PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING ( PBL ) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN CISARANTEN KIDUL BANDUNG PADA SUB TEMA KEBERAGAMAN BUDAYA BANGSAKU

WULAN MAULANI, 105060236 (2016) PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING ( PBL ) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN CISARANTEN KIDUL BANDUNG PADA SUB TEMA KEBERAGAMAN BUDAYA BANGSAKU. Skripsi(S1) thesis, FKIP UNPAS.

[img] Text
COVER.docx

Download (36kB)
[img] Text
BAB I.docx

Download (28kB)
[img] Text
BAB II.docx

Download (121kB)
[img] Text
BAB III.docx
Restricted to Repository staff only

Download (89kB)
[img] Text
BAB IV.docx
Restricted to Repository staff only

Download (584kB)
[img] Text
BAB V.docx
Restricted to Repository staff only

Download (21kB)

Abstract

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan itu berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan sedini mungkin merupakan tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah. Banyak orang tua yang berpendapat bahwa tugas mencerdaskan anak adalah tugas guru, sementara mereka selaku orang tua asyik dengan profesinya sendiri sehingga pendapat semacam ini adalah memunculkan ketidak pedulian orang tua terhadap pendidikan anaknya. Masih banyak di antara orang tua yang lalai akan tugasnya dalam membantu perkembangan anaknya, mereka menyibukkan dirinya dengan urusan masing-masing. Ketika anaknya gagal memenuhi harapannya, pihak pertama yang dituding adalah guru dan pihak-pihak pendidikan lainnya, kalau kita bayangkan anggapan orang tua bahwa pencapaian itu hanyalah tergantung pada lembaga sekolah, pendapat seperti ini kurang tepat, dan akan merugikan diri sendiri. Bagaimanapun guru, sekolah, dan pihak-pihak pendidikan yang lainnya hanyalah pihak yang membantu mencerdaskan peserta didik. Keberhasilan itu di tentukan oleh orang tua itu sendiri, guru, dan masyarakat atau lingkungan sekitarnya. Menurut Undang-undang Sisdiknas No 20 tahun 2003 mengemukakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Kita sepakat bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang tidak asing bagi kita, terlebih lagi karena kita bergerak di bidang pendidikan. Juga pasti kita sepakat bahwa pendidikan diperlukan oleh semua orang. Bahkan dapat dikatakan bahwa pendidikan ini dialami oleh semua manusia dari semua golongan. Pendidikan itu hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia agar menjadi manusia yang lebih baik. Sehingga pendidik sebagai proses mengubah tingkah laku siswa agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri. Pendidikan itu investasi masa depan Negara kita karena Pendidikan memegang peran penting dalam kehidupan manusia dan pendidikan ini bisa menjadi investasi masa depan, sebab dapat menghasilkan generasi penerus bangsa yang berkualitas, yaitu sumber daya manusia yang kreatif, inovatif dan berjiwa sosial tinggi. Menurut Undang-undang No 14 Tahun 2005, tentang guru dan dosen bahwa Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuaan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan beradab berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Maka kita sebagai guru tidak boleh lepas dari tanggung jawab kita sebagai pendidik yang mendidik siswa untuk menjadi manusia yang lebih baik dalam segala hal. Disni guru mempunyai tanggung jawab untuk membuat suasana kelas menjasi berwarna atau membuat siswa senang dengan mata pelajaran apapun yang mereka terima. Oleh karena itu, pendidikan nasional harus berfungsi secara optimal sebagai wahana utama dalam pembangunan bangsa dan karakter. Patokan guru untuk mengajar yaitu terlebih dahulu membuat perangkat pembelajaran seperti rencana pelaksanaan pembelajaran, silabus, bahan ajar, media, dan sebagainya. Yang utama guru membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) agar menjadi patokan untuk kegiatan belajar mengajar guru, kurikulum menjadi acuan dalam membuat rencana pelaksaan pembelajaran guru di dalam kelas. Menurut Kemdikbud dalam Husamah & Yanur (2013: 17), mengatakan: Implementasi kurikulum adalah usaha bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah propinsi serta daerah kabupaten/kota, sehingga: a) Pemerintah bertanggung jawab dalam mempersiapkan guru dan kepala sekolah untuk melakukan kurikuluk, b) Pemerintah bertanggung jawab dalam melakukan evaluasi pelaksanaan kurikulum secara secara nasional, c) Pemerintah propinsi bertanggung jawab dalam melakukan supervise dan evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum di peopinsi terkait, d) Pemerintah kabupaten/kota bertanggung jawab dalam memberikan bantuan professional kepada guru dan kepala sekolah dalam melaksanakan kurikulum di kabupaten/kota terkait. Dunia pendidikan sering terjadi perubahan menuju kualitas pendidikan yang lebih baik. Perubahan yang terjadi bisa dari segi strategi dalam proses belajar mengajar, program pengajaran dari pemerintah (kurikulum), sarana dan prasarana, aspek-aspek lain yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. Menurut Permendiknas Nomor 81 A Tahun 2013 pasal 1 tentang Implementasi Kurikulum, mengemukakan bahwa: Implementasi kurikulum pada sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI), sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs), sekolah menengah atas/madrasah aliyah (SMA/MA), dan sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan (SMK/MAK) dilakukan secara bertahap mulai tahun pelajaran 2013/2014. Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah satu bagian dari rancangan yang dibuat oleh pemerintah di bidang pendidikan. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 67 Tahun 2013 menegaskan bahwa Kurikulum 2013 untuk sekolah dasar didesain dengan menggunakan pembelajaran tematik terpadu. Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran termasuk salah satu tipe/jenis dari pada model pembelajaran terpadu. Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (Depdiknas, 2006: 5). Rusman (2012: 254) mengatakan bahwa : Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu ( integrated instruction) yang merupakan suatu system pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara “efektif, bermakna, dan autentik”. Pembelajaran terpadu berorientasi pada praktik pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan siswa. Jadi kesimpulan pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Dalam pembelajaran tematik guru tidak mengenalkan pelajaran yang sedang diajarkan tetapi menyebutkan tema untuk hari itu. Disini guru harus lebih kreatif membuat pembelajaran yang menghubungkan pelajaran satu ke pelajaran lainnya sehingga harus membuat siswa aktif dalam pembelajaran yang sedang berlangsung. Dalam pembelajaran tematik guru harus bisa mengasah keterampilan yang dimiliki oleh siswa dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung, sehingga guru bisa melihat ke aktifan dari diri siswa. Siswa harus lebih dihadapkan pada hal-hal yang nyata terjadi dilingkungan sekitar mereka sehingga dapat belajar secara konkrit. Untuk membuat siswa aktif lagi dalam pembelajaran itu diperlukan strategi model pembelajaran yang efektif dengan menyajikan seperangkat fakta yang terjadi dilingkungan sekitar, siswa harus bisa melakukan sesuatu hal yang membuat mereka aktif dalam bekerja sama dengan teman, mengetahui dan memecahkan masalah yang berkaitaan dengan masalah-masalah yang dialaminya. Untuk hal ini bisa diterapkan melalui model Problem Based Learnung (PBL). Tan dalam Rusman (2012: 229) mengemukakan bahwa: “Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.” Menurut Sitiatava (2013:82) mengembukakan tentang kelebihan model pembelajaran Problem Based Learning sebagai berikut: (1) siswa lebih memahami konsep yang diajarkan lantaran ia yang menemukan konsep tersebut. (2) melibatkan siswa secara aktif dalam memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berfikir siswa yang lebih tinggi. (3) pengetahuan tertanam berdasarkan skhemata yang dimiliki oleh siswa, sehingga pembelajaran lebih bermakna. (4) siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran, karena masalah-masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata. Hal ini bisa meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa terhadap bahan yang dipelajarinya. (5) menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa, mampu memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lain, serta menanamkan sikap sosial yang positif dengan siswa lain. (6) pengondisian siswa dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap pembelajar dan temannya, sehigga pencapaian ketuntasan belajar siswa dapat diharapkan. (7) PBL diyakini pula dapat menumbuhkembangkan kemampuan kreativitas siswa, baik secara individual maupun kelompok, karena hamper disetiap langkah menuntut adanya keaktifan siswa. Jadi model Problem Based Learning menuntut adanya peran aktif siswa agar dapat mencapai pada penyelesaian masalah yang diharapkan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Proses penelitian ini peneliti mengukur kemampuan siswa dengan memotivasi siswa agar lebih aktif dalam proses pembelajaran baik individu maupun berkelompok. Jika siswa sudah termotivasi dalam proses pembelajaran maka siswa akan mendapatkan hasil belajar yang lebih baik. Abdorrakhman Gintings ( 2008: 86 ) mengemukakan bahwa: “Motivasi secara psikologi adalah motivasi mewakili proses-proses psikologikal yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya, dan terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan sukarela yang diarahkan kearah tujuan tertentu.” Motivasi merupakan faktor penggerak maupun dorongan yang dapat memicu timbulnya rasa semangat dan juga mampu merubah tingkah laku manusia atau individu untuk menuju pada hal yang lebih baik untuk dirinya sendiri. Diharapkan dengan model Problem Based Learning ini dapat menjadikan pengetahuan dan pembelajaran bermakna serta relevan bagi siswa, memberi kesempatan siswa untuk menemukan dan menerapkan idenya sendiri serta bisa bekerja sama dengan teman sebaya, gurupun hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk menemukan konsep, dalil, prosedur. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti sebagai penulis ingin menerapkan kurikulum 2013 yang meliputi tiga aspek yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan dengan model Problem Based Learning (PBL) yang berjudul : “Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Cisaranten Kidul Bandung Pada Sub Tema Keberagaman Budaya Bangsaku“ B. IDENTIFIKASI MASALAH Adapun Identifikasi Masalah yang dapat di paparkan adalah : 1. Proses pembelajaran belum menggunakan kurikulum 2013 dengan baik dan sempurna. 2. Kurangnya motivasi belajar dari diri siswa. 3. Kurangnya penguasaan model pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013. C. RUMUSAN MASALAH Dari latar belakang di atas, maka Perumusan Masalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Apakah Dengan Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Dapat Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Sub Tema Keberagaman Budaya Bangsaku SDN Cisaranten Kidul Bandung ?”. Permasalahan tersebut merupakan permasalahan pokok yang kemudian akan dijadikan kajian utama dalam penelitian tindakan kelas ini. Dalam proses pelaksanaan permasalahannya dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Bagaimana menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran model Problem Based Learning (PBL) pada sub tema keberagaman budaya bangsaku agar motivasi dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Cisaranten Kidul Bandung dapat meningkat? 2. Bagaimana menerapkan model Problem Based Learning (PBL) pada sub tema keberagaman budaya bangsaku agar motivasi dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Cisaranten Kidul Bandung dapat meningkat? 3. Adakah peningkatan motivasi belajar siswa kelas IV SDN Cisaranten Kidul Bandung pada sub tema keberagaman budaya bangsaku setelah diterapkannya model Problem Based Learning (PBL)? 4. Adakah peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SDN Cisaranten Kidul Bandung pada sub tema keberagaman budaya bangsaku setelah diterapkannya model Problem Based Learning (PBL)? D. PEMBATASAN MASALAH Agar penelitian lebih terarah dan tidak terlampau meluas, maka penelitian dibatasi sebagai berikut : 1. Penelitian ini menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning ( PBL ). 2. Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SD pada sub tema keberagaman budaya bangsaku. 3. Motivasi dan hasil belajar siswa yang menjadi fokus pada penelitian ini. E. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Cisaranten Kidul Bandung pada sub tema keberagaman budaya bangsaku. 2. Tujuan Khusus Berdasarkan permasalahan diatas maka PTK yang dicapai yaitu : a. Untuk menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) pada sub tema keberagaman budaya bangsaku agar meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa Kelas IV SDN Cisaranten Kidul Bandung. b. Untuk menerapkan model Problem Based Learning (PBL) pada sub tema keberagaman budaya bangsaku agar meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa Kelas IV SDN Cisaranten Kidul Bandung. c. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV SDN Cisaranten Kidul Bandung pada sub tema keberagaman budaya bangsaku dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL). d. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Cisaranten Kidul Bandung pada sub tema keberagaman budaya bangsaku dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL). F. MANFAAT PENELITIAN Berdasarkan masalah penelitian dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan, maka hasil penelitian ini diharapkan memililki manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, bahwa model Problem Based Learning ( PBL ) pada pembelajaran tematik SD di kelas IV dapat digunakan sebagai salah satu teknik untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada tema indahnya kebersamaan sub tema keberagaman budaya bangsaku Kelas IV SDN Cisaranten Kidul Kecamatan Gedebage Kota Bandung. Dalam model ini siswa belajar atau mengerjakan tugas tidak secara individu melainkan secara berdiskusi atau berkelompok sehingga siswa dilatih untuk memiliki kemampuan seperti kemampuan berpikir logis, kritis dan kemampuan untuk berpartisipasi dan bekerjasama dengan teman sekelompoknya. Menambah pengetahuan di dunia Ilmu Pengetahuan dan meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Dasar. 2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti Bagi peniliti manfaat yang dapat diperoleh yaitu menambah wawasan, pengalaman bagaimana cara meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada tema indahnya kebersamaan sub tema keberagaman budaya bangsaku Kelas IV SDN Cisaranten Kidul Kecamatan Gedebage Kota Bandung, mencari data-data referensi serta memunculkan motivasi belajar siswa untuk lebih semangat. Selain itu, juga dapat menambah pengetahuan dan keterampilan lebih dari sebelumnya tentang model Problem Based Learning ( PBL ) dan bagaimana penerapannya dalam kegiatan pembelajaran. b. Bagi siswa Hasil penelitian ini dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada tema indahnya kebersamaan sub tema keberagaman budaya bangsaku Kelas IV, serta melatih kerja sama dalam memecahkan masalah dengan diterapkannya model Problem Based Learning (PBL). c. Bagi guru Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alternative dalam pembelajaran Tematik pada siswa kelas IV dengan tema indahnya kebersamaan sub tema keberagaman budaya bangsaku. Serta dapat memperoleh wawasan dan pengalaman dalam melakukan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran Tematik yang lebih kreatif dan efektif, meningkatkan professional guru dalam pembelajaran , dan para guru diharapkan dapat menggunakan model Problem Based Learning (PBL). d. Bagi sekolah Bagi sekolah hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah informasi tentang model-model pembelajaran, meningkatkan mutu dan fungsi SD, sebagai sumber inspirasi bagi sekolah dalam upaya perbaikan kualitas pada pembelajaran tematik, mendorong sekolah agar berupaya menyediakan sarana dan prasarana. BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. KAJIAN TEORI 1. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) a. Pengertian model problem based learning ( PBL ) Pembelajaran berbasis masalah itu merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan pada kurikulum 2013, Problem Based Learning(PBL) merupakan suatu model pembelajaran yang dalam pelaksanaan pembelajarannya berpegang pada sebuah masalah yang nantinya siswa itu sendiri atau bersama dengan lain mencoba memecahkan masalah yang diberikan untuk menumbuhkan sikap berfikir kritis dan jiwa sosialnyadalam melakukan diskusi dengan siswa lain. sesuai dengan yang dikemukakan oleh Joyce & Weil dalam Rusman (2012:132) berpendapat bahwa: Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembeljaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran di stau kelas atau lain. Model pembelajaran ini dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Menurut Nurhadi dalam Sitiatava (2013: 65) Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuaan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Konsep yang dikemukakan di atas menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah suatu bentuk bagaimana interaksi yang tercipta antara guru dan siswa berhubungan dengan strategi, pendekatan, metode dan teknik pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajran.belajar terjadi dari aksi siswa, dan pendidik yang berperan dalam memfasilitasi terjadinya aktivitas kontruksi pengetahuan oleh pembelajar. Pendidik harus memusatkan perhatiannya untuk membantu peserta didik dalam mencapai keterampilan self directed learning (pembelajaran yang berpusat pada siswa). Menurut Tan dalam Rusman (2012: 229) mengemukakan bahwa: Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan. Boud dan Feletti dalam Rusman (2012: 230) mengemukakan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah adalah inovasi yang signifikan dalam pendidikan. Margetson dalam Rusman (2012: 230) mengemukakan bahwa kurikulum Pembelajaran Berbasis masalah membantu untuk meningkatan perkembangan keterampilan belajar sepanjang hayat dalam pola piker yang terbuka, reflektif, kritis dan belajar aktif. Kurikulum PBM memfasilitasi keberhasilan memecahkan masalah, komunikasi, kerja kelompok dan keterampilan interpersonal dengan baik dibandingkan pendekatan yang lain. Sedangkan menurut Ibrahim dan Nur dalam Rusman (2012: 241) mengemukakan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk didalamnya belajar bagaimana belajar. Serta menurut Arends dalam Sitiatava (2013:66) model Problem Based Learning adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik, sehingga ia bisa menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan tinggi, memandirikan siswa, serta meningkatkan kepercayaan diri. Dan menurut Moffit dalam Rusman (2012: 241) mengemukakan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran. Jadi, kesimpulannya penggunaan model Problem Based Learning ( PBL) juga bisa disebut Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah suatu proses belajar dengan mengeluarkan kemampuan siswa dengan betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji dan mengembangkan kemampuan berfikirnya secara berkesinambungan yang berorientasi pada masalah dunia nyata. Karena perkembangan intelektual siswa terjadi pada saat individu berhadapan dengan pengalaman baru dan menantang serta ketika mereka berusaha memecahkan masalah yang dimunculkan. Dalam model pembelajaran ini siswa dituntut aktif dalam memecahkan suatu masalah. Pada dasar nya, Menurut Sitiatava (2013: 69) PBL ini mempunyai banyak variasi diantaranya ialah sebagai berikut : 1) Permasalahan sebagai pemandu; masalah menjadi acuan konkret yang harus menjadi perhatian siswa. Maksudnya masalah menjadi kerangka berpikir siswa dalam mengerjakan tugas . 2) Permasalahan sebagai kesatuan dan alat evaluasi; masalah diberikan setelah tugas-tugas dan penjelasan diberikan. Tujuanya ialah untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuannyaguna memecahkan masalah. 3) Permasalahan sebagai contoh; masalah dijadikan sebagai contoh dan bagian dari bahan ajar. Maksudnya masalahpun bisa digunakan untuk menggambarkan teori serta konsep atau prinsip, yang dibahas antara siswa dan guru. 4) Permasalahan sebagai fasilitas proses belajar; masalah dijadikan sebagi alat untuk melatih siswa, yang dibahas antar siswa dan guru. 5) Permasalahan sebagai stimulus belajar; masalah bisa merangsang siswa untuk mengembangkan keterampilan mengumpulkan dan mengalisis data yang berkaitan dengan masalah dan keterampilan meta kognitif. Jadi kesimpulan dari variasi PBL adalah permasalah sebagai pemandu, masalah sebagai kesatuan dan alat evaluasi, permasalahan sebagai contoh, masalah sebagai fasilitas proses belajar, permasalah sebagai stimulus belajar masalah bisa merangsang siswa untuk mengembangkan keterampilan mengumpulkan dan mengalisis data. b. Tujuan Model Problem Based Learning Model Problem Based Learning memiliki tujuan secara umum sebagai berikut yang dikemukakan oleh Sitiatava (2013:74) yaitu: 1) Membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, serta kemampuan intelektual. 2) Belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan siswa dalam pengalaman nyata dan simulasi. Sedangkan menurut Tan, Ibrahim, dan Nur dalam Rusman (2012:242) secara lebih rinci yaitu: 1) Membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah. 2) Belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata. 3) Menjadi para siswa yang otonom. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Problem Based Learning (PBL) bertujuan untuk Membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, mengembangkan pemikiran kritik dan ketrampilan kreatif, meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, meningkatkan motivasi belajar siswa,dan membantu siswa belajar untuk menstranfer pengetahuan dengan situasi baru. c. Karakteristik Model Problem Based Learning (PBL) Setiap model pembelajaran memiliki karakteristik yang berbeda begitupun dengan Rusman (2012: 232) yang mengemukakan karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebagai berikut : 1) Permasalahan menjadi starting point dalam belajar; 2) Permasalahan yang digunakan merupakan masalah yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur; 3) Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective); 4) Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar; 5) Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama; 6) Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBL; 7) Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif; 8) Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencapai solusi dari sebuah permasalahan; 9) Keterbukaan proses dalam PBL meliputi sintesis dan intergrasi dari sebuah proses belajar; dan 10) PBL melibatkan evaluasi san review pengalaman siswa dan proses belajar. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model Problem Based Learning (PBL) dimulai oleh adanya masalah yang dapat dimunculkan oleh siswa ataupun guru, kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang sesuatu yang telah diketahuinya sekaligus yang perlu diketahuinya untuk memecahkan masalah itu. Siswa juga dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan, sehingga ia terdorong untuk berperan aktif dalam belajar. Adapun alur proses Pembelajaran Berbasis Masalah dapat dilihat pada flowchart berikut ini Gambar 2.1 Keberagaman Penggunaan PBM Menurut Rusman (2012: 233) Di samping memiliki karakteristik seperti disebutkan di atas, strategi belajar berbasis masalah (PBM) juga harus dilakukan dengan tahap-tahap tertentu. Menurut Forganty dalam Septiana (2013: 32), tahap-tahap strategi belajar berbasis masalah yaitu: a. Menemukan masalah, b. Mendefinisikan masalah, c. Mengumpulkan fakta , d. Menyusun hipotesis (dugaan sementara), e. Melakukan penyelidikan, f. Menyempurnakan permasalahan yang telah didefinisikan, g. Menyimpulkan alternatif pemecahan secara kolaboratif, dan h. Melakukan pengujian hasil (solusi) pemecahan masalah. Jadi dapat disimpulkan bahwa PBM digunakan tergantung dari tujuan yang ingin dicapai apakah berkaitan dengan penguasaan isi pengetahuan yang bersifat multi disipliner, penguasaan keterampilan proses, belajar keterampilan pemecahan masalah, belajar kolaboratif dan belajar keterampilan hidup yang lebih luas. d. Ciri-ciri Model Pemblejaran Problem Based Learning (PBL) Adapun ciri-ciri model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) menurut Ibrahim dan Nur dalam Sitiatava (2013:73) adalah sebagai berikut: 1) Pengajuan pertanyaan atau masalah. PBL mengorganisasikan pengajaran dengan masalah yang nyata dan sesuai dengan pengalaman keseharian siswa. 2) Berfokus pada keterkaitan antardisiplin ilmu. Masalah dan solusi pemecahan masalah yang diusulkan tidak hanya ditinjau dari satu disiplin ilmu, tetapi dapat di tinjau dari berbagai disiplin ilmu. 3) Penyelidikan autentik. PBL mengharuskan siswa melakukan penyelidikan terhadap masalah nyata melalui analisis masalah, observasi, maupun eksperimen. Dalam hal ini, siswa bisa mengumpulkan informasi dari beragam sumber pembelajaran untuk menyelesaikan permasalahan sekaligus mengembangkan hipotesis terhadap penyelesaian masalah yang dikemukakan. 4) Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya. PBL menuntut siswa menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata guna menjelaskan atau mewakili penyelesaian masalah yang ditemukan, kemudian memamerkan produk tersebut. 5) Kerja sama. PBL dicirikan oleh siswa yang bekerja sama secara berpasangan maupun dalam kelompok kecil guna memberikan motivasi sekaligus mengembangkan keterampilan berpikir melalui tukar pendapat serta berbagai penemuan. Jadi, kesimpulannya dalam ciri-ciri model pembelajaran Problem Based Learning sebagai berikut siswa mengorganisasikan pengajaran dengan masalah yang nyata dan sesuai dengan pengalaman keseharian siswa. PBL menuntut siswa menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata. e. Beberapa teori yang melandasi Problem Based Learning (PBL) Ada berbagai teori yang melandasi model pembelajaran PBL menurut Sitiatava (2013:76), diantaranya sebagai berikut: 1) Teori Dewey dalam Kelas Demokratis Sekolah harusnya mencerminkan mayarakat yang lebih besar, dan kelas merupakn laboratorium untuk memecahkan masalah yang nyata. Dewey menganjurkan agar pembelajaran disekolah lebih bermanfaat. 2) Pendapat Piagget dan Vygotsky dalam teori kontruktivisme Piagget dan Vygotsky adalah tokoh penggembang konsep kontruktivisme yang didasarkan pada teori kognitif piagget. Pandangan kontruktivisme kognitif mengemukakan bahwa siswa dalam segala usia secara aktif terlibat dalam proses perolehan informasi dan membangun pengetahuan sendiri. 3) Pendapat brunner dalam teori pembelajaran penemuan Menurut brunner, pembelajaran menekankan penalaran induktif dan proses inquiri. Dalam toeri ini dikenal adanya scaffolding sebagai suatu proses saat seseorang siswa dibantu oleh seorang guru atau oaring lain yang memiliki kemampuan lebih dalam menuntakan masalah tetentu, sehingga dapat melampaui kapasitas perkembangannya. Jadi kesimpulan dari semua pendapat di atas mendukung model pembelajaran PBL karena teori itu menekankan bahwa dalam pembelajaran siswa dituntut memperoleh dengan cara mencari informasi untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan materi pelajaran. f. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Problem Based Learning (PBL) Model pembelajaran Problem Based Learning memiliki kelebihan dan kekurangan menurut Sitiatava (2013:82), yaitu diantaranya sebagai berikut: 1) Kelebihan pendekatan Problem Based Learning Model pembelajaran PBL ini memiliki beberapa kelebihan, diantaranya ialah sebagai berikut: a) Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan lantaran ia menemukan konsep tersebut. b) Melibatkan siswa secara aktif dalam memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berpikir kritis siswa yang lebih tinggi. c) Pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki oleh siswa,sehingga pembelajaran lebih bermakana. d) Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran, karena masalah-masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata. e) Menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa, mampu member aspirasi dan menerima pendapat oaring lain, serta menanmkan sikap sosial yang positif dengan siswa lainnya. f) Pengondisian siswa dalam belajar kelompok yang saling berintegrasi terhadap pembelajar dan temannya, sehingga pencapaian ketuntasan belajar siswa dapat diharapkan. g) PBL di yakini pula dapat menumbuhkembangkan kemampuan kreativita siswa, baik secara individual maupun kelompok, karena hampir disetiap langkah menuntut adanya keaktifan siswa. 2) Kekurangan pendekatan Problem Based Learning (PBL) Model pembelajaran PBL ini memiliki beberapa kekurangan, diantaranya ialah sebagai berikut: a) Bagi siswa yang malas, tujuan metode tersebut tidak dapat tercapai. b) Membutuhkan banyak waktu dan dana. c) Tidak semua mata pelajaran bisa diterapkan dengan metode PBL (Problem Based Learning). Jadi, penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning memiliki kelebihan seperti Melibatkan siswa secara aktif dalam memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berpikir kritis siswa yang lebih tinggi dan Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran, Sedangkan kekurangan model pembelajaran Problem Based Learning seperti membutuhkan banyak waktu dan dana. g. Evaluasi Dalam Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning memiliki Evaluasi dalam proses pembelajarannya Menurut Nursalam dan Ferry dalam Sitiatava (2013: 81), tidak selamanya proses belajar model PBL berjalan secara lancar. Ada beberapa hambatan yang dapat muncul. Hambatan yang sering terjadi adalah kurang terbiasanya siswa dan guru dengan model ini. Faktor penghambat lainnya adalah kurangnya waktu. Proses PBL terkadang membutuhkan waktu yang lebih banyak. Pembelajaran yang berorientasi pada proses, terdapat dua komponem pokok yang perlu diperhatikan dalam proses evaluasi, dalam Sitiatava (2013: 81), yakni : 1) Pengetahuan yang diperoleh siswa ( siswa diharapkan mendapatkan pengetahuan lebih setelah melalui proses belajar). 2) Proses belajar yang dilakukan oleh siswa (siswa diharapkan menggunakan pendekatan belajar deep learning, yaitu melakukan proses belajar yang aktif, mandiri, dan tanggung jawab). Jadi, kesimpulannya guru bisa memberikan umpan balik atau menggunakan prosedur penilaian formatif dan surmatif sesuai dengan aturan penilaian dari sekolah. Hal ini juga membantu dalam mempertimbangkan penilaian kelompok secara keseluruhan. Dalam hal itu, kelompok didorong untuk merefleksikan penampilan dalam PBL, termasuk proses, keterampilan komunikasi, menghargai teman, dan kontribusi individu. h. Pengembangan Langkah-Langkah Pembelajaran Model Problem based Learning (PBL) PBM melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri yang memungkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun pemahamannya tentang fenomena itu. Menurut Fogarty dalam Rusman (2012: 243) PBM dimulai dengan masalah yang tidak terstruktur sesuatu yang kacau. Dari kekacauan ini siswa menggunakan berbagai kecerdasannya melalui diskusi dan penelitian untuk menentukan isu nyata yang ada. Langkah–langkah yang akan dilalui oleh siswa dalam sebuah proses PBM menurut Rusman (2012: 243) adalah: 1) Menemukan masalah; 2) Mendefinisikan masalah; 3) Mengumpulkan fakta; 4) Pembuatan hipotesis; 5) Penelitian; 6) Repprasing masalah; 7) Menyuguhkan alternative; 8) Mengusulkan solusi. Ibrahim, Nur, dan Ismail dalam Rusman (2012: 243) mengemukakan bahwa langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah Fase Indikator Tingkah Laku Guru 1 Orientasi siswa pada masalah Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah. 2 Mengorganisasi siswa untuk belajar Membantu siswa untuk mengidentifikasi dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. 3 Membimbing pengalaman individual/kelompok Mendorong siswa untuk mengumpilkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagagi tugas dengan temannya. 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan. Jadi, berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Lingkungan belajar yang harus disiapkan dalam PBM adalah lingkungan belajar yang terbuka, menggunakan proses demokrasi, dan menekankan pada peran aktif siswa. Seluruh proses membantu siswa untuk menjadi mandiri dan otonom yang percaya pada keerampilan intelektual mereka sendiri. 2. Hakekat Motivasi a. Pengertian Motivasi Motivasi adalah proses membangkitkan, mempertahankan, dan mengontrol minat-minat. Sebagaimana Menurut Abdorrakhman Gintings ( 2010: 86 ), Motivasi secara psikologi adalah motivasi mewakili proses-proses psikologikal yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya, dan terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan sukarela yang diarahkan ke arah tujuan tertentu. Motivasi itu sebagai faktor penggerak maupun dorongan yang dapat memicu timbulnya rasa semangat dan juga mampu merubah tingkah laku manusia atau individu untuk menuju pada hal yang lebih baik untuk dirinya sendiri. Pembelajaran motivasi menurut Abdorrakhman Gintings ( 2010: 86 ) mengemukakan bahwa: Motivasi adalah sesuatu yang menggerakan atau mendorong siswa untuk belajar dan menguasai materi pelajaran yang sedang didikutinya. Tanpa motivasi siswa tidak akan tertarik dan serius dalam mengikuti pembelajaran. Sebaliknya, dengan adanya motivasi yang tinggi siswa akan tertarik dan terlibat aktif bahkan berinisiatif dalam proses pembelajaran. Dengan motivasi yang tinggi siswa akan berupaya sekuat-kuatnya dan dengan menempuh berbagai strategi yang positif untuk mencapai keberhasilan dalam belajar. Pandangan lain tentang motivasi adalah sebagaimana dikemukakan oleh Gray dkk dalam Abdorrakhman Gintings (2010: 88) yaitu: “Motivasi merupakan hasil sejumlah proses, yang bersifat internal atau eksternal bagi seseorang individu, yang menyebabkan imbulnya sikap antusianisme dan persistensi, dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu” Sedangkan menurut Gintings (2010: 86) mengemukakan bahwa, motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere yang dalam bahasa Inggris berarti to move adalah kata kerja yang artinya sebuah kata benda yang penggerakan. Menurut Dimyati (2013: 80) mengatakan bahwa: Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar. Jadi, pengertian motivasi dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu daya penggerak aktif yang muncul baik dari dalam maupun dari luar dirinya yang berupa semangat dan kegigihan perilaku untuk mengarahkan kepada tingkah laku dalam mencapai suatu tujuan tertentu. b. Sumber-sumber Motivasi Belajar Siswa Dalam pembelajaran dikenal dua jenis motivasi yang dilihat dari sumber datangnya motivasi tersebut yang dikemukakan oleh Abdorrakhman Gintngs (2010: 88) yaitu: 1) Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motivasi untuk belajar yang berasal dari luar diri siswa itu sendiri. Motivasi ekstrinsik ini diantaranya ditimbulkan oleh fackor-faktor yang muncul dari luar pribadi siswa itu sendiri termasuk dari guru. Faktor-faktor tersebut bisa positif dan bisa negatif. Contoh dari motivasi ekstrinsik yang negatif adalah rasa takut siswa akan hukuman yang akan diberikan oleh guru mendorong siswa untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Contoh motivasi ekstrinsik yang positif adalah dorongan siswa untuk mengerjakan pekerjaan rumah karena ingin mendapatkan pujian dari guru. Dari kedua contoh tersebut maka dapat disimpulkan beberapa sifat-sifat motivasi ekstrinsik sebagai berikut : 1) karena munculnya bukan atas kesadaran sendiri, maka motivasi ekstrinsik mudah hilang atau tidak dapat bertahan lama, 2) motivasi ekstrinsik jika diberikan terus menerus akan menimbulkan motivasi intrinsik dalam diri siswa. 2) Motivasi Intrinsik Motivasi intrinsik adalah motivasi untuk belajar yang berasal dari diri siswa itu sendiri. Motivasi intrinsik ini diantaranya ditimbulkan oleh faktor-faktor yang muncul dari pribadi siswa itu sendiri terutama kesadaran akan manfaat materi pelajaran bagi siswa itu sendiri. Manfaat tersebut bisa berupa: a) Keterpakaian kompetensi dalam bidang yang sedang dipelajari dalam pekerjaan atau kehidupannya kelak. b) Keterpakaian pengetahuan yang diperoleh dari pembelajaran dalam memperluas wawasannya sehingga memberikan kemampuan dalam mempelajari materi lain. c) Diperolehnya rasa puas karena keberhasilan mengetahui tentang sesuatu yang selama ini menjadi obsesi atau dambaannya. d) Diperolehnya kebanggaan karena adanya pengakuan oleh lingkungan sosial terhadap kompetensi prestasinya dalam belajar. Diantara sifat-sifat motivasi intrinsik yaitu walaupun motivasi intrinsik sangat diharapkan namun justru tidak selalu timbul dalam diri siswa. Karena munculnya atas kesadaran sendiri maka motivasi intrinsik akan bertahan lebih lama dibandingkan motivasi ekstrinsik. Berikut ini adalah tanda-tanda adanya motivasi intrinsik dalam diri siswa dalam Abdorrakhman Gintings (2010: 90) sebagai berikut: a) Adanya bukti yang jelas tentang keterlibatan, kreativitas, dan rasa menikmati pelajaran dalam diri siswa selama pembelajaran berlangsung. b) Adanya suasana hati (mood) yang positif seperti keseriusan dan keceriaan. c) Munculnya pertanyaan dan pengamatan dari siswa yang mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata. d) Terdapat diskusi personal lajutan setelah selesainya jam pelajaran. e) Menyerahkan tugas tanpa diingatkan oleh guru. f) Berusaha keras dan tidak cepat menyerah dalam mengatasi kesulitan belajar atau komunikasi serta penyelesaian tugas. g) Mengusulkan atau menetapkan tugas yang relevan untuk dirinya sendiri. h) Mengupayakan penguasaan materi secara mandiri dengan memanfaatkan berbagai strategi dan sumber belajar. Jadi dapat disimpulkan motivasi dibagi menjadi dua yaitu motivasi Ekstrinsik dan motivasi Intrinsik. Motivasi untuk belajar yang berasal dari luar diri siswa itu sendiri, dan motivasi untuk belajar yang berasal dari diri siswa itu sendiri. Lingkungan juga menjadi motivasi bagi siswa karena jika didalam lingkungan rumah itu terasa nyaman maka siswa akan termotivasi dalam belajarnya. c. Bentuk-bentuk dalam motivasi pembelajaran Bentuk-bentuk dalam motivasi dalam pembelajaran meurut Hamzah B. Uno (2011: 34) diantaranya adalah: 1) Pernyataan perhargaan secara verbal Pernyataan verbal mengandung makna interaksi dan pengalaman pribadi yang langsung antara siswa dan guru 2) Menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan Pengetahuan atas hasil pekerjaan merupakan cara untuk meningkatkan motivasi belajar siswa 3) Menimbulkan rasa ingin tahu Rasa ingin tahu merupakan daya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. 4) Memunculkan sesuatu yang tidak diduga oleh siswa 5) Menjadikan tahap dini dalam belajar mudah bagi siswa Hal ini memberikan semacam hadiah pada tahap awal belajar yang memungkinkan siswa semangat semangat untuk belajar selanjutnya. 6) Menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam belajar 7) Gunakan kaitan yang unik dan tak terduga untuk menerapkan suatu konsep dan prinsip yang telah dipahami 8) Menuntut siswa untuk menggunakan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya 9) Menggunakan simulasi dan permainan 10) Mengurangi akibat yang tidak menyenangkan dan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran 11) Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahirannya di depan umum 12) Memahami iklim sosial dalam sekolah Pemahaman iklim dan suasana sekolah merupakan pendorong kemudahan berbuat bagi siswa 13) Memanfaatkan kewibawaan guru secara tepat Guru memahami secara tepat bilamana dia harus menggunakan manifestasi kewibawaannya pada siswa untuk meningkatkan motivasi belajarnya 14) Memperpadukan motif-motif yang kuat Seorang siswa giat belajar mungkin karena latar belakang motif berprestasi sebagai motif yang kuat 15) Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai Makin jelas tujuan yang dicapai, makin terarah upaya untuk mencapainya 16) Merumuskan tujuan-tujuan sementara Tujuan-tujuan belajar yang umum itu seyogianya dipilah menjadi tujuan sementara yang lebih mudah dicapai 17) Memberitahukan hasil kerja yang telah dicapai Dengan mengetahui hasil yang telah dicapai maka motivasi belajar siswa akan lebih kuat 18) Membuat suasana persainngan yang sehat diantara siswa Suasana ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengukur kemampuan dirinya melalui kemampuan orang lain 19) Mengembangkan persaingan dengan diri sendiri Persaingan semacam ini dilakukan dengan memberikan tugas dalam berbagai kegiatan yang dilakukan sendiri 20) Memberikan contoh yang positif Guru harus melakukan pengawasan dan pembimbingan yang memadai selama siswa mengerjakan tugas di kelas Berdasarkan penjelasan diatas tentang bentuk-bentuk dalam motivasi dapat disimpulkan bahwa pengetahuan atas hasil pekerjaan merupakan cara untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, rasa ingin tahu merupakan daya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, hal ini memberikan semacam hadiah pada tahap awal belajar yang memungkinkan siswa semangat semangat untuk belajar selanjutnya. d. Upaya meningkatkan motivasi belajar Dalam kegiatan belajar peranan motivasi baik instrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi, siswa dapat mengembangkan segala aktivistas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakkan kegiatan belajar. Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajaran seorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar. Sardiman (2011: 97) menyatakan bahwa ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkann motivasi dalam kegiatan belajar mengajar disekolah, antara lain: 1) Memberi angka Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya baik-baik. Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat. Tetapi juga, bahakan banyak siswa bekerja atau belajar hanya ingin mengejar pokoknya naik kelas saja. Ini menujukkan motivasi yang dimilikinya kurang berbobot bila dibandingkan dengan siswa-siswa yang menginginkan angka baik. Namun demikian semua itu harus diingat oleh guru bahwa pencapaian angka-angka seperti itu belum merupakan hasil belajar yang sejati, hasil belajar yang bermakna. Oleh karena itu, langkah selanjutnya yang ditempuh oleh guru adalah bagaimana cara memberikan angka-angka dapat dikaitkan dengan value yang terkandung di dalam setiap pengetahuan yang diajarkan kepada para siswa sehingga tidak sekadar konitif saja tetapi juga keterampilan dan afeksinya. 2) Hadiah Hadiah dpat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut. Sebagai contoh hadiah yang diberikan untuk gambar yang terbaik mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak memiliki bakat menggambar. 3) Saingan/kompetisi Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Memang unsur persaingan ini banyak dimanfaatkan di dalam dunia industri atau perdagangan, tetapi juga sangat baik digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar siwa. 4) Memberi ulangan Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Tetapi yang harus diingat oleh guru, adalah jangan terlalu sering (misalnya tiap hari) karena bisa membosankan dan bersifat rutinitas. Dalam hal ini guru harus juga terbuka, maksudnya kalau akan ulangan harus diberitahukan kepada siswanya. 5) Mengetahui hasil Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau tahu terjadi kemajuan, akan terdorong siswa untuuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat maka akan ada motivasi dalam diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus menungkat. 6) Pujian Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyekesaikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Olehkarena itu, supaya pujian ini merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertingi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri. 7) Hukuman Hukuman sebagai reinforcement yang negative tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman. 8) Hasrat untuk belajar Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesenjangan, ada maksud untuk belajar. Hal ini akan lebbihh baik bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik. 9) Minat Di depan sudah diuraikan bahwa soal motivasi sangat erat hubungannya dengan unsur minat. Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat. 10) Tujuan yang diakui Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang snagat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar. Sedangkan menurut Fathurrohman Dan Sutikno (2001: 22), Ada beberapa strategi untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, yakni : 1) Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik. Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai tujuan yang akan dicapainya kepada siswa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam melaksanakan kegiatan belajar. 2) Hadiah . Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengajar siswa yang berprestasi. 3) Saingan / kompetisi. Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, dan berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya. 4) Pujian Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun. 5) Hukuman. Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya. 6) Membangkitkan dorongan kepada peserta didik untuk belajar. Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal kepada peserta didik. 7) Membentuk kebiasaan belajar yang baik. 8) Membantu kesuliatan belajar peserta didik, baik secara individual maupun kelompok. 9) Menggunakan metode yang bervariasi 10) Menggunakan media yang baik serta harus sesuai dengan tujuan pembelajaran Jadi dapat disimpulkan bahwa cara menumbuhkan motivasi belajar yaitu memberikan pujian atau memberikan hadiah agar peserta didik lebih bersemangat lagi dalam belajarnya, berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengajar siswa yang berprestasi. e. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian motivasi Ranupandojo dalam Abdorrakhman Gintings (2010: 99) memberikan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan motivasi sebagaimana dirangkum berikut ini: 1) Memahami adanya perbedaan individu baik secara fisik maupun secara emosional. 2) Setiap individu memiliki kepribadian yang unik sehingga memiliki cara yang berbeda dalam menghadapi situasi tertentu. 3) Semua perilaku terjadi akibat adanya perubahan baik dalam diri individu maupun dalam situasi yang dihadapinya. 4) Setiap individu memiliki rasa ego yang cenderung mengabaikan kepentingan orang lain, akan tetapi secara rasional ia dapat menyesuaikan dengan kepentingan orang lain. 5) Emosi seseorang biasanya dapat dengan mudah dikenali dan sangat dominan dalam membentuk prilaku seseorang. Dengan melihat emosinya, kita dapat memperkirakan bagaimana perilakunya. 6) Pada umumnya kita jarang mengetahui kondisi individu secara mendalam, sehingga sukar memperkirakan reaksinya terhadap situasi tertentu. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian motivasi seperti setiap individu memiliki rasa ego yang cenderung mengabaikan kepentingan orang lain, memahami adanya perbedaan individu baik secara fisik maupun secara emosional. 3. Hakekat Hasil Belajar a. Definisi Hasil belajar Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses pembelajaran berlangsung, yang dapat memberikan pengaruh tingkah laku baik pengetahuam, pemahaman, sikap dan keterampilan peserta didik sehingga menjadi lebih baik dari yang sebelumnya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hamalik (2011: 37), hasil belajar adalah perubahan tingkah laku subjek yang meliputi kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor dalam situasi tertentu berkat pengalamannya berulang-ulang. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama. Ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Menurut Slavin dalam Sitiatava (2013 : 15) pembelajaran didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku individu yang disebabkan oleh pengalaman. Sedangkan menurut Oemar Hamalik dalam Sitiatava (2013 : 17) pembelajaran ialah suatu kombinasi yang tersusun dari unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Belajar pada hakekatnya merupakan proses perubahan didalam kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Yang di ungkapkan juga oleh Nana Sudjana (2013: 2) mengemukakan bahwa: Belajar dan mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan yakni tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman (proses) belajar mengajar dan hasil belajar. Tujuan instruksional dapat di ambil tindakan perbaikan pengajaran dan perbaikan siswa yang bersangkutan. Misalnya dengan melakukan perubahan dalam strategi mengajar, memberikan bimbingan dan bantuan belajar kepada siswa. Dengan perkataan lain, hasil penilaian tidak hanya bermanfaat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional dalam hal ini perubahan tingkah laku tetapi juga sebgai umpan balik bagi upaya memperbaiki proses belajar mengajar. Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Pengertian lain tentang hasil belajar dikemukakan oleh Howard dalam Nana Sudjana (2002:22): “ Hasil belajar dibagi menjadi tiga macam, yaitu (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah di tetapkan dalam kurikulum. Kegiatan yang dilakukan oleh individu akan mengakibatkan perubahan-perubahan baik berupa pengetahuan maupun sikap dan keterampilan. Perubahan itu adalah hasil yang telah dicapai dari proses belajar. Menurut Nana Sudjana (2013: 22) terdapat beberapa aspek sebagai objek penilaian yang terdiri dari Ranah Kognitif, Ranah Afektif, Ranah Psikomotor. Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang tediri dari enam aspek yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah Afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah Psikomotor berkenaan denganhasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris yakni (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan dan ketepatan, (e) gerakan ketrampilan kompleks, dan (f) gerkan ekspresif dan interpretative. Hasil belajar diartikan sebagai hasil akhir pengambilan keputusan tentang tinggi rendahnya nilai siswa selama mengikuti proses belajar mengajar, pembelajaran dikatakan berhasil jika tingkat pengetahuan siswa bertambah dari hasil sebelumnya. Adapun tipe hasil belajar menurut sujhana (2002:50-55) sebagai berikut : 1) Tipe hasil belajar bidang kognitif a) Tipe Hasil Belajar Pengetahuan (knowledge) Termasuk tipe hasil belajar tingkat rendah jika dibandingkan tipe hasil belajar lainnya. Namun demikian tipe hasil belajar ini penting sebagai persyaratan untuk menguasai dan mempelajari tipe hasil belajar lain yang lebih tinggi. Setidaknya pengetahuan hafalan merupakan kemampuan terminal (jembatan) untuk menguasai tipe hasil belajar lainnya. b) Tipe Hasil Belajar Pemahaman (kompherension) Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep. Untuk itu maka perlu adanya hubungan atau pertautan antara konsep dengan makna yang ada dalam konsep tersebut. c) Tipe Hasil Belajar Penerapan ( aplikasi ) Aplikasi adalah kesanggupan menerapkan mengabraksikan suatu konsep,ide, rumus, dan hukum dalam situasi yang baru. Misalnya, memecahkan persoalan. Jadi, dalam aplikasi harus ada konsep, teori, hukum, dan rumus. Dalil hukum tersebut, diterapkan dalam suatu masalah (situasi tertentu). d) Tipe Belajar Analisis Analisis adalah kesanggupan memecahkan, menguraikan suatu integritas (kesatuan yang utuh) menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian yang mempunyai arti atau mempunyai tingkat. Analis merupakan tipe hasil belajar yang kompleks yang memanfaat kan unsur tipe hasil belajar sebelumnya, yakni pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi. e) Tipe Belajar Sintesis Sintesis adalah lawanan analisis. Bila pada analisis tekanan pada kesanggupan menguraikan suatu integritas menjadi bagian yang bermakna, pada sintesis adalah kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi suatu integritas. a) Tipe Belajar Evaluasi Evaluasi adalah kesanggupan member keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan judgment yang dimilikinya, dan kriteria yang dipakainya. Tipe hasil belajar ini dikategorikan paling tinggi dan terkandung semua tipe hasil belajar yang telah dijelaskan sebelumnya. Dalam tipe hasil belajar evaluasi, tekanan pada pertimbangan suatu nilai, mengenai baik tidaknya, tepat tidaknya, dengan menggunakan kriteria tertentu. Tingkah laku operasional dalam kata-kata menilai, membandingkan, mempertimbangkan, mempertentang, menyarankan, mengkritik, menyimpulkan,member pendapat dan lain-lain. 2) Tipe hasil belajar bidang afektif Bidang afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli menyatakan bahwa, sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah menguasai bidang kognitif tingkat tinggi. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatian pada pelajaran, disiplin, motivasi, belajar, menghargai guru teman sekelas kebiasaan belajar dan lain-lain. 3) Tipe hasil belajar psikomotorik Hasil belajar bidang psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill), kemampuan bertindak individu (seseorang). Tipe hasil belajar yang dikemukakan tersebut sebenarnya tifdak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan satu sama lain bahkan dalam kebersamaan. Seseorang yang berubah tingkat kognitifnya sebenarnya dalam kadar tertentu telah berubah sikap dan perilakunya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar adalah lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan internal terdiri atas faktor biologis (kondisi fisik yang normal dan kondisi kesehatan fisik) dan fsikologis (intelegensi, kemampuan, bakat, daya ingat, dan konsentrasi),sedangkan faktor eksternal terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Hasil belajar dapat diketahui melalui penilaian dan evaluasi. Penilaian menetapkan baik buruknya hasil kegiatan pembelajaran yang menekankan pada informasi dan perolehan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan dan evaluasi dalam Dimyati dan Mudjiono, (2001: 176). Tujuannya yaitu untuk mengetahui sejauh mana bahan yang dipelajari dapat dipahami oleh siswa. Adapun evaluai hasil belajar menurut Arikunto (2002: 25) adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan pembelajaran sudah tercapai. Jadi, kesimpulannya hasil belajar siswa dapat diketahui melalui evaluasi kemampuan dalam ranah kognitif. Untuk mengamati serta mengukur keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar dalam ranah kognitif dapat diadakan tes formatif sebagai nilai tes yang merupakan hasil belajar siswa. b. Ranah Tingkah Laku dalam Hasil Belajar Hasil belajar dalam bentuk perubahan tingkah laku tersebut merupakan tingkat kemampuan yang dapat dikuasi peserta didik, sebagaimana yang diungkapkan oleh Bloom dalam Ginting (2010:35) bahwa tingkat kemampuan atau penguasaan yang dapat dikuasai oleh peserta didik mencakup tiga aspek, yaitu: 1. Kemampuan kognitif (Cognitive Domain), adalah kemampuan yang berkaitan dengan aspek-aspek intelektual atau secara logis yang biasa diukur dengan pikiran atau nalar, yaitu terdiri dari : a) Pengetahuan (Knowledge), mencakup ingatan akan hal-hal yang dipelajari dan disimpan dalam ingatan. b) Pemahaman (Comperhension), mengacu pada kemampuan memahami makna materi. c) Penerapan (Application), mengacu pada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari. d) Analisis (AAnalysis), mengacu pada kemampuan yang menguraikan materi ke dalam komponen-komponen atau faktor penyebabnya. e) Sitesis (synthesis), mengacu pada kemampuan mengadukan konsep. f) Evaluasi (Evaluation), mengacu pada kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu. 2. Kemampuan afektif (The Affective Domain), adalah kemampuan yang berkaitan dengan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya. Kemampuan ini terdiri dari : a) Kemampuan Menerima (Receiving), mengacu pada kesukarelaan dan kemampuan memperhatikan respon terhadap stimulasi yang tepat. b) Sambutan (Responding), merupakan sikap peserta didik dalam memberikan respon aktif terhadap stimulusyang dating dari luar. c) Penghargaan (Valueving),mengacu pada penilaian. d) Pengorganisasian (Organizing), mengacu pada penyatuan nilai sebagai pedoman dan sebagai pegangan dalam kehidupan. 3. Kemampuan psikomotor (The Psychomotor Domain), adalah kemampuan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sitem syaraf, otot dan fungsi psikis. Kemampuan ini yang terdiri dari : a) Persepsi (Perseption), mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih. b) Kesiapan (Ready), mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai sesuatu gerakan. c) Gerakan terbimbing (Guidance Response), mencakup kemampuan untuk melakukan suatu serangkaian gerak-gerik sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi). d) Gerakan yang terbiasa (Mechanical response), mencakup kemampuan serangkaian gerak-gerik dengan lancer, karena sudah dilatih sebelumnya. e) Gerakan kompleks (Complexs response), mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan. f) Kreativitas (Creativity), mencakup kemampuan untuk malahirkan pola gerak-gerik yang baru. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ranah tingkah laku dalam hasil belajar yaitu kemampuan yang berkaitan dengan aspek-aspek intelektual atau secara logis yang biasa diukur dengan pikiran atau nalar, kemampuan yang berkaitan dengan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral sedangkan kemampuan psikomotor. Dan kemampuan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sitem syaraf, dan fungsi psikis. c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Slameto (2007: 54) adalah sebagai berikut: 1) Faktor Intern, meliputi : a) Faktor jamaniah terdiri dari faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh; b) Faktor psikologis terdiri dari intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan; c) Faktor kelelahan baik kelelahan secara jasmani maupun kelelahan rohani. 2) Faktor Ekstern, meliputui : a) Faktor keluarga terdiri dari cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan; b) Faktor sekolah terdiri dari metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah; c) Faktor masyarakat terdiri dari kegiatan siswa dalam masyrakat, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor Intern dan faktor Ekstern jadi setiap siswa perlu di perhatikan dalam faktor intern yang berada dalam diri siswa dan faktor ekstern meliputi faktor dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat itu sangan mempengaruhi hasil belajar. 4. Pembelajaran Tematik a. Pengertian Pembelajaran Tematik/Terpadu Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran termasuk salah satu tipe/jenis dari pada model terpadu. Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Seperti yang dikemukakan menurut Poerwadarminta 1983 dalam Diding Nurdin, dkk (2010:303) bahwa Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Sedangkan menurut Rusman (2012: 254) mengatakan bahwa: “Model pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran

Item Type: Thesis (Skripsi(S1))
Subjects: S1-Skripsi
Divisions: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > PGSD 2014
Depositing User: Iyas -
Date Deposited: 25 Jul 2016 15:07
Last Modified: 25 Jul 2016 15:07
URI: http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/6265

Actions (login required)

View Item View Item