RIAN SRIPUTRI HARDIANTI, 105060247 (2016) “PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK DALAM TEMA SELALU BERHEMAT ENERGI”. Skripsi(S1) thesis, FKIP UNPAS.
Text
cover.doc Download (176kB) |
|
Text
Lbr PENGESAHAN.docx Download (17kB) |
|
Text
Motto dan Persembahan.doc Download (28kB) |
|
Text
PERNYATAAN.doc Download (28kB) |
|
Text
ABSTRAK.doc Download (33kB) |
|
Text
ABSTRAK BAHASA INGGRIS.rtf Download (39kB) |
|
Text
KATA PENGANTAR.doc Download (31kB) |
|
Text
UCAPAN TERIMAKASIH.doc Download (35kB) |
|
Text
DAFTAR ISI.rtf Download (147kB) |
|
Text
BAB I PASTI.doc Download (122kB) |
|
Text
BAB II PASTI.doc Download (328kB) |
|
Text
BAB III PASTI.doc Restricted to Repository staff only Download (305kB) |
|
Text
BAB IV PASTI.rtf Restricted to Repository staff only Download (1MB) |
|
Text
BAB V PASTI.doc Restricted to Repository staff only Download (39kB) |
|
Text
DAFTAR PUSTAKA.doc Download (41kB) |
|
Text
RIWAYAT PENULIS.doc Download (167kB) |
Abstract
ABSTRAK Rian Sriputri Hardianti Penerapan Model Discovery Learning untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Belajar Siswa pada Pembelajaran Tematik alam Tema Selalu Berhemat Energi. Pembelajaran tematik di sekolah dasar mempunyai tujuan untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep yang bermanfaat dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya pemahaman konsep belajar siswa yang menyebabkan rendahnya hasil belajar terhadap pembelajaran sumber energi, karena saat pembelajaran siswa kurang dilibatkan secara aktif dan pembelajaran hanya berpusat pada guru, siswa hanya disuruh untuk mencatat dan menghafal. Salah satu strategi yang bisa digunakan untuk meningkatkan pemahaman konsep belajar siswa pada tema selalu berhemat energi adalah menggunakan model Discovery Learning. Model Discovery Learning adalah pembelajaran yang menitik beratkan pada mental intelektual para anak didik dalam memecahkan berbagai persoalan dihadapi, sehingga menemukan suatu konsep atau generalisasi yang dapat diterapkan di lapangan peran guru sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif. Penelitian yang dilaksanakan merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang mengacu pada tindakan guru ketika melaksanakan pembelajaran. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi, lembar wawancara, lembar evaluasi, dan lembar minat. Data yang diperoleh dianalisis dan direfleksi menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus pada kelas IV SDN Tanjungbiru Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung dengan waktu penelitian siklus I dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 06 Agustus 2014 dan siklus II pada hari Jumat, tanggal 08 Agustus 2014. Subjek yang diteliti adalah 28 siswa terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Tujuan dilakukan penelitian ini untuk meningkatkan pemahaman konsep belajar siswa pada pembelajaran 1 tema selalu berhemat energi dengan menggunakan model Discovery Learning. Target penelitian dinyatakan berhasil jika 90% dari jumlah siswa telah mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 2,67. Hasil penelitian siklus I yang telah mencapai KKM sebanyak 70%, dan terjadi peningkatan pada siklus II siswa yang telah mencapai KKM sebanyak 93%. Berdasarkan data yang diperoleh, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa model pembelajaran Discovery Learning pada pembelajaran tema selalu berhemat energi dapat meningkatkan pemahaman konsep belajar siswa terlihat pada hasil belajar siswa yang turut meningkat. Kata Kunci: Discovery Learning, Pemahaman Konsep, Hasil Belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan atas tujuan yang luhur, hal ini tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yakni di antaranya adalah mensejahterakan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia, untuk mewujudkan tujuan tersebut, upaya yang dilaksanakan secara terus menerus ialah dengan meningkatkan kualitas pendidikan. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Penjelasan makna di atas tersebut kita mengetahui bahwa tujuan pendidikan adalah supaya siswa memiliki kekuatan dalam hal spiritual, emosional intelektual serta keterampilan dalam menjalani hidupnya dengan baik dan sesuai dengan undang-undang. Kurikulum 2013 atau pendidikan berbasis karakter adalah kurikulum baru yang dicetuskan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun disiplin yang tinggi. Kurikulum ini menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diterapkan sejak 2006 lalu, dalam kurikulum 2013 mata pelajaran wajib diikuti cara yang tepat untuk mendidik agar dapat membentuk siswa yang baik dan berprestasi. Tahun ajaran 2014/2015 merupakan transisi dalam bidang pendidikan secara serempak di seluruh sekolah dimana masa beralihnya dari kurikulum KTSP 2006 ke kurikulum 2013, di dalam kurikulum KTSP dan kurikulum sebelumnya secara garis besar lebih mengedepankan pada aspek kognitif lalu psikomotorik kemudian afektif. Hal tersebut disinyalir merupakan penyebab buruknya kualitas pendidikan di Indonesia. Maka dari itu para ahli pendidikan bekerja sama dengan pemerintah mengubah kurikulum tersebut dengan kurikulum 2013, memang pada dasarnya perubahan yang terjadi dalam bidang pendidikan ini dilatar belakangi oleh keinginan untuk memperbaiki mutu pendidikan. Kurikulum 2013 lebih menonjolkan pada aspek keterampilan, karakter, afektif, psikomotor dan kognitif, diharapkan agar generasi penerus bangsa memiliki watak pancasila yang mampu memajukan kualitas bangsa dari segala sisi. Kurikulum 2013 juga dalam kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi, dimana kompetensi tersebut dikembangkan melalui berbagai cara sesuai dengan jenjang pendidikan, untuk jenjang sekolah dasar (SD) kompetensi dikembangkan melalui tematik integratif dalam semua mata pelajaran. Pola tematik integratif ditunjang dengan buku-buku siswa Sekolah Dasar tidak lagi dibuat berdasarkan mata pelajaran, namun berdasarkan tema yang merupakan gabungan dari beberapa mata pelajaran yang relevan dengan kompetensi di Sekolah Dasar. Pembelajaran tematik integratif ini, siswa tidak lagi belajar IPA, Bahasa Indonesia, Matematika, atau mata pelajaran lainnya, akan tetapi siswa belajar tema yang didalam tema itu sudah mencakup seluruh mata pelajaran dan kompetensinya. Tidak ada pemisahan antar mata pelajaran tetapi, melalui sistem tematik integratif ini indikator mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial akan muncul di kelas IV, V, dan VI SD. Kelebihan dari sistem tematik integratif ini bisa dilihat dari pemberian materi IPA dan IPS untuk kelas IV yang akan memberikan ruang bagi pendidik untuk lebih mengenalkan lebih dalam mengenai materi yang diajarkan dengan mengintegrasikannya dengan kehidupan sehari-hari, sehingga sejak mulai SD siswa sudah dibekali dengan pengetahuan-pengetahuan yang menyangkut dengan kehidupan sehari-harinya. Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bab Ketentuan Umum SKL didefinisikan sebagai “kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan, Supaya SKL tersebut dapat tercapai, maka dalam proses pembelajaran mencakup ketiga hal tersebut, di antaranya sikap (afektif), pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor)”. Kurikulum 2013 ini, pada tingkatan SD, SMP, maupun SMA adanya peningkatan dan keseimbangan antara soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terpadu, oleh karena itu dalam kurikulum 2013 aspek yang lebih di tekankan adalah aspek afektif dari siswa itu sendiri. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter siswa sangat penting untuk ditingkatkan, karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran, materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan siswa sehari-hari di masyarakat. Kurikulum 2013 mempunyai 4 macam model pembelajaran yang dapat diterapkan, salah satu model pembelajarannya dalam kurikulum 2013 adalah model pembelajaran Discovery Learning, model Discovery Learning yang merupakan model pembelajaran yang menggunakan penemuan sebagai media. Model pembelajaran ini menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang di miliki siswa berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata. Kegiatan pembelajaran ini dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan siswa dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya. Menurut Sund (Kemendikbud, 2014:31). ”Discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip”. Proses mental tersebut ialah mengamati, mencerna, mengerti, mengolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Sedangkan menurut Jerome Bruner ”penemuan adalah suatu proses, suatu jalan/cara dalam mendekati permasalahan bukannya suatu produk atau item pengetahuan tertentu”. Dengan demikian di dalam pandangan Bruner, belajar dengan penemuan adalah belajar untuk menemukan, dimana seorang siswa dihadapkan dengan suatu masalah atau situasi yang tampaknya ganjil sehingga siswa dapat mencari jalan pemecahan (Markaban, 2006:9). Model penemuan terbimbing menempatkan guru sebagai fasilitator. Guru membimbing siswa dimana ia diperlukan, dalam model ini siswa didorong untuk berpikir sendiri, menganalisis sendiri sehingga dapat ”menemukan” prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan guru (PPPG, 2004:4) Model penemuan terbimbing atau terpimpin adalah model pembelajaran penemuan yang dalam pelaksanaanya dilakukan oleh siswa berdasarkan petunjuk-petunjuk guru. Petunjuk diberikan pada umumnya berbentuk pertanyaan membimbing (Ali, 2004:87). Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model penemuan (Discovery) adalah model pembelajaran yang dimana siswa berpikir sendiri sehingga dapat ”menemukan” prinsip umum yang diinginkan dengan bimbingan dan petunjuk dari guru berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan. Ciri utama belajar menemukan yaitu: (a) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan; (b) berpusat pada siswa; (c) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada. Tahap-tahap penggunaan model belajar penemuan dalam pembelajaran menurut Ahmadi dan Prasetya (Illahi, 2012:82) dapat diuraikan sebagai berikut; (a) Stimutation, Guru mengajukan persoalan atau meminta siswa untuk mendengarkan yang menjadi masalah, (b) Problem statement, siswa diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai permasalahan, (c) data Collection, Siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan informasi, seperti mengamati objek, melakukan wawancara dengan nara sumber melakukan uji coba sendiri, (d) Data Processing, semua kan bila perlu dihitung dengan cara tertentu, serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu. (e) Verification, berdasarkan hasil pengelolaan dan tafsiran atau informasi yang ada, pertanyaan hipotesis yang dirumuskan sebaiknya di cek terlebih dahulu, apakah bisa terjawab dan terbukti dengan baik sehingga hasilnya memuaskan (f) Generalization, siswa menarik kesimpulan dan generelisasi tertentu. Kurikulum tingkat satuan dasar SD Negeri Tanjungbiru mempunyai visi sekolah yaitu melalui pembelajaran yang PAIKEM diharapkan terwujudnya lulusan yang berakhlak mulia, cerdas, terampil dan kreatif. sedangkan misi SD Negeri Tanjungbiru yaitu, menanamkan keyakinan atau kaidah melalui pengalaman ajaran agama islam dalam kehidupan lingkungan sekolah, mengoptimalkan proses pembelajaran dan bimbingan, mengembangkan pengetahuan dari bidang IPTEK, Bahasa, olah raga serta SBK sesuai dengan bakat dan minat siswa, dan memupuk rasa sosial dan kekeluargaan di antara warga sekolah dan lingkungan. Dan Tujuan SD Negeri Tanjungbiru adalah, Dapat mengamalkan ajaran agama hasil proses pembelajaran dan kegiatan pembiasaan, meraih prestasi akademik maupun non akademik minimal tingkat kabipaten, menjadi sekolah pelopor dan penggerak di lingkungan masyarakat sekitar, menjadi sekolah yang diminati di masyarakat, menguasai dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai bekal untuk melanjutkan kesekolah yang lebih tinggi, meningkatkan profesionalisme tenaga pendidik dan melaksanakan wawasan wiatamandala. Berdasarkan hasil obervasi yang dilakukan oleh penulis pada saat pembelajaran IPA berlangsung dalam materi sumber energi, guru yang mengajar di Sekolah Dasar SD Negeri Tanjungbiru, menurut peneliti merasa banyak melakukan kesalahan dalam melaksanakan pembelajaran yaitu terdapat berbagai masalah dan yang paling urgen menurut peneliti yaitu tidak tepatnya guru dalam memilih model pembelajaran yang digunakan dengan materi yang dipelajari sehingga terjadi kesalahan pemahaman konsep siswa tehadap materi pembelajaran yang dipelajari dari kesalahan tersebut mengakibatkan pula hasil belajar siswa kurang baik, selain itu penulis juga melakukan wawancara langsung kepada wali kelas untuk menguatkan apa yang penulis dapat kan di kelas. Data yang wali kelas tunjukan kepada penulis adalah data hasil belajar pada materi sumber energi, dari data tersebut penulis mendapatkan data yang nyata dari hasil belajar siswa bahwa dari 28 siswa hanya 28% yang lulus yaitu sekitar 8 orang dari 28 siswa dengan KKM 70 tetapi pada kurikulum 2013 ini KKM sudah ditentukan oleh pemerintah yaitu 2,67. Hasil observasi dalam pembelajaran yang dilakukan, peneliti juga menemukan ada beberapa kesalahan dalam proses pembelajaran yaitu; (a) Guru dapat menguasai materi mengenai sumber energi tetapi selama proses pembelajaran berlangsung pembelajaran hanya berpusat pada guru saja (teacher centered) dan berlangsung satu arah yaitu dengan metode ceramah sehingga siswa selama pembelajaran cenderung pasif dan tidak ada penggalian kemampuan siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran; (b) Siswa kurang kondusif dalam kegiatan pembelajaran dikarnakan guru tidak dapat mengelola kelas dengan baik; (c) Penggunaan model pembelajaran yang tidak dapat membantu siswa meningkatkan keterampilan belajar siswa karena pembelajaran hanya berpusat pada guru; (d) Terjadinya kesalahan pemahaman konsep pada materi sumber energi sehingga rendahnya hasil belajar siswa; (e) Guru dalam pembelajaran tidak mengaitkan pengetahuan yang di miliki oleh siswa dengan materi yang akan disampaikan; (f) Guru tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk mencari atau menemukan pengetahuannya sendiri karena guru menggunakan metode ceramah. Suatu permasalahan ada dipastikan karena ada penyebabnya dan perlu dilakukan analisis secara mendalam apa penyebab rendahnya pemahaman konsep siswa sehingga menyebabkan hasil belajar yang rendah. Model pembelajaran dapat diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran yang tepat dalam proses belajar akan berdampak terhadap keberhasilan pembelajaran secara menyeluruh, hal tersebut tentu saja harus didukung oleh guru yang kreatif dalam menerapkan model pembelajaran tersebut. Sebagai seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik dan disesuaikan dengan materi pembelajaran, oleh karena itu dalam memilih model pembelajaran, guru harus memperhatikan keadaan atau kondisi siswa, bahan pelajaran serta sumber-sumber belajar yang ada agar penggunaan model pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar siswa. Menyingkapi permasalahan tersebut, menjadi guru SD yang inovatif dan kreatif harus dapat memilih model pembelajaran tepat karena itu menjadi senjata terbaik dalam memajukan pendidikan. Berdasarkan permasalahan yang telah peneliti uraikan, maka peneliti mempunyai keinginan untuk menerapkan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa terhadap tema selalu berhemat energi dengan sub tema macam-macam sumber energi, pada pembelajaran tematik sub tema macam-macam sumber energi berisi materi mengenai sumber energi yang banyak digunakan di sekitar kita misalnya listrik, energi listrik bisa diubah menjadi menjadi energi lain sesuai dengan kebutuhan melalui benda-benda elektronik yang kita butuhkan, sebagai contoh perubahan energi listrik menjadi energi cahaya pada lampu, energi listrik menjadi energi panas pada setrika, energi listrik menjadi energi gerak pada kipas angin, dan energi listrik menjadi energi kimia pada saat kita mengisi aki, pada pesawat televisi energi listrik dapat diubah menjadi energi bunyi dan energi. Penggunaan energi listrik dalam kehidupan sehari-hari memerlukan daya, dan untuk mengetahui jumlah besarnya daya listrik yang digunakan kita perlu mengetahui strategi menghitung pada operasi penjumlahan, pengurangan, dan perkalian (operasi hitung campuran). Kita juga dapat membuat buklet dari salah satu contoh benda yang memamakai energi listrik, buklet adalah terbitan tidak berkala yang dapat terdiri dari satu hingga sejumlah kecil halaman, tidak terkait dengan terbitan lain, dan selesai dalam sekali terbit. Alasan peneliti menggunakan model pembelajaran Discovery Learning pada tema selalu berhemat energi sub tema macam-macam sumber energi karena model ini tampaknya akan dapat melatih para siswa untuk menemukan sendiri pengetahuan dan dapat memecakan masalah secara mandiri dan keterampilan-keterampilan berfikir sehingga mudah diingat oleh siswa, siswa juga aktif selama proses pembelajaran berlangsung dan dengan latihan soal baik individual atau kelompok melatih pengetahuan mereka. Memperkuat alasan peneliti dalam penggunaan model Discovery berdasarkan penelitian di lakukan Tiarani (2013) Penerapan Metode Discovery untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SD pada Mata Pelajaran Matematika Materi Pokok Bangun Ruang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang mengadaptasi model Kemmis dan Taggart. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV semester II SDN Barunagri Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat yang berjumlah 45 orang. Hasil penelitian dengan menggunakan metode Discovery pada pembelajaran matematika menunjukkan adanya peningkatan proses pembelajaran, terlihat siswa aktif dalam penemuannya, demikian pula perolehan nilai siswa dalam pembelajaran matematika materi pokok bangun ruang mengalami peningkatan. Pada siklus pertama nilai rata-rata siswa mencapai 66,15 atau sebanyak 55,56% siswa yang mencapai nilai KKM. Pada siklus kedua mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata mencapai 74,72 atau sebanyak 71,12% siswa yang mencapai nilai KKM. Pada siklus ketiga mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata mencapai 77,22 atau sebanyak 82,22% siswa yang mencapai nilai KKM. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode Discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika dengan materi pokok bangun ruang. Pembelajaran dengan penemuan, siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Selain itu, dalam pembelajaran penemuan siswa juga belajar pemecahan masalah secara mandiri dan keterampilan-keterampilan berfikir, karena mereka harus menganalisis dan memanipulasi informasi. Proses penemuan ini siswa mendapat bantuan atau bimbingan dari guru agar mereka lebih terarah sehingga baik proses pelaksanaan pembelajaran maupun tujuan yang dicapai terlaksana dengan baik. Bimbingan guru yang dimaksud adalah memberikan bantuan agar siswa dapat memahami tujuan kegiatan yang dilakukan dan berupa arahan tentang prosedur kerja yang perlu dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Mulyasa (Illahi, 2012: 32), “Discovery siswa tidak hanya dituntut untuk menemukan sesuatu melainkan juga menyangkut kemampuan dalam memecahkan permasalahan dengan sistematis”. Kegiatan pembelajaran penemuan terbimbing mempunyai persamaan dengan kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan proses, kegiatan pembelajaran penemuan terbimbing menekankan pada pengalaman belajar secara langsung melalui kegiatan penyelidikan, menemukan konsep dan kemudian menerapkan konsep yang telah diperoleh dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan kegiatan belajar yang berorientasi pada keterampilan proses menekankan pada pengalaman belajar langsung, keterlibatan siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, dan penerapan konsep dalam kehidupan sehari-hari, dengan demikian bahwa penemuan terbimbing dengan keterampilan proses ada hubungan yang erat sebab kegiatan penyelidikan, menemukan konsep harus melalui keterampilan proses. Kelebihan dari Model Discovery adalah sebagai berikut (Illahi, 2012:68); (a) Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan; (b) Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry (mencari-temukan); (c) Mendukung kemampuan problem solving siswa; (d) Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru, dengan demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar; (e) Materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukanya; (f) Siswa belajar bagaimana belajar (learn how to learn); (g) Belajar menghargai diri sendiri; (h) Memotivasi diri dan lebih mudah untuk mentransfer; (i) Pengetahuan bertahan lama dan mudah diingat; (j) Hasil belajar Discovery Learning mempunyai efek transfer yang lebih baik dari pada hasil lainnya; (k) Meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir bebas; (l) Melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain. Atas dasar latar belakang di atas, maka penulis memandang penting dan perlu untuk mengadakan penelitian dengan judul: “Penerapan Model Discovery Learning untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Belajar Siswa pada Pembelajaran Tematik dalam Tema Selalu Berhemat Energi”. B. Identifikasi Masalah Atas dasar latar belakang masalah sebagaimana telah diutarakan di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Pembelajaran tidak interaktif dikarenakan guru tidak memberi kesempatan pada siswa untuk saling melontarkan gagasan, menyatakan pendapat-pendapat lebih luas, dan bernegosiasi menyusun solusi-solusi. 2. Pembelajaran tidak menarik dikarnakan guru tidak menyadari pentingnya siswa menemukan sendiri pengetahuan padahal hal itu diperlukan dalam mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan kognitif siswa. 3. Suasana kelas tidak kondusif dikarnakan guru tidak memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kemampuan belajar secara individu dengan berbagai pendekatan belajar sehingga pemahaman konsep siswa cenderung rendah. 4. Guru tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa di karnakan guru selama proses pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah saja. C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian 1. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, secara umum permasalahan yang akan diteliti adalah “Apakah penggunaan model pembelajaran Discovery dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa pada tema selalu berhemat energi sub tema macam-macam sumber energi?”. 2. Pertanyaan Penelitian Mengingat rumusan masalah utama sebagaimana telah diutarakan di atas masih terlalu luas sehingga belum secara spesifik menunjukkan batas-batas mana yang harus diteliti, maka rumusan masalah utama tersebut kemudian dirinci dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut: a. Bagaimana perencanaan pembelajaran kurikulum 2013 pada tema selalu berhemat energi pada siswa kelas IV Sekolah Dasar dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning? b. Bagaimana pemahaman konsep belajar siswa bila dilihat dari prestasi belajar sebelum siswa mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning? c. Bagaimana respon siswa selama siswa mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning? d. Bagaimana aktivitas belajar siswa selama siswa mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning? e. Bagaimana aktivitas guru selama guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning? f. Bagaimana pemahaman konsep belajar siswa bila dilihat dari prestasi belajar setelah siswa mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning? D. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan batasan masalah agar penelitian dapat berjalan sesuai dengan apa rencana yang disusun. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Dari sekian banyak tema dalam materi kelas IV, dalam penelitian ini hanya akan mengkaji atau menelaah pembelajaran pada tema selalu berhemat energi sub tema macam-macam sumber energi. 2. Obyek dalam penelitian ini hanya akan meneliti pada siswa SD kelas IV di SD Negeri Tanjungbiru Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung. 3. Meneliti perencanaan pembelajaran dalam tema selalu berhemat energi pada siswa kelas IV Sekolah Dasar dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning. 4. Meneliti proses pelaksanaan pembelajaran dalam tema selalu berhemat energi dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning. 5. Meneliti pemahaman belajar siswa melalui prestasi belajar siswa pada tema selalu berhemat energi pada siswa kelas IV Sekolah Dasar dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning. E. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada tema selalu berhemat energi di kelas IV SD Negeri Tanjungbiru dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan proses pembelajaran siswa kelas IV Sekolah Dasar dalam pembelajaran pada tema selalu berhemat energi di kelas IV Sekolah Dasar dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning. 2. Meningkatkan aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran pada tema selalu berhemat energi di kelas IV Sekolah Dasar dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning. 3. Meningkatkan pemahaman konsep belajar siswa pada pembelajaran pada tema selalu berhemat energi di kelas IV Sekolah Dasar dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning sehingga prestasi belajar siswa ikut meningkat. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi semua pihak yang terkait dalam pendidikan terutama guru dan siswa kelas IV Sekolah Dasar yang langsung terlibat dalam proses pembelajaran di kelas. Manfaat yang dimaksud adalah: 1. Manfaat Bagi Guru Manfaat penelitian ini yang bisa diambil oleh guru sebagai tenaga pendidik di antaranya adalah: a. Sebagai titik ukur dalam melaksanakan pembelajaran pada kurikulum 2013. b. Sebagai acuan perbaikan pelayanan pembelajaran bagi siswa sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep belajar terutama pada tema selalu berhemat energi. c. Mengembangkan sikap positif para guru dan bidang studi yang dipelajari khususnya pada tema selalu berhemat energi. d. Memiliki pengalaman langsung dan dapat dijadikan alternative pemecahan masalah pembelajaran yang dapat dilakukan di kelas khususnya tema selalu berhemat energi. e. Meningkatkan kemampuan profesional serta kreatifitas guru Sekolah Dasar. 2. Manfaat Bagi Siswa Adapun manfaat penelitian ini bagi siswa adalah di antaranya sebagai berikut: a. Agar pemahaman siswa kelas IV Sekolah Dasar meningkat pada tema selalu berhemat energi. b. Agar aktivitas belajar siswa pada tema selalu berhemat energi di kelas IV Sekolah Dasar dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning menjdi meningkat. c. Agar pemahaman konsep belajar siswa kelas IV Sekolah Dasar pada tema selalu berhemat energi dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning menjadi meningkat. 3. Manfaat Bagi Sekolah Manfaat penelitian ini bagi sekolah antara lain: a. Taraf serap kurikulum lebih mudah tercapai khususnya pada tema selalu berhemat energi. b. Memacu sekolah untuk mengembangkan kurikulum yang lebih baik khususnyapada tema selalu berhemat energi. 4. Manfaat bagi Lembaga Manfaat penelitian ini bagi lembaga adalah di antaranya sebagai berikut: a. Konstribusi bagi ilmu pendidikan, khususnya pembelajaran pada tema selalu berhemat energi di kelas IV Sekolah Dasar dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning. b. Memberikan masukan khususnya tentang pembelajaran pada tema selalu berhemat energi di kelas IV Sekolah Dasar dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning. G. Kerangka atau Paradigma Pemikiran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap model Discovery Learning, Wulandari (2013) dengan judul:” Penerapan Model Discovery Learning pada Pembelajaran IPA Siswa Kelas V SD”. Menemukan bahwa peningkatan hasil belajar siswa kelas V Berdasarkan pengamatan dari tiap siklus, penggunaan model ini pada saat pembelajaran semakin meningkat. Keterampilan peneliti dalam setiap pembelajaran semakin baik. Hal ini dapat dilihat dari skor yang diperoleh yaitu dari 18 pada siklus I, 22 pada siklus II, dan 27 pada siklus III, secara kesuluruhan hasil dari penelitian di atas terlihat peningkatan yang sangat baik. Penjelasan hasil penelitian tersebut maka peneliti mencoba menggunakan Model pembelajaran Discovery Learning diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep belajar siswa kelas IV Sekolah Dasar di SD Negeri Tanjungbiru dengan mengunakan instrumen berupa lembar angket, lembar observasi, lembar wawancara, dokumentasi, lembar kegiatan siswa (LKS) untuk kelompok dan soal-soal uraian untuk penilaian individu. Berdasarkan penjelasan di atas peneliti membuat kerangka berpikir seperti pada Bagan 1.1 berikut: Bagan 1.1 Kerangka Paradigma Penelitian H. Asumsi H. Asumsi Adapun asumsi dari tindakan penelitian ini adalah untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dimuat dalam kurikulum diperlukan adanya suatu metode pembelajaran yang harus digunakan seorang guru dalam menyampaikan pembelajaran dengan tema selalu berhemat energi. Menurut Dale (1997) dalam kerucut retensi hasil belajar menyatakan bahwa “dalam belajar semakin banyak melibatkan panca indera akan semakin baik dalam meningkatkan daya ingat siswa akan pengetahuan baru yang diperolehnya dalam memori jangka panjang”. I. Hipotesis Tindakan Keberhasilan pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru akan dipengaruhi oleh kualitas dan keterampilan guru dalam mengemas dan melakukan proses pembelajaran. Jika pembelajaran yang dilakukan oleh guru dipersiapkan dengan baik serta didukung suatu perencanaan yang matang dengan menggunakan teori, pendekatan dan media yang tepat, pasti akan meningkatkan hasil belajar siswa serta pembelajarannya pun lebih bermakna bagi siswa. Hipotesis yang disajikan dalam penelitian ini adalah “Jika pembelajaran dengan tema selalu berhemat energi menggunakan model pembelajaran Discovery Learning maka pemahaman konsep siswa akan meningkat”. J. Definisi Operasional Mengatasi ketidak jelasan makna dalam perbedaan pemahaman mengisi istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini, maka istilah tersebut memerlukan kejelasan tersendiri. Adapun istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Discovery adalah proses pembelajaran yang menitikberatkan pada mental intelektual para anak didik dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi, sehingga menemukan suatu konsep atau generalisasi yang dapat diterapkan dilapangan (Hamalik dalam Illahi, 2012: 29). 2. Pemahaman konsep adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa mampu memahami konsep, situasi dan fakta yang diketahui, serta dapat menjelaskan dengan kata-kata sendiri sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya, dengan tidak mengubah artinya (Purwanto, 2008: 11). 3. Sumber energi adalah alat dan bahan yang dapat menghasilkan energi. Sumber energi yang banyak digunakan di sekitar kita misalnya listrik, energi listrik bisa diubah menjadi menjadi energi lain sesuai dengan kebutuhan melalui benda-benda elektronik yang kita butuhkan, misalnya perubahan energi listrik menjadi energi cahaya pada lampu (Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Tema 2 Selalu Berhemat Energi, Buku Siswa). 4. Buklet adalah terbitan tidak berkala yang dapat terdiri dari satu hingga sejumlah kecil halaman, tidak terkait dengan terbitan lain, dan selesai dalam sekali terbit (Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Tema 2 Selalu Berhemat Energi, Buku Siswa). 5. Aturan-aturan operasi hitung campuran yaitu dengan yang berada dalam kurung dikerjakan lebih dahulu dan dahulukan perkalian dan pembagian sebelum penjumlahan dan pengurangan (Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Tema 2 Selalu Berhemat Energi). BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Menurut Gagne (Dahar, 1996: 11), “belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”. Menurut Gesalt-field (Dahar, 1996: 20), “belajar merupakan suatu proses peubahan insait-insait (insight), pandangan-pandangan (outlooks), harapan-harapan, atau pola berpikir”. Hilbarg (Purwanto, 2006: 84) mengemukakan “belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan”. Pavlov (Dahar, 1996: 19), “belajar merupakan suatu perubahan perilaku yang dapat diamati, yang terjadi melalui terkaitnya stimulus-stimulus atau respons-respons menurut prinsip-orinsip mekanistik”. Sedangkan menurut Crow (Sobur, 2003: 202) berpendapat “belajar adalah memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap”. Hal ini upaya baru memperoleh penyesuaian diri terhadap situasi yang baru dan menunjuk adanya perubahan yang progresif dari tingkah laku. Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh hasil yang berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap yang relative menetap. Sehingga seseorang dapat berbuat lebih baik dari sebelum dia belajar karena salah satu manfaat dari belajar yaitu dari tidak tahu menjadi tahu atau dari salah menjadi benar dan hal itu akan berguna untuk bekal dalam kehidupan sehari-hari. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Setiap aktifitas yang dilakukan oleh seseorang tentu ada faktor - faktor yang mempengaruhinya, baik yang cenderung mendorong maupun yang menghambat. Demikian juga dialami belajar, faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa itu adalah sebagai berikut Ahmadi (Hardiani, 2010: 27): a. Faktor internal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor ini dapat dibagi dalam beberapa bagian, yaitu: 1) Faktor lntelegensi Intelegensi dalam arti sempit adalah kemampuan untuk mencapai prestasi di sekolah yang didalamnya berpikir perasaan. Intelegensi ini memegang peranan yang sangat penting bagi prestasi belajar siswa. 2) Faktor Minat Minat adalah kecenderungan yang mantap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang tertentu. Siswa yang kurang beminat dalam pelajaran tertentu akan menghambat dalam belajar. 3) Faktor Keadaan Fisik dan Psikis Keadaan fisik menunjukkan pada tahap pertumbuhan, kesehatan jasmani, keadaan alat-alat indera dan lain sebagainya. Keadaan psikis menunjuk pada keadaan stabilitas mental siswa, karena fisik dan psikis yang sehat sangat berpengaruh positif terhadap kegiatan belajar mengajar dan sebaliknya. b. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor dan luar diri siswa yang mempengaruhi prestasi belajar. Faktor eksternal dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu: a. Faktor Guru Guru sebagai tenaga berpendidikan memiliki tugas menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, membimbing, melatih, mengolah, meneliti dan mengembangkan serta memberikan pelalaran teknik karena itu setiap guru harus memiliki wewenang dan kemampuan profesiona1, kepribadian dan kemasyarakatan. Guru juga rnenunjukkan flexibilitas yang tinggi yaitu pendekatan didaktif dan gaya memirnpin kelas yang selalu disesuaikan dengan keadaan, situasi kelas yang diberi pelajaran, sehingga dapat rnenunjang tingkat prestasi siswa semaksimal mungkin. Sesuai dengan penelitian yang di lakukan Tiarani (2013) Penerapan Metode Discovery untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SD pada Mata Pelajaran Matematika Materi Pokok Bangun Ruang. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV semester II SDN Barunagri Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat yang berjumlah 45 orang. Hasil penelitian dengan menggunakan metode discovery pada pembelajaran matematika menunjukkan adanya peningkatan proses pembelajaran, terlihat siswa aktif dalam penemuannya, demikian pula perolehan nilai siswa dalam pembelajaran matematika materi pokok bangun ruang mengalami peningkatan, dengan demikian apabila kita menjadi seorang guru yang dapat mengembangkan metode yang ada maka dapat dipastikan prestasi atau hasil belajar siswa kan meningkat. b. Faktor Lingkungan Keluarga Lingkungan keluarga turut mempengaruhi kemajuan hasil kerja, bahkan mungkin dapat dikatakan menjadi faktor yang sangat penting, karena sebagian besar waktu belajar dilaksanakan di rumah, keluarga kurang mendukung situasi belajar. Seperti kericuhan keluarga, kurang perhatian orang tua, kurang perlengkapan belajar akan mempengaruhi berhasil tidaknya belajar. c. Faktor Sumber-sumber Belajar Salah satu faktor yang menunjang keberhasilan dalam proses belajar adalah tersedianya sumber belajar yang memadai. Sumber belajar itu dapat berupa media/alat bantu belajar serta bahan baku penunjang. Alat bantu belajar merupakan semua alat yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam melakukan perbuatan belajar. Maka pelajaran akan lebih menarik, menjadi konkret, mudah dipahami, hemat waktu dan tenaga serta hasil yang lebih bermakna. Menurut hasil penelitian Wulandari (2013) dengan judul:” Penerapan Model Discovery Learning pada Pembelajaran IPA Siswa Kelas V SD”. Menemukan bahwa peningkatan hasil belajar siswa kelas V berdasarkan pengamatan dari tiap siklus dikarnakan menggunakan model dan media yang tepat. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan di atas bahwa alat penunjang seperti model dan media dapat digunakan untuk membantu siswa dalam melakukan perbuatan belajar. B. Model Pembelajaran Discovery Learning 1. Pengertian Model Pembelajaran Arends (Trianto, 2010: 51) “Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas”. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Menurut Joyce & Weil (1971) dalam Sumantri, dkk (1999: 42) “model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, dan memiliki fungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar”. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan proses belajar mengajar. 2. Pengertian Model Discovery Learning Apabila ditinjau dari kata Discover berarti menemukan, sedangkan Discovery adalah penemuan. Sebagai model belajar, Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Model discovery learning menurut Suryosubroto (2002: 192) diartikan “sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum sampai kepada generalisasi”. Model discovery merupakan komponen dari praktik pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, ,mencari sendiri dan reflektif. Sund (Kemendikbud, 2014: 31) menjelaskan discovery adalah “proses mental siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaagn, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya”. Pengertian tentang discovery juga dikemukakan oleh Sukardi (2005: 3) yang menjelaskan bahwa “discovery adalah hasil temuan yang memang sebetulnya sudah ada. Pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning ini selalu mengusahakan agar siswa terlibat dalam masalah-masalah yang dibahas. Model discovery sebagai metode belajar mengajar yang memberikan peluang diperhatikaannya proses dan hasil belajar siswa, dalam kegiatan belajar-mengajar”. Sedangkan menurut Moejiono dan Dimyati (1993: 87) digunakannya model discovery dalam proses pembelajaran bertujuan untuk: a. Meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam memperoleh dan memproses perolehan belajar, b. Mengarahkan para siswa sebagai pelajar seumur hidup, c. Mengurangi ketergantungan kepada guru sebagai satu-satunya sumber informasi yang diperlukan oleh siswa, dan d. Melatih para siswa mengeksploritasi atau memanfaatkan lingkungannya sebagai sumber informasi yang tidak akan pernah tuntas digali. Menurut Hamalik (Illahi, 2012: 29) menyatakan “ Discovery adalah proses pembelajaran yang menitik beratkan pada mental intelektual para anak didik dalam memecahkan berbagai persoalan dihadapi, sehingga menemukan suatu konsep atau generalisasi yang dapat diterapkan di lapangan”. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model penemuan (Discovery) adalah model pembelajaran yang dimana siswa berpikir sendiri sehingga dapat ”menemukan” prinsip umum yang diinginkan dengan bimbingan dan petunjuk dari guru berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan. Ciri utama belajar menemukan yaitu: a. Siswa dapat mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan. b. Proses pembelajaran berpusat pada siswa (student centered). c. kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang telah siswa miliki. Mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin mengubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented, dalam Discovery Learning, hendaknya guru harus memberikan kesempatan muridnya untuk menjadi seorang problem solver. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan. 3. Kelebihan Model Discovery Learning Strategi belajar berdasarkan Discovery yang akhir-akhir ini banyak diterapkan di sekolah, ternyata memiliki kelebihan atau keistimewaan tersendiri bagi pelaksanaan pembelajaran berikut beberapa kelebihan belajar mengajar dengan model Discovery Learning dalam Kemendikbud, 2014: 32, yaitu: a. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya. b. Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer. c. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil. d. Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri. e. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri. f. Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya. g. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi. h. Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti. i. Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik. j. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru. k. Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri. l. Mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri. m. Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang. n. Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia seutuhnya. o. Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa. p. Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar. q. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu. 4. Kelemahan Model Discovery Learning Berikut beberapa kelemahan dalam penerapan model Discovery Learning dalam Kemendikbud, 2014: 32: a. Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi. b. Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya. c. Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama. d. Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian. e. Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa f. Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru. 5. Langkah-langkah Pelaksanaan Model Discovery Learning a. Langkah Persiapan 1) Menentukan tujuan pembelajaran. 2) Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya). 3) Memilih materi pelajaran. 4) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi). 5) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa. 6) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana kekompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik 7) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa b. Pelaksanaan Menurut Ahmadi dan Prasetya (illahi, 2012: 87) mengemukakan secara garis besar bahwa prosedur pembelajaran berdasarkan penemuan (Discovery Learning) adalah sebagai berikut: 1) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan) Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan. 2) Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah) Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) 3) Data collection (Pengumpulan Data). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. 4) Data Processing (Pengolahan Data) Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya. Semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu. 5) Verification (Pembuktian) Bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. 6) Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi) Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. C. Pemahaman Konsep 1. Pengertian Pemahaman Pemahaman didefinisikan proses berpikir dan belajar, dikatakan demikian karena untuk menuju ke arah pemahaman perlu diikuti dengan belajar dan berpikir. Pemahaman merupakan proses, perbuatan dan cara memahami, dalam Taksonomi Bloom (Hardiani, 2010: 16), pemahaman adalah kesanggupan memahami setingkat lebih tinggi dari pengetahuan. Namun, tidaklah berarti bahwa pengetahuan tidak dipertanyakan sebab untuk dapat memahami, perlu terlebih dahulu mengetahui atau mengenal. Pemahaman dalam pembelajaran adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan seseorang mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya, dalam hal ini ia tidak hanya hapal secara verbalitas, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan, maka operasionalnya dapat membedakan, mengubah, mempersiapkan, menyajikan, mengatur, menginterpretasikan, menjelaskan, mendemonstrasikan, memberi contoh, memperkirakan, menentukan, dan mengambil keputusan. Menurut Purwanto (1994: 44) pemahaman adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya, sedangkan menurut Ernawati (dalam http:megasiana.com, 2003: 8) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan pemahaman adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan dalam bentuk lain yang dapat di biologihami, mampu memberikan interprestasi dan mampu mengklasifikasinya. Menurut W.J.S Poerwodarminto (dalam http:megasiana.com, 1994) dalam kamus Bahasa Indonesia, pemahaman berasal dari kata “Paham” yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Definisi di atas, tidak bersifat operasional, sebab tidak memperlihatkan perbuatan psikologis yang diambil seseorang jika ia memahami. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan dan hafalan. Dari berbagai pendapat di atas, indikator pemahaman pada dasarnya sama, yaitu dengan memahami sesuatu berarti seseorang dapat mempertahankan, membedakan, menduga, menerangkan, menafsirkan, memerkirakan, menentukan, memperluas, menyimpulkan, menganalisis, memberi contoh, menuliskan kembali, mengklasifikasikan, dan mengikhtisarkan. 2. Pengertian Konsep Secara umum konsep adalah suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Menurut Rosser (Dahar, 2006) menyatakan bahwa konsep merupakan suatu abstraksi yang mewakil satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut yang sama. Karena konsep-konsep itu adalah abstraksi berdasarkan pengalaman dan tidak ada dua orang yang memiliki pengalaman yang sama persis, maka konsep-konsep yang dibentuk setiap orang akan berbeda pula. Walau berbeda tetapi cukup untuk berkomunikasi menggunakan nama-nama yang diberikan pada konsep-konsep itu yang telah diterima. Menurut S. Hamid Husen (Sapriya, 2009: 43) mengemukakan bahwa: “Konsep adalah pengabstraksian dari sejumlah benda yang memiliki karakteristik yang sama”. Selanjutnya More (Sapriya, 2009: 43) bahwa “Konsep itu adalah sesuatu yang tersimpan dalam benak atau pikiran manusia berupa sebuah ide atau sebuah gagasan”. Menurut Woodruff dalam Amin (http://id.shvoong.com, 1987 ), mendefinisikan konsep sebagai berikut: (1) suatu gagasan/ide yang relatif sempurna dan bermakna, (2) suatu pengertian tentang suatu objek, (3) produk subjektif yang berasal dari cara seseorang membuat pengertian terhadap objek-objek atau benda-benda melalui pengalamannya (setelah melakukan persepsi terhadap objek/benda). Pada tingkat konkrit, konsep merupakan suatu gambaran mental dari beberapa objek atau kejadian yang sesungguhnya. Pada tingkat abstrak dan komplek, konsep merupakan sintesis sejumlah kesimpulan yang telah ditarik dari pengalaman dengan objek atau kejadian tertentu. 3. Pengertian Pemahaman Konsep Menurut Sanjaya (dalam dedi26, 2009) mengemukakan “Pemahaman konsep adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran, tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti, memberikan interprestasi data dan mampu mengaplikasi konsep yang sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Menurut Purwanto (2008: 11) “Pemahaman konsep adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa mampu memahami konsep, situasi dan fakta yang diketahui, serta dapat menjelaskan dengan kata-kata sendiri sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya, dengan tidak mengubah artinya”. Sedangkan menurut Bloom dalam id.unpas (Akhmad sudrajat, 2008), “segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Salah satu yang termasuk ke dalam ranah kognitif yaitu pemahaman (comprehension)”. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep pada tema selalu berhemat energi adalah cara seseorang memahami suatu konsep pada sub tema macam-macam energi yang telah didapat melalui serangkaian kajadian atau peristiwa yang dilihat maupun didengar yang tersimpan dalam pikiran dan yang nantinya dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pemahaman dalam penelitian ini dikhususkan pada pemahaman pada ruang lingkup untuk kelas IV pada standar kompetensi tertentu yang terlihat dari hasil belajar siswa. D. Pembelajaran Tematik 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Menurut (Trianto, 2011:147) Pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Pembelajaran tematik menyediakan keleluasaan dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada siswa untuk memunculkan dinamika dalam pendidikan. Unit yang tematik adalah epitome dari seluruh bahasa pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk secara produktif menjawab pertanyaan yang dimunculkan sendiri dan memuaskan rasa ingin tahu dengan penghayatan secara alamiah tentang dunia di sekitar mereka. Menurut (Depdiknas, 2006: 5) “Pembelajaran tematik sebagai suatu model pembelajaran termasuk salah satu tipe/jenis dari model pembelajaran terpadu. Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Berdasarkan berbagai pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik merupakan suatu model pembelajaran yang memadukan beberapa materi pembelajaran dari berbagai standar kompetensi dan kompetensi dasar dari berbagai mata pelajaran. Penerapan pembelajaran tematik ini dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yakni penentuan berdasarkan keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar, tema, dan masalah yang dihadapi. Menurut Panduan KTSP dalam Trianto (2011: 153) pembelajaran tematik sebagai bagian daripada pembelajaran terpadu memiliki banyak keuntungan yang dapat dicapai sebagai berikut. a. Memudahkan pemusatan perhatian kepada siswa pada satu tema tertentu. b. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar isi mata pelajaran dalam tema yang sama. c. Pemahaman siswa terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan. d. Kompetensi dasar dapat dikembangkan secara lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa. e. Lebih dapat dirasakan manfaat dan makna belajarnya karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas. f. Siswa lebih dapat bergairah dalam belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam suatu mata pelajaran dan sekaligus dapat mempelajari mata pelajaran lain. g. Guru dapat menghemat waktu pembelajaran. Hal ini karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus, dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, dan waktu selebihnya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan materi. 2. Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik Sebagai bagian dari pembelajaran terpadu, maka pembelajaran tematik memiliki prinsip dasar sebagaimana halnya pembelajaran terpadu. Menurut Sukandi, dkk. (2001: 109) dalam Trianto (2010: 154), “pembelajaran terpadu memiliki satu tema aktual, dekat dengan dunia siswa, dan ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari beberapa macam materi pelajaran”. Menurut Trianto (2011: 155-156) secara umum prinsip-prinsip pembelajaran tematik dapat diklasifikasikan menjadi: a. Prinsip Penggalian Tema Prinsip penggalian merupakan prinsip utama dalam pembelajaran tematik. Artinya tema-tema yang saling tumpang tindih dan ada keterkaitan menjadi target utama dalam pembelajaran. b. Prinsip Pengelolaan Pembelajaran Pengelolaan pembelajaran dapat optimal apabila guru mampu menempatkan dirinya dalam seluruh proses. Artinya, guru harus mampu menempatkan diri sebagai fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran. c. Prinsip Evaluasi Evaluasi pada dasarnya menjadi fokus dalam setiap kegiatan, bagaimana suatu kerja dapat diketahui hasilnya apabila tidak dilakukan evaluasi. Dalam hal ini, maka dapat melaksanakan evaluasi dalam pembelajaran tematik. d. Prinsip Reaksi Dampak pengiring (nurturant effect) yang penting bagi perilaku secara sadar belum tersentuh oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Karena itu, guru dituntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi terhadap aksi siswa dalam semua peristiwa serta tidak mengarahkan aspek yang sempit tetapi ke sebuah kesatuan yang utuh dan bermakna. Pembelajaran tematik memungkinkan hal ini dan guru hendaknya menemukan kiat-kiat untuk memunculkan ke permukaan hal-hal yang dicapai melalui dampak pengiring tersebut. E. Karakteristik Materi Penelitian yang peneliti lakukan yaitu menggunakan pembelajaran tematik sehingga dalam suatu pembelajaran peneliti tidak berfokus pada satu materi saja tetapi pada penelitian ini ada tiga materi dalam satu pembelajaran di sekolah yang peneliti lakukan. Pembelajaran tematik perlu memilih materi dari beberapa mata pelajaran yang mungkin dan saling berkaitan dan dalam penelitian ini dalam tema selalu berhemat energi peneliti mengambil pada sub tema macam-macam sumber energi (pembelajaran 1) yang terdiri dari B. Indonesia, IPA dan matematika, pada B.indonesia membahas mengenai buklet, pada IPA membahas mengenai sumber energi, dan pada matematika membahas operasi hitung campuran sederhana, pembelajaran yang dibuat berpedoman pada kurikulum 2013. 1. Keluasan dan Kedalaman Materi Tema Selalu Berhemat Energi Keluasan materi pembelajaran dipilih seoptimal mungkin untuk membantu peserta didik dalam mencapai kompetensi inti dan kompetensi dasar. Hal-hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan pemilihan materi pembelajaran adalah jenis, cakupan, urutan dan perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran tersebut. Agar guru dapat membuat persiapan yang berdaya guna dan berhasil guna, dituntut memahami berbagai aspek yang berkaitan dengan pengembangan materi pembelajaran, baik berkaitan dengan hakikat, fungsi, prinsip, maupun prosedur pengembangan materi serta mengukur efektivitas persiapan tersebut. Keluasan materi pada tema selalu berhemat energi subtema macam-macam energi dalam pembelajaran 1 di kelas IV SD mencangkup mengidentifikasi pokok-pokok materi. Kedalaman materi adalah rincian konsep-konsep yang terkandung di dalam materi pelajaran yang harus dipelajari dan dikuasai oleh peserta didik dalam proses pembelajaran, keluasan dan kedalaman dalam penelitian ini mencangkup pada tema 2 selalu berhemat energi subtema macam-macam energi untuk pembelajaran 1, dikarnakan pada kurikulum 2013 pembelajaran tematik terpadu sama halnya dengan penelitian ini pada sub tema macam-macam energi mencangkup materi B.Indonesia mengenai buklet, IPA mengenai macam-macam sumber energi dan Matematika mengenai operasi hitung campuran. Berdasarkan uraian di atas berikut keluasan dan kedalaman materi ajar pada penelitian ini: a. Buklet a) Pengertian Buklet Berdasarkan buku tematik tema selalu berhemat energi panduan siswa (2013: 13), buklet adalah terbitan tidak berkala yang dapat terdiri dari satu hingga sejumlah kecil halaman, tidak terkait dengan terbitan lain, dan selesai dalam sekali terbit. Halamannya sering dijadikan satu (antara lain dengan stapler, benang, atau kawat), biasanya memiliki sampul, tapi tidak menggunakan jilid keras. Bila terdiri dari satu halaman, buklet umumnya di cetak pada kedua sisi, dan dilipat dengan pola lipatan tertentu hingga membentuk sejumlah panel yang terpisah. Berikut contoh Gambar 2.1 buklet sederhana: Gambar 2.1 Contoh Buklet Sederhana b) Langkah-langkah Membuat Buklet Sederhana Berikut merupakan tata cara membuat buklet sederhana yang bisa di buat sendiri: a) Ambillah selembar kertas. b) Lipatlah menjadi tiga bagian. c) Pilih tiga benda elektronik yang akan kamu cantumkan. d) Gambar satu benda elektronik di setiap kolom dengan menarik. e) Lengkapilah bukletmu dengan informasi, misalnya: 1. Manfaat benda. 2. Sumber energi yang digunakan. 3. Perubahan bentuk energi yang terjadi saat benda bekerja. 4. Cara aman menggunakan benda tersebut. 5. Pemeliharaan benda tersebut sehingga akan tahan lama. b. Sumber-sumber Energi Menurut Purwati (2008:112) sumber energi yang sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah panas, listrik, gerak, bunyi, dan cahaya. Energi sering juga disebut sebagai tenaga. 1) Alat Penghasil Energi Untuk dapat melakukan kegiatan,manusia memerlukan tenaga. Kita memperoleh energi dari makanan yang yang kita makan, jika kekurangan energi maka kita tidak bisa melakukan kegiatan. Contoh penghasil energi dari listrik: a) Radio b) Televisi c) Kulkas d) Kipas angin, dll. 2) Sumber energi Sumber energi berasal dari bahan bakar, baterai, listrik. Bahan bakar meliputi gas, bensin, minyak tanah, solar. Sumber energi digunakan untuk menghasilkan panas, bunyi, cahaya. Misalnya saja dalam panas kompor, setrika, dispenser. Dalam bunyi misalnya radio, televisi, jam beker, dalam cahaya misalnya lampu, lilin, senter. Berikut uraian dari penjelasan di atas: a) Energi matahari (energi panas) Pada siang hari matahari memancarkan cahaya, cahaya matahari itu bersifat panas, oleh sebab itu matahari disebut sumber energi panas. Petani menjemur padi, sehingga padi kering, ditumbuk menjadi beras, dan dimasak menjadi nasi. Semua kehidupan di bumi membutuhkan panas matahari, maka dari itu matahari di sebut sumber energi panas yang utama. b) Energi bunyi Kentongan dibuat berongga di dalam rongga kentongan dipukul, udara di dalamnya bergetar atau bergerak-gerak. Getaran udara yang bergerak disebut angin, jadi angin adalah sumber energi yang dapat menghasilkan bunyi, contoh lain adalah bel listrik c) Energi cahaya Senter terdapat baterai, jika tombol senter di tekan, lampu bolham menyala. nyala senter berupa cahaya. Cahaya senter berasal dari baterai, oleh karena itu baterai disebut sumber energi cahaya. d) Energi gerak Air bergerak mengalir gerak air dapat menggerakan benda-benda yang terapu
Item Type: | Thesis (Skripsi(S1)) |
---|---|
Subjects: | S1-Skripsi |
Divisions: | Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > PGSD 2014 |
Depositing User: | Iyas - |
Date Deposited: | 25 Jul 2016 15:06 |
Last Modified: | 25 Jul 2016 15:06 |
URI: | http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/6042 |
Actions (login required)
View Item |