UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL EXAMPLES NON EXAMPLES DALAM PEMBELAJARAN IPS PADA MATERI MENJELASKAN TOKOH-TOKOH PERSIAPAN KEMERDEKAAN

MUHAMMAD LUTHFI, 105060305 (2016) UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL EXAMPLES NON EXAMPLES DALAM PEMBELAJARAN IPS PADA MATERI MENJELASKAN TOKOH-TOKOH PERSIAPAN KEMERDEKAAN. Skripsi(S1) thesis, FKIP UNPAS.

[img] Text
cover skripsi.doc

Download (54kB)
[img] Text
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI.docx

Download (18kB)
[img] Text
SURAT PERNYATAAN ASLI SKRIPSI.doc

Download (30kB)
[img] Text
ABSTRAK.docx

Download (19kB)
[img] Text
KATA PENGANTAR.docx

Download (19kB)
[img] Text
UCAPAN TERIMAKASIH.docx

Download (25kB)
[img] Text
DAFTAR ISI.docx

Download (21kB)
[img] Text
BAB I.doc

Download (169kB)
[img] Text
BAB II.doc

Download (124kB)
[img] Text
BAB III.doc

Download (335kB)
[img] Text
BAB IV.doc
Restricted to Repository staff only

Download (994kB)
[img] Text
BAB V.doc
Restricted to Repository staff only

Download (36kB)
[img] Text
DAFTAR PUSTAKA.docx

Download (24kB)
[img] Text
RIWAYAT HIDUP.docx

Download (33kB)

Abstract

ABSTRAK Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di kelas V SDN Sindangsari 1 Kecamatan Cikancung Kabupaten Bandung dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS. Dalam penelitian ini peneliti mengambil materi menjelaskan tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan dengan menggunakan model pembelajaran examples non examples. Objek penelitiannya adalah siswa kelas V SDN Sindangsari 1 dengan jumlah siswanya 40 yang terdiri atas 21 laki-laki dan 19 perempuan. Instrumen penelitian yang dipakai berupa angket respon siswa, wawancara, observasi aktivitas siswa, tes hasil belajar yang terdiri dari pre tes dan post tes dan juga lembar kerja kelompok. Pengolahan data dan pengumpulan data berdasarkan dari data yang didapatkan pada instrumen tersebut. Hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dengan objek siswa kelas V dengan menggunakan model examples non examples menghasilkan peningkatan hasil belajar dari setiap siklusnya. Siklus I sebesar 21,62%, siklus II sebesar 65,57% dan siklus III 88,23%. Nilai rata-rata yang didapat mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 48 (kurang), siklus II sebesar 68 (cukup baik), dan siklus III sebesar 78 (Baik). Dari data yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran examples non examples dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS pada materi menjelaskan tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan. Kata Kunci : Hasil belajar, Model Examples Non Examples. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam arti sederhana menurut Hasbullah (2011) pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya. Dalam kenyataannya, pengertian pendidikan mengalami perkembangan, meskipun secara esensial tidak jauh berbeda. Berikut ini akan dikemukakan sejumlah pengertian pendidikan yang diberikan oleh para ahli pendidikan. 1. Langeveld Pendidikan ialah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang berikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa (atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, dan sebagainya) dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa. 2. Jhon Dewey Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamentasl secara intelektual dan emosional kea rah alam dan sesama manusia. 3. Ki Hajar Dewantara Pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mancapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. 4. Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. 5. Menurut Undang-undang No 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Pendidikan nasional merupakan pelaksanaan pendidikan suatu Negara berdasarkan sosio kultural, psikologis, ekonomis, dan politis. Pendidikan tersebut ditujukan untuk membentuk ciri khusus atau watak bangsa yang bersangkutan, yang sering juga disebut dengan kepribadian nasional. Proses pendidikan yang diselenggarakan dan dilaksanakan suatu bangsa dalam upaya menumbuhkan dan mengembangkan watak atau kepribadian bangsa, memajukan kehidupan bangsa dalam berbagai bidang kehidupannya, serta mencapai tujuan nasional bangsa yang bersangkutan, itulah yang disebut sistem pendidikan nasional (Hasbullah 2011:123). Tujuan sistem pendidikan nasional berfungsi memberikan arah pada semua kegiatan pendidikan dalam satuan-satuan pendidikan yang ada. Tujuan pendidikan nasional tersebut merupakan tujuan umum yang hendak dacapai oleh semua satuan pendidikannya. Meskipun setiap satuan pendidikan tersebut mempunyai tujuan sendiri, namun tidak terlepas dari tujuan pendidikan nasional (Hasbullah 2011:125). Undang - Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3, menyatakan bahwa : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. IPS adalah bidang studi yang menelaah menganalisis gejala dan masalah sosial masyarakat dengan meninjau berbagai aspek kehidupan. Tujuan pembelajaran IPS agar membentuk warga Negara yang berkemampuan sosial dan yakin akan kehidupannya sendiri ditengah-tengah keuatan fisik dan sosial yang pada gilirannya akan menjadi warga Negara yang baik dan bertanggung jawab. Peranan ips dalam pendidikan berpedoman pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2005 tentang sistem pendidikan nasional terutama pada tujuan Pendidikan Nasional yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara Negara yang demokrasi serta tanggung jawab (Depdiknas, 2003). Tujuan utama IPS menurut Trianto (2011:176) adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Dalam kegiatan pembelajaran peserta didik tidak hanya dituntu keaktifannya saja tapi juga kekreativitasannya, karena kreativitas dalam pembelajaran dapat menciptakan situasi yang baru, tidak monoton dan menarik sehingga peserta didik akan lebih terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran yang terjadi di sekolah atau khusunya di kelas, guru adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas hasilnya. Menurut pengertian lama, pencapaian tujuan pembelajaran yang berupa prestasi belajar, merupakan hasil dari kegiatan belajar-mengajar semata. Dengan kata lain, kualitas kegiatan belajar-mengajar adalah satu-satunya faktor penentu bagi hasilnya. Pendapat seperti ini sudah tidak berlaku lagi. Pembelajaran bukanlah satu-satunya faktor yang menetukan prestasi belajar, karena prestasi merupakan hasil kerja (ibarat sebuah mesin) yang keadaannya sangat kompleks. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Bab 1 Pasal 1 menyatakan bahwa: Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Disamping penjelasan diatas tentang guru yang bertugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik, guru juga harus mempunyai kompetensi guru. Dalam UU No. 14 Tentang Guru dan Dosen Bab IV Pasal 8 yaitu guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dijelaskan pula dalam pasal 10 ayat 1 : Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Sebagai gambaran dari hasil observasi yang dilakukan di SDN Sindangsari 1 Kecamatan Cikancung Kabupaten Bandung di kelas V pada bulan Pebruari dan April 2014 pada pembelajaran IPS banyak sekali ditemukan kendala-kendala yang menyebabkan prestasi belajar peserta didik menurun, diantaranya adalah pertama, peserta didik masih kurang aktif dalam belajar IPS karena menganggap mata pelajaran IPS itu sulit. Kedua, masih rendahnya prestasi hasil belajar peserta didik mata pelajaran IPS. Ketiga, kurangnya pemanfaatan media pembelajaran yang menunjang untuk menumbuhkan motivasi belajar peserta didik. Sedangkan berdasarkan hasil wawancara kepada tiga orang peserta didik yaitu Ade Ilham, Aura Cinta Kyrani, dan Rendi Setiawan. Menurut mereka pembelajaran IPS yang dilakukan oleh gurunya membosankan. Penggunaan media pembelajaran yang jarang menyebabkan partisipasi dan interkasi pembelajaran peserta didik kurang memuaskan, sehingga kemajuan belajar, perhatian dan hasil belajar peserta didik perlu ditingkatkan. Disamping hasil wawancara dengan ketiga orang peserta didik kelas V, berikut ini daftar hasil belajar siswa dalam bentuk tabel pada evaluasi pembelajaran IPS tahun akademik 2013/2014. Tabel 1.1 Daftar Nilai Siswa Mata Pelajaran IPS No Nama Siswa L/P Nilai 1 Ade Ilham L 60 2 Aditya Rahman L 70 3 Agis Sofiatul Jannah P 60 4 Alan Maulana L 35 5 Aldi Mustopa L 50 6 Ariya Ridwansyah L 50 7 Aura Cinta Kyrani P 50 8 Dodi Darmawan L 35 9 Ega Elya P 60 10 Ela Maelani P 70 11 Elsa Sarifah P 70 12 Fahmi Syadad Abdullah L 80 13 Helmi Sapta Aji L 70 14 Helsan Septa Alviana L 70 15 Herlan Erlangga S. L 40 16 Ira Sahira P 50 17 Kisti Azahra Maulana P. P 80 18 Kusnadi Lukman N L 50 19 Lutfia Nuraisah P 35 20 Mia Purnama P 60 21 Mochamad Gilang L 60 22 Neng Atifah P 65 23 Neng Dian P 50 24 Nina Sonia P 50 25 Nur Anisa P 70 26 Nuri Alamsyah L 50 27 Nur Laela P 80 28 Pipit Pratiwi P 30 29 Ramdan L 80 30 Rendi Setiawan L 50 31 Restu Putra Pratama L 25 32 Riki Gunawan L 70 33 Risma Damayanti P 70 34 Rizki Padilah L 25 35 Selvi Paula Ramdan P 60 36 Septia Salsabila L 50 37 Nevi Rizki Pratiwi P 60 38 Nur Intania P 50 39 Arif Arifin L 60 40 Muhamad Arifin L 60 (Sumber dari wali kelas V SDN Sindangsari 1 Kecamatan Cikancung Kabupaten Bandung) Keterangan : Nilai siswa yang mencapai KKM = 14 orang atau 35 % Nilai siswa yang belum mencapi KKM = 26 orang atau 65 % Dari data tabel diatas menunjukan bahwa sebanyak 26 siswa atau sebanyak 60 % dari jumlah keseluruhan siswa sebanyak 40 masih belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu 65 untuk mata pelajaran IPS. Sedangkan siswa yang telah mencapai nilai KKM sebanyak 14 orang atau sebesar 35 %. Oleh karena itu perlu adanya tindakan yang nyata untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Sindangsari 1 Model examples non examples adalah salah satu model yang dipandang dapat memberikan pengalaman belajar yang berkenaan dengan objek yang dipelajari. Dengan perkataan lain, salah satu cara untuk meningkatkan penguasaan peserta didik terhadap materi menjelaskan tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan adalah dengan pemanfaatan menggunakan model examples non examples. Hal ini diyakini dapat membantu proses belajar mengajar di SDN Sindangsari 1 khusunya mata pelajaran IPS. Alasan lain pengguanaan model examples non examples yang tepat dapat memotivasi belajar dalam proses dan hasil pengajaran peserta didik karena taraf berfikir manusia mengikuti tahap perkembangan dimulai dari berfikir sederhana ke kelompok begitu besar manfaat model examples non examples sehingga sangat disayangkan apabila suatu lembaga pendidikan yang telah memiliki media pengajaran namun guru belum memanfaatkannya, apalagi mata pelajaran IPS banyak memerlukan metode agar mampu memberi kemudahan peseta didik mencapai tujuan. Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ditemukan diatas, maka penulis perlu mengadakan penelitian mengenai upaya meningkatkan hasil belajar peserta didik. Penelitian yang akan dilakukan berjudul: “UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL EXAMPLES NON EXAMPLES DALAM PEMBELAJARAN IPS PADA MATERI MENJELASKAN TOKOH-TOKOH PESIAPAN KEMERDEKAAN “. (Penelitian Tindakan Kelas dilakukan di Kelas V SDN Sindangsari 1 Kecamatan Cikancung Kabupaten Bandung) B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis menemukan beberapa masalah diantaranya: 1. Kurangnya keaktifan belajar peserta didik dalam pembelajaran IPS karena menganggap pembelajaran IPS itu sulit. 2. Penggunaan media pembelajaran yang tidak ada yang mengakibatkan minat peserta didik menjadi rendah. 3. Pembelajaran IPS di kelas kurang menarik, karena guru hanya menggunakan metode ceramah dan hanya merujuk pada buku. 4. Kurangnya pemahaman pendidik mengenai model-model pembelajaran. C. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran (RPP) IPS pada materi menjelaskan tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan dengan menggunakan model examples non examples pada peserta didik kelas V SDN Sindangsari 1? b. Bagaimanakah proses pelaksanaan pembelajaran IPS pada materi menjelaskan tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan dengan menggunakan model examples non examples pada peserta didik kelas V SDN Sindangsari 1? c. Bagaimanakah hasil belajar peserta didik kelas V SDN Sindangsari 1 dalam pembelajaran IPS pada materi menjelaskan tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan dengan menggunakan model examples non examples? d. Bagaimanakah respon peserta didik kelas V SDN Sindangsari 1 dalam pembelajaran IPS pada materi menjelaskan tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan dengan menggunakan model examples non examples? D. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas dapat dibatasi sebagai berikut “ apakah penggunaan model examples non examples dapat meningkatkan hasil belajar peserta dalam pembelajaran IPS pada materi menjelaskan tokoh-tokoh kemerdekaan di Kelas V SDN Sindangsari 1 Kecamatan Cikancung Kabupaten Bandung?”. E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Sesuai dengan batasan masalah yang telah ditentukan, maka tujuan penelitian yang ingin di capai secara umum untuk mengetahui efektifitas penggunaan model pembelajaran kooperatif examples non examples dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi yang berkaitan dengan materi menjelaskan tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan. 2. Tujuan khusus Adapun tujuan secara khusus adalah : a. Untuk mengetahui RPP yang disusun dengan menggunakan model examples non examples dalam pembelajaran IPS pada materi menjelaskan tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas V SDN Sindangsari 1. b. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model examples non examples dalam pembelajaran IPS pada materi menjelaskan tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan di kelas V SDN Sindangsari 1. c. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar peserta didik setelah melalui pembelajaran IPS pada materi menjelaskan tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan dengan menggunakan model examples non examples di kelas V SDN Sindangsari 1. d. Untuk mengetahui seberapa besar respon peserta didik setelah belajar dengan menggunakan model examples non examples dalam pembelajaran IPS pada materi menjelaskan tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan di kelas V SDN Sindangsari 1. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Secara teoritis penelitian ini berguna untuk menambah wawasan kelimuan bagi guru-guru sekolah dasar dalam pembelajaran disekolah dengan menggunakan model examples non examples untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi menjelaskan tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan. a. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait, terutama pendidik dan peserta didik kelas V SDN Sindangsari 1. 1) Menambah pengetahuan dalam mengelola perencanaan dan aktifitas peserta didik selama berlangsungnya pembelajaran di kelas. 2) Meningkatkan minat belajar peserta didik kelas V SDN Sindangsari 1. PTK ini juga bermanfaat untuk : a) Bagi Peserta Didik SDN Sindangsari 1 (1) Dapat memotivasi peserta didik dalam belajar dan berfikir kritis. (2) Meningkatkan hasil belajar peserta didik SDN Sindangsari 1. (3) Dapat meningkatkan keaktifan peserta didik pada pembelajaran di kelas. b) Bagi Pendidik (1) Hasil penelitian ini dapat dijadikan tolak ukur dan bahan pertimbangan peserta didik melakukan pembenahan serta koreksi diri bagi pengembangan dalam pelaksanaan tugas profesinya. (2) Memberikan sumbangan pemikiran tentang pentingnya memilih dan menerapkan pola pendekatan dan strategi pembelajaran dalam proses pembelajaran di kelas V agar lebih menarik, aktif dan diminati peserta didik hingga akhirnya dapat meningkatkan prestasi atau hasil belajar. (3) Sebagai bahan masukan dalam memilih strategi pembelajaran di kelas V yang sesuai dengan karakteristik peserta didik serta kondisi lingkungan belajar. c) Bagi SDN Sindangsari 1 (1) Memberikan gagasan baru dalam pembelajaran di kelas V SDN Sindangsari 1 untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. (2) Diharapkan menjadi input bagi sekolah dalam melaksanakan pembinaan dan pengembangan para pendidik dalam meningkatkan efektifitas dan kreatifitas pembelajaran di kelas. d) Bagi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (1) Menambah wawasan bagi mahasiswa PGSD dalam menghadapi profesi guru nanti. (2) Memberikan gambaran bagi mahasiswa PGSD tentang kegiatan belajar mengajar di SDN Sindangsari 1. e) Bagi Peneliti (1) Merupakan pengalaman baru yang bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan. (2) Dapat mengaplikasikan hasil penelitiannya pada aktivitas pembelajaran yang akan dilaksanakan. G. Kerangka Pemikiran Kerangka berpikir adalah alur penalaran yang sesuai dengan tema dan masalah penelitian serta didasarkan pada kajian teoritis. Pada kondisi awal, peserta didik kelas V dalam mempelajari tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan masih tergolong rendah Hal ini terbukti dari 40 siswa di kelas V sekitar 65% siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada mata pelajaran IPS yaitu nilai KKM 65 dan siswa yang mencapai KKM sebanyak 14 orang atau 35 %. Artinya masih ada siswa yang kemampuan dan hasil belajarnya rendah dibandingkan dengan siswa yang lainnya. Hal ini disebabkan karena dalam memberikan pembelajaran IPS, dalam proses pembelajarannya guru jarang menggunakan media pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa, pembelajaran hanya berdasarkan buku paket dan kurang terdapat referensi sumber belajar lain, selain itu metode yang digunakan tidak bervariatif yaitu dengan menggunakan metode ceramah mengakibatkan keadaan di kelas menjadi kurang kondusif karena perhatian siswa tidak fokus di kelas. Untuk mengatasi masalah tersebut di atas maka peneliti berusaha mencari strategi pembelajaran yang cocok yaitu dengan strategi pembelajaran cooperative learning model examples non examples yaitu pemanfaatan media gambar yang digunakan dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi menjelaskan tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia di kelas V SDN Sindangsari 1 Kecamatan Cikancung Kabupaten Bandung. Adapun salah satu kelebihan menggunakan model examples non examples adalah siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari example dan non examples. Dari permasalahan tersebut di atas peneliti membuat kerangka berpikir seperti pada bagan berikut: Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran Gambar kerangka berpikir pada penelitian tindakan kelas Sumber Kunandar (2008:276) H. Asumsi Peneliti berasumsi bahwa dengan penerapan model pembelajaran examples non examples dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan alasan sebagai berikut, bahwa dengan menggunakan model examples non examples diharapkan peserta didik lebih fokus pada pembelajaran IPS, sehingga hasil belajar peserta didik lebih meningkat hingga membuat prestasi pembelajaran pun meningkat. I. Hipotesis Tindakan Berdasarkan asumsi diatas, maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut: Dengan penerapan “model examples non examples dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran IPS di kelas V pada materi menjelaskan tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan. J. Definisi Operasional 1. Meningkatkan Meningkatkan adalah bertambahnya untuk memenuhi suatu keinginan atau dorongan keinginan sesuatu (WJS Poerwodarminto, 2007:13). Meningkat juga berarti usaha sesorang untuk mencapai sesuatu yang diinginkan dan tidak berhenti sebelum tercapai tujuan tersebut. Seseorang dikatakan meningkat dalam usaha untuk mencapai sesuatu yang dihajatkan atau yang dicita-citakan dengan berbagai jalan, sesorang yang mengalami peningkatan adalah orang yang hari ini lebih baik dari yang kemarin. 2. Hasil belajar Menurut Nana Syaodih (2009:177) hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang Menurut Mulyasa dalam bukunya Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2009:212) mengungkapkan bahwa hasil belajar merupakan prestasi belajar peserta didik secara keseleruhuan yang menjadi indikator kompetensi dasar dan drajat perubahan perilaku yang bersangkutan. 3. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Trianto (2011:51) model pembalajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Mills berpendapat (dalam Agus Suprijono, 2011:45) bahwa: “Model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses actual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu”. 4. Pengertian Model Examples Non Examples Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2008:1) yang diunduh dari halaman website http://ras-eko.blogspot.com/2011/05/ model pembelajaran example non example. html (8 maret 2014 pukul 20.34 WIB) pengertian metode examples non examples adalah model pembelajaran yang menggunakan contoh-contoh. Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus atau gambar yang relevan dengan kompetensi dasar. Menurut Bruce Joyce, Marsha Weil, dan Emily Calhoun (2009) menyatakan bahwa : “model Pembelajaran Examples Non Examples atau juga biasa disebut Example Non Example merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran”. 5. Pengertian Pembelajaran IPS Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan pengetahuan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat. Kajian tentang masyarakat dalam IPS dapat dilakukan dalam lingkungan yang terbatas, yaitu lingkungan sekitar sekolah atau siswa dan siswi atau dalam lingkungan yang luas, yaitu lingkungan negara lain, baik yang ada di masa sekarang maupun di masa yang lampau (Sapriya:2008:9). Menurut Somantri (dalam Sapriya:2008:9) menyatakan IPS adalah: Penyederhanaan atau disiplin ilmu-ilmu sosial humaniora serta kegiatan dasar manusia yang diorgansasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis atau psikologis untuk tujuan pendidikan. BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran 1. Pengertian Belajar Istilah belajar sudah tidak asing lagi ditelinga masyarakat Bangsa Indonesia khusunya untuk pelajar, mahasiswa atau pun para praktisi pendidikan. Berikut ini akan dijelaskan arti belajar menurut para ahli dalam Agus Suprijono (2010:2): a. Gagne mendefinisikan belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah. b. Travers menjelaskan belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku. c. Cronbach mengemukakan belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. d. Harold menjelaskan bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu. e. Morgan mengungkapkan belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2009:179) belajar merupakan suatu upaya pengembangan seluruh kepribadian individu, baik segi fisik maupun psikis. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dapat menghasilkan perubahan-perubahan baik segi fisik maupun psikis, perubahan perilaku melalui mengamati, membaca, meniru, mencoba dan mendengarkan yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman. 2. Pengertian Pembelajaran Istilah pembelajaran mempunyai banyak makna. Pengertian pembelajaran dalam kebanyakan teori bermaksud sebagai suatu proses, cara, perbuatan menjadikan seseorang orang atau makhluk hidup belajar. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20 “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Trianto (2010:17) “Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan”. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarhkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Menurut Syaiful Sagala (2010:62) pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Konsep pembelajaran menurut Corey 1986:165) dalam Syaiful Sagala (2010:61) adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan. 3. Pengertian Pembelajaran di Sekolah Dasar Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang kompleks. Pembelajaran pada hakekatnya tidak hanya sekedar menyampaikan pesan pembelajaran kepada siswa, akan tetapi merupakan aktifitas profesional yang menuntut guru untuk dapat menggunakan ketrampilan dasar mengajar secara terpadu, serta menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan siswa dapat belajar secara efektif dan efisien. Pembelajaran adalah suatu kegiatan kompleks. Pembelajaran pada hakikatnya tidak hanya sekedar menyampaikan pesan tetapi juga merupakan aktivitas profesional yang menuntut guru dapat menggunakan keterampilan dasar mengajar secara terpadu serta menciptakan situasi efisien (mashudi, Toha dkk, 2007 :3). 1. Karakteristik Umum Pembelajaran di Sekolah Dasar Pembelajaran merupakan suatu upaya untuk mencapai tujuan atau kompetensi yang harus dikuasai siswa. Kompetensi lulusan sekolah dasar dapat dijadikan acuan dalam pembelajaran, diantaranya: 1) Mampu mengenali dan menjalankan hak dan kewajiban diri, beretos kerja, dan peduli terhadap lingkungan. 2) Mampu berpikir logis, kritis, dan kreatif serta berkomunikasi melalui beberapa media. 3) Menyenangi keindahan. 4) Mengenali dan berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang diyakininya. 5) Membiasakan hidup bersih, bugar dan sehat. 6) Memiliki rasa cinta dan bangga terhadap bangsa dan tanah air. 2. Karakteristik Pembelajaran Di Kelas Tinggi Esensi proses pembelajaran di kelas tinggi adalah suatu pembelajaran yang dilaksanakan secara logis dan sistematis untuk membelajarkan siswa tentang konsep dan generalisasi sehingga penerapannya (menyelesaikan soal, menggabungkan, menghubungkan, memisahkan, menyusun, menderetkan, melipat, dan membagi). Contoh kegiatan belajarnya: 1) Mendiskusikan tentang jual beli 2) Memperagakan rangkaian gerak dengan alat musik 3) Menafsirkan peninggalan-peninggalan sejarah 4) Melakukan operasi hitung campuran (bilangan bulat pecahan) 5) Mengumpulkan bukti perkembangbiakan makhluk hidup. Guru dikelas tinggi pada sekolah dasar harus menggunakan pembelajaran yang berbasis masalah, menggunakan pendekatan konstruktivis, melakukan aktivitas menyelidiki, meneliti, dan membandingkan. Karena siswa di kelas tinggi dalam melakukan kegiatan pembelajaran melakukan tahapan penyelidikan, melakukan pemecahan masalah, dan sebagainya. 4. Pengertian Pembelajaran IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hokum, dan budaya. Ilmu pengetahuan sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial (Sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hokum, dan budaya). IPS atau studi social merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial (Trianto 2011:171). Menurut Somantri dalam Sapriya (2012:11) pendidikan IPS adalah seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada jenjang pendidikan dasar memfokuskan kajiannya kepada hubungan antar manusia dan proses membantu pengembangan kemampuan dalam hubungan tersebut. Pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dikembangkan melalui kajian ini ditujukan untuk mencapai keserasian dan keselarasan dalam Pendidikan IPS sudah lama dikembangkan dan dilaksanakan dalam kurikulum-kurikulum di Indonesia, khususnya pada jenjang pendidikan dasar. Pendidikan ini tidak dapat disangkal telah membawa beberapa hasil, walaupun belum optimal. Secara umum penguasaan pengetahuan sosial atau kewarganegaraan lulusan pendidikan dasar relatif cukup, tetapi penguasaan nilai dalam arti penerapan nilai, keterampilan sosial dan partisipasi sosial hasilnya belum menggembirakan. Kelemahan tersebut sudah tentu terkait atau dilatarbelakangi oleh banyak hal, terutama proses pendidikan atau pembelajarannya, kurikulum, para pengelola dan pelaksanaanya serta faktor-faktor yang berpengaruh lainnya. Menurut Somantri (2001:92) dalam Sapriya (2012:11) berpendapat bahwa: “Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan. Menurut Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi (2011:10) mengemukakan bahwa IPS merupakan salah satu pelajaran yang diberikan di SD yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, anak diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis, bertanggungjawab, serta warga dunia yang cinta damai. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan menganalisis gejala dan masalah sosial masyarakat, selain itu IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi. Sejarah, geografi, ekonomi, politik, hokum, dan budaya. a. Ruang Lingkup Pembelajaran IPS SD Pada jenjang pendidikan dasar, materi Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Dasar terdiri dari Pengetahuan Sosial dan Sejarah. Kedua materi ilmu itu harus diajarkan secara terpadu antara pokok bahasan ataupun sub pokok bahasan yang ditunjang oleh beberapa konsep yang berasal dari berbagai ilmu atau disiplin sosial. b. Karakteristik Pembelajaran IPS SD Menurut Trianto (2011:174) Karakteristik pembelajaran IPS antara lain sebagai berikut: 1) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hokum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama. 2) Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik tertentu. 3) Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS juga menyangkut berbagai sejarah khusunya sejarah nasional diajarkan mulai dari kelas IV. 5. Ranah Hasil Belajar IPS SD Pemberian indikator dalam pembelajaran mengacu pada hasil belajar yang harus dikuasai siswa. Dalam pencapaiannya hasil belajar, siswa dituntut memadukan ranah kognitif, afektif dan psikomotr secara proporsional. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar belajar membaginya menjadi tiga ranah yakni kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris (Nana Sudjana, 2011:22). Berdasarkan konsep diatas maka dapat diperoleh suatu pengertian bahwa hasil belajar IPS adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar yang wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif dan spikomot. Derajat kemampuan yang diperoleh siswa diwujudkan dalam bentuk nilai hasil belajar IPS. B. Hasil Penelitian Terdahulu 1. Resna Firdaus (2013) Dalam penelitiannya yang berjudul upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA tentang tumbuhan sebagai penghasil sumber makanan melalui model pembelajaran examples non examples. Penelitian tindakan kelas pada pembaelajaran IPA kelas V SDN Cikawao 3 Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus atau tindakan. Setiap tindakan meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, atau pengamatan dan refleksi dengan tujuan memperbaiki kualitas pembelajaran agar dieperoleh hasil belajar yang optimal. Sebelum penerapan model examples non examples terlihat bahwa pemahaman siswa pada mata pelajaran IPA masih rendah, yakni hanya sebesar 28,5% dari jumlah siswa keseluruhan yang mencapai nilai KKM. Sedangkan pada siklus 1 siswa tejadi peningkatan sebesar 14,3%. Pada sikulus 1 siswa yang mencapai nilai KKM berjumlah sebanyak 42,8%. Pada siklus 2 terjadi peningkatan yang sangat signifikan, siswa yang mencapai nilai KKM berjumlah 92,8% terjadi peningkatan sebesar 50% dari jumlah keseluruhan itu. Artinya penggunaan model pembelajaran examples non examples ini efektif digunakan pada mata pelajaran IPA tentang tumbuhan sebagai penghasil sumber makanan karena terjadi peningkatan secara bertahap dari sebelum penerapan sampai dengan sesudah penerapan model pembelajaran examples non examples. 2. Faqih Alifiandri Herwanda (2013) Dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model Examples Non Examples Dalam Pembelajaran IPA Materi Alat Pencernaan Pada Manusia Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) di kelas V SDN Melong Asih 7 Kecamatan Cimahi Kabupaten Bandung Tahun Pelajaran 2013/2014. Hasil penelitiannya yaitu terhadap peningkatan hasil belajar siswa dipengaruhi oleh adanya aktivitas belajar yang baik. Pada siklus 1, setiap siswa memperoleh nilai yang beragam, hasil rata-rata siswa hanya 35 dan presentase ketuntasan siswa hanya 11 % dan presentase ketdak tuntasan mencapai 89%. Pada siklus II, setiap siswa memperoleh nilai yang berbeda-beda, hasil rata-rata siswa mencapai 24% dan prsentase ketidak tuntasan mencapai 76%. Dan pada siklus III, setiap siswa memperoleh hasil yang berbeda-beda, hasil pada siklus III ini nilai rata-rata siswa adalah 77 dengan presentase ketuntasan siswa mencapai 82%. Maka dapat disimpulkan bahwa dengan penggunaan model pembelajaran examples non examples dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa pada saat pembelajaran sebesar 40%. Hal ini diketahui melalui rentan peningkatan dari penelitian siklus I sampai dengan siklus III. 3. Anisa Fauziah Safitri (2013) Dalam penelitiannya yang berjudul “Penggunaan Model Examples Non Examples Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Pada Siswa Kelas V SDN Batukarut 1 Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung Tahun Pelajaran 2013/2014. Hasil penelitiannya yaitu siswa kelas V SDN Batukarut 1 mampu menulis karangan narasi dengan menggunakan model examples non examples. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan nilai rata-rata (mean) pretes 50 dan nilai rata-rata postes 91,3. Dengan demikian selisih antara pretes dan postes adalah 41,3. Artinya, hasil belajar siswa kelas V SDN Batukarut 1 meningkat dalam pembelajaran menulis karangan narasi. C. Masalah dan Pertanyaan Penelitian 1. Masalah-masalah Yang Berkaitan Dengan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah ditemukan di SDN Sindangsari 1 Kecamatan Cikancung Kabupaten Bandung di kelas V yaitu: 1. Penggunaan media pembelajaran yang tidak ada hanya mengandalkan buku paket dan kurangnya referensi dari sumber belajar yang lain mengakibatkan minat belajar atau respon belajar peserta didik menjadi kurang. Menurut Hamalik (1986) dalam Azhar Arsyad (2007:15) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kagiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. 2. Pembelajaran IPS yang dilaksanakan oleh guru hanya menggunakan metode ceramah tidak menggunakan model pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa sehingga minta belajar kurang yang mengakibatkan hasil belajar siswa menjadi kurang memuaskan. Menurut Trianto (2011:51) model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial. Joyce dan Weil (1992:1) menyatakan bahwa: “models of teaching are really models of learning. As we help student acquire information, ideal, skills, value, ways of thinking and means of expressing themselves, we are also teaching then how to learn”. Hal ini berarti bahwa model mengajar merupakan model belajar dengan tersebut guru dapat membantu siswa untuk mendapatkan atau memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide ciri sendiri. Selain itu mereka juga mengajarkan bagaimana mereka belajar. 2. Pertanyaan-pertanyaan Peneliti Yang Berkaitan Dengan Penelitian Pertanyaan-pertanyaan peneliti yang muncul dalam penelitian ini adalah diantaranya: a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Menurut Trianto (2011:108) rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam stadar isi yang dijabarkan dalam silabus. Rencana pelaksanaan pembelajaran sendiri dapat menjadi panduan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran yang disusun dalam scenario pembelajaran. RPP merupakan persiapan yang harus dilakukan guru sebelum mengajar. Persiapan disini dapat diartikan persiapan tertulis maupun persiapan mental, situasi emosional yang ingin dibangun, lingkungan belajar yang produktif, termasuk meyakinkan pembelajar untuk mau terlibat secara penuh. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan silabus mempunyai perbedaan, meskipun dalam hal tertentu mempunyai persamaan. Silabus memuat hal-hal yang perlu dilakukan siswa untuk menuntaskan suatu kompetensi secara utuh, artinya di dalam suatu silabus adakalanya beberapa kompetensi yang sejalan akan disatukan sehingga perkiraan waktunya belum tahu pasti berapa pertemuan yang akan dilakukan. Sementara itu, rencana pelaksanaan pembelajaran adalah penggalan-penggalan kegiatan yang perlu dilakukan oleh guru untuk setiap pertemuan. Didalamnya harus terlihat tindakan apa yang perlu dilakukan oleh guru untuk mencapai ketuntasan kompetensi serta tindakan selanjutnya setelah pertemuan selesai. Gagne dan Briggs ( 1998 ) dalam halaman website yang diunduh dari http: //snwulandari. blogspot. com/2012/05/ pengertian – silabus – dan – rpp . html mengisyaratkan bahwa dalam mengembangkan rencana pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran perlu memperhatikan empat asumsi sebagai berikut : 1) Rencana pembelajaran perlu dikembangkan dengan baik dan menggunakan pendekatan sistem. Pengembangan rencana pembelajaran dipengaruhi oleh teori-teori yang melandasinya dengan langkah – langkah yang ditempuh dalam proses pembuatannya. Gagne merumuskan bahwas sistem pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa yang dapat mempengaruhi peserta didik sehingga terjadi proses belajar pada dirinya demi mencapai suatu kompetensi. Proses pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem karena memiliki sejumlah komponen yang saling berinteraksi, memiliki fungsi masing- masing untuk mencapai tujuan pembelajaran, dan membentuk kompetensi peserta didik 2) Rencana pembelajaran harus dikembangkan secara ilmiah berdasarkan pengetahuan tentang peserta didik , yaitu teori-teori belajar dan pembelajaran yang telah diteliti oleh para ahli ilmu pendidikan. 3) Rencana pembelajaran harus dikembangkan untuk memudahkan peserta didik belajar dan membentuk kompetensi dirinya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik, yaitu : a) Informasi harus disiapkan dengan baik b) Berikan contoh-contoh dan ilustrasi yang dekat dengan kehidupan peserta didik c) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpartisipassi dalam proses pembelajaran d) Menggunakan sarana dan alat pendukung yang berfariasi ( Wahab, 2001). e) Rencana pembelajaran hendaknya tidak dibuat asal-asalan, program satuan pelajaran harus disusun sesuai dengan prosedur ilmiah. b. Proses Pembelajaran Pengertian proses pembelajaran yang diunduh dari halam website http: // www.psychologymania.com /2012/12/ pengertian – proses - pembelajaran. html adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu obyektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta ketrampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik. Adapun menurut Oemar Hamalik, Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun, meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran, dalam hal ini manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya, materi meliputi; buku-buku, papan tulis dan lain-lainnya. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruang kelas dan audiovisual. prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktek belajar, ujian dan sebagainya. Pembelajaran biasanya terjadi dalam situasi formal yang secara sengaja diprogramkan oleh guru dalam usahanya mentransformasikan ilmu kepada peserta didik, berdasarkan kurikulum dan tujuan yang hendak dicapai. Melalui pembelajaran peserta didik melakukan proses belajar sesuai dengan rencana pengajaran yang telah diprogramkan. Dengan demikian, unsur kesengajaan melalui perencanaan oleh pihak guru merupakan ciri utama pembelajaran. Upaya pembelajaran yang berakar pada pihak guru dilaksanakan secara sistematis yaitu dilakukan dengan langkah-langkah teratur dan terarah secara sistematik. yaitu secara utuh dengan memperhatikan berbagai aspek. Maka konsep belajar dan pembelajaran merupakan dua kegiatan yang berproses dalam suatu sistem. Jadi, dapat disimpulkan bahwa fungsi pembelajaran secara umum adalah merangsang dan menyukseskan proses belajar dan untuk mencapai tujuan, Sedangkan fungsi belajar adalah dapat memanfaatkan semaksimal mungkin sumber belajar untuk mencapai tujuan belajar, yaitu terjadinya perubahan dalam diri peserta didik. c. Hasil belajar Menurut Nana Sudjana (2011:49), tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat dikategorikan menjadi tiga bidang yakni bidang kognitif (penguasaan Intelektual), bidang afektif (berhubungan dengan sikap dan nilai) serta bidang psikomotor (kemampuan/keterampilan bertindak/berperilaku). Menurut Mulyasa dalam bukunya Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2009:212) mengungkapkan bahwa hasil belajar merupakan prestasi belajar peserta didik secara keseleruhuan yang menjadi indikator kompetensi dasar dan drajat perubahan perilaku yang bersangkutan. d. Respon Siswa Respon siswa adalah penerimaan, tanggapan dan aktivitas yang diberikan siswa selama pembelajaran melalui penerapan model examples non examples. Aktivitas yang dibagikan oleh guru yaitu berupa angket yang berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan kegiatan selama proses pembelajaran berlangsung (Dalam jurnal Zuhelmi, 2009. Penilaian Psikomotor dan Respon Siswa Dalam Pembelajaran Sains Fisika Melalui Penerapan Penemuan Terbimbing Di SMPN 20 Pekanbaru. Prodi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Riau). D. Pengembangan dari Kerangka Pemikiran 1. Pengertian Strategi pembelajaran Strategi pembelajaran merupakan kegiatan yang dipilih yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Strategi berupa urut-urutan kegiatan yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan tertentu. Startegi pembelajaran mencakup juga pengaturan materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik (Agus Suprijono, 2011:83). 2. Pengertian Model Pembelajaran Mills berpendapat (dalam Agus Suprijono, 2011:45) bahwa model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses actual yang menemukan seseorang atau kelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberap sistem. Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas. Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merancanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Menurut Arends, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. 3. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning Ada beberapa istilah untuk menyebut pembelajaran berbasis social yaitu pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dan pembelajaran kolaboratif. Panitz membedakan kedua hal tersebut, yaitu (dalam Agus Suprijono:2011:54) : Pembelajaran kolaboratif didefinisikan sebagai falsafah mengenai tanggung jawab pribadi dan sikap menghormati sesame. Peserta didik bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada mereka. Guru bertindak sebagai fasilitator, memberikan dukungan yang tidak mengarahkan kelompok kea rah hasil yang sudah disiapkan sebelumnya. Bentuk-bentuk asasement oleh ltern peserta didik digunakan untuk melihat hasil prosesnya. Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas. Ironisnya, model pembelajaran cooperative learning belum banyak diterapkan dalam pendidikan walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat. Kebanyak pengajar enggan menerapkan sistem kerja sama di dalam kelas karena beberapa alasan. Alasan utama adalah kekhawatiran bahwa akan terjadi kekacauan di kelas dan siswa tidak belajar jika mereka di tempatkan dalam grup. Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model cooperative learning dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif (Anita Lie, 2008:29). 4. Model Examples Non Examples Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2008:1) yang diunduh dari halaman website http://ras-eko.blogspot.com/2011/05/ model pembelajaran example non example. html (8 maret 2014 pukul 20.34 WIB) pengertian metode examples non examples adalah model pembelajaran yang menggunakan contoh-contoh. Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus atau gambar yang relevan dengan kompetensi dasar. Menurut Bruce Joyce, Marsha Weil, dan Emily Calhoun (2009) menyatakan bahwa model pembelajaran example non example atau juga biasa disebut examples non examples merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam gambar. Penggunaan Model Pembelajaran Examples Non Examples ini lebih menekankan pada konteks analisis siswa. Biasa yang lebih dominan digunakan di kelas tinggi, namun dapat juga digunakan di kelas rendah dengan menenkankan aspek psikoligis dan tingkat perkembangan siswa kelas rendah seperti; kemampuan berbahasa tulis dan lisan, kemampuan analisis ringan, dan kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya. Model Pembelajaran Examples Non Examples menggunakan gambar dapat melalui OHP, proyektor, atau media yang paling sederhana yaitu poster. Gambar yang kita gunakan haruslah jelas dan kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak yang berada di belakang dapat juga melihat dengan jelas. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa metode Examples Non Examples adalah metode pembelajaran lternative yang diambil dari sebuah contoh, kasus, atau gambar yang relevan dengan kompetensi dasar. Siswa diberikan kesempatan dalam kelompok kecil untuk mendiskusikan contoh gambar yang diberikan oleh guru dan mempresentasikannya dihadapan teman-temannya. Penggunaan gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada didalamnya. Model Examples Non Examples salah satu teknik yang dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Teknik ini merupakan contoh pembelajaran efektif yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendididkan dan Kebudayaan. Komponen utama metode Examples Non Examples adalah digunakannya media dalam mendukung proses pengajaran. Media yang dapat digunakan dalam metode Examples Non Examples salah satunya adalah media gambar yang berhubungan dengan kompetensi dasar yang terdapat dalam kurikulum satuan pendididkan sekolah dasar. Media gambar yang digunakan berupa contoh gambar pembelajaran, yaitu tentang penggunaan peralatan tangan dan mesin di bengkel. a. Langkah-langkah model pembelajaran Examples Non Examples Langkah-langkah model pembelajaran examples non examples menurut Bruce Joyce, Marsha Weil, dan Emily Calhoun (2009): 1) Pendidik mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran 2) Pendidik menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP atau Infokus. 3) Pendidik memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada peserta didik untuk memperhatikan/menganalisa gambar. 4) Mengelompokan peserta didik menjadi 2-3 orang peserta didik, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas. 5) Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya. 6) Mulai dari komentar/hasil diskusi peserta didik, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai. 7) Menyimpulakn hasil pembelajaran bersama-sama dengan peserta didik. b. Keunggulan Model Pembelajaran Examples Non Examples Keunggulan dalam menggunakan metode example non example Menurut Bruce Joyce, Marsha Weil, dan Emily Calhoun (2009). Keuntungan dari metode Example Non Example antara lain : 1) Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih komplek, 2) Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari example dan non examples, 3) Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non example yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian examples. c. Kelemahan Model Pembelajaran Examples Non Examples Kelemahan dalam Menggunakan Metode Example Non Example Menurut Bruce Joyce, Marsha Weil, dan Emily Calhoun (2009). Ada beberapa kelemahan dalam menggunakan metode Example Non Example, diantaranya adalah tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar dan dalam pembelajaran memakan waktu yang lama. E. Pengembangan Materi Ajar dan Analisis Bahan Ajar Menurut Trianto (2011:188) bahan ajar adalah bahan atau material sumber belajar yang mengandung substansi kemampuan tertentu yang akan dicapai oleh siswa. Secara garis besar bahan ajar atau materi pembelajaran mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Substansi dalam pembelajaran IPS terdiri atas fakta, konsep, prinsip, prosedur, dan nilai (Abdul Gafur, 1989; Dikmenum, dalam buku Trianto 2011:188). Termasuk dalam materi fakta adalah nama-nama objek, peristiwa sejarah, nama tempat, nama orang, lambang, dan sebagainya. Termasuk dalam materi prinsip adalah dalil, rumus, adagium, postulat, teorema, atau hubungan antara konsep. Prosedur adalah langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu tugas. 1. Karakteristik Bahan Ajar IPS Karakteristik mata pelajaran IPS berbeda dengan disiplin ilmu lain yang bersifat monolitik. Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hokum, dan budaya. Rumusan ilmu pengetahuan sosial berdasarkan realitas dan fenomena sosial melalui pendekatan interdisipliner. Menurut Trianto (2011:174) pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minta, kemampuan, dan lingkungannya, serta berbagai bekal siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yeng lebih tinggi. Berdasarkan pengertian dari tujuan dari pendidikan IPS, tampaknya dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang mampu menjembatani tercapainya tujuan tersebut. Kemampuan dan keterampilan guru dalam memilih dan menggunakan berbagai model, metode dan strategi pembelajaran senantiasa terus ditingkatkan (Kosasih, 1994). 2. Bahan dan Media Pembelajaran Yang Dapat Diterapkan Menurut Hamalik (1986) dalam Azhar Arsyad (2007:15) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Menurut Dale (1969:180) dalam Azhar Arsyad (2007:23) mengemukakan bahwa bahan-bahan media audiovisual dapat memberikan banyak manfaat asalkan guru berperan aktif dalam proses pembelajaran. Dale juga memperkirakan bahwa perolehan hasil belajar melalui indera pandang berkisar 75%, melalui indera dengar 13%, dan melalui indera lainnya sekitar 12%. Pada penelitian ini bahan dan media yang diterapkan yang sesuai dengan materi pembelajaran yaitu tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan yaitu gambar-gambar persiapan kemerdekaan sampai kepada gambar tokoh-tokoh yang mempersiapkan kemerdekaan RI. 3. Strategi Pembelajaran Yang Digunakan Pada penelitian ini strategi pembelajaran yang digunakan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe examples non examples, berikut akan dibahas mengenai model examples non examples. Menurut Bruce Joyce, Marsha Weil, dan Emily Calhoun (2009) menyatakan bahwa model pembelajaran example non example atau juga biasa disebut examples non examples merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. 4. Sistem Evaluasi Hasil belajar yang digunakan Penilaian pembelajaran pada umumnya mencakup pre tes, penilaian proses dan post tes. Ketiga hal tersebut dijelaskan berikut ini. 1. Pre Tes (Tes Awal) Pada umunya pelaksanaan proses pembelajaran dimulai dengan pretes. Pretes ini memiliki banyak kegunaan dalam menjajahi proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu, pretes memegang peranan cukup penting dalam proses pembelajaran. Menurut Mulyasa (2009:217) fungsi pretes ini antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut. 1) Untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar. Karena dengan pretes maka pikiran mereka akan terfokus pada soal-soal yang harus mereka jawab/kerjakan. 2) Untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta didik sehubungan dengan proses pembelajaran yang dilakukan. Hal ini dapat dilakukan dengan membandingkan hasil pretes dan postes. 3) Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki peserta didik mengenai bahan ajaran yang akan dijadikan topik dalam proses pembelajaran. 4) Untuk mengetahui dari mana seharusnya proses pembelajaran dimulai, tujuan-tujuan mana yang telah dikuasai peserta didik, dan tujuan-tujuan mana yang perlu mendapat penekanan dan perhatian khusus. 2. Penilaian Proses Penialaian proses dimaksudkan untuk menilai kualitas pembelajaran dan pembentukan kompetensi dasar pada peserta didik, termasuk bagaimana tujuan-tujuan belajar direalisasikan. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, disamping menunjukan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri. Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidaknya sebagian besar (75%). Lebih lanjut, proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila masukan merata, menghasilkan output yang banyak dan bermutu tinggi, serta sesuai dengan kebutuhan, perkembangan masyarakat dan pembangunan (Mulyasa, 2009:218). 3. Postes (Tes Akhir) Menurut Mulyasa (2009:218) pada umumnya pelaksanaan pembelajaran diakhiri dengan postes. Sama halnya dengan pretes, postes juga memiliki banyak kegunaan, terutama dalam melihat keberhasilan pembelajaran. Fungsi postes antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut. 1) Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi dasar yang telah ditentukan, baik secara individu maupun kelompok. Hal ini dapat diketahui dengan membandingkan antara hasil pretes dan postes. 2) Untuk mengetahui komptensi dasar dan tujuan yang dapat dikuasai oleh peserta didik, serta kompetensi dasar dan tujuan yang belum dikuasainya. Sehubungan dengan kompetensi dasar tujuan yang belum dikuasai ini, apabila sebagian besar belum menguasainya maka perlu dilakukan pembelajaran kembali (remedial teaching). 3) Untuk mengetahui peserta didik yang perlu mengikuti kegiatan remedial dan yang perlu mengikuti kegiatan pengayaan, serta untuk mengetahui tingkat kesulitan dalam mengerjakan modul (kesulitan belajar). 4) Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan terhadap komponen-komponen pembelajaran (modul) dan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan, baik terhadap perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaian. F. Ringkasan Umum dan Gagasan Peneliti Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran, sedangkan mengajar menunjuk pada apa yang dilakukan oleh guru sebagai pengajar. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasiliti, peralatan, dan prosedur yang saling mempengaruhi bagi mencapai tujuan pembelajaran. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada jenjang pendidikan dasar memfokuskan kajiannya kepada hubungan antar manusia dan proses membantu pengembangan kemampuan dalam hubungan tersebut. Pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dikembangkan melalui kajian ini ditujukan untuk mencapai keserasian dan keselarasan dalam Pendidikan IPS sudah lama dikembangkan dan dilaksanakan dalam kurikulum-kurikulum di Indonesia, khususnya pada jenjang pendidikan dasar. Pendidikan ini tidak dapat disangkal telah membawa beberapa hasil, walaupun belum optimal. Secara umum penguasaan pengetahuan sosial atau kewarganegaraan lulusan pendidikan dasar relatif cukup, tetapi penguasaan nilai dalam arti penerapan nilai, keterampilan sosial dan partisipasi sosial hasilnya belum menggembirakan. Kelemahan tersebut sudah tentu terkait atau dilatarbelakangi oleh banyak hal, terutama proses pendidikan atau pembelajarannya, kurikulum, para pengelola dan pelaksanaanya serta faktor-faktor yang berpengaruh lainnya. Strategi pembelajaran merupakan kegiatan yang dipilih yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Strategi berupa urut-urutan kegiatan yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan tertentu. Startegi pembelajaran mencakup juga pengaturan materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik. Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Model pembelajaran examples non examples adalah model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajarannya. Model ini juga menurut penulis dapat memberikan rangsangan belajar kepada peserta didik agar lebih bergairah dalam belajar yang mengakibatkan hasil belajar juga meningkat. Atas dasar itu kemudian penulis memilih metode belajar ini untuk meningkatkan hasil belajar siswa SDN Sindangsari 1 Kecamatan Cikancung Kabupaten Bandung pada pembelajaran IPS tahun pelajaran 2013/2014. Bahan dan media yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah gambar-gambar 6 tokoh persiapan kemerdekaan yaitu Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Dr. Radjiman Wedyodinigrat, Ahmad Subardjo, Prof. Dr. Soepomo, dan Muhammad Yamin. Materi yang diajarkannya meliputi peristiwa menjelaskan kemerdekaan dibentuknya BPUPKI dan PPKI, perumusan dasar Negara dan Tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan Republik Indonesia. Penilaian yang akan dilaksanakan meliputi 3 tahap yaitu pre tes (tes awal), proses pelaksanaan atau pembelajaran (penggunaan lembar kerka kelompok atau siswa) dan post tes (tes akhir). BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Sindangsari 1 Kecamatan Cikancung Kabupaten Bandung tahun ajaran 2013-2014 di kelas V dengan jumlah peserta didik 40 orang, diantaranya 21 orang laki-laki dan 19 orang perempuan. Sekolah tersebut memiliki 9 gedung, diantaranya 4 ruangan kelas 1 ruangan guru dan kepala sekolah, 1 kamar mandi kepala sekolah dan guru, 1 kamar mandi untuk siswa dan 1 perpustakaan. 1. Data Sekolah Visi dan Misi Sekolah Visi : Iman dan Taqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa Unggul Dalam Prestasi Sopan Santun Dalam Perilaku Misi : 1. Melaksanakan pembelajaran yang aktif kreatfi, efektif dan menyenangkan. 2. Menciptakan lingkungan sekolah yang agamis indah dan nyaman. 3. Meningkatkan prestasi siswa dibidang akademis maupun non akademis. 4. Melestarikan/mengembangkan budaya bangsa 2. Profil Sekolah a

Item Type: Thesis (Skripsi(S1))
Subjects: S1-Skripsi
Divisions: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > PGSD 2014
Depositing User: Iyas -
Date Deposited: 28 Jun 2016 09:30
Last Modified: 28 Jun 2016 09:30
URI: http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/5139

Actions (login required)

View Item View Item