PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MATERI SISTEM ADMINISTRASI WILAYAH INDONESIA

RIZKY TRI SETIAWAN, 105060301 (2016) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MATERI SISTEM ADMINISTRASI WILAYAH INDONESIA. Skripsi(S1) thesis, FKIP UNPAS.

[img] Text
cover.docx

Download (98kB)
[img] Text
lembar pegesahan.docx

Download (18kB)
[img] Text
Motto.docx

Download (13kB)
[img] Text
lembar pernyataan.docx

Download (14kB)
[img] Text
abstrak.docx

Download (16kB)
[img] Text
abstrak inggris kiki.doc

Download (24kB)
[img] Text
kata pengantar1.docx

Download (13kB)
[img] Text
ucapan terima kasih.docx

Download (17kB)
[img] Text
daftar pustaka.docx

Download (17kB)
[img] Text
BAB I baru.docx

Download (30kB)
[img] Text
BAB II baru autosave.docx

Download (49kB)
[img] Text
BAB III.docx
Restricted to Repository staff only

Download (50kB)
[img] Text
BAB IV.docx
Restricted to Repository staff only

Download (163kB)
[img] Text
BAB IV.docx
Restricted to Repository staff only

Download (163kB)
[img] Text
BAB V.docx
Restricted to Repository staff only

Download (18kB)
[img] Text
daftar pustaka.docx

Download (17kB)
[img] Text
riwayat hidup penulis.docx

Download (2MB)

Abstract

ABSTRAK Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dengan tujuan untuk memperbaiki pembelajaran IPS di Sekolah Dasar khususnya di kelas VI pada materi perkembangan system administrasi wilayah Indonesia dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri. Peneltian ini dilatarbelakangi oleh hasil temuan dalam kegiatan observasi di kelas VI SDN Tlajung Udik 01 Kabupaten Bogor yang menggambarkan hasil prestasi belajar yang belum memenuhi KKM yang ditetapkan. Penelitian Tindakan kelas ini berlangsung dalam 3 siklus, tiap siklus terdiri dari 4 tahap yakni perencanaan, pelaksanaan dan observasi, evaluasi dan analisis serta refleksi. Dalam tiap siklusnya dilaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri yang terdiri dari 6 tahap yaitu:1) Orientasi 2) Perumusan masalah, 3) Perumusan hipotesis, 4) Pengumpulan Data, 5) pengujuian hipotesis dan 6) Penarikan kesimpulan. Instrumen yang digunakan dalam peneltian ini adalah tes, lembar observasi dan angket. Hasil penelitian yang diperoleh adalah adanya peningkatan hasil belajar siswa pada materi system administrasi wilayah Indonesia, pada siklus 1 sebesar 21,62%. Pada pelaksanaan siklus 2 sebesar 65,57%. Pada tindakan siklus 3 yang merupakan perbaikan dari hasil belajar pada siklus 1 dan 2, hasil belajar siswa mengalami peningkatan menjadi 88,23%. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa penggunaan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi system administrasi wilayah Indonesia. Kata Kunci : Model Pembelajaran inkuiri, hasil beajar, Sistem administrasi wilayah Indonesia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era modern seperti sekarang ini, pendidikan sangatlah penting, karena di dalamnya akan berhbungan erat dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan perkembangan manusia, seperti perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, social, sampai pada perkembanganiman. Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Peendidikan Nasional Indonesia), pengertian pendidikan adalah daya dan upaya untuk memajukan budi pekerti (karakter dan kekuatan batin), pikiran (intelektual), dan jasmani anak-anak selaras dengan alam dan masyarakat. Sekolah dasar merupakan tempat pengalaman pertama yang memberikan dasar pembentuk kepribadian individu. Sehubungan dengan hal ini guru perlu membekali siswanya dengan kepribadian, kemampuan dan keterampilan dasar yang cukup sebagai landasan untuk mempersiapkan pengalamannya pada jenjang yang lebih tinggi. Pengalaman hasil belajar yang diperoleh anak sejak usia di bangku sekolah akan menjadi dasar bagi penerimaan pengetahuan berikutnya. Peranan seorang guru dalam proses belajar mengajar harus mampu mengembangkan perubahan tingkah laku pada siswa. Perubahan tingkah laku tersebut merupakan tujuan dari pembelajaran. Oleh karena itu dalam mengajar pada bidang studi apapun guru harus berupaya mengembangkan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap anak didik, sebab ketiga aspek tersebut merupakan pembentuk kepribadian individu. Untuk mencapai tujuan tersebut, guru sebagai pengembang kurikulum dan ujung tombak pelaksanaan pendidikan di lapangan, dituntut memiliki kemampuan dasar profesional kependidikan. Kemampuan guru dalam mengemban tugas profesional kependidikan khususnya dalam program pendidikan IPS, akan menentukan proses dan hasil pembelajaran yang menjadi tujuan mulai dari merencanakan, mengelola dan menilai hingga merefleksi hasil yang dicapai dalam suatu proses berkelanjutan untuk kepentingan perbaikan yang diharapkan sehingga pembelajaran lebih bermakna. Kebermaknaan proses pembelajaran yang bagi siswa adalah jika dalam kegiatan belajar mengajar mereka mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk mencari, mengekplorasi, mengolah apa yang diperoleh dan pada akhirnya menemukan sendiri. Proses pembelajaran Pendidikan IPS, menuntut kemampuan guru dalam mengembangkan model atau pendekatan yang dapat menunjang dan mendorong siswa untuk berpikir logis, sistematis dan kritis. Guru sebagai pengelola sekaligus fasilitator hendaknya memberikan kemudahan kepada siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilkinya dengan penerapan dan kehidupan nyata sebagai anggota masyarakat. Pada saat ini pembelajaran IPS masih berorientasi pada guru (Teacher Centered) dan proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini cenderung pada pencapaian target materi kurikulum. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran didalam kelas yang selalu di domonasi oleh guru. Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat dan mendengarkan apa saja yang disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya dan demikian suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif. Berdasarkan pengamatan pada pembelajaran IPS di kelas VI SDN 01 Tlajung Udik Kecamatan Gunungputri Kabupaten Bogor yang merupakan tempat penelitian, menunjukkan rata-rata nilai akhir pada mata pelajaran IPS hanya sebesar 60% dari keseluruhan jumlah siswa yaitu 40 siswa. Itu artinya masih belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal sebesar 65 untuk mata pelajaran IPS. Selain itu hasil pengamatan juga menunjukkan guru diawal pembelajaran tidak melakukan apersepsi, guru langsung menulis materi di papan tulis, kemudian siswa mencatat materi yang telah ditulis, setelah itu siswa mendengarkan penjelasan materi dari guru. Selain itu juga guru tidak menggunakan model pembelajaran yang tepat ketika mengajar. Sehingga hal ini menjadi salah satu faktor yang sangat mempengaruhi tinggi rendahnya hasil belajar siswa. Dengan kurang tepatnya penggunaan model pembelajaran ceramah ketika proses kegiatan belajar mengajar membuat keadaan kelas tidak kondusif. Hal ini membuat pembelajaran tidak efektif karena siswa kurang merespon terhadap pembelajaran yang disampaikan. Maka pembelajaran seperti ini akan mengakibatkan kebosanan pada siswa. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan adanya upaya untuk memperbaiki kualitas mengajar agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu alternative model pembelajaran IPS yang diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang memungkinkan belajar secara optimal adalah menggunakan model pembelajaran inkuiri. Melalui model pembelajaran ini diharapkan siswa dapat lebih termotivasi lagi untuk belajar karena ada teman yang dapat diajak mengerjakan tugas. Pendekatan pembelajaran IPS yang inovatif yaitu adalah berpusat pada siswa (student centred) dan terkait dengan permasalahan sehari-hari. Berkaitan dengan hal tersebut pada saat belajar IPS siswa harus secara aktif mengamati, melakukan percobaan, terlihat diskusi dengan sesama teman. Berdasarkan masalah yang terjadi pada proses pembelajaran IPS pada kelas VI di SDN 01 Tlajung Udik, memotivasi saya sebagai peneliti untuk memilih SD tersebut sebagai tempat tujuan melaksanakan penelitian yang difokuskan pada materi sistemadministrasi wilayah Indonesia dikelas VI untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Hal ini termotivasi peneliti untuk mengambil judul “Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial”. (PTK pada siswa kelas VI SDN 01 Tlajung Udik Kecamatan Gunungputri Kabupaten Bogor pada materi system administrasi wilayah indonesia). B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan yang terjadi di kelas VI SDN 01 Tlajung Udik dapat di identifikasi sebagai berikut: 1. Metode yang digunakan masih mengedepankan pembelajaran konvensional dimana guru menjadi teacher center. 2. Hasil belajar siswa kelas VI pada pembelajaran IPS, belum mencapai KKM sebagaimana telah ditentukan pihak sekolah. 3. Pada saat proses pembelajaran, guru tidak memanfaatkan media untuk menunjang proses pembelajaran. C. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah penerapan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosia; pada materi Sistem Administrasi Wilayah Indonesia siswa di kelas VI SDN 01 Tlajung Udik Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor?” Untuk memperjelas permasalahan dalam penelitian ini, maka perumusan masalah di atas diuraikan menjadi beberapa pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana perencanaan model pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran ilmu pengetahuan social materi system administrasi wilayah Indonesia di kelas VI SDN 01 Tlajung Udik Kabupaten Bogor? 2. Bagaimana pelaksanaan model pembelajara inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran ilmu pengetahuan social materi system administrasi wilayah Indonesia di kelas VI SDN 01 Tlajung Udik Kabupaten Bogor? 3. Adakah peningkatan hasil belajar mata pelajaran ilmu pengetahuan social materi system administrasi wilayah Indonesia melalui penerapan model pembelajaran inkuiri pada siswa kelas VI SDN 01 Tlajung Udik kabupaten Bogor? D. Batasan Masalah Berdasarkan perumusan masalah di atas, pembatasan masalah yang menjadi ruang lingkup penelitian dan pembahasan dalam skripsi sebagai berikut : 1. subyek pada penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VI SDN 01 Tlajung Udik. 2. model yang digunakan dalam penelitian adalah model pembelajaran inkuiri. 3. pembelajaran IPS dalam penelitian ini yaitu system administrasi wilayah Indonesia. 4. peningkatan hasil belajar siswa dilihat melalui hasil tes yang diberikan pada setiap siklus. E. Tujuan Penelitian Setiap kegiatan tentu memiliki tujuan, begitu pula dengan penelitian ini. Secara umum yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa sekolah dasar. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana perencanaan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran ilmu pengetahuan social materi system administrasi wilayah Indonesia pada siswa kelas VI SDN 01Tlajung Udik Kabupaten Bogor. 2. Untuk mengetahui proses pelaksanaan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran ilmu pengetahuan social pada materi system administrasi wilayah Indonesia pada siswa kelas VI SDN 01 Tlajung Udik Kabupaten Bogor. 3. Untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar mata pelajaran ilmu pengetahuan social materi system administrasi wilayah Indonesia melalui penerapan model pembelajaran inkuiri pada siswa kelas VI SDN 01 Tlajung Udik Kabupaten Bogor. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Secara Teoritis Secara teoritis manfaat Penelitian Tindakan Kelas yaitu untuk menambah wawasan dalam penggunaan model-model pembelajaran yang digunakan pada proses pembelajaran di SD, terutama meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri pada materi Masalah-masalah Sosial di kelas IV SDN 01 Tlajung Udik agar pembelajaran lebih efektif dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. 2. Manfaat Secara Praktis Secara praktis hasil dari pelaksanaan penelitian ini akan memberikan manfaat tersendiri bagi perorangan/instuisi dibawah ini : a. Bagi Siswa penelitian ini dapat menjadikan pengalaman belajar, lebih menarik, menyenangkan dan memberikan dampak yang baik terhadap hasil belajar. b. Bagi Guru Dapat membiasakan penelitian untuk memperbaiki kinerja serta dapat mengembangkan kreativitas guru dalam merancang strategi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) khususnya materi pokok Masalah-masalah Sosial. c. Bagi Sekolah 1. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan guna lebih meningkatkan kualitas pembelajaran. 2. Mendorong sekolah untuk dapat meningkatkan proses pembelajaran dalam penggunaan model-model pembelajaran. d. Bagi Peneliti 1. penelitian ini dapat memberikan gambaran yang jelas tentang pembelajaran IPS dengan penerapan model pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa di SD. 2. Dapat meningkatkan keterampilan mengajar dan memperluas wawasan pengetahuan. 3. Dapat menumbuhkan motivasi untuk melakukan inovasi-inovasi baru. 4. Menambah pengalaman di dalam mencari solusi masalah-masalah pembelajaran yang dilakukan peneliti. G. Kerangka Pemikiran Data studi awal siswa kelas VI SDN 01 Tlajung Udik menunjukkan bahwa hasil belajar siswa tentang system administrasi wilayah Indonesia masih rendah, untuk itu perlu segera diadakan perbaikan pembelajaran. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa guru harus pandai memilih materi dan metode yang akan digunakan. Belajar menggunakan metode inkuiri menekankan pada bagaimana proses kegiatan pembelajaran itu dilaksanakan. Proses pembelajaran memberikan kesempatan bagi siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan belajar. Proses belajar menyangkut perubahan aspek-aspek tingkah laku, seperti pengetahuan, sikap dan keterampilan. Untuk itu diperlukan ketepatan metode yang mampu mengaktifkan siswa. Dengan metode inkuiri diharapkan penanaman fakta dan konsep benar-benar melalui proses yang dialami langsung oleh siswa. Kerangka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan dengan bagan sebagai berikut: Gambar 1.1 Bagan kerangka berpikir Sugeng (2013:4) H. Asumsi Asumsi atau patokan pikir itu adalah “suatu keterangan yang benar”, yang kebenarannya itu dapat diterima tanpa harus diuji atau dibuktikan lebih lanjut, digunakan untuk menurunkan keterangan lain sebagai landasan awal untuk menarik suatu kesimpulan. Diunduh dari web http://sefmimijuliati. wordpress. com/2011/10/16/konsep-variabel-teori- asumsi serta- hipotesis- pada- metodologi- penelitian/. Salah satu kelemahan pembelajaran IPS pada mayoritas SD sekarang ini adalah bahwa pembelajaran tersebut lebih menekankan pada sejumlah hafalan dan kurang memfasilitasi siswa agar memiliki hasil belajar yang komprehensif. Tidak jarang pembelajaran IPS secara umum banyak dilaksanakan dalam bentuk latihan-latihan soal test, semata-mata dalam rangka mencapai target nilai tes tertulis evaluasi hasil belajar sebagai ukuran utama prestasi siswa dan kesuksesan guru dalam mengelola pembelajaran. Karena ada beberapa hal yang membuat pembelajaran IPS sulit dipahami siswa, untuk itu penggunaan model pembelajaran inkuiri diterapkan dalam pembelajaran IPS pada materi system administrasi wilayah Indonesia untuk lebih mempermudah guru dalam mengajarkan materi IPS. Edi Hendri Mulyana dalam Sitiava Rizema Putra (2013:88) mengemukakan bahwa model pembelajaran inkuiri dipandang sebagai model yang diasumsikan cukup akomodatif bagi penyelenggaraan pembelajaran sains di sekolah dasar saat ini. Alasannya, model itu menjembatani keadaan transisi dari gaya pengajaran sains konvensional yang masih verbalitas serta minim alat-alat menuju gaya pengajaran sains alternative yang lebih proporsional bagi hakikat sains dan karakteristik siswa sekolah dasar. Pembelajaran dengan model berkelompok lebih memusatkan aktivitas pada siswa, dimana siswa akan lebih menemukan secara komprhensif konsep-konsep yang sulit jika mereka mendiskusikannya dengan siswa lain tentang masalah yang dihadapinya. Dalam pembelajaran secara berkelompok, siswa akan dibagi menjadi beberapa tim kecil yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik yang berbeda (heterogen). I. Hipotesis Iskandar (2011:60) mengatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian. Hipotesis tindakan adalah suatu pernyataan yang masih harus diuji kebenarannya secara empirik. Sedangkan menurut Singarimbun dalam Iskandar (2011:60), hipotesis adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa ditinggalkan, karena ia merupakan instrument kerja dari teori. Berdasarkan asumsi di atas maka hipotesis tindakannya adalah melalui penerapan model inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran IPS tentang system administrasi wilayah Indonesia. J. Definisi Operasional 1. Pengertian Pendidikan Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Peendidikan Nasional Indonesia), pengertian pendidikan adalah daya dan upaya untuk memajukan budi pekerti (karakter dan kekuatan batin), pikiran (intelektual), dan jasmani anak-anak selaras dengan alam dan masyarakat. 2. Pengertian Belajar Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 3-4) belajar merupakan suatu proses internal yang kompleks, yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah yang meliputi unsur afektif, dalam matra afektif berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, interes, apresiasi dan penyesuaian perasaan social. 3. Pengertian Pembelajaran Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 3-4) pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. 4. Pengertian Hasil Belajar Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 3-4) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar. 5. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Toeti Soekamto dan Winataputra (1995:78) mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar bagi para siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Diunduh melalui web http://djaelanicilukba. blogspot.sg/2014/01/definisi-model-pembelajaran menurut.html. 6. Pengertian Model Inkuiri Rudi Harrtono (2013:62) Inkuiri adalah strategi pembelajaran yang merangsang, mengajarkan dan mengajak siswa untuk berpikir kritis, analitis, dan sistematis dalam rangka menemuan jawaban secara mandiri dari berbagai permasalahan yang diutarakan. Selain berorientasi pada hasil belajar, pembelajaran juga berorientasi pada proses belajar. Mengukur siswa tidak hanya dari sejauh mana menguasai materi, tetapi juga bagaimana siswa itu mencari dan menemukan suatu makna melalui proses berpikir. Agar siswa terdorong untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya, guru bisa melontarkan pertanyaan yang mendorong siswa untuk menemukan jawaban yang ditopang dengan cara berpikir rasional yang didukung data dan informasi yang valid. BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran 1. Definisi Belajar Istilah belajar tentunya sudah tidak asing lagi bagi masyarakat indonesia, terutama bagi para kalangan pelajar, mahasiswa maupun para pakar pendidikan ditanah air. Berikut ini akan dijelaskan pengertian belajar menurut para ahli dalam Dimyati dan Mudjiono (2013:5): a. Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya akan menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun. b. Gagne berpendapat bahwa belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. c. Piaget berpendapat bahwa belajar merupakan pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang. d. Moh. Surya mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. e. Winkel berpendapat belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman. Berdasarkan beberapa pengertian belajar diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 2. Definisi Pembelajaran Pembelajaran merupakan suatu istialah yang penuh akan makna. Namun dari semua makna yang terkandung pengertian pembelajaran secara umum adalah suatu usaha atau proses menjadikan seseorang atau makhluk hidup untuk dapat belajar. Dr. Dimyati & Drs. Mudjiono(2013:297) mendefinisikan pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20: Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Trianto “pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yg kompleks, yg tidak sepenuhnya dapat dijelaskan”. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangkan mencapai tujuan yg diharapkan. Berdasarkan penjelasan pembelajaran diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang telah tersusun secara terperinci dimana di dalamnya terdapatnya proses interaksi antara peserta didik dengan tenaga pendidik dan sumber belajar pada lingkungan belajar agar tercapainya suatu tujuan pembelajaran. 3. Pengertian Pembelajaran Di Sekolah Dasar Pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara peserta didik dengan tenaga pendidik dan sumber belajar yang terdapat pada lingkungan belajar sehingga menjadikan siswa belajar secara aktif. Pada dasarnya pembelajaran bukan hanya sekedar menyampaikan materi ataupun pesan-pesan tersendiri kepada peserta didik. Namun pembelajaran juga merupakan suatu bentuk profesional seorang guru terhadap pekerjaannya yaitu dengan mengerahkan seluruh kemampuan dan keterampilannya dalam mengajar demi mencerdaskan anak bangsa serta mampu menciptakan situasi dan kondisi belajar yang nyaman sehingga siswa dapat belajar dengan efektif dan efisien. Dr. Dimyati & Drs. Mudjiono(2013:297) mendefinisikan pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. a. Karakteristik Umum Pembelajaran di Sekolah Dasar Pembelajaran merupakan suatu upaya untuk mencapai tujuan atau kompetensi yang harus dikuasai siswa. Kompetensi lulusan sekolah dasar dapat dijadikan acuan dalam pembelajaran, diantaranya: 1. Mampu mengenali dan menjalankan hak dan kewajiban diri, beretos kerja, dan peduli terhadap lingkungan. 2. Mampu berpikir logis, kritis, dan kreatif serta berkomunikasi melalui beberapa media. 3. Menyenangi keindahan 4. Mengenali dan berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang diyakininya. 5. Membiasakan hidup bersih, bugar dan sehat 6. Memiliki rasa cinta dan bangga terhadap bangsa dan tanah air Itulah beberapa karakteristik umum pembelajaran di sekolah dasar. Diunduh melalui web http:// masguruonline. wordpress. com /2013/05/20/ karakteristik- umum pembelajaran- di- sekolah- dasar/. b. Karakteristik Pembelajaran Di Kelas Tinggi Esensi proses pembelajaran di kelas tinggi adalah suatu pembelajaran yang dilaksanakan secara logis dan sistematis untuk membelajarkan siswa tentang konsep dan generalisasi sehingga penerapannya (menyelesaikan soal, menggabungkan, menghubungkan, memisahkan, menyusun, menderetkan, melipat, dan membagi) Contoh kegiatan belajarnya: a. Mendiskusikan tentang jual beli b. Memperagakan rangkaian gerak dengan alat music c. Menafsirkan peninggalan-peninggalan sejarah d. Melakukan operasi hitung campuran (bilangan bulat pecahan) e. Mengumpulkan bukti perkembangbiakan makhluk hidup. Guru dikelas tinggi pada sekolah dasar harus menggunakan pembelajaran yang berbasis masalah, menggunakan pendekatan konstruktivis, melakukan aktivitas menyelidiki, meneliti, dan membandingkan. Karena siswa di kelas tinggi dalam melakukan kegiatan pembelajaran melakukan tahapan penyelidikan, melakukan pemecahan masalah, dan sebagainya. Diunduh melalui web http:// masguruonline. wordpress. com /2013/05/20/ karakteristik- umum pembelajaran- di- sekolah- dasar/. 4. Pengertian Pembelajaran IPS Ilmu Pengetahuan Sosial adalah suatu bahan kajian yang terpadu yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan modifikasi yang diorganisasikan dari konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan sejarah, geografi, sosiologi, antropologi, dan ekonomi. Geografi, sejarah, dan antropologi merupakan disiplin ilmu yang memiliki keterpaduan yang tinggi. Pembelajaran geografi memberikan wawasan berkenaan dengan peristiwa-peristiwa dengan wilayah-wilayah, sedangkan sejarah memberikan kebulatan wawasan berkenaan dengan peristiwa-peristiwa dari berbagai priode. Antropologi meliputi studi-studi komparatif yang berkenaan dengan nilai-nilai kepercayaan, struktur sosial, aktivitas-aktivitas ekonomi, organisasi politik, ekspresi-ekspresi dan spiritual, teknologi, dan benda-benda budaya dari budaya-budaya terpilih. Ilmu ekonomi tergolong kedalam ilmu-ilmu tentang kebijakan pada aktivitas-aktivitas yang berkenaan dengan pembuatan keputusan. Sosiologi merupakan ilmu-ilmu tentang prilaku seperti konsep peran kelompok, institusi, proses interaksi dan kontrol sosial. IPS merupakan seperangkat fakta, peristiwa, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan perilaku dan tindakan manusia untuk membangun dirinya, masyarakat, bangsa, dan lingkungannya berdasarkan pengalaman masalalu yang bisa dimaknai untuk masa kini, dan antisipasi masa akan datang. Peristiwa fakta, konsep dan generalisasiyang berkaitan dengan isu sosial merupakan beberapa hal yang menjadi kajian IPS. Urutan kajian itu menunjukan urutan dari bentuk yang paling kongkrit, yaitu dari peristiwa menuju ketingkatan yang abstrak, yaitu konsep peranan peristiwa dan fakta dalam membangun konsep dan generalisasi. Senada dengan hal itu menurut Sapriya pengetahuan IPS hendaknya mencakup fakta, konsep, dan generalisasi. Fakta yang digunakan terjadi dalam kehidupan siswa, sesuai usia siswa, dan tahapan berfikir siswa. Untuk konsep dasar IPS terutama diambil dari disiplin ilmu-ilmu sosial, yang terkait dengan isu-isu sosial dan tema-tema yang diambil secara multidisiplin. Contoh konsep, multikultural, lingkungan, urbanisasi, perdamaian, dan globalisasi. Sedangkan generalisasi yang merupakan ungkapan pernyataan dari dua atau lebih konsep yang saling terkait digunakan proses pengorganisir dan memaknai fakta dan cara hidup bermasyarakat. Somantri dalam (Sapriya, 2008:9) Pendidikan IPS adalah penyedrehanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu social dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan. Muhammad Numan Sumantri (2001:74) “Pendidikan IPS adalah suatu penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, ideology negara dan disiplin ilmu lainnya serta masalah-masalah sosial terkait, yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah”. Dari berbagai uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan social adalah disiplin-displin ilmu sosial ataupun integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial seperti : sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, dan antropologi yang mempelajari masalah-masalah sosial. Diunduh melalui web http://rizkyfahlevy31.blogspot.com/2013/06/definisi-pendidikan-dan-definisi ips. html dan http://gudangartikels.blogspot.com/2013/01/hakikat-pembelajaran-ips.html. a. Ruang Lingkup Pembelajaran IPS SD Ilmu pengetahuan sosial merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya (Trianto, 2010: 171). Senada dengan pendapat Trianto dan Wahyudi (2002) mengungkapkan bahwa di sekolah dasar ilmu pengetahuan sosial merupakan paduan dari sejumlah pengetahuan sosial seperti lingkungan sosial, geografi, ekonomi, pemerintah, dan sejarah. Pembelajaran IPS di SD mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. (Depdiknas, 2006) Berdasarkan dari pendapat para ahli diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa ilmu pengetahuan sosial merupakan hasil integrasi dari sejumlah berbagai cabang ilmu sosial kehidupan yang menelaah dan mengkaji problematika yang terjadi di masyarakat. Problematika yang terjadi di masyarakat sebagai isi dari pembelajaran IPS terjadi karena dipengaruhi oleh globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan komunikasi. Untuk itu pembelajaran IPS mencakup berbagai aspek kehidupan sebagai penyusunnya. Diunduh melalui web http://lisdianakurniasih. blogspot. com/2013/01/ ruang- lingkup pembelajaran-ilmu-sosial.html. b. Karakteristik Pembelajaran IPS SD Menurut Trianto (2011:174) Karakteristik pembelajaran IPS antara lain sebagai berikut: 1) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hokum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama. 2) Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik tertentu. 3) Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS juga menyangkut berbagai sejarah khusunya sejarah nasional diajarkan mulai dari kelas IV. B. Penelitian Terdahulu Yang Sesuai Dengan Variabel Yang Akan Diteliti 1. Nuning Niaratnawati pada tahun 2012 dengan skripsinya yang berjudul penerapan pendekatan inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS materi ajar masalah sosial. Penelitian ini dilatarbelakangi bahan pelajaran IPS yang cakupannya luas serta tuntutan kurikulum dengan dengan alokasi waktu yang terbatas guru mengalami kesulitan dalam menyajikan bahan ajar IPS dengan baik dan menarik, pembelajaran masih bersifat konvensional yaitu dengan menggunakan metode ceramah, mengakibatkan timbul perasaan bosan siswa tidak semangat apabila belajar IPS yang menurutnya hanya merupakan pelajaran hafalan dan teori yang berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Oleh karena itu, dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa, peneliti menggunakan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran IPS. Setelah menggunakan pendekatan inkuiri perolehan nilai pada siklus pertama rata-rata siswa mencapai 64. Pada siklus kedua mengalami peningkatan mencapai 81, hampir 95% siswa mencapai KKM. Dengan demikian proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Irma Yunia Andriani pada tahun 2012 dengan skripsinya yang berjudul Implementasi Pendekatan Inkuiri Untuk Meningkatkan Partisipasi Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Masalah yang paling utama dalam penelitian ini adalah kurangnya minat siswa dalam mempelajari ilmu pengetahuan social, serta kurangnya guru dalam merancang dan menerapkan metode. Sehingga menjadi kendala siswa dalam memahami pelajaran IPS. Oleh karena itu untuk meningkatkan minat dan keaktifan siswa peneliti menggunakan pendekatan inkuiri. Hasil yang diperoleh setelah menggunakan pendekatan inkuiri dapat terlihat dari meningkatnya aktivitas, keberanian dan perhatian siswa dalam belajar. Begitupun juga hasil belajar siswa, dapat dilihat sebelum penerapan pendekatan inkuiri hasil belajar siswa dianggap belum optimal. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata 51,2 dari 35 siswa. Namun setelah penerapan pendekatan inkuiri hasil belajar siswa menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan. Ini dibuktikan pada siklus pertama siswa memperoleh nilai rata-rata 53,8 dari 35 siswa. Tahapan siklus kedua diperoleh rata-rata 64,72 dari 35 siswa sedangkan pada siklus ketiga naik menjadi 74,57 dari 35 siswa. Dengan demikian proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. 3. Uus Nurjamil pada tahun 2012 dengan skripsinya yang berjudul Model Pembelajaran Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil Prestasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS. Permasalahan utama pada penelitian ini adalah banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran dikarenakan model pembelajaran yang dipilih dan digunakan oleh guru dirasakan kurang tepat yang akan mengakibatkan proses belajar mengajar akan berlangsung secara kaku, sehingga kurang mendukung pengetahuan, sikap, rasa ingin tahu dan keterampilan siswa. Oleh karena itu untuk meniingkatkan hasil prestasi belajar siswa maka peneliti menggunakan model pembelajaran inkuiri. Setelah penelitian dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri aktivitas siswa muncul pada saat diskusi kelas berlangsung, siswa menjadi lebih berani untuk bertanya, berani mengemukakan pendapat dan munculnya sifat saling menghargai. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data yang menunjukkan adanya peningkatan rata-rata hasil belajar siswa 65 (siklus I), 72 (siklus II), dan menjadi 82 (siklus III). Dengan demikian proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. C. Masalah dan Pertanyaan Penelitian 1. Masalah-masalah Yang Berkaitan Dengan Penelitian Berdasarkan masalah yang ditemukan di SDN 01 Tlajung Udik Kecamatan Gunungputri Kabupaten Bogor yaitu: a. Metode pembelajaran masih menggnakan metode ceramah, sehingga membuat suasana belajar menjadi tidak kondusif. Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual sedangkan strategi lebih menekankan pada penerapannya di kelas sehingga model-model pembelajaran dapat digunakan sebagai acuan pada kegiatan perancangan kegiatan yang sistematik dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Toeti Soekamto dan Winataputra (1997:78) mendefinisikan ‘model pembelajaran’ sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar bagi para siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Diunduh melalui web http://djaelanicilukba. blogspot.sg/2014/01/definisi-model-pembelajaran menurut.html. b. Kurang optimalnya penggunaan sumber belajar dan media yang ada di lingkungan. Dalam proses belajar mengajar, media pembelajaran berperan sebagai salah satu sumber belajar bagi siswa. Itu artinya melalui media peserta didik memperoleh pesan dan informasi sehingga membentuk pengetahuan baru pada siswa. Dalam batas tertentu, media dapat menggantikan fungsi guru sebagai sumber informasi/pengetahuan bagi peserta didik. Media pembelajaran sebagai sumber belajar merupakan suatu komponen system pembelajaran yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan, yang dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik. (Mudhoffir,dalam Munadi, 2008:27). c. Hasil belajar siswa kelas VI pada pembelajaran IPS, belum mencapai KKM sebagaimana telah ditentukan pihak sekolah. Menurut Nana Sudjana dalam Dimyati dan Mudjiono (2013:34) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang afektif, kognitif dan psikomotorik. Hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa yang telah mengikuti proses belajar mengajar. Hasil pada dasarnya merupakan sesuatu yang diperoleh dari suatu aktivitas, sedangkan belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan perubahan pada individu, yakni perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. 2. Pertanyaan-pertanyaan Yang berkaitan Dengan penelitian Pertanyaan-pertanyaan yang muncul pada saat penelitian adalah sebagai berikut: 1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Perencanaan adalah suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan yang dimaksud pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Dalam konteks pengajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media, pendekatan dan metode pembelajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup satu kompetensi dasar yang terdiri atas satu indicator atau beberapa indicator untuk satu kali pertemuan atau lebih. Berikut ini definisi tentang perencanaan pembelajaran menurut para ahli dalam Muhammad Rohman dan Sofan Amri (2013:182): a. Nana Sudjana Kegiatan memproyeksikan tindakan apa yang akan dilaksanakan dalam suatu pembelajaran (PBM) yaitu dengan mengoordinasikan (mengatur dan merespon) komponen-komponen pembelajaran sehingga arah kegiatan (tujuan), isi kegiatan (materi), cara penyampaian kegiatan (metode dan teknik), serta bagaimana mengukurnya (evaluasi) menjadi jelas dan sistematis. b. Toeti Sukamto Pengembangan pembelajaran yang merupakan sebagai system yang akan terintegrasi dan terdiri dari beberapa unsure yang saling berinteraksi. c. Ibrahim Kegiatan merumuskan tujuan apa yang akan dicapai oleh suatu kegiatan pembelajaran, cara apa yang dipakai untuk menilai pencapaian tujuan tersebut, materi apa yang akan disampaikan, bagaimana cara menyampaikan, serta alat atau media apa yang diperlukan. RPP merupakan persiapan yang harus dilakukan guru sebelum mengajar. Persiapan disini dapat diartikan persiapan tertulis maupun persiapan mental, situasi emosional yang ingin dibangun, lingkungan belajar yang produktif, termasuk meyakinkan pembelajar untuk mau terlibat secara penuh. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan silabus mempunyai perbedaan, meskipun dalam hal tertentu mempunyai persamaan. Silabus memuat hal-hal yang perlu dilakukan siswa untuk menuntaskan suatu kompetensi secara utuh, artinya di dalam suatu silabus adakalanya beberapa kompetensi yang sejalan akan disatukan sehingga perkiraan waktunya belum tahu pasti berapa pertemuan yang akan dilakukan. Sementara itu, rencana pelaksanaan pembelajaran adalah penggalan-penggalan kegiatan yang perlu dilakukan oleh guru untuk setiap pertemuan. Didalamnya harus terlihat tindakan apa yang perlu dilakukan oleh guru untuk mencapai ketuntasan kompetensi serta tindakan selanjutnya setelah pertemuan selesai. Gagne dan Briggs ( 1998 ) mengisyaratkan bahwa dalam mengembangkan rencana pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran perlu memperhatikan tiga asumsi sebagai berikut : 1. Rencana pembelajaran perlu dikembangkan dengan baik dan menggunakan pendekatan sistem. Pengembangan rencana pembelajaran dipengaruhi oleh teori-teori yang melandasinya dengan langkah – langkah yang ditempuh dalam proses pembuatannya. Gagne merumuskan bahwas sistem pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa yang dapat mempengaruhi peserta didik sehingga terjadi proses belajar pada dirinya demi mencapai suatu kompetensi. Proses pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem karena memiliki sejumlah komponen yang saling berinteraksi, memiliki fungsi masing- masing untuk mencapai tujuan pembelajaran, dan membentuk kompetensi peserta didik. 2. Rencana pembelajaran harus dikembangkan secara ilmiah berdasarkan pengetahuan tentang peserta didik , yaitu teori-teori belajar dan pembelajaran yang telah diteliti oleh para ahli ilmu pendidikan. 3. Rencana pembelajaran harus dikembangkan untuk memudahkan peserta didik belajar dan membentuk kompetensi dirinya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik, yaitu : a. Informasi harus disiapkan dengan baik b. Berikan contoh-contoh dan ilustrasi yang dekat dengan kehidupan peserta didik c. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpartisipassi dalam proses pembelajaran d. Menggunakan sarana dan alat pendukung yang berfariasi ( Wahab,2001 ) Rencana pembelajaran hendaknya tidak dibuat asal-asalan, program satuan pelajaran harus disusun sesuai dengan prosedur ilmiah. Diunduh dari web http://snwulandari.blogspot.com/2012/05/pengertian-silabus-dan-rpp.html. d. Pelaksanaan Proses Pembelajaran Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Pemahaman seorang guru terhadap pengertian pembelajaran akan sangat mempengaruhi cara guru itu mengajar. Pembelajaran tidak semata-mata menyampaikan materi sesuai dengan target kurikulum, tanpa memperhatikan kondisi siswa, tetapi juga terkait dengan unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi demi mencapai tujuan pembelajaran. Jadi pembelajaran adalah interaksi dua arah antara guru dan siswa, serta teori dan praktik. Dr. Oemar Hamalik dalam Sitiatava Rizema Putra(2013:17) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun dari unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran biasanya terjadi dalam situasi formal yang secara sengaja diprogramkan oleh guru dalam usahanya mentransformasikan ilmu kepada peserta didik, berdasarkan kurikulum dan tujuan yang hendak dicapai. Melalui pembelajaran peserta didik melakukan proses belajar sesuai dengan rencana pengajaran yang telah diprogramkan. Dengan demikian, unsur kesengajaan melalui perencanaan oleh pihak guru merupakan ciri utama pembelajaran. Upaya pembelajaran yang berakar pada pihak guru dilaksanakan secara sistematis yaitu dilakukan dengan langkah-langkah teratur dan terarah secara sistematik. yaitu secara utuh dengan memperhatikan berbagai aspek. Maka konsep belajar dan pembelajaran merupakan dua kegiatan yang berproses dalam suatu sistem. Jadi, dapat disimpulkan bahwa fungsi pembelajaran secara umum adalah merangsang dan menyukseskan proses belajar dan untuk mencapai tujuan, Sedangkan fungsi belajar adalah dapat memanfaatkan semaksimal mungkin sumber belajar untuk mencapai tujuan belajar, yaitu terjadinya perubahan dalam diri peserta didik. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai konsep belajar dan mengajar (pembelajaran), berikut dipaparkan kedua konsep itu. e. Hasil belajar Menurut Nana Sudjana dalam Dimyati dan Mudjiono (2013:34) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang afektif, kognitif dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2013: 3-4) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar. D. Pengembangan Kerangka Pemikiran 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Menurut Sanjaya Wina (2007) dalam Muhammad Rohman dan Sofan Amri (2013:24) istilah strategi sebagaimana banyak istilah lainnya, dipakai dalam banyak konteks dengan makna yang tidak selalu sama. Di dalam konteks belajar mengajar, strategi berarti pola umum perbuatan guru-peserta didik didalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. Sifat umum pola tersebut berarti bahwa macam dan urutan perbuatan yang dimaksud tampak dipergunakan dan/atau dipercayakan guru-peserta didik di dalam macam-macam peristiwa belajar. Di bawah ini akan diuraikan beberapa definisi tentang strategi pembelajaran. a. Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. b. Kozma (dalam Muhammad Rohman dan Sofan Amri 2013:24) secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu. c. Gerlach dan Ely (dalam Muhammad Rohman dan Sofan Amri 2013:25) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Selanjutnya dijabarkan oleh mereka bahwa strategi pembelajaran dimaksud meliputi; sifat, lingkup, dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik. Jadi strategi pembelajaran adalah perencanaan yang sudah disusun secara matang dengan mengkombinasikan materi pelajaran, peserta didik, peralatan dan bahan ajar serta waktu yang akan digunakan selama proses pembelajaran berlangsung dalam rangka mencapai target dari tujuan pembelajaran itu sendiri. 2. Pengertian Model Pembelajaran Soekamto, dkk dalam Trianto (2011:24) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan. 3. Pengertian Model Inkuiri Oemar Hamalik (dalam Sitiava Rizema Putra 2013:88) menyatakan bahwa model pembelajaran inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa (student-centered strategi); kelompok siswa inkuiri dilibatkan dalam suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan didalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara jelas. a. Langkah-langkah Model Pembelajaran Inkuiri Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri, menurut Sanjaya dalam Sitiava Rizema Putra (2008:101), adalah sebagai berikut: 1. Orientasi Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal-hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini ialah sebagai berikut: a. Menjelaskan topic, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa. b. Menerangkan pokok-pokok kegiatan yang mesti dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari merumuskan masalah sampai merumuskan kesimpulan. c. Menjelaskan pentingnya topic dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa. 2. Merumuskan Masalah Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa kepada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri. Oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir. 3. Merumuskan Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengembangkan kemampuan menebak pada setiap siswa adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang bisa mendorong siswa supaya dapat merumuskan jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. 4. Mengumpulkan data Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, tetapi juga ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikir. 5. Menguji Hipotesis Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, namun juga mesti didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan. 6. Kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat, sebaiknya guru mampu menunjukkan kepada siswa tentang data-data yang relevan. Itulah beberapa langkah dalam pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri. Alas an rasional penggunaan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri adalah siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai materi yang diajarkan dan lebih tertarik terhadap materi tersebut jika dilibatkan secara aktif dalam penyelidikan. b. Kelebihan Model Pembelajaran Inkuiri Beberapa kelebihan dari pendekatan inkuiri dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Model pembelajaran inkuiri meningkatkan potensi intelektual siswa. Hal ini dikarenakan siswa diberi kesempatan untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari permasalahan yang diberikan dengan pengamatan dan pengalaman sendiri. 2) Ketergantungan siswa terhadap kepuasan ekstrinsik bergeser ke arah kepuasan intrinsik. Siswa yang telah berhasil menemukan sendiri sampai dapat memecahkan masalah yang ada akan meningkatkan kepuasan intelekualnya yang datang dari dalam dirinya. 3) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat penyelidikan karena terlibat langsung dalam proses penemuan. 4) Belajar melalui inkuiri bisa memperpanjang proses ingatan. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemikiran sendiri pun lebih mudah diingat. 5) Belajar dengan inkuiri, siswa dapat memahami konsep-konsep sains dan ide-ide dengan baik. 6) Pengajaran menjadi terpusat pada siswa; salah satu prinsip psikolog belajar menyatakan bahwa semakin besar keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, semakin besar pula kemampuan belajar siswa tersebut. Pembelajaran inkuiri tidak hanya ditujukan untuk belajar konsep-konsep dan prinsip-prinsip, tetapi juga belajar pengarahan diri sendiri, tanggung jawab, komunikasi, dan lain sebagainya. 7) Proses pembelajaran inkuiri dapat membentuk dan mengembangkan konsep diri siswa. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran inkuiri lebih besar, sehingga memberikan kemungkinan kepadanya untuk memperluas wawasan dan mengembangkan konsep diri secara baik. 8) Tingkat harapan meningkat; tingkat harapan merupakan bagian dari konsep diri. Ini berari bahwa siswa memiliki keyakinan atau harapan dapat menyelesaikan tugasnya secara mandiri berdasarkan pengalaman penemuannya. 9) Model pembelajaran inkuiri bisa mengembangkan bakat. Manusia memiliki berbagai macam bakat, salah satunya adalah bakat akademik; semakin banyak kebebasan dalam proses pembelajaran, semakin besar kemungkinan siswa untk mengembangkan bakat lainnya, seperti kreatif, sosial, dan lain sebagainya. 10) Model pembelajaran inkuiri dapat menghindarkan siswa dari belajar dengan hafalan. Pembelajaran inkuiri menekankan kepada siswa untuk menemukan makna dari lingkungan sekelilingnya. 11) Model pembelajaran inkuiri memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencerna dan mengatur informasi yang didapatkannya. c. Kekurangan Model Pembelajaran Inkuiri Selain kelebihan, pendekatan inkuiri juga memiliki beberapa kekurangan, diantaranya ialah sebagai berikut: 1) Model pembelajaran inkuiri mengandalkan suatu kesiapan berpikir, sehingga siswa yang mempunyai kemampuan berpikir lambat bisa kebingungan dalam berpikir secara luas, membuat abstraksi, menemukan hubungan antarkonsep dalam suatu mata pelajaran, atau menyususn sesuatu yang telah diperoleh secara tertulis maupun lisan. Sedangkan, siswa yang mempunyai kemampuan berpikir tinggi mampu memonopoli model pembelajaran penemuan, sehingga menyebabkan frustasi bagi siswa lainnya. 2) Tidak efisien, khususnya untuk mengajar siswa yang berjumlah besar, sehingga banyak waktu yang dihabiskan untuk membantu seorang siswa dalam menemukan teori-teori tertentu. 3) Harapan-harapan dalam model pembelajaran ini dapat terganggu oleh siswa-siswa dan guru-guru yang telah terbiasa dengan pengajaran tradisional. 4) Bidang sains membutuhkan banyak fasilitas untu menguji ide-ide. 5) Kurang berhasil bila jumlah siswa terlalu banyak di dalam satu kelas. 6) Sulit menerapkan metde ini karena guru dan siswa sudah terbiasa dengan metode ceramah dan tanya jawab. 7) Pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri lebih menekankan pada penguasaan kognitif serta mengabaikan aspek keterampilan, nilai dan sikap. 8) Kebebasan yang diberikan kepada siswa tidak selamanya bisa dimanfaatkan secara optimal dan sering terjadi siswa kebingungan. 9) Memerlukan sarana dan fasilitas. E. Pengembangan Materi Ajar dan Bahan Ajar Menurut National Centre For Competency Based Training (dalam Andi Prastowo : 2011) bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran dikelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun tak tertulis. Pannen (dalam Andi Prastowo : 2011) mengatakan bahwa bahan ajar adalah bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Dari beberapa pandangan mengenai pengertian bahan ajar diatas, maka dapat disimpulkan bahwa bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dikelas. 1. Karakteristik Bahan Ajar IPS Karakteristik mata pelajaran IPS berbeda dengan disiplin ilmu lain yang bersifat monolitik. Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hokum, dan budaya. Rumusan ilmu pengetahuan sosial berdasarkan realitas dan fenomena sosial melalui pendekatan interdisipliner. Menurut Trianto (2011:174) pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minta, kemampuan, dan lingkungannya, serta berbagai bekal siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yeng lebih tinggi. Berdasarkan pengertian dari tujuan dari pendidikan IPS, tampaknya dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang mampu menjembatani tercapainya tujuan tersebut. Kemampuan dan keterampilan guru dalam memilih dan menggunakan berbagai model, metode dan strategi pembelajaran senantiasa terus ditingkatkan (Kosasih, 1994). 2. Media yang Digunakan Pengertian media mengarah pada sesuatu yang mengantar/meneruskan informasi (pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan. Robert Heinich dkk dalam Muhammad Rohman dan Sofan Amri (2013:149) mengemukakan definisi medium sebagai sesuatu yang membawa informasi antara sumber (source) dan penerima (receiver) informasi. Masih dari sudut pandang yang sama, Kemp dan Dayton dalam Muhammad Rohman dan Sofan Amri (2013:150), mengemukakan bahwa peran media dalam proses komunikasi adalah sebagai alat pengirim (transfer) yang mentransmisikan pesan dari pengirim (sander) kepada penerima pesan atau informasi (receiver). Menurut Bringgs (dalam Muhammad Rohman dan Sofan Amri (2013:156) media pembelajaran ialah segala alat fisik yang menyajikan pesan serta perangsang peserta didik untuk belajar, contoh: buku, film, kaset. Aristo Rahardi (dalam Muhammad Rohman dan Sofan Amri (2013:156) menjelaskan media pembelajaran menurut Asosiasi Teknologi Komunikasi Pendidikan (AECT), media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan. Dengan memperhatikan definisi yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan media pembelajaran secara umum adalah segala alat pengajaran yang digunakan untuk membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa dalam proses belajar-mengajar sehingga memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan. Pada penelitian ini bahan dan media yang digunakan tentunya disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan yaitu tentang sistem administrasi wilayah Indonesia, dimana akan pada materi tersebut akan membahas tentang kenampakan alam Indonesia. Banyaknya bahasan tentang kenampakan alam Indonesia serta luas negara maka diambil sebuah media yang sesuai untuk digunakan yaitu peta negara Indonesia serta foto-foto kenampakan alam Indonesia. 3. Strategi Pembelajaran Strategi yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu strategi pembelajaran inkuiri. Inkuiri adalah strategi pembelajaran yang merangsang, mengajarkan dan mengajak siswa untuk berpikir kritis, analitis, dan sistematis dalam rangka menemukan jawaban secara mandiri dari berbagai permasalahan yang diutarakan. Strategi ini merupakan pembelajaran yang menuntut keterlibatan aktif para siswa untuk menyelidiki dan mencari melalui proses berpikir aktif. Pihak yang berperan sebagai subjek pembelajaran adalah siswa. Dalam proses pembelajaran ini, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima materi pembelajaran dari keterangan verbal seorang guru, melainkan juga berperan aktif untuk menemukan sendiri makna dan subtansi dari materi pembelajaran itu sendiri. Aktivitas siswa diarahkan untuk menemukan jawaban dari sesuatu yang dipertanyakanoleh guru. Guru hanya berperan sebagai fasilitator yang mengantarkan pada permasalahan melalui pertanyaan. 4. Sistem Evaluasi Menurut Carl H. Witherington dalam Zainal Arifin (2013:5) “an evaluation is a declaration that something has or does not have value” yang berarti evaluasi merupakan deklarasi bahwa sesuatu memiliki atau tidak memiliki nilai. Hal senada dikemukakan oleh Wand and Brown dalam Zainal Arifin (2013:5), bahwa evaluasi berarti “…refer to the act or process to determining the value of something” yang artinya mengacu pada tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Jadi evaluasi adalah suatu proses untuk menggambarkan peserta didik dan menimbangnya dari segi nilai dan arti. Evaluasi merupakan suatu proses bukan hasil. Hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi adalah kualitas sesuatu, baik yang menyangkut tentang nilai atau arti. F. Ringkasan Umum Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan serta memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang telah tersusun secara terperinci dan kompleks dimana di dalamnya terdapat proses interaksi antara peserta didik dengan tenaga pendidik dan sumber belajar pada lingkungan belajar agar tercapainya suatu tujuan pembelajaran. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untukmendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif IPS yang mencakup tiga tingkatan yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan (C3). Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada aspek kognitif adalah tes. Ilmu pengetahuan sosial merupakan hasil integrasi dari sejumlah berbagai cabang ilmu sosial kehidupan yang menelaah dan mengkaji problematika yang terjadi di masyarakat. Problematika yang terjadi di masyarakat sebagai isi dari pembelajaran IPS terjadi karena dipengaruhi oleh globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan komunikasi. Untuk itu pembelajaran IPS mencakup berbagai aspek kehidupan sebagai penyusunnya. Ilmu pengetahuan social adalah disiplin-displin ilmu sosial ataupun integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial seperti : sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, dan antropologi yang mempelajari masalah-masalah sosial. Strategi pembelajaran merupakan suatu serangkaian rencana kegiatan yang termasuk didalamnya penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam suatu pembelajaran. Strategi pembelajaran disusun untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Strategi pembelajaran didalamnya mencakup pendekatan, model, metode dan teknik pembelajaran secara spesifik. Bahan ajar adalah seperangkat materi atau bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran. Model pembelajaran adalah suatu rencana mengajar yang memperlihatkan pola pembelajaran tertentu, dalam pola tersebut dapat terlihat kegiatan guru-peserta didik di dalam mewujudkan kondisi belajar atau sistem lingkungan yang menyebabkan terjadinya belajar pada peserta didik Model pembelajaran inkuiri merupakan suatu proses pembelajaran yang merangsang, mengajarkan, dan mengajak siswa untuk memperoleh informasi melalui observasi atau eksperimen untuk memecahkan suatu masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan sistematis dalam rangka menemukan jawaban secara mandiri dari berbagai permasalahan yang diutarakan.

Item Type: Thesis (Skripsi(S1))
Subjects: S1-Skripsi
Divisions: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > PGSD 2014
Depositing User: Iyas -
Date Deposited: 26 Jul 2016 19:28
Last Modified: 26 Jul 2016 19:28
URI: http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/6482

Actions (login required)

View Item View Item