PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN DISIPLIN SISWA PADA TEMA DIRIKU SUB TEMA AKU DAN TEMAN BARU

ANI RATANA SARI, 105060326 (2016) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN DISIPLIN SISWA PADA TEMA DIRIKU SUB TEMA AKU DAN TEMAN BARU. Skripsi(S1) thesis, FKIP UNPAS.

[img] Text
JUDUL.docx

Download (47kB)
[img] Text
JUDUL.docx

Download (47kB)
[img] Text
JUDUL.docx

Download (47kB)
[img] Text
BAGIAN AWAL.docx

Download (33kB)
[img] Text
BAB I.docx

Download (32kB)
[img] Text
BAB II.docx

Download (50kB)
[img] Text
BAB III.docx
Restricted to Repository staff only

Download (94kB)
[img] Text
BAB IV.docx
Restricted to Repository staff only

Download (553kB)
[img] Text
BAB V.docx
Restricted to Repository staff only

Download (22kB)
[img] Text
DAFTAR PUSTAKA FULL.docx

Download (22kB)
[img] Text
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.docx

Download (17kB)

Abstract

ABSTRAK Classrom Action Research (CAR) was held in SDN Melong Asih 4 Cimahi with 35 students. The aim of this classrom action research is to get a description of the planning, implementation, and improvement the disclipine of the student by using the discovery learning models improper use of strategies and the learning that is still centered on theachers lead their students tend to be passive in participating the learning and eventually leads to low the discipline of the student in the classroom such as the attitude of students in the classroom, self control and responsibility.the efforts to overcome these problems is by applying a model of learning through discovery learning. In this classroom action research, the researcher takes the material with myself as the theme nd me and new friend as the sub theme with the discovery learning as a model of learning . the object of the research is the 35 students from the first grade of SDN Melong Asih 4 with consists of 13 boys and 22 girls. This research was conducted in two cycles, each cycle includes the stage of planning, implementation/action, observation and reflection. To know the result of the action each cycle conduct evaluation tests. The results obtained from the research, the average rating from cycle 1 was 2,77 and the average rating from cycle II was 3,68. The number of students who achieving completeness of KKM increased in each cycle, 69% of cycle I or as many 16 students and 92% of cycle II or as many 35 students. So does the results of the discipline of the students that has increased, that is the attitudes of students in the class that already much better, control of students in the class showed a rise and responsibility has also been very sood. Based on the resul obtained in the research, it can be concluded that the implementation of the discovery learning models can improve the discipline of the student in the material with my self as the theme and me and new friend as the sub theme in the first grade students of SDN Melong Asih 4Cimahi. Keywords: implementation of discovery learning models, improvement the discipline of the student in the material with my self as the theme and me and new friend as the sub theme. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam proses kehidupan. Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha sadar dan terencana antara guru dengan siswa untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran para siswa secara aktif mengembangkan kemampuan para siswa baik dalam kecerdasan, kedisiplinan, spiritual, ahlak mulia, kerjasama, maupun ketrampilan yang dibutuhkan oleh dirinya sendiri dan masyarakat. Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar dan indah untuk kehidupan. Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami kemajuan. Sejalan dengan kemajuan tersebut, maka dewasa ini pendidikan di sekolah-sekolah telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan itu terjadi karena terdorong adanya pembaharuan tersebut. Sehingga didalam proses pembelajaranpun pendidik senantiasa mencari metode dan model-model pembelajaran yang mampu meningkatkan kualitas pembelajaran pada saat didalam kelas. Model pembelajaran yang terdapat didalam kurikulum 2013 saat ini adalah Pembelajaran Berbasis Proyek (project Based Learning), Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning), Pembelajaran Berbasis Penemuan (Discovery Learning) dan Inquiri Terbimbing. Model pembelajaran yang terdapat didalam kurikulum 2013 adalah model yang diharapkan untuk mampu meningkatkan aktivitas dan kreativitas belajar siswa yang dilaksanakan dengan efektif dan menyenangkan. Akan tetapi dari semua model-model yang ada di kurikulum 2013 memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Sehingga tidak jarang ditemukannya kenyataan-kenyataan yang terjadi di SD tidak seperti yang diharapkan, karena pembelajaran yang terjadi di sekolah masih berpusat kepada pendidik bukan kepada peserta didiknya itu sendiri. Untuk mengubah situasi tersebut maka dibutuhkan strategi yang tepat dalam pelaksanaannya sehingga dapat merubah proses pembelajaran yang tadinya hanya berpusat kepada pendidik menjadi berpusat kepada peserta didik. Oleh karena itu untuk merubah hal tesebut di butuhkan satu model yang tepat pada setiap pembelajaran. Maka dari itu berdasarkan observasi penulis yang telah dilakukan maka penulis beranggapan bahwa pada materi kelas 1 sub tema aku dan teman baru model yang tepat yaitu discovery leraning. Model discovery leraning menurut Jerome Bruner adalah metode belajar yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman. Dan yang menjadi dasar dari J. Bruner ialah pendapat dari piaget dalam Debdiknas ( 2014, h. 30) yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif didalam belajar di kelas. Untuk itu Bruner memakai cara dengan apa yang disebutnya discovery learning, yaitu dimana murid mengorganisasikan bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir. Berdasarkan pengertian diatas pengertian discovery learning adalah sustu model pembelajaran yang mendorong siswa untuk berfikir aktif yang membuat anak untuk dapat menemukan sendiri setiap masalah yang dihadapinya sehingga anak tidak akan cepat lupa hasil pembelajaran yang sudah di lakukan pada saat itu. Adapun langkah-langkah pembelajaran discovery learning menurut Joyce, dikutip dalam Nurul (http://nurulelkhalieqy.blogspot.com//2011/07/disco- very-learning.html) adalah : a. Guru menyajikan situasi problematik dan menjelaskan kepada para siswa. b. Pengumpulan data dan verifikasi mengenai suatu informasi yang dilihat dan dialami (situasi problematik). c. Pengumpulan data dan eksperimentasi, para siswa diperkenalkan dengan elemen baru kedalam situasi yang berbeda. d. Memformulasikan penjelasan. e. kesimpulan Berdasarkan tahapan di atas, siswa diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri dengan teknik pemecahan masalah. Dalam tahapan ini memerlukan banyak bimbingan terutama bagi siswa yang tidak terbiasa menghadapi kondisi kelas yang demikian, khususnya dalam pelajaran tematik. Pada hakekatnya sangat cocok bila seorang guru mengajar pembelajaran Tematik memberi kesempatan siswa untuk mengadakan penelitian sendiri. Pembelajaran tematik atau dapat juga disebut pembelajaran terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang memadukan atau mengaitkan pokok bahasan pada minimal dua mata pelajaran atau lebih menjadi satu tema yang berkaitan studi untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Dengan pembelajaran tematik diharapkan siswa mampu memberikan pengalaman belajar secara langsung sehingga dapat meningkatkan kedisiplinan yang baik antar siswa. Kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Kedisiplinan dalam proses pendidikan sangat diperlukan karena bukan hanya untuk menjaga kondisi suasana belajar dan mengajar berjalan dengan lancar, tetapi juga untuk menciptakan pribadi yang kuat bagi setiap siswa. Kedisiplinan sangat berpengaruh kepada kepribadian siswa karena dengan disiplin siswa dapat menjadi lebih tertib, teratur dalam menjalankan setiap kehidupannya. Dengan rasa disiplin yang dimiliki setiap siswa dapat membangun kepribadian yang kokoh dan baik. Berdasarkan dari hasil pengamatan di SDN Melong Asih 4 saat ini, masih banyak anak khususnya kelas rendah seperti kelas 1 dan 2 yang sikap disiplinnya masih rendah. Kurangnya sikap disiplin pada siswa kelas rendah dipengaruhi oleh beberapa faktor. Contohnya kurangnya disiplin siswa dalam proses pembelajaran, pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa tidak kondusif. Kurangnya disiplin dalam mengerjakan soal yang di berikan oleh pendidik sehingga siswa dalam mengumpulkannya selalu telat. Kemudian kurangnya disiplin dalam menjaga lingkungan sekolah seperti membuang sampah sembarangan. Berangkat dari hal-hal di atas yang menjadi catatan dan fokus utama adalah kurangnya sikap disiplin yang di miliki anak kelas 1. Terlihat dari data di atas bahwa kurangnya sikap disiplin yang di miliki anak kelas 1 pada SDN Melong Asih 4 maka di butuhkan model pembelajaran yang tepat untuk dapat meningkatkan sikap disiplin pada siswa. Model tersebut yaitu model pembelajaran discovery leraning yang memacu siswa untuk dapat menemukan dan memecahkan masalah itu sendiri. Dari latar belakang tersebut di atas maka penulis dalam penelitian ini mengambil judul “Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Disiplin Siswa Pada Tema Diriku Sub Tema Aku Dan Teman Baru” (Penelitian Tindakan Kelas Pada Tema Diriku Sub Tema Aku Dan Teman Baru Kegiatan Pembelajaran Ke-5 di Kelas I SDN Melong Asih 4 Kota Cimahi). B. IDENTIFIKASI MASALAH Melihat dari latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi berbagai permasalahan- permasalahan sebagai berikut: 1. Proses pembelajaran berpusat pada pendidik sehingga aktivitas siswa pada saat pembelajaran sangat pasif. 2. Penerapan strategi pembelajaran yang kurang tepat. 3. Penggunaan metode yang kurang tepat sehingga proses pembelajaraan bersifat monoton. 4. Kurangnya kedisiplinan pada siswa yang di tandai dengan datang terlambat kesekolah. 5. Rendahnya rasa tanggung jawab yang dimiliki siswa akan kedisiplinan. C. RUMUSAN MASALAH Dari permasalahan yang telah diuraikan pada latar belakang masalah, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Bagaimana perencanaan pembelajaran dengan model discovery learning untuk meningkatkan disiplin pada siswa dalam tema Diriku sub tema Aku Dan Teman Baru? 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran model discovery learning untuk meningkatkan disiplin siswa dalam tema Diriku sub tema Aku Dan Teman Baru? 3. Apakah penerapan model discovery learning dapat meningkatkan disiplin pada siswa dalam tema Diriku sub tema Aku Dan Teman Baru? D. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan perumusan masalah yang telah disebutkan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui perencanaan pembelajaran dengan model Discovery Learning untuk meningkatkan disiplin siswa dalam pembelajaran pada tema Diriku sub tema Aku Dan Teman Baru. 2. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran model Discovery Learning untuk meningkatkan disiplin siswa dalam pembelajaran pada tema Diriku sub tema Aku Dan Teman Baru. 3. Menerapkan model Discovery Learning untuk meningkatkan disiplin siswa dalam pembelajaran pada tema Diriku sub tema Aku Dan Teman Baru. E. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan bagi para peneliti serta dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya. Sebagai bahan acuan dan sumber rujukan untuk pihak-pihak tekait dan bermanfaat untuk meningkatkan kerja sama siswa dan ketrampilan menyajikan laporan pada siswa dalam pembelajaran tematik. 2. Manfaat Praktis a. Bagi guru Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi guru, yakni guru dapat bisa lebih kreatif dalam menyusun dan melaksanakan pembelajaran dan menemukan strategi, media dan suasana yang tepat dan sesuai dengan kondisi dan karakteristik siswa. b. Bagi siswa Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman bagi siswa dapat memperoleh pembelajaran yang menarik mengenai pembelajaran TEMATIK melalui metode DISCOVERY LEARNING sehingga mampu meningkatkan kerja sama siswa dan ketrampilan menyajikan laporan pada siswa dalam pembelajaran tematik. c. Bagi Sekolah Penelitian tindakan ini dilakukan sebagai tolak ukur dalam peningkatan dan perbaikan mutu pembelajaran di sekolah dan memberikan kontribusi yang baik bagi sekolah sehingga dapat meningkatkan kinerja guru, kualitas pembelajran dan kualitas kelulusan. d. Bagi Penulis Penelitian ini dapat menemukan pengalaman yang baru dalam menemukan strategi mengajar secara aktif dan sesuai dengan kondisi dan karakteristik siswa. F. DEFINISI OPRASIONAL Variabel Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut: 1. Motode Discovery Learning Pembelajaran Discovery learning adalah model pembelajaran yang mengatur sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dalam pembelajaran discovery learning, mulai dari strategi sampai dengan jalan dan hasil penemuan ditentukan oleh siswa sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Maier, dikutip dalam Nosal (nosalmathedu10.blogspot.com2012/07/model-pembelajaran-discovery-leraning.html?m=1) yang menyatakan bahwa, apa yang ditemukan, jalan, atau proses semata – mata ditemukan oleh siswa sendiri. Sehingga membuat anak agar dapat belajar sendiri dan siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran didalam kelas sebab ia berfikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhirnya. Apabila peserta didik menemukan kesulitan dalam proses pembelajaran maka pendidik memfasilitasi memberikan bimbingan dan mengarahkan kegiatan pembelajaran agar siswa dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapiya. Untuk memfasilitasi proses belajar yang baik dan kreatif harus berdasarkan pada manipulasi bahan pelajaran sesuai dengan tingkatan perkembangan kognitif siswa. Manipulasi bahan pelajaran bertujuan untuk memfasilitasi kemampuan siswa dalam berfikir (merepresentasikan apa yang dipahami) sesuai dengan tingkat perkembanga. 2. Disiplin Disiplin berasal dari bahasa inggris yaitu “disciple” yang berarti pengikut atau murid. Disiplin dari bahasa latin yaitu “discere” yang berarti belajar. Dari kata ini timbul kata disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan. Perkataan disiplin mempunyai arti latihan dan ketaatan kepada aturan. Disiplin pada dasarnya kontrol diri dalam mematuhi aturan baik yang dibuat oleh diri sendiri maupun diluar diri baik keluarga, lembaga pendidikan, masyarakat,bernegara maupun beragama. Disiplin juga merujuk pada kebebasan individu untuk tidak bergantung pada orang lain dalam memilih, membuat keputusan, tujuan, melakukan perubahan perilaku, pikiran maupun emosi sesuai dengan prinsip yang diyakini dari aturan moral yang di anut. Jadi dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah perilaku sosial yang bertanggungjawab dan fungsi kemandirian yang optimal dalam suatu relasi sosial yang berkembang atas dasar kemampuan mengelola/ mengendalikan, memotivasi dan idenpendensi diri. Jadi seseorang dapat dikatakan disiplin ketika orang tersebut sudah memenuhi aturan yang berlaku dan tidak pernah melanggarnya. Pada dasarnya disiplin muncul dari kebiasaan hidup yang selalu dilakukan. Akan tetapi disiplin merupakan hal yang dapat dilatih. Pelatihan disiplin diharapkan dapat menumbuhkan kendali diri, karakter atau keteraturan dan efesiensi. BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN TEORI DAN KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN YANG AKAN DITELITI 1. Model Pembelajaran Discovery Learning a. Model pembelajaran 1) Pengertian Pembelajaran Istilah belajar dan pembelajaran merupakan suatu istilah yang memiliki keterkaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam proses pendidikan. Pembelajaran seharusnya merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suasana atau memberikan pelayanan agar siswa belajar. Untuk itu, harus dipahami bagaimana siswa memperoleh pengetahuan dari kegiatan belajarnya. Jika guru dapat memahami proses pemerolehan pengetahuan, maka guru akan dapat menentukan strategi pembelajaran yang tepat bagi siswanya. Pembelajaran mengandung makna adanya kegiatan mengajar belajar dan mengajar, di mana pihak yang mengajar adalah guru dan yang belajar adalah siswa yang berorientasi pada kegiatan mengajarkan materi yang berorientasi pada pengembangan pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa sebagai sasaran pembelajaran. Dalam proses pembelajaran akan mencakup berbagai komponen lainnya, seperti media, kurikulum, dan fasilitas pembelajaran. Menurut Darsono (2002, h. 24-25) secara umum menjelaskan pengertian pembelajaran sebagai “suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik”. Sedangkan menurut Arikunto (1993, h. 12) mengemukakan “pembelajaran adalah suatu kegiatan yang mengandung terjadinya proses penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap oleh subjek yang sedang belajar”. Lebih lanjut Arikunto (1993, h. 4) mengemukakan bahwa “pembelajaran adalah bantuan pendidikan kepada anak didik agar mencapai kedewasaan di bidang pengetahuan, keterampilan dan sikap”. Dari berbagai pendapat pengertian pembelajaran di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang memungkinkan guru dapat mengajar dan siswa dapat menerima materi pelajaran yang diajarkan oleh guru secara sistematik dan saling mempengaruhi dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang diinginkan pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan, saluran/ media dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses komunikasi. Proses yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran ataupun didikan yang ada dalam kurikulum, sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku dan media. Demikian pula kunci pokok pembelajaran ada pada guru (pengajar), tetapi bukan berarti dalam proses pembelajaran hanya guru yang aktif sedang siswa pasif. Pembelajaran menuntut keaktifan kedua belah pihak yang sama-sama menjadi subjek pembelajaran. Jadi, jika pembelajaran ditandai oleh keaktifan guru sedangkan siswa hanya pasif, maka pada hakikatnya kegiatan itu hanya disebut mengajar. Demikian pula bila pembelajaran di mana siswa yang aktif tanpa melibatkan keaktifan guru untuk mengelolanya secara baik dan terarah, maka hanya disebut belajar. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran menuntut keaktifan guru dan siswa. 2) Pengertian Model Pembelajaran Strategi pembelajaran metode atau model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa sangat diperlukan untuk memudahkan siswa dalam memahami materi. Istilah model pembelajaran ini dibedakan dari istilah metode pembelajaran. Model pembelajaran dimaksudkan sebagai pola interaksi siswa dengan guru didalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dikelas. Sedangkan metode pembelajaran adalah cara menyajikan materi yang masih bersifat umum. Jadi istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada metode pembelajaran. Mulyani dan Johar (2001, h. 37) menyatakan bahwa : Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang mengambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar. b. Discovery learning 1) Pengertian Discouvery Learning Metode pembelajaran berbasis penemuan atau Discovery Learning adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya tidak melalui pemberitahua, namun ditemukan sendiri Cahyo ( 2013, h. 100). Sedangkan menurut Budiningsih ( 2012, h. 43), model Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Selanjutnya menurut Kemendikbud (2014, h. 30), model Discovery Learning adalah didefinisikan sebagai proses pembelajaran yag terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dengan bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Dalam pembelajaran discovery (penemuan), kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa, sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam menemukan konsep, siswa melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip. Dengan teknik tersebut, siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi. Pada intinya model pembelajaran discovery learning ini mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented di mana guru menjadi pusat informasi menjadi student oriented siswa menjadi subjek aktif belajar. Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran discovery learning adalah model mengajar yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat memahami konsep, arti dan hubungan sehingga pada akhirnya siswa akan dapat menemukan kesimpulannya sendiri. 2) Kelebihan dan Kelemahan Model Discovery Learning a) Kelebihan Penerapan Discovery Learning Model pembelajaran discovery learning memiliki beberapa kelebihan. Menurut Kemendikbud (2014, h. 32), yaitu: (1) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan ketrampilan-ketrampilan dan proses-proses kognitif. (2) Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer. (3) Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil. (4) Model ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri. (5) Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri. (6) Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerjasama dengan yang lainnya. (7) Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. (8) Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan tentu atau pasti. (9) Siswa kan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik. (10) Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru. (11) Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri. (12) Mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri. (13) Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik. (14) Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang. (15) Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia seutuhnya. (16) Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa. (17) Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar. (18) Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu. b) Kelemahan Penerapan Discovery Learning Model pembelajaran discovery learning memiliki beberapa kelemahan. menurut Kemendikbud (2014, h. 32), yaitu: (1) Menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. (2) Tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya. (3) Harapan-harapan yang terkandung dalam model ini dapat buyar terhadap dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama. (4) Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, ketrampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian. (5) Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa. (6) Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru. c) Aplikasi Model Discovery Learning Untuk dapat mengaplikasikan model discovery learning ini, dilakukan dalam dua tahap yaitu yang pertama yang harus dilakukan adalah mempersiapkan aplikasi tersebut dan tahap yang kedua adalah memperhatiakn prosedur aplikasinya. Menurut Cahyo (2013, h. 248) untuk dapat mengaplikasikan model discovery learning yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut: (1) Tahap Persiapan dalam Aplikasi Model Discovery Learning Dalam rangka mengaplikasikan model discovery learning di dalam kelas, seorang guru bidang studi harus melakukan beberapa persiapan terlbih dahulu. Berikut ini tahap perencanaan menurut Bruner (1969) dikutip Cahyo (2013, h.248 ) sebagai berikut: (a) Menentukan tujuan pembelajaran. (b) Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya). (c) Memilih materi pelajaran. (d) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi). (e) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa. (f) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dan yang kongkrit ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai simbolik. (g) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa. (2) Proses Aplikasi Discovery Learning Menurut Syah dalam Kemendikbud (2014, h. 33), dalam mengaplikasikan model disovery learning di dalam kelas, tahapan atau prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum adalah sebagai berikut: (a) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan) Pertama-tama, pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberikan generalisasi agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Pada tahap ini, guru bertanya dengan mengajukan persoalan atau menyuruh anak didik membaca atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan. Stimulation pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan. (b) Problem Statment (pernyataan/identifikasi masalah) Setelah dilakukan stimulation, langkah selanjutnya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran. (c) Data Collection (pengumpulan data) Ketika eksplorasi berlangsung, guru juga memberi kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. (d) Data Processing (pengolahan data) Data processing merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. (e) Verification (pembuktian) Menurut Bruner, verification bertujuan agar proses belajar akan belajar dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. (f) Generalization (menarik kesimpulan) Tahap generalization menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, tentu saja dengan memperhatikan hasil verifikasi. d) Interaksi Guru dan Siswa Dalam model discovery learning, guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus daat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Seorang guru dalam aplikasi model discovery learning harus dapat menempatkan siswa pada kesempatan-kesempatan dalam belajar lebih mandiri. Bruner sebagaimana dikutip Budiningsih (2012, h. 65) mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif maka guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Pada akhirnya, yang menjadi tujuan pada metode ini menurut Bruner, adalah menjadikan siswa berperan seorang problem solver, seorang scientist, historin atau ahli matematika. Dengan kegiatan tersebut, siswa akan menguasainya, menerapkan, serta menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya. 2. Disiplin Siswa a. Pengertian Disiplin Setiap anak perlu memiliki kedisiplinan bila ia ingin bahagia dan menjadi pribadi yang baik penyesuaiannya. Melalui disiplin seseorang dapat belajar berperilaku dengan cara-cara yang berlaku di masyarakat sehingga ia dapat di terima oleh anggota kelompok sosialnya. Kedisiplinan pertama kali di dapatkan oleh seorang anak dari keluarganya, kemudian kedisiplinan didapatkan pada saat anak masuk ke jenjang pendidikan. Kedisiplinan sangat penting untuk mengarahkan siswa agar berperilaku sesuai dengan aturan yang ada. Menurut Sobur (1985, h. 64), kedisiplinan adalah suatu proses dari latiahan atau belajar yang bersangkut paut dengan pertumbuhan dan perkembangan. Selanjutnya menurut Hurlock (1990, h. 82), disiplin berasal dari kata “disciple”yang berarti bahwa seseorang belajar secara sukarela mengikuti seorang pemimpin. Good’s Dictionary of Education menjelaskan disiplin yaitu : “(1) proses atau hasil pengarahan atau pengendalian keinginan, dorongan atau kepentingan demi suatu citat-cita atau untuk mencapai tindakan yang lebih efektif dan dapat diandalkan; (2) pencarian cara-cara bertindak yang tepilih dengan gigih, aktif dan diarahkan sendiri, sekalipun menghadapi rintangan atau gangguan; (3) pengendalian perilaku murid dengan langsung dan otoriter melalui hukuman dan/atau hadiah; (4) secara negatif pengekangan setiap dorongan, sering melalui cara yang tak enak, menyakitkan; (5) Suatu cabang ilmu pengetahuan” (Sutisna 1989 : 109). Orang tua dan pendidik meruakan contoh yang kongkri yang di lihat anak setiap harinya dalam hal kedisiplinan. Disiplin adalah suatu sikap konsisten dalam melakukan sesuatu. Kegiatan yang perlu dibudayakan disekolah berkaitan dengan nilai dasar ini antara lain : tepat waktu masuk sekolah, mengikuti pertemuan atau kegiatan lain yang dijadwalkan oleh sekolah Depdiknas (2001, h. 7). Sukardi (1983, h. 102) mengatakan bahwa “disiplin mempunyai dua arti yang berbeda, tetapi keduanya mempunyai hubungan yang berarti : (1) disiplin dapat diartikan suatu rentetan kegiatan atau latihan yang berencana, yang dianggap perlu untuk mencapai suatu tujuan, (2) disiplin dapat diartikan sebagai hukuman terhadap tingkah laku yang tidak diinginkan atau melanggar ketentuan-ketentuan peraturan atau hukum yang berlaku”. Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah sikap yang dimiliki seseorang untuk mematuhi aturan-aturan yang berlaku dalam sebuah instansi maupun bukan instansi baik instansi pemerintahatau swasta kemudian keluarga maupun masyarakat. b. Ciri-Ciri Disiplin Siswa Menurut Arikunto (2005, h. 270) kedisiplinan siswa dapat dilihat dalam 3 aspek yaitu: 1) Aspek disiplin siswa di lingkungan keluarga Yang dimaksud dengan disiplin keluarga adalah peraturan dirumah mengajarkan anak apa yang harus dan apa yang boleh dilakukan dirumah atau dalam hubungan dengan anggota keluarga. Disiplin keluarga mempunyai peran penting agar anak segera belajar dalam hal prilaku. Lingkungan keluarga sering disebut lingkungan pertama didalam pendidikan dan sangat penting dalam membetuk pola kepribadian anak, karena dalam keluarga anak pertama kali berkenalan dengan nilai dan norma. Aspek disiplin dilingkungan keluarga, meliputi: a) Mengerjakan tugas sekolah di rumah b) Mempersiapkan keperluan sekolah dirumah. 2) Aspek disiplin siswa di lingkungan sekolah Yang dimaksud dengan disiplin sekolah adalah peraturan, peraturan ini mengatakan pada anak apa yang harus dan apa yang tidak boleh dilakukan sewaktu dilingkungan sekolah. Disiplin sekolah merupakan hal yang sangat penting dalam peraturan dan tata tertib yang ditunjukan pada siswa. Apabila disiplin sekolah telah menjadi kebiasaan belajar, maka nantinya siswa benar-benar menganggap kalau belajar disekolah adalah merupakan suatu kebutuhan bukan sebagai kewajiban atau tekanan. Aspek disiplin siswa di lingkungan sekolah, meliputi : a) Sikap siswa dikelas b) Kehadiran siswa c) Melaksanakan tata tertib di sekolah. 3) Aspek disiplin siswa di lingkungan pergaulan Yang dimaksud disiplin pergaulan adalah peraturan lapangan bermain terutama dipusatkan pada permainan dan olah raga. Peraturan itu juga mengatur tingkah laku kelompok. Peraturan disini mempunyai nilai pendidikan, sebab peraturan memperkenalkan pada anak prilaku yang disetujui anggota kelompoknya. Aspek disiplin siswa di lingkungan pergaulan, meliputi : a) Yang berhubungan dengan pinjam meminjam b) Yang berhubungan dengan disiplin waktu. Dari ciri – ciri kedisiplinan menurut Arikunto di atas, maka didapat indikator kedisiplinan sebagai berikut: a) Mengerjakan tugas sekolah di rumah Mengerjakan tugas sekolah dirumah maksudnya adalah jika ada pekerjaan rumah (PR) dari guru maka siswa selalu mengerjakannya dirumah secara individu maupun kelompok dan bertanya kepada bapak atau ibunya. b) Mempersiapkan keperluan sekolah dirumah Mempersiapkan keperluan sekolah dirumah maksudya adalah setiap sore atau malam hari siswa selalu mempersiapkan perlengkapan belajar misalnya buku tulis, buku paket,dan alat tulis yang akan dibawa kesekolah. c) Sikap siswa dikelas Sikap siswa dikelas maksudnya adalah pada saat guru menerangkan materi pelajaran maka siswa memperhatikannya dan tidak membuat kegaduhan didalam kelas serta jika ada tugas dari guru maka siswa akan langsung mengerjakannya. d) Kehadiran siswa Kehadiran siswa maksudnya adalah siswa tidak terlambat pada saat pembelajaran akan dimulai maka siswa akan datang kekelas lebih awal dan siswa tidak membolos pada saat pembelajaran dimulai. e) Melaksanakan tata tertib di sekolah Mengerjakan tata tertib disekolah maksudnya adalah siswa membiasakan diri berangkat lebih awal sebelum bel masuk sekolah berbunyi, dan jika tidak masuk sekolah maka siswa akan membuat surat izinnya agar diketahui oleh guru serta siswa akan meninggalkan sekolah setelah bel pulang berbunyi. f) Yang berhubungan dengan pinjam meminjam Yang berhubungan dengan pinjam meminjam maksudnya adalah siswa akan meminjam buku catatan miliki temannya karena merasa buku catatan miliknya kurang lengkap dan akan mengembalikannya dengan tepat waktu. g) Yang berhubungan dengan pemanfaatan waktu Yang berhubungan dengan pemanfaatan waktu maksudnya adalah siswa akan membiasakan diri untuk membuat jadwal atau rencana belajar agar belajar dengan teratur dan jika pada saat waktu luang maka digunakannya untuk belajar. h) Yang berhubungan dengan membuang sampah Yang berhubungan dengan membuang sampah maksudnya dalah tidak membuang sampah sembarangan selalu menjaga kebersihan lingkungan sekolah. c. Aspek-Aspek Disiplin Selain aspek-aspek disiplin yang sudah ada diatas ada beberaa aspek didiplin yang harus diketahui sebelumnya. Menurut Durkheim (1990, h. 93) ada dua aspek dari disiplin, yaitu: 1) Keinginan akan adanya keteraturan. Keseluruhan tatanan moral bertopang pada keteraturan ini. 2) Penguasaan diri. Seseorang yang disiplin akan memahami bahwa tidak semua keinginannya dapat terpenuhi karena ia harus menyesuaikan diri dengan realitas. Sedang menurut Sobur (1985, h. 64), dalam kedisiplinan mengandung aspek kontrol diri, yaitu menguasai tingkah laku sendiri tanpa ada engaruh dari luar sehingga siswa tidak mudah terpengaruh terhadap perilaku yang tidak baik. Menurut Abu (1989, h. 37), kedisiplinan memiliki aspek yaitu: 1) Ketertiban terhadap peraturan. Adanya ketaatan atau kepatuhan terhadap peraturan-peraturan secara tertulis maupun tidak tertulis. 2) Tanggung jawab. Tanggung jawab memunculkan disiplin yang berkaitan dengan bersikap jujur dan penuh tanggung jawab atas semua perbuatan dan berani menanggung resiko. Pendapat dari tiga tokoh orang tersebut yaitu Durkheim, Sobur dan Abu tentang aspek kedisiplinan siswa memiliki kesamaan yaitu aspek ketertiban terhadap peraturan, tanggung jawab dan kontrol diri. Dari pendapat beberapa tokoh diatas tentang aspek kedisiplinan maka penulis dapat menyimpulkan bahwa aspek-aspek kedisiplinan yaitu: a) Ketertiban terhadap peraturan yang ada b) Tanggung jawab c) Kontrol diri d. Perlunya Disiplin Siswa Menurut Hurlock (1990, h. 83) mengemukakan bahwa disiplin itu perlu untuk perkembangan anak, karena ia memenuhi beberapa kebutuhan tertentu, di antaranya adalah: 1) Disiplin memberi anak rasa aman dengan memberitahukan apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan 2) Dengan membantu anak menghindari perasaan bersalah dan rasa malu akibat prilaku yang salah, perasaan yang pasti mengakibatkan rasa tidak bahagia dan penyesuaian yang buruk. Disiplin memungkinkan anak hidup menurut standar yang disetujui kelompok sosial dan dengan demikian memperoleh persetujuan sosial 3) Dengan disiplin, anak belajar bersikap menuruti cara yang akan mendatangkan pujian yang akan ditafsirkan anak sebagai tanda kasih sayang dan penerimaan. Hal ini esensial bagi penyesuaian yang berhasil dan kebahagiaan 4) Disiplin yang sesuai dengan perkembangan berfungsi sebagai motivasi pendorong ego yang mendorong anak mencapai apa yang diharapkan darinya 5) Disiplin membantu anak mengembangkan hati nurani atau suara dari dalam yang membimbing dalam mengambil suatu keputusan dan pengendalian prilaku. Jadi dari penjelasan diatas maka dapat di lihat bahwa disiplin sangat diperlukan karena dengan adanya disiplin anak dapat lebih bertanggung jawab dan dapat memotivasi anak menjadi lebih baik lagi dalam segala aspek. e. Tujuan Disiplin Siswa Maman Rachman dalam (akhmadsudrajat.wordpress.com) mengemukakan bahwa tujuan disiplin sekolah adalah : 1) Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang. 2) Mendorong siswa melakukan yang baik dan benar. 3) Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah. 4) Siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta lingkungannya. Wikipedia mengemukakan bahwa tujuan disiplin sekolah adalah “untuk menciptakan keamanan dan lingkungan belajar yang nyaman terutama di kelas. Di dalam kelas, jika seorang guru tidak mampu menerapkan disiplin dengan baik maka siswa mungkin menjadi kurang termotivasi dan memperoleh penekanan tertentu, dan suasana belajar menjadi kurang kondusif untuk mencapai prestasi belajar siswa”, dalam (www.integral.sch.id). Dalam (tarmizi.wordpress.com) dikemukakan bahwa tujuan disiplin adalah untuk menciptakan susana sekolah yang aman dan tertib sehingga akan terhindar dari kejadian-kejadian yang bersifat negatif. f. Upaya-Upaya yang Dilakukan dalam Menerapkan Kedisiplinan Dalam bimbingan dan konseling terdapat layanan konseling kelompok dengan bidang bimbingan sosial yang memungkinkan siswa memperoleh kesempatan bagi pembahasan dan pengentasan masalah yang di alami melalui dinamika kelompok, yaitu masalah-masalah yang berkenaan dengan pemahaman dan pelaksanaan disiplin dan peraturan sekolah (Sukardi, 2003 : 55). Siswa yang melakukan pelanggaran teradap ketentuan yang tercantum dalam tatakrama dan tata tertib kehidupan sosial sekolah di kenakan sanksi sebagai berikut : (1) teguran, (2) penugasan (3) pemanggilan orang tua, (4) skorsing, (5) dikeluarkan dari sekolah (Depdiknas, 2001 : 29). Dalam (www.smppgricimanggisdepok.com) dikemukakan bahwa ada beberapa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan disiplin siswa antara lain : a) Peraturan dan tata tertib sekolah perlu senantiasa disosialisasikan melalui setiap kesempatan dapat pada media yang dapat dimanfaatkan, misalnya: majalah dinding, upacara penaikan bendera pada saat mengajar dan lain-lain. b) Pembina disiplin secara individual oleh wali kelas maupun secara kelompok oleh guru BP. c) Adanya tindakan yang seragam dari para guru. Hal ini dimaksudkan agar disiplin menjadi budaya sekolah yang mendarah daging karena tindakan indisipliber tidak akan ditoleri oleh siapapun. d) Administrasi piket perlu ditindak lanjuti. Data-data yang dikumpulkan seperti angka keterlambatan, ketidak hadiran dapat ditabulasikan atau dibuat grafik sehingga dapat dijadikan sebagai bahan untuk mengevaluasi sejauh mana keberhasilan pembinaan disiplin. B. HASIL PENELITIAN TERDAHULU Dari beberapa hasil temuan yang ditemukan oleh Diah Septiani (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Tematik Terpadu Melalui Model Discovery Learning Berbantu Lks Kelas Iv SD Negeri Kauman 07 Batang Tahun Pelajaran 2013/2014” disimpulkan bahwa model discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar. Pembelajaran dengan Model Discovery Learning memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar tematik terpadu serta dapat mendorong rasa ingin tahu siswa terhadap suatu konsep dan berusaha untuk mencari pemecahan masalah secara mandiri sehingga mampu menemukan jawabannya. Melalui penerapan model discovery learning pada pembelajaran tematik adanya peningkatan pada setiap siklus. Nilai hasil penelitian hasil belajar peserta didik pada siklus 1 mencapai 75%. Siklus ke II nilai belajar peserta didik meningkat menjadi 86%. Pada Siklus ke III nilai hasil belajar meningkat menjadi 100% sehingga dinyatakan tuntas. Jadi kesimpulannya, dengan model discovery learning memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar tematik terpadu serta dapat mendorong rasa ingin tahu siswa terhadap suatu konsep dan berusaha untuk mencari pemecahan masalah secara mandiri sehingga mampu menemukan jawabannya. C. KERANGKA PEMIKIRAN Pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru secara terprogram dalam disain instruksional yang menciptakan proses interaksi antara sesama peserta didik, guru dengan peserta didik dan dengan sumber belajar. Pembelajaran bertujuan untuk menciptakan perubahan secara terus-menerus dalam perilaku dan pemikiran siswa pada suatu lingkungan belajar. Keberhasilan proses pembelajaran tidak lepas dari ketepatan pemilihan model pembelajaran yang berdampak pada peningkatan kompetensi siswa. Model pembelajaran Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Dalam pembelajaran discovery (penemuan), kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa, sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam menemukan konsep, siswa melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip. Dengan teknik tersebut, siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi. Pada intinya model pembelajaran discovery learning ini mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented di mana guru menjadi pusat informasi menjadi student oriented siswa menjadi subjek aktif belajar. Disiplin adalah suatu sikap konsisten dalam melakukan sesuatu. Kegiatan yang perlu dibudayakan disekolah berkaitan dengan nilai dasar ini antara lain : tepat waktu masuk sekolah, mengikuti pertemuan atau kegiatan lain yang dijadwalkan oleh sekolah. Seseorang dapat dikatakan disiplin apabila sudah memenuhi beberapa ciri-ciri disiplin sebagai berikut: Mengerjakan tugas sekolah di rumah, Mempersiapkan keperluan sekolah dirumah, Sikap siswa dikelas, Kehadiran siswa, Melaksanakan tata tertib di sekolah, Yang berhubungan dengan pinjam meminjam, Yang berhubungan dengan pemanfaatan waktu, Yang berhubungan membuang sampah. Rendahnya disiplin pada siswa kelas I SDN Melong Asih 4 disebabkan karena beberapa faktor yaitu malasnya mengerjakan tugas rumah, membuang sampang sembarangan, datang terlambat kesekolah dan sebagainya. Oleh karena itu, peneliti memberikan solusi dengan mengaplikasikan Model Discovery Learning untuk meningkatkan kedisiplinan siswa. Dalam mengaplikasikan Model Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Pembelajaran dengan model doscovery leraning menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan lebih aktif dan dapat meningkatkan disiplin siswa . Kerangka berfikir diatas dapat digambarkan dalam bentuk bagan PTK menurut sumber ZainalAqib (2006, h. 17) sebagai berikut: Gambar 2.1 Kerangka Berfikir D. ASUMSI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1. Asumsi Asumsi merupakan kalimat pernyataan awal dari sebuah penelitian. Suatu hal yang di yakini kebenarannya oleh peneliti adalah asumsi atau anggapan dasar harus di rumuskan secara jelas, Arikunto (2002, h. 61). Selaras dengan pernyataan tersebut, Sukmadinata (2008, h. 305) mentayatakan bahwa: “Asumsi merupakan titik pangkal dalam penelitian skripsi, tesis dan disertasi. Asumsi daat berupa teori, evidensi atau pemikiran peneliti sendiri yang tidak perlu dibuktikan lagi kebenarannya minimal dengan masalah yang diteliti. Asumsi merupakan landasan hipotesis dan di rumuskan dalam kalimat deklaratif”. Adapun asumsi dalam penelitian ini yaitu kedisiplinan siswa akan meningkat secara maksimal apabila guru benar-benar menguasai kelas dan jalannya pembelajaran. Untuk mewujudkan semua itu harus menguasai model pembelajaran yang tepat, agar pembelajaran di kelas tidak lagi omonoton, menghilangkan stigma negatif dalam pembelajaran yang hanya menggunakan metode ceramah saja. Oleh karena itu dengan menggunakan model Discovery Learning diharapkan guru mampu menciptakan suasana pembelajaran yang aktif,kreatif dan menyenangkan sehingga mampu meningkatkan disiplin siswa kelas I SDN Melong Asih 4. 2. Hipotesis Tindakan Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah (belum tentu kebenarannya) sehingga harus diuji secara empiris, Purwanto (2007, h. 137). Berdasarkan kerangka berfikir diatas, dapat dijelaskan hipotesis tindakan sebagai berikut: “Melalui Penerapan Model Discovery Learning dapat Meningkatkan Disiplin Siswa Kelas I SDN Melong Asih 4 pada tema Diriku sub tema Aku dan Teman Baru”. Adapun lebih jelasnya hipotesis tindakan dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Perencanaan pembelajaran dengan model discovery learning dapat meningkatkan disiplin siswa dalam pembelajaran pada tema Diriku sub tema Aku Dan Teman Baru di SDN Melong Asih 4. b. Pelaksanaan pembelajaran dengan model discovery learning dapat meningkatkan disiplin siswa dalam pembelajaran pada tema Diriku sub tema Aku Dan Teman Baru di SDN Melong Asih 4. c. Disiplin siswa pada tema Diriku sub tema Aku dan Teman baru kelas I SDN Melong Asih 4 meningkat setelah menggunakan model discovery leraning.

Item Type: Thesis (Skripsi(S1))
Subjects: S1-Skripsi
Divisions: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > PGSD 2014
Depositing User: Iyas -
Date Deposited: 28 Jun 2016 09:35
Last Modified: 28 Jun 2016 09:35
URI: http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/5323

Actions (login required)

View Item View Item