PENGGUNAAN MODEL PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KERJASAMA SISWA PADA TEMA INDAHNYA KEBERSAMAAN DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK

WINDA MAULIA SEPTIANI, 105060048 (2016) PENGGUNAAN MODEL PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KERJASAMA SISWA PADA TEMA INDAHNYA KEBERSAMAAN DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK. Skripsi(S1) thesis, FKIP UNPAS.

[img] Text
COVER SKRIPSI.docx

Download (37kB)
[img] Text
HALAMAN AWAL SKRIPSI.docx

Download (127kB)
[img] Text
BAB I.docx

Download (33kB)
[img] Text
BAB II.docx

Download (2MB)
[img] Text
BAB III.docx
Restricted to Repository staff only

Download (63kB)
[img] Text
BAB IV.docx
Restricted to Repository staff only

Download (197kB)
[img] Text
BAB V.docx
Restricted to Repository staff only

Download (18kB)
[img] Text
DAFTAR PUSTAKA skripsi..docx

Download (17kB)
[img] Text
RIWAYAT HIDUP.docx

Download (87kB)

Abstract

ABSTRAK Berdasarkan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan di kelas VI SDN Lemahduhur II Kecamatan Tempuran Kabupaten Karawang pada Pembelajaran Tematik. Dalam penelitian ini peneliti mengambil Tema Indahnya Kebersamaan dengan Subtema Kebersamaan dalam Keberagaman menggunakan model Project Based Learning. Objek yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu siswa kelas IV SDN Lemahduhur II dengan jumlah 26 orang 14 orang laki-laki dan 12 orang perempuan. Adapun instrumen yang dipakai dalam penelitian ini berupa wawancara dengan guru, observasi aktivitas siswa, lembar kerja kelompok, dan angket. Pengolahan dan pengumpulan data berdasarkan dari hasil tes kerja kelompok, lembar instrument dan hasil wawancara. Dari hasil Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan presentase kerjasama siswa menggunakan model pembelajaran Project Based Learning mengalami peningkatan dalam setiap siklusnya, pra siklus sebesar (62%) hanya 4 siswa yang mencapai kategori baik, 12 siswa mencapai kategori cukup dan 10 siswa mencapai kategori kurang, pada siklus I terjadi peningkatan sebesar (70%) dengan 6 siswa mencapai kategori baik, 15 siswa mencapai kategori cukup, dan 5 siswa mencapai kategori kurang, dan siklus II meningkat menjadi 81% dengan 16 siswa mencapai kategori baik, 9 siswa mencapai kategori cukup, dan hanya 1 siswa kategori kurang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Project Based Learning pada pembelajaran tematik dengan tema indahnya kebersamaan dapat meningkatkan kerjasama siswa. Kata kunci : Kerjasama, Project Based Learning BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukkan tingkat kemajuan pendidikannya. Apa yang dapat dihasilkan dari sebuah pendidikan itulah yang akan memberikan andil besar dalam pembangunan bangsa, karena pendidikan adalah pilar dari tegaknya sebuah bangsa. Dan gurulah yang berada di posisi paling terdepan dalam menghasilkan produk pendidikan yang berkualitas, sesuai dengan Tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Bab II Pasal 3 UU RI NO.20 Tahun 2003). Sesuai dengan tujuan pendidikan No. 20 Tahun 2003. Pendidikan karakter bangsa secara operasional dirumuskan 18 nilai karakter diantaranya adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab. Pendidikan mengandung pengertian suatu perbuatan yang disengaja untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebaliknya. Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional merumuskan bahwa: Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Untuk memiliki kekuatan spriritual keagamaan, pendalaman diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Berdasarkan definisi ini, dapat dipahami bahwa pendidikan sebagai proses menjadi warga negara yang baik, yang mempunyai kecerdasan baik kecerdasan spiritual maupun kecerdasan dalam berpikir dan memecahkan masalah. Untuk meningkatkan mutu pendidikan, Indonesia sudah beberapa kali mengalami pergantian kurikulum, perubahan terakhir pada tahun 2006 yang disebut dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dan sekarang mencoba menerapakan kurikulum 2013. Pengembangan kurikulum 2013 menitikberatkan pada penyederhanaan, pendekatan tematik-integratif dilatarbelakangi oleh masih terdapat beberapa permasalahan pada Kurikulum 2006 (KTSP) antara lain: (1) konten kurikulum yang masih terlalu padat yang ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan tingkat kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak; (2) belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional; (3) kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan; beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam kurikulum; (4) belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global; (5) standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru; (6) standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (proses dan hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya remediasi secara berkala; dan (7) dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak menimbulkan multi tafsir (Draft Kurikulum 2013). (http://www.smkdarmabakti.co.id/2013/04/inti-dari-kurikulum-2013-dan-alasan.html) diakses pada tanggal 17 Mei 2014 pukul 19.40 WIB. Dalam mengimplementasikan kurikulum, yang jauh lebih penting adalah guru sebagai ujung tombak bahkan bisa menjadi ujung tombok serta garda terdepan dalam pelaksanakan kurikulum. Oleh karena itu betapa pentingnya kesiapan guru dalam mengimplementasikan kurikulum itu selain kompetensi, komitmen dan tanggung jawabnya serta kesejahteraannya yang harus terjaga. Kompetensi guru bukan saja menguasai apa yang harus dibelajarkan tapi bagaimana membelajarkan siswa yang menantang, menyenangkan, memotivasi, menginspirasi dan memberi ruang kepada siswa untuk melakukan keterampilan proses yaitu mengobservasi, bertanya, mencari tahu, dan merefleksi. Dewasa ini sedang dikembangkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tematik terintegrasi. Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. (http://www.m-edukasi.web.id/2013/05/pembelajaran-tematik-integratif.html) diakses pada tanggal 22 Mei 2014 pukul 05.20 WIB. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Pembelajaran tematik menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Berkaitan dengan masalah pembelajaran tematik, siswa SDN Lemahduhur II Kabupaten Karawang pada umumnya kurang adanya interaksi dengan teman pada saat pembelajaran berlangsung, sehingga pada saat pembelajaran siswa cepat merasa jenuh. Berdasarkan data yang peneliti dapatkan melalui pengamatan langsung di lapangan, ternyata banyak ditemukan kesejangan dalam proses belajar mengajar di SDN Lemahduhur II Kabupaten Karawang, terlihat bahwa cara mengajar guru pada umumnya hanya menjelaskan materi dengan menggunakan metode ceramah yaitu penuturan bahan pelajaran secara lisan, kemudian sesudah itu siswa disuruh mengerjakan soal latihan, sehingga fenomena yang diamati peneliti selama di lapangan pada saat kegiatan belajar mengajar di kelas kebanyakan siswa timbul kejenuhan, siswa yang cenderung menjadi malas berpikir, dan tidak ada kemampuan belajar mengakibatkan tidak ada interaksi yang terjalin antara guru dan siswa. Pada akhirnya berdampak pada rendahnya hasil kerjasama siswa, hal ini terlihat dari hasil kerja kelompok siswa dari jumlah 26 siswa, hanya 12 siswa atau 45% siswa yang sudah mencapai KKM, sedangkan 14 siswa atau 55% memperoleh nilai kurang atau dibawah KKM, berarti dalam pembelajaran yang dipelajari belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) sesuai yang diharapkan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran tematik di kelas IV SDN Lemahduhur II Kabupaten Karawang, diterapkan model pembelajaran “Project Based Learning”, model pembelajaran Project Based Learning menekankan pada aktivitas siswa untuk memecahkan masalah dengan menerapkan keterampilan meneliti, menganalisis, membuat, sampai dengan mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata. Strategi ini memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kreativitasnya melalui inisiatif untuk membuat produk nyata berupa barang atau jasa. Sehingga tidak akan menciptakan suatu kejenuhan untuk siswa, siswa akan tampak seperti bermain-main sambil belajar sehingga akan tercipta pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, maka penulis merasa tertarik untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas dalam rangka memperbaiki pembelajaran IPS dengan judul “Penggunaan Model Project Based Learning untuk Meningkatkan Kerjasama pada Tema Indahnya Kebersamaan dalam Pembelajaran Tematik”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah-masalah yang muncul dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Guru masih menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran. 2. Guru kurang mengoptimalkan sumber belajar yang telah tersedia. 3. Siswa cenderung bersikap pasif pada saat pembelajaran. 4. Siswa cenderung malu untuk aktif berbicara saat pembelajaran. 5. Siswa kurang berinteraksi dengan guru dan teman pada saat proses pembelajaran. 6. Hasil belajar siswa kelas IV belum mencapai KKM sebagaimana yang telah ditetapkan pihak sekolah. C. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah Pembatasan masalah dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SDN Lemahduhur II kecamatan Tempuran Kabupaten Karawang adalah: a. Keterlaksanaan model pembelajaran Project Based Learning ditunjukkan dengan adanya perubahan positif terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dalam setiap siklusnya yang dinyatakan dengan peningkatan persentase rata-rata pada implementasi pembelajaran tiap siklus dan diukur dengan menggunakan lembar observasi. b. Peningkatan hasil belajar tematik pada kerjasama siswa yang ditunjukkan dengan adanya perubahan yang positif terhadap hasil belajar yang dinyatakan dengan persentase rata-rata hitung nilai siswa. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, dapat dirumuskan masalah secara umum yaitu apakah dengan penerapan Model Project Based Learning dapat meningkatkan kerjasama siswa pada tema indahnya kebersamaan dalam pembelajaran tematik di kelas IV SDN Lemahduhur II Kabupaten Karawang? Agar penelitian ini dapat berkembang maka dapat dirumuskan masalah secara khusus sebagai berikut: 1. Bagaimana perencanaan pembelajaran tematik disusun dengan menggunakan model Project Based Learning pada siswa kelas IV SDN Lemahduhur II Kabupaten Karawang? 2. Bagaimana aktifitas belajar siswa dalam pembelajaran tematik dengan menggunakan model Project Based Learning pada siswa kelas IV SDN Lemahduhur II Kabupaten Karawang? 3. Apakah model Project Based Learning dapat meningkatkan kerjasama siswa dalam proses pembelajaran tematik pada tema indahnya kebersamaan di kelas IV SDN Lemahduhur II Kabupaten Karawang? 4. Apakah model Project Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik tema indahnya kebersamaan di kelas IV SDN Lemahduhur II Kabupaten Karawang? D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dari penelitian tindakan kelas ini berupa tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari penelitian tindakan kelas ini adalah: 1. Untuk meningkatkan kerjasama siswa dengan menggunakan model Project Based Learning pada pembelajaran tematik di kelas IV SDN Lemahduhur II Kabupaten Karawang. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian tindakan kelas ini adalah: 1. Untuk mengetahui gambaran tentang perencanaan pembelajaran tematik di kelas IV SDN Lemahduhur II Kabupaten Karawang menggunakan model Project Based Learning. 2. Untuk meningkatkan aktifitas belajar siswa pada pembelajaran tematik di kelas IV SDN Lemahduhur II Kabupaten Karawang dengan menggunakan model Project Based Learning. 3. Untuk meningkatkan kerjasama siswa pada pembelajaran tematik tema indahnya kebersamaan di kelas IV SDN Lemahduhur II Kabupaten Karawang dengan menggunakan model Project Based Learning. 4. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik di kelas IV SDN Lemahduhur II Kabupaten Karawang pada tema indahnya kebersamaan dengan menggunakan model Project Based Learning. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan. Terutama dalam meningkatkan mutu pendidikan melalui pembelajaran yang bermutu, aktif dan menyenangkan dengan menggunakan model Project Based Learning pada pembelajaran tematik untuk meningkatkan kerjasama siswa sekolah dasar. 2. Teoritis Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa, guru, sekolah dan peneliti sebagai berikut. a. Bagi Siswa 1) Dapat meningkatkan kerjasama siswa, sehingga dalam pembelajaran tematik siswa dapat saling berinteraksi dengan teman pada saat pembelajaran berlangsung. 2) Meningkatkan hasil balajar siswa pada pembelajaran tematik pada tema indahnya kebersamaan subtema kebersamaan dalam keberagaman. b. Bagi Guru 1) Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah. 2) Untuk memperluas wawasan guru mengenai penerapan model pembelajaran untuk mengatasi masalah pembelajaran tematik. c. Bagi sekolah 1) Sebagai masukan dalam upaya perbaikan proses belajar mengajar sehingga dapat menunjang tercapainya target kurikulum dan daya serap siswa seperti yang diharapkan. d. Bagi peneliti 1) Hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman secara langsung dengan menggunakan model pembelajaran Project Based Learning. 2) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran tematik khususnya pada Subtema Kebersamaan dalam Keberagaman. F. Definisi Operasional 1. Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik atau dapat juga disebut pembelajaran terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang memadukan/mengaitkan pokok bahasan pada minimal dua mata pelajaran atau lebih menjadi satu tema yang berkaitan studi untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Jacob dalam Abdul Majid (2014:82) memandang pembelajaran tematik sebagai suatu pendekatan kurikulum interdisipliner (integrated curriculum approach). Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran pembelajaran suatu proses untuk mengaitkan dan memadukan materi ajar dalam suatu mata pelajaran atau antar mata pelajaran dengan semua aspek perkembangan anak, serta kebutuhan dan tuntutan lingkungan sosial keluarga. Definisi lain tentang pembelajaran terpadu adalah suatu proses pembelajaran dengan melibatkan atau mengkaitkan berbagai bidang studi. Pembelajaran terpadu juga merupakan pendekatan belajar pengajar yang melibatkan beberapa bidang studi. Pembelajaran terpadu, merupakan pendekatan belajar mengajar yang memperhatikan dan menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak didik (Prabowo 2000:2). 2. Model Project Based Learning Project Based Learning adalah model pembelajaran yang secara langsung melibatkan siswa dalam proses pembelajaran melalui kegiatan penelitian untuk mengerjakan dan menyelesaikan suatu proyek pembelajaran tertentu. Boss dan Kraus dalam Yunus Abidin (2014:167) mendefinisikan bahwa model pembelajaran berbasis proyek sebagai sebuah model pembelajaran yang menekankan aktifitas siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan yang bersifat open-ended dan mengaplikasi pengetahuan mereka dalam mengerjakan sebuah proyek untuk menghasilkan sebuah produk otentik tertentu. Helm dan Katz. Helm dan Katz dalam Yunus Abidin (2014:168) menyatakan bahwa model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) merupakan model pembelajaran yang secara mendalam menggali nilai-nilai dari suatu topik tertentu yang sedang dipelajari. Jadi model Project Based Learning menekankan pada aktivitas siswa untuk memecahkan masalah dengan menerapkan keterampilan meneliti, menganalisis, membuat, sampai dengan mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata. 3. Kerjasama Menurut Thomson dan Perry dalam Keban (2007:28), Kerjasama memiliki derajat yang berbeda, mulai dari koordinasi dan kooperasi (cooperation) sampai pada derajat yang lebih tinggi yaitu collaboration. “Para ahli pada dasarnya menyetujui bahwa perbedaan terletak pada kedalaman interaksi, integrasi, komitmen dan kompleksitas dimana cooperation terletak pada tingkatan yang paling rendah. Sedangkan collaboration pada tingkatan yang paling tinggi”. Menurut Rosen dalam Keban (2007:32) “Secara teoritis, istilah kerjasama (cooperation) telah lama dikenal dan dikonsepsikan sebagai suatu sumber efisiensi dan kualitas pelayanan. Kerjasama telah dikenal sebagai cara yang jitu untuk mengambil manfaat dari ekonomi skala (economies of scales). Definisi lainnya tentang kerjasama atau kooperatif adalah gejala saling mendekati untuk mengurus kepentingan bersama dan tujuan yang sama. Kerjasama dan pertentangan merupakan dua sifat yang dapat dijumpai dalam seluruh proses sosial/masyarakat, diantara seseorang dengan orang lain, kelompok dengan kelompok, dan kelompok dengan seseorang (Saputra dkk, 2005: 39). Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kerjasama dilatarbelakangi oleh sifat manusia sebagai makhluk sosial yang terkadang perlu saling membantu guna memperoleh sebuah tujuan bersama. BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Pembelajaran Tematik a. Pengertian Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik atau dapat juga disebut pembelajaran terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang memadukan/mengaitkan pokok bahasan pada minimal dua mata pelajaran atau lebih menjadi satu tema yang berkaitan studi untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Pada dasarnya pembelajaran tematik merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik individu maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik. Melalui pembelajaran terpadu siswa dapat pengalaman langsung dalam proses belajarnya, hal ini dapat menambah daya kemampuan siswa semakin kuat tentang hal-hal yang dipelajarinya. Jacob dalam Abdul Majid (2014:82) memandang pembelajaran tematik sebagai suatu pendekatan kurikulum interdisipliner (integrated curriculum approach). Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran pembelajaran suatu proses untuk mengaitkan dan memadukan materi ajar dalam suatu mata pelajaran atau antar mata pelajaran dengan semua aspek perkembangan anak, serta kebutuhan dan tuntutan lingkungan sosial keluarga. Menurut Prabowo (2000:2), pembelajaran terpadu adalah suatu proses pembelajaran dengan melibatkan atau mengkaitkan berbagai bidang studi. Pembelajaran terpadu juga merupakan pendekatan belajar pengajar yang melibatkan beberapa bidang studi. Pembelajaran terpadu, merupakan pendekatan belajar mengajar yang memperhatikan dan menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak didik. Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan yang berorientasi pada praktik pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak. Pembelajaran ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak proses latihan/hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak. Teori belajar ini dimotori oleh para tokoh psikologi Gestalt, (termasuk teori Piaget) yang menekankan bahwa pembelajaran itu haruslah bermakna dan menekankan juga pentingnya program pembelajaran yang berorientasi pada kebutuhan perkembangan anak. b. Karakteristik Pembelajaran Tematik Beberapa karakteristik yang perlu anda pahami dari pembelajaran tematik, coba perhatikan uraian dibawah ini: 1) Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered). Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Peran guru lebih banyak sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar. 2) Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk mamahami hal-hal yang lebih abstrak. 3) Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Bahkan dalam pelaksanaan di kelas awal madrasah ibtidaiyah (MI), fokus pembelajaran diarahkan kepada pambahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa. 4) Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa dapat memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. 5) Pembelajaran tematik bersikap luwes (fleksibel), sebab guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada. 6) Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Dengan demikian, siswa diberikan kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. c. Kelebihan dan keterbatasan Pembelajaran Tematik Menurut Kunandar (2008: 315), model pembelajaran tematik mempunyai beberapa kelebihan yakni: 1. Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan peserta didik. 2. Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik. 3. Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna. 4. Mengembangkan keterampilan berpikir peserta didiksesuai dengan persoalan yang dihadapi. 5. Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama. 6. Memiliki sikap toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain. 7. Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan peserta didik. Selain kelebihan-kelebiha model pembelajaran tematik yang dipaparkan di atas, model pembelajaran tematik ini pun memiliki beberapa kelemahan. Yang menjadi kelemahan dalam model pembelajaran tematik tersebut adalah apabila dilakukan oleh guru tunggal. Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran tema sehingga dalam pembelajaran tematik akan merasa sulit untuk mengaitkan tema dengan materi pokok setiap mata pelajaran. Menurut Prabowo (2000:4) keterbatasan pembelajaran terpadu yang menonjol antara lain: a) Menuntut diadakannya evaluasi tidak hanya pada produk, tetapi juga pada proses. b) Evaluasi pembelajaran terpadu tidak hanya berorientasi pada dampak instruksional dari proses pembelajaran, tetapi juga pada proses dampak pengiring dari proses pembelajaran tersebut. c) Menuntut adanya teknik evaluasi yang banyak ragamnya, sehingga tugas guru menjadi. 2. Model Project Based Learning a. Pengertian Model Project Based Learning Project Based Learning adalah model pembelajaran yang secara langsung melibatkan siswa dalam proses pembelajaran melalui kegiatan penelitian untuk mengerjakan dan menyelesaikan suatu proyek pembelajaran tertentu. Salah satu keunggulan model ini adalah bahwa Project Based Learning dinilai salah satu model pembelajaran yang sangat baik dalam mengembangkan berbagai keterampilan dasar yang harus dimiliki siswa termasuk keterampilan berpikir, keterampilan membuat keputusan, kemampuan berkreativitas, kemampuan memecahkan masalah, dan sekaligus dipandang efektif untuk mengembanagkan rasa percaya diri dan manajemen diri para siswa. Boss dan Kraus dalam Yunus Abidin (2014:167) mendefinisikan bahwa model pembelajaran berbasis proyek sebagai sebuah model pembelajaran yang menekankan aktifitas siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan yang bersifat open-ended dan mengaplikasi pengetahuan mereka dalam mengerjakan sebuah proyek untuk menghasilkan sebuah produk otentik tertentu. Model pembelajaran ini lebih jauh dipandang sebagai sebuah model pembelajaran yang sangat baik digunakan untuk mengembangkan motivasi belajar, meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, dan membiasakan siswa mengasah kemampuan berpikirnya. Pengertian model pembelajan berbasis proyek yang lebih spesifik ditemukan Helm dan Katz. Helm dan Katz dalam Yunus Abidin (2014:168) menyatakan bahwa model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) merupakan model pembelajaran yang secara mendalam menggali nilai-nilai dari suatu topik tertentu yang sedang dipelajari. Kata kunci utama model ini adalah adanya kegiatan penelitian yang sengaja dilakukan oleh siswa dengan berfokus pada upaya mencari jawaban atas pertanyaan yang diajukan guru. Dalam implementasinya, model ini memberikan peluang yang luas kepada siswa untuk membuat keputusan dalam memilih topik, melakukan penelitian, dan menyelesaikan sebuah proyek tertentu. Project Based Learning merupakan pembelajaran inovatif yang berpusat pada siswa (student centered) dan menempatkan guru sebagai motivator dan fasilitator, dimana siswa diberi peluang bekerja sendiri mengkonstruksi belajarnya. Project Based Learning sangat cocok dipadukan dengan pembelajaran tematik. Berdasarkan kegiatan pembelajaran dalam silabus, pembelajaran tematik menuntut siswa untuk aktif (student centered) sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator, siswa bekerja sama dengan berbagai percobaan seperti percobaan pengelompokan berbagai materi manjadi satu tema, percobaan secara kelompok dan percobaan pembuatan produk. Selain itu pembelajaran tematik juga sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari sehingga banyak peluang untuk mengajak siswa berpikir kritis dan kreatif mengenai masalah nyata yang akan diangkat dalam Project Based Learning. b. Penerapan Model Project Based Learning Pembelajaran berbasis proyek membutuhkan suatu pendekatan pengajaran yang komperehensif di mana lingkungan belajar siswa perlu didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah autentik, termasuk pendalaman materi pada suatu topik mata pelajaran, dan melaksanakan tugas bermakna lainnya. Biasanya pembelajaran berbasis proyek memerlukan beberapa tahapan dan beberapa durasi, tidak sekedar merupakan rangkaian pertemuan kelas, serta belajar kelompok kolaboratif. Proyek memfokuskan pada pengembangan produk atau unjuk kerja (performance), secara umum siswa melakukan kegiatan: mengorganisasi kegiatan belajar kelompok mereka, melakukan pengkajian atau penelitian, memecahkan masalah, dan mensintesis informasi. Penerapan Project Based Learning membuat siswa mengalami proses pembelajaran yang bermakna, yaitu pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan paham konstruktivisme. Siswa diberi kesempatan untuk menggali sendiri informasi melalui membaca berbagai buku secara langsung, membuat presentasi untuk orang lain, mengkomunikasikan hasil aktivitasnyakepada orang lain, bekerja dalam kelompok, memberikan usul ataugagasannya untuk orang lain dan berbagai aktivitas lainnya. Dari pemaparan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa model Project Based Learning merupakan strategi pembelajaran yang dapat melatih siswa bekerjasama dengan baik dalam kelompok karena model Project Based Learning ini pembelajaran yang menekankan siswa untuk menghasilkan suatu produk nyata dan mempresentasikannya. Sehingga siswa dapat berperan aktif dalam kelompok, dan dapat meningkatkan tanggung jawab siswa dalam kelompoknya. c. Langkah-langkah Model Project Based Learning Langkah-langkah pembelajaran menggunakan Model Project Based Learning dapat dijelaskan dengan diagram sebagai berikut: Bagan 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Model Project Based Learning Sumber: Abidin, Yunus. (2014:172) Penjelasan Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) sebagai berikut: 1) Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question). Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. Pengajar berusaha agar topik yang diangkat relevan untuk para peserta didik. 2) Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project). Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik. Dengan emikian peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek. 3) Menyusun Jadwal (Create a Schedule) Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: a) membuat timeline untuk menyelesaikan proyek. b) membuat deadline penyelesaian proyek. c) membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru. d) membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek. e) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara. 4) Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the Project) Pengajar bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi peserta didik pada setiap roses. Dengan kata lain pengajar berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting. 5) Menguji Hasil (Assess the Outcome) Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya. 6) Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience) Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek. Pengajar dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran. d. Kelebihan Model Project Based Learning Sebagai model yang telah lama diakui kekuatannya dalam mengembangkan kompetensi siswa, banyak ahli mengungkapkan keunggulan model Project Based Learning. Helm dan Kazt dalam Yunus Abidin (2014:170) menyatakan keunggulan model ini sebagai berikut: a. Model ini bersifat terpadu dengan kurikulum sehingga tidak memerlukan tambahan apapun dalam pelaksanaannya b. Siswa terlibat dalam kegiatan dunia nyata dan mempraktikkan strategi otentik secara disiplin c. Siswa bekerja secara kolaboratif untuk memecahkan masalah yang penting baginya d. Teknologi terintegrasi sebagai alat untuk penemuan, kolaboratif, dan komunikasi dalam mencapai tujuan pembelajaran penting dalam cara-cara baru e. Meningkatkan kerjasama guru dalam merancang dan mengimplementasikan proyek-proyek yang melintasi batas-batas geografis atau bahkan melompat zona waktu Keunggulan model ini juga dikemukakan oleh McDonell dalam Yunus Abidin (2014:170) yakni bahwa model ini diyakini mampu meninggkatkan kemampuan: a. Mengajukan pertanyaan, mencari informasi dan menginterpretasikan informasi (visual dan tekstual) yang mereka lihat, dengar, atau baca; b. Membuat rencana penelitian, mencatat temuan, berdebat, berdiskusi, dan membuat keputusan; c. Bekerja untuk menampilkan dan mengonstruksi informasi secara mandiri; d. Berbagi pengetahuan dengan orang lain, bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, dan mengakui bahwa setiap orang memiliki keterampilan tertentu yang berguna untuk proyek yang sedang dikerjakan; e. Menampilkan semua disposisi intelektual dan sosial yang penting yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah dunia nyata. Jadi dapat disimpulkan kelebihan model Project Based Learning dapat meningkatkan aktivitas siswa untuk memecahkan masalah dengan menerapkan keterampilan meneliti, menganalisis, membuat, sampai dengan mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata. 3. Kerjasama Kerjasama merupakan salah satu fitrah manusia sebagai makhluk sosial. Semakin modern seseorang maka ia akan semakin banyak bekerja sama dengan orang lain, bahkan seakan tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu tentunya dengan perangkat yang modern pula. Adapun aspek-aspek dalam kerjasama adalah: 1. Membiasakan anak bergaul/berteman dengan teman sebaya dalam melakukan tugas. 2. Membiasakan anak untuk menghargai pendapat atau kemampuan orang lain. 3. Menyadari bahwa kerjasama atau tolong menolong itu sangat penting dan menyenangkan. 4. Mengembangkan rasa empati pada diri anak. Kerjasama atau kooperatif adalah gejala saling mendekati untuk mengurus kepentingan bersama dan tujuan yang sama. Kerjasama dan pertentangan merupakan dua sifat yang dapat dijumpai dalam seluruh proses sosial/masyarakat, diantara seseorang dengan orang lain, kelompok dengan kelompok, dan kelompok dengan seseorang (Saputra dkk, 2005: 39). Hubungan kerjasama bermakna bagi diri/kelompok sosial sendiri maupun bagi orang atau kelompok yang diajak kerjasama. Makna timbal balik ini harus diusahakan dan dicapai, sehingga harapan-harapan motivasi, sikap dan lainnya yang ada pada diri atau kelompok dapat diketahui oleh orang atau kelompok lain. Kelompok sosial untuk selalu berinteraksi dengan orang lain atau kelompok lain. Hubungan dengan pihak lain yang dilaksanakan dalam suatu hubungan yang bermakna adalah hubungan kerjasama. Menurut Johnson, dkk (dalam Saputra 2005:50) bahwa pembelajran kerjasama dapat didefinisikan sebagai sitem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur termasuk di dalam struktur adalah lima unsur pokok yaitu saling ketergantungan positif tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok. Menurut Thomson dan Perry dalam Keban (2007:28), Kerjasama memiliki derajat yang berbeda, mulai dari koordinasi dan kooperasi (cooperation) sampai pada derajat yang lebih tinggi yaitu collaboration. “Para ahli pada dasarnya menyetujui bahwa perbedaan terletak pada kedalaman interaksi, integrasi, komitmen dan kompleksitas dimana cooperation terletak pada tingkatan yang paling rendah. Sedangkan collaboration pada tingkatan yang paling tinggi”. Menurut Rosen dalam Keban (2007:32) “Secara teoritis, istilah kerjasama (cooperation) telah lama dikenal dan dikonsepsikan sebagai suatu sumber efisiensi dan kualitas pelayanan. Kerjasama telah dikenal sebagai cara yang jitu untuk mengambil manfaat dari ekonomi skala (economies of scales). Kerjasama merupakan sutau bentuk proses social dimana didalamnya terdapat aktifitas tertentu yang duitujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami terhadap aktifitas masing-masing.Kerjasama atau belajar bersama adalah proses beregu (berkelompok) di mana anggota-anggotanya mendukung dan saling mengandalkan untuk mencapai suatu hasil mufakat. Ruang kelas suatu tempat yang sangat baik untuk membangun kemampuan kelompok (tim), yang Anda butuhkan kemudian di dalam kehidupan. Menurut Soejono Soekamto (1987: 278) dalam Anjawaningsih (2006) menerangkan bahwa kerjasama merupakan ”Suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama oleh lebih dari satu orang. Kerjasama bisa bermacam-macam bentuknya, namun semua kegiatan yang dilakukan diarahkan guna mewujudkan tujuan bersama.” Sesuai dengan kegiatannya, maka kegiatan yang terwujud ditentukan oleh suatu pola yang disepakati secara besama-sama. Misalnya kerjasama dibidang pendidikan, kerjasama ini tentunya dilakukan oleh orang-orang yang berada dilingkungan pendidikan yang sama-sama memiliki pandangan dan tujuan yang sama. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kerjasama dilatarbelakangi oleh sifat manusia sebagai makhluk sosial yang terkadang perlu saling membantu guna memperoleh sebuah tujuan bersama. 4. Materi Ajar Bagian-bagian telinga: 1. Telinga bagian luar yaitu daun telinga, lubang telinga dan liang pendengaran 2. Telinga bagian tengah terdiri dari gendang telinga, 3 tulang pendengar ( martil, landasan dan sanggurdi) dan saluran eustachius. 3. Telinga bagian dalam terdiri dari alat keseimbangan tubuh, tiga saluran setengah lingkaran, tingkap jorong, tingkap bundar dan rumah siput (koklea) Fungsi bagian-bagian indera pendengaran (telinga) 1. Daun telinga, lubang telinga dan liang pendengaran berfungsi menangkap dan mengumpulkan gelombang bunyi. 2. Gendang telinga berfungsi menerima rangsang bunyi dan meneruskannya ke bagian yang lebih dalam. 3. Tiga tulang pendengaran ( tulang martil, landasan dan sanggurdi) berfungsi memperkuat getaran dan meneruskannya ke koklea atau rumah siput. 4. Tingkap jorong, tingkap bundar, tiga saluran setengah lingkaran dan koklea (rumah siput) berfungsi mengubah impuls dan diteruskan ke otak. Tga saluran setengah lingkaran juga berfungsi menjaga keseimbangan tubuh. 5. Saluran eustachius menghubungkan rongga mulut dengan telinga bagian luar. Cara membersihkan telinga yang baik adalah dengan tidak mengorek telinga, tidak membersihkan telinga bagian dalam secara asal-asalan dan melakukan perawatan rutin telinga ke klinik THT. Selain indra pendengar, Tuhan Yang Maha Esa juga menganugerahkan indra penglihat kepada kita. Kita dapat melihat keindahan ciptaan Tuhan dan keindahan hasil karya manusia. Berikut ini salah satu ukiran yang bisa kita amati. Dalam ukiran di atas, terdapat pola pengubinan. Pengubinan adalah proses menutup semua permukaan dengan suatu bangun datar sedemikian hingga tidak tumpang tindih dan tidak terdapat celah. B. Hasil Penelitian Terdahulu yang sesuai dengan Penelitian Beberapa hasil penelitian terhadap hasil belajar menggunakan Model Project Based Learning diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan Frizta Wahyu Pety Perida tahun 2013. Dalam skripsinya yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Tentang Sumber Daya Alam Melalui Penggunaan Model Project Based Learning Siswa Kelas 4 SDN 6 Depok Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan, yang menyimpulkan bahwa model Project Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa SDN 6 Depok. Hal ini nampak pada perbandingan ketuntasan hasil belajar siswa pada kondisi prasiklus sebesar 29,17%, siklus I meningkat menjadi 66,7% dan pada siklus II meningkat menjadi 91,7% dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70). 2) Hasil penelitian terdahulu Yahya Muhammad Mukhlis, dalam skripsinya yang berjudulPenerapan Model Project Based Learning Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi. Model yang di gunakan dalam penelitian ini adalah model Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari 3 siklus. Setiap tindakan meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.Project Based Learning merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Tahapan model Project Based Learning yang diterapkan oleh peneliti melalui 6 tahap, yaitu: a) Menetapkan tema proyek b) Merancang aturan pengerjaan proyek c) Menyusun jadwal aktifitas dalam pengerjaan proyek d) Memonitoring hasil kerja siswa e) Presentasi hasil karya siswa f) Melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dilaksanakan. Dari hasil analisis data dan pengujian hipotesis, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata peningkatan hasil belajar siswa antara siswa kelompok atas, tengah dan bawah setelah diterapkannya model Project Based Learning pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). C. Kerangka Berpikir Setiap guru menginginkan agar semua siswa yang diajarnya dapat menguasai materi pelajaran sehingga memiliki prestasi belajar yang baik. Akan tetapi keinginan dan harapan tersebut harus diikuti dengan kreativitas guru diantaranya dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan materi pembelajaran dan karakteristik siswa. Melalui model Project Based Learning siswa diharapkan membuat produk dengan kerjasama yang baik. Dari keberhasilan para peneliti sebelumnya dalam menggunakan model Project Based Learning, maka peneliti ingin melakukan penelitian tindakan kelas menggunakan model Project Based Learning karena proses pembelajaran tematik di SDN Lemahduhur II Kabupaten Karawang belum optimal, guru dalam mengajarkan masih menggunakan metode ceramah. Siswa kurang memahami materi yang disampaikan oleh guru sehingga aktivitas belajar siswa di kelas menjadi pasif. Dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kurang memenuhi KKM. Berdasarkan permasalahan di atas, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah: Bagan 2.2 Alur Kerangka Berpikir Sumber: Kunandar (2008:276) D. Asumsi dan Hipotesis 1. Asumsi Menurut Dwining Bintarawati dalam Karli dan Yulianingsih (2004:49) asumsi berperan sebagai dengan atau andaian terhadap objek empiris untuk memperoleh pengetahuan. Ia diperlukan sebagai arah atau landasan bagi kegiatan penelitian sebelum sesuatu yang diteliti tersebut terbukti kebenarannya. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan asumsi adalah sebagai berikut: a. Asumsi harus relevan dengan bidang dan tujuan pengkajian disiplin keilmuan b. Asumsi ini harus operasional dan merupakan dasar bagi pengkaji teoritis c. Asumsi harus positif bukan normatif d. Asumsi harus disimpulkan dari keadaan sebagaimana adanya bukan bagaimana keadaan seharusnya. Asumsi dari tindakan penelitian ini adalah untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dimuat dalam kurikulum, dan untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya suatu model pembelajaran kreatif, inovatif dan menyenangkan yang digunakan oleh guru terutama pada pembelajaran tematik. Model pembelajaran tersebut harus sesuai dengan apa yang menjadi tujuan pembelajaran yang akan dicapai, materi yang akan disampaikan, karakteristik siswa, karakteristik pembelajaran itu sendiri, serta sarana dan prasarana yang mendukung proses pembelajaran yang akan berlangsung. Dalam pembelajaran IPS di kelas IV SDN Lemahduhur II kecamatan Tempuran Kabupaten Karawang pada pembelajaran tematik dengan model Project Based Learning dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran di dalam kelas, karena dengan model pembelajaran ini dapat meningkatkan kerjasama siswa. 2. Hipotesis Menurut Tohardi ( 2008: 94) Hipotesis adalah pendapat yang masih lemah (rendah) yang kebenaran pendapat tersebut masih harus diuji lewat penelitian empirik. Dikutip dari pernyataan FN. Kerlinger (Tohardi, 2008: 94) menyatakan bahwa: “Hipotesis adalah kesimpulan sementara tentang hubungan dua variabel atau lebih”. Hipotesis ini merupakan pasal dari bab postulat untuk merincinya satu persatu secara jelas dan tegas. Akan tetapi sebelum merincinya ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain: 1. Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap yang diteliti 2. Hipotesis dinyatakan dengan kalimat-kalimat “pernyataan” (statement) atau ungkapan yang disebut “proposisi” 3. Suatu proposisi (sebagai teori kecil) susunannya harus memperhatikan syarat-syarat berikut ini: a. Kejelasan bentuk hubungan konsep-konsep / variabel-variabel b. Derajat keeratan hubungan antar konsep / variabel Tingggi rendahnya nilai informasi dari proposisi Hipotesis tindakan dalam penelitian ini dengan menggunakan model pembelajaran yaitu: “Penggunaan Model Project Based Learning Untuk Meningkatkan Kerjasama Siswa pada Tema Indahnya Kebersamaan Dalam Pembelajaran Tematik di Kelas IV SDN Lemahduhur II Kecamatan Tempuran Kabupaten Karawang”. Adapun lebih jelasnya hipotesis tindakan di atas dapat dipaparkan sebagai berikut yaitu: 1. Jika pelaksanaan pembelajaran disusun dengan menggunakan model Project Based Learning maka kerjasama siswa mengenai pembelajaran tematik dengan tema indahnya kebersamaan di kelas IV SDN Lemahduhur II Kecamatan Tempuran Kabupaten Karawang akan meningkat. 2. Jika pelaksanaan pembelajaran disusun dengan menggunakan model Project Based Learning maka kerjasama siswa mengenai pembelajaran tematik dengan tema indahnya kebersamaan di kelas IV SDN Lemahduhur II Kecamatan Tempuran Kabupaten Karawang akan meningkat.

Item Type: Thesis (Skripsi(S1))
Subjects: S1-Skripsi
Divisions: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > PGSD 2014
Depositing User: Iyas -
Date Deposited: 26 Jul 2016 19:55
Last Modified: 26 Jul 2016 19:55
URI: http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/6502

Actions (login required)

View Item View Item