaran koopratif learning tipe STAD kelas V SDN Cibeunying kota Bandung”. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 3 siklus. Setiap tindakan meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi atau pengamatan dan refleksi dengan tujuan memperbaiki kualitas pembelajaran agar diperoleh hasil belajar yang optimal. Berdasarkan pengamatan dan refleksi yang dilaksanakan maka, diperoleh data sebagai berikut: dari siklus I hasil tes individu adalah 20% yang mencapai KKM, siklus II menunjukan peningkatan menjadi 56,6% yang mencapai KKM, dan dari siklus III terjadi peningkatan hasil tes individu yang signifikan menjadi 94%. Jadi dari data yang telah dipaparkan di atas dengan penerapan model pembelajaran koopratif learning tipe STAD dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari perolehan persentasi motivasi dan hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan disetiap siklusnya. Berdasarkan hasil penelitian ini saya menganjurkan kepada semua guru diseluruh dunia untuk menggunakan model pembelajaran yang variatif dan inovatif salah satunya bisa dengan menggunakan model pembelajaran koopratif learning tipe STAD. Hal ini bertujuan untuk menghindari menurunnya motivasi dan hasil belajar siswa, karena siswa yang belajar dengan model pembelajaran yang begitu-begitu saja lambat laun akan mengalami penurunan dalam segi motivasi belajar, dan berdampak pada hasil belajar yang minim. Dengan adanya perubahan model pembelajaran yang dikemas semenarik mungkin hal ini terbukti dapat menanggualangi permasalahan pada menurunnya motivasi dan hasil belajar siswa. C. Kerangka Pemikiran Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap pembelajaran IPA tentang Sumber daya alam dengan menggunakan model pembelajaran koopratif learning tipe STAD, oleh Citra Amalia Zaskia telah membuktikan bahwa secara umum Pembelajaran yang dilakukan dengan gaya itu-itu saja ( monoton ) penggunaan metode dan modelnya akan sulit untuk meraih pembelajaran yang baik. Karena semakin hari siswa akan merasa semakin bosan dengan penggunaan model dan metode seperti itu, hal itu berdampak pada motivasi siswa yang kurang baik dalam belajar, mengakibatkan rasa malas dan bosan dalam belajar dan berdampak dengan kegagalan dalam proses pembelajaran. Hal ini terlihat pada hasil belajar siswa yang ketika diadakan evaluasi, siswa yang memperoleh nilai diatas KKM hanya 42% dan sisanya 58% masih dibawah KKM. Lalu diadakanlah inovasi dalam pembelajaran IPA ini dengan menggunankan model pembelajaran koopratif learning tipe STAD. Hal ini terbukti efektif dan memuaskan dengan mencapai 100% siswa memahami tentang pembelajaran yang diajarkannya dengan 3 siklus PTK. Dari kasus tersebut penelitipun yakin dengan apa yang terjadi pada siswa kelas V SDN Pasirmunding 2 dalam pembelajaran IPA tentang bumi dan alam semesta, siswanya merasa bosan dan jenuh dengan gaya belajar yang terus-terusan monoton dan berdampak pada menurunnya minat belajar siswa, yang mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran IPA ini. Dengan demikian maka kiranya kami perlu menggunakan model pembelajaran yang inovatif, dengan menerapkan model pembelajaran koopratif learning tipe STAD pada pelajaran IPA tentang bumi dan semesta, hal ini bertujuan agar motivasi dan prestasi belajar siswa menjadi lebih baik dan optimal sehingga tercapailah dari tujuan pembelajaran IPA ini Adapun gambaran kerangka berfikir untuk penelitian ini adalah sebagai berikut : Gambar 2.1 kerangka berpikir pada penelitian tindakan kelas Sumber Kunandar (2008:276) D. Asumsi Dan Hipotesis 1. Asumsi Model pembelajaran koopratif learning tipe STAD merupakan model pembelajaran yang inofatif dan interaktif, dimana siswa dituntut untuk dapat terlibat langsung dalam sebuah pembelajaran, dengan memberikan tugas kepada siswanya untuk melakukan pembelajaran secara mandiri dan proses pembelajaran berpusat pada siswa. sehingga memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa, sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh ausubel, “bahwa pembelajaran yang berhasil itu adalah pembelajaran yang memberikan kesan positif dan bermakna untuk para siswanya”. Asumsi dari tindakan penelitian ini adalah untuk mencapai tujuan pembelajaran yang di muat dalam kurikulum bahwa diperlukan adanya suatu model pembelajaran yang harus digunakan seorang guru dalam menyampaikan pembelajaran. 2. Hipotesis Berdasarkan data-data dan ilmu yang telah diperoleh kami berhipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini jika pembelajaran IPA pada materi bumi dan alam semesta di kelas V SDN pasirmunding 2 dengan menggunakan model pembelajaran koopratif learning tipe STAD, maka motifasi dan hasil belajar siswa akan meningkat sesuai dengan yang di harapkan.

Item Type: Thesis (Skripsi(S1))
Subjects: S1-Skripsi
Divisions: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > PGSD 2014
Depositing User: Iyas -
Date Deposited: 25 Jul 2016 15:08
Last Modified: 25 Jul 2016 15:08
URI: http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/6444

Actions (login required)

View Item View Item