PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN NILEM PADA SUBTEMA KEBERAGAMAN BUDAYA BANGSAKU

IRMA RISMAYANTI, 105060283 (2016) PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN NILEM PADA SUBTEMA KEBERAGAMAN BUDAYA BANGSAKU. Skripsi(S1) thesis, FKIP UNPAS.

[img] Text
Cover Skripsi.doc

Download (160kB)
[img] Text
Lembar Pengesahan.doc

Download (25kB)
[img] Text
Motto dan Persembahan.doc

Download (24kB)
[img] Text
Lembar Pernyataan.doc

Download (25kB)
[img] Text
Abstrak Indonesia.doc

Download (29kB)
[img] Text
Abstrack English.docx

Download (18kB)
[img] Text
Kata Pengantar.doc

Download (37kB)
[img] Text
Daftar Isi.doc

Download (50kB)
[img] Text
Bab I Pendahuluan.doc

Download (27kB)
[img] Text
Lanjutan Bab I.doc

Download (65kB)
[img] Text
Bab II Kajian Pustaka.doc

Download (26kB)
[img] Text
Lanjutan Bab II.doc

Download (405kB)
[img] Text
Bab III Metode Penelitian.doc
Restricted to Repository staff only

Download (35kB)
[img] Text
Lanjutan Bab III.doc
Restricted to Repository staff only

Download (399kB)
[img] Text
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan.doc
Restricted to Repository staff only

Download (30kB)
[img] Text
Lanjutan Bab IV.doc
Restricted to Repository staff only

Download (28MB)
[img] Text
Bab V Kesimpulan dan Saran.doc
Restricted to Repository staff only

Download (30kB)
[img] Text
Lanjutan Bab IV.doc
Restricted to Repository staff only

Download (49kB)
[img] Text
Daftar Pustaka.doc

Download (27kB)
[img] Text
Lanjutan Daftar Pustaka.doc

Download (33kB)
[img] Text
Riwayat Hidup.doc

Download (85kB)

Abstract

ABSTRAK Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah pembelajaran masih bersifat monoton dan kurangnya aktivitas belajar siswa yang hanya melibatkan beberapa orang saja. Sehingga mempengaruhi pada hasil belajar. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, penulis melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam rangka meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada subtema keberagaman budaya bangsaku dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada pembelajaran tematik. Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan. Dalam masing-masing tindakan terjadi secara berulang. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari pengamatan, pendahuluan/perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV C SDN Nilem tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 29 orang terdiri dari 14 siswa perempuan dan 15 orang siswa laki-laki. Dari hasil penelitian yang dilakukan, menunjukkan adanya peningkatan aktivitas dan hasil pada setiap siklusnya. Pada siklus I, aktivitas belajar siswa mencapai 71,06% dengan kategori cukup. Pada siklus II, persentase aktivitas belajar siswa meningkat menjadi 77,89% dengan kategori baik. Dan pada siklus III, persentase aktivitas belajar meningkat menjadi 83,69% dengan kategori baik. Sedangkan pada hasil belajar yang meliputi ranah afektif, pada siklus I persentasenya mencapai 67%. Pada ranah kognitif, persentase mencapai 51,85%. Dan pada ranah psikomotor, persentase mencapai 68,75%. Pada siklus II, hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Pada ranah afektif, persentasenya meningkat menjadi 76,5%. Sedangkan pada ranah kognitif, persentasenya mencapai 82,14%. Dan pada ranah psikomotor, persentasenya mencapai 80%. Pada siklus III, hasil belajar mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada ranah afektif persentasenya 83,25%. Sedangkan pada ranah kognitif, persentasenya mencapai 100%. Dan pada ranah psikomotor, persentasenya 82,5%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Nilem pada subtema keberagaman budaya bangsaku. Kata kunci : Aktivitas Belajar, Hasil Belajar dan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan secara umum merupakan upaya dalam mempengaruhi individu agar berkembang menjadi manusia yang lebih baik. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara”. Untuk dapat mengembangkan potensi manusia menjadi lebih baik tersebut, diperlukan suatu wadah yaitu Sekolah. Sekolah dasar merupakan jenjang pertama dalam pendidikan. Menurut Piaget dalam Wahyudin (2010: 143), anak usia sekolah dasar berada pada periode operasional konkret (7-12 tahun). Pada tahap ini anak mulai berpikir dari hal-hal yang konkret ke hal-hal yang abstrak. Pada tahun pelajaran 2014-2015 sekarang, jenjang pendidikan sekolah dasar pembelajarannya tidak lagi menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 yang hanya menekankan kepada aspek kognitif saja dan pembelajarannya masih bersifat parsial (per mata pelajaran) melainkan mulai diterapkannya Kurikulum 2013. Didalam kurikulum 2013 ini, pembelajaran menggunakan pembelajaran tematik. Dimana tidak ada lagi pemisahan antar mata pelajaran, melainkan sudah digabungkannya beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Dan aspek yang lebih ditekankannya pun adalah pada aspek afektif atau sikap. Jika pada kurikulum KTSP 2006 kebanyakan siswa hanya duduk diam dengar catat saja. Karena memang pembelajaran masih berpusat kepada guru (teacher center), lain halnya dengan kurikulum 2013 ini. Pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru, akan tetapi sudah berpusat kepada siswa (student center). Siswa menjadi aktif dan ikut terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Dimana dalam hal ini pembelajaran akan lebih bermakna. Sehingga, materi yang diajarkan akan bertahan lama dimemori siswa. Lain halnya ketika siswa pasif atau hanya menerima materi dari guru, ada kecenderungan mereka mudah melupakan apa yang telah diajarkan. Jika siswa sudah memahami materi yang diajarkan, maka akan berdampak pada hasil belajar siswa yang lebih baik. Hasil belajar sangat ditentukan oleh aktivitas yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas belajar sangat diperlukan. Tidak akan ada pembelajaran tanpa adanya aktivitas. Karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat, maka berbuat untuk mengubah sesuatu tersebut memerlukan kegiatan yang dinamakan aktivitas. Jika aktivitas belajar mencapai maksimum, maka hasil belajarnya pun akan maksimum juga. Aktivitas belajar terbagi menjadi beberapa jenis. Menurut Dierich yang dikutip Hamalik (1980: 288-209) dalam Hanafiah (2009: 24-25), aktivitas belajar dibagi kedalam delapan kelompok yaitu: (1) Kegiatan-kegiatan visual, yaitu membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati oranglain bekerja atau bermain; (2) Kegiatan-kegiatan lisan (oral) yaitu mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi dan interupsi; (3) Kegiatan-kegiatan mendengarkan, yaitu mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, atau mendengarkan radio; (4) Kegiatan-kegiatan menulis, yaitu menulis cerita, menuis laporan, memriksa karangan, bahan-bahan copy, membuat outline atau rangkuman, dan mengerjakan tes, serta mengisi angket; (5) Kegiaan-kegiatan menggambar, yaitu menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta, dan pola; (6) Kegiatan-kegiatan metrix, yaitu melakukan percobaan, memilih-memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, serta menari dan berkebun; (7) Kegiatan-kegiatan mental, yaitu merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan; dan (8) Kegiatan-kegiatan emosional, yaitu minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Pada kanyataannya, SDN Nilem Bandung di tahun ajaran baru bulan juli nanti baru akan menerapkan kurikulum 2013. Sehingga penulis akan melakukan sebuah penelitian untuk mencoba menerapkan kurikulum 2013 pada kelas IV. Berdasarkan hasil observasi yang telah penulis lakukan di kelas IV SDN Nilem, masih banyak siswa yang aktivitas belajarnya kurang. Sehingga mempengaruhi pada hasil belajarnya. Pembelajaran masih bersifat monoton dan aktivitas belajar hanya melibatkan beberapa orang saja. Siswa yang aktivitas belajarnya kurang, masih merasa malu untuk dapat beraktivitas. Sehingga mereka hanya memperhatikan sebagian teman mereka yang aktif terlibat langsung dalam pembelajaran. Bahkan cenderung lebih mengandalkan temannya tersebut. Selain itu, sebagian siswa yang kurang dalam aktivitas belajarnya merasa jenuh dan tidak ada ketertarikan untuk belajar. Guru merupakan orang paling bertanggung jawab untuk melaksanakan pembelajaran di kelas. Baik tidaknya proses pembelajaran disuatu kelas bergantung kepada kemampuan guru dalam melakukan pengajaran secara profesional. Berhasil atau tidaknya pembelajaran yang dilakukan guru dapat dilihat dari proses dan hasil yang dicapai. Oleh karena itu, guru perlu menguasai semua kompetensi dan harus memperhatikan berbagai hal lain diluar kompetensinya sebagai guru yaitu dalam penggunaan alat bantu (media pembelajaran), sumber pembelajaran, metode dan model pembelajaran yang diterapkan dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian, untuk dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Nilem tersebut, salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan mengubah model pembelajarannya. Model pembelajaran yang sesuai dengan paradigma baru pendidikan, yaitu model pembelajaran inovatif yang berorientasi konstruktivistik. Dimana dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan memaksimalkan hubungan antara komponen pembelajaran dan ketertarikan siswa, sehingga pembelajaran tidak monoton dan siswapun tidak merasa jenuh. Adapun salah satu model pembelajaran yang memungkinkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing. Menurut Putra (2013: 96), model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah pendekatan inkuiri saat guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan kepada suatu diskusi. Dimana guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Melihat permasalahan di atas, penulis akan melakukan sebuah penelitian dalam rangka meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik dalam penelitian yang berjudul “Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Nilem Pada Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku”. B. Identifikasi Masalah Sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran, diperlukan perbaikan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Salah satu perbaikan tersebut adalah penggunaan model pembelajaran yang tepat. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan salah satu model pembelajaran yang dianggap tepat untuk dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Nilem. Model pembelajaran yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing. Penulis berharap dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing ini, aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Nilem pada subtema keberagaman budaya bangsaku akan meningkat dan lebih baik. Dari permasalahan yang ditemukan, maka penulis mengidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut. 1. penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat; 2. kurangnya aktivitas belajar siswa; 3. belum diterapkannya pembelajaran tematik di kelas tinggi. C. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah: “Apakah terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Nilem dalam pembelajaran subtema keberagaman budaya bangsaku dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing?” Agar penelitian ini lebih terarah, maka rumusan masalah di atas dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut. 1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran sesuai Permendikbud No. 65 Tahun 2013 menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing disusun agar aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Nilem pada subtema keberagaman budaya bangsaku meningkat? 2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dilaksanakan agar aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Nilem pada subtema keberagaman budaya bangsaku meningkat? 3. Adakah peningkatan aktivitas belajar siswa kelas IV SDN Nilem pada subtema keberagaman budaya bangsaku setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing? 4. Adakah peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SDN Nilem pada subtema keberagaman budaya bangsaku setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing? D. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah, maka ruang lingkup masalah hanya akan dibatasi sebagai berikut. 1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing menurut Sanjaya; 2. aktivitas belajar yang diukur yaitu aktivitas visual, aktivitas lisan (oral), aktivitas mendengarkan, aktivitas menulis, aktivitas metrix dan aktivitas emosional; 3. hasil belajar yang diukur yaitu hasil belajar afektif, kognitif, dan psikomotor menurut Standar Kompetensi Lulusan (SKL) kelas IV kurikulum 2013. E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Nilem pada subtema keberagaman budaya bangsaku. 2. Tujuan Khusus Secara khusus, tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. a. Untuk menyusun perencanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing agar aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Nilem pada subtema keberagaman budaya bangsaku meningkat; b. untuk menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing agar aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SDN NILEM pada subtema keberagaman budaya bangsaku meningkat; c. untuk mengetahui adakah peningkatan aktivitas belajar siswa IV SDN Nilem pada subtema keberagaman budaya bangsaku setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing; d. untuk mengetahui adakah peningkatan hasil belajar siswa IV SDN Nilem pada subtema keberagaman budaya bangsaku setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian tindakan kelas ini terbagi menjadi dua yaitu: 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Sehingga mendapatkan hasil belajar yang baik serta memperoleh pengetahuan untuk bekal di lingkungan masyarakat. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa, hasil penelitian ini diharapkan: 1) dapat membangun sikap percaya diri dan terbuka terhadap hasil temuannya; 2) dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa terhadap materi yang diajarkan; 3) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa baik dalam bidang kognitif maupun fisik; 4) dapat menumbuhkan motivasi dan hasil belajar siswa; 5) dapat menjadikan pembelajaran lebih bermakna. b. Bagi Guru, hasil penelitian ini diharapkan: 1) dapat memperbaiki kinerja guru dalam mengajar pembelajaran tematik terpadu kurikulum 2013; 2) dapat menjadi bahan masukan dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dengan karaktersitik siswa dan kondisi lingkungan belajar; 3) dapat mengetahui kemampuan guru dalam menyusun dan melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan scientific. c. Bagi Sekolah, hasil penelitian ini diharapkan: 1) dapat dijadikan acuan dalam rangka perbaikan pembelajaran tematik terpadu kurikulum 2013 2) dapat meningkatkan kualitas atau mutu sekolah melalui prestasi siswa dan kinerja guru d. Bagi Peneliti, hasil penelitian ini diharapkan: 1) dapat memperluas wawasan dan pengetahuan dalam memecahkan persoalan yang terjadi dalam proses pembelajaran di sekolah dasar khususnya dalam penggunaan model pembelajaran tematik terpadu kurikulum 2013; 2) dapat memberikan pengalaman yang berharga bagi peneliti. Sehingga peneliti dapat mengetahui berbagai macam model pembelajaran yang dapat diterapkan di sekolah dasar khususnya dalam pembelajaran tematik terpadu kurikulum 2013. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing a. Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada dasarnya, selama proses belajar dengan inkuiri terbimbing siswa akan memperoleh pedoman sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap awal, guru banyak memberikan bimbingan. Kemudian pada tahap-tahap berikutnya, bimbingan tersebut dikurangi sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri secara mandiri. Model pembelajaran inkuiri menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri. Siswa betul-betul ditempatkan sebagai subjek belajar. Siswa didorong untuk mencari pengetahuan sendiri, bukan dijejali dengan pengetahuan. Model komunikasi yang digunakan pada model pembelajaran ini bukan komunikasi satu arah. Menurut Herdian dalam Putra (2013: 96), inkuiri terbimbing adalah pendekatan inkuiri saat guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan kepada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Pendapat lain diungkapkan oleh Hanafiah (2009: 77) yang menyatakan bahwa: ”Inkuiri Terbimbing adalah pelaksanaan discovery dan inquiri yang dilakukan atas petunjuk dari guru. Keduanya, dimulai dari pertanyaan inti, guru mengajukan berbagai pertanyaan yang melacak, dengan tujuan untuk mengarahkan peserta didik ke titik kesimpulan yang diharapkan. Selanjutnya, siswa melakukan percobaan untuk membuktikan pendapat yang dikemukakannya”. Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah model pembelajaran yang memaksimalkan siswa untuk dapat menyelesaikan masalah, dimana guru memberikan pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk berfikir dan guru memberikan bimbingan pada setiap tahapnya. Kemudian siswa menarik kesimpulan dari apa yang telah dikerjakannya. Model pembelajaran inkuiri terbimbing ini digunkan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar. Dengan pendekatan ini, siswa belajar lebih berorientasi kepada bimbingan dan petunjuk dari guru, sehingga ia mampu memahami konsep-konsep pelajaran. Pada pendekatan tersebut, siswa akan dihadapkan kepada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan, baik melalui diskusi kelompok maupun individual, agar bisa menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri. Peranan guru dalam pendekatan inkuiri adalah narasumber, dan fasilitator belajar. Tugas utama guru adalah memilih masalah untuk diberikan kepada kelas untuk dipecahkan oleh siswa sendiri. Dalam setiap tahapannya guru senantiasa membimbing siswa. Bimbingan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multiarah yang menggiring siswa agar bisa memahami konsep pelajaran yang dipelajari. Selain itu, bimbingan dapat pula diberikan melalui lembar kerja siswa yang terstruktur. b. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Inkuiri terbimbing Strategi pembelajaran inkuiri berangkat dari asumsi bahwa sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui indra pengecapan, pendengaran, penglihatan, dan indra-indra lainnya. Hingga dewasa keingintahuan manusia secara terus-menerus berkembang dengan menggunakan otak dan pikirannya. Model pembelajaran ini memiliki beberapa ciri. Menurut Sanjaya (2006: 196-197), ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri. Diantaranya adalah sebagai berikut. 1) Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. 2) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipercayakan, sehingga diaharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan demikian, strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. 3) Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam startegi pembelajaran inkuiri siswa tak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Dari beberapa ciri yang diuraikan, model pembelajaran inkuiri sejatinya lebih mengarah siswa untuk dapat melakukan pengamatan atau melakukan penelitian. Dimana siswa mencari dan menemukan sendiri pengetahuannya agar dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Dalam hal ini peranan guru tidak begitu signifikan. Guru lebih banyak memantau atau dengan kata lain berperan sebagai fasilitator yang memfasilitasi siswa untuk dapat belajar mandiri dan sebagai motivator yang memberi motivasi kepada siswa agar selalu bersemangat untuk belajar mandiri. Aktivitas pembelajaran menjadi aktif manakala terjadi interaksi antara guru dengan siswa melalui berbagai pertanyaan yang diberikan. Dengan demikian pembelajaran tidak akan terasa membosankan, menjenuhkan dan siswa pun benar-benar menjadi subjek belajar yang memegang peranan yang sangat dominan dalam pembelajaran. Dan guru pun senantiasa membimbing dan mengarahkan siswa kepada masalah yang diberikan. c. Langkah-langkah Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri akan berhasil apabila mengikuti prosedur yang ada. Prosedur yang dimaksud disini adalah langkah-langkah pembelajaran yang seharusnya dilakukan secara runtut. Agar memperoleh hasil yang maksimal dari apa yang akan dilakukan. Langkah-langkah model pembelajaran inkuiri terbimbing yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini, diadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri berdasarkan pendapat Sanjaya (2006: 201-205) yang meliputi 6 tahapan diantaranya adalah sebagai berikut. Tabel 2.1 Tahapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Fase/Tahapan Penjelasan Orientasi Orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi ini adalah menjelaskan topik, tujuan, hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa, menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan, dan menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Merumuskan masalah Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki. Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Merumuskan hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipoetsis perlu diuji kebenarannya. Kemampuan berpikir yang dimiliki individu sejak lahir, dimulai dari kemampuan setiap individu untuk menebak atau mengira-ngira (berhipotesis) dari suatu permasalahan. Salah satu cara guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. Mengumpulkan data Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Oleh sebab itu, tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berfikir mencari informasi yang dibutuhkan. Menguji hipotesis Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumen, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan. Merumuskan kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat, sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan. Dalam setiap langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri ini, siswa dituntut untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya agar ia dapat menyelesaikan masalah yang ada dari apa yang dikajinya. Aktivitas lebih ditekankan dalam model pembelajaran ini melibatkan anggota tubuh baik itu indra penglihatan, indra pendengaran dan lainnya. Seperti kegiatan visual dilakukan siswa dengan cara mengamati objek dan melakukan eksperimen, kegiatan lisan berupa mengajukan pertanyaan, kegiatan mendengarkan pun dilakukan siswa dengan cara melakukan kegiatan diskusi bersama kelompoknya atau juga ketika siswa mendengar penjelasan dari guru. Didalam kegiatan diskusi pun, tentunya terjadi komunikasi dua arah antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Siswa dapat saling bertukar pendapat dan informasi dari apa yang diketahuinya. Kegiatan lain yang dilakukan pada langkah-langkah pembelajaran diatas adalah kegiatan menulis. Siswa menulis pengalaman atau dalam hal ini merumuskan kesimpulan secara tertulis. Dimana kegiatan menulis ini melibatkan anggota tubuh seperti tangan dan konsentrasi yang baik agar dapat merumuskan kesimpulan dengan benar. Sehingga apa yang mereka tulis dapat dipertanggungjawabkan hasilnya. Maka dapat dikatakan bahwa setiap langkah yang dilakukan dalam pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri ini, selain dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa juga dapat melatih dan meningkatkan aktivitas fisik dan emosional siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Putra (2013: 86) yang menyatakan bahwa salah satu sasaran utama kegiatan mengajar pada model pembelajaran inkuiri adalah keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan mengajar. Kegiatan mengajar disini adalah kegiatan mental intelektual dan sosial emosional. Dengan demikian, siswa betul-betul ditempatkan sebagai subjek belajar agar dapat melakukan aktivitas belajar secara maksimal. d. Kelebihan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Memperhatikan langkah-langkah model pembelajaran inkuiri terbimbing, model pembelajaran ini memiliki kelebihan dan kelemahan sebagaimana kelebihan dan kelemahan yang dimiliki oleh model pembelajaran pada umumnya. Model pembelajaran inkuiri ini merupakan model pembelajaran yang banyak dianjurkan untuk digunakan karena memiliki beberapa keunggulan. Menurut Sanjaya (2006: 208), strategi pembelajaran inkuiri memiliki beberapa kelebihan, diantaranya: 1) Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna. 2) Strategi pembelajaran inkuiri dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. 3) Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. 4) Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar. Jika dilihat secara seksama berdasarkan kelebihan yang dimiliki, model pembelajaran inkuiri ini memang sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran karena didalamnya melibatkan seluruh aspek seperti aspek kognitif, afektif, dan sikap. Ini sangat penting karena penekanan ketiga aspek tersebut seimbang. Dimana tidak ada dominasi lebih dari setiap aspeknya. Model pembelajaran ini memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk dapat berkompetisi dengan siswa lain tanpa takut terhambat oleh siswa yang memiliki kemampuan belajar yang kurang. Sehingga akan berdampak baik pada peningkatan prestasi belajar siswa. Siswa lebih diberi kebebasan untuk dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya tanpa harus takut karena gaya belajar yang diterapkan. e. Kelemahan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Semua model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kelemahan. Begitu juga dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing ini. Disamping kelebihan-kelebihan yang dimiliki, model pembelajaran inkuiri memiliki beberapa kelemahan. Menurut Sanjaya (2006: 208-209), strategi pembelajaran inkuiri mempunyai kelemahan, diantaranya: 1) Jika strategi pembelajaran inkuiri sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa. 2) Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar. 3) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan. 4) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pembelajaran, maka strategi pembelajaran inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ada beberapa kelemahan yang dimiliki oleh model pembelajaran inkuiri ini. Pada intinya, model pembelajaran inkuiri ini harus betul-betul direncanakan dengan matang, agar dalam pelaksanaanya nanti sesuai dengan apa yang diinginkan. Baik itu dari segi pengelolaan waktunya, dari segi karakteristik setiap siswa yang berbeda-beda, dan dari segi kemampuan guru dalam mengelola kelas dengan baik. Sehingga, pada akhirnya nanti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran ini berjalan dengan maksimal dan mencapai apa yang diharapkan. 2. Aktivitas Belajar a. Pengertian Aktivitas Belajar Belajar memerlukan aktivitas, tanpa aktivitas belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Aktivitas merupakan hal yang sangat penting dalam interaksi belajar-mengajar. Oleh karena itu, aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran sangat penting. Hal ini karena akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Dimana belajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi. Aktivitas belajar terdiri atas dua kata, yaitu aktivitas dan belajar. Menurut Sanjaya (2006: 176) aktivitas adalah segala perbuatan yang sengaja dirancang oleh guru untuk memfasilitasi kegiatan belajar siswa seperti kegiatan diskusi, demonstrasi, simulasi, melakukan percobaan, dan lainnya. Sedangkan aktivitas menurut Mulyono (2001: 26) dalam skripsi Pebriyanti (2013) menyatakan bahwa aktivitas artinya “kegiatan atau keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktivitas. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan aktivitas adalah segala perbuatan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dengan melibatkan fisik dan psikisnya (jasmani dan rohani). Pengertian belajar menurut Winkel (1999: 53) dalam Purwanto (2009: 39), belajar adalah aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Pendapat lain tentang belajar menurut Pandangan Tradisional dalam Hanafiah (2009: 6), belajar adalah usaha memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan. Sedangkan menurut Pandangan Modernnya, belajar adalah proses perubahan perilaku berkat interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah suatu proses perubahan seseorang melalui interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap. Berdasarkan kajian teori di atas tentang pengertian aktivitas dan belajar, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan seseorang dengan melibatkan fisik dan psikisnya (jasmani dan rohani) melalui interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap. b. Prinsip-prinsip aktivitas belajar Prinsip-prinsip aktivitas dalam belajar dalam hal ini akan dilihat dari sudut pandang perkembangan konsep jiwa menurut ilmu jiwa. Karena dilihat dari sudut pandang ilmu jiwa, maka sudah tentu yang menjadi fokus perhatian adalah komponen manusiawi yang melakukan aktivitas dalam belajar mengajar, yakni siswa dan guru (Sardiman, 2011: 97). Menurut Sardiman (2011: 97-100) secara garis besar prinsip aktivitas belajar dari sudut pandangan ilmu jiwa dibagi menjadi dua pandangan yakni: 1) Menurut pandangan Ilmu Jiwa Lama John Locke dalam konsepnya Tabularasa mengibaratkan jiwa (psyche) seseorang bagaikan kertas putih yang tidak bertulis. Kertas putih ini kemudian akan mendapatkan coretan atau tulisan dari luar. Siswa diibaratkan kertas putih, sedang unsur dari luar yang menulisi adalah guru. Dengan demikian, aktivitas didominasi oleh guru, sedang anak didik bersifat pasif dan menerima begitu saja. Selanjutnya Hebbert memberikan rumusan bahwa jiwa adalah keseluruhan tanggapan yang secara mekanis dikuasai oleh hukum-hukum asosiasi. Atau dengan kata lain dipengaruhi oleh unsur-unsur dari luar. Relevansinya dnegan konsep John Locke, bahwa guru pulalah yang aktif, yakni menyampaikan tanggapan-tanggapa itu. Siswa dalam hal ini pasif, secara mekanis hanya menuruti alur dari hukum-hukum asosiasi tadi. Jadi siswa kurang memiliki aktivitas dan kreativitas. Mengombinasikan dua konsep baik yang dikemukakan John Locke maupun Hebbert, jelas dalam proses belajar mengajar guru akan senantiasa mendominasi kegiatan. Siswa terlalu pasif, sednag guru aktif dan segala inisiatif datang dari guru. Proses belajar mengajar seperti ini jelas tidak mendorong anak didik untuk berpikir dan berkreativitas. Hal ini sudah tentu tidak sesuai dengan hakikat pribadi anak didik sebagai subjek belajar. 2) Menurut pandangan Ilmu Jiwa Aliran ilmu jiwa yang tergolong modern menerjemahkan jiwa manusia sebagai suatu yang dinamis, memiliki potensi dan energi sendiri. Oleh karena itu, secara alami anak didik itu juga bisa aktif, karena adanya motivasi dan didorong oleh bermacam-macam kebutuhan. Anak didik dipandang sebagai organisme yang mempunyai potensi untuk berkembang. Oleh sebab itu, tugas pendidik adalah membimbing dan menyediakan kondisi agar anak didik dapat mengembangkan bakat dan potensinya. Dalam hal ini, anaklah yang beraktivitas, berbuat dan harus aktif sendiri. Hal ini sesuai dengan hakikat anak didik sebagai manusia yang penuh dengan potensi yang bisa berkembang secara optimal apabila kondisi mendukungnya. Sehingga yang penting bagi guru adalah menyediakan kondisi yang kondusif itu. Dari kedua pandangan yang diuraikan tentang prinsip-prinsip aktivitas belajar, keduanya memiliki pandangan yang berbeda. jika dikaitkan dengan kurikulum yang akan diterapkan pada tahun ajaran baru nanti, pandangan ilmu jiwa nampaknya sesuai kurikulum baru tersebut. Dimana lebih menekankan pada anak yang beraktivitas, berbuat dan aktif dalam pembelajaran. Karena menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Ini sesuai dengan hakikat manusia yang memiliki potensi. Sehingga melalui kegiatan pembelajaran di kelas, anak dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. c. Jenis-jenis Aktivitas Belajar Aktivitas belajar merupakan segala kesibukan atau kegiatan yang dilakukan secara sengaja dan dalam keadaan yang sadar dalam rangka merubah tingkah laku baik kognitif, afektif dan psikomotor ke arah yang lebih baik. Aktivitas dalam belajar terdiri dari beberapa jenis. Dierich yang dikutip Hamalik (1980: 288-209) dalam Hanafiah (2009: 24-25) menyatakan bahwa aktivitas belajar dibagi ke dalam delapan kelompok, yaitu sebagai berikut. 1) Kegiatan-kegiatan visual, yaitu membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati oranglain bekerja atau bermain. 2) Kegiatan-kegiatan lisan (oral) yaitu mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi dan interupsi. 3) Kegiatan-kegiatan mendengarkan, yaitu mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, atau mendengarkan radio. 4) Kegiatan-kegiatan menulis, yaitu menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan copy, membuat outline atau rangkuman, dan mengerjakan tes, serta mengisi angket. 5) Kegiaan-kegiatan menggambar, yaitu menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta, dan pola. 6) Kegiatan-kegiatan metrix, yaitu melakukan percobaan, memilih-memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, serta menari dan berkebun. 7) Kegiatan-kegiatan mental, yaitu merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan. 8) Kegiatan-kegiatan emosional, yaitu minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar meliputi aktivitas kognitif, afektif dan psikomotor. Dengan kata lain bahwa aktivitas belajar meliputi semua komponen yang dikembangkan pada kurikulum 2013. Dalam hal ini, aktivitas belajar tidak terfokus pada satu aspek saja melainkan keseluruhan aspek yang dikembangkan. Selain itu, dengan adanya aktivitas belajar ini pembelajaran tidak lagi membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang maksimal yang dilakukan oleh siswa. Jenis aktivitas belajar sangat mendukung dalam hal keterlaksanaan suatu proses pembelajaran mandiri. Pembelajaran kemandirian membutuhkan suatu keaktifan siswa seperti mengerjakan tugas, menanggapi pekerjaan teman, mendengarkan penjelasan, melakukan penelitian. Karena aktivitas belajar dilakukan secara langsung dan apabila pelaksanaannya dilakukan dengan betul-betul, maka akan berdampak pada hasil belajar yang lebih baik. d. Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang dilakukan siswa selama pembelajaran berlangsung. Terlaksananya aktivitas belajar yang baik, akan berdampak baik pula pada hasil belajar. Akan tetapi, terlaksananya aktivitas belajar tersebut tidak terlepas dari beberapa faktor yang mempengaruhinya. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar. Menurut Jessica (2009:1-2) dalam skripsi Agustin (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar, yaitu: 1) Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar). Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor psikologis, antara lain yaitu motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan dan lain sebagainya. 2) Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar) Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, dan pembentukan sikap. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan aktivitas belajar haruslah memperhatikan faktor-faktor tersebut. Faktor internal dan eksternal tersebut apabila diperhatikan dengan benar-benar, maka aktivitas belajar di kelas akan berjalan dengan maksimal. Sehingga hasil belajar yang diperoleh pun akan memuaskan. Karena pembelajaran didominasi oleh siswa itu sendiri. e. Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar Dalam kegiatan pembelajaran, asas tentang aktivitas belajar dapat diterapkan. Asas ini berfungsi sebagai alternatif atau bahan pertimbangan dalam meningkatkan aktivitas dalam belajar. Menurut Dimyati (2006: 62) dalam skripsi Musthofa (2012: 38), ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa. Diantaranya adalah sebagai berikut. 1) Pembelajaran yang dikerjakan guru sekedar pembimbing dan pengarah, pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas, pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknisis. 2) Menjelaskan tujuan kepada peserta didik. Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai tujuan instruksional khusus yang akan dicapainya kepada siswa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula aktivitas dalam belajar. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa asas dalam aktivitas belajar tersebut digunakan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa. Guru harus mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat belajar secara mandiri. Sehingga siswa mampu melakukan aktivitas secara mandiri yang dapat menjadikan pembelajarannya menjadi lebih bermakna. Selain itu, guru harus menyusun dan menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas. Sehingga diketahui kemanakah tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran. Dengan demikian, aktivitas belajar siswa bergantung pada guru dalam mengembangkan kemampuannya untuk menciptakan pembelajaran yang baik dan bermakna. 3. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Pada umumnya, tujuan pendidikan dimaksudkan kedalam salah satu dari tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik (Subino, 1987: 17) dalam Purwanto (2009: 43-44). Belajar dimaksudkan untuk menimbulkan perubahan perilaku yaitu perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Perubahan-perubahan dalam aspek itu menjadi hasil dari proses belajar. Dengan belajar, manusia akan memperoleh berbagai pengetahuan yang tidak didapat sebelumnya. Dengan pengetahuan tersebut, manusia dapat memanfaatkannya untuk dirinya dan orang lain. Sehingga, hasil belajar tersebut dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Snelbeker (1974) dalam Rusmono (2012: 8) mengatakan bahwa perubahan atau kemampuan baru yang diperoleh siswa setelah melakukan perbuatan belajar adalah merupakan hasil belajar, karena belajar pada dasarnya adalah bagaimana perilaku seseorang berubah sebagai akibat dari pengalaman. Pendapat lain diungkapkan oleh Bloom dalam Rusmono (2012: 8) yang menyatakan bahwa: “Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang meliputi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif meliputi tujuan-tujuan belajar yang berhubungan dengan memanggil kembali pengetahuan dan pengembangan kemampuan intelektual dan keterampilan. Ranah afektif meliputi tujuan-tujuan belajar yang menjelaskan perubahan sikap, minat, nilai-nilai, dan pengembangan apresiasi serta penyesuaian. Ranah psikomotorik mencakup perubahan perilaku yang menunjukkan bahwa siswa telah mempelajari keterampilan manipulative fisik tertentu (1996: 35)”. Sementara itu, kemampuan baru yang diperoleh setelah siswa belajar menurut Gagne, Briggs, dan Wager (1992: 35) dalam Rusmono (2012: 8) adalah kapabilitas atau penampilan dapat diamati sebagai hasil belajar. Lebih lanjut dikatakan bahwa, mengkategorikan lima kemampuan sebagai hasil belajar, yaitu keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap, dan keterampilan motorik. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar adalah perubahan perilaku individu yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Perubahan perilaku tersebut diperoleh setelah siswa menyelesaikan program pembelajarannya melalui interaksi dengan berbagai sumber belajar dan lingkungan belajar. Perubahan perilaku hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang relevan dengan tujuan pengajaran. Oleh karenanya, hasil belajar dapat berupa perubahan dalam kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor, tergantung dari tujuan pengajarannya. Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. b. Tujuan Hasil Belajar Tujuan pendidikan direncanakan untuk dapat dicapai dalam proses belajar mengajar. Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti proses belajar mengajar. Hasil belajar merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan, sehingga hasil belajar yang diukur sangat tergantung kepada tujuan pendidikannya. Menurut Purwanto (2009: 46), hasil belajar termasuk komponen pendidikan yang harus disesuaikan dengan tujuan pendidikan, karena hasil belajar diukur untuk mengetahui ketercapaian tujuan pendidikan melalui proses belajar mengajar. Dapat disimpulkan bahwa, tujuan hasil belajar ada hubungannya dengan tujuan pendidikan. Tujuan hasil belajar dapat dicapai apabila tujuan pendidikannya pun juga tercapai. Dimana tujuan pendidikan itu meliputi semua komponen, seperti metode mengajar, media, materi, alat evaluasi dan sebagainya dipilih sesuai dengan tujuan pendidikan. Oleh karenanya, sekolah sebagai suatu wadah yang dapat mengubah pribadi siswa, harus mampu melaksanakan tujuan pendidikan dengan baik dan sistematis, agar dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang lebih baik. Sehingga tujuan hasil belajar yang diharapkan bisa tercapai. c. Domain Hasil Belajar Belajar menimbulkan perubahan perilaku dan pembelajaran adalah usaha mengadakan perubahan perilaku dengan mengusahakan terjadinya proses belajar dalam diri siswa. Menurut Purwanto (2009: 48), domain hasil belajar adalah perilaku-perilaku kejiwaan yang akan diubah dalam proses pendidikan. Perilaku kejiwaan itu dibagi dalam tiga domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Perilaku kejiwaan yang terbagi kedalam tiga domain tersebut, merupakan potensi yang dapat dikembangkan oleh siswa melalui pendidikan atau pembelajaran. Dengan belajar, siswa akan memperoleh berbagai ilmu pengetahuan baru yang dapat mengubah dirinya dan akan direalisasikan dalam kehidupan bermasyarakat. Sehingga, hasil belajar yang diperoleh disekolah berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan/kemampuan yang dimiliki siswa akan bermanfaat bagi dirinya dan oranglain. d. Taksonomi Hasil Belajar Melihat domain hasil belajar di atas dan perilaku-perilaku yang diubah dalam proses pendidikan itu berupa tiga domain, maka berikut ini adalah taksonomi atau tingkatan dalam setiap domain pada hasil belajar. Purwanto (2009: 50-53) menguraikan taksonomi pada setiap domain sebagai berikut. 1) Taksonomi hasil belajar kognitif Menurut Benjami S Bloom (Good dan Brophy, 1990: 772; Subino, 1987: 57; Azwar, 1987: 59-61; Arikunto, 1995: 115 -117; Gronlund dan Linn, 1990: 506; Suciati, 2001: 17) dalam Purwanto (2009: 50) membagi dan menyusun secara hierarkis tingkat hasil belajar kognitif mulai dari yang paling rendah dan sederhana yaitu hafalan sampai yang paling tinggi dan paling kompleks yaitu evaluasi kedalam enam tingkatan yaitu hafalan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5) dan evaluasi (C6). 2) Taksonomi hasil belajar afektif Menurut Krathwohl (Winkel, 1996: 247; Sudjana, 1990: 29-30; Subino, 1987: 23-26; Gronlund dan Linn, 1990: 508; Suciati, 2001: 19) dalam Purwanto (2009: 51) hasil belajar afektif kedalam lima tingkatan yaitu penerimaan, penilaian, organisasi dan internalisasi. 3) Taksonomi hasil belajar psikomotorik Menurut Harrow ( Subino, 1987: 26-28; Sudjana, 1990: 30-31) dalam Purwanto (2009 :52-53) mengklasifikasikan hasil belajar psikomotorik menjadi enam tingkatan yaitu gerakan reflex, gerakan fundamental, kemampuan perseptual, kemampuan fisis, gerakan keterampilan, dan komunikasi tanpa kata. Taksonomi di atas merupakan tingkatan dalam setiap domain dalam hasil belajar. Dimana untuk dapat mencapai hasil belajar, ada tingkatan yang harus ditempuh oleh pembelajar. Mulai dari tingkatan yang paling rendah sampai tingkatan yang paling tinggi. Oleh karena itu penting bagi pembelajar/siswa memperhatikan setiap tingkatan dalam domain hasil belajar tersebut. e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Dalam mencapai hasil belajar yang diinginkan, tidak terlepas dari faktor yang mempengaruhi hasil belajar tersebut. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Menurut Slameto (2006: 63) dalam skripsi Agustin (2013) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut. 1) Faktor-faktor Internal (a) Jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh) (b) Psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan) (c) Kelelahan 2) Faktor-faktor Eksternal (a) Keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan) (b) Sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah) (c) Masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat) Dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi siswa dalam belajar itu terdiri dari dua faktor, yaitu faktor dari dalam diri siswa itu sendiri dan faktor dari luar diri siswa. Faktor-faktor di dalam diri siswa akan menentukan keberhalan siswa dalam belajar. Kondisi jasmani dan rohani siswa harus benar-benar baik. Apabila keduanya dalam keadaan tidak baik, maka akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Sehingga hasil belajar tidak akan mencapai hasil yang maksimal. Sedangkan faktor yang berasal dari luar diri siswa (keluarga, sekolah, dan masyarakat), juga mempengaruhi hasil belajar siswa. Keluarga merupakan orang pertama dalam menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Keluarga yang baik akan senantiasa membimbing anaknya untuk dapat menjadi orang yang berguna bagi semuanya. Apabila kondisi keluarga yang tidak harmonis, maka akan berdampak pada psikologis siswa. Sehingga dapat berpengaruh buruk bagi anak. Sekolah merupakan tempat siswa memperoleh pengetahuan dan mengembangkan kemampuannya, agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Keadaan sekolah yang meliputi kondisi fisik sekolah dan sistem pengajaran yang sesuai dan memadai akan menunjang siswa dalam mencapai hasil belajar. Begitupun juga dengan masyarakat. Apabila lingkungan masyarakatnya baik, akan membawa siswa menjadi orang yang baik pula. f. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Untuk memperoleh hasil belajar yang baik tentunya dilakukan dengan berbagai usaha. Baik itu belajar dengan sungguh-sungguh ketika kegiatan belajar mengajar di sekolah ataupun belajar di rumah untuk mengulas materi yang telah dipelajari di sekolah. Sehingga, ketika nantinya belajar kembali dan mengulang materi yang sama atau dengan kata lain diadakannya evaluasi, maka dapat mengerjakannya dan memperoleh hasil yang memuaskan karena telah memahami materi yang diajarkan. Menurut Sardiman (2010: 25) dalam skripsi Pebriyanti (2013) menyatakan ada beberapa bentuk upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, diantaranya adalah sebagai berikut. 1) Tujuan Tujuan merupakan arah dari suatu usaha, sedangkan arah merupakan jalan yang harus ditempuh. Setiap kegiatan mempunyai tujuan tertentu, karena berhasil tidaknya suatu kegiatan diukur sejauh mana kegiatan tersebut mencapai tujuannya. 2) Metode dan Alat Dalam proses belajar mengajar, metode merupakan komponen yang ikut menetukan berhasil atau tidaknya program pengajaran dan tujuan pendidikan. Adapun pengertian metode adalah suatu cara yang dilakukan dengan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. 3) Bahan atau Materi Dalam pemilihan materi atau bahan pengajaran yang akan diajarkan disesuaikan dengan kemampuan siswa yang selalu berpedoman pada tujuan yang ditetapkan. Karena dengan kegiatan belajar mengajar akan merumuskan suatu tujuan, setelah tujuan dapat diketahui baru kemudian menetapkan materi. Setelah materi ditetapkan maka guru dapat menentukan metode yang akan dipakai dalam menyampaikan materi tersebut. 4) Evaluasi Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan metode, alat dan bahan atau materi yang digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan bisa terjadi semaksimal mungkin. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa semuanya bergantung kepada guru. Dikatakan demikian karena jika dilihat dari apa yang diungkapkan oleh Sardiman tersebut, dimana tujuan, metode dan alat, bahan atau materi dan evaluasi adalah komponen-komponen yang harus dikuasai dan dipersiapkan dengan sebaik-baiknya oleh guru. Kemampuan professional guru dibuktikan dan diuji dalam komponen tersebut. Tujuan pembelajaran harus ditentukan dengan jelas dan pada penyampaiannya pun juga harus jelas. Agar siswa paham dengan apa yang akan mereka capai dalam pembelajaran saat itu. Metode yang digunakan guru ketika pembelajaran berlangsung disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. Begitu juga alat atau media pembelajarannya. Dimana alat atau media pembelajaran harus mampu membantu guru dalam menyampaikan materi kepada siswa, sehingga siswa memahami materi yang sedang diajarkan. Bahan atau materi pembelajaran disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Sedangkan pada evaluasi yang merupakan tahap akhir, membuktikan efektif atau berhasilnya tidaknya proses pembelajaran. Dimana keberhasilan itu meliputi metode, alat dan bahan atau materi yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Apabila semua komponen tersebut dipersiapkan dengan baik dan dengan pertimbangan yang baik pula, maka guru tersebut dikatakan dapat meningkatkan hasil belajar siswanya. 4. Pembelajaran Tematik/Terpadu a. Pengertian Pembelajaran Tematik/Terpadu Pada tahun ajaran baru 2014-2015, pembelajaran tidak akan ada lagi pemisahan antara mata pelajaran satu dengan yang lainnya. Akan tetapi, akan diterapkannya kurikulum baru 2013 yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran tematik/terpadu. Menurut Rusman (2012: 254), pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan autentik. Sedangkan menurut Hadisubroto (2000: 9) dalam Trianto (2010: 56) menyatakan bahwa: “Pembelajaran terpadu adalah pembelajaran diawali dengan suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain, yang dilakukan secara spontan atau direncanakan, baik dalam satu bidang studi atau lebih, dan dengan beragam pengalaman belajar anak, maka pembelajaran menjadi lebih bermakna”. Pendapat lain diungkapkan oleh Ujang Sukandi, dkk (2001: 3) dalam trianto (2010: 56) bahwa pengajaran terpadu pada dasarnya dimaksudkan sebagai kegiatan mengajar dengan memadukan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran tematik/terpadu adalah sistem pembelajaran yang menanamkan konsep melalui pokok bahasan yang memadukan antar mata pelajaran dalam tema tertentu. Melalui pembelajaran tematik/terpadu, siswa dapat memperoleh pengalaman langsung sehingga terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara menyeluruh (holistis), aktif dan bermakna. Dimana ketika kegiatan pembelajaran berlangsung, materi yang dipelajari tidak hanya pada satu bahasan pada pelajaran tertentu saja, melainkan dapat dihubungkan dengan materi lain dalam mata pelajaran lain yang sesuai. Ini dapat bermanfaat bagi siswa, karena siswa memperoleh berbagai pengetahuan dari beberapa mata pelajaran yang terdapat dalam tema tertentu yang dipelajarinya tersebut. b. Landasan Pembelajaran Tematik/Terpadu Dalam setiap pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar, seorang guru harus mempertimbangkan banyak faktor. Selain karena pembelajaran itu pada dasarnya merupakan implementasi dari kurikulum yang berlaku, juga selalu membutuhkan landasan-landasan yang kuat dan didasarkan atas hasil-hasil pemikiran yang mendalam. Menurut Rusman (2012: 255-256) secara filosofis, pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh aliran filsafat diantaranya adalah sebagai berikut. 1) Progresivisme Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreativitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memerhatikan pengalaman siswa. 2) Konstruktivisme Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau pembetukan manusia. Manusia mengkonstruksikan pengetahuannya melalui interaksi dengan objek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat di transfer begitu saja dari seorang guru, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. 3) Humanisme Aliran ini melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya. Implikasi dari hal tersebut dalam kegiatan pembelajaran yaitu layanan pembelajaran selain bersifat klasikal juga bersifat individual, pengakuan adanya siswa yang lambat (slow learner) dan siswa yang cepat, penyikapan terhadap hal-hal yang unik dari diri siswa, baik yang menyangkut faktor personal/individual maupun yang menyangkut faktor lingkungan sosial/kemasyarakatan. Berdasarkan uraian di atas, landasan dalam pembelajaran tematik/ terpadu pada dasarnya menjelaskan bahwa pembelajaran itu memiliki tujuan yang sangat penting. Diharapkan akan adanya perubahan perilaku siswa menuju kedewasaan baik fisik, mental/intelektual, moral maupun sosial. Dengan adanya ketiga landasan tersebut, pembelajaran diharapkan membawa perubahan pada siswa, agar dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari. Sehingga siswa memiliki kemampuan untuk berkreasi yang dapat bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat dilingkungannya. c. Karakteristik Pembelajaran Tematik/Terpadu Penerapan kurikulum 2013 yang menggunakan jenis pembelajaran tematik/terpadu memiliki karakteristik yang berbeda dengan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang sebelumnya. Menurut Depdikbud (1996: 3) dalam Trianto (2010: 61-63), pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa karakteristik atau ciri-ciri, yaitu sebagai berikut. 1) Holistik Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi. Pada gilirannya nanti, hal ini akan membuat siswa menjadi lebih arif dan bijak didalam menyikapi atau mengahadapi kejadian yang ada didepan mereka. 2) Bermakna Rujukan yang nyata dari segala konsep yang diperoleh, dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lainnya akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari. Selanjutnya hal ini akan mengakibatkan pembelajaran yang fungsional. Siswa mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah yang muncul didalam kehidupannya. 3) Otentik Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memahami secara langsung prinsip dan konsep yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan belajaran secara langsung. Mereka memahami dari hasil belajarnya sendiri, bukan sekedar pemberitahuan guru. Informasi dan pengetahuan yang diperoleh sifatnya menjadi lebih otentik. 4) Aktif Pembelajaran terpadu menekankan keaktifan siswa dalam pembelajaran, baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional guna tercapainya hasil belajar yang optimal dengan mempertimbangkan hasrat, minat, dan kemampuan siswa sehingga mereka termotivasi untuk terus menerus belajar. Dari uraian di atas mengenai karakteristik pembelajaran tematik/terpadu, maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran tematik/terpadu tidak hanya pada satu sisi saja. Melainkan dari sisi lain selain dikelas yaitu di luar kelas atau di lingkungan masyarakat. Ini dimaksudkan agar siswa nantinya dapat menjadi manusia yang arif dan bijaksana dalam menjalani kehidupannya di masyarakat. Selain itu, karena siswa terlibat langsung dalam pembelajaran dimana bukan hanya sekedar menerima informasi dari guru saja dan ada keterkaitan lain dengan konsep-konsep diluar pembelajaran, menjadikan pembelajaran menjadi bermakna. Sehingga apabila siswa dihadapkan pada permasalahan hidupnya, siswa tersebut mampu memecahkan masalahnya tersebut. Keaktifan siswa ini didukung adanya motivasi dan minat siswa untuk belajar. Sehingga terjadi keseimbangan yang aktif dalam fisik, mental, intelektual dan emosional. d. Manfaat Diterapkannya Pembelajaran Tematik/Terpadu di Sekolah Dasar Sebagai kurikulum yang baru diterapkan pada tahun ajaran baru nanti pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, pembelajaran tematik/terpadu ternyata memiliki beberapa manfaat. Begitupun pada jenjang pendidikan sekolah dasar. Menurut Rusman (2012: 258), pembelajaran tematik yang diterapkan di sekolah dasar memiliki banyak nilai dan manfaat, diantaranya: 1) Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan. 2) Siswa dapat melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat bukan tujuan akhir. 3) Pembelajaran tidak terpecah-pecah karena siswa dilengkapi dengan pengalaman belajar yang lebih terpadu sehingga akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang lebih terpadu juga. 4) Memberikan penerapan-penerapan dari dunia nyata, sehingga dapat mempertinggi kesempatan transfer belajar (transfer of learning.) 5) Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran, maka penguasaan materi pembelajaran akan semakin baik dan meningkat. Dapat disimpulkan bahwa dengan diterapkannya pembelajaran tematik/terpadu memberikan manfaat untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Karena penerapannya menggabungkan dengan dunia nyata, sehingga siswa akan mudah memahami dan menguasai materi pembelajaran. Selain itu, waktu pembelajaran dengan pembelajaran tematik ini memerlukan waktu yang hemat. 5. Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku Pada pembelajaran kurikulum 2013, pembelajaran menggunakan tematik terpadu. Pada jenjang pendidikan sekolah dasar khususnya di kelas IV, pembelajaran tematik terdiri dari 9 tema. Dalam setiap tema, terdiri dari beberapa subtema. Pada penelitian ini, penulis memilih tema 1 indahnya kebersamaan subtema 1 keberagaman budaya bangsaku. Dalam subtema 1 ini, terbagi ke dalam 6 kegiatan pembelajaran yang menggabungkan beberapa mata pelajaran diantaranya adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), PPKn, Matematika, Bahasa Indonesia, Seni Budaya dan Prakarya (SBDP) dan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK). Berikut ini adalah bagan pemetaan materi pada tema 1 indahnya kebersamaan dengan subtema keberagaman budaya bangsaku pada pemetaan kompetensi dasar KI 1 dan KI 2. Pemetaan Materi dengan Tema 1 Indahnya Kebersamaan Subtema 1 Keberagaman Budaya Bangsaku Pemetaan Kompetensi Dasar KI 1 dan KI 2 Bagan 2.1 Pemetaan Kompetensi Dasar KI 1 dan KI 2 Berikut ini adalah bagan pemetaan Kompetensi Dasar KI 3 dan KI 4 tema 1 Indahnya Kebersamaan subtema 1 Keberagaman Budaya Bangsaku. Pemetaan Kompetensi Dasar KI 3 dan KI 4 Bagan 2.2 Pemetaan Kompetensi Dasar KI 3 dan KI 4 Ruang Lingkup Pembelajaran Tabel di bawah ini adalah ruang lingkup pembelajaran pada subtema 1 keberagaman budaya bangsaku dari pembelajaran 1 sampai pembelajaran 3. Tabel 2.2 Ruang Lingkup Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Kompetensi yang Dikembangkan • Mengenal keberagaman budaya Indonesia • Memahami keberagaman budaya • Berekspresi dengan lagu Sikap: • Percaya diri dan rasa ingin tahu Pengetahuan: • Keberagaman budaya dan lagu nasional Keterampilan: • Berkomunikasi dan mencari informasi • Bereksplorasi tentang sudut dengan rumah adat • Memahami keberagaman budaya rumah adat • Memahami keberagaman tarian tradisional Sikap: • Toleransi, rasa ingin tahu, dan teliti Pengetahuan: • Keberagaman budaya rumah adat, tarian tradisional, dan sudut Keterampilan: • Mengukur dan mencari informasi • Memainkan permainan tradisional • Mengamalkan sila Pancasila • Menulis pengalaman berinteraksi dengan orang lain • Membuat poster tentang keberagaman Sikap: • Toleransi, tekun, dan teliti Pengetahuan: • Permainan tradisional, poster, sila Pancasila, dan keberagaman Keterampilan: • Membuat poster dan mencari informasi a. Peta Tuntunan Pembelajaran Tematik Terpadu Dengan Tema Indahnya Kebersamaan pada Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku 1) Pemetaan Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pembelajaran 1 a) Pemetaan Kompetensi Dasar (KD) Pembelajaran 1 Pemetaan Kompetensi Dasar (KD) pembelajaran 1 dengan tema indahnya kebersamaan pada subtema keberagaman budaya bangsaku adalah sebagai berikut. Bagan 2.3 Pemetaan Kompetensi Dasar Pembelajaran 1 Berdasarkan pemetaan Standar Kompetensi (SK) di atas, terdapat 4 mata pelajaran yang digabungkan dalam pembelajaran 1. Diantaranya adalah mata pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia, IPS, dan SBdP. Pada mata pelajaran PPKn materi yang diajarkan adalah keberagaman suku bangsa, materi pelajaran pada bahasa Indonesia adalah mengolah informasi dari teks, pada mata pelajaran IPS materi yang diajarkan adalah menghormati keberagaman, dan pada mata pelajaran SBdP materi yang diajarkannya adalah bernyanyi lagu “Aku Anak Indonesia”. b) Pemetaan Indikator Pembelajaran 1 Pemetaan indikator pada pembelajaran 1 dengan tema indahnya kebersamaan pada subtema keberagaman budaya bangsaku adalah sebagai berikut. Bagan 2.4 Pemetaan Indikator Pembelajaran 1 2) Pemetaan Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pembelajaran 2 a) Pemetaan Kompetensi Dasar (KD) Pembelajaran 2 Pemetaan Kompetensi Dasar (KD) pemb

Item Type: Thesis (Skripsi(S1))
Subjects: S1-Skripsi
Divisions: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > PGSD 2014
Depositing User: Iyas -
Date Deposited: 25 Jul 2016 15:07
Last Modified: 25 Jul 2016 15:07
URI: http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/6277

Actions (login required)

View Item View Item