Karim, Iqra Ramadhan (2024) RESPON IRAN TERHADAP KEMATIAN JENDERAL QASEM SOLEIMANI OLEH DRONE MILITER AMERIKA SERIKAT. Skripsi(S1) thesis, FISIP UNPAS.
Text
RINGKESAN.docx Download (13kB) |
|
Text
DAFTAR ISI.docx Download (15kB) |
|
Text
HALAMAN PERSETUJUAN.docx Download (13kB) |
|
Text
KATA PENGANTAR.docx Download (16kB) |
|
Text
COVER.docx Download (499kB) |
|
Text
DAFTAR PUSTAKA.docx Download (20kB) |
|
Text
ABSTRACT.docx Download (13kB) |
|
Text
BAB I.docx Download (22kB) |
|
Text
BAB II.docx Download (57kB) |
|
Text
ABSTRAK.docx Download (13kB) |
Abstract
Pada masa Dinasti Pahlavi tepatnya pada tahun 1924 setelah runtuhnya Dinasti Qajar, Iran mempunyai hubungan yang harmonis dengan Amerika Serikat dengan menjalin kerjasama pada bidang kemiliteran, dan juga AS mempunyai pengaruh yang besar pada saat Dinasti Pahlavi berkuasa. Bercokolnya AS pada saat dinasti Pahlavi ialah sebagai bentuk dominasi dan hegemoni AS agar tanah Persia tidak direnggut atau dikuasai oleh negara lain, seperti pada saat itu Uni Soviet yang sedang melakukan pengaruhnya juga di Iran. Amerika Serikat kuat dalam mengatur, mengendalikan, bahkan memengaruhi konstelasi politik Iran, sehingga AS berhasil untuk mencapai tujuan dan kepentingannya di Iran pada masa itu. Di akhir masa kepemimpinan Pahlavi, Iran berada di situasi politik yang memanas. Masyarakat dan kaum revolusioner merasa tidak puas dengan orientasi politik Iran pada masa itu yang sangat mengarah Barat tidak berpandang pada Islam. Kaum Revolusioner Iran ditunggangi oleh Ulama-ulama, dan salah satu penggerak Revolusi Iran ialah Ayatullah Rahullah Sayyid Musavi Khomeini pada tahun 1979. Hubungan yang konfrontatif antar keduanya bermula saat pecahnya peristiwa Revolusi Islam. Pemutusan hubungan diplomatik dilakukan oleh presiden Carter terhadap Iran. Namun di era modern, pada saat pemerintahan Obama dan Rouhani Iran dan AS melakukan normalisasi hubungan dengan melakukan perjanjian nuklir (JCPOA). Namun pada tahun 2017, Donald Trump melakukan pengunduran diri dari JCPOA yang menjadi akar permasalah hubungan Iran dan AS kian memanas. Eskalasi konflik dengan terjadinya peristiwa baru yaitu pembunuhan Jenderal Iran, Qasem Soleimani, oleh drone militer Amerika Serikat di Bandara Internasional Baghdad pada 3 Januari 2020. Soleimani adalah sosok yang dihormati di tanah Persia sekaligus yang ditakuti oleh AS dan sekutunya di kawasan. Ia merupakan perwira IRGC di Pasukan Quds sekaligus otak strategi Iran dalam operasi militer di kawasan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif, juga didukung melalui studi kepustakaan. Penelitian ini menggunakan beberapa landasan konseptual, yaitu Realisme, Rivalitas, dan Deterrence sebagai alat analisis dalam penelitian “Respon Iran Terhadap Kematian Jenderal Qasem Soleimani Oleh Drone Militer AS”. Penelitian ini memberai pada hubungan Iran dan Amerika, rekam jejak Soleimani, dan respon Iran terhadap kematian Soleimani. Iran dan AS sebagai negara yang memiliki hubungan pasang surut. Pembunuhan terhadap Soleimani menjadi babak baru konflik keduanya. Pasca tragedi, Iran melakukan respon langsung dengan menyerang atau meluncurkan rudal balistiknya ke dua markas militer Amerika Serikat, Pangkalan Erbil dan Pangkalan Ain al-Asad yang berada di Irak, namun kerusakan yang signifikan ialah pada Pangkalan Ain al-Asad. Respon langsung Iran sebagai bentuk deterrence untuk upaya Iran mengancam dan memperingatkan Amerika Serikat dalam bertindak langsung atau mengambil keputusan yang merugikan bagi Iran di kemudian hari. Rivalitas keduanya kembali berlanjut. Kata Kunci: hubungan Iran-AS, Qasem Soleimani, Respon Deterrence Iran
Item Type: | Thesis (Skripsi(S1)) |
---|---|
Subjects: | S1-Skripsi |
Divisions: | Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik > Hubungan Internasional 2024 |
Depositing User: | Drs Iwan Ridwan |
Date Deposited: | 02 Oct 2024 01:45 |
Last Modified: | 02 Oct 2024 01:45 |
URI: | http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/71003 |
Actions (login required)
View Item |