Maulidia, Syahra (2025) RASIONALITAS DAN MOTIF KEPUTUSAN INDONESIA DALAM KEANGGOTAAN BRICS DITENGAH RIVALITAS AS – TIONGKOK. Skripsi(S1) thesis, FISIP UNPAS.
![]() |
Text
KATA PENGANTAR.pdf Download (280kB) |
![]() |
Text
REFERENSI.pdf Download (232kB) |
![]() |
Text
LEMBAR PENGESAHAN.pdf Download (4MB) |
![]() |
Text
ABSTRAK.pdf Download (211kB) |
![]() |
Text
DAFTAR ISI.pdf Download (210kB) |
![]() |
Text
COVER.pdf Download (214kB) |
![]() |
Text
BAB I.pdf Download (505kB) |
![]() |
Text
BAB II.pdf Download (342kB) |
Abstract
Penelitian ini bertujuan menjawab dua pertanyaan utama: pertama, bagaimana rasionalitas keputusan Indonesia bergabung dengan BRICS dapat dijelaskan melalui Model Aktor Rasional (RAM); kedua, apakah perilaku Indonesia mencerminkan motif revisionist terhadap tatanan internasional, atau justru menunjukkan sikap status quo seeker di tengah rivalitas Amerika Serikat– Tiongkok. Pertanyaan ini berangkat dari realitas kontemporer yang ditandai oleh melemahnya liberal international order dan menguatnya multipolaritas yang dipelopori Global South. Sebagai middle power, Indonesia menghadapi dilema strategis: mempertahankan keterikatan dengan tata kelola Barat atau membuka kanal alternatif melalui BRICS untuk memperluas ruang diplomasi dan pengaruh global. Metodologi yang digunakan adalah kualitatif deskriptif-analitis dengan kerangka RAM, Neorealisme Struktural, konsep voice opportunity, serta dikotomi Status Quo vs Revisionist Power. Data bersumber dari dokumen resmi pemerintah, publikasi lembaga internasional, dan media kredibel periode 2022–2025. Analisis dilakukan terhadap proses pengambilan keputusan Indonesia, mulai dari identifikasi tujuan, pertimbangan opsi, hingga pilihan final menjadi anggota penuh BRICS pada Januari 2025. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keputusan tersebut merupakan kalkulasi rasional untuk mengamankan kepentingan nasional dalam struktur global multipolar. BRICS dinilai memberi keuntungan konkret berupa akses pendanaan alternatif melalui NDB, perluasan pasar Selatan–Selatan, serta penguatan posisi tawar terhadap dominasi kekuatan besar. Keputusan ini bukan simbolis atau ideologis, melainkan langkah strategis berbasis pertimbangan cost- benefit. Sementara itu, motif strategis Indonesia tidak dapat dikategorikan secara biner. Evaluasi atas tiga indikator: level of participation, level of obedience, dan response to power redistribution—menunjukkan bahwa Indonesia berada pada zona abu-abu (grey zone) antara status quo pragmatis dan revisionist moderat. Di satu sisi, Indonesia tetap aktif dalam forum berbasis liberal order, tetapi di sisi lain juga memperkuat keterlibatan di BRICS sebagai kanal alternatif untuk solidaritas Global South. Dengan demikian, strategi Indonesia merepresentasikan sintesis antara rasionalitas kalkulatif, otonomi strategis, dan aspirasi normatif menuju sistem global yang lebih adil dan inklusif. Posisi ini mencerminkan diplomasi fleksibel khas middle power yang adaptif sekaligus transformatif, serta menunjukkan bagaimana Indonesia menavigasi rivalitas global tanpa kehilangan ruang manuver untuk kepentingan jangka panjang. Kata Kunci: BRICS, Indonesia, Model Aktor Rasional, status quo vs revisionist, voice opportunity, kebijakan luar negeri
Item Type: | Thesis (Skripsi(S1)) |
---|---|
Subjects: | S1-Skripsi |
Divisions: | Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik > Hubungan Internasional 2025 |
Depositing User: | Drs Iwan Ridwan |
Date Deposited: | 02 Oct 2025 02:19 |
Last Modified: | 02 Oct 2025 02:19 |
URI: | http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/78801 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |