PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP TENTANG PENJAJAHAN JEPANG DI INDONESIA

SRI BULAN PURNAMASARI, 105060100 (2016) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP TENTANG PENJAJAHAN JEPANG DI INDONESIA. Skripsi(S1) thesis, FKIP UNPAS.

[img] Text
LEMBAR PENGESAHAN AWAL 1.doc

Download (155kB)
[img] Text
KATA PENGANTAR wajibb harus bikin.docx

Download (46kB)
[img] Text
sekripsi dari bab 1-5.doc

Download (20MB)

Abstract

ABSTRAK Berdasar studi awal, penerapan model pembelajaran role playing untuk meningkatkan pemahaman konsep dalam pembelajaran IPS tentang penjajahan jepang di Indonesia, kelas V SDN Cikawung IV belum mencapai tujuan yang diharapkan. Hal tersebut diketahui karena adanya permasalahan, siswa belum memahami secara pasti mengenai pembahasan materi karena siswa hanya menyimak ceramah dari guru Secara mendasar, pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. Pada jenjang pendidikan dasar, ruang lingkup pengajaran IPS dibatasi sampai pada gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi dan sejarah.Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada di lingkungan sekitar peserta didik SD. Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa yang dipelajari IPS adalah manusia sebagai anggota masyarakat dalam konteks sosialnya, ruang lingkup kajian IPS meliputi : Substansi materi ilmu-ilmu sosial yang bersentuhan detengah masyarakat,gejala, masalah, dan peristiwa sosial tentang kehidupan masyarakat. Melalui kegiatan role playing, pembelajar mencoba mengekspresikan hubungan-hubungan antar manusia dengan cara memperagakannya, bekerja sama dan mendiskusikannya, sehingga secara bersama-sama pebelajar dapat mengeksplorasi perasaan, sikap, nilai dan berbagai strategi pemecahan masalah. Atas dasar penjelasan tujuan dan ruang lingkup konsep-konsep diatas maka konsep tersebut amat penting dipahami oleh siswa. Role-Playing adalah teknik yang luar biasa bermanfaat untuk mewujudkan kehidupan nyata di dalam kelas. Bermain peran akan membangkitkan minat siswa terhadap materi yang diajarkan dan memacu siswa untuk memandang suatu permasalahn dari sudut yang berbeda. Oleh karena siswa dilibatkan sepenuhnya dalam pembelajaran, maka teknik ini mengembangkan dimensi emosi, psikomotor, dan kognisi siswa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD yang mengkaji perangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) Pasal 1 (2003:5) dijelaskan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan prosespembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangakan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Dalam dokumen KTSP (2006) mata pelajaran IPS bertujuan agar anak didik memiliki kemampuan : a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kedupan sosia.l b. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusian c. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkopetensi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal nasional dan global Tujuan pendidikan nasional menjadi acuan dalam pengembangan tujuan pendidikan IPS. Tujuan pendidikan IPS menurut Jemes Banks meliputi serangkaian kemampuan yang mencangkup pengetahuan, keterampilan dalam segi akademik serta pengembangan nilai. Aspek pengembangan intelektual dalam kurikulum 2006 meliputi pengembangan kemampuan untuk mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungkungannya. Adapun ruang lingkup pembelajaran IPS SD dalam KTSP 2006 meliputi aspek sebagai berikut : a. Manusia, tempat dan lingkungan b. Keberlanjutan dan perubahan c. Sistem sosial dan budaya d. Prilaku ekonomi dan kesejahteraan Secara mendasar, pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. Pada jenjang pendidikan dasar, ruang lingkup pengajaran IPS dibatasi sampai pada gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi dan sejarah. Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada di lingkungan sekitar peserta didik SD. Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa yang dipelajari IPS adalah manusia sebagai anggota masyarakat dalam konteks sosialnya, ruang lingkup kajian IPS meliputi : Substansi materi ilmu-ilmu sosial yang bersentuhan deterngan masyarakat,gejala, masalah, dan peristiwa sosial tentang kehidupan masyarakat. Atas dasar penjelasan tujuan dan ruang lingkup konsep-konsep diatas maka konsep tersebut amat penting dipahami oleh siswa, untuk dapat mengenali dan memahami konsep-konsep tersebut. Menurut Nana Sudjana (2010: 4) menjelaskan bebrapa arti pemahaman yang bersifat oprasional. Pemahaman diartikan sebagai melihat suatu hubungan. Pemahaman disini mengandung arti dari definisi yang pertama. Pemahaman diartikan sebagai penggunaan fakta, arti pemahaman ini lebih dekat pada katagori definisi kedua. Kita dapat mengatakan seseorang memahami suatu objek, proses, ide, fakta, jika ia dapat melihat bagaimana menggunakan fakta itu dalam berbagai tujuan. Menurut S. Hamid Hasan (1995) dalam saprya (2009:43) mengemukakan bahwa: Konsep adalah pengabstrasikan dari sejumlah benda yang memiliki karakteristik yang sama konsep dapat dinyatakan dalam sejumlah bentuk kongkrit atau abstrak, luas atau sempit satu kata prase. Beberpa konsep yang bersifat kongkrit misalnya: manusia, gunung, tanah, rumah, negara dan sebagainya. Menurut Saprya (2007:43) konsep adalah penanaman pembelajaran lebel untuk sesuatu yang membantu seseorang mengenal mengerti dan memahami sesuatu tersebut. Sedangkan dalam kamus (sudjana, 2004) definisi pemahaman adalah a. Menerima arti, menangkap ide memahami b. Memahami secara betul, memahami karakter sifat dasar c. Mengetahui arti kata-kata seperti dalam bahasa menyera dengan jelas fakta. Pemahaman konsep adalah kemampuan menangkap pengertian seperti mampu menangkap suatu materi yang disajikan dalam bentuk yang lebih dipahami, mampu memberikan implementasi dan mampu mengaplikasikannya (Bloom, 1979 vestari 2009)Sedangkan menurut Mastil dan Jonson (Dinar Sri Nur Zaqiah, 2011:22) mengemukakan bahwa pemahaman konsep adalah dengan kata-kata berbeda yang terdapat dalam buku teks menarik kesimpulan misalnya tabel atau grafik dan sebagainya. Berdasarkan pendapat tersebut pemahaman konsep adalah suatu istilah pengungkapan abstrak yang digunakan untuk tujuan mengklasifikasikan atau mengkatagorikan suatu kelompok atau suatu benda gagasan atu juga peristiwa. kemampuan seseorang dalam menerapkan atau mengungkapkan sesuatu dengan kata-kata sendiri dan mampu untuk menarik kesimpulan anak untuk lebih berfikir kritis dan cermat dalam memahami yang ia pelajari. Dalam depdiknas ( http:// ahli-definisi.blogspot.com/2011/03 definisi pemahaman konsep. Html diakses tanggal 31 maret 2013) menjelaskan indikator pemahaman konsep adalah sebagai berikut : 1. Menyatakan ulang sebuah konsep 2. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu( sesuai dengan konsepnya), 3. Memberi contoh dan non contoh dari konsep, 4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk rprensi matematis, 5. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep penggunaan prosedur atau oprasi tertentu 6. Mengaplikasikan konsp atau algoritma dalam pemecahan masalah Berdasarkan kajian mendalam tentang konsep IPS dan model pembelajaran Role Playing maka dapat di rumuskan indikator khusus sesuai dengan PTK ini, indikator tersebut adalah sebagai berikut : 1. Menjelaskan penjajahan jepang di Indonesia. 2. Menyebutkan organisasi/tentara bentukan jepang. 3. Menjelaskan organisasi/tentara bentukan jepang 4. Menjelaskan tentang rumusa 5. Bermain peran tentang rumusa. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas yang pernah mengajar tahun yang lalu ketidak sesuaian antara indikator yang telah dibuat. siswa tidak bisa mengakses indikator yang telah dibuat tersebut. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan melihat daftar nilai harapan pada pembelajaran IPS menunjukan hanya sebagian siswa yang mempunyai KKM yang ditetapkan yaitu 6.00 siswa yang mencapai KKM hanya 9 dari 30 siswa, hal ini terjadi karena rendahnya pemahaman konsep pada siswa dari apa yang telah dipelajari Ketidak pahaman konsep pada pembelajaran IPS seharusnya tidak boleh terjadi karena IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dan merupakan matapelajaran yang wajib tercantum dalam struktur kurikulum sekolah dasar. Berdasarkan pemahaman yang ada penulis merancang pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran (Role Playing) yang dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Menurut Hisyam zaini, (2008:98) menemukan bahwa bermain peran (Role Playing) adalah suatu aktivitas pembelajaran terencana yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang spesipik. Bermain peran (Role Playing) menurut oemar hamalik (2001 :2014) mengemukakan bahwa : Ada beberapa keuntungan pendekatan instruksional ini di dalam kelas yaitu pada waktu dilaksanakannya bermain peran, siswa dapat bertindak dan mengekspresikan perasaan dan pendapat tanpa kehawatiran mendapat sangsi. Bermain peran memungkinkan para siswa mengidentifikasi situasi-situasi dunia nyata dan dengan ide-ide dunia lain. Dengan cara ini anak-anak dilengkapi dengan cara-cara yang aman dan kontrol untuk meneliti dan memperjuangkan masalah-masalah di dalam kelompok atau individu. Bermain peran merupakan permainan spontan (tanpa naskah). Sumber-sumber pendidikan ini berisi gambaran-gambaran dua tipe utama bermain peran. Kebanyakan bentuk, bermain peran merupakan drama di dalamnya individu-individu pengembangan sikap-sikap yang menggambarkan peran-peran yang di harapkan termasuk situasinya. Melalui kegiatan Role Playing, pembelajar mencoba mengekspresikan hubungan-hubungan antar manusia dengan cara memperagakannya, bekerja sama dan mendiskusikannya, sehingga secara bersama-sama dapat belajar mengeksplorasi perasaan, sikap , nilai dan berbagai strategi pemecahan masalah. Role Playing adalah teknik yang luar biasa bermanfaat untuk mewujudkan kehidupan nyata di dalam kelas. Bermain peran akan membangkitkan minat siswa terhadap materi yang diajarkan dan memacu siswa untuk memandang suatu permasalahn dari sudut yang berbeda. Oleh karena siswa dilibatkan sepenuhnya dalam pembelajaran, maka teknik ini mengembangkan dimensi emosi, psikomotor,dan kognisi siswa. Dalam pelaksanaan Role playing, siswa dapat berekspresi dengan bebas karena tidak akan dipusingkan dengan satu jawaban tunggal yang benar. Kesalahan yang dilakukan siswa justru akan memicu mereka untuk berani mengambil risiko dan bereksperimen. Kreativitas siswa dapat dilepaskan melalui kegiatan bermain peran. Bermain peran memberikan kemungkinan kepada para siswa untuk mengungkapkan perasaan-perasaannya yang tak dapat mereka kenali tanpa bercermin kepada orang lain. Penggunaan model pembelajaran role playing dimaksudkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan Proses pembelajaran IPS yang di terapkan guru masih menggunakan medel pembelajaran konvensional. Guru sebagai pusat pembelajaran sehingga siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial di sekolah dasar sering kali guru memberikan latihan hafal, mengerjakan LKS, sehingga guru kurang memperhatikan perkembangan sekitar sangat tergantung pada buku paket tidak ada upaya mengembangkan materi. Pengajaran tersebut menyebabkan siswa tidak memahami konsep secara benar dan tidak termotivasi untuk belajar ilmu pengetahuan sosial. Proses pembelajaran yang berlangsung dengan menggunakan model bermain peran (Role Playing) menurut sanjaya (2009: 158) terdapat beberapa kelebihan diantaranya : a. Dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga,masyarakat, maupun dalam menghadapi dunia kerja. b. Dapat mengembangkan kreatifitas siswa, karena melalui simulasi siswa memberi kesempatan untuk memainkan perannya sesuai dengan topik yang disimulasikan. c. Dapat memperkaya pengetahuan,sikap dan keterampilan yang di perlukan dalam menghadapi berbagai situasi sosial Model Role Playing adalah suatu aktivitas pembelajaran terencana yang di rancang untuk mencapai tujuan pendidikan yang spesifik (Hisyam Zaini, dkk..2008:98). Untuk pembelajaran bermain peran siswa seharusnya memiliki pengetahuan mengenai karakter yang diperankan. Berdasarkan uraian di atas maka diadakan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penggunaan Model Bermain Peran (Role Playing) untuk meningkatkan pemahaman konsep pada mata pelajaran IPS tentang penjajahan jepang di indonesia siswa kelas V di SD Negri Cikawung IV” B. Identifikasi Masalah Sehubungan dengan latar belakang masalah tersebut maka, guru di SDN cikawung IV berhadapan dengan beberapa masalah yang diantaranya: 1. Proses penmelajaran IPS yang diterapkan guru masih menggunakan model pembelajaran konvesional. Guru sebagai pusat pembelajaran sehingga siswa kurang aktif dalam pembelajaran 2. Dalam pembelajaran IPS sering kali guru memberikan latihan mengerjakan LKS sehingga guru kurang memperhatikan perkembangan sekitar sehingga menyebabkan siswa tidak memahami konsep secara benar. C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian 1. Rumusan Masalah Agar penelitian ini mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka penulis merasa perlu untuk merumuskan apa yang menjadi masalah penelitian. Yang menjadi isi permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan model pembelajaran bermain peran (Role Playing) dapat meningkatkan pemahaman konsep pada pembelajaran IPS tentang penjajahan jepang di Indonesia di kelas V di SDN Cikawung IV” ? 2. Pertanyaan Penelitian a. Bagaimana perencanaan pembelajaran dengan menerapakan model pembelajaran bermain peran (Role Playing) untuk meningkatkan pemahaman konsep IPS tentang penjajahan jepang di Indonesia di kelas V SDN Cikawung IV? b. Bagaimana implementasi pembelajarn dengan menerapkan model pembelajaran bermain peran (Role Playing) untuk meningkatakan pemahaman konsep IPS tentang penjajahan jepang di Indonesia di kelas V di SDN Cikawung IV c. Bagaiamanakah bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan penerapan model pembelajaran Role Playing berdasarkan standar proses untuk meningkatan pemahaman konsep IPS tentang penjajahan jepang di Indonesia pada siswa kelas V SDN Cikawung IV? d. Berapa nilai rata-rata setelah menerapkan model pembelajaran bermain peran (Role Playing) untuk peningkatan pemahaman konsep IPS tentang penjajahan jepang di Indonesia pada siswa kelas V SDN Cikawung IV? D. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini untuk menghindari terjadinya kesenjanagn, maka peneliti memberi batasan masalah antara lain: 1. Merancang rencana pelaksaan pembelajaran guru dan siswa dalam mata pelajaran IPS tentang penjajahan jepang di Indonesia di kelas V SDN Cikawung IV hanya dibatasi dengan penggunaan model pembelajaran Role Playing. 2. Pada aktivitas siswa dalam pembelajaran dibatasi hanya menggunakan model pembelajara Role Playing. 3. Penelitian ini dibatasi dengan satu kompetensi dasar (KD) yaitu 2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang. E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Sesuai dengan rumusan permasalahan, secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran dan kejelasan secara faktual dan aktual mengenai bagaimana implementasi metode bermain peran (role playing) disusun agar pemahaman konsep pada pelajaran IPS tentang penjajahan jepang di Indonesia. 2. Tujuan Khusus Adapun yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Agar terwujudnya perencanaan penerapan-penerapan model pembelajaran bermain peran (Role Playing) untuk meningkatkan pemahaman konsep IPS tentang penjajahan jepang di Indonesia di kelas V SDN Ciakawung IV b. Terwujudnya pelaksanaan model pembelajaran bermain peran (Role Playing) untuk meningkatakan pemahan konsep IPS tentang penjajahan jepang di Indonesia di kelas V di SDN Cikawung IV. c. Terwujudnya peningkatan pemahaman konsep IPS tentang penjajahan jepang di Indonesia dengan menerapkan model pembelajaran bermain peran (Role Playing ) pada siswa kelas V SDN Cikawung IV. d. Adanya peningkatan pemahaman konsep IPS tentang penjajahan jepang di Indonesia setelah menerapakan model pembelajaran berbain peran (Role Playing) pada siswa kelas V SDN Cikawung IV. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian diharapkan dapat menjadi bahan acuan dalam melakukan penelitian, selanjutnya dengan menggunakan model pembelajaran Role Playing dalam pembelajaran IPS yang merupakan salah satu alternative model pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman konsep tentang penjajahan jepang di Indonesia. 2. Manfaat Praktis Adapun harapan dari penelitian ini adalah agar bermanfaat bagi semua pihak yang terkait, diantaranya: a. Bagi Peserta didik 1) Meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam pelaksanaan pembelajaran IPS pada materi penjajahan jepang di Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran Role Playing kelas V SDN Cikawung IV. 2) Melatih siswa untuk berpikir kritis, kreatif, dan bertanggung jawab. 3) Mendorong kreativitas siswa dalam pengungkapan penyelidikan masalah yang telah ia lakukan. 4) Memberi suasana baru bagi siswa dalam kegiatan mengajar yang diharapkan memberi semangat baru dalam belajar. b. Bagi Guru 1) Terwujudnya rencana pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Role Playing dalam pemahaman konsep pembelajaran IPS kelas V SDN Cikawung IV pada materi penjajahan jepang di Indonesia 2) Meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi guru professional. 3) Membuat guru menjadi peka dan cepat tanggap terhadap permasalahan yang terjadi pada kegiatan belajar mengajar di kelas. 4) Memberikan perbaikan dan menggunakan cara mengajar bagaiamana melatih siswa dalam pemahaman konsep pembelajaran IPS dengan model pembelajaran Role Playing kelas V SDN Cikawung IV. 5) Memperoleh masukan dari hasil penelitian tindakan kelas sebagai penelitian masalah dalam pembelajaran di mana penelitian tindakan kelas dapat memberikan wawasan kepada guru dalam melakukan perbaikan pembelajaran. c. Bagi Sekolah 1) Meningkatkan professional guru dalam perbaikan proses hasil belajar. 2) Meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan yang optimal. 3) Meningkatkan dan mengembangkan keterampilan dalam menyusun kegiatan belajar mengajar di sekolah. 4) dapat dijadikan sumber informasi berharga terutama dalam meningkatkan hasil belajar siswa sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran melalui perbaikan model atau metode pembelajaran yang di anggap relevan. d. Bagi Peneliti 1) Memberikan wawasan dalam pemahaman konsep pembelajaran IPS terutama dalam materi penjajahan jepang di Indonesia. Dengan menggunakan model Role Playing. 2) Pengalaman dalam melakukan penelitian terutama penelitian tindakan kelas yang berguna perbaikan pembelajaran selanjutnya. 3) Menambah pengetahuan sebagai bekal dalam dunia pendidikan dan untuk mengetahui fakta-fakta yang terjadi di dunia pendidikan terutama sekolah dasar. 4) Menambah wawasan dan pengalaman mengenai penerapan model pembelajarran Role Playing. e. Bagi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Diharapkan mampu mencetak calon-calaon guru yang berkualitas dan dapat dijadikan bahan pertimbanagan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model Role Playing menjadi model untuk meningkatkan kualiatas pendidikan. A. Kerangka Pemikiran Mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis Peneliti memilih menggunakan model pembelajaran Role Playing untuk meningkatkan pemahaman konsep pada mata pelajaran IPS tentang penjajahan jepang di Indonesia di kelas V Sekolah Dasar Negeri Cikawung IV, kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Role Playing. Berikut ini bentuk bagan kerangka berfikir untuk penelitian: Kerangka Berfikir gambar 1.1 Gambar kerangka berpikir pada penelitian tindakan kelas Sumber Kunandar (2008:276) B. Asumsi Asumsi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan unsur-unsur yang dimasalahkan yang kita terima sebagai kebenaran tanpa bukti-bukti. Pernyataan kebenaran ini sanagatlah penting agar kita dapat berkomunikasi dengan yang lain. Asumsi dari tindakan penelitian ini adalah untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dimuat dalam kurikulum 2006 yaitu Aspek pengembangan intelektual meliputi pengembangan kemampuan untuk mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungkungannya. Maka dalam pembelajaran di Sekolah Dasar kelas V pada materi penjajahan jepang di Indonesia dengan penggunaan model Role Playing dapat digunakan menjadi suatu alternatif pembelajaran, karena peserta didik dapat memperoleh pengetahuan dari sesama yang menjadikan peserta didik lebih memahami esensi materi dibandingkan dengan materi yang diperoleh langsung oleh pendidik. C. Hipotesis Hipotesis berasal dari bahasa latin Hypo dan Thesis. Hypo artinya setengah, Thesis artinya kesimpulan jadi hypothesis atau diterjemahkan menjadi hipotesis dapat diartikan sebagai suatu kesimpulan yang masih sementara atau setengah benar yang masih memerlukan pengujian dan pembuktian. Bila hipotesis itu sudah diuji secara empiris (dengan menggunakan data yang tersedia maka hipotesis ini akan menjadi test atau kesimpuan. Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah sebagai berikut, “ Penggunaan Role Playing untuk Meningkatkan pemahaman konsep Pada Mata Pelajaran IPS tentang penjajahan jepang di Indonesia di Kelas V Sekolah dasar Negeri Cikawung IV Kecamatan Terisi Kabupaten Indramayu, Lebih jelas penulis merinci hipotesis tindakan sebagai berikut: a. Rencana pelaksanaan pembelajaran dengan model Role Playing dapat meningkatakan pemahaman konsep IPS tentang penjajahan jepanag di Indonesia di Kelas V SDN Cikawung IV. b. Proses pembelajaran dengan penggunaan model pembelajaran Role Playing dapat meningkatkan pemahamn konsep IPS tentang penjajahan jepang di Indonesia di kelas V SDN Cikawung IV. D. Definisi Oprasional 1. Model Pembelajaran Role Playing Model role playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan yang dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh. Model ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam pertunjukan dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran. Menurut Gangel (1986) role playing adalah suatu model mengajar merupaka tindakan yang dilakukan secara sadar para pemain diskusi tentang peran dalam kelompok.Menurut Blatner (2002), role playing adalah sebuah model pembelajaran untuk mengeksplorasi hal-hal yang menyangkut situasi social yang kompleks. 2. Pemahaman Konsep Pemahaman konsep adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengemukakan kembali ilmu yang diperolehnya baik dalam bentuk ucapan maupun tulisan kepada orang sehingga orang lain tersebut benar-benar mengerti apa yang disampaikan. 3. Pembelajaran IPS Depdiknas (2006:37), Merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Ilmu Pengetahuan Sosial berfungsi untuk mengarahkan peserta didik menjadi warga negara Indonesia yang demokrasi, bertanggung jawab, serta menjadi warga dunia yang cinta damai. BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori dan Kaitannya Dengan Pembelajaran Yang Akan Diteliti 1. Hakikat Pembelajaran a. Pengertian Pembelajaran Dalam pembelajaran dapat beberapa pendapat yang melandasi aktifitas dan prosesnya. Robert M. Gagne mengemukakan beberapa pendapat yang melandasi proses pembelajaran yaitu : Pembelajaran bertujuan memberikan bantuan agar belajar siswa menjaji efektif dan efisien. Jadi guru hanya memberi bantuan dan bukan penentu keberhasilan dan kegagalan belajar siswa. Pembelajaran bersifat program. Sedangkan Wingkel berpendapat dalam bukunya yang berkudul Psikologi Pengajaran : Belajar adalah aktivitas mental ( psikis ) yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan – perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan bersifat konstan dan berbekas ( Wingkel, 1987, 36 ). Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dapat menghasilkan perubahan tingkah laku, baik potensial maupun actual. Perubahan tersebut berbentuk kemampuan baru yang dimiliki dalam waktu lama dan terjadi karena usaha sadar yang dilakukan oleh individu yang sedang belajar. 2. Pembelajaran IPS di SD IPS merupakan mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar. Pemberian mata pelajaran IPS di sekolah dasar bertujuan agar para siswa di sekolah dasar tersebut bisa mengetahui kejadian, peninggalan sejarah dan sebagainya yang ada pada zaman dahulu. Dengan adanya pembelajaran IPS di sekolah dasar, maka diharapkan siswa dapat membekali pengetahuan dan wawasan tentang konsep dasar ilmu sosial dan humaniora, memiliki kepakaan dan kesadaran terhadap masalah sosial yang ada disekitarnya, serta mampu memecahkan masalah sosial dengan baik. Pembelajaran IPS bukan merupakan program disiplin ilmu tetapi adalah suatu kajian tentang masalah-masalah sosial yang dikemas sedemikian rupa dengan mempertimbangkan faktor psikologis perkembangan peserta didik dan beban waktu kurikuler untuk program pendidikan. Sapriya (2012:7) berpendapat bahwa IPS yaitu: Istilah IPS di Indonesia mulai dikenal sejak tahun 1970-an sebagai hasil kesepakatan komunitas akademik dan secara formal mulai digunakan dalam system pendidikan nasional dalam kurikulum 1975. Dalam dokumen kurikulum tersebut IPS merupakan salah satu nama mata pelajaran yang diberikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Mata pelajaran IPS merupakan sebuah nama mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran sejarah, geografi, ddan ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya. Sedangkan Wahab (1998:8-9) berpendapat bahwa Studi sosial atau IPS yaitu: ilmu tentang manusia. Tidak ada bagian dari kurikulum yang amat memperhatikan masalah hubungan manusia selain studi sosial atau IPS yang memang dirancang untuk membantu kita semua memahami baik diri kita sendiri maupun orang lain dimulai dari lingkungan masalah hubungan manusia selain studi sosial atau IPS yang memang dirancang untuk membantu kita semua memahami baik diri kita sendiri maupun orang lain dimulai dari lingkungan keluarga, tetangga sampai pada mereka yang hidup nun jauh disebagian dari lingkaran dunia. Fokus kajian utama dalam pendidikan ilmu pengetahuan sosial adalah interaksi didalam masyarakat. Pentingnya pendidikan IPS dalam mengkaji hubungan antar manusia dalam berbagai dimensi kehidupannya, karena mengkaji hubungan manusia dalam berbagai ruang dan waktu merupakan karakteristik dan jati diri dari pendidikan IPS. a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Sumber bahan ajar Ilmu Pengetahuan Sosial diperoleh dari berbagai ilmu sosial yang di integrasikan menjadi satu dalam mata pelajaran, Dengan demikian pengajaran IPS di SD merupakan bagian integral dari bidang studi yang digabungkan dalam satu mata pelajaran yaitu pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). Beberapa pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menurut para ahli yaitu: 1) Somantri (Sapriya 2008:9) mengemukakan IPS adalah penyederhanaan atau disiplin ilmu-ilmu sosial humaniora serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan serta disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan. 2) Mulyono Tj. (1980:8) berpendapat bahwa IPS merupakan suatu pendekatan interdisipliner (inter-disciplinary approach) dari pelajaran ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, politik dan sebagainya. 3) Saidiharjo (1996:4) menyatakan bahwa IPS merupakan kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, politik. Berdasarkan beberapa pengertian IPS diatas, maka dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah pelajaran yang berhubungan dengan kesosialan masyarakat, seperti geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, politik dan sebagainya untuk mengorganisasikan kegiatan dasar manusia agar disajikan secara ilmiah untuk tujuan pendidikan. b. Fungsi Ilmu Pengetahuan Sosial Pembelajaran IPS di sekolah dasar berfungsi mengembangkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari yang terus berkembang sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih guna menciptakan generasi yang mandiri dan sejahtera. Sedangkan pengajaran sejarah berfungsi untuk menumbuhkan rasa cinta dan bangga terhadap perkembangan masyarakat Indonesia. Depdiknas (2004:2) menyatakan “IPS di SD dan MI berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, fakta, nilai, sikap dan keterampilan siswa tentang masayarakat, bangsa dan negara Indonesia.” Menurut Sapriya (2012:20) IPS berfungsi (a) untuk mengetahui tercapai tidaknya program yang telah ditetapkan, (b) sebagai bagian integral dari program pendidikan . Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah unutk mengetahui dan mengembangkan sikap, fakta serta keterampilan siswa dalam kehidupan bermasyarakat atau sosial. c. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial Secara umum pembelajaran ilmu pengetahuan sosial bertujuan untuk menumbuh kembangkan pengetahuan dan keterampilan sebagai dasar berkehidupan dalam masyarakat serta sebagai bekal dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa mampu memanfaatkan sumber daya alam yang ada disekitarnya dengan baik. Secara khususnya pembelajaran ilmu pengetahuan sosial ini bertujuan untuk menemukan bakat dan minat para siswa dalam menjalani kehidupan sehari-hari, sehingga siswa memahami hubungan manusia dengan lingkungan hidupnya. Beberapa tujuan IPS menurut para ahli yaitu: 1) Wahab (1998:9) mengemukakan bahwa tujuan pengajaran IPS di sekolah tidak semata-mata untuk member pengetahuan dan meghafal sejumlah fakta dan informasi akan tetapi lebih dari itu. Para siswa selain diharapkan memiliki pengetahuan mereka juga dapat mengembangkan keterampilannya dalam berbagai segi kehidupan dimulai dari keterampilan akademiknya sampai pada keterampilan sosialnya. 2) Somantri (2001:75) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan IPS bisa bervariasi mulai dari penekanan pada (1) pendidikan kewarganegaraan, (2) pemahaman dan penguasaan konsep-konsep ilmu-ilmu sosial, (3) bahan dan masalah yang terjadi dalam masyarakat yang dikembangkan secara reflektif. 3) Pasal 37 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas (2003:86) menjelaskan bahwa tujuan IPS adalah sebagai bahan kajian ilmu pengetahuan sosial antara lain ilmu bumi, sejarah, ekonomi, kesehatan dan sebagainya dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat. Berdasarkan beberapa tujuan IPS diatas, maka dapat disimpulkan bahwa IPS memiliki tujuan untuk memberikan pengetahuan dan informasi yang ada didalam IPS seperti ilmu bumi, sejarah, ekonomi, dan kesehatan agar lebih bisa menekankan pada pendidikan kewarganegaraan, pemahaman dan penugasan serta masalah yang terjadi didalam masyarakat. d. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial Secara mendasar, pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. IPS berkenaan dengan cara manusia memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan untuk memenuhi materi, budaya, kejiwaan, memamfaatkan sumber daya yang ada dipermukaan bumi mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya maupun kebutuhan lainnya dalam rangka mempertahankan kehidupan masyarakat manusia. Singkatnya IPS mempelajari, menelaah, dan mengkaji sistem kehidupan manusia di permukaan bumi ini dalam konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat. Pengajaran IPS pada jenjang pendidikan harus dibatasi sesuai dengan kemampuan peserta didik tiap jenjang, sehingga ruang lingkup pengajaran IPS pada jenjang pendidikan dasar berbeda dengan jenjang pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Ruang lingkup pembelajaran IPS meliputi (a) substansi materi ilmu-ilmu sosial yang bersentuhan dengan masyarakat dan (b) gejala, masalah, dan peristiwa sosial tentang kehidupan masyarakat. Kedua ruang lingkup pengajaran IPS ini harus diajarkan secara terpadu karena pengajaran IPS tidak hanya menyajikan materi-materi yang akan memenuhi ingatan peserta didik tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan sendiri sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Oleh karena itu, pengajaran IPS harus menggali materi-materi yang bersumber pada masyarakat. Dengan kata lain, pengajaran IPS yang melupakan masyarakat atau yang tidak berpijak pada kenyataan di dalam masyarakat tidak akan mencapai tujuannya. Menurut Nurdis Sumaatmadja, dkk (1997:1.14) menyatakan bahwa sebagai bidang pengetahuan, ruang lingkup IPS yaitu kehidupan manusia dalam masyarakat atau manusia sebagai anggota masyarakat atau dapat juga dikatakan dalam konteks sosial. Menurut Lise Chamisijatin, dkk (2009:1.29) menyatakan ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek berikut yaitu: 1) Manusia, tempat dan lingkungan 2) Waktu, keberlanjutan dan perubahan 3) Sistem sosial dan budaya 4) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan Dari beberapa pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup IPS meliputi masyarakat, karena dalam ruang lingkup IPS masyarakat mempunyai peran penting dalam kehidupan sosial. Maksudnya disini adalah kehidupan masyarakat yang menjadi patokan dalam ruang lingkup IPS, karena kehidupan masyarakat yang beraneka ragam memicu bermacam-macam faktor sosial yang timbul didalam lingkungan sosial. e. Karakteristik Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Pengertian IPS merujuk pada kajian yang memusatkan perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Berbagai dimensi manusia dalam kehidupan sosialnya merupakan fokus kajian dari IPS. Aktivitas manusia dilihat dari dimensi waktu yang meliputi masa lalu, sekarang dan masa depan. Aktivitas manusia yang berkaitan antara hubungan dengan interaksinya dengan aspek keruangan atau geografis. Aktivitas sosial manusia dalam memenuhi segala kehidupannya dalam dimensi arus produksi, distribusi dan konsumsi. Selain itu dikaji pula bagaimana manusia membentuk seperangkat peraturan sosial dalam menjaga pola interaksi sosial antar manusia. Tradisi pengembangan IPS di Indonesia banyak dipengaruhi oleh tradisi pengembangan social studies di Amerika Serikat, sedangkan pendidikan IPS lebih ditekankan pada bagaimana cara mendidik tentang ilmu-ilmu sosial atau lebih kepada penerapannya. Beberapa pendapat para ahli tentang karakteristik pendidikan IPS yaitu: 1) Menurut Somantri (2001:198) karakteristik pendidikan IPS sebagai suatu synthetic disciplines . Disebut synthetic disciplines karena pendidikan IPS bukan hanya harus mampu mensintesiskan konsep-konsep yang relevan antara ilmu-ilmu pendidikan dan ilmu-ilmu sosial, melainkan juga tujuan pendidikan dan pembangunan serta masalah-masalah sosial dalam hidup bermasyarakat pun yang sering disebut dengan ipoleksosbudhankam akan menjadi pertimbangan bahan pendidikan IPS. 2) Menurut Nana Supriatna, dkk (2009:5) karakteristik dari pendidikan IPS adalah pada upayanya untuk mengembangkan kompetensi sebagai warga negara yang baik. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas, maka peneliti menyimpulkan bahwa karakteristik pendidikan IPS merupakan pendidikan yang ilmu-ilmu pendidikan serta ilmu-ilmu sosialnya diambil secara nyata untuk memecahkan beberapa masalah sosial yang terjadi dikehidupan masyarakat. f. Kurikulum IPS SD Peraturan mentri pendidikan nasional republik indobesia no 22 Tahun 2006 Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah yaitu: Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esamenteri Pendidikan nasional,menimbang bahwa dalam rangka pelaksanaan pasal 8 ayat 3 pasal 10 ayat 3 pasal 11 ayat 4 pasal 12 ayat 2 dan pasal 18 ayat 3 peraturan pemerintah nomer 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan, perlu menetapkan peraturan tenteng standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. 3. Peraturan menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesianomor 41 Tahun 2007 Bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 24 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pen-didikan, perlu menetapkan Peraturan Men¬teri Pendidikan Nasional tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah; Mengingat : a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lem¬baran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Ne¬gara Republik Indonesia Nomor 4301); b. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidik¬an (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lem¬baran Negara Republik Indonesia Nomor 4496) ; c. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susun¬an Organisasi, clan Tatakerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005; d. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 mengenai pembentukan Kabinet In¬donesia Bersatu sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 31/P Tahun 2007; Menetapkan : Peraturan Menteri Pendidikan Na¬sional Tentang Standar Proses Un-tuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Pasal 1 a. Standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan me¬nengah mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pem¬belajaran, dan pengawasan proses pembelajaran. b. Standar Proses sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ter¬cantum pada Lampiran Peraturan Menteri ini. Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. 4. Karakteristik Usia SD Karakter menurut Puerwadarminta adalah watak, tabiat atau sifat-sifat kejiwaansedang menurut IR Pedjawijatna mengemukakan karakter atau watak adalah seluruh aku yang ternyata dalam tindakannya (insani). Dengan beberapa pengertian tersebut dapat penulis katakan bahwa karakteristik siswa adalah merupakan semua watak yang nyata dan timbul dalam suatu tindakan siswa dalah kehidupannya setiap saat. Sehingga dengan demikian, karena watak dan perbuatan manusia yang tidak akan lepas dari kondrat, dan sifat , serta bentuknya yang berbeda-beda, maka tidak heran jika bentuk dan karakter siswa juga berbeda-beda. Adapun bentuk dan karakter siswa SD khususnya adalah dapat di uraikan sebagai berikut. a. Bentuk –Bentuk karakteristik siswa SD 1) Senang bermain. Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih – lebih untuk kelas rendah. Guru sd seyogiyanya merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya. Guru hendaknya mengembangkan model pengajaran yang serius tapi santai. Penyusunan jadwal pelajaran hendaknya diselang saling antara mata pelajaran serius seperti ipa, matematika, dengan pelajaran yang mengandung unsur permainan seperti pendidikan jasmani, atau seni budaya dan keterampilan 2) Senang bergerak, Orang dewasa dapat duduk berjam-jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai siksaan. 3) Anak senang bekerja dalam kelompok. Dari pergaulanya dengan kelompok sebaya, anak belajar aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti: belajar memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada diterimanya dilingkungan, belajar menerimanya tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif), mempelajarai olah raga dan membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi. Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok. Guru dapat meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas secara kelompok. 4) Senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung. Ditunjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsep-konsep lama. Berdasar pengalaman ini, siswa membentuk konsep-konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan, jenis kelamin, moral, dan sebagainya. Bagi anak SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika anak melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi contoh bagi orang dewasa. Dengan demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh anak akan lebih memahami tentang solat jikalangsung dengan prakteknya. b. Perkembangan Anak Usia Sd 1) Pertumbuhan Fisik atau Jasmani Perkembangan fisik atau jasmani anak sangat berbeda satu sama lain, sekalipun anak-anak tersebut usianya relatif sama, bahkan dalam kondisi ekonomi yang relatif sama pula. Sedangkan pertumbuhan anak-anak berbeda ras juga menunjukkan perbedaan yang menyolok. Hal ini antara lain disebabkan perbedaan gizi, lingkungan, perlakuan orang tua terhadap anak, kebiasaan hidup dan lain-lain. Nutrisi dan kesehatan amat mempengaruhi perkembangan fisik anak. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan pertumbuhan anak menjadi lamban, kurang berdaya dan tidak aktif. Sebaliknya anak yang memperoleh makanan yang bergizi, lingkungan yang menunjang, perlakuan orang tua serta kebiasaan hidup yang baik akan menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak. Olahraga juga merupakan faktor penting pada pertumbuhan fisik anak. Anak yang kurang berolahraga atau tidak aktif sering kali menderita kegemukan atau kelebihan berat badan yang dapat mengganggu gerak dan kesehatan anak. 2) Perkembangan Intelektual dan Emosional Perkembangan intelektual anak sangat tergantung pada berbagai faktor utama, antara lain kesehatan gizi, kebugaran jasmani, pergaulan dan pembinaan orang tua. Akibat terganggunya perkembangan intelektual tersebut anak kurang dapat berpikir operasional, tidak memiliki kemampuan mental dan kurang aktif dalam pergaulan maupun dalam berkomunikasi dengan teman-temannya. Perkembangan emosional berbeda satu sama lain karena adanya perbedaan jenis kelamin, usia, lingkungan, pergaulan dan pembinaan orang tua maupun guru di sekolah. Perbedaan perkembangan emosional tersebut juga dapat dilihat berdasarkan ras, budaya, etnik dan bangsa. Perkembangan emosional juga dapat dipengaruhi oleh adanya gangguan kecemasan, rasa takut dan faktor-faktor eksternal yang sering kali tidak dikenal sebelumnya oleh anak yang sedang tumbuh. Namun sering kali juga adanya tindakan orang tua yang sering kali tidak dapat mempengaruhi perkembangan emosional anak. Misalnya sangat dimanjakan, terlalu banyak larangan karena terlalu mencintai anaknya. Akan tetapi sikap orang tua yang sangat keras, suka menekan dan selalu menghukum anak sekalipun anak membuat kesalahan sepele juga dapat mempengaruhi keseimbangan emosional anak. Perlakuan saudara serumah (kakak-adik), orang lain yang sering kali bertemu dan bergaul juga memegang peranan penting pada perkembangan emosional anak. Dalam mengatasi berbagai masalah yang sering kali dihadapi oleh orang tua dan anak, biasanya orang tua berkonsultasi dengan para ahli, misalnya dokter anak, psikiatri, psikolog dan sebagainya. Dengan berkonsultasi tersebut orang tua akan dapat melakukan pembinaan anak dengan sebaik mungkin dan dapat menghindarkan segala sesuatu yang dapat merugikan bahkan memperlambat perkembangan mental dan emosional anak. Stres juga dapat disebabkan oleh penyakit, frustasi dan ketidak hadiran orang tua, keadaan ekonomi orang tua, keamanan dan kekacauan yang sering kali timbul. Sedangkan dari pihak orang tua yang menyebabkan stres pada anak biasanya kurang perhatian orang tua, sering kali mendapat marah bahkan sampai menderita siksaan jasmani, anak disuruh melakukan sesuatu di luar kesanggupannya menyesuaikan diri dengan lingkungan, penerimaan lingkungan serta berbagai pengalaman yang bersifat positif selama anak melakukan berbagai aktivitas dalam masyarakat. 3) Perkembangan Bahasa Bahasa telah berkembang sejak anak berusia 4 – 5 bulan. Orang tua yang bijak selalu membimbing anaknya untuk belajar berbicara mulai dari yang sederhana sampai anak memiliki keterampilan berkomunikasi dengan mempergunakan bahasa. Oleh karena itu bahasa berkembang setahap demi setahap sesuai dengan pertumbuhan organ pada anak dan kesediaan orang tua membimbing anaknya. Fungsi dan tujuan berbicara antara lain: (a) sebagai pemuas kebutuhan, (b) sebagai alat untuk menarik orang lain, (c) sebagai alat untuk membina hubungan sosial, (d) sebagai alat untuk mengevaluasi diri sendiri, (e) untuk dapat mempengaruhi pikiran dan perasaan orang lain, (f) untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Potensi anak berbicara didukung oleh beberapa hal. Yaitu: (a) kematangan alat berbicara, (b) kesiapan mental, (c) adanya model yang baik untuk dicontoh oleh anak, (d) kesempatan berlatih, (e) motivasi untuk belajar dan berlatih dan (f) bimbingan dari orang tua. Di samping adanya berbagai dukungan tersebut juga terdapat gangguan perkembangan berbicara bagi anak, yaitu: (a) anak cengeng, (b) anak sulit memahami isi pembicaraan orang lain. 4) Perkembangan Moral, Sosial, dan Sikap Kepada orang tua sangat dianjurkan bahwa selain memberikan bimbingan juga harus mengajarkan bagaimana anak bergaul dalam masyarakat dengan tepat, dan dituntut menjadi teladan yang baik bagi anak, mengembangkan keterampilan anak dalam bergaul dan memberikan penguatan melalui pemberian hadiah kepada ajak apabila berbuat atau berperilaku yang positif. Terdapat bermacam hadiah yang sering kali diberikan kepada anak, yaitu yang berupa materiil dan non materiil. Hadiah tersebut diberikan dengan maksud agar pada kemudian hari anak berperilaku lebih positif dan dapat diterima dalam masyarakat luas. Fungsi hadiah bagi anak, antara lain: (a) memiliki nilai pendidikan, (b) memberikan motivasi kepada anak, (c) memperkuat perilaku dan (d) memberikan dorongan agar anak berbuat lebih baik lagi. Fungsi hukuman yang diberikan kepada anak adalah: (a) fungsi restruktif, (b) fungsi pendidikan, (c) sebagai penguat motivasi. Syarat pemberian hukuman adalah: (a) segera diberikan, (b) konsisten, (c) konstruktif, (d) impresional artinya tidak ditujukan kepada pribadi anak melainkan kepada perbuatannya, (e) harus disertai alasan, (f) sebagai alat kontrol diri, (g) diberikan pada tempat dan waktu yang tepat. 5. Model Pembelajaran Bermain Peran (Role Playing) a. Pengertian Model Pembelajaran Role playing Model pembelajaran role playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan yang dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh. Metode ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam ‘pertunjukan’, dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran. Menurut Gangel (1986) role playing adalah suatu model mengajar merupaka tindakan yang dilakukan secara sadar para pemain diskusi tentang peran dalam kelompok. Menurut Blatner (2002), role playing adalah sebuah model untuk mengeksplorasi hal-hal yang menyangkut situasi social yang kompleks. Role playing atau bermain peran adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang (Jill Hadfield, 1986). Dalam role playing murid dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas. Role playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain. Basri Syamsu, (2000). Menurut Departemen Pendidikan Nasional, (2002) yaitu: Pada model bermain peranan, titik tekanannya terletak pada keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam suatu situasi masalah yang secara nyata dihadapi. Murid diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa (bertanya dan menjawab) bersama teman-temannya pada situasi tertentu. Belajar efektif dimulai dari lingkungan yang berpusat pada diri murid. Menurut Boediono (2011:3) yaitu: Lebih lanjut prinsip pembelajaran memahami kebebasan berorganisasi, dan menghargai keputusan bersama, murid akan lebih berhasil jika mereka diberi kesempatan memainkan peran dalam bermusyawarah, melakukan pemungutan suara terbanyak dan bersikap mau menerima kekalahan sehingga dengan melakukan berbagai kegiatan tersebut dan secara aktif berpartisipasi, mereka akan lebih mudah menguasai apa yang mereka pelajari. Di dalam kelas, suatu masalah diperagakan secara singkat sehingga semua siswa bisa mengetahui situasi yang diperankan. Semuanya berfokus pada pengalaman kelompok. Guru harus mengenalkan situasinya dengan jelas sehingga tokoh dan penontonnya memahami masalah yang disampaikan. Sama seperti para pemainnya, penonton juga terlibat penuh dalam situasi belajar. Pada saat menganalisa dan berdiskusi, penonton harus memberikan solusi-solusi yang mungkin bisa digunakan untuk mengatasi masalah yang disampaikan. b. Manfaat Model Pembelajaran Role Playing Menurut Bobby DePorter (2000 : 12) manfaat yang dapat diambil dari model pembelajarn role playing adalah: 1) Role Playing dapat memberikan semacam hidden practise, dimana siswa tanpa sadar menggunakan ungkapan-ungkapan terhadap materi yang telah dan sedang mereka pelajari. 2) Role playing melibatkan jumlah murid yang cukup banyak, cocok untuk kelas besar. 3) Role playing dapat memberikan kepada siswa kesenangan karena role playing pada dasarnya adalah permainan. Dengan bermain siswa akan merasa senang karena bermain adalah dunia siswa. Masuklah ke dunia siswa, sambil kita antarkan dunia kita. Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa manfaat model pembelajaran bermain peran atau Role Playing adalah melibatkan beberapa siswa yang cukup banyak sehingga baik untuk digunakan untuk kelas besar, dan siswa menjadi senang belajar karena model bermain peran ini pada dasarnya adalah sebuah permainan jadi siswa merasa senang dalam belajarnya. c. Tujuan Model pembelajaran Role Playing Tujuan pembelajaran model Role Playing Menurut Zuhaerini (1983: 56), model ini digunakan apabila pelajaran dimaksudkan untuk: 1) Menerangkan suatu peristiwa yang di dalamnya menyangkut orang banyak, dan berdasarkan pertimbangan didaktik lebih baik didramatisasikan daripada diceritakan, karena akan lebih jelas dan dapat dihayati oleh anak; 2) Melatih anak-anak agar mereka mampu menyelesaikan masalah-masalah social psikologis; dan 3) Melatih anak-anak agar mereka dapat bergaul dan memberi kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang lain beserta masalahnya. Menurut Drs. Syaiful Bahri Djamatah (2010: 88) tujuan model pembelajaran bermain peran adalah : 1) Agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain 2) Dapat belajar sebagai mana membagi tanggung jawab 3) Dapat belajar sebagai mana mengambil keputusan dalam situasi kelompok secara spontan. 4) Merangsang kelas untuk berfikir dan memecahkan masalah Dari pendapat Drs. Syaiful Bahri Djamatah dan Zuhaerini (1983: 56) dapat kita simpulkan bahwa tujuan model role playing yaitu dapat melatih siswa untuk bergaul dengan temannya, belajar melatih tanggung jawab, siswa dilatih untuk berfikir kritis dan dapat memecahkan masalah dan dapat belajar mengambil keputusan dalam kelompok secara spontan. d. Prinsip Dasar Model Pembelajaran Role Playing Prinsip dasar model pembelajaran bermain peran menurut Nur (2007: 5) prinsip dasar alam pembelajaran bermain sebagai berikut: 1) Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya. 2) Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota adalah tim. 3) Kelompok mempunyai tujuan yang sama. 4) Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya. 5) Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi. 6) Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya. 7) Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok bermain Berdasarkan prinsip di atas dapat kita simpulkan bahwa model bermain peran ini siswa harus bertanggung jawab atas kelompok nya, setiap siswa akan diminta pertanggung jawabannya secara individual, setiap siswa membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama. e. Kelebihan Model Pembelajaran Role Playing Kelebihan model Role Playing melibatkan seluruh siswa berpartisipasi, mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerja sama. Siswa juga dapat belajar menggunakan bahasa dengan baik dan benar. Selain itu, kelebihan model bermain peran menurut Drs.Aswan Zain (2010:89) adalah, sebagai berikut: 1) Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh. 2) Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda. 3) Guru dapat mengevaluasi pengalaman siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan. 4) Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Disamping merupakan pengaman yang menyenangkan yang saling untuk dilupakan. 5) Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias. 6) Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi 7) Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri. 8) Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa, dan dapat menumbuhkan / membuka kesempatan bagi lapangan kerja. 9) Siswa melatih dirinya untuk memahami dan mengingat isi bahan yang akan diperankan. Sebagai pemain harus memahami, menghayati isi cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi yang harus diperankannya. Dengan demikian, daya ingatan siswa harus tajam dan tahan lama. 10) Siswa akan berlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu bermain peran para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia. 11) Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah. 12) Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaikbaiknya. 13) Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya. 14) Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang lebih baik agar mudah dipahami orang lain Kelebihan model Role Playing melibatkan seluruh siswa berpartisipasi, mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerja sama. Siswa juga dapat belajar menggunakan bahasa dengan baik dan benar. Jadi inti dari kelebihan metode role playing ini Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh, Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda, Guru dapat mengevaluasi pengalaman siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan, Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Disamping merupakan pengaman yang menyenangkan yang saling untuk dilupakan,Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias, Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi , Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri, Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa, dan dapat menumbuhkan / membuka kesempatan bagi lapangan kerja. f. Kelemahan Model Pembelajaran Role Playing Hakekatnya sebuah ilmu yang tercipta oleh manusia tidak ada yang sempurna, semua ilmu ada kelebihan dan kekurangan. Jika kita melihat model Role Playing dalam dalam cakupan cara dalam prooses mengajar dan belajar dalam lingkup pendidikan tentunya selain kelebihan terdapat kelemahan. Kelemahan model role playing antara lain: 1. Model pembelajaran bermain peranan memelrukan waktu yang relatif panjang/banyak. 2. Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid. Dan ini tidak semua guru memilikinya. 3. Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerlukan suatu adegan tertentu. 4. Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain pemeran mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai 5. Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui model ini 6. Sebagian anak yang tidak ikut bermain peran menjadi kurang aktif. 7. Banyak memakan waktu. 8. Memerlukan tempat yang cukup luas. 9. Sering kelas lain merasa tejrganggu oleh suara para pemain dan tepuk tangan penonton/pengamat. Hakekatnya sebuah ilmu yang tercipca oleh manusia tidak ada yang sempurna, semua ilmu ada kelebihan dan kekurangan. Jika kita melihat model Role Playing dalam cakupan cara dalam prooses mengajar dan belajar dalam lingkup pendidikan tentunya selain kelebihan terdapat kelemahan.Kelemahan model Role Palying dapat kita simpulkan Model bermain peranan memelrukan waktu yang relatif panjang/banyak, Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid. Dan ini tidak semua guru memilikinya, Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerlukan suatu adegan tertentu, Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain pemeran mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai, Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui model ini. 6. Pemahaman Konsep a. Pengertian Konsep Konsep merupakan suatu kata atau pernyataan abstrak yang berguna unyuk mengelompokan benda, ide atau peristiwa. Menurut Banks (1977 : 85). Contoh konsep adalah pantai, silsilah keluarga, norma, pemerintah, pasar, dan sebagainya Menurut S. Hamid Husen (1995) dalam sapria (2009:43) mengemukakan bahwa: Konsep adalah pengabstrasikan dari sejumlah benda yang memiliki karakteristik yang sama konsep dapat dinyatakan dalam sejumlah bentuk kongkrit atau abstrak, luas atau sempit satu kata prase. Beberpa konsep yang bersifat kongkrit misalnya: manusia, gunung, tanah, rumah, negara dan sebagainya. Menurut Suprya (2007:43) konsep adalah : penanaman pembelajaran lebel untuk sesuatu yang membantu seseorang mengenal mengerti dan memahami sesuatu tersebut. Konsep adalah suatu istilah pengungkapan abstrak yang digunakan untuk tujuan mengklasifikasikan atau mengkatagorikan suatu kelompok atau suatu benda gagasan atu juga peristiwa. Konsep dapat dipelajari dengan efektif jika disertai dengan mengemukakan sejumlah contoh yang efektif jika di sertai dengan mengemukakan sejumlah contoh yang positif misalnya jika kita menemukan konsep kota akan segera dipahami disebutkan conto-contohnya seperti Jakarta, Bandung, Medan dan sebagainya. Konsep dapat dinyatakan dalam sejumlah bentuk kongkrit atau abstrak, luas atau sempit. Beberapa konsep yang bersifat kongkrit misalnya manusia, gunung, lautan daratan, rumah, negara, dan sebagainya. Kata-kata tersebut merupakan benda kongkrit yang dapat dilihat diraba dan dirasakan, sementara itu konsep yang bersifat abstrak adalah ; demokrasi, kejujuran, kebebasan, kesetiaan, keadilan dan lain- lain. Terdapat beberapa konsep yang begitu luas dan abstrak sehingga sulit dirumuskan. Oleh karena itu harus dirumuskan agar dapat dipahami misalnya saja konsep tentang kebudayaan, kasih sayang dan lain-lain. Sementara itu ada konsep yang sangat sempit mudah di pahami dapat dilihat dan dirasakan dan penggunaannya pun sangat terbatas misalnya rumah. Menurut Bloom (1979 vestari 2009) Pemahaman konsep yaitu: Kemampuan menangkap pengertian seperti mampu menangkap suatu materi yang disajikan dalam bentuk yang lebih dipahami, mampu memberikan implementasi dan mampu mengaplikasikannya. Sedangkan menurut Mastil dan Jonson (2011:22) mengemukakan bahwa pemahaman konsep adalah dengan kata-kata berbeda yang terdapat dalam buku teks menarik kesimpulan misalnya tabel atau grafik dan sebagainya. Menurut Nana Sudjana (2010: 4) menjelaskan bebrapa arti pemahaman yang bersifat oprasional. Pemahaman diartikan sebagai melihat suatu hubungan. Pemahaman disini mengandung arti dari definisi yang pertama. Pemahaman diartikan sebagai penggunaan fakta.arti pemahaman ini lebih dekat pada katagori definisi kedua. Kita dapat mengatakan seseorang memahami suatu objek, proses, ide, fakta, jika ia dapat melihat bagaimana menggunakan fakta itu dalam berbagai tujuan. Berdasarkan pendapat tersebut pemahaman konsep adalah kemampuan seseorang dalam menerapkan atau mengungkapkan sesuatu dengan kata-kata sendiri dan mampu untuk menarik kesimpulan untuk lebih berfikir kritis dan cermat dalam memahami yang ia pelajari. Menurut depdiknas ( http:// ahli-definisi.blogspot.com/2011/03 definisi pemahaman konsep. Html diakses tanggal 31 maret 2013) menjelaskan indikator pemahaman konsep adalah sebagai berikut : 1) Menyatakan ulang sebuah konsep 2) Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu( sesuai dengan konsepnya). 3) Memberi contoh dan non contoh dari konsep. 4) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk rprensi matematis. 5) Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep penggunaan prosedur atau oprasi tertentu. 6) Mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah 7. Hasil Belajar Setiap pengalaman individu mengandung proses asimilasi dan akomodasi. Apabila individu mempunyai struktur kognitif dengan yang bersangkutan maka akan terjdai asimilasi, tetapi pada keadaan di mana tidak ada struktur kognitif, maka perlu adanya proses akomodasi. Proses pendidikan adalah merupakan salah satu aktivitas manusia. Fungsi motivasi dalam proses pendidikan adalah membangkitkan dorongan untuk melakukan aktivitas dalam pendidikan. Keaktifan dapat menghasilkan perubahan dalam kognitif, psikomotor dan afektif siswa. Perubahan relatif konstan dan terbatas. Perumusan ini berlaku bagi setiap pembelajaran dalam proses belajar-mengajar. Keberhasilan belajar siswa ditentukan oleh beberapa faktor yang menunjang terhadap keberhasilan proses belajar-mengajar tersebut. Faktor metode mengajar akan berkaitan dengan model pembelajaran yang diterangkan. Pemikiran anak-anak usia sekolah dasar disebut pemikiran operasional konkrit, yakni aktivitas mental yang difokuskan pada objek-objek dan peristiwa-peristiwa nyata yang dapat diukur. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mencoba memaparkan sebuah makalah tentang aspek-aspek dasar psikologis manusia khususnya tentang perkembangan kognitif. 8. Pengertian Kognitif Teori-teori kognitif didasarkan pada asumsi bahwa kemampuan kognitif merupakan sesuatu yang fundamental dan yang membimbing tingkah laku anak. Dengan kemampuan kognitif ini maka anak dipandang sebagai individu yang secara aktif membangun sendiri pengetahuan mereka tentang dunia.Perkembangan kognitif merupakan salah satu perkembangan manusia yang berkaitan dengan pengetahuan, yakni semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individeu mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Menurut Drever (Kuper & Kuper, 2000) disebutkan bahwa kognisi adalah istilah umumyang mencakup segenap model pemahaman, yakni persepsi, imajinasi, penangkapan makna, penialain, dan penalaran. Sedangkan menurut Piaget (Hetherington & Parke, 1975) menyebutkan bahwa ” kognitif adalah bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian di sekitarnya”. Pieget memandang bahwa anak memainkan peran aktif di dalam menyusunpengetahuannya mengenai realitas, anak tidak pasif menerima informasi. Selanjutnya walaupun proses berpikir dan konsepsi anak mengenai realitas

Item Type: Thesis (Skripsi(S1))
Subjects: S1-Skripsi
Divisions: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > PGSD 2014
Depositing User: Iyas -
Date Deposited: 20 Jul 2016 19:23
Last Modified: 20 Jul 2016 19:23
URI: http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/5725

Actions (login required)

View Item View Item