PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN RASA INGIN TAHU TENTANG KERAGAMAN BUDAYA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK

Rini Anggraini, 105060056 (2016) PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN RASA INGIN TAHU TENTANG KERAGAMAN BUDAYA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK. Skripsi(S1) thesis, FKIP UNPAS.

[img] Text
Revisi Cover Skripsi.docx

Download (121kB)
[img] Text
Surat Pernyataan.doc

Download (29kB)
[img] Text
Abstrak.doc

Download (37kB)
[img] Text
Ucapan Terima Kasih.doc

Download (126kB)
[img] Text
Daftar Isi.docx

Download (23kB)
[img] Text
bab 1 hal 1.docx

Download (17kB)
[img] Text
bab 2 hal 16 (2).docx

Download (18kB)
[img] Text
bab 2 hal 16.docx

Download (66kB)
[img] Text
bab 3 hal 64.docx
Restricted to Repository staff only

Download (19kB)
[img] Text
bab 3 hal 65.docx
Restricted to Repository staff only

Download (48kB)
[img] Text
Bab 4 hal 85.docx
Restricted to Repository staff only

Download (15kB)
[img] Text
Bab 4 hal 86.docx
Restricted to Repository staff only

Download (261kB)
[img] Text
Bab 5 hal. 151.docx
Restricted to Repository staff only

Download (16kB)
[img] Text
Bab 5 hal. 152.docx
Restricted to Repository staff only

Download (18kB)
[img] Text
Daftar Pustaka Gabungan.docx

Download (17kB)

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan rasa ingin tahu siswa melalui model Discovery Learning dalam pembelajaran Tematik pada topik Keragaman Budaya. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di kelas IV SDN Sekelimus I Bandung. Penelitian ini dilatar belakangi dengan keadaan siswa di kelas IV SDN Sekelimus I Bandung yang tidak Aktif dan kritis didalam pembelajaran dikarenakan guru sering menggunakan model pembelajaran yang kurang bervariasi misalnya ceramah konvensional yang menyebabkan pembelajaran menjadi kurang menyenangkan, sedangkan dengan model-model pembelajaran yang lain khususnya model Discovery Learning belum pernah dilaksanakan. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan sistem siklus yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, analisis dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Dalam tiap siklusnya dilaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Discovery Learning.Teknik evaluasi yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik tes dan non tes. Teknik tes untuk mengetahui hasil belajar siswa, dan teknik non tes untuk mengetahui rasa ingin tahu siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan kemampuan rasa ingin tahu siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai presentase peningkatan kemampuan rasa ingin tahu siswa dari siklus I sampai siklus II, yaitu pada siklus I muncul sikap rasa ingin tahu 67 % dengan kategori cukup, siklus II 86 % dengan kategori baik. Kesimpulan yang diperolah dari penelitian ini adalah, bahwa penggunaan model pembelajaran discovery learning sangat menunjang terhadap peningkatan kemampuan rasa ingin tahu siswa pada topik keberagaman budaya kelas IV Sekolah Dasar. Dengan demikian, penggunaan model discovery learning dapat dijadikan salah satu model pembelajaran untuk diterapkan pada pembelajaran tematik. Kata kunci: Discovery Learning, Rasa Ingin Tahu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut ( Zamroni, 2001 h.3) berpendapat pendidikan adalah suatu proses menanamkan dan mengembangkan pada diri peserta didik pengetahuan tentang hidup, sikap dalam hidup agar kelak ia dapat menbedakan barang yang benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk, sehingga kehadirannya ditengah-tengah masyarakat akan bermakna dan berfungsi secara optimal. Perkembangannya Istilah pendidikan bearti bimbingan atau pertolongan yang diberikan secara sengaja terhadap anak didik.dalam perkembangan selanjutnya Pendidikan adalah proses membimbing manusia dari kegelapan, kebodohan dan kecerdasan pengetahuan. Dalam artian, pendidikan baik yang formal maupun informal, meliputi segala yang memperluas segala pengetahuan manusia tentang dirinya sendiri dan Pendidikan merupakan suatu proses yang kontinyu. Ia merupakan pengulangan yang perlahan tetapi pasti dan terus-menerus sehingga sampai pada bentuk yang diinginkan. Menurut UU No. 20 Tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Menurut Komaruddin (Sagala, Syaiful,( 2006, h.175) model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Model dapat dipahami sebagai: (1) suatu tipe atau desain; (2) suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat dengan langsung diamati; (3) suatu sistem asumsi-asumsi, data-data dan interferensi-interferensi yang dipakai untuk menggambarkan secara matematis suatu obyek atau peristiwa; (4) suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu terjemahan realitas yang disederhanakan; (5) suatu deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau imajiner; dan (6) penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya. http:// Panduan guru.com/model-model pembelajaran-pengertiannya/ Dengan demikian model pembelajaran dapat dipahami sebagai suatu desain yang melukiskan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan digunakan sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran. B. Model Pembelajaran Discovery Learning Menurut Yunus Abidin ( 2014, h.175), Mengemukakan Discovery dapat dipandang sebagai metode atau model pembelajaran. Namun demikian, discovery lebih sering disebut metode tinimbangan sebagai model pembelajaran. Oleh karenanya, istilah yang sering muncul adalah metode discovery. Metode discovery didefenisikan sebagai proses pembelajaran yang masih bersifat yang terjadi bila siswa disajikan materi pembelajaran yang masih bersifat belum tuntas atau belum lengkap sehngga menuntut siswa menyingkap beberapa informasi yang diperlukan untuk melengkapi materi ajar tesebut. Model pembelajaran Discovery Learning (penemuan) adalah model mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dalam pembelajaran discovery Learning (penemuan) kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam menemukan konsep, siswa melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip. Model Discovery Learning diartikan sebagai prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorang, memanipulasi objek sebelum sampai pada generalisasi. Sedangkan Bruner menyatakan bahwa anak harus berperan aktif didalam belajar. Lebih lanjut dinyatakan, aktivitas itu perlu dilaksanakan melalui suatu cara yang disebut discovery. Discovery yang dilaksanakan siswa dalam proses belajarnya, diarahkan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip. Discovery Learning ialah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental yang dimaksud antara lain: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Dengan teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan intruksi. Dengan demikian pembelajaran discovery ialah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri. Model pembelajaran Discovery Learning merupakan suatu model pengajaran yang menitikberatkan pada aktivitas siswa dalam belajar. Dalam proses pembelajaran dengan metode ini, guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk menemukan konsep, dalil, prosedur, algoritma dan semacamnya. Tiga ciri utama belajar menemukan yaitu: (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan; (2) berpusat pada siswa; (3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada. 1. Macam-macam (discovery) Model penemuan atau pengajaran penemuan dibagi 3 jenis : a. Penemuan Murni Pada pembelajaran dengan penemuan murni pembelajaran terpusat pada siswa dan tidak terpusat pada guru. Siswalah yang menentukan tujuan dan pengalaman belajar yang diinginkan, guru hanya memberi masalah dan situasi belajar kepada siswa. Siswa mengkaji fakta atau relasi yang terdapat pada masalah itu dan menarik kesimpulan (generalisasi) dari apa yang siswa temukan. Kegiatan penemuan ini hampir tidak mendapatkan bimbingan guru. Penemuan murni biasanya dilakukan pada kelas yang pandai. b. Penemuan Terbimbing Pada pengajaran dengan penemuan terbimbing guru mengarahkan tentang materi pelajaran. Bentuk bimbingan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, arahan, pertanyaan atau dialog, sehingga diharapkan siswa dapat menyimpulkan (menggeneralisasikan) sesuai dengan rancangan guru. Generalisasi atau kesimpulan yang harus ditemukan oleh siswa harus dirancang secara jelas oleh guru. Pada pengajaran dengan metode penemuan, siswa harus benar-benar aktif belajar menemukan sendiri bahan yang dipelajarinya. c. Penemuan Laboratory Penemuan laboratory adalah penemuan yang menggunakan objek langsung (media konkrit) dengan cara mengkaji, menganalisis, dan menemukan secara induktif, merumuskan dan membuat kesimpulan. Penemuan laboratory dapat diberikan kepada siswa secara individual atau kelompok.Penemuan laboratory dapat meningkatkan keinginan belajar siswa, karena belajar melalui berbuat menyenangkan bagi siswa yang masih berada pada usia senang bermain. 2. Tahapan Pembelajaran Penemuan Terbimbing Tahap-tahap penggunaan model belajar penemuan dalam pembelajaran menurut Amien (1987) dapat diuraikan sebagai berikut: a. Tahap pertama adalah diskusi. Pada tahap ini guru memberikan pertanyaan kepada siswa untuk didiskusikan secara bersama-sama sebelum lembaran kerja siswa diberikan kepada siswa. Tahap ini dimaksudkan untuk mengungkap konsep awal siswa tentang materi yang akan dipelajari. b. Tahap kedua adalah proses. Pada tahap ini siswa mengadakan kegiatan laboratorium sesuai dengan petunjuk yang terdapat dalam lembar kerja siswa guna membuktikan sekaligus menemukan konsep yang sesuai dengan konsep yang benar. c. Tahap ketiga merupakan tahap pemecahan masalah. Setelah mengadakan kegiatan laboratorium siswa diminta untuk membandingkan hasil diskusi sebelum kegiatan laboratorium dengan hasil setelah laboratorium sesuai dengan lembaran kerja siswa hingga menemukan konsep yang benar tentang masalah yang ingin dipecahkan. http://herdy07.wodpress.com/2010/05/27/metode-pembelajaran-discovery-penemuan 3. Langkah-langkah Operasional Model Discovery Learning Langkah-langkah dalam mengaplikasikan model discovery learning di kelas adalah sebagai berikut: a. Langkah Persiapan b. Menentukan tujuan pembelajaran c. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya) d. Memilih materi pelajaran. e. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi) f. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh- contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa g. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik. h. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa 4. Kelebihan Model Discovery Learning a. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer. b. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil. c. Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannyasendiriketerampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya. d. Pengetahuan e. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri. Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya. f. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi. g. Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti. h. Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik. i. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru; j. Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri. k. Mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri. l. Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik. m. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang. n. Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukanmanusia seutuhnya. o. Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa. p. Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar. q. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu. 5. Kelemahan Model Discovery Learning a. Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi. b. Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya. c. Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian. d. Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru. e. Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru. C. Rasa Ingin tahu Nasoetion (Hadi dan Permata, 2010 h.3) berpendapat rasa ingin tahu adalah suatu dorongan atau hasrat untuk lebih mengerti suatu hal yang sebelumnya kurangatau tidak kita ketahui. Rasa ingin tahu biasanya berkembang apabila melihat keadaan diri sendiri atau keadaan sekeliling yang menarik. dari pengertian ini, berarti untuk memiliki rasa ingin tahu yang besar, syaratnya seseorang harus tertarik pada suatu hal yang belum diketahui. Keterkaitan itu ditandai dengan adanya proses yang berpikir akti, yakni digunakannya semua panca indera yang kita miliki secara maksimal. Pengaktifan bisa diawali dengan pengamatan melalui mata atau mendengar informasi dari orang lain. Saat mendapatkan data dari berbagai sumber, maka kaitkan data tersebut satu sama lain sehingga menimbulkan suatu fenomena , yakni sembarang objek yang memiliki karakteristik yang dapat diamati. http://www.google.co.id/search?q=pengertian+rasa+ingin+tahu+menurut+para+ahli&start=20&cad=h Rasa ingin tahu adalah suatu emosi yang berkaitan dengan perilaku ingin tahu seperti eksplorasi, investigasi, dan belajar, terbukti dengan pengamatan pada spesies hewan manusia dan banyak. Istilah ini juga dapat digunakan untuk menunjukkan perilaku itu sendiri disebabkan oleh emosi rasa ingin tahu. Seperti emosi “Rasa ingin tahu” merupakan dorongan untuk tahu hal-hal baru, rasa ingin tahu adalah kekuatan pendorong utama di balik penelitian ilmiah dan disiplin ilmu lain dari studi manusia. Rasa ingin tahu pada setiap orang amatlah penting. Semua orang pemikir besar, para jenius, adalah orang-orang dengan karakter penuh rasa ingin tahu. Sebut saja Thomas Alva Edison, Albert Einstein, Leonardo Da Vinci, adalah orang-orang besar yang hidup dengan rasa ingin tahu. Pertama: Rasa ingin tahu membuat pikiran siswa menjadi aktif. Tidak ada hal yang lebih bermanfaat sebagai modal belajar selain pikiran yang aktif. Siswa yang pikirannya aktif akan belajar dengan baik, sebagaimana yang dijelaskan teori kontruktivisme, di mana siswa dalam belajar harus secara aktif membangun pengetahuannya. Kedua: Rasa ingin tahu membuat siswa anda menjadi para pengamat yang aktif. Salah satu cara belajar adalah yang terbaik adalah dengan mengamati. Banyak ilmu pengetahuan yang berkembang karena berawal dari sebuah pengamatan, bahkan pengamatan yang sederhana sekalipun. Rasa ingin tahu membuat siswa lebih peka dalam mengamati berbagai fenomena atau kejadian di sekitarnya. Ini berarti, dengan demikian siswa akan belajar lebih banyak. Ketiga: Rasa ingin tahu akan membuka dunia-dunia baru yang memantang dan menarik siswa untuk mempelajarinya lebih dalam. Jika ada banyak hal yang membuat munculnya rasa ingin tahu pada diri siswa, maka jendela dunia-dunia baru yang menantang akan terbuka buat mereka. Banyak hal yang menarik untuk dipelajari di dunia ini, tetapi seringkali karena rasa ingin tahu yang rendah yang siswa miliki, membuat mereka melewatkan dunia-dunia yang menarik itu dengan entengnya. Keempat: Rasa ingin tahu membawa kejutan-kejutan kepuasan dalam diri siswa, dan meniadakan rasa bosan untuk belajar. Jika jiwa siswa dipenuhi dengan rasa ingin tahu akan sesuatu, maka mereka akan dengan segala keinginan dan kesukarelaan akan mempelajarinya. Setelah memuaskan rasa ingin tahunya, mereka akan merasakan betapa menyenangkannya hal tersebut. Kejutan-kejutan kepuasan ini akan meniadakan perasaan bosan belajar. Itulah beberapa hal yang membuat rasa ingin tahu dalam diri siswa perlu dibangun dan dikembangkan. D. Pembelajaran Tematik Menurut Abdul Majid ( 2014, h.122) mengemukakan pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata peklajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemanduan itu peserta didik akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran jadi bermakna bagi peserta didik. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik). Beberapa ciri khas dari pembelajaran tematik antara lain: (1) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar; (2) Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; (3) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama; (4) Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa; (5) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya; dan (6) Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain. Dengan pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan tema ini, akan diperoleh beberapa manfaat yaitu: (1) Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan, (2) Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir, (3) Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah. (4) Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat, 1. Karakteristik Pembelajaran Tematik a. Pembelajaran tematik berpusat pada siswa ( student centered ). Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Peran guru lebih banyak sebagai fasilitator yaitu memberika kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar. b. Pembelajaran tematik dapatmemberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yangnyata (konkrit) sebagai dasar untuk mamahami hal-hal yang lebih abstrak. c. Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Bahkan dalam pewlaksanaan di keles-kelas awal madrasah ibtidaiyah (MI), focus pembelajaran diarahkan kepada pambahsan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa. d. Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa dapat memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. e. Pembelajaran tematik bersikap luwes (fleksibel), sebab guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada. f. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Dengan demikian, siswa diberikan kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. 2. Landasan Pembelajaran Tematik Pembelajaran pada hakekatnya menempati posisi / kedudukan yang sangat strategis dalam keseluruhan kegiatan pendidikan, dalam arti akan sangat menjadi penentu terhadap keberhasilan pendidikan. Dengan posisi yang pentingitu, msks proses pembelajaran tidak bias dilakukan secara sembarangan, dibutuhkan berbagai landasan atau dasar yang kokoh dan kuat. Landasan-landasan tersebut pada hakekatnya adalah factor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan oleh para guru pada waktu merencanakan, melaksanakan, dan menilai proses dan hasil pembelajaran. Landasan-landasan yang perlu mendapatkan perhatian guru dalam pembelajaran tematik meliputi landasan filosofis, landasan psikologis, dan landasan praktis. a. Landasan filosofis Landasan filosofis dimaksudkan pentingnya aspek filsafat dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, bahkan landasan filsafat ini menjadi landasan utama yang melandasi aspek-aspek lainnya. Perumusan tujuan / kompetensi dan isi / materi pembelajaran tematik pada dasarnya bergantung pada pertimbangan-pertimbangan filosofis.secara filosofis, kemunculan pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat sebagai berikut : 1. Aliran progresivisme beranggapan bahwa pembelajaran pada umumnya perlu sekali ditekankan pada : a. Pembentukan kreatifitas b. Pemberian sejumlah kegiatan c. Suasana yang alamiah(natural) d. Memperhatiakn pengalaman siswa Dengan kata lain proses pembelajaran itu bersifat mekanistis(Ellis 1993). Aliran ini juga memandang bahwa dalam proses belajar, siswa sering dihadapkan pada persoalan-persoalan yang harus mendapatkan pemecahan atau bersifat “problem solving”. 2. Aliran kontruktivisme melihat pengalaman langsung siswa (directexperiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Bagi kontruktivisme, pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada siswa, tetapi harus diinterprestasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Siswa harus mengkontruksi pengetahuan sendiri. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Pengetahuan tidak lepas dari subyek yang sedang belajar, penegtahuan lebih dianggap sebagai proses pembentukan (kontruksi) yang terus menerus, terus berkembang dan berubah. 3. Aliran humanisme melihat siswa dari segi: a. Keunikan / kekhasanya b. Potensinya c. Motivasi yang dimilikinya 3. Prinsip-prinsip pembelajaran tematik Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran tematik diantaranya : 1. dalam proses penggalian tema-tema perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut : a. Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan untuk memadukan mata pelajaran. b. Tema harus bermakna, maksudnya tema yang dipilih intuk dikaji harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya. c. Tema harus disesuaikan dengan perkembangan siswa. d. Tema yang dikembangkan harus mampu menunjukan sebgian minat siswa. e. Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa yang terjadi didalam rentang waktu belajar. f. Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku serta harapan masyarakat. g. Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar. 2. Dalam proses pelaksanaan pembelajaran tematik perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut : a. Guru hendaknya bersikap otoriter “single actor” yang mendominasi aktivitas dalam proses pembelajaran b. Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerjasama kelompok. c. Guru perlu bersikap akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam perencanaan pembelajaran 3. Dalam proses penilaian pembelajaran tematik perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut : a. Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penilaian diri (self evaluation) disamping bentuk penilaian lain. b. Guru perlu mengajak para siswa untuk menilai perolehan yang telah dicapai berdasarkan criteria keberhasilan pencapaian tujuan atau kompetensi yang telah disepakati. 4. Implikasi Pembelajaran Tematik Dalam implementasi pembelajaran tematik di sekolah dasar mempunyai berbagai implikasi yang mencakup: a. Implikasi bagi guru, Pembelajaran tematik memerlukan guru yang kreatif baik dalam menyiapkan kegiatan/pengalaman belajar bagi anak, juga dalam memilih kompetensi dari berbagai mata pelajaran dan mengaturnya agar pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan dan utuh. b. Implikasi bagi siswa: (a) Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya; dimungkinkan untuk bekerja baik secara individual, pasangan, kelompok kecil ataupun klasikal, (b) Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi secara aktif misalnya melakukan diskusi kelompok, mengadakan penelitian sederhana, dan pemecahan masalah. c. Implikasi terhadap sarana, prasarana, sumber belajar dan media: d. Pembelajaran tematik pada hakekatnya menekankan pada siswa baik secara individual maupun kelompok untuk aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya memerlukan berbagai sarana dan prasarana belajar. e. Pembelajaran ini perlu memanfaatkan berbagai sumber belajar baik yang sifatnya didesain secara khusus untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran (by design), maupun sumber belajar yang tersedia di lingkungan yang dapat dimanfaatkan (by utilization). f. Pembelajaran ini juga perlu mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran yang bervariasi sehingga akan membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang abstrak. g. Penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar masih dapat h. menggunakan buku ajar yang sudah ada saat ini untuk masing-masing mata pelajaran dan dimungkinkan pula untuk menggunakan buku suplemen khusus yang memuat bahan ajar yang terintegrasi. i. Implikasi terhadap Pengaturan ruangan. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik perlu melakukan pengaturan ruang agar suasana belajar menyenangkan. Pengaturan ruang tersebut meliputi: ruang perlu ditata disesuaikan dengan tema yang sedang dilaksanakan, susunan bangku peserta didik dapat berubah-ubah disesuaikan dengan keperluan pembelajaran yang sedang berlangsung, peserta didik tidak selalu duduk di kursi tetapi dapat duduk di tikar/karpet, kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di dalam kelas maupun di luar kelas, dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta didik dan dimanfaatkan sebagai sumber belajar, alat, sarana dan sumber belajar hendaknya dikelola sehingga memudahkan peserta didik untuk menggunakan dan menyimpannya kembali. j. Implikasi terhadap Pemilihan metode. Sesuai dengan karakteristik pembelajaran tematik, maka dalam pembelajaran yang dilakukan perlu disiapkan berbagai variasi kegiatan dengan menggunakan multi metode. 5. Manfaat Pembelajaran Tematik a. Dengan menggabungkan berbagai mata pelajaran akan terjadi penghematan karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan b. Siswa dapat melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat dari pada tujuan akhir itu sendiri. c. Pembelajaran tematik dapat meningkatkan taraf kecakapan berfikir siswa. d. Kemungkinan pembelajaran yang terpisah-pisah sedikit sekali terjadi, karena siswa dilengkapi dengan pengalaman belajar yang lebih tematik. e. Pembelajran tematik memberikan penerapan-penerapan dunia nyata sehingga dapat mempertinggi kesempatan transfer pembelajaran (transfer of learning). f. Dengan pemanduan pembelajaran antar mata pelajaran diharapkan penguasan matri pembelajaran akan semakin meningkat. g. Pengalaman belajar antar mata pelajaran sangat positif untuk membentuk pendekatan menyeluruh pembelajaran terhadap ilmu pengetahuan h. Motivasi belajar dapat ditingkatkan dan diperbaiki. i. Pembelajaran tematik membantu menciptakan struktur kognitif. j. Melalui pembelajaran tematik terjadi kerjasama yang lebuh meningakatantara para guru, para siswa, guru-siswa dan siswa-orang/nara sumber lain;belajar menjadi lebih menyenangkan, belajar dalam situasi lebih nyata dan dalam konteks yang bermakna. 6. Keunggulan dan kelemahan Pembelajaran Tematik Keunggulan: Pembeljaran tematik memiliki keunggulan antara lain : a. Pengalaman dan kegiatan belajar akan selalu relevan dan tingkat perkembangan siswa. b. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik sesuai dengan dan berolak dari minat dan kebutuhan anak. c. Seluruh kegiatan lebih bermakna bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama. d. Pembelajaran tematik dapat menumbuhkembangkan ketrampilan berpikirsiswa. e. Menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkunganya. f. Menumbuhkembangkan ketrampilan social siswa seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan respek terhadap gagasan orang lain. Kelemahan pembelajaran tematik menurut udin Sa’ud dkk (2006) kelemahan-kelemahannya sebagai berikut : 1. Dilihat dari aspek guru, pembelajaran tematik menuntut tersedianya peran guru yang memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, kreatifitas tinggi,ketrampilan metodologik yang handal, kepercayaan diri dan etos akademik yang tinggi, dan berani untuk mengemas dan mengembangkan materi. Tanpa adanya kemampuan diatas, pelaksanaan pembelajaran tematik sulit diwujudkan. 2. Dilihat dari aspek siswa, pembelajaran tematik termasuk memiliki peluang untuk mengembangkan kreatifitas akademik yang menuntut kemampuan belajar siswa yang relative “baik” baik dalam aspek intelegensi maupun kreatifitasnya. Hal tersebut karena model pembelajaran tematik menekankan pada pengembangan kemampuan analitik (memjiwai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan) dan kamampuan eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali). Bila kondisi diatas tidak dimiliki siswa, maka maka pelaksanaan model tersebut sulit diterapkan. 3. Dilihat dari aspek sarana dan sumber pembelajaran, pembelajaran tematik memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan berguna seperti yang dapat menunjang dan memperkaya serta mempermudah pengembangan wawasan dan pengetahuan yang diperlukan.misalnya perpustakaan, bila hal ini tidak dipenuhi maka akan sulit menerapkan model pembelajaran tersebut. 4. Dilihat dari aspek kurikulum, pembelajaran tematik memerlukan jenis kurikulum yang terbuka untuk pengembangannya. 5. Dilihat dari system penilaian dan pengukurannya, pembelajaran tematik membutuhkan system penilaian dan pengukuran (objek, indicator, dan prosedur)yang terpadu. 6. Dilihat dari suasana penekanan proses pembelajaran, pembelajaran tematik cenderung mengakibatkan penghilangan pengutamaan salah satu atau lebih mata pelajaran. http:// akhmad sudrajat.wood press.com/2008/07/13/pembelajaran-tematik-kelas-awal-sekolah-dasar/ E. Hasil Penelitian Terdahulu yang Sesuai dengan Penelitian 1. Hasil Penelitian Terdahulu Prysta Widhiyani (090210204117-2013) Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Penelitian mengunakan 2 siklus. Pada siklus I aktivitas dan hasil belajar siswa masih tergolong rendah dan belum mencapai nilai kriteria yang diinginkan maka dilanjutkan ke siklus II dengan syarat apabila aktivitas dan hasil belajar siswa masih dibawah 75%. Subjek penelitian adalah siswa kelas III SDN Sumbersari 02 Jember sebanyak 34 siswa. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara dan metode tes. Berdasarkan analisis data diperoleh bahwa pembelajaran matematika melalui metode Discovery Learning berjalan sesuai rencana. Presentase aktivitas yang diperoleh dari pembelajaran melalui metode Discovery Leraning berjalan sesuai dengan rencana. Persentase aktivitas yang diperoleh daripembelajaran melalui metode discovery learning pada siklus I pertemuan pertama sebesar 41,17% dengan kategori cukup aktif meningkat pada pertemuan kedua menjadi 64,70% dengan kategori aktif dan siklus II sebesar 79,41% dengan kategori sangat aktif, sehingga meningkat sebesar 14,71%. Ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 55,88% dengan kategori kurang dan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan 19 siswa meningkat pada siklus II menjadi 82,35% dengan kategori sangat baik dan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 28 siswa dari 34 siswa, sehingga meningkat sebesar 26,47%.Kesimpulan dalam penelitian ini adalah pembelajaran matematika menggunakanmetode discovery learning berjalan sesuai rencana yang telah dirancang dan membuat siswa menjadi lebih aktif dan lebih memahami materi yang diajarkan. 2. Agus Supriyadi ( F-34210452-2012) Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dalam skripsinya yang berjudul Peningkatan hasil belajar Metode Discovery pembelajaran Ipa Kelas IV SDN 03 Sungai Ambawang Kubu Raya. Adapun alasan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan materi bentuk daun dan fungsinya dengan metode Discovery Learning terhadap siswa kelas IV di Sekolah Dasar Negeri 03 Ambawang. Penelitian ini menggunakan 2 siklus , berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa pada siklus I sebagaian besar kegiatan telah dilaksanakan oleh guru dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran yaitu sebesar 65% setelah siklus II seluruh pelaksanaan kegiatan pembelajaran telah dapat dilaksanakan oleh guru pada pembelajaran bentuk daun dan fungsinya dengan metode discovery learning dapat meningkat 100%. Dan aktivitas positif yang terjadi peningkatan pada siklus II menjadi 75,55%. Jadi penerapan metode Discovery Learning pada pembelajaran bentuk daun dan fungsinya pada siswa kelas IV di Sekolah Dasar Negeri 03 Sungai Ambawang diketahui sudah sangat efektif dan tepat hal ini ditunjukkan dari rata-rata nilai evaluasi belajar siswa pada siklus I adalah sebesar 78,72 dan terjadi peningkatan setelah adanya perbaikan pembelajaran pada siklus II menjadi 97,76. F. Kerangka Berfikir Penggunaan model pembelajaran Discovery Learning untuk meningkatkan rasa ingin tahu tentang keragaman budaya pada pembelajaran tematik SDN Sekelimus I Bandung 2014/2015 yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah meningkatkan rasa ingin tahu siswa yang didalam pembelajaran kurang ingin mengetahui pembelajaran dan siswa masih terlihat pasif. Model Discovery Learning digunakan peneliti sebagai cara agar penelitian dapat berjalan dengan lancar dan mudah. Dengan menggunakan model Discovery Learning pada saat kegiatan pembelajaran peneliti berharap agar para siswa bisa dengan mudah memahami materi pembelajaran yang dijelaskan. Selain itu peneliti juga berharap ketika menggunakan metode tanya jawab pada saat kegiatan belajar mengajar, pembelajaran tersebut bisa berlangsung secara aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Model Pembelajaran Discovery Learning memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dan kelemahan yang ada didalam model Discovery Learning sering menghambat terjadinya kegiatan belajar mengajar. Model Discovery Learning digunakan untuk mempermudah siswa menerima materi yang disampaikan oleh guru kepada siswa dengan cara yang lebih mudah. Kerangka pemikiran intinya berusaha menjelaskan konstelasi hubungan antar variabel yang akan diteliti. Konstelasi hubungan tersebut idealnya dikuatkan oleh teori atau penelitian sebelumnya. Dalam menyusun kerangka pemikiran, penyajiannya dimulai dari variabel yang mewakili masalah penelitian. Jika hendak diteliti adalah masalah kinerja pegawai dalam hubungannya dengan motivasi dan kompensasi, maka penyajiannya dimulai dari teori kinerja lalu dikaitkan dengan teori motivasi. Keterkaitan dua variabel tersebut sedapat mungkin dilengkapi dengan teori atau penelitian tedahulu yang dilakukan seorang pakar/peneliti atau lebih yang menyatakan adanya hubungan atau pengaruh antar keduanya. Jika konstelasi hubungan antara kinerja dan motivasi sudah terbangun dengan baik, maka tahap selanjutnya adalah merangkai konstelasi hubungan antara kinerja dengan kompensasi, dengan persyaratan teoritis serupa. Artinya, konstelasi hubungan atar keduanya juga harus diperkuat teori atau penelitian terdahulu. Pada bagian akhir kerangka pemikiran umumnya disajikan konstelasi hubungan antara keseluruhan variabel dilengkapi dengan bagan yang menggambarkan hubungan antar variabel penelitian. Jika akan meneliti pengaruh motivasi dan kompensasi terhadap kinerja pegawai, maka dapat gambarkan secara bagan konstelasi tersebut. Dari uraian diatas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan rasa ingin tahu siswa pada pembelajaran tematik SD. Hubungan tersebut dapat diuraikan dengan diagram dibawah ini: G. Strategi Pembelajaran Permen Nomor 81A Tahun 2013 1. Standar Isi Pembelajaran Tema I Indahnya Kebersamaan Sub Tema Keberagaman Budaya Bangsaku Kegiatan Pembelajaran I Tabel 2.1 Standar Isi Pembelajaran Tema I Indahnya Kebersamaan Sub Tema Keberagaman Budaya Bangsaku Kegiatan Pembelajaran I Kelas IV Semester I Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 4.Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia PPKn 4.4 Mengelompokkan kesamaan identitas suku bangsa (pakaian tradisional, bahasa, rumah adat, makanan khas, dan upacara adat), sosial ekonomi (jenis pekerjaan orang tua) di lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat sekitar 4.Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis,dan sistematis dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia Seni Budaya dan Prakarya 4.5 Menyanyikan lagu dengan gerak tangan dan badan sesuai dengan tinggi rendah nada 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia Bahasa Indonesia 4.1 Mengamati, mengolah, dan menyajikan teks laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku (Sumber, Kurikulum 2013) 2. Standar Proses berdasarkan a. Silabus Menurut Salim dalam Abdul Majid ( 2014. h.207) Mengemukakan Istilah silabus dapat didefenisikan sebagai garis-garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi atau materi pelajaran Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan /atau kelompok mata pelajaran/ tema tertentu yang mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indicator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. 1). Komponen Silabus Silabus memuat sekurang-kurangnya komponen-komponen berikut ini. a. Identitas Silabus b. Kompetensi Inti c. Kompetensi Dasar d. Indikator e. Materi Pembelajaran f. Kegiatan Pembelajaran g. Penilaian h. Alokasi Waktu i. Sumber Belajar 2). Langkah-langkah Pengembangan Silabus a. Mengisi Identitas Silabus Identitas terdiri dari nama sekolah, mata pelajaran, kelas, dan semester. Identitas silabus ditulis diatas matriks silabus. b. Menulis Kompetensi Inti Kompetensi inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimilikompetensi inti mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikimotor). Yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti harus mengembangkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skopetensi inti lls dan soft skompetensi inti lls. c. Menulis Kompetensi Dasar Kompetensi dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan dari kompetensi inti. Kompetensi dasar adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang bersumber pada kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik, kompetensi tersebut dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. d. Mengindentifikasi Materi Pokok/ Pembelajaran Dalam memgindentifikasi materi pokok/pembelajaran harus dipertimbangkan: 1) Potensi peserta didik Relevansi materi pokok dengan KOMPETENSI INTI dan KD; 2) Tingkat pertimbangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual 3) Peserta didik; 4) Kebermanfaatan bagi peserta didik; 5) Struktur keilmuan; 6) Kedalaman dan keluasan materi; 7) Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; 8) Alokasi waktu. e. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasu dan berpusat pada peserta didik. f. Merumuskan Indikator Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai perubahan perilaku yang dapat diukur mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Untuk mengembangkan instrumen penilaian, terlebih dahulu diperhatikan indikator. Oleh karena itu, didalam penentuan indikator diperlukan kriteria-kriteria berikut ini. 1) Setiap KD dikembangkan menjadi bebberapa indikator (lebih dari dua) 2) Indikator menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur dan / atau observasi. 3) Tingkat kata kerja dalam indikator lebih rendah atau setara dengan kata kerja dalam KD atau SK 4) Prinsip pengembangan indikator adalah sesuai dengan kepentingan ( urgensi), kesinambungan ( kontinuitas), kesesuian (relevansi) dan kontekstual 5) Keseluruhan indikator dalam satu KD merupakan tanda-tanda, perilaku, dan lain-lain untuk pencapaian kompetensi yang merupakan kemampuan bersikap, berpikompetensi inti r, dan bertindak secara konsisten 6) Sesuia tingkat perkembangan berpikompetensi r siswa. 7) Berkaitan dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar 8) Memperhatikan aspek manfaat dalam kehidupan sehari-hari (life skompetensi inti lls) 9) Harus dapat menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa secara utuh (kognitif, afektif, dan psikimotor 10) Memperhatikan sumber-sumber belajar yang relevan. Dapat diukur/ dapat dikuantifikasikan/ dapat menggunakan kata kerja operasional g. Penilaian Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk , memperoleh, menganalisis dan menafsirkan proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan kesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan untuk mennentukan tingkat keberhasilan pencapaian kompetensi yang telah ditentukan, penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indicator yang telah ditetapkan mencakup tiga ranah (kognitip, psikimotor dan afektif) h. Menentukan Alokasi Waktu Alokasi waktu adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk ketercapaian suatu kompetensi dasar tertentu, dengan memperhatiakan: 1) Minggu efektif per semester, 2) Alokasi waktu mata pelajaran per minggu, dan 3) Jumlah kompetensi per semester. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkompetensi inti perkiraan waktu rata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam. i. Menentukan Sumber Belajar Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran, yang dapat berupa: buku teks, media cetak, media elektronika, nara sumber, lingkungan alam sekompetensi inti, dan sebagainya. b. Rpp (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Menurut Abdul Majid (2014 h.226) berpendapat Rencana pelaksanaan pembelajaran (Rpp) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai suatu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam srandar Isi dan telah dijabarkan dalam silabus. Komponen dan Langkah-langkah Pengembangan RPP a. Mencantumkan identitas b. Mencantumkan tujuan pembelajaran c. Mencantumkan materi pembelajaran d. Mencantumkan model/metode pembelajaran e. Mencantumkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran f. Mencantumkan media/alat/bahan/sumber belajar g. Mencantumkan penilaian c. Pelaksanaan Pembelajaran Tahap pertama dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). 1. Hakikat RPP a. Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus. RPP mencakup: (1) data sekolah, matapelajaran, dan kelas/semester; (2) materi pokok; (3) alokasi waktu; (4) tujuan pembelajaran, KD dan indikator pencapaian kompetensi; (5) materi pembelajaran; metode pembelajaran; (6) media, alat dan sumber belajar; (6) langkah-langkah kegiatan pembelajaran; dan (7) penilaian. b. Setiap guru di setiap satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP untuk kelas di mana guru tersebut mengajar (guru kelas) di SD dan untuk guru matapelajaran yang diampunya untuk guru SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK. Pengembangan RPP dapat dilakukan pada setiap awal semester atau awal tahun pelajaran, dengan maksud agar RPP telah tersedia terlebih dahulu dalam setiap awal pelaksanaan pembelajaran. Pengembangan RPP dapat dilakukan secara mandiri atau secara berkelompok. c. Pengembangan RPP yang dilakukan oleh guru secara mandiri dan/atau secara bersama-sama melalui musyawarah guru MATA pelajaran (MGMP) di dalam suatu sekolah tertentu difasilitasi dan disupervisi kepala sekolah atau guru senior yang ditunjuk oleh kepala sekolah. d. Pengembangan RPP yang dilakukan oleh guru secara berkelompok melalui MGMP antarsekolah atau antarwilayah dikoordinasikan dan disupervisi oleh pengawas atau dinas pendidikan. 2. Prinsip-Prinsip Pengembangan RPP Berbagai prinsip dalam mengembangkan atau menyusun RPP adalah sebagai berikut: a. RPP disusun guru sebagai terjemahan dari ide kurikulum dan berdasarkan silabus yang telah dikembangkan di tingkat nasional ke dalam bentuk rancangan proses pembelajaran untuk direalisasikan dalam pembelajaran. b. RPP dikembangkan guru dengan menyesuaikan apa yang dinyatakan dalam silabus dengan kondisi di satuan pendidikan baik kemampuan awal peserta didik, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik. c. Mendorong partisipasi aktif peserta didik d. Sesuai dengan tujuan Kurikulum 2013 untuk menghasilkan peserta didik sebagai manusia yang mandiri dan tak berhenti belajar, proses pembelajaran dalam RPP dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mengembangkan motivasi, minat, rasa ingin tahu, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, semangat belajar, keterampilan belajar dan kebiasaan belajar. e. Mengembangkan budaya membaca dan menulis f. Proses pembelajaran dalam RPP dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan. g. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut. h. RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi. Pemberian pembelajaran remedi dilakukan setiap saat setelah suatu ulangan atau ujian dilakukan, hasilnya dianalisis, dan kelemahan setiap peserta didik dapat teridentifikasi. Pemberian pembelajaran diberikan sesuai dengan kelemahan peserta didik. i. Keterkaitan dan keterpaduan. j. RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI dan KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas matapelajaran untuk sikap dan keterampilan, dan keragaman budaya. k. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi l. RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi. 3. Komponen dan Sistematika RPP RPP paling sedikit memuat: (i) tujuan pembelajaran, (ii) materi pembelajaran, (iii) metode pembelajaran, (iv) sumber belajar, dan (v) penilaian. 40 Komponen-komponen tersebut secara operasional diwujudkan dalam bentuk format berikut ini. Sekolah : Matapelajaran : Kelas/Semester : Materi Pokok : Alokasi Waktu : A. Kompetensi Inti (KI) B. Kompetensi Dasar dan Indikator 1. _____________ (KD pada KI-1) 2. _____________ (KD pada KI-2) 3. _____________ (KD pada KI-3) Indikator: __________________ 4. _____________ (KD pada KI-4) Indikator: __________________ Catatan: KD-1 dan KD-2 dari KI-1 dan KI-2 tidak harus dikembangkan dalam indikator karena keduanya dicapai melalui proses pembelajaran yang tidak langsung. Indikator dikembangkan hanya untuk KD-3 dan KD-4 yang dicapai melalui proses pembelajaran langsung. C. Tujuan Pembelajaran D. Materi Pembelajaran (rincian dari Materi Pokok) E. Metode Pembelajaran (Rincian dari Kegiatan Pembelajaran) F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran 1. Media 2. Alat/Bahan 3. Sumber Belajar G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran 1. Pertemuan Kesatu: a. Pendahuluan/Kegiatan Awal (…menit) b. Kegiatan Inti (...menit) c. Penutup (…menit) 2. Pertemuan Kedua: a. Pendahuluan/Kegiatan Awal (…menit) b. Kegiatan Inti (...menit) c. Penutup (…menit), dan seterusnya. H. Penilaian 1. Jenis/teknik penilaian 2. Bentuk instrumen dan instrumen 3. Pedoman penskoran 4. Langkah-Langkah Pengembangan RPP a. Mengkaji Silabus Secara umum, untuk setiap materi okok pada setiap silabus terdapat 4 KD sesuai dengan aspek KI (sikap kepada Tuhan, sikap diri dan terhadap lingkungan, pengetahuan, dan keterampilan). Untuk mencapai 4 KD tersebut, di dalam silabus dirumuskan kegiatan peserta didik secara umum dalam pembelajaran berdasarkan standar proses. Kegiatan peserta didik ini merupakan rincian dari eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, yakni: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah dan mengkomunikasikan. Kegiatan inilah yang harus dirinci lebih lanjut di dalam RPP, dalam bentuk langkah-langkah yang dilakukan guru dalam pembelajaran, yang membuat peserta didik aktif belajar. Pengkajian terhadap silabus juga meliputi perumusan indikator KD dan penilaiannya. b. Mengidentifikasi Materi Pembelajaran Mengidentifikasi materi pembelajaran yang menunjang pencapaian KD dengan mempertimbangkan: 1) potensi peserta didik; 2) relevansi dengan karakteristik daerah, 3) tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik. 4) Kebermanfaatan bagi peserta didik: 5) Struktur Keilmuan; 6) aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran; 7) relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan 8) alokasi waktu. c. Menentukan Tujuan Tujuan dapat diorganisasikan mencakup seluruh KD atau diorganisasikan untuk setiap pertemuan. Tujuan mengacu pada indikator, paling tidak mengandung dua aspek: Audience (peserta didik) dan Behavior (aspek kemampuan). d. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian KD. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional. 2) Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan manajerial yang 3) dilakukan guru, agar peserta didik dapat melakukan kegiatan seperti di silabus. Kegiatan pembelajaran untuk setiap pertemuan merupakan skenario langkah-langkah guru dalam membuat peserta didik aktif belajar. Kegiatan ini diorganisasikan menjadi kegiatan: Pendahuluan, Inti, dan Penutup. Kegiatan inti dijabarkan lebih lanjut menjadi rincian dari kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, yakni: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan. Untuk pembelajaran yang bertujuan menguasai prosedur untuk melakukan sesuatu, kegiatan pembelajaran dapat berupa pemodelan/demonstrasi oleh guru atau ahli, peniruan oleh peserta didik, pengecekan dan pemberian umpan balik oleh guru, dan pelatihan lanjutan e. Penjabaran Jenis Penilaian Di dalam silabus telah ditentukan jenis penilaiannya. Penilaian pencapaian KD peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Oleh karena pada setiap pembelajaran peserta didik didorong untuk menghasilkan karya, maka penyajian portofolio merupakan cara penilaian yang harus dilakukan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang penilaian yaitu sebagai berikut: 1) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi yaitu KD-KD pada KI-3 dan KI-4. 2) Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya. 3) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan KD yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan peserta didik. 4) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi ketuntasan. 5) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses misalnya teknik wawancara, maupun produk berupa hasil melakukan observasi lapangan. f. Menentukan Alokasi Waktu Penentuan alokasi waktu pada setiap KD didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu matapelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah KD, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan KD. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai KD yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam. Oleh karena itu, alokasi tersebut dirinci dan disesuaikan lagi di RPP. g. Menentukan Sumber Belajar Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. h. Proses Pembelajaran Tahap kedua dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu pelaksanaan pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. 1. Kegiatan Pendahuluan Dalam kegiatan pendahuluan, guru: a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; b. mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang sudah dipelajari dan terkait dengan materi yang akan dipelajari; c. mengantarkan peserta didik kepada suatu permasalahan atau tugas yang akan dilakukan untuk mempelajari suatu materi dan menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD yang akan dicapai; dan d. menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan atau tugas. 2. Kegiatan Inti Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuksecara aktif menjadi pencari informasi.serata memberikan ruaang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik dan mata pelajaran, yang diliputi proses observasi, menanya, mengumpulkan informasi, asosiasi, dan komunikasi. Dalam setiap kegiatan guru harus memperhatikan kompetensi yang terkait dengan sikap seperti jujur,teliti, kerja sama, toleransi, diskusi, taat aturan, menghargai pendapat orang lain yang tercantum dalam Silabus dan RPP. Berikut adalah contoh aplikasi dari kelima kegiatan pembelajatan ( learning event) yang disesuaikan sebagai berikut: a. Mengamati Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. b. Menanya Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstra berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. c. Mengumpulkan dan mengasosiasikan Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Informasi tersebut menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu memeroses informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan. d. Mengkomunikasikan hasil Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. 3. Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup, guru bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran, melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik, dan menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Perlu diingat, bahwa KD-KD diorganisasikan ke dalam empat KI. KI-1 berkaitan dengan sikap diri terhadap Tuhan Yang Maha Esa. KI-2 berkaitan dengan karakter diri dan sikap sosial. KI-3 berisi KD tentang pengetahuan terhadap materi ajar, sedangkan KI-4 berisi KD tentang penyajian pengetahuan. KI-1, KI-2, dan KI-4 harus dikembangkan dan ditumbuhkan melalui proses pembelajaran setiap materi pokok yang tercantum dalam KI-3, untuk semua matapelajaran. KI-1 dan KI-2 tidak diajarkan langsung, tetapi indirect teaching pada setiap kegiatan pembelajaran. f. Penilaian Hasil Belajar Penilaianan dilakukan oleh guru terhadap proses pembelajaran untuk mengatur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusun laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematikdan terprogram, dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas. Proyek dan atau produk, portofolio, dan penilaian diri. Penilaian hasil pembelajaran menggunakan standar penilaian pendidikan dan panduanpenilaian kelompok mata pelajaran. g. Pengawasan Proses Pembelajaran 1. Pemantauan a. Pemantauan proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan, dan penilaian hasil pembelajaran. b. Pemantauan dilakuakan dengan cara diskusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan, perekaman, wawncara, dan dokumentasi. c. Kegiatan pemantauan dilaksanakan oleh kepala dan pengawas sataun pendidikan. d. Supervisi 1) Suvervisi proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran. 2) Supervisi pembelajaran diselenggrakan dengan cara pemberian contoh, diskusi, pelatihan, dan konsultasi. 3) Kegiatan supervisi dilakuakn oleh kepala dan pengawasan satuan pendidikan. 2. Evaluasi a. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran. b. Evaluasi proses pembelajaran diselenggarakan dengan cara: 1) Membandingkan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru sesuai dengan standar proses. 2) Mengindentifikasi kinerja guru dalam proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi guru. 3) Evaluasi proses pembelajaran memusatkan pada keseluruhan kinerja guru dalam proses pembelajaran. 1. Pelaporan Hasil kegiatan pemantauan supervisi, dan evaluasimproses pembelajaran dilaporkan kepada pemangku kepentingan. 2. Tindak lanjut a. Penguatan dan penghargaan diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar. b. Teguran yang bersifat mendidik diberikan kepada guru yang belum memenuhi standar. c. Guru diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan/ penataran lebih lanjut. BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitia

Item Type: Thesis (Skripsi(S1))
Subjects: S1-Skripsi
Divisions: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > PGSD 2014
Depositing User: Iyas -
Date Deposited: 25 Jul 2016 15:07
Last Modified: 25 Jul 2016 15:07
URI: http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/6275

Actions (login required)

View Item View Item