n, endah (2024) . Disertasi(S3) thesis, UNIVERSITAS PASUNDAN.
|
Text
Endah Marlova .pdf Download (343kB) | Preview |
|
Text
ABSTRAK DISERTASI ENDAH DIS.docx Download (18kB) |
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk melihat kondisi dan potensi dari usaha mikro, kecil, dan menengah di Bandung, Indonesia dan Seoul, Korea Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada usaha mikro, kecil, dan menengah karena mereka memberikan kontribusi besar pada pertumbuhan ekonomi daerah dan negara. Oleh karena itu, usaha mikro, kecil, dan menengah dijuluki sebagai tulang punggung ekonomi atau penopang perekonomian. Menjadi pondasi untuk memperkokoh kekuatan ekonomi lokal, melalui karakteristik dan kesitimewaan yang muncul dari produk dalam negeri. Usaha mikro, kecil, dan menengah di Kota Bandung memiliki tiga sektor unggulan yaitu fesyen, kuliner, dan craft, sedangkan usaha mikro kecil dan menengah di Seoul terkenal melalui sektor usaha fesyen, beauty, dan kuliner. Seoul melakukan transformasi ekonomi melalui inovasi kebijakan untuk menumbuhkan perekonomian secara cepat, sehingga mampu menciptakan peluang. Penelitian ini menggunakan metode komparatif dengan pendekatan kualitatif dan menggunakan langkah-langkah benchmarking. Benchmarking industry dilaksanakan dengan membandingan usaha mikro, kecil, dan menengah yang mempunyai ciri-ciri teknologikal dan pasar yang sama. Temuan yang didapatkan dalam penelitian ini di antaranya, pertama pelaksanaan inovasi kebijakan di Kota Bandung memiliki permasalahan seperti kurangnya konsistensi dan koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Kedua, rendahnya komitmen pemerintah daerah yang diperparah dengan pergantian pemimpin menyebabkan berubahnya kebijakan dari pusat ke daerah. Ketiga, minimnya jumlah dan kualitas tenaga kerja pendampingan pelaku usaha. Keempat, bantuan hibah atau dana tidak tepat sasaran, masih ada pelaku usaha yang berbuat curang untuk mendapatkan keuntungan walaupun tidak memiliki usaha. Kelima, tidak ada permodalan langsung yang diberikan dan tidak ada fasilitas untuk mengakses pembiayaan bagi pelaku usaha. Keenam, kurang masifnya sosialisasi yang dilakukan terhadap program-program yang disediakan oleh pemerintah. Ketujuh, terjadi diskresi aturan yang memiliki kriteria sangat tinggi, yang tidak sesuai dengan potensi dari usaha mikro, kecil, dan menengah. Kedelapan, benturan kebijakan dalam melakukan promosi pemasaran. Terakhir, adanya kesulitan dalam transfer of knowledge kepada para pelaku usaha tentang pemanfaatan teknologi di tengah perkembangan zaman yang dinamis. Implikasi dari penelitian ini adalah menjadikan Seoul sebagai role model dalam menghasilkan adopsi keunggulan inovasi kebijakan yang dapat disesuaikan dengan kondisi dan potensi usaha mikro, kecil, dan menengah yang ada di Kota Bandung. Sebagai simpulan, inovasi kebijakan Kota Bandung belum optimal dilihat dari tujuh dimensi yang diproposisikan oleh Jean Eric Aubert yaitu strategi teknologi, institusi, kerangka hukum, fokus kebijakan, agen perubahan, pendekatan reformasi, dan karakteristik budaya serta perilaku, sehingga diperlukan strategic benchmarking inovasi kebijakan dengan Seoul. Selain itu, novelty penelitian ini termanifestasi dalam konsep perubahan inovasi kebijakan usaha mikro, kecil, dan menengah seperti government design, strategic agility, digital economy, dan global corporation. Dengan mengaplikasikan kebaruan penelitian ini, diharapkan usaha mikro, kecil, dan menengah mengalami pertumbuhan yang signifikan. Kata Kunci: Strategic benchmarking, inovasi kebijakan, usaha mikro, kecil, dan menengah.
Item Type: | Thesis (Disertasi(S3)) |
---|---|
Subjects: | RESEARCH REPORT |
Divisions: | Pascasarjana > S3-Ilmu Sosial 2024 |
Depositing User: | Mr soeryana soeryana |
Date Deposited: | 30 Sep 2024 03:16 |
Last Modified: | 30 Sep 2024 03:16 |
URI: | http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/70867 |
Actions (login required)
View Item |