DAMPAK ASEAN-CHINA FREE TRADE AREA (ACFTA) TERHADAP STRATEGI PERUSAHAAN KERAJINAN BORDIR INDONESIA ( Studi kasus Perusahaan Kerajinan Bordir di Tasikmalaya – Indonesia )

Rudi Ahmad Fauzi 082030006, RAF (2016) DAMPAK ASEAN-CHINA FREE TRADE AREA (ACFTA) TERHADAP STRATEGI PERUSAHAAN KERAJINAN BORDIR INDONESIA ( Studi kasus Perusahaan Kerajinan Bordir di Tasikmalaya – Indonesia ). Skripsi(S1) thesis, FISIP UNPAS.

[img]
Preview
Text
bab I.pdf

Download (245kB) | Preview
[img]
Preview
Text
LEMBAR PENGESAHAN rudi.pdf

Download (187kB) | Preview
[img]
Preview
Text
BAB II.pdf

Download (201kB) | Preview

Abstract

Produk tekstil khususnya bordir hanya merupakan salah satu contoh produk China yang berharga murah. Di Indonesia, produk tekstil bordir dari China memang terdengar sangat merisaukan. Kekhawatiran muncul dari berbagai kalangan, salah satunya para pengusaha bordir Tasikmalaya. Mereka merasa bahwa produk bordir China merupakan ancaman tersendiri bagi industri bordir dalam Negeri. Ancaman tersebut ternyata tidak saja dalam menjaga atau merebut pasar ekspor, tetapi juga dalam menguasai pasar dalam Negeri. Masuknya produk bordir China yang terkenal murah dan mempunyai kualitas yang baik menimbulkan adanya berbagai tuntutan yang menghendaki agar pemerintah melakukan sesuatu agar dapat melindungi industri dalam Negeri. Untuk menghadapi masalah ancaman impor tektil bordir dari China memang sangat diperlukan adanya koordinasi dari pemerintah melaui instansi yang terkait. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana latar belakang dari kerjasama ASEAN-China Free Trade Area, selanjutnya mendeskripsikan sejauh mana kesiapan para pengusaha kerajinan bordir Tasikmalaya mengahadapi membanjirnya produk-prduk China dipasaran setelah diberlakukannya ACFTA, serta menganalisa dampak dari ACFTA terhadap perusahaan-perusahaan kerajinan bordir di Tasikmalaya. Dengan hipotesis “Jika ancaman banjirnya produk China di Indonesia dapat disiasati oleh UMKM bordir Tasikmalaya dengan cara meningkatkan kualitas produk bordir Tasikmalaya maka akan mampu bersaing dengan produk China”. Metode yang digunakan adalah metode Deskriptif Analitis, yang bertujuan menggambarkan suatu fenomena dalam hal ini mengenai membludaknya produk China khususnya produk bordirnya yang mana lambat laun mulai menindas produk lokal di pasaran, sehingga membuat para produsen bordir di Tasikmalaya terus berupaya membuat inovasi untuk menyainginya. Metode ini pada akhirnya akan dapat dikomparasikan dengan prediksi realita masa yang akan datang. Hasil dari penelitian ini adalah: "Bombardir" produk China yang bebas masuk ke Indonesia lebih banyak mendatangkan kerugian daripada keuntungan. Khususnya bagi para pelaku industri bordir lokal. Oleh sebab itu, jika kondisi itu berlangsung terus menerus, ke depan dipastikan industri tesktil bordir lokal akan gulung tikar. Setali tiga uang dengan kondisi tersebut, industri kerajinan bordir besar yang menjual produknya ke pasar ekspor juga akan mengalami persaingan yang semakin ketat dari Negara lain. Dalam hal ini Pemerintah melakukan beberapa upaya dalam meningkatkan daya saing nasional anatar lain: Pertama, Meningkatkan daya saing produk. Kedua, Pengamanan pasar dan produk Indonesia. Ketiga, Peningkatan pencitraan Indonesia (Nation branding) di dalam dan luar negeri melalui promosi produk-produk Indonesia dan mendorong penggunaan produk Indonesia di dalam negeri. Kata kunci: Kerjasama Internasional, ACFTA, Bordir

Item Type: Thesis (Skripsi(S1))
Subjects: S1-Skripsi
Divisions: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik > Hubungan Internasional 2008
Depositing User: Irawan Whibiksana
Date Deposited: 17 Mar 2016 07:42
Last Modified: 19 Mar 2016 03:46
URI: http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/388

Actions (login required)

View Item View Item