PENGGUNAAN MODEL INQUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA TEMA INDAHNYA KEBERSAMAAN SUBTEMA KEBERSAMAAN DALAM KERAGAMAN

Dewi Anggraeni, 105060023 (2016) PENGGUNAAN MODEL INQUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA TEMA INDAHNYA KEBERSAMAAN SUBTEMA KEBERSAMAAN DALAM KERAGAMAN. Skripsi(S1) thesis, FKIP UNPAS.

[img] Text
COVER.docx

Download (49kB)
[img] Text
LEMBAR PENGESAHAN.docx

Download (12kB)
[img] Text
MOTO DAN PERSEMBAHAN.docx

Download (18kB)
[img] Text
LEMBAR PERNYATAAN SKRIPSI.docx

Download (13kB)
[img] Text
ABSTRAK.docx

Download (14kB)
[img] Text
ABSTRACT B.INGGRIS.doc

Download (31kB)
[img] Text
KATA PENGANTAR dan Ucapan terima kasih.docx

Download (28kB)
[img] Text
BAB I-V.docx
Restricted to Repository staff only

Download (210kB)
[img] Text
DAFTAR PUSTAKA.docx

Download (16kB)
[img] Text
RIWAYAT HIDUP.docx

Download (43kB)

Abstract

ABSTRAK PENGGUNAAN MODEL INQUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA TEMA INDAHNYA KEBERSAMAAN SUBTEMA KEBERSAMAAN DALAM KEBERAGAMAN (Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelajaran 4 di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Ampel II Kec. Ligung Kab. Majalengka). Oleh Dewi Anggraeni 105060023 Penelitian menggunakan model inquiri terbimbing untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada tema indahnya kebersamaan subtema kebersamaan dalam keberagaman di kelas IV SD Negeri Ampel II dilatarbelakangi dengan siswa kurang termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, karena siswa merasa jenuh dan bosan untuk mengikuti pembelajaran yang diberikan oleh guru hanyalah metode ceramah dan teori tanpa adanya praktek akibatnya hasil belajar siswa menurun. Hal ini dibuktikan dengan hasil pretest siswa pada siklus I dengan ketuntasan 20,8% dan siklus II dengan ketuntasan 41,6%. Oleh karena itu, perlu dilakukan perubahan dalam meningkatkan hasil beajar, aktivitas siswa, serta kreativitas guru dalam mengelola proses pembelajaran yaitu dengan menggunakan model iquiri terbimbing. Penelitian ini menggunakan dua siklus dimana tiap siklusnya terdapat perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi, instrumen yang digunakan untuk mengumpulkn data yaitu lembar observasi, wawancara, angket dan lembar test. Secara keseluruhan hasil penelitian mampu menjawab pertanyaan peneliti dengan menunjukan adanya peningkatan, baik pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran tematik dengan fokus pembelajaran bahasa indonesia dan PPKn, maupun pemahaman belajar siswa. Pembelajaran menggunakan model inquiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar terhadap materi pembelajaran tematik dengan fokus pembelajaran bahasa indonesia dan PPKn dan sekaligus meningkatkan hasil prestasi belajar siswa. Hasil postest dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Ketuntasan belajar siswa pada siklus I dengan presentase 41,6% dan siklus II dengan persentase 91,6%. Dengan demikian, penggunaan model inquiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada tema indahnya kebersamaan subtema kebersamaan dalam keberagaman. Kata Kunci: Inquiri Terbimbing, Hasil Belajar Siswa. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu, maka setiap manusia harus menapaki dunia pendidikan agar kehidupannya menjadi lebih baik. Pendidikan menurut UU NO.20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1 tentang sisdiknas bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kecerdasan, spiritual, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan masyarakat dirinya, bangsa dan negara. Pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Makna manusia yang berkualitas adalah manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, pendidikan nasional harus berfungsi secara optimal sebagai wahana dalam pembangunan bangsa dan karakter. Penyelenggaraan pendidikan diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan menjadi faktor determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan negara Indonesia sepanjang jaman. Karena kurikulum dipandang sebagai salah satu unsur yang bisa memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik maka kurikulum 2013 perlu dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) Manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; (2) Manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; (3) Warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Pada dasarnya yang mendasari kegiatan pembelajaran pada kurikulum 2013 adalah pendekatan ilmiah (saintific approach), walupun sebenarnya bukan hal yang baru, karena pendekatan ilmiah pada KBK sudah ada, namun istilahnya saja yang berbeda. Adapun ciri-ciri umumnya adalah kegiatan pembelajaran yang mengedepankan kegiatan-kegiatan proses yaitu mengamati, menanya, mencoba, menyimpulkan. Sekolah merupakan salah satu tempat sarana siswa untuk belajar. Guru bukanlah satu-satunya orang dewasa yang biasa dijadikan sebagai sarang ilmu, namun hubungan antara satu siswa dengan siswa yang lain itu bisa dikatakan sebagai tempat bertukarnya ilmu. Tidak hanya itu orang tua, tetangga pun bisa dijadikan tempat mencari ilmu. Ilmu yang didapat bisa berbagai macam, tidak hanya ilmu yang bersifat akademis, namun ilmu yang berkaitan dengan sehari- hari pun dapat disebut dengan ilmu. Saat ini adalah saat transisi dalam bidang pendidikan. Masa beralihnya dari kurikulum KTSP 2006 kekurikulum 2013. Di dalam kurikulum KTSP dan kurikulum sebelumnya secara garis besar lebih mengedepankan pada aspek kognitif lalu psikomotorik kemudian afektif. Hal tersebut disinyalir merupakan penyebab buruknya kualitas pendidikan di Indonesia. Maka dari itu para ahli pendidikan bekerja sama dengan pemerintah mengubah kurikulum tersebut dengan kurikulum 2013. Memang pada dasarnya perubahan yang terjadi dalam bidang pendidikan ini dilatarbelakangi oleh keinginan untuk memperbaiki mutu pendidikan. Alasan penulis mengambil kurikulum 2013 ini karena peniliti adalah calon guru di masa yang akan datang, jadi peneliti berniat untuk mencoba mempelajari atau membuat skripsi menggunakan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 ini lebih menonjolkan pada aspek afektif lalu psikomotorik kemudian kognitif. Diharapkan agar generasi penerus bangsa memiliki watak pancasila yang mampu memajukan kualitas bangsa dari segala sisi. Pada kenyataannya, situasi pembelajaran kurang memenuhi dari yang diharapkan. Khususnya di lokasi yang akan penulis teliti. Hasil pembelajaran bisa ditentukan dari aktivitas yang siswa lakukan selama proses belajar. Tentunya jika siswa berperan aktif belajar, maka hasil yang didapat adalah memuaskan. Berdasarkan hasil obervasi yang dilakukan oleh penulis pada saat pembelajaran PKN berlangsung di kelas IV SDN Ampel II. Menunjukan adanya ketidak pahaman siswa mengenai pembelajaran indahnya kebersamaan, khususnya pada materi kebersamaan dalam keberagaman. Adanya penyebab faktor-faktor yang menyebabkan permasalahan tersebut yaitu berasal dari siswa dan guru. Faktor penyebab permasalahan dari siswa, di antaranya: (1) Siswa tidak aktif mengikuti kegiatan pembelajaran, karena pengetahuan siswa tentang materi kebersaam dalam keberagaman kurang di pahami siswa. (2) Siswa tidak mempunyai pengetahuan awal tentang indahnya kebersamaan, akibatnya siswa tidak aktif dalam mengikuti pembelajaran yang sedang berlangsung.(3) Hasil belajar siswa memperoleh nilai dibawah KKM yang telah ditetapkan sebesar 2,66, diantaranya: 15 siswa yang mendapat nilai 2,4, 5 siswa yang mendapatkan nilai 2,6, dan 4 siswa mendapatkan nilai 3. Sedangkan faktor penyebab permasalahan yang berasal dari guru, di antaraya: (1) Guru kurang melibatkan siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas. (2) Guru kurang membimbing siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan awal siswa dalam memahami kebersamaan dalam keberagaman; (3) Guru tidak menerapkan pembelajaran yang efektif dan bermakna; dan (4) Guru tidak menggunakan media pembelajaran dalam proses penyampaian materi kebersamaan dalam keberagaman. Fakta-fakta di atas diperkuat oleh hasil wawancara dengan salah satu guru, tepatnya wali kelas IV SDN Ampel II, yang dilaksanakan pada tanggal 10 Mei 2014. Hasil wawancara tersebut menjelaskan alasan ketidak pahaman siswa memahami tentang materi kebersamaan dan keberagaman, di antaranya: (1) Guru beranggaapan bahwa kegiatan pembelajaran tentang materi kebersamaan dalam keberagaman, biasanya menggunakan metode hafalan; (2) Guru beranggapan kurangnya pengetahuan mengenai model-model atau metode-metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran mengenai materi kebersamaan dalam keberagaman; dan (4) Guru beranggapan bahwa media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran cukup dengan buku teks. Harapanya dengan menggunakan metode inquiri terbimbing, siswa lebih termotivasi dalam mengikuti pemebelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajarnya dalam pembelajaran tematik, dan dapat memperoleh hasil belajar yang maksimal dalam proses belajar, khususnya tentang tema indahnya kebersamaan subtema kebersamaan dalam keberagaman di kelas IV SDN Ampel II. Dalam kaitanya dengan pengajaran tematik keberadaan media pembelajaran jelas mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan belajar mengajar. Pengajaran pada dasarnya (Nana Sudjana 2002:43) adalah suatu proses terjadinya interaksi guru dan siswa melalui kegiatan terpadu dari dua bentuk kegiatan, yaitu kegiatan belajar siswa dan kegiatan mengajar guru. Model pembelajaran inquiri terbimbing diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi kebersamaan dalam keberagaman sehingga motivasi dan prestasi belajar siswa dapat meningkat lebih baik. Dengan demikin, penulis berpandangan perlu di adakan penelitian dengan mengajukan salah satu solusi yaitu penerapan model pembelajaran inquiri terbimbing dalam pembelajaran tematik. Model pembelajaran inquiri terbimbing diasumsikan dapat membuat pembelajaran tematik khususnya pada tema 1 indahnya kebersamaan lebih bermakna dan siswa lebih dapat termotivasi dalam pembelajaran subtema 2 kebersamaan dalam keberagaman. Di samping itu, model pembelajaran inquiri terbimbing memiliki 6 karakteristik menurut Kuhithau dan Carol (2006): 1) Siswa belajar dengan aktif dan memikirkan sesuatu berdasarkan pengalaman, 2) Siswa belajar dengan aktif membangun apa yang telah diketahuinya, 3) Siswa mengembangkan daya pikir yang lebih tinggi melalui petunjuk atau bimbingan pada proses belajar, 4) Perkembangan siswa terjadi pada serangkaian tahap, 5) Siswa memliki cara belajar yang berbeda satu sama lainnya, 6) Siswa belajar melalui interaksi sosial dengan lainnya. Kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran inquiri terbimbing mempunyai kelebihan sebagai berikut : 1)Model pembelajaran inkuiri meningkatkan potensi intelektual siswa. Hal ini dikarenakan siswa diberi kesempatan untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari permasalahan yang diberikan dengan pengamatan dan pengalaman sendiri, 2) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat penyelidikan karena terlibat langsung dalam proses pertemuan, 3) Belajar melalui inquiri dapat memperpanjang proses ingatan, pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemikiran sendiri akan lebih mudah diingat, 4) Belajar dengan inquiri, siswa dapat memahami konsep-konsep sains dan ide-ide dengan baik. Sedangkan kelemahan dari penerapan metode pembelajaran inquiri terbimbing dalam kegiatan pembelajaran, di antaranya : 1) Tidak efisien, khususnya untuk mengajar siswa yang berjumlah besar sebagai contoh banyak waktu yang dihabiskan untuk membantu seorang siswa dalam menemukan teori--teori tertentu, 2) Harapan¬-harapan dalam model pembelajaran ini dapat terganggu oleh siswa-¬siswa dan guru¬-guru yang telah terbiasa dengan pengajaran tradisional, 3) Dalam beberapa bidang ilmu (misalnya sains), fasilitas yang dibutuhkan, 4) untuk menguji ide-¬ide tertentu tidak tersedia. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadi atau tidaknya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Menurut Gagne dalam Dimyati (2002: 10) belajar terdiri dari tiga komponen penting yaitu kondisi eksternal, kondisi internal, dan hasil belajar. Setelah menjalani proses belajar, seorang siswa akan memperoleh hasil dari proses belajar yang telah ia lakukan yang dinamakan hasil belajar. Hasil belajar siswa diukur dengan angka-angka yang bersifat pasti, tetapi mungkin juga hanya dapat diamati karena perubahan tingkah laku. Hasil belajar merupakan tolak ukur yang utama untuk mengetahui keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang hasil belajarnya tinggi dapat dikatakan, bahwa dia telah berhasil dalam belajar. Demikian pula sebaliknya, sedangkan dalam usaha untuk mencapai suatu hasil belajar dari proses belajar mengajar, seorang siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal. Rusyan dalam Herlina (2008: 24) berpendapat: Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh seorang siswa setelah ia melakukan kegiatan belajar mengajar tertentu atau setelah ia menerima pengajaran dari seorang guru pada suatu saat. Menurut Sudjana (2000: 28), hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses belajar. Sedangkan menurut aliran psikologi kognitif dalam, Rosyada dalam Herlina (2008: 25) memandang hasil belajar adalah: Mengembangkan berbagai strategi untuk mencatat dan memperoleh informasi, siswa harus aktif menemukan informasi-informasi tersebut dan guru menjadi partner siswa dalam proses penemuan berbagai informasi dan makna-makna dari informasi yang diperolehnya dalam pelajaran yang dibahas dan dikaji bersama. Menurut Bloom dalam Sardiman (2004: 23-24) bahwa ada tiga ranah hasil belajar, yaitu: 1) Kognitif: Knowledge (pengetahuan, ingatan), comperhension (pemahaman, menjelaskan, dan meringkas), analysis (menguraikan dan menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, dan membentuk bangunan baru), evaluation (menilai), application (menerapkan). 2) Affective: receiving (sikap menerima), responding (memberi respon), valuing (menilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). 3) Psychomotor: initiatory level, pre-routine level, and routinized level. Dari pengertian hasil belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli maka hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah proses belajar meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar tersebut bisa berbentuk pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Oleh karena itu seseorang yang melakukan aktivitas belajar dan memperoleh perubahan dalam dirinya dengan memperoleh pengalaman baru, maka individu itu dikatakan telah belajar. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu. Bila seorang siswa memperoleh hasil belajar yang tinggi pada suatu pelajaran tertentu maka siswa tersebut bisa dikatakan memiliki penguasaan yang baik terhadap pelajaran tersebut. Siswa itu juga dikatakan telah berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan oleh guru. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Abdurrahman (1999: 38) menyatakan bahwa seorang anak yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan instruksional. Atas dasar latar belakang masalah sebagaimana telah diutarakan di atas, maka penulis memandang penting dan perlu untuk melakukan penelitian dengan judul “Penggunaan Model Inquiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Tema Indahnya Kebersamaan Subtema Kebersamaan Dalam Keberagaman”. B. Identifikasi Masalah Atas dasar latar belakang masalah sebagaimana telah diutarakan di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: a. Media yang digunakan masih bersifat konvensional dalam pembelajaran tematik. b. Guru masih menganggap bahwa media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran cukup dengan buku teks, menggunakan metode ceramah dalam proses penyampaian materi pembelajaran. c. Pembelajaran yang dilaksanakan tidak melibatkan peran aktif siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga siswa kurang termotivasi dalam melakukan kegiatan pembelajaran akibatnya prestasi belajar siwa menurun. C. Batasan, dan Rumusan Masalah a. Batasan Masalah Identifikasi masalah di atas yang disajikan dalam bentuk kalimat tanya, masih terlalu luas cakupannya untuk diteliti, karena keterbatasan kemampuan penulis, maka identifikasi masalah di atas perlu dibatasi. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pertanyaan khusus yang dikemukakan adalah : ”Apakah penggunaan model pembelajaran inquiri terbimbingdapat menarik minat siswa di kelas IV SDN Ampel II , sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa tentang materi kebersamaan dalam keberagaman pada pembelajaran tematik? b. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas, masalah utama penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : a. Bagaimana perencanaan pembelajaran yang disusun dengan menggunakan model inquiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IV SDN Ampel II pada subtema kebersamaan dalam keberagaman? b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inquiri terbimbing pada pembelajaran tematik dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IV SDN Ampel II pada subtema kebersamaan dalam keberagaman? c. Apakah melalui penggunaan model inquiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IV SDN Ampel II pada subtema kebersamaan dalam keberagaman? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan di atas, maka tujuan penelitian yang ingin di capai untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik dalam pembelajaran tematik melalui penggunaan alat peraga atau media pembelajaran pada tema 1 indahnya kebersamaan, subtema 2 kebersamaan dalam keberagaman di kelas IV SD adalah : a. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik melalui model pembelajaran inquiri terbimbing mengenai tema 1 indahnya kebersamaan, subtema 2 kebersamaan dalam keberagaman. b. Untuk mengetahui proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inquiri terbimbing mengenai tema 1 indahnya kebersamaan, subtema 2 kebersamaan dalam keberagaaman. c. Untuk mengetahui hasil dari evaluasi dari yang sudah dilakukan dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik melalui model pembelajaran inquiri terbimbing mengenai tema 1 indahnya kebersamaan, subtema 2 kebersamaan dalam keberagaman. E. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis Model pembelajaran inquiri terbimbing merupakan salah satu model pembelajaran alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada tema 1 indahnya kebersamaan, subtema 2 kebersamaan dalam keberagaman. Model pembelajaran ini memberikan pengalaman langsung kepada siswa dalam menemukan sendiri konsep yang ingin diketahuinya lalu membangun konsep-konsep tersebut sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa. b. Manfaat Praktis 1. Bagi siswa a. Membantu mengatasi kesulitan pemahaman pembelajaran kebersamaan dalam keberagaman dengan menggunakan model inquiri terbimbing di SD Negeri Ampel II. b. Menambah motivasi belajar serta pemahaman siswa dalam pembelajaran. c. Membangkitkan motivasi kegiatan belajar siswa. 2. Bagi Guru Hasil penelitian ini dapat digunkan oleh guru sebagai salah satu model pembelajaran alternatif dalam pembelajaran tematik mengenai tema 1 indahnya kebersamaan, subtema 2 kebersamaan dalam keberagaman di kelas IV SD. 3. Bagi Sekolah Setelah melakukan penelitian di kelas IV SD Negeri Ampel II diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai model inquiri terbimbing mengenai tema 1 indahnya kebersamaan, subtema 2 kebersamaan dalam keberagaman. 4. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan memberikan pengalaman nyata bagi peneliti selanjutnya sehingga dapat menerapkan model pembelajaran inquiri terbimbing pada pembelajaran tematik. 5. Bagi PGSD Hasil penelitin ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi PGSD sebagai bahan kajian yang lebih mendalam sehingga kualitas pembelajaran tematik dapat meningkat dengan penerapan model pembelajaran inquiri terbimbing mengenai tema 1 indahnya kebersamaan , subtema 2 kebersamaan dalam keberagaman. F. Definisi Operasional Dalam mengatasi ketidak jelasan makna dan perbedaan pemahaman mengisi istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini, maka istilah tersebut memerlukan kejelasan tersendiri. Adapun istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Model Inquiri Terbimbing Inkuiri terbimbing adalah sebagai proses pembelajaran dimana guru menyediakan unsur-unsur asas dalam satu pelajaran dan kemudian meminta pelajar membuat generalisasi. Sanjaya (2008: 200) pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan problem atau masalah. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berifikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan berpikir tinggi tidak memonopoli kegiatan oleh sebab itu guru harus memiiki kemampuan mengelola kelas yang bagus. Indikator dalam model pembelajaran inquiri terbimbing yaitu, siswa mengetahui dan memahami proses pembelajaran yang sedang berlangsung, siswa mampu memecahkan permasalahan yang di sodorkan oleh guru. 2. Hasil Belajar merupakan hasil yang dicapai oleh seorang siswa setelah ia melakukan kegiatan belajar mengajar tertentu atau setelah ia menerima pengajaran dari seorang guru pada suatu saat. Hasil belajar merupakan tolak ukur yang utama untuk mengetahui keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang hasil belajarnya tinggi dapat dikatakan, bahwa dia telah berhasil dalam belajar. Demikian pula sebaliknya. Sedangkan dalam usaha untuk mencapai suatu hasil belajar dari proses belajar mengajar, seorang siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal. Menurut Sudjana (2000: 28), hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses belajar, indikatornya yaitu siswa mampu mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru ketika pembelajaran berlangsung atau tugas di rumah. 3. Belajar merupakan kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap jenjang pendidikan. Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dan penting dalam keseluruhan proses pendidikan. Belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Kegiatan belajar tersebut ada yang dilakukan di sekolah, di rumah, dan di tempat lain seperti di museum, di laboratorium, di hutan dan dimana saja. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri dan akan menjadi penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Menurut Vernon S. Gerlach & Donal P. Ely dalam bukunya teaching & Media-A systematic Approach (1971) dalam Arsyad (2011: 3) mengemukakan bahwa: belajar adalah perubahan perilaku, sedangkan perilaku itu adalah tindakan yang dapat diamati. Dengan kata lain perilaku adalah suatu tindakan yang dapat diamati atau hasil yang diakibatkan oleh tindakan atau beberapa tindakan yang dapat diamati. Menurut Gagne dalam Whandi (2007) belajar di definisikan sebagai: suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman”. Slameto (2003: 5) menyatakan belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar adalah pengalaman terencana yang membawa perubahan tingkah laku. (Gintings, 2005) Senada dengan ini maka pembelajaran, berarti juga seperti telah di kemukakan di depan, adalah memotivasi dan menyediakan fasilitas agar terjadi proses belajar pada diri siswa. 4. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik. Pembelajaran adalah memotivasi dan memberikan fasilitas kepada siswa agar dapat belajar sendiri. BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Model Pembelajaran Inquiri Terbimbing a. Pengertian Model Model adalah pola (contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan (Departemen P dan K, 1984:75). (Simamarta, 1983: ix – xii) Definisi lain dari model adalah: Abstraksi dari sistem sebenarnya, dalam gambaran yang lebih sederhana serta mempunyai tingkat prosentase yan bersifat menyeluruh, atau model adalah abstraksi dari realitas dengan hanya memusatkan perhatian pada beberapa sifat dari kehidupan sebenarnya. Model didefinisikan sebagai suatu representasi atau formalisasi dalam bahasa tertentu yang disepakati dari suatu system yang nyata. Sedangkan yang dimaksud dengan sistem yang nyata adalah sistem yang sedang berlangsung dalam kehidupan, sistem yang dijadikan titik atau fokus perhatian dan dipermasalahkan. Berbagai definisi model dikemukakan oleh para ahli antara lain: Ackoff, et all ( 1962 ) mengatakan bahwa: Model dapat dipandang dari tiga jenis kata yaitu sebagai kata benda, kata sifat dan kata kerja. Sebagai kata benda, model berarti representasi atau gambaran, sebagai kata sifat model adalah ideal, contoh, teladan dan sebagai kata kerja model adalah memperagakan, mempertunjukkan.Dalam pemodelan, model akan dirancang sebagai suatu penggambaran operasi dari suatu sistem nyata secara ideal dengan tujuan untuk menjelaskan atau menunjukkan hubungan-hubungan penting yang terkait. Gordon ( 1978 ) mendefinisikan: Model sebagai suatu kerangka utama informasisistem yang dikumpulkan untuk mempelajari sistem tersebut. Karena bertujuan untuk mempelajari suatu sistem maka model yang disusun tidaklah hanya satu model saja. Hal ini mengakibatkan satu sistem yang sama dengan berbagai model yang disusun akan memberikan analisis yang berbeda-beda. Atau dapat pula terjadi sebaliknya, bahwa analisis yang sama akan membuat model yang berbeda pada sistem yang sama. b. Karakteristik model yang baik Siregar pada tahun 1991 mengemukakan beberapa karakteristik suatu model yang baik sebagai ukuran untuk mencapai tujuan disusunnya suatu model, yaitu: a. Mempunyai tingkat generalisasi yang tinggi ; makin tinggi derajat generalisasi suatu model maka makin baik karena kemampuannya untuk memecahkan masalah makin besar. b. Mekanisme transparansi ; jika peneliti dapat melihat mekanisme suatu model dalam memecahkan masalah artinya model dapat menerangkan kembali tanpa ada yang disembunyikan. c. Mempunyai potensi untuk dikembangkan; model yang dinyatakan berhasil biasanya mampu membangkitkan peneliti lain untuk mengembangkan penelitian lainnya serta mengembangkan model tersebut menjadi lebih kompleks dengan tujuan untuk menjawab berbagai permasalahan pada sistem yang ada. d. Peka terhadap asumsi ; hal ini menunjukkan bahwa proses pembentukan model tidak pernah akan selesai karena akan selalu memberikan celah untuk membangkitkan asumsi-asumsi yang baru. Sedangkan pada penelitian farmako ekonomi, model ekonomi yang baik menurut Buxton yang dikemukakan pada tahun 1997 adalah yang memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Model disusun sesederhana mungkin untuk membantu para pengambil keputusan / kebijakan dalam memahami model dan permasalahan yang ada. b. Presentasi hasil dari model harus transparan c. Suatu model hanya baik bila dibangun dengan menggunakan data yang baik. Data tidak dapat dibuat menjadi sederhana. Peneliti kadang-kadang harus berdasarkan pada opini para ahli bila data tidak tersedia. Pada keadaan tersebut peneliti bertanggung jawab untuk menjelaskan hal tersebut pada para pengambil keputusan. d. Sepanjang proses penyusunan dan pengembangan model, peneliti harus menggali sebanyak mungkin ketidak pastian dan melakukan kompensasi terhadap ketidak pastian tersebut. Hasil yangn robust harus melalui uji dengan menggunakan analisis sensitivitas. e. Model tersebut harus divalidasi melalui perbandingan dengan model lainnya atau dengan pengujian lainnya yang sesuai. Hasil temuan dari evaluasi ekonomi harus selalu diperbaharui sesuai dengan berjalannya waktu dan bila tersedia informasi yang baru. c. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik. Pembelajaran adalah memotivasi dan memberikan fasilitas kepada siswa agar dapat belajar sendiri. Dan dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama dan karena adanya usaha. Dengan demikian dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan beberapa komponen : 1. Siswa, seorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. 2. Guru, seseorang yang bertindak sebagai pengelola, katalisator, dan peran lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif. 3. Tujuan, pernyataan tentang perubahan perilaku ( kognitif, psikomotorik, afektif) yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. 4. Materi Pelajaran, segala informasi berupa fakta, prinsip, dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan. 5. Metode, cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan. 6. Media, bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa. 7. Evaluasi, cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya. 8. Ciri - ciri Pembelajaran Menurut Eggen & amp ; Kauchak ( 1998 ) Menjelaskan bahwa ada enam ciri pembelajaran yang efektif, yaitu: 1) Siswa menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan perbedaan - perbedaan serta membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan, 2) Guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran, aktivitas - aktivitas siswa sepenuhnya didasarkan pada pengkajian, 3) Guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada siswa dalam menganalisis informasi, 4) Orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir, serta 5) Guru menggunakan teknik mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya mengajar guru. d. Model Pembelajaran (Arends, 1997: 7), Model pembelajaran adalah: Suatu prencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, dan pengelolaan kelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Joyce (1992: 4) bahwa “Each model guides us as we design instruction to help students achieve various objectives”. Maksud kutipan tersebut adalah bahwa setiap model mengarahkan kita dalam merancang pembelajaran untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat kita gunakan untuk mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas atau mengatur tutorial, dan untuk menetukan material/perangkat pembelajaran termasuk di dalamnnya buku-buku, film-film, tipe-tipe, program-program media komputer, dan kurikulum (sebagai kursus untuk belajar). Model Pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Jadi, sebenarnya model pembelajaran memiliki arti yang sama dengan pendekatan, strategi atau metode pembelajaran. Saat ini telah banyak dikembangkan berbagai macam model pembelajaran, dari yang sederhana sampai model yang agak kompleks dan rumit karena memerlukan banyak alat bantu dalam penerapannya. e. Ciri-ciri Model Pembelajaran Ada beberapa ciri-ciri model pembelajaran secara khusus diantaranya adalah : 1. Rasional teoritik yang logis yangdisusun oleh para pencipta atau pengembangnya. 2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar. 3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil. 4. Lingkungan belajar yang duperlukanagar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Sedangkan model pembelajaran menurut Kardi dan Nur ada lima model pemblajaran yang dapat digunakan dalam mengelola pembelajaran, yaitu: pembelajaran langsung, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berdasarkan masalah, diskusi, dan learning strategi. f. Model Inquiri Terbimbing Ahmadi dalam Ismawati (2007: 35) mengatakan bahwa inkuiri berasal dari kata inquire yang berarti menanyakan, meminta keterangan, atau penyelidikan, dan inkuiri berarti penyelidikan. Siswa diprogramkan agar selalu aktif secara mental maupun fisik. Materi yang disajikan guru bukan begitu saja diberikan dan diterima oleh siswa, tetapi siswa diusahakan sedemikian rupa sehingga mereka memperoleh berbagai pengalaman dalam rangka “menemukan sendiri” konsep-konsep yang direncanakan oleh guru. Model inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran yang menitikberatkan kepada aktifitas siswa dalam proses belajar. Tujuan umum dari pembelajaran inkuiri adalah untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir intelektual dan keterampilan lainnya seperti mengajukan pertanyaan dan keterampilan menemukan jawaban yang berawal dari keingin tahuan mereka, sebagaimana yang diungkapkan oleh Joyce dalam Cahyono (2010: 16) menyatakan bahwa “ The general goal of inquiry training is to help students develop the intellectual discipline and skills necessary to raise questions and search out answers stemming from their curiosity”. Dalam pembelajaran inkuiri diharapkan siswa secara maksimal terlibat langsung dalam proses kegiatan belajar, sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa tersebut dan mengembangkan sikap percaya diri yang dimiliki oleh siswa tersebut. Carin dan Sund dalam Ismawati (2007: 36) berpendapat bahwa pembelajaran model inkuiri mencakup inkuiri induktif terbimbing dan tak terbimbing, inkuiri deduktif, dan pemecahan masalah. Diantara model-model inkuiri yang lebih cocok untuk siswa adalah inkuiri induktif terbimbing, dimana siswa terlibat aktif dalam pembelajaran tentang konsep atau suatu gejala melalui pengamatan, pengukuran, pengumpulan data untuk ditarik kesimpulan. Pada inkuiri induktif terbimbing, guru tidak lagi berperan sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi, tetapi guru membuat rencana pembelajaran atau langkah-langkah percobaan. Siswa melakukan percobaan atau penyelidikan untuk menemukan konsep-konsep yang telah ditetapkan guru. Inkuiri terbimbing adalah sebagai proses pembelajaran dimana guru menyediakan unsur-unsur asas dalam satu pelajaran dan kemudian meminta pelajar membuat generalisasi. Sanjaya (2008: 200) pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan problem atau masalah. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berifikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan berpikir tinggi tidak memonopoli kegiatan oleh sebab itu guru harus memiiki kemampuan mengelola kelas yang bagus. g. Kelebihan Model Pembelajaran Inquiri Terbimbing Setiap model pembelajaran yang diterapkan dalam proses belajar mengajar memiliki kelebihan dan kekurangan. Model pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki kelebihan tertentu. Kelebihan model pembelajaran inkuiri terbimbing yang dikemukakan oleh Bruner (Wartono, 2003) yaitu : a. Model pembelajaran inkuiri meningkatkan potensi intelektual siswa. Hal ini dikarenakan siswa diberi kesempatan untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari permasalahan yang diberikan dengan pengamatan dan pengalaman sendiri. b. Ketergantungan siswa terhadap kepuasan ekstrinsik bergeser kearah kepuasan intrinsik. Siswa yang telah berhasil menemukan sendiri sampai dapat memecahkan masalah yang ada akan meningkatkan kepuasan intelektualnya yang datang dar dalam diri siswa. c. Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat penyelidikan karena terlibat langsung dalam proses penemuan. d. Belajar melalui inkuiri dapat memperpanjang proses ingatan. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemikiran sendiri akan lebih mudah diingat. e. Belajar dengan inkuiri, siswa dapat memahami konsep-¬konsep sains dan ide-¬ide dengan baik. f. Pengajaran menjadi terpusat pada siswa, salah satu prinsip psikologi belajar menyatakan bahwa semakin besar keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, maka semakin besar pula kemampuan belajar siswa tersebut. Dalam pembelajaran inkuiri tidak hanya ditujukan untuk belajar konsep-¬konsep dan prinsip¬-prinsip saja tetapi juga belajar pengarahan diri sendiri, tanggung jawab, komunikasi dan sebagainya. g. Proses pembelajaran inkuiri dapat membentuk dan mengembangkan konsep diri siswa. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran inkuiri lebih besar, sehingga memberikan kemungkinan kepada siswa untuk memperluas wawasan dan mengembangkan konsep diri secara baik. h. Tingkat harapan meningkat, tingkat harapan merupakan bagian dari konsep diri. Ini berarti bahwa siswa memiliki keyakinan atau harapan dapat menyelesaikan tugasnya secara mandiri berdasarkan pengalaman penemuannya. i. Model pembelajaran inkuiri dapat mengembangkan bakat. Manusia memiliki berbagai macam bakat, salah satunya adalah bakat akademik, semakin banyak kebebasan dalam proses pembelajaran maka semakin besar kemungkinan siswa untuk mengembangkan bakat¬-bakat lainnya, seperti kreatif, social, dan sebagainya. j. Model pembelajaran inkuiri dapat menghindarkan siswa belajar dengan hafalan. Pembelajaran inkuiri menekankan kepada siswa untuk menemukan makna lingkungan sekelilingnya. Model pembelajaran inkuiri memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencerna dan mengatur informasi yang didapatkan. h. Kekurangan Model Pembelajaran Inquiri Terbimbing Selain memiliki kelebihan, model pembelajaran inkuiri terbimbing juga memiliki kekurangan. Adapun kekurangan dari model pembelajaran inkuiri terbimbing, yaitu: a. Model pembelajaran inkuiri mengandalkan suatu kesiapan berpikir tertentu siswa-¬siswa yang mempunyai kemampuan berpikir lambat bisa kebingungan dalam berpikir secara luas membuat abstraksi, menemukan hubungan antara konsep-¬konsep dalam suatu mata pelajaran, atau menyusun apa yang telah mereka peroleh secara tertulis atau lisan. Siswa¬ siswa yang mempunyai kemampuan berpikir tinggi bisa memonopoli strategi penemuan, sehingga menyebabkan frustasi bagi siswa¬siswa lain. b. Tidak efisien, khususnya untuk mengajar siswa yang berjumlah besar sebagai contoh banyak waktu yang dihabiskan untuk membantu seorang siswa dalam menemukan teori-¬teori tertentu. c. Harapan-¬harapan dalam model pembelajaran ini dapat terganggu oleh siswa-siswa dan guru¬-guru yang telah terbiasa dengan pengajaran tradisional. d. Dalam beberapa bidang ilmu (misalnya sains), fasilitas yang dibutuhkan untuk menguji ide-¬ide tertentu tidak tersedia. e. Beberapa pendidik menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri tidak memberikan kesempatan untuk berpikir kreatif, karena konsep¬konsep yang ditemukan telah dipilih guru dan proses-¬proses penemuannya dibawah bimbingan guru. i. Hasil Belajar Sudjana (Mujaranah, 2008:8): Mendefinisikan hasil belajar siswa yaitu kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya, pembelajaran yang telah dilaksanakan pada akhirnya bertujuan untuk melihat hasil belajar yang diperoleh siswa. Hasil belajar ini meliputi sikap pengetahuan dan keterampilan. Sukmadinata, (Cahyati, 2008:22): Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Dalam system pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun instruksional menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Bloom (Wahdaniah, 2008: 20) membagi hasil belajar: secara garis besar kedalam tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sifat dan nilai. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa pada berbagai tingkah laku seperti perhatiaannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan social. Ranah afektif terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotor yakni gerak reflek, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks serta gerakan ekspresif dan intervertatif”. Hasil belajar yang dikemukakan diatas sebenarnya tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan satu sama lain, bahkan ada dalam kebersamaan. Seseorang yang berubah tingkat kognisinya sebenarnya dalam kadar tertentu telah berubah pula sikap dan tingkah lakunya. Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh seorang siswa setelah ia melakukan kegiatan belajar mengajar tertentu atau setelah ia menerima pengajaran dari seorang guru pada suatu saat. Hasil belajar merupakan tolak ukur yang utama untuk mengetahui keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang hasil belajarnya tinggi dapat dikatakan, bahwa dia telah berhasil dalam belajar. Demikian pula sebaliknya. Sedangkan dalam usaha untuk mencapai suatu hasil belajar dari proses belajar mengajar, seorang siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal. Menurut Sudjana (2000: 28), hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses belajar. B. Hasil Penelitian Terdahulu Pembelajaran tematik dengan tema indahnya kebersamaan akan mudah dipahami oleh siswa apabila siswa dihadapkan dengan kehidupan nyata, serta siswa terlibat langsung secara aktif dalam pembelajaran dan menemukan solusi pemecahan masalah atas sesuatu hal yang didapatkannya ketika proses pembelajaran berlangsung. Penggunaan model pembelajaran inquiri terbimbing sangat relevan dalam pembelajaran tematik pada tema indahnya kebersamaan. Peneliti selain melakukan penelitian sendiri juga menelaah dan mempelajari hasil penelitian peneliti lain yang relevan dengan model dan bentuk penelitian yang dilakukan oleh peneliti diantaranya yaitu: 1. Nurdin (2008) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa model pembelajaran inquiri dapat meningkatkan keterampilan merumuskan hipotesis siswa. 2. Rahayu Apsari (2007) dalam penelitiannya menunjukan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model inquiri terbimbing merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat mengembangkan aktivitas belajar siswa sehingga proses dan hasil belajar siswa akan lebih baik dalam suasana yang menyenangkan karena digali dari pengalaman sendiri. C. Kerangka Pemikiran Hakekat pembelajaran tematik adalah proses pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik). Dengan adanya pemahaman kosep dasar yang mantap dan baik diharapkan pengetahuan siswa akan bertahan lebih lama. Selama ini belum ada model pembelajaran yang tepat dan lebih baik dalam pembelajaran tematik. Akan tetapi, bukan tetapi tidak ada model pembelajaran yang dapat membuat pembelajaran tematik lebih menarik. Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk memotifasi siswa dalam kegiatan pembelajaran tematik adalah model pembelajaran inquiri terbimbing diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada subtema kebersamaan dalam keberagaman sehingga hasil balajar siswa dapat meningkat lebih baik dan membuat pembelajaran tematik lebih bermakna. D. Asumsi dan Hipotesis a. Asumsi Model Pembelajaran inquiri terbimbing adalah sebagai proses pembelajaran dimana guru menyediakan unsur-unsur asas dalam satu pelajaran dan kemudian meminta pelajar membuat generalisasi. Adapun keunggulan dan kekurangan model pembelajaran inquiri terbimbing adalah : a) Model pembelajaran inkuiri meningkatkan potensi intelektual siswa. Hal ini dikarenakan siswa diberi kesempatan untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari permasalahan yang diberikan dengan pengamatan dan pengalaman sendiri, b) Ketergantungan siswa terhadap kepuasan ekstrinsik bergeser kearah kepuasan intrinsik. Siswa yang telah berhasil menemukan sendiri sampai dapat memecahkan masalah yang ada akan meningkatkan kepuasan intelektualnya yang datang dar dalam diri siswa, c) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat penyelidikan karena terlibat langsung dalam proses penemuan, d) Belajar melalui inkuiri dapat memperpanjang proses ingatan. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemikiran sendiri akan lebih mudah diingat, e) Belajar dengan inkuiri, siswa dapat memahami konsep¬konsep sains dan ide-¬ide dengan baik, f) Pengajaran menjadi terpusat pada siswa, salah satu prinsip psikologi belajar menyatakan bahwa semakin besar keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, maka semakin besar pula kemampuan belajar siswa tersebut. Dalam pembelajaran inkuiri tidak hanya ditujukan untuk belajar konsep--konsep dan prinsip-¬prinsip saja tetapi juga belajar pengarahan diri sendiri, tanggung jawab, komunikasi dan sebagainya, g) Proses pembelajaran inkuiri dapat membentuk dan mengembangkan konsep diri siswa. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran inkuiri lebih besar, sehingga memberikan kemungkinan kepada siswa untuk memperluas wawasan dan mengembangkan konsep diri secara baik, h ) Tingkat harapan meningkat, tingkat harapan merupakan bagian dari konsep diri. Ini berarti bahwa siswa memiliki keyakinan atau harapan dapat menyelesaikan tugasnya secara mandiri berdasarkan pengalaman penemuannya, i) Model pembelajaran inkuiri dapat mengembangkan bakat. Manusia memiliki berbagai macam bakat, salah satunya adalah bakat akademik, semakin banyak kebebasan dalam proses pembelajaran maka semakin besar kemungkinan siswa untuk mengembangkan bakat¬bakat lainnya, seperti kreatif, social, dan sebagainya, j) Model pembelajaran inkuiri dapat menghindarkan siswa belajar dengan hafalan. Pembelajaran inkuiri menekankan kepada siswa untuk menemukan makna lingkungan sekelilingnya. Model pembelajaran inkuiri memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencerna dan mengatur informasi yang didapatkan. Kekurangan model pembelajaran inquiri terbimbing adalah a) Model pembelajaran inkuiri mengandalkan suatu kesiapan berpikir tertentu siswa-¬siswa yang mempunyai kemampuan berpikir lambat bisa kebingungan dalam berpikir secara luas membuat abstraksi, menemukan hubungan antara konsep¬-konsep dalam suatu mata pelajaran, atau menyusun apa yang telah mereka peroleh secara tertulis atau lisan. Siswa¬ siswa yang mempunyai kemampuan berpikir tinggi bisa memonopoli strategi penemuan, sehingga menyebabkan frustasi bagi siswa¬siswa lain, b) Tidak efisien, khususnya untuk mengajar siswa yang berjumlah besar sebagai contoh banyak waktu yang dihabiskan untuk membantu seorang siswa dalam menemukan teori-¬teori tertentu, c) Harapan-¬harapan dalam model pembelajaran ini dapat terganggu oleh siswa¬-siswa dan guru¬guru yang telah terbiasa dengan pengajaran tradisional, d) Dalam beberapa bidang ilmu (misalnya sains), fasilitas yang dibutuhkan untuk menguji ide¬-ide tertentu tidak tersedia, e) Beberapa pendidik menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri tidak memberikan kesempatan untuk berpikir kreatif, karena konsep-¬konsep yang ditemukan telah dipilih guru dan proses¬proses penemuannya dibawah bimbingan guru. b. Hipotesis Berdasarkan asumsi di atas diduga dengan menggunakan model pembelajaran inquiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada fokus pembelajaran bahasa indonsia dan PPKn dengan tema indahnya kebersamaan subtema kebersamaan dalam keberagaman.

Item Type: Thesis (Skripsi(S1))
Subjects: S1-Skripsi
Divisions: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > PGSD 2014
Depositing User: Iyas -
Date Deposited: 28 Jun 2016 09:33
Last Modified: 28 Jun 2016 09:33
URI: http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/5195

Actions (login required)

View Item View Item