PENGALAMAN ANGGOTA DPRD DKI JAKARTA DALAM BERKOMUNIKASI POLITIK DENGAN GUBERNUR DKI JAKARTA BASUKI TJAHAJA PURNAMA (AHOK)(Studi Fenomenologi Terhadap 17 Anggota DPRD DKI Jakarta Periode 2014-2017)

Eni Saeni, 158080018 (2017) PENGALAMAN ANGGOTA DPRD DKI JAKARTA DALAM BERKOMUNIKASI POLITIK DENGAN GUBERNUR DKI JAKARTA BASUKI TJAHAJA PURNAMA (AHOK)(Studi Fenomenologi Terhadap 17 Anggota DPRD DKI Jakarta Periode 2014-2017). Thesis(S2) thesis, Magister Ilmu Komunikasi.

[img] Text
Artikel Ilmiah- Ahok REV.doc

Download (310kB)

Abstract

Kepiawaian berkomuniksi merupakan salah - satu syarat tak tertulis bagi seorang pejabat publik. Sebab, selama mengelola institusinya, seorang pejabat publik mesti berinteraksi dengan banyak pihak. Berbagai kebijakan mesti terkomunikasikan dengan baik. Sementara pengambilan keputusan sebuah kebijakan melalui proses yang tak sederhana. Pejabat public mesti mendengar masukan dari banyak pihak, juga bernegosiasi. Pejabat publik juga dituntut bisa mengelola dengan baik ‘serangan’ dari pihak yang resisten atas kebijakan yang ada. Salah seorang pejabat publick yang punya gaya komunikasi politik unik dan fenomenal yakni Gubernur DKI Jakarta (19 November 2104 - 9 Mei 2017), Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok. Mantan Bupati Belitung Timur ini cepat dikenal secara luas bukan hanya karena kinerjanya, tetapi juga lantaran gaya komunkasinya. Yang segera teringat oleh kebanyakan orang tentang Ahok yakni bicaanya yang ceplas-ceplos, kata-katanya yang ‘kasar’ dan kadang marah-marah. DPRD DKI Jakarta , selaku mitra kerja gubernur DKI Jakarta, merupakan salah satu lembaga yang paling banyak berkomunikasi dengan Ahok. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengalaman anggota DPRD DKI Jakarta dalam berkomunikasi dengan Gubernur Ahok. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pemilihan informan dilakukan secara purposive sampling, pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Hasil penelitan menunjujkkan para informan mempunyai pengalaman beragam dalam berkomunikasi dengan Gubernur Ahok. Latar belakang informan, termasuk ‘baju politik’ mereka , mempunyai andil dalam membentuk pengalaman mereka dalam berkomunikasi dengan Ahok. Secara umum mereka terbelah menjadi dua kutub. Kutub pertama kelompok informan yang tak ada masalah dengan gaya komunkasi Ahok. Mereka nyaman-nyaman saja bahkan perasaanya tak tersingung dengan kata-kata kasar atau ekspresi sang gubernur yang meledak-ledak. Mereka menemukan sisi-sisi positif dari gaya komunikasi Ahok, seperti gaya tersebut dibutuhkan untuk mengubah mindset, mental, dan karakter pejabat. Namun mayoritas informan masuk kutub kedua. Yakni mereka yang terganggu dengan gaya Ahok. Mereka bukan hanya tak nyaman tetapi juga merasa ‘terserang’ dengan gaya komunikasi Sang Gubernur. Mereka merasa terhina dan marah, ketika Ahok menyebut rampok, maling dan begal, dalam kasus ‘dana siluman’ RAPBD (Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) DKI Jakarta 2015. Selain memicu konflik kelembagaan, gaya komunikasi Ahok juga membuat hubungan pribadi beberapa informan dengan sang gubernur renggang.

Item Type: Thesis (Thesis(S2))
Subjects: S2-Thesis
Divisions: Pascasarjana > S2-Ilmu Komunikasi 2017
Depositing User: mr Azis -
Date Deposited: 09 Jun 2017 07:41
Last Modified: 12 Jun 2017 07:19
URI: http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/27821

Actions (login required)

View Item View Item