PENGGUNAAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI SISWA PADA TEMA DIRIKU SUB TEMA AKU DAN TEMAN BARU

Reni Radiah Ra’fah, 105060259 (2016) PENGGUNAAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI SISWA PADA TEMA DIRIKU SUB TEMA AKU DAN TEMAN BARU. Skripsi(S1) thesis, FKIP UNPAS.

[img] Text
COVER & LEMBAR PENGESAHAN.docx

Download (90kB)
[img] Text
SURAT PERNYATAAN.docx

Download (11kB)
[img] Text
ABSTRAK I.docx

Download (15kB)
[img] Text
KATA PENGANTAR.docx

Download (58kB)
[img] Text
DAFTAR ISI RENI.docx

Download (20kB)
[img] Text
BAB I.docx

Download (39kB)
[img] Text
BAB II.docx

Download (2MB)
[img] Text
BAB III.docx
Restricted to Repository staff only

Download (124kB)
[img] Text
BAB IV.docx
Restricted to Repository staff only

Download (153kB)
[img] Text
BAB V.docx
Restricted to Repository staff only

Download (18kB)
[img] Text
DAFTAR PUSTAKA.docx

Download (15kB)
[img] Text
RIWAYAT HIDUP.docx

Download (37kB)

Abstract

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidik. (Notoatmodjo, 2003:16) pendidikan dapat di maknai sebagai proses mengubah tingkah laku peserta didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri. Pendidikan tidah hanya mencakup dalam pengembangan intelektualitas, akan tetapi lebih ditekankan pada proses pembinaan kepribadian siswa secara menyeluruh. Tujuan pendidikan nasional itu merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh karena itu, rumusan tujuan pendidikan nasional menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa. Tabel 1.1 Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa No Nilai Deskripsi 1. Religius Sikap dan prilaku yang patut dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. 2. Jujur Prilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan 3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. 4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. 6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki 7. Mandiri Sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelasaikan tugas 8. Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain 9. Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar 10. Semangat Kebangsaan Cara berfikir, bersikap, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya 11. Cinta Tanah Air Cara berfikir, bersikap, bertindak, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa 12. Tanggung Jawab Sikap dan prilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat. Lingkungan (alam, social dan budaya) Negara dan Tuhan Yang Maha Esa 13. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan 14. Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi 15. Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya 16. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya 17. Bersahabat/Komunikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain 18. Menghargai Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain Sumber:http://hamimnova.wordpress.com/2010/10/08/nilai-nilai-pendidikan-budaya-dan-karakter-bangsa-pbkb-dalam-kbm/ Pada dasarnya pendidikan merupakan interaksi antara guru dengan siswa, untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu. Interaksi ini disebut interaksi pendidikan, yaitu saling pengaruh antara guru dengan peserta didik sebagaimana di paparkan dalam beberapa undang-undang pendidikan itu antara lain. Undang-Undang Sisdiknas No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan pasal 1 ayat 1: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat dan bangsa. Dilihat dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa fungsi pendidik adalah menyiapkan peserta didik. “Menyiapkan” diartiakan bahwa peserta didik pada hakikatnya belum siap, tetapi perlu disiapkan dirinya sendiri. Hal ini menunjukan pada pada proses yang berlangsung sebelum peserta didik itu siap untuk terjun langsung ke kehidupan nyata. Sebagai acuan guru dalam menyiapkan siswa, guru berpatok kepada kurikulum. Kurikulum Menurut UU No. 20 Tahun 2003: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Sebagaimana yang sudah kita ketahui bersama semakin hari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin meningkat. Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah dua hal yang saling terkait. Kemajuan teknologi dapat mendorong terjadinya kemajuan ilmu pengetahuan dan sebaliknya kemajuan ilmu pengetahuan dapat melahirkan berbagai macam fasilitas teknologi. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa banyak dampak yang besar bukan hanya bagi manusia juga terhadap lingkungan sekitar dengan berbagai aspek kehidupannya. Pendidikan adalah salah satu bidang yang paling besar mendapat pengaruh dari kemajuan teknologi. Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut sekolah sebagai lembaga pendidikan formal untuk dapat menghasilkan lulusan yang bermutu dan berkualitas. Sekolah sebagai lembaga pendidikan dituntut untuk dapat melaksanakan proses pembelajaran secara maksimal dalam semua mata pelajaran, termasuk di dalamnya mata pelajaran tematik terpadu. Mutu pendidikan pada lingkup sekolah dapat diukur dari segi tertentu, misalnya apakah para siswa menunjukkan hasil yang memuaskan dalam penguasaan materi setelah proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran seorang guru harus merumuskan tujuan pengajaran untuk tercapainya tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan pada dasarnya mengantar para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku baik intelektual, moral, maupun sosial agar dapat hidup mandiri sebagai makhluk sosial (Sudjana, 2005:1). Dalam pencapaian tujuan pendidikan tersebut diperlukan beberapa komponen, dan salah satu komponen utamanya adalah guru sebaiknya dapat menciptakan suasana yang kondusif dalam kegiatan belajar mengajar, agar tercipta komunikasi antara guru dan siswa. Komunikasi guru dan siswa akan berjalan lancar apabila seorang guru dapat menguasai teknik dan cara berkomunikasi yang baik dengan memanfaatkan alat bantu berupa model pembelajaran yang sesuai. Adapun beberapa model pembelajaran yang sesuai dalam pembelajaran kurikulum 2013 yaitu Pembelajaran Berbasis Proyek (project Based Learning), Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Blased Learning), Pembelajaran Berbasis Penemuan (Discouvery Learning) dan Inquiri Terbimbing. Dari semua model-model yang ada di kurikulum 2013 memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Tetapi model pembelajaran yang tepat untuk di pakai dalam kelas 1 adalah model pembelajaran Discouvery Learning. Model Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi,dan penentuan. Dalam menemukan konsep, siswa melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip. (http://nurulelkhalieqy.blogspot.com/2011/07/discoverylearning.html.Selasa 1:10) Pembelajaran tematik terpadu suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu, siswa akan memperoleh pengetahuan dan ketrampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi peserta didik. (http://www.nurulhidayah.net/912-pemebelajaran-terpadu-tematik.html14-05-2013 09:58 ). Makna pembelajaran Tematik Terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna pada pembelajaran Tematik Terpadu artinya, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkan dengan konsep yang lain yang sudah mereka pahami. Kurangnya rasa percaya diri pada tema diriku. Hal ini terjadi pada siswa SDN Melong Mandiri I cimahi tahun ajaran 2014-2015. Hal tersebut dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhinya. Berdasarkan hasil observasi di SDN Melong Mandiri I yang dilakukan pada bulan agustus 2014-2015, dalam tema diriku kegiatan belajar mengajar masih berpusat pada guru yaitu kegiatan belajar mengajar dimana aktivitas guru dalam proses pembelajaran lebih banyak menerangkan dan memberi contoh, sementara itu kegiatan siswa hanya memperhatikan, mencatan penjelasan guru, kadang-kadang siswa bertanya pada gurunya, dan biasanya siswa mengerjakan soal latihan apabila diperintahkan oleh gurunya. Dari kegiatan ini terlihat bahwa keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar tang dilakukan di sekolah ini masih rendah dan perlu di tingkatkan. Sesuai dengan permasalahan yang di ungkapkan di atas, maka kita sebagai guru perlu mensiasati atau mencari solusi terhadap permasalahan tersebut. Permasalan tersebut muncul salah satunya disebabkan oleh proses kegiatan belajar yang kurang menekankan pada keaktifan siswa, cenderung membuat fasif siswa dan menyebabkan siswa kurang termotivasi dan kurang terampil. Karena proses utama dalam pendidikan adalah sebagai kegiatan mengajar di kelas. Seorang guru tentu mengharapkan siswa yang belajar bersamanya dapat mengalami perubahan tingkah laku kerarah lebih positif baik secara kognitif, afektif maupun psikomotor. Untuk menciptakan harapan tersebut tidaklah mudah, seorang guru harus mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan. Guru memerlukan pemikiran yang kreatif dan inovatif agar dapat mewujudkan lingkungan kelas yang efektif. Jika seorang guru mampu mewujudkan hal tersebut, tentulah tujuan pembelajaran akan tercapai sesuai dengan harapan. Salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah menerapkan model pembelajaran discovery learning ini menekankan pada peran aktif siswa dalam memperoleh pengetahuannya, sedangkan guru banyak berperan sebagai Fasilitator. Pembelajaran Discovery learning dapat diartikan sebagai suatu model dalam pengajaran teori kognitif dengan mengutamakan peran guru dalam menciptakan situasi belajar yang melibatkan siswa belajar secara aktif dan mandiri, kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki peserta didik dan di tumjukan kerelevansianya akan dapat di capai dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Maka dari penjelasan diatas di ambil judul penelitian mengenai “ Penggunaan Model Discovery Learning untuk Meningkatkan Rasa Percaya Diri Siswa Pada Tema Diriku Sub Tema Aku Dan Teman Baru. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diutarakan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Rendahnya rasa percaya diri dan bekerja sama pada siswa SDN Melong Mandiri I bukan hanya dari cara penyajian materi oleh guru tetapi dari siswa pula, maka rasa percaya diri harus ditingkatkan melalui model pembelajaran discovery learning. 2. Proses pembelajaran yang dilakukan masih berpusat pada guru, di dalam kelas guru hanya berperan sebagai penceramah ilmu sehingga guru menjadi satu-satunya sumber ilmu (Teacher Centered). Pembelajaran seperti ini akan menyebabkan siswa cepat merasa bosan, jenuh, dan semangat belajarnya pun akan hilang, oleh karena itu penggunaan model pembelajaran discovery learning dapat menunjang terlaksananya pembelajaran lebih efektif, aktif, dan menyenangkan bagi siswa. 3. Melalui pemanfaatan model pembelajaran discovery learning. Proses pembelajaran harus lebih menekankan pada peran aktif siswa dalam mencari pengetahuannya . 4. Lemahnya proses pembelajaran yang dikembangkan oleh guru dalam penyajian materi menjadi salah satu faktor rendahnya rasa percaya diri siswa di SDN Melong Mandiri I Cimahi. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan Identifikasi Masalah sebagaimana yang telah di kemukakan, maka rumusan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. “Apakah dengan penggunaan model Discovery learning dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam Pembelajaran TEMATIK” 1. Pertanyaan Penelitian Mengingat rumusan masalah yang telah diuraikan di atas masih terlalu luas maka rumusan masalah tersebut kemudian dirinci dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut : a. Bagaimana perencanaan penggunaan model discovery learning untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam pembelajaran tematik terpadu di kelas 1 SDN Melong Mandiri 1 Kota Cimahi? b. Bagaimana pelaksanaan penggunaan model Discovery Learning untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam Pembelajaran tematik terpadu di kelas 1 SDN Melong Mandiri 1 Kota Cimahi? c. Apakah melalui Model Discovery Learning dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam pembelajaran tematik terpadu di kelas 1 SDN Melong Mandiri 1 Cimahi Kota Cimahi? D. Batasan Masalah Untuk memudahkan dalam penelitian, penulis membatasi permasalahan yang akan diteliti dan dikerjakan selama penelitian. Penulis mencoba untuk membatasi permasalahan sebagai berikut: 1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah discovery learning 2. Konsep yang menjadi bahan penelitian dibatasi pada pembelajaran TEMATIK terpadu bertemakan diriku sub tema aku dan teman baru E. Tujuan penelitian Kegiatan PTK ini bertujuan untuk mencari solusi dalam rangka perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas , baik dari segi strategi, metode ataupun proses pembelajaran yang pada giliranya kegiatan ini dapat meningkatkan penguasaan materi pelajaran oleh para siswa. Dengan kata lain PTK ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan penguasaan peserta didik terhadap materi pembelajaran, baik aspek pengetahuan, aspek sikap, maupun aspek keterampilan. Selain itu, PTK dan pembuatan laporanya ini dimaksudkan untuk memperbaiki dan meningkatkan penguasaan siswa terhadap kompetensi dasar, baik aspek pengetahuan, aspek sikap maupun aspek keterampilan. Selain itu, kegiatan PTK memiliki tujuan khusus diantaranya: 1. Perencanaan penggunaan model discovery learning dalam judul Penggunaan Model Discovery Learning untuk Meningkatkan Rasa Percaya diri siswa dalam Pembelajaran tematik terpadu di kelas 1 SDN Melong Mandiri 1 Kota Cimahi. 2. Pelaksanaan penggunaan model discovery learning dalam judul Penggunaan Model Discovery Learning untuk Meningkatkan Rasa Percaya diri siswa dalam Pembelajaran tematik terpadu di kelas 1 SDN Melong Mandiri 1 Kota Cimahi. 3. Peningkatan percaya diri siswa dalam judul Penggunaan Model Discovery Learning untuk Meningkatkan Rasa Percaya diri siswa dalam Pembelajaran tematik terpadu di kelas 1 SDN Melong Mandiri 1 Kota Cimahi. F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Sekolah a. Menjadi salah satu bahan acuan sekolah untuk dijadikan salah satu model dalam mengajar khususnya dalam pelajaran TEMATIK terpadu bertemakan diri ku. b. Memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas pembelajaran TEMATIK terpadu bertemakan diri ku. 2. Bagi Siswa Memberi pengetahuan dan pengalaman kepada siswa dengan mengunakan model baru dalam proses belajar mengajar yang diharapkan dapat meningkatkan rasa percaya diri . 3. Bagi Guru Dapat dijadikan alternatif Model pembelajaran bagi guru untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam memahami konsep pelajaran TEMATIK terpadu bertemakan diri ku. 4. Bagi Peneliti Dapat menjadi sarana referensi untuk dapat di gunakan dalam penelitan lebih lanjut guna mengembangkan proses belajar dan mengajar. G. Kerangka Pemikiran Dalam penelitian ini, penulis bertitik tolak pada anggapan dasar sebagai berikut: 1. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatfitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. (Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan). 2. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. (Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan). 3. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. (UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen). 4. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik. Majid (2014:80) 5. Tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan salah satu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individu maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik. 6. Model Discovery Learning merupakan teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat Bruner, bahwa:’’Discovery Learning didefinisikan sebagai pembelajaran yang terjadi ketika siswa tidak disajikan menggunakan materi yang dibahas dalam bentuk akhir, melainkan diperlukan untuk mengatur dirinya sendiri’’. http://resolusirijal.blogspot.com/2011/04/pembelajaran-discoveryinquiry.html 7. Percaya diri Menurut Lauter (2002:4) kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau keyakinan atas kemampuan diri sendiri sehingga dalam tindakan-tindakannya tidak terlalu cemas, merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang sesuai keinginan dan tanggung jawab atas perbuatannya, sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, memiliki dorongan prestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Lauster menggambarkan bahwa orang yang mempunyai kepercayaan diri memiliki ciri-ciri tidak mementingkan diri sendiri (toleransi), tidak membutuhkan dorongan orang lain, optimis dan gembira H. Asumsi Berdasarkan latar belakang dan kerangka pemikiran di atas, penulis mengemukakan asumsi dalam penelitian ini adalah. 1. Model discovery learning Secara sederhana, dapat diartikan sebagai cara penyajian pelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Metode discovery learning lebih dikenal dengan metode penemuan terbimbing, para siswa diberi bimbingan singkat untuk menemukan jawabannya. Harus diusahakan agar jawaban atau hasil akhir itu tetap ditemukan sendiri oleh siswa.Husani, (2009:2) 1. Rasa percaya diri Percaya diri Menurut Lauter (2002:4) kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau keyakinan atas kemampuan diri sendiri sehingga dalam tindakan-tindakannya tidak terlalu cemas, merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang sesuai keinginan dan tanggung jawab atas perbuatannya, sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, memiliki dorongan prestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri 2. Menurut sagala (2009:3) menyatakan dalam proses pembelajaran berhasil tidaknya pecapaian tujuan banyak dipengaruhi oleh bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa, oleh sebab itu kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling utama. 3. Pembelajaran Tematik dalah pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta didik. Dikatakan bermakna pada pembelajaran Tematik Terpadu artinya, peserta didik akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkan dengan konsep yang lain yang sudah mereka pahami.(http://www.nurulhidayah.net/912-pemebelajaran-terpadu tematik.) I. Hipotesis Hipotesi adalah jawaban sementara pada sebuah penelitian. Hipotesis menurut Arikunto (1993:3) dalam skripsi Insyani Nur (2013:49) adalah “suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui bukti yang terkumpul”. Peneliti mencoba menetapkan hipotesis bahwa penggunaan model discovery learning dapat meningkatkan Rasa Percaya diri siswa pada tema diriku sub tema aku dan teman baru dalam pembelajaran tematik. J. Definisi Operasional Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap variabel-variabel penelitian maka istilah-istilah dalam penelitian ini di jabarkan sebagai berikut: 1. Metode pembelajaran discovery learning merupakan pengajaran teori kognitif dengan mengutamakan peran guru dalam menciptakan situasi belajar yang melibatkan siswa belajar secara aktif dan mandiri. 2. Rasa percaya diri merupakan suatu keyakinan dalam jiwa manusia bahwa tantangan hidup apapun harus dihadapi dengan berbuat sesuatu. Percaya diri itu lahir dari kesadaran bahwa jika memutuskan untuk melakukan sesuatu, sesuatu itu pula yang harus dilakukan 3. Pembelajaran menyatakan dalam proses pembelajaran berhasil tidaknya pecapaian tujuan banyak dipengaruhi oleh bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa, 4. Tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam indra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu, siswa akan memperoleh pengetahuan dan ketrampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. BAB II KAJIAN TEORI A. Belajar dan pembelajaran 1. Belajar Secara tradisioanal atau secara umum biasanya belajar di artikan sebagai kegiatan mengingat dan menghapal bahan pelajaran yang di ajarkan oleh guru atau pendidik. Sedangkan secara moderen, kata "Belajar” dipadankan dengan kata “Learning” (bahasa inggris). Pemberian arti terhadap kegiatan belajar dilakukan dengan sudut pandang psikologis, cabang ilmu yang mempelajari interaksi individu dengan lingkungannya. Perubahan tingkah laku dan pemodifikasian tingkah laku yang baru dapat diartikan sebagai hasil belajar. Pada prinsipnya, belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu berinteraksi dengan lingkungannya. Suprijono (2010:2) mendefinisikan belajar sebagai berikut belajara adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dengan lingkungannya (Slameto, 2010:2), belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dan proses pertumbuhan seseorang secara alamiah (Gagne dalam Slameto, 2009:2), belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku. Learning is any relatively permanent change in behavior that is a result of past experience. (belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman ). (Suprijono, 2013:2). Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan ini akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku (Slameto, 2010:2). Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya (Slameto, 2010:2). Belajar selalu berkenaan dengan perubahan-perubahan pada diri orang yang belajar, apakah itu mengarah kepada yang lebih baik ataupun yang kurang baik, direncanakan atau tidak. Hal lain yang selalu terkait dalam belajar adalah pengalaman, pengalaman yang berbentuk interaksi dengan orang lain atau lingkungan. Unsur perubahan dan pengalaman hampir selalu ditekankan dalam rumusan atau definisi tentang belajar. (Suprijono, 2009:2-3) belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah. Belajar bukanlah kegiatan sekali tembak, proses belajar berlangsung secara bergelombang. Belajar memerlukan kedekatan dengan materi yang hendak dipelajari, jauh sebelum bisa memahaminya. Belajar juga memerlukan kedekatan dengan sebagai macam hal, bukan sekedar peluang atau hapalan. Sebagai contoh, pelajaran matematika bisa diajarkan dengan media yang kongkrit, melalui buku-buku latihan dan dengan memperaktikan dalam kegiatan sehari-hari. Masing-masing cara dalam menyajikan konsep akan menentukan pemahaman siswa. yang lebih penting lagi adalah bagaimana kedekatan itu berlangsung. Jika ini terjadi pada peserta didik, dia akan merasakan sedikit keterlibatkan mental. Ketika kegiatan belajar sifatnya pasif, siswa mengikuti pelajaran tanpa rasa keingintahuannya, tanpa mengajukan pertanyaan, dan tanpa minat terdapat. Ketika kegiatan belajar bersifat aktif, siswa mengupayakan sesuatu. Dia menginginkan jawaban atas sebuah pertanyaan, membutuhkan informasi untuk memecahkan masalah, atau mencari cara untuk mengerjakan tugas. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, secara global terdapat tiga macam faktor yang mempengaruhinya Syah dalam Slameto, (2013:129), yaitu: 1) faktor internal (faktor dalam diri siswa), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa. 2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar siswa. 3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi atau metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran. Penjelasan dari faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, dapat dilihat dalam Tabel berikut. Tabel 2.1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR Ragam Faktor dan Elemennya Internal siswa Eksternal siswa Pendekatan belajar siswa 1. Aspek Fisiologis a. Tonus jasmani b. Mata dan telinga. 2. Aspek Psikologis a. Intelegensi b. Sikap c. Minat d. Bakat e. Motivasi 1. Lingkungan Sosial a. keluwarga b. guru dan staf c. masyarakat d. teman 2. Lingkungan Nonsosial a. rumah b. sekolah c. peralatan d. alam 1. Pendekatan Tinggi a. speculative b. achieving 2. Pendekatan Menengah a. analytical b. deep 3. Pendekatan rendah a. reproductive b. surface (Syah dalam Slameto, 2013: 137) Berdasarkan pengertian belajar yang dikemukakan diatas, penulis menyimpulkan belajar merupakan perubahan yang dicapai melalui beberapah proses secara terus – menerus yang mengarah kepada perubahan baik tingkah laku yang dilakukan secara sadar oleh individu untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dari sikap sebagai hasil interaksi dengan lingkunganya yang bersifat relatif permanen. 2. Pembelajaran Pembelajaran adalah membekajarkan siswa menggunakan pembelajaran atau teori belajar dan merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan (Sagala, 2010:61). Menurut sagala pembelajaran mempunyai dua karakteristik, yaitu pertama dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar dan mencatat akan tetapi menghendaki aktifitas siswa dalam proses berfikir. Kedua dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk mempebaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka kontruksi sendiri. Proses pembelajaran berhasil tidaknya pencapaian tujuan banyak dipengaruhi oleh bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa, oleh sebab itu kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling utama. Mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu sistem intruksional yang mengacu pada seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Sebagai sebuah sistem, pembelajaran meliputi suatu komponen, antara lain tujuan, bahan, siswa, guru, model, situasi dan evaluasi (Isjoni, 2012:11). Adapun prinsip – prinsip khusus dalam pengelolaan pembelajaran yaitu sebagai berikut: a. Interaktif Prinsip interaksi mengandung makna bahwa mengajar bukan sekedar menyampaikan pengetahuan dari guru ke siswa tapi sebagai proses mengatur lingkungan yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Proses interaksi memungkinkan kemampuan siswa berkembang, baik mental maupun intelektualnya. b. Inspiratif Proses pembelajaran adalah proses yang inspiratif yang memungkinkan siswa untuk mencoba dan melakukan sesuatu. Berbagai informasi dan pemecahan masalah dalam pembelajaran bukan harga mati dan bersifat mutlak, akan tetapi merupakan hipotesis yang merangsang siswa untuk mau mencoba dan mengujinya. Oleh karena itu, biarkan siswa berbuat dan berpikir sesuai dengan inspirasinya sendiri. c. Menyenangkan Proses pembelajaran adalah proses yang dapat mengembangkan seluruh potensi siswa. Proses pembelajaran yang menyenangkan bisa dilakukan dengan berbagai cara. Pertama, dengan menata ruang yang apik dan menarik. Kedua, melalui pengelolaan pembelajaran yang hidup dan bervariasi. d. Menantang Proses pembelajaran adalah proses yang menantang siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir, yakni merangsang kerja otak secara maksimal. Kemampuan tersebut dapat ditumbuhkan dengan cara mengembangkan ras ingin tahu siswa melalui kegiatan mencoba, berpikir secara intuitif atau bereksplorasi. e. Memberi motivasi Motivasi adalah aspek yang sangat penting untuk membelajarkan siswa. Dalam hal ini, guru harus dapat menunjukkan pentingnya pengalaman dan materi belajar bagi kehidupan siswa. Dengan begitu siswa akan belajar bukan sekedar untuk memperoleh nilai atau pujian tapi didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhan. 3. Pembelajaran Tematik a. Pengertian Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada murid. Majid (2014:80) Menurut BNSP (2006: 35) dalam Majid (2014:85) menyatakan bahwa pengalaman belajar siswa menempati posisi penting dalam usaha meningkatkan kualitas lulusan. Dalam kurikulum 2013 proses kegiatan belajar mengajar dari kelas I-VI menggunakan pendekatan tematik integratif. Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran kedalam berbagai tema (Majid Abdul, 2014: 86). Menurut Gorys Keraf, 2001: 107 dalam Abdul Majid (2014:86) mengemukakan bahwa tema berasal dari kata yunani tithenai yang berarti “Menempatkan” atau “Meletakan” dan kemudian kata itu mengalami perkembangan sehingga kata tithenai berubah menjadi tema. Selain itu menurut Majid Abdul (2014:86) tema merupakan alat atau wadah untuk mengenalkan beragai konsep kepada anak didik secara utuh. Orientasi Kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antar kompetensi sikap (Attitude), keterampilan (Skill) dan pengetahuan (Knowledge). Hal ini sejalan dengan amanat UU No. 20 Tahun 2003 sebagaimana tersurat dalam penjelasan pasal 35 : kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencangkup sikap, pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati. Hal ini juga sejalan dengan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Kurikulum 2013 diarahkan pada pembentukan karaktet siswa. Dimana perubahan karakter dijadikan acuan penilaian, karena perubahan karakter diyakini akan meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan diberlakukannya kurikulum 2013 saat ini, tentunya sangat berpengaruh pada proses pembelajaran. Pada kurikulum 2013 proses pembelajaran berpusat pada siswa. Guru memberikan kesempatan agar siswa mendapatkan pengalaman belajar secara langsung. Proses pembelajaran kurikulum 2013 menggunakan pembelajaran tematik integrative sebagai pendekatan pembelajaran. Dalam Cahyo (2014:81) menyimpulkan bahwa : Pembelajaran tematik terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pembelajaran kedalam berbagai tema. Pengintegrasian dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan. Tema merajut makna berbagai konsep dasar sehingga siswa tidak belajar konsep dasar parsial. Dengan demikian pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada siswa seperti tercemin pada berbagai tema yang tersedia. Konsep pembelajaran tematik merupakan konsep pembelajaran terpadu. Konsep model pembelajaran tematik yang dipelajari di Indonesia adalah konsep pembelajaran terpadu. Model pembelajaran tematik yang digunakan pada kurikulum di Indonesia ada tiga dalam Daryanto, dkk (2014:83-84) yakni : 1) model hubungan/terkait, 2) model jaring laba-laba, 3) model terpadu. Dilihat dari konsep pembelajaran kurikulum 2013, lebih lanjut Abdul Majid (2014: 89) menyebutkan karakteristik pembelajaran tematik terpadu sebagai berikut : 1).Berpusat pada siswa, 2). menyediakan pengalaman langsung, 3). pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, 4).menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, 5). bersifat fleksibel, 6). menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan Perubahan kurikulum 2013 tidak hanya berpengaruh pada proses pembelajaran, tetapi berpengaruh pula pada peran guru didalam kelas. Guru berperan sebagai penentu keberhasilan siswa, dengan kemampuan pengelolaan kelas yang dimilikinya gurulah yang akan membentuk sikap, keterampilan dan pengetahuan siswa. Guru hanya akan mengawasi, membimbing, mengarahkan, menilai dan mengevaluasi proses belajar peserta didik. Sedangkan aspek kognitif didapatkan oleh siswa melalui pengalaman langsung saat proses kegiatan belajar. Dalam UU Guru dan Dosen No.14 tahun 2005 dijelaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah (Daryanto, dkk, 2014:19). Selain berpengaruh pada peran guru didalam kelas, kurikulum 2013 juga memberikan banyak keuntungan bagi sekolah dasar yang menganut sistem guru kelas. Menurut (Daryanto, dkk, 2014:73)Tematik terpadu akan memberikan banyak keuntungan antara lain : 1) Fleksibilitas pemanfaatan waktu dan menyesuaikannya dengan kebutuhan siswa. 2) Menyatukan pembelajaran siswa, konvergensi pemahaman yang diperolehnya sambil mencegah terjadinya inkonsistensi antar mata pelajaran. 3) Merefleksikan dunia nyata yang dihadapi anak di rumah dan di lingkungannya. 4) Selaras dengan cara anak berfikir, dimana menurut penelitian otak mendukung pedagogi dan psikologi bahwa anak menerima banyak hal dan mengolah dan merangkumnya menjadi satu. Sehingga mengajarkan secara holistik terpadu adalah sejalan dengan bagaimana otak akan mengolah informasi. b. Prinsip pembelajaran tematik integratif Beberapa prinsip yang berkenaan dengan pembelajaran tematik integratif menurut Abbdul Majid (2014:89) adalah sebagai berikut. 1) Pembelajaran tematik integratif memiliki satu tema yang aktual, dekat dengan dunia siswa dan ada dalam kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari beberapa mata pelajaran. 2) Pembelajaran tematik integratif perlu memilih materi beebrapa mata pelajaran yang mungkin saling terkait. Dengan demikian, materi-materi yang dipilih dapat mengungkapkan tema secara bermakna mungkin terjadi, ada materi pengayaan horizontal dalam bentuk contoh aplikasi yang tidak termuat dalam standar isi. Namun ingat, penyajian materi pengayaan seperti ini perlu dibatasi dengan mengacu pada tujuan pemelajaran. 3) Pembelajaran tematik integratif tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku tetapi sebaliknya pembelajaran tematik integratif harus mendukung pencapaian tujuan utuh kegiatan pembelajaran yang termuat dalam kurikulum. 4) Pembelajaran yang dapat dipadukann dalam satu tema selalu mempertimbangkan karakteristik siswa seperti minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal. 5) Materi pelajaran yang dipadPukan tidak terlalu dipaksakan. Artinya, materi yang tidak mungkin dipadukan tidak usah dipadukan. c. Karakteristik pembelajaran tematik Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, Majid Abdul (2014:89) menyebutkan karakteristik-karakteristik seagai berikut. 1) Berpusat pada siswa Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (Student Centered). Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai sujek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar. 2) Memberikan pengalaman langsung Pembelajaran tematik dapat memebrikan pengalaman langsung kepada siswa (Direct Experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. 3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas Dalam pembelajaran tematik, pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat dekat berkaitan dengan kehidupan manusia. 4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. 5) Bersifat Fleksibel Pembelajaran tematik bersifat luwes (Fleksebel) di mana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu tema pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkan dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan di mana sekolah dan siswa berbeda. 6) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan. Adapun karakteristik dari pembelajaran tematik ini menurut TIM Pengembang PGSD, 1997 (Hesty, 2008) adalah: 1) Holistik, suatu gejala atau peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran tematik diamati dan dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus, tidak dari sudut pandang yang berkotak-kotak. 2) Bermakna, pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar skemata yang dimiliki oleh siswa, yang pada gilirannya nanti, akan memberikan dampak kebermaknaan dari materi yang dipelajari. 3) Otentik, pembelajaran tematik memungkinkan siswa memahami secara langsung konsep dan prinsip yang ingin dipelajari. 4) Aktif, pembelajaran tematik dikembangkan dengan berdasar pada pendekatan inquiry discovery dimana siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran, mulai perencanaan, pelaksanaanm hingga proses evaluasi. B. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan Nanis Regina Choerunnisa (2012), dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Model Discovery Learning dengan Menggunakan Media Puzzle untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Rangka Manusia dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam”. Penelitian tersebut dilaksanakan di SDN Rajagaluh II Kecamatan Rajagaluh Kabupaten Majalengka Tahun Ajaran 2011/2012 pada siswa kelas V. Berdasarkan analisis terhadap penelitian serta temuan-temuan saat dalam penelitian tindakan kelas (PTK) di SDN Majalengka,mengenai penggunaan Model Discovery Learning dengan Menggunakan Media Puzzle untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Rangka Manusia dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dalam materi pokok rangka manusia di peroleh sebbagai berikut: 1. Perencanaan pembelajaran model Discovery Learning mempunyai kesamaan hanya dalam penggunaan modelnya, adapun yang membedakan yang sangat signifikan yaitu pembelajaran menggunakan sistem Tematik dimana komponen ini mempunyai proses belajar yang memiliki tema dan memiliki keterkaitan antara pembelajaran satu dengan yang lainya. 2. Melalui penerapan model Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar dalam materi pokok rangka manusia. Dalam penelitian tersebut, ada persamaan dalam bahasan model Discovery Learning saja, yaitu sama-sama menggunakan model Discovery Learning. Selain itu memiliki banyak perbedaan yakni materi pokok,kemudian hasil yang di harapkan setelah proses belajar mengajar dan penggunaan kurikulum. Pengunaan model Discovery Learning dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan oleh Farida (2010) dengan judul Efektivitas Metode Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS pada Siswa Kelas V. penelitian ini berlangsung salama II siklus dan tiap siklusnya terdiri atas 4 tahapan yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, tindakan, observasi, dan refleksi dalam setiap siklusnya, kegiatan pengajaran dilakukan dengan menggunakan model Discovery Learning. Hasil penelitian yang diperoleh adalah terlihat adanya peningkatan rata-rata hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS, dari siklus I diperoleh rata-rata hasil belajar siswa sebesar 80.09% dan pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa meningkat menjadi 84,90%. Sedangkan untuk mencapai ketuntasan belajar indivual pada siklus I diperoleh sebesar 76,7% dan pada siklus II diperoleh sebesar 80,50%. C. Masalah dan Pertanyaan Penelitian 1. Masalah Permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut. “Apakah dengan penggunaan model Discovery learning dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa pada tema diriku sub tema aku dan teman baru dalam Pembelajaran TEMATIK dikelas I SDN Melong Mandiri I Cimahi Kota Cimahi. Menurut Nanis Regina Choerunnisa bahwa penerapan model Discovery Learning dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam proses pembelajaran karena dalam penelitian yang dilakukan hasil belajar meningkat sebesar 25,17%, selain itu menurut faridah melalui model pembelajaran Discovery Learning terbukti dapat meningkatkan hasil belajar hal tersebut ditandai dari ketercapaian indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas dan adanya peningkatan rata-rata hasil pembelajaran standar kopetensi (SK) membuat produk kita dengan peralatan manual dari siklus I sebesar 56,70% dan siklus II sebesar 81,09% , sedangkan untuk pencapaian ketuntasan belajar siklus I sebesar 35,48% dan pada siklus II sebesar 90,32%. Hasil observasi terhadap kegiatan aktifitas siswa dalam mengikuti pembelajaran juga terlihat semakin meningkat dari skor 11 padapertemuan pertama dengan kategori aktif pada siklus Imenhjadi skor 17 pada pertemuan pertama dengan kategori sangat aktif dan skor 18 pada pertemuan ke dua dengan sangat aktif sekali pada siklus II. 2. Pertanyan Penelitian Adapun permasalahan dalam penelitian yang dijabarkan dalam pertanyaan berikut ini: a. Bagaimana perencanaan penggunaan model Discovery Learning dalam judul Penggunaan Model Discovery Learning untuk Meningkatkan Rasa Percaya diri siswa dalam Pembelajaran TEMATIK.? Perencanaan pembelajaran menggunakan model Discovery Learning , menurut Nanis Regina Choerunnisa (2012:25) Model pembelajaran Discovery Learning pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. b. Bagaimana pelaksanaan penggunaan model Discovery Learning dalam judul Penggunaan Model Discovery Learning untuk Meningkatkan Rasa Percaya diri siswa dalam Pembelajaran TEMATIK.? Pelaksanaan pembelajaran Tematik dengan menggunakan model Discovery Learning oleh Nanis Regina Choerunnisa (2012:48) adalah sebagai berikut: Langkah-langkah dalam tindakan yang dilakukan perlu direncanakan secara terperinci, agar dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan tindakan. Adapun tahapan perencanaan tindakan dalam penelitian ini adalah Peneliti mengajukan permintaan izin kepada Kepala Sekolah, Permintaan kerjasama dengan guru kelas, Melakukan observasi untuk mengetahui gambaran awal mengenai situasi, kondisi dan proses pembelajaran Tematik khususnya di kelas I. Kegiatan observasi berupa pengamatan gambaran data awal mengenai teknik pembelajaran yang digunakan oleh guru, kondisi selama pembelajaran, dan kemampuan siswa dalam menerima dan memahami pembelajaran yang telah disampaikan guru. 1) Identifikasi Masalah Mengidentifikasi hasil observasi yang telah dilaksanakan untuk memperoleh upaya dalam menanggulangi permasalahan pembelajaran yang dihadapi oleh siswa. 2) Pemberian Informasi Peneliti memberikan informasi kepada pihak sekolah tentang penggunaan model Discovery Learning mampu menanggulangi permasalahan pembelajaran siswa. 3) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model Discovery Learning 4) Pembuatan media pembelajaran 5) Membuat lembar observasi untuk melihat kondisi pembelajaran di kelas. 6) Membuat alat evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa. Tahap pelaksanaan tindakan merupakan realisasi dari rencana yang telah disusun oleh peneliti. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut Membaca bahan ajar, Menunjukkan gambar rangka manusia, Melakukan tanya jawab mengenai bentuk persegi, Membagi kelas menjadi 6 kelompok , Mendiskusikan dan mengerjakan LKS, Mempresentasikan hasil jawaban siswa di depan kelas, Memberikan komentar terhadap hasil jawaban siswa, Memperbaiki konsep-konsep, Melakukan penguatan mengenai pembelajaran yang telah dilakukan, Menyimpulkan materi yang telah dipelajari, Mengerjakan soal, Menyampaikan refleksi berupa penyampaian kompetensi yang telah diraih siswa c. Adakah peningkatan percaya diri siswa dalam judul Penggunaan Model Discovery Learning untuk Meningkatkan Rasa Percaya Diri Siswa Pada Tema Diriku Sub Tema Aku Dan Teman Baru Dalam Pembelajaran Tematik Terpadu Di SDN Melong Mandiri 1 Kota Cimahi? Pada pembelajaran Tematik menggunakan model Discovery Learning oleh Nanis Regina Choerunnisa (2012:116) 1) Perencanaan pembelajaran menggunakan model Discovery Learning dilaksanakan dengan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai pedoman guru dalam pembelajaran. Dalam penyusunan RPP menggunakan Discovery Learning, siswa diberikan kesempatan untuk terlibat langsung dan aktif dalam pembelajaran baik secara kognitif, afektif maupun psikimotorik karena siswa tidak hanya sekedar menerima informasi dari guru tetapi siswa sendiri yang menemukan tentang struktur kerangka manusia. Guru hanya ditempatkan sebagai fasilitator yang memberikan arahan dan bimbingan agar siswa menemukan pemahaman dari konsep pelajaran yang sudah dipelajari. 2) Kemampuan siswa dalam mendeskripsikan rangka manusia di kelas IV SD Negeri Rajagaluh II Kecamatan Rajagaluh Kabupaten Majalengka setelah menerapkan model Discovery Learning mengalami peningkatan. Dengan melibatkan siswa secara aktif melalui kegiatan mengidentifikasi, memahami, menafsirkan dan menyelesaikan masalah. Semua faktor keterkaitan antara model pembelajaran kontekstual, memberikan kontribusi bagi keberhasilan peneliti dalam menggunakan pola pembelajaran tersebut. Sehingga dapat diciptakan suasana pembelajaran Tematik yang efektif, serta tercapainya tujuan pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan dan diharapkan. 3) Setelah dilaksanakan pembelajaran dengan model Discovery Learning pemahaman siswa dalam menerapkan konsep rangka manusia mengalami peningkatan. berdasarkan data yang didapat, dapat terlihat peningkatan yang cukup signifikan pada setiap siklusnya. Baik dari hasil lembar observasi pada saat proses pembelajaran berlangsung, lembar tes belajar siswa, lembar skala sikap, serta respons siswa yang dilihat dari hasil wawancara. 4) Pemahaman konsep rangka manusia dapat tercapai sesuai KKM pada siklus III. Pada siklus I, hanya 8 siswa telah masuk kriteria ketuntasan belajar, siklus II 15 siswa telah masuk kriteria ketuntasan belajar, dan pada siklus III 30 siswa telah masuk kriteria ketuntasan belajar. D. Pengembangan Kerangka Pemikiran Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada murid. Abdul Majid (2014:80). Menurut BNSP (2006: 35) dalam Majid Abdul (2014:85) menyatakan bahwa pengalaman belajar siswa menempati posisi penting dalam usaha meningkatkan kualitas lulusan. Dalam kurikulum 2013 proses kegiatan belajar mengajar dari kelas I-VI menggunakan pendekatan tematik integratif. Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran kedalam berbagai tema (Majid Abdul, 2014: 86). Dalam pembelajaran Tematik, yang secara umum memperjelas mata pelajaran yang saling keterkaitan, sebaiknya guru dapat menggunakan model pembelajaran yang telah dirancang dapat tercapai sesuai harapan atau standar KKM. Model pembelajaran yang bervariasi akan meningkatkan kualitas pembelajaran dan tentunya akan menarik perhatian siswa dan siswa lebih tertantang dalam pembelajaran. Yang pada akhirnya berpengaruh pada tingkat percaya diri. Oleh karena itu maka perlu memperhatikan tujuan pengajaran, materi pengajaran, banyak siswa, kemampuan siswa, kebutuhan siswa dan kemampuan guru. Karena dapa kenyataan dilapangan, masih banyak sekolah yang belum menggunakan kurikulum 2013, dimana pada kurikulum terdahulu siswa hanya terpusat dengan penjelasan yang sampaikan oleh guru. Dalam permasalahan di atas, munculah sebuah pemikiran untuk menggunakan model Discovery Learning.model ini merupakan salah satu model yang sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar yang memiliki gemar bermain, bergerak, dan berkerja dalam kelompok. Melalui model pembelajaran Discovery Learning ini diharapkan siswa dapat mengikuti dengan aktif, sehingga rasa percaya diri siswa dapat terlihat. E. Pengembangan dan Analisis Bahan Ajar 1. Bahan Ajar Merupakan materi ajar yang dikemas sebagai bahan untuk disajikan dalam proses pembelajaran. Bahan pembelajaran dalam penyajiannya berupa deskripsi yakni berisi tentang fakta-fakta dan prinsip-prinsip, norma yakni berkaitan dengan aturan, nilai dan sikap, serta seperangkat tindakan/keterampilan motorik. Dengan demikian, bahan pembelajaran pada dasarnya berisi tentang pengetahuan, nilai, sikap, tindakan dan keterampilan yang berisi pesan, informasi, dan ilustrasi berupa fakta, konsep, prinsip, dan proses yang terkait dengan pokok bahasan tertentu yang diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Http://jaririndu.blogspot.com/2011/09/definisi-bahan-ajar.html 07-06-2014 10.00 Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kopetensi secara utuh dan terpadu. Bahan ajar digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikit: Sekolah : SDN Melong Mandiri I Kelas / Semester : I / I Indikator : Matematika a. Menghitung banyak benda 1-10 b. Mengidentifikasi banyak benda c. Menentuukan benda yang lebih banyak d. Menentukan benda yang lebih sedikit e. Mengidentifikasi bangun segi empat f. Menggambar dari bentuk segi empat Bahasa Indonesia a. Mengidentifikasi benda-benda disekitar b. Mengidentifikasi benda-benda secara lisan SBDP a. Mengidentifikasi gambar sebagai salah satu karya seni ekspresi b. Menggambar bentuk baru dari bangun segi empat Tujuan : a. Dengan mengamati gambar , siswa dapat menghitung banyak benda 1-5 dengan benar. b. Dengan mengamati gambar, siswa dapat menentukan benda yang lebih banyak dengan tepat. c. dengan mengamati gambar, siswa dapat menentukan lebih banyak dan lebih sedikit dengan tepat. d. Setelah mengamati contoh, siswa dapat mengidentifikasi bentuk persegi dengan tepat. e. Setelah mengamati contoh siswa dapat mengidentifikasi bentuk persegi panjang dengan tepat. f. Setelah mengidentifikasi, siswa dapat membuat gambar baru dari bentuk persegi dan persegi panjang. g. Dengan kegiatan menggambar siswa dapat menceritakan gambar yang dibuatnya dengan menggunakan bahasa sendiri. Materi Ajar : Menghitung Bersama Teman Baru Perhatikan Gambar ini. Gambar 2.1 Berapa banyak anak laki-laki? Berapa banyak anak perempuan? Perhatikan gambar Pilihlah yang lebih banyak Warnai kotaknya Menghitung Perbandingan murit laki-laki dan perempuan Gambar 2.2 Amati benda-benda di kelasmu Carilah benda yang banyaknya tiga Carilah benda yang banyaknya empat Carilah benda yang banyaknya lima Mengenal Bentuk Persegi Di sekitar kita ada berbagai benda. Bermacam-macam bentuknya. Salah satunya adalah bentuk persegi. Dibawah ini adalah bentuk persergi. Gambar 2.3 Contoh benda berbentuk persegi adalah ubin. Temukan benda lain persegi di sekitarmu. Gambar 2.4 Menggambar dari Bentuk Persergi Gambar 2.5 Apa yang kamu gambar? Apa gambar temanmu? Gambar mana yang kamu sukai? 2. Strategi Pembelajaran Merupakan suatu serangkaian rencana kegiatan yang termasuk didalamnya penggunaan model dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam suatu pembelajaran. Strategi pembelajaran disusun untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Strategi pembelajaran didalamnya mencakup pendekatan, model, metode dan teknik pembelajaran secara spesifik. http://dedi26.blogspot.com/2012/06/pengertian-strategi-pembelajaran.html F. Model Pembelajaran Discovery Learning 1. Pengertian Model Discovery Learning Metode pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan metode pembelajaran. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Model Discovery Learning merupakan teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat Bruner, bahwa: “Discovery Learning didefinisikan sebagai pembelajaran yang terjadi ketika siswa tidak disajikan menggunakan materi yang dibahas dalam bentuk akhir, melainkan diperlukan untuk mengatur dirinya sendiri " (Lefancois dalam Majid, 1986:103). Dasar ide Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas. Bruner memakai metode yang disebutnya Discovery Learning, di mana siswa mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir (Cahyo, 1996:41). Metode Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi,dan penentuan. (Robert B. Sund dalam Majid, 2001:219). Kegiatan belajar-mengajar hendaknya tidak hanya didominasi oleh guru (Teacher Dominated Learning) tetapi harus melibatkan siswa (Student Dominated Learning). Maksudnya pembelajaran harus melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan. Pembelajaran seperti ini disebut pembelajaran dengan penemuan (Discovery Learning) Richard dalam Takdir (2006: 20) mengemukakan bahwa “Discovery Learning adalah suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental dimana siswa dibimbing untuk berusaha mensintesis, menemukan, atau menyimpulkan prinsip dasar dari materi yang sedang dipelajari”. Dalam Discovery Learning siswa belajar melalui aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk mempunyai pengalaman-pengalaman tersebut untuk menemukan prinsip-prinsip bagi diri mereka sendiri. Sehingga Discovery Learning yaitu ‘siswa didorong untuk belajar dengan diri mereka sendiri’ Jerome Bruner (Baharudin, 2007:129). Roestiyah (2008: 20) berpendapat bahwa Discovery Learning adalah proses mental dimana siswa mengasimilasikan suatu konsep atau suatu prinsip Yang dimaksud dengan proses mental tersebut antara lain ialah mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya, suatu konsep misalnya: panas, zat cair, udara dan sebagainya, sedangkan yang dimaksud dengan prinsip antara lain ialah: logam apabila dipanaskan akan mengembang. Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa Discovery Learning merupakan pembelajaran yang memberikan pengalaman langsung kepada siswa melalui praktek atau percobaan sehingga siswa akan menemukan sendiri informasi yang sedang diajarkan dan dapat menarik suatu kesimpulan dari informasi tersebut. Sehingga pemahaman suatu konsep informasi akan bertahan lama dikarenakan siswa yang menemukan sendiri informasi tersebut. Proses pembelajaran dalam Discovery Learning, siswa didorong untuk berfikir sendiri sehingga dapat “menemukan” prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan oleh guru. Siswa dihadapkan pada situasi dimana ia bebas menyelidiki dan menarik kesimpulan. Guru bertindak sebagai penunjuk jalan, ia membantu siswa agar mempergunakan ide, konsep, dan keterampilan yang sudah mereka pelajari sebelumnya untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Pengajuan pertanyaan yang tepat oleh guru akan merangsang kreativitas siswa dan membantu mereka dalam “Menemukan” pengetahuan baru. Pengetahuan yang baru akan melekat lebih lama apabila siswa dilibatkan secara langsung dalam proses pemahaman dan mengkonstruksi sendiri konsep atau pengetahuan tersebut. Sedangkan menurut Budiningsih dalam Cahyo (2013:101) model pembelajaran Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai pada suatu kesimpulan, Discovery sendiri terjadi apabila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Pembelajaran Discovery Learning, dapat menantang siswa untuk merasakan terlibat atau berpartisipasi dalam aktivitas pembelajaran. Peranan guru hanyalah sebagai fasilitator danpembimbing atau pemimpin pengajaran yang demokratis, sehingga diharapkan siswa lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan masalah atas bimbingan guru. Pada intinya, model pembelajaran Discovery Learning ini mengubanh kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang Teacher Oriented dimana guru menjadi pusat informasi menjadi .Student Orinted siswa menjadi subjek aktif belajar. Model ini juga mengubah dari modus Exspositori siswa yang hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke modus Discovery yang menuntut siswa aktif menemukan informasi sendiri melalui bimbingan guru. 2. Tujuan pembelajaran Discovery Learning Menurut Bell dalam Cahyo (2013:104) tujuan spesifik dari pembelajaran dengan penemuan, yakni sebagai berikut: a. Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Kenyataan menunjukan bahwa partisipasi banyak siswa dalam pembelajaran meningkat ketika penemuan di gunakan. b. Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola dalam situasi konkret maupun abstrak, juga siswa banyak meramalkan informasi tambahan yang diberikan c. Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan mengunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan. d. Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja bersama yang aktif, saling membagi informasi, serta mendengan dan menggunakan ide-ide orang lain. e. Terdapat beberapa fakta yang menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari memalui penemuan lebih bermakna. f. Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus, lebih mudah ditrasfer untuk aktifitas baru dan diaplikasikan dalam situasi dalam situasi belajar yang baru. 3. Tahapan Pembelajaran Discovery Learning Menurut Sujana dalam Cahyo (2009: 114-115) ada delapan tahapan yang harus ditempuh dalam model Discovery Learning, secara terperinci pelaksanaan pembelajaran dari kedelapan tahapan tersebut dapat dilihat dari tabel berikut: Tabel 2.2 Tahapan Pembelajaran Discovery Learning No. Tahap Kegiatan Guru dan Siswa 1. Tahap 1 (observasi untuk menemukan masalah) Guru menyajikan peristiwa-peristiwa atau fenomena-fenomena yang memungkinkan siswa menemukan masalah 2. Tahap 2 (merumuskan masalah) Siswa dibimbing untuk merumuskan masalah berdasarkan peristiwa atau fenomena yang disajikan 3. Tahap 3 (mengajukan hipotesis) Siswa dibimbing untuk merumuskan hipotesis terhadap masalah yang telah dirumuskan 4. Tahap 4 (merencanakan pemecahan masalah melalui percobaan atau cara lain) Siswa dibimbing untuk merencanakan percobaan guna memecahkan masalah serta untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan 5. Tahap 5 (melaksanakan percobaan) Siswa melakukan percobaan dengan bantuan guru 6. Tahap 6 (melaksanakan pengamatan dan pengumpulan data) Siswa dibantu guru melakukan pengamatan terhadap hal-hal yang terjadi selama percobaan 7. Tahap 7 (analisis data) Siswa menganalisis data hasil percobaan untuk menemukan konsep dengan bantuan guru 8. Tahap 8 (menarik kesimpulan atas percobaan yang telah dilakukan atau penemuan) Siswa menarik kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh serta menemukan sendiri konsep menemukan yang ia tanamkan Tahapan Pembelajaran Discovery Learning Menurut (Sujana dalam Djuanda, 2009: 114-115) Pada penelitian ini, untuk tahap 1 guru bertanya dengan mengajukan persoalan mengenai bentuk persegi. Tahap 2, siswa diberi kesempatan untuk berpendapat terhadap masalah (Pertanyaan) mengenai bentuk persegi, kemudian pendapat siswa ditampung dan ditulis di papan tulis. Tahap 3, siswa dibimbing untuk merumuskan hipotesis terhadap masalah yang telah dirumuskan. Tahap 4, guru dan siswa menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam percobaan guna memecahkan masalah serta untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Tahap 5, siswa melakukan percobaan secara berkelompok untuk dengan bantuan guru sebagai fasilitator untuk mencari tahu bagian-bagian rangka dan fungsinya. Tahap 6, siswa dibantu guru melakukan pengamatan dan pengumpulan data terhadap hal-hal yang terjadi selama percobaan. Tahap 7, siswa menjawab pertanyaan yang disediakan dalam bentuk LKS, lalu menganalisis data tersebut guna menemukan konsep bagian-bagian rangka dan fungsinya. Terakhir tahap 8, siswa menarik kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh dari percobaan dan LKS. 4. Evaluasi Model Pembelajaran Discovery Learning Evaluasi diperlukan untuk mengukur keberhasilan siswa yang telah melaksanakan pembelajaran. Untuk penilaian pencapaian hasil belajar siswa dengan menggunakan model Discovery Learning dapat digunakan tes tertulis, sedangkan untuk aspek proses, maka untuk mengetahui pencapaian kemampuan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. 5. Kelebihan dan kelemahan model Discovery Learning Model Discovery Learning sebagai model belajar juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Berikut kelebihan dan kekurangan model Discovery Learning. a. Kelebihan model Discovoery Learning 1) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya. 2) Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer. 3) Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil. 4) Model ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri. 5) Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan

Item Type: Thesis (Skripsi(S1))
Subjects: S1-Skripsi
Divisions: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > PGSD 2014
Depositing User: Iyas -
Date Deposited: 25 Jul 2016 15:07
Last Modified: 25 Jul 2016 15:07
URI: http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/6267

Actions (login required)

View Item View Item