IDENTIFIKASI TINGKAT RISIKO BENCANA LETUSAN GUNUNGAPI SERTA ARAHAN MITIGASI BENCANA DI WILAYAH KOTA TERNATE

Ruddy Abdul Rahman, 033060014 and Firmansyah, Dosen PWK Unpas and Oki Oktariadi, ds (2010) IDENTIFIKASI TINGKAT RISIKO BENCANA LETUSAN GUNUNGAPI SERTA ARAHAN MITIGASI BENCANA DI WILAYAH KOTA TERNATE. Skripsi(S1) thesis, Fakultas Teknik Unpas.

[img]
Preview
Text
LAPORAN TUGAS AKHIR.pdf

Download (30MB) | Preview
[img]
Preview
Text
lAMPIRAN ANALISIS.pdf

Download (2MB) | Preview
[img]
Preview
Text
PETA PDF.pdf

Download (21MB) | Preview
Official URL: http://teknik.unpas.ac.id

Abstract

Berdasarkan RTRWP Propinsi Maluku Utara untuk 2006-2016, pengembangan kebijakan ruang kawasan sentra produksi/andalan di wilayah Propinsi Maluku Utara, arahan pengembangannya di tetapkan dengan konsep segitiga emas yang dibentuk oleh 3 pulau yaitu Ternate – Tidore dan Sofifi. Kawasan ini meliputi pusat pertumbuhan strategis yang membentuk suatu keterkaitan segitiga pusat pertumbuhan yang menjadi lokomotif pertumbuhan sektor-sektor jasa dan perdagangan di Provinsi Maluku Utara. Melalui blok segitiga emas ini maka, terjalin keterhubungan fungsional dan struktural ditingkat regional antar provinsi di wilayah Indonesia bagian timur maupun dalam konstelasi perhubungan Internasional. Gamalama adalah salah satu gunungapi aktif yang terletak di busur Pulau Halmahera, sebelah timur laut Maluku. Wilayah ini diperkirakan sebagai daerah pertemuan beberapa lempeng diantaranya Lempeng Eurasia yang berinteraksi dengan Lempeng Hindia – Australia. Pulau Ternate yang dibentuk oleh G. Gamalama mengambil tempat di atas jalur penunjaman (subduction zone) yang miring ke timur dengan sudut yang kecil. Kondisi ini menyebabkan wilayah kota Ternate secara potensial memiliki resiko bencana letusan gunungapi. Oleh karena itu, diperlukan upaya guna mengurangi resiko bencana letusan gunungapi. Untuk mengurangi resiko tersebut, terlebih dahulu perlu diidentifikasi wilayahwilayah yang beresiko tinggi terhadap bencana letusan gunungapi serta bagaimana merumuskan implikasi resiko bencana tersebut terhadap tindakan mitigasi bencana agar dapat mengurangi resiko, maka pada penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya dimana ada 3 (tiga) faktor yang mempengaruhi tingkat resiko bencana letusan gunungapi yaitu faktor bahaya, kerentanan dan ketahanan. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini menggunakan beberapa metode yaitu perhitungan nilai faktor dengan model standarisasi Davidson serta metode superimpose, selain itu untuk memperoleh nilai perbandingan antara beberapa faktor yang ditinjau dari segi pentingnya faktor tersebut terhadap faktor lainnya dalam menentukan penilaian prioritas terhadap resiko bencana alam letusan gunungapi maka digunakan pembobotan dengan menggunakan metode proses hierarki analitik ( Analytical Hierarchy Process/AHP). Berdasarkan hasil analisis tingkat resiko bencana letusan gunungapi di wilayah kota Ternate dengan didasarkan pada faktor bahaya, kerentanan dan ketahanan, maka dari 48 kelurahan yang ada diketahui bahwa ada 3 kelurahan yang memiliki tingkat resiko tinggi dengan klasifikasi nilai bakunya antara 8,74 – 10,72. Kelurahan resiko tinggi tersebut adalah kelurahan Moya, Loto dan Takome. Sedangkan untuk tingkat resiko sedang ada 3 kelurahan yaitu Togafo, Sulamadaha dan Tobololo dengan klasifikasi nilai bakunya antara 6,73 – 8,73. Dimana klasifikasi nilai baku terendah adalah 4,72 – 6,72. Upaya untuk mengurangi resiko bencana tersebut dilakukan berdasarkan peta tingkat resiko yang menunjukkan tingkat, letak dan sebaran resiko terhadap bencana letusan gunungapi, berupa arahan kegiatan pada kondisi yang sedang berlansung (existing activity). Arahan-arahan tersebut merupakan upaya pencegahan dan pengendalian dalam mengurangi kerugian dan kerusakan akibat dampak yang ditimbulkan oleh peristiwa bencana letusan gunungapi, yaitu dengan cara menurunkan nilai indikator faktor kerentanan (vulnerability) dan menaikkan nilai indikator faktor ketahanan/kapasitas. Untuk menangani bencana secara keseluruhan, kota Ternate perlu mempersiapkan diri baik dari sumber daya manusia maupun sarana dan prasarana. Bencana alam umumnya tidak bisa diduga kapan dan di mana akan terjadi, sehingga yang perlu dilakukan adalah berupaya meminimalisasi hal terburuk akibat bencana tersebut (mitigasi). Upaya mengurangi jatuhnya korban, baik jiwa, harta ataupun benda lainnya dapat dilakukan melalui penataan wilayah kota Ternate baik secara keruangan ataupun non keruangan.

Item Type: Thesis (Skripsi(S1))
Subjects: S1-Skripsi
Divisions: Fakultas Teknik > Teknik Planologi 2010
Depositing User: Irwan Kustiawan
Date Deposited: 29 Aug 2017 07:54
Last Modified: 29 Aug 2017 07:54
URI: http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/29036

Actions (login required)

View Item View Item