PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI DAN SIKAP PERCAYA DIRI PADA TEMA DIRI SENDIRI SUB. TEMA TUBUHKU SISWA KELAS 1 SDN 16 BABAKAN CIPARAY KOTA BANDUNG

ERNA ERYANI, 105060219 (2016) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI DAN SIKAP PERCAYA DIRI PADA TEMA DIRI SENDIRI SUB. TEMA TUBUHKU SISWA KELAS 1 SDN 16 BABAKAN CIPARAY KOTA BANDUNG. Skripsi(S1) thesis, FKIP UNPAS.

[img] Text
JUDUL CAVER.docx

Download (124kB)
[img] Text
SKRIPSI.docx

Download (6MB)

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan Berkomunikasi dan Sikpa Rasa percaya Diri siswa kelas I SDN 16 Babakan Ciparay Kota Bandung Pada sub tema Tubuhku. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) jenis kolaborasi. Peneliti bekerjasama dengan guru kelas. Peneliti sebagai guru yang melaksanakan kegiatan pembelajaran sedangkan guru kelas I sebagai observer. PTK ini terdiri dari tiga siklus, siklus I sampai dengan siklus III dilakukan dalam tiga kali pertemuan. Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini terbagi ke dalam dua jenis, yaitu keberhasilan proses dan keberhasilan hasil. Keberhasilan proses yaitu jika perencanaan pembelajaran (RPP) dan pelaksanaan pembelajaran mencapai persentase sebesar 85%. Sedangkan keberhasilan hasil yaitu jika keterampilan berkomunikasi keseluruhan siswa yang meliputi kognitif produk, kognitif proses, serta hasil afektif pembelajaran yang meliputi afektif karakter dan keterampilan sosial mencapai persentase sebesar 85% dari jumlah siswa kelas I yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=2,66). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan model Discovery Learning pada pada sub tema Tubuhku dapat meningkan Keterampilan berkomunikasi dan rasa percaya diri siswa di kelas I. Hal ini ditunjukkan dengan hasil peningkatan keterampilan berkomunikasi siswa dan hasil afektif pembelajaran pada setiap siklusnya. Peningkatan hasil keterampilan berkomunikasi siswa dan Rasa Percaya Diri secara keseluruhan adalah sebagai berikut: Hasil P1 siklus I sebesar 59%, siklus IIsebesar 75%, dan siklus III sebesar 87%; Hasil P2 siklus I sebesar 68%, siklus II sebesar 81%, dansiklus III sebesar 90%; Hasil P3 siklus I sebesar 66%, siklus II sebesar 75%, dansiklus III sebesar 87%. Adapun hasil afektif pembelajaran nya adalah sebagai berikut: Hasil P4 siklus I sebesar 70%, siklus II sebesar 81%, dansiklus III sebesar 94%; Hasil P5 siklus I sebesar 70%, siklus II sebesar 82%, dansiklus III sebesar 91%. Berdasarkan analisis data tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan model Discovery learning pada Pada sub tema tubuhku dapat meningkatka ketreampilan berkomunikiasi dan rasa percaya diri dan rasa percaya diri siswa di kelas I SDN 16 Babakan Ciparay Kota Bandung. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kurikulum memberikan kontribusi untuk bisa mewujidkan proses berkembangnya kualitas potensi siswa. Pendidikan dari masa ke masa mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan masa depan hanya akan dapat terwujud apabila terjadi perubahan pola pikir dalam proses pembelajaran yang berasal dari guru kini menjadikan siswa yang menjadi pusat pembelajaran serta pembelajaran yang lebih interaktif bukan hanya satu arah dari guru ke siswa saja selain itu kini pembelajaran berangsung tidak hanya di dalam kelas tetapi juga bisa dilakukan di lingkungan sekolah agar siswa menjadi lebih paham. Guru di tuntut untuk lebih kreatif dalam menyediakan alat peraga dari hanya menggunakan alat tunggal menjadi multimedia yang berasal dari lingkungan sekitar yang akan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna. Tatkala proses pembelajaran berlangsung guru sering lupa bahwa bukan hanya pengetahuan saja yang harus di utamakan tetapi sikap dan ketrampilan berkomunikasi dari siswa tersebutlah yang harus di utamakan karna sikap dan keterampilan siswa ini yang tak pernah di tanamkan ke dalam pembelajaran karna itu banyak sekali siswa yang tidak memiliki sikap yang baik yang di tunjukan dalam kegiatan pembelajaran. Maka adanya perubahan dalam kurikulum 2013 ini yang akan menekankan kepada sikap dan keterampilan siswa. Sikap dan keterampilan dari kurikulum 2013 tersebut peneliti mencoba untuk melakukan penelitian pada Sikap Percaya Diri dan keterampilan berkomunikasi yang akan di tujukan pada siswa kelas 1 karna siswa kelas 1 ini biasanya masih kurang menunjukan sikap percaya diri dalam proses pembelajaran dengan teman sebaya yang baru di temuinya di kelas juga masih harus ditumbuhkan agar tercipta sebuah proses pembelajaran yang menyenangkan. Hal ini memancing peneliti untuk melakukan penelitian di kelas 1 untuk dapat menumbuhkan sikap percaya diri dan keterampilan berkomunikasi. Dengan adanya kurikulum yang baru tersebut banyak perubahan yang terjadi di dalamnya yang mengakibatkan kebingungan bagi para tenaga pengajar atau guru oleh karana itu masih banyak sekolah yang belum menggunakan kurikulum 2013 ini dengan sempurna maka peneliti mencoba menggunakan penelitian dengan menggunakan kurikulum yang baru yakni kurikulum 2013 ini sesuai dengan kebijakan pemerintah serta melihat dari kondisi di lapangan masih banyak kendala pada kurikulum 2013 ini salah satunya yakni : 1. Sekolah belum menerapkan kurikulum 2013 dengan sempurna. 2. Tenaga pengajar atau guru kurang mengausai kurikulum 2013, RPP, dan kegiatan pembelajaran. 3. Pembelajaran masih terpisah-pisah. 4. Siswa masih pasif dalam pemelajaran atau berpusat pada guru. 5. Kurangnya sikap dan keterampilan siswa dalam pembelajaran. Oleh karna itu maka peneliti mencoba melakukan penelitain ini agar semua kendala yang ada di dalam kurikulum 2013 ini bisa terpecahkan dan bisa menemukan solusi yang dengan menggunakan model pemebelajaran yang cocok untuk dapat di gunakan dalam proses pembelajaran tersebut. Peneliti mencoba untuk menggunakan model pembelajaarn Discovery Learning untuk di gunakan dalam proses pembelajaran di kelas 1 karna model pembelajaran ini mempunyai kelebihan yakni : Sund dalam Roestiyah, (2008 : 20) berpendapat bahwa Discavery Learning adalah “proses mental dimana siswa mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip”. Yang dimaksud dengan konsep mental tersebut antara lain ialah mengamati, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, membentuk kelompok dan memecahkan masalah. Menurut pendapat Richard dalam Djamarah, (2006: 20), Discavery Learning adalah salah satu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental dimana siswa di bimbing untuk berusaha mensistensi, menemukana atau menyimpulkan prinsip dasar dari materi yang di pelajari”. Dari kedua pendapat tersebut dapat di tarik sebuah kesimpulan yakni dalam Discavery Learning siswa menjadi aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk mempunyai penglaman, pengalaman tersebut untuk menemukan prinsip-prinsip bagi diri mereka sendiri. Sehingga Discavery Learning ini siswa harus mampu memiliki kemampuan mengamati, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, membentuk kelompok dan memecahkan masalah. Ada beberapa keunggulan model pemebelajaran Discavery Learning yanki : 1. Dapat diterapkan dalam berbagai mata pelajaran dan segala jenjang pendidikan. 2. Model pemebelajaran Discavery Learning bisa menumbuhkan kegairahan siswa, karna model ini merupakan cara menarik perhatian siswa untuk berkonsentrasi terhadap pelajaran yang diterimanaya. 3. Model Discavery Learning dapat berdampak positif bagi siswa untuk membiasakan siswa fokus terhadap suatu permsalahan yang telah berlangsung, baik dalam pembelajaran di sekolah atau di luar sekolah berupa permsalahan yang ada di lingkunan tempat tinggal siswa. 4. Model Discavery Learning melatih pribadi siswa untuk fokus terhadap materi pembelajaran yang mereka hadapi. Karena kurikulum 2013 ini belum sepenuhnya di terapkan maka sehubungan dengan itu peneliti bermaksud mencoba menerapkan kurikulum 2013 di SDN 16 Babakan Ciparay kelas 1 dengan menggunkan tema Diri Sendiri sub. Tema Tubuhku. Dari latar belakang di atas maka dapat di ditarik sebuah permasalaha yang akan menjadi bahasan dari peneliti yakni “ Penerapan model pemeblajaran Discavery Learning untuk meningkatkan Sikap Rasa Percaya Diri dan Keterampilan Berkomunikasi siswa pada Tema Diri Sendiri sub. Tema Tubuhku siswa kelas I” B. IDENTIFIKASI MASLAH Dari permasalahan yang ada pada latar belakang diatas maka identifikasi masalah sebaagi berikut : 1. kurangnya rasa percaya diri antar siswa 2. proses pembelajaran belum menggunakan kurikulum 2013 dengan sempurna 3. Keterampilan Berkomunikasi belum meningkat dari proses pembelajaran 4. kurangnya penguasaan model pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013 C. RUMUSAN MASLAH Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas, maka rumusan masalah yang akan di teliti adalah sebagai berikut : “Apakah model pembelajaran Discovery Learning mampu meningkatkan kemampuan sikap rasa percaya dan hasil belajar siswa pada Tema Diri Sendiri sub. Tema Tubuhku siswa kelas I SDN 16 Babakan Ciparay Kota Bandung ? Permsalahan tersebut merupakan permasalahan pokok yang kemudian akan dijadikan kajian utamaa dalam kajian tindakan kelas ini. Dalam proses pelaksanaannya permasalahannya dapat diurai sebagai berikut : 1. Bagaimanakah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang disusun dengan menggunakan model pembelajaran Discavery Learning dalam pembelajaran tematik pada Sub. Tema Tubuhku agar keterampilan berkomunikasi dan sikap percaya diri siswa kelas 1 SDN 16 Babakan Ciparay Kota Bandung meningkat ? 2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model Discavery Learning agar Sikap Percaya Diri dan hasil belajar antar siswa pada Sub. Tema Tubuhku kelas 1 SDN Babakan Ciparay Kota Bandung meningkat ? 3. Apakah sikap percaya diri dapat meningkat dengan model pembelajaran Discovery learning pada Sub. Tema Tubuhku Kelas I SDN 16 Babakan Ciparay Kota Bandung ? 4. Apakah Keterampilan Berkomunikasi siswa dapat meningkat dengan model pembelajaran Discovery learning pada Sub. Tema Tubuhku Kelas I SDN 16 Babakan Ciparay Kota Bandung ? D. TUJUAN PENELITIAN Tujuan umum dari penelitian ini adalah menerapkan model pembelajaran Discovery learning pada Tema Diri Sendiri sub. Tema Tubuhku kelas I SDN 16 Babakan Ciparay Kota Bandung. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan (RPP) menerapkan model Discovery learning pada Sub. Tema Diri Sendiri sub. Tema Tubuhku kelas I SDN 16 Babakan Ciparay Kota Bandung 2. Melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model Discovery Learning untuk meningkatkan Sikap Percaya Diri antar siswa dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi siswa pada Tema Diri Sendiri sub. Tema Tubuhku kelas I SDN 16 Babakan Ciparay Kota Bandung 3. Mengetahui peningkatan sikap percaya diri dengan menggunakan model pemeblajaran Discovery Learning pada Tema Diri Sendiri sub. Tema Tubuhku kelas I SDN 16 Babakan Ciparay Kota Bandung 4. Mengetahui peningkatan keterampialn berkomunikasi siswa dengan menggunakan model pemeblajaran Discovery Learning pada Tema Diri Sendiri sub. Tema Tubuhku kelas I SDN 16 Babakan Ciparay Kota Bandung E. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu memberikan wawasan keilmuan terutama dalam strategi pembelajaran Discovery learning pada pembelajran tematik untuk meningkatkan kemmpuan berkomunikasi dan sikap rasa percaya diri pada Tema Diri Sendiri Sub. Tema Tubuhku di kelas I SDN 16 Babakan Ciparay Kota Bandung. Membantu penelitian yang akan datang tentang hal yang sama agar lebih sempurna dan baik. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebuah rujukan bagi pengembangan keilmuan oleh guru-guru Sekolah Dasar dalam sebuah proses pembelajaran. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa 1) Kerampilan berkomunikasi Hasil penelitian ini agar siswa mempunyai ketempilan berkomuniaksi dengan baik dan juga dapat meningkatkan keterampilan tesebut agar bisa berkomunikasi dengan lancar ketika diminta untuk berkomunikasi di depan kelas di hadapan teman-temannya. 2) Sikap percaya diri Penelitian ini juga bermaksud agar siswa mempunyai sikap rasa percaya diri ketika dia ada di dalam kelas maupun di luar kelas saat siswa bersama dengan teman baru yang ditemuinya. b. Bagi Guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh guru sebagai salah satu alternatif model pembelajaran pada Tema 2 Kegemaranku Sub. Tema 3 Gemar menggambar di kelas I. c. Bagi Sekolah Memberikan motivasi kepada guru-guru untuk lebih menciptakan dan memperbaiki proses belajar mengajar agar lebih menarik, memberikan wawasan agar pembelajaran lebih berpariatif dan tidak monoton serta membeikan kualitas yang baik kepada sekolah tersebut. Hasil penelitian ini juga diharapkan menjadi masukan bagi sekolah dalam menambah pengetahuan mengenai penerapan model Discavery learning sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran tematik dan menaikkan citra sekolah. d. Bagi Peneliti. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan pengalaman nyata bagi peneliti selanjutnya sehingga dapat menerapkan model Discavery Learning pada Tema dan Sub. Tema selanjutnya. BAB II LANDASAN TEORI A. KAJIAN TEORI 1. Kebijakann Kurikulum 2013 Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Tenntang Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrsah Ibtidaiah. Pasal 1 (1) Kurikulum pada Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah yang telah dilaksanakan sejak tahun ajaran 2013/2014 disebut Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. (2) Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. Kerangka Dasar Kurikulum; b. Struktur Kurikulum; c. Silabus; dan d. Pedoman Mata Pelajaran dan Pembelajaran Tematik Terpadu. Pasal 3 (1) Struktur Kurikulum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) huruf b merupakan pengorganisasian Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, muatan pembelajaran, mata pelajaran, dan beban belajar. (2) Kompetensi Inti pada Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah pada setiap tingkat kelas. (3) Kompetensi Inti sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas: a. Kompetensi Inti sikap spiritual; b. Kompetensi Inti sikap sosial; c. Kompetensi Inti pengetahuan; dan d. Kompetensi Inti keterampilan (4) Kompetensi Dasar pada Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisikan kemampuan dan muatan pembelajaran untuk suatu tema pembelajaran atau mata pelajaran pada Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah yang mengacu pada Kompetensi Inti. (5) Kompetensi Dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (4) merupakan penjabaran dari Kompetensi Inti dan terdiri atas: a. Kompetensi Dasar sikap spiritual; b. Kompetensi Dasar sikap sosial; c. Kompetensi Dasar pengetahuan; dan d. Kompetensi Dasar keterampilan 2. Psikologi Konstuktifistik a. Pengertian Kontruktifistik Belajar adalah sebuah proses yang terjadi pada manusia dengan berpikir, merasa, dan bergerak untuk memahami setiap kenyataan yang diinginkannya untuk menghasilkan sebuah perilaku, pengetahuan, atau teknologi atau apapun yang berupa karya dan karsa manusia tersebut. Belajar berarti sebuah pembaharuan menuju pengembangan diri individu agar kehidupannya bisa lebih baik dari sebelumnya. Belajar pula bisa berarti adaptasi terhadap lingkungan dan interaksi seorang manusia dengan lingkungan tersebut. Berpijak dari pandangan itu Konstruktivisme berkembang. Dasarnya pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari konteks yang terbatas dan sedikit demi sedikit. Konstruktivisime merupakan proses pembelajaran yang menerangkan bagaimana pengetahuan disusun dalam minda manusia. Unsur-unsur konstruktivisme telah lama dipraktikkan dalam kaedah pengajaran dan pembelajaran di peringkat sekolah, maktab dan universiti tetapi tidak begitu ketara dan tidak ditekankan.Menurut paham dari aliran konstruktivisme, ilmu pengetahuan sekolah tidak boleh dipindahkan dari guru kepada siswa/anak didik dalam bentuk yang serba sempurna. Murid perlu diberi binaan tentang pengetahuan menurut pengalaman masing – masing. Pembelajaran dalam konteks Konstruktivisme merupakan hasil dari usaha murid itu sendiri dan guru tidak boleh belajar untuk murid sesuai dengan prinsip Student centered bukan teacher centered. Blok binaan asas bagi ilmu pengetahuan sekolah ialah satu skema yaitu suatu aktifitas mental yang digunakan oleh murid sebagai bahan mentah bagi proses renungan dan pengabstrakan dalam proses pemikiran anak. Pikiran murid tidak akan menghadapi suatu realitas yang berwujud secara terasing dalam lingkungan sekitar.Kenyataan yang diketahui murid adalah realitas yang dia bina sendiri. Murid sebenarnya telah mempunyai satu set ide dan pengalaman yang membentuk struktur kognitif terhadap kelanjutan pola pengetahuan dan pemikiran mereka Konstruktivisme juga merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit,yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Sedangkan menurut Tran Vui Konstruktivisme adalah suatu filsafat belajar yang dibangun atas anggapan bahwa dengan memfreksikan pengalaman-pengalaman sendiri. Sedangkan Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut denga bantuan fasilitasi oranglain Dari keterangan diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa teori ini memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lainyang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri. Adapun tujuan dari teori ini dalah sebagai berikut: 1) Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri. 2) Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya. 3) Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap. 4) Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri. 5) Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu. Adapun menurut Menurut John dewey (Akmad sujana :2008) Sebagai filosof dan banyak menulis mengenai pendidikan, John Dewey dikenal sebagai bapak Konstruktivisme dan Discovery Learning. Ia mengemukakan bahwa belajar tergantung pada pengalaman dan minat siswa sendiri dan topik dalam kurikulum seharusnya saling terintergrasi bukan terpisah atau tidak mempunyai kaitan satu sama lain. Belajar harus bersifat aktif, langsung terlibat, berpusat pada siswa dalam konteks pengalaman sosial. Berkaitan dengan anak dan lingkungan belajarnya menurut pandangan konstruktivisme, Driver dan Bell (dalam Deva jurnal 2008) mengajukan karakteristik sebagai berikut: (1) siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan, (2) belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa, (3) pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara personal, (4) pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas, (5) kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi, dan sumber. Berdasaran kedua teori tersebut menyatakan bahwa Kesadaran sosial menjadi tujuan dari semua pendidikan. Belajar membutuhkan keterlibatan siswa dan kerjasama tim dalam mengerjakan tugas. Guru bertindak sebagai fasilitator, mengambil bagian sebagai anggota kelompok dan diadakan kegiatan diskusi dan reviu teman. John Dewey juga menyarankan penggunaan media teknologi sebagai sarana belajar. Konsep John Dewwey ini sudah banyak dipakai Indonesia untuk pembelajaran di perguruan tinggi. Menurut Jean Piaget (Imarotur Rohiah : 2009) Piaget menjadi tokoh yang disegani karena pikiran dan idenya yang orisinil mengenai cara berpikir anak dan konseptualisasi tahapan pengembangan berpikir anak. Ide Piaget digunakan untuk merancang kurikulum TK dan SD atau tontonan televisi terkenal untuk pendidikan anak. Menurut Piaget, pengamatan sangat penting dan menjadi dasar dalam menuntun proses berpikir anak, berbeda dengan perbuatan melihat yang hanya melibatkan mata, pengamatan melibatkan seluruh indra, menyimpan kesan lebih lama dan menimbulkan sensasi yang membekas pada siswa. Oleh karena itu dalam belajar diupayakan siswa harus mengalami sendiri dan terlibat langsung sacara realistik dengan obyek yang dipelajarinya. Belajar harus bersifat aktif dan sosial. Tahap perkembangan berpikir individu menurut Piaget melalui empat stadium yaitu : 1) Sensorikmotorik (0-2 tahun) 2) Praoperasioanl (2-7 tahun) 3) Operational kongkrit (7-11 tahun) 4) Operational formal (12-15 tahun) Piaget menyakini bahwa belajat adalah proses regulasi diri dan anak akan menciptakan sendiri sensasi perasaan mereka terhadap realitas. Menurut Piaget, pikran manusia mempunyai struktur yang dsebut skema (jamak) yang sering disebut dengan struktur kognitif. Dengan menggunakan skemata itu seseorang mengadaptasi dan menkoordinasi lingkungannya sehingga terbentuk skemata yang baru, yaitu melalui proses asimilasi dan akomodasi. Proses belajar sesungguhnya terdiri dari 3 tahapan, yaitu asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi (penyeimbangan). 1) Asimilasi merupakan proses penyatuan atau pengintergrasian informasi baru ke struktur kognitif yang telah ada ke dalam benak siswa. 2) Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif pada situasi yang baru. Proses restrukturisasi skemata yang sudah ada sebagai akibat adanya informasi dan pengalaman baru yang tidak dapar secara langsung diasimilasikan pada skema tersebut. 3) Disequilibriun dan Equilibrium yaitu penyesuaiaan berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Implikasi padangan Piaget dalam praktek pembelajaran adalah bahwa guru hendaknya menyesuaikan proses pembelajaran yang dilakukan dengan tahapan-tahapan kognitif yang dimiliki anak didik. Karena tanpa penyesuaian proses pembelajaran dengan perkembangan kognitifnya, guru maupun siswa akan mendapatkan kesulitan dalam mencapat tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Menurut Jerome Brunner (Akmad sudjana: 2008 ) Menurut Brunner, belajar adalah proses yeng bersifat aktif terkait dengan ide Discovery Learning yaitu siswa berinteraksi dengan lingkungannya melalui eksplorasi dan manipulasi obyek, membuat pertanyaan dan menyelanggarakan eksperimen. Teori ini menyatakan bahwa cara terbaik bagi seseorang untuk memulai belajar konsep dan prinsip dalam siswa adalah dengan mengkostruksi sendiri konsep dan prinsip yang dipelajari itu. Teorinya yang diadaptasi dari tahapan perkembangan kognitif Piaget mempertajam konsep pendidikan usia dini. Brunner mengemukakan bahwa proses belajar lebih ditentukan oleh cara mengatur materi pelajaran dan bukan ditrentukan oleh umur seseorang seperti yag telah dikemukakan oleh Piaget. Brunner menjelaskan perkembangan dalam tiga tahap, yaitu : 1) Enaktif (0-3 tahun) yaitu pemahaman anak dicapai melalui eksplorasi dirinya sendiri dan manipulasi fisik-motorik melalui pengalaman tersebut. 2) Ikonik (3-8 tahun) yaitu anak menyadari sesuatu ada secara mandiri melalui image atau gambar yang kongkret bukan abstrak. 3) Simbolik ( >8 tahun) yaitu anak sudah memahami simbol-simbol dan konsep seperti bahasa dan angka sebagai representasi simbol. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pembelajaran adalah : 1) Guru harus bertindak sebagai fasilitator, mengecek pengetahuan yang dipunyai siswa sebelumnya, menyediakan sumber-sumber belajar dan menanyakan pertanyaan yang bersifat terbuka. 2) Siswa membangun pemaknanya melalui eksplorasi, manipulasi dan berpikir. 3) Penggunaan teknologi dalam pengajaran, siswa sebaiknya melihat begaimana tersebut bekerja daripada hanya sekedar diceritakan oleh guru. Teori belajar ini sangat membebaskan siswa untuk belajar sendiri yang disebut bersifat discovery (belajar dengan cara menemukan). Disamping itu, karena teori ini banyak menuntut pengulangan-pengulangan sehingga design yang berulang-ulang tersebut disebut sebagai kurikulum spiral Brunner. Kurikulum ini menurut guru untuk memberi materi perkuliahan setahap demi setahap dari yang sederhana sampai yang kompleks dimana suatu materi yanag sudah sebelumnya sudah diberikan suatu saat muncul kembali secara terintegrasi dalam suatu materi baru yang lebih kompleks. Demikian seterusnya berulang-ulang sehingga tak terasa siswa telah mempelajari ilmu pengetahuan secara utuh. b. Ciri-ciri Pembelajaran Secara Kontruktivistik Adapun ciri dari kontruktivistik ini adalah : 1) Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui penglibatan dalam dunia sebenar 2) Menggalakkan soalan/idea yang dimul akan oleh murid dan menggunakannya sebagai panduan merancang pengajaran. 3) Menyokong pembelajaran secara koperatif Mengambilkira sikap dan pembawaan murid 4) Mengambilkira dapatan kajian bagaimana murid belajar s esuatu idea 5) Menggalakkan & menerima daya usaha & autonomimurid 6) Menggalakkan murid bertanya dan berdialog dengan murid & guru 7) Menganggap pembel ajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan hasil pembelajaran Menggalakkan proses inkuirimurid mel alui kajian dan eks perimen. c. Kelebihan dan Kelamahan Konstruktivisme Adapun kelebihan dari kontruktivistik ini adalah sebagai berikut : 1) Berfikir : Dalam proses membina pengetahuan baru, murid berfikir untuk menyelesaikan masalah, menjana idea dan membuat keputusan. 2) Faham : Oleh kerana murid terlibat secara langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan boleh mengapliksikannya dalam semua situasi. 3) Ingat : Oleh kerana murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep. Yakin Murid melalui pendekatan ini membina sendiri kefahaman mereka. Justeru mereka lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru. 4) Kemahiran sosial : Kemahiran sosial diperolehi apabila berinteraksi dengan rakan dan guru dalam membina pengetahuan baru. 5) Seronok : Oleh kerana mereka terlibat secara terus, mereka faham, ingat, yakin dan berinteraksi dengan sihat, maka mereka akan berasa seronok belajar dalam membina pengetahuan baru. Ada pun Kelemahan Konstruktivisme ini adalah sebagai berikut : Pada kelemahan dari kontuktivistik yakni dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya kurang begitu mendukung d. Proses Pembelajaran Kontruktifistik Pada proses belajar dari pandangan kontruktifistik dan dari aspek-aspek si belajar, peranan guru, sarana belajar, dan evaluasi belajar. Proses belajar kontruktivistik secara konseptual proses belajar jika dipandang dari pendekatan kognitif, bukan sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar kedalam diri siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pemuktahiran struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi rosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari pada fakta-fakta yang terlepas-lepas. Peranan siswa. Menurut pandangan ini belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si belajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep, dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi peluang optimal bagi terjadinya belajar. Namun yang akhirnya paling menentukan adalah terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa itu sendiri. Peranan guru. Dalam pendekatan ini guru atau pendidik berperan membantu agar proses pengkontruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru tidak mentransferkan pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Sarana belajar. Pendekatan ini menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktifitas siswa dalam mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan tersebut. Evaluasi. Pandangan ini mengemukakan bahwa lingkungan belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap realitas, kontruksi pengetahuan, serta aktifitas-aktifitas lain yang didasarkan pada pengalaman 3. Psikologi Perkembangan Sekolah Dasar (SD) a. Pengertian Psikologi Perkembangan Ada beberapa karakteristik / psikologi anak di usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui para guru, agar lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya ditingkat Sekolah Dasar(SD). Seorang guru harus dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya, maka sangat penting bagi seorang pendidik mengetahui perkembangan psikologi siswanya. Selainperkembangan psikologi yang perlu diperhatikan juga adalah kebutuhan peserta didik. pemahaman terhadap perkembangan psikologi peserta didik dan tugas-tugas perkembangan anak SD dapat dijadikan titik awal untuk menentukan tujuan pendidikan di SD, dan untuk menentukan waktu yang tepat dalam memberikan pendidikan sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak itu sendiri. Secara ideal, dalam rangka pencapaian perkembangan diri siswa, sekolah dan guru seyogyanya dapat menyediakan dan memenuhi berbagai kebutuhan siswanya dalam rangka pencapaian perkembangan diri siswa. Di samping memperhatikan karakteristik anak, implikasi pendidikan dapat juga bertolak dari kebutuhan peserta didik. Pemaknaan kebutuhan siswa SD dapat diidentifikasi dari tugas-tugas perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang muncul pada saat atau suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya, sementara kegagalan dalam melaksanakan tugas tersebut menimbulkan rasa tidak bahagia, ditolak oleh masyarakat dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya. Menurut Conger dan Kagan ( samsunwiyati marat 2008:10) prikologi perkembangan lebih menitik beratkan pada usaha-usaha mengetahui sebab sebab yang melandasi terjadinya pertumbuhan dan perkembanagan mansusia, sehingga menimbulkan perubahan –perubahan. Oleh sebab itu psikologi perkebangan meliputi : 1) Memberikan, mengukur dan menerangkan perubahan dalam tingkah laku serta kemampuan yang sedang berkembang sesuai dengan tingkat umur dan mempunyai ciri-ciri universal, dalam atri yang berlaku bagi anak-anak dimana saja dan dalam lingkungan sosial budaya mana saja. 2) Mempelajari peruabahn-perubahan yang besifat pribadi pada tahapan atau perkembangan tertentu. 3) Mempelajari tingkah laku anak apda lingkungan tertentu yang menimbulkan reasi yang berbeda. 4) Mempelajari penyimpanagn tingkah laku yang dialamai seseorang seperti kekanak-kanakan , kelainan dalam fungsional interaksinya , dan lain-lain Sementara itu menurut Elizabeth (samsunwiyati marat 2008:10) menyatakan bahwa adapun tujuan dari perkemabnag dewasa ini adalah sebagai berikut : 1) Menemukan perubahan-perubahan apakah yang terjadi pada usia yang umum dan yang khas dalam penampilan, prilaku, minat, dan tujuan dari masing-masing priode perkembangan. 2) Menemukan kapan peruabhan-perubahan itu terjadi 3) Menemukan kapan sebab sebabnya 4) Menemukan bagaimana perubahan itu bisa mempengaruhi prilaku. 5) Menemukan dapatatau tidaknya peruabahn itu dapat diramalkan. 6) Menemukan apakah perubahan itu bersifat individual atau universal. Dari pendapat diatas menyatakan bahwa berubahan yang terjadi pada diri manusia merupakan bisa disebabkan oleh lingkunagn atau diri orang tersebut sehingga terciptalah sebuah perubahan yang terjadi. b. Karakteristik Psikologi siswa SD Karakteristik atau ciri dari psikologinperkembangan siswa sekolahd asara atau anak-anak, adapaun ciri dari psikologi perkembangan itu adalah sebagai berikut : 1. Senang bermain. Karakteristik / Psikologi ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih – lebih untuk kelas rendah. Guru sd seyogiyanya merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya. Guru hendaknya mengembangkan model pengajaran yang serius tapi santai. Penyusunan jadwal pelajaran hendaknya diselang saling antara mata pelajaran serius seperti ipa, matematika, dengan pelajaran yang mengandung unsur permainan seperti pendidikan jasmani, atau seni budaya dan keterampilan 2. Senang bergerak, Orang dewasa dapat duduk berjam-jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai siksaan. 3.Anak senang bekerja dalam kelompok. Dari pergaulanya dengan kelompok sebaya, anak belajar aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti: belajar memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada diterimanya dilingkungan, belajar menerimanya tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif), mempelajarai olah raga dan membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi. Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok. Guru dapat meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas secara kelompok. 4. Senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung. Ditunjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsep-konsep lama. Berdasar pengalaman ini, siswa membentuk konsep-konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan, jenis kelamin, moral, dan sebagainya. Bagi anak SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika anak melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi contoh bagi orang dewasa. Dengan demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh anak akan lebih memahami tentang solat jikalangsung dengan prakteknya c. Perkembangan yang terjadi pada diri anak Ada beberapa perkembangan yang terjadi pada diri anak tersebut yakni sebagai berikut : 1) Pertumbuhan Fisik atau Jasmani a) Perkembangan fisik atau jasmani anak sangat berbeda satu sama lain, sekalipun anak-anak tersebut usianya relatif sama, bahkan dalam kondisi ekonomi yang relatif sama pula. Sedangkan pertumbuhan anak-anak berbeda ras juga menunjukkan perbedaan yang menyolok. Hal ini antara lain disebabkan perbedaan gizi, lingkungan, perlakuan orang tua terhadap anak, kebiasaan hidup dan lain-lain. b) Nutrisi dan kesehatan amat mempengaruhi perkembangan fisik anak. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan pertumbuhan anak menjadi lamban, kurang berdaya dan tidak aktif. Sebaliknya anak yang memperoleh makanan yang bergizi, lingkungan yang menunjang, perlakuan orang tua serta kebiasaan hidup yang baik akan menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak. c) Olahraga juga merupakan faktor penting pada pertumbuhan fisik anak. Anak yang kurang berolahraga atau tidak aktif sering kali menderita kegemukan atau kelebihan berat badan yang dapat mengganggu gerak dan kesehatan anak. d) Orang tua harus selalu memperhatikan berbagai macam penyakit yang sering kali diderita anak, misalnya bertalian dengan kesehatan penglihatan (mata), gigi, panas, dan lain-lain. Oleh karena itu orang tua selalu memperhatikan kebutuhan utama anak, antara lain kebutuhan gizi, kesehatan dan kebugaran jasmani yang dapat dilakukan setiap hari sekalipun sederhana. 2) Perkembangan Intelektual dan Emosional a) Perkembangan intelektual anak sangat tergantung pada berbagai faktor utama, antara lain kesehatan gizi, kebugaran jasmani, pergaulan dan pembinaan orang tua. Akibat terganggunya perkembangan intelektual tersebut anak kurang dapat berpikir operasional, tidak memiliki kemampuan mental dan kurang aktif dalam pergaulan maupun dalam berkomunikasi dengan teman-temannya. b) Perkembangan emosional berbeda satu sama lain karena adanya perbedaan jenis kelamin, usia, lingkungan, pergaulan dan pembinaan orang tua maupun guru di sekolah. Perbedaan perkembangan emosional tersebut juga dapat dilihat berdasarkan ras, budaya, etnik dan bangsa. c) Perkembangan emosional juga dapat dipengaruhi oleh adanya gangguan kecemasan, rasa takut dan faktor-faktor eksternal yang sering kali tidak dikenal sebelumnya oleh anak yang sedang tumbuh. Namun sering kali juga adanya tindakan orang tua yang sering kali tidak dapat mempengaruhi perkembangan emosional anak. Misalnya sangat dimanjakan, terlalu banyak larangan karena terlalu mencintai anaknya. Akan tetapi sikap orang tua yang sangat keras, suka menekan dan selalu menghukum anak sekalipun anak membuat kesalahan sepele juga dapat mempengaruhi keseimbangan emosional anak. d) Perlakuan saudara serumah (kakak-adik), orang lain yang sering kali bertemu dan bergaul juga memegang peranan penting pada perkembangan emosional anak. e) Dalam mengatasi berbagai masalah yang sering kali dihadapi oleh orang tua dan anak, biasanya orang tua berkonsultasi dengan para ahli, misalnya dokter anak, psikiatri, psikolog dan sebagainya. Dengan berkonsultasi tersebut orang tua akan dapat melakukan pembinaan anak dengan sebaik mungkin dan dapat menghindarkan segala sesuatu yang dapat merugikan bahkan memperlambat perkembangan mental dan emosional anak. f) Stres juga dapat disebabkan oleh penyakit, frustasi dan ketidakhadiran orang tua, keadaan ekonomi orang tua, keamanan dan kekacauan yang sering kali timbul. Sedangkan dari pihak orang tua yang menyebabkan stres pada anak biasanya kurang perhatian orang tua, sering kali mendapat marah bahkan sampai menderita siksaan jasmani, anak disuruh melakukan sesuatu di luar kesanggupannya menyesuaikan diri dengan lingkungan, penerimaan lingkungan serta berbagai pengalaman yang bersifat positif selama anak melakukan berbagai aktivitas dalam masyarakat. 3) Perkembangan Bahasa Bahasa telah berkembang sejak anak berusia 4 – 5 bulan. Orang tua yang bijak selalu membimbing anaknya untuk belajar berbicara mulai dari yang sederhana sampai anak memiliki keterampilan berkomunikasi dengan mempergunakan bahasa. Oleh karena itu bahasa berkembang setahap demi setahap sesuai dengan pertumbuhan organ pada anak dan kesediaan orang tua membimbing anaknya. Fungsi dan tujuan berbicara antara lain: (a) sebagai pemuas kebutuhan, (b) sebagai alat untuk menarik orang lain, (c) sebagai alat untuk membina hubungan sosial, (d) sebagai alat untuk mengevaluasi diri sendiri, (e) untuk dapat mempengaruhi pikiran dan perasaan orang lain, (f) untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Potensi anak berbicara didukung oleh beberapa hal. Yaitu: (a) kematangan alat berbicara, (b) kesiapan mental, (c) adanya model yang baik untuk dicontoh oleh anak, (d) kesempatan berlatih, (e) motivasi untuk belajar dan berlatih dan (f) bimbingan dari orang tua. Di samping adanya berbagai dukungan tersebut juga terdapat gangguan perkembangan berbicara bagi anak, yaitu: (a) anak cengeng, (b) anak sulit memahami isi pembicaraan orang lain. 4) Perkembangan Moral, Sosial, dan Sikap a) Kepada orang tua sangat dianjurkan bahwa selain memberikan bimbingan juga harus mengajarkan bagaimana anak bergaul dalam masyarakat dengan tepat, dan dituntut menjadi teladan yang baik bagi anak, mengembangkan keterampilan anak dalam bergaul dan memberikan penguatan melalui pemberian hadiah kepada ajak apabila berbuat atau berperilaku yang positif. b) Terdapat bermacam hadiah yang sering kali diberikan kepada anak, yaitu yang berupa materiil dan non materiil. Hadiah tersebut diberikan dengan maksud agar pada kemudian hari anak berperilaku lebih positif dan dapat diterima dalam masyarakat luas. c) Fungsi hadiah bagi anak, antara lain: memiliki nilai pendidikan, memberikan motivasi kepada anak, memperkuat perilaku dan memberikan dorongan agar anak berbuat lebih baik lagi. d) Fungsi hukuman yang diberikan kepada anak adalah: fungsi restruktif, fungsi pendidikan, sebagai penguat motivasi. e) Syarat pemberian hukuman adalah: segera diberikan, konsisten, konstruktif, impresional artinya tidak ditujukan kepada pribadi anak melainkan kepada perbuatannya, harus disertai alasan, sebagai alat kontrol diri, diberikan pada tempat dan waktu yang tepat. 4. Model Pembelajaran Discovery Learning a. Penegrtian Model Discavery Learning Model pembelajaan pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khsa oleh guru. Sebuah pendekatan, strategi, model, teknik, dan taktik haruslah disusun secara sedemikian rupa agar pross pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik dengan cara menggunakan pendekatan, strategi, model, teknik, dan taktik yang tepat selain itu juga sebaiknya siswa harus tetap di bimbing dalam setiap proses pembelajaran agar tidak adanya kesalah pemahaman yang di terima oleh siswa. Menurut pendapat Richard dalam Djamarah, (2006: 20), Discavery Learning dalah salah satu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental dimana siswa dibimbing untuk berusaha mensistensi, menemukana atau menyimpulkan prinsip dasar dari materi yang dipelajari”. Menurut Agus N. Cahyo, (2013 : 100) Discavery Learning adalah metode mengajar yang mengatur pengejaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum di ketehuinya tidak melalui pemberitahuan, tetapi menemukan sendiri. Sund dalam Roestiyah, (2008 : 20) berpendapat bahwa Discavery Learning adalah “proses mental dimana siswa mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip”. Yang dimaksud denagn konsep mental tersebut antara lain ialah mengamati, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, membentuk kelompok dan memecahkan masalah. Dari hasil pemaparan para ahli diatas dapat di ambil sebuah kesimpulan yakni bahwa model pembelajaran Discovery Learning membuat siswa menjadi aktif dan pembelajaran pun menjadi lebih bermakna dengan melibatkan siswa dalam setiap proses pembelajarannya sehingga materi yang disampaikan oleh guru bisa di pahami dengan mudah karana siswa sendiri yang memecahkan atau menemukan sendiri persoalan yang di berikan oleh guru karna dalam model pembelajaran Discovery Learning siswa dituntut untuk mengamati, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, membentuk kelompok dan memecahkan masalah. b. Tahapan pemblajaran Discavery Learning Setiap pemebelajaran memiliki tahapan-tahapan pelaksanaannya begitu juga dengan model Discovery Learning memiliki beberapa tahapan pelaksanaan nya sebagaimana Menurut Sujana (Djuanda, 2009: 114-115)ada delapan tahap yang harus ditempuh dalam model Discavery Learning, secara terperinci pelaksanaan pembelajaran dari kedelapan tahapan tersebut dapat dilihat dari tabel berikut ini : No. Tahapan Kegiatan Guru dan Siswa 1. Tahap I (observasi untuk menemukan masalah) Guru menyediakan peristiwa-peristiwa atau fenomena yang memungkinkan siswa menemukan maslah. 2. Tahap 2 (merumuskan masalah) Siswa dibimbing untuk merumuskan masalah berdasarkan peristiwa atau fenomena yang disajikan 3. Tahap 3 (mengajukan hipotesis) Siswa dibimbing untuk merumuskan hipotesis terhadap masalah yang telah dirumuskan. 4. Tahap 4 (merancangakn pemecahan masalah melalui percobaan atau cara lain) Siswa di bimbing untuk merancang percobaan guna memecahkan masalah serta untuk menguji hipotesis yang telah ditatapkan 5. Tahap ke 5 (melasanakan percobaan) Siswa melakukan percobaan dengan mengunakan bantuan guru. 6. Tahap 6 (melasanakan pengamatan dan pengumpulan data) Siwa dibantun oelh guru melakukan pengamatan terhadap hal-hal yang terjadi selama percobaan 7. Tahap 7 (analisis data) Siswa menganalisis data hasil percobaan untuk menemukan konsep dengan bantuan guru. 8. Tahap 8 ( menarik kesimpulan atas percobaan atas yang telah di lakukan atau penemuan) Siswa menemukan kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh serta menemukan sendiri konsep menemukan yang ia temukan Dari tahapan diatas ada 8 tahapan dalam pelaksanaannya yang dimana tahapan-tahapan ini yang harus digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi. Dari pemeparan di atas ini menyatakan bahwa siswalah yang menjadi dominan dalam pembelajaran guru hanya berperan sebagai fasilitator yang akan membimbing siswa untuk bisa menemukan konsep-konsep yang telah di rancang oleh guru untuki dapat dipecahkan oleh siswa. c. Keunggulan Model Pembelajaran Discavery Learning Dalam model pembelajaran Discovery Learning seperti yang telah kita ketahui bahawa siswa di tutut unuk menjadi lebih aktif dalam proses pemebalaran. Model ini juga memiliki beberapa keunggulan model pemebelajaran Discavery Learning yanki : 5. Dapat diterapkan dalam berbagai mata pelajaran dan segaal jenjang pendidikan. 6. Model pemebelajaran Discavery Learning bisa menumbuhkan kegairahan siswa, karna model ini merupakan cara menarik perhatian siswa untuk berkonsentrasi terhadap pelajaran yang diterimanaya. 7. Model Discavery Learning dapat berdampak positif bagi siswa untuk mebiasakan siswa fokus terhadap suatu permsalahan yang telah berlangsung, baik dalam pembelajaran disekolah atau di luars ekolah berupa permsalahan yang ada di lingkunan tempat tinggal siswa. 8. Model Discavery Learning melatih pribadi siswa untuk fokus terhadap materi pembelajaran yang mereka hadapi. Selain keuntungan yang ada di atas ada juga keunggulan pembelajaran Discavery Learning ini yaitu : 1) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. 2) Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya. Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer maka akan menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil. 3) Metode ini juga memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya. Serta Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi dan juga membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti. 4) Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik; Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru; Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang; Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia seutuhnya; Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa; Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar; Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu. Dalam pemaparan diatas model pembelajaran ini sangat cocok untuk melatih rasa pecaya diri dan keterampilan berkomunikasi atar siswa karna siswa akan lebih aktif dalam proses pemebalajaran hal ini juga akan memudahkan guru dalam pembelajaran karna guru hanya menjadi pembimbing bukan lagi menajdi pusat pembelajaran. Proses pembelajaran kini akan menjadi lebih menyenangkan dan akan lebih bermakna bagi siswa karna siswa semdirilah yang memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. d. Kelemahan Model Pembelajaran Discavery Learning Selain dari kelebihan yang ada di dalam model ini ada juga kelemahan dari model pembelajaran Discovery learning yakni : 1) Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi. 2) Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya. Harapan-harapan yang terkandung dalam 3) metode ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama. Dari kelemahan yang ada di dalam model Discovery Learning ini di harapkan tidak menajdi hamabatan yang berarti bagi peneliti dalam proses pemebalajaran. Dengan adanya hambatan ini peneliti bisa termotivasi untuk menjadikan proses pembelajaran lebih menyenangkan lagi dan siswa menajadi aktif dalam memecahkan masalah yang telah di buat oleh guru. e. Karakteristik model pembelajaran Discovery Learning Karakteristik yang paling jelas mengenai Discovery sebagai metode mengajar ialah bahwa sesudah tingkatan-tingkatan inisial (pemulaan) mengajar, bimbingan guru hendaklah lebih berkurang dari pada metode-metode mengajar lainnya. Hal ini tidak berarti bahwa guru menghentikan untuk memberikan suatu bimbingan setelah problema disajikan kepada pelajar. Tetapi bimbinagn yang diberikan tidak hanya di kurangi direktifnya melainkan pula siswa itu diberi responsibilitas yang lebih besar untuk belajar sendiri. Dalam hubungan guru dan siswa, Dahar (1989) mengemukakan peranan guru dalam pembelajaran dengan penemuan, kyakni sebagai berikut: 1) Merencanakan pembelajaran sedemikian rupa sehingga pembelajaarn itu berpusat pada masalah-masalah yang tepat untuk di selidiki para siswa. 2) Menyediakan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk memecahkan maslah. Sudah seharusnya materi pembelajaran itu dapat mengarah pada pemecahan masalah yang aktif dan belajar penemuan misalnya dengan menggunakan fakta-fakta yang berlainan. 3) Guru juga harus memperhatikan cara penyajian yang enactive, iconik, dan simbolik. 4) Bila siswa memecahkan maslah di laboratorium atau secara teoritis, guru hendaknya berperan sebagai pembimbing atau tutor. Guru hgendaknya jangan mengungkapkan terlebih dahulu prinsip atau aturan yang akan dipelajari, tetapi hendaknya ia memberikan saran-saran bilamana diperlukan. Sebagai tutor, guru sebaiknya memberikan unpan balik pada waktu yang tepat. 5) Menilai hasil belajar merupakan suatu maslah dalam belajar penemuan. Secara garis besar tujuan belajar penemjan adalah mempelajari generalisasi-generalisasi dengen menemukan generalisasi-generalisasi. 9. Sikap Percaya Diri a. Pengertian Sikap Percaya Diri Siswa kelas I biasanya kurang memiliki sikap rasa percaya diri yang di tunjukan ketika mulai memasuki bangku sekolah oleh karna itu maka perlunya rasa percaya diri yang harus di tanamkan di dalam dirinya agar tidak tercipta suasana asing yang dirasakannya di dalam kelas, guru sebaiknya melatih rasa percaya diri siswa untuk bisa tampil di depan kelas tanpa adanya rasa malu karna memiliki rasa percaya diri yang kuat. Percaya diri merupakan modal dasar untuk pengembangan dalam aktualisasi diri (eksplorasi segala kemampuan dalam diri). Dengan percaya diri seseorang akan mampu mengenal dan memahami diri sendiri. Maslow ( Mustofa Rifki :2008). Menurut Adler (Mustofa Rifki :2008) menyatakan bahwa kebutuhan manusia yang paling penting adalahkebutuhan akan rasa percaya diri dan rasa superioritas. Rasa percaya diri juga dapat diartikan sebagai suatu kepercayaan terhadap diri sendiri yang dimiliki setiap orang dalam kehidupan serta bagaimana orang tersebut memandang dirinya secara utuh dengan mengacu pada konsep dirinya Seperti yang dikemukakan dalam pendapat diatas begitu pentingnya sebuah rasa percaya diri yang harus dimiliki oleh seseorang untuk mengeksplorasi semua bakat yang dimilikinya. Seseorang yang memiliki rasa percaya diri akan menyadari kemampuan yang ada pada dirinya, mengetahui dan menyadari bahwa dirinya memiliki bakat, keterampilan atau keahlian sehingga orang tersebut akan bertindak sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya. sercaya diri merupakan suatu keyakinan dalam jiwa manusia bahwa tantangan hidup apapun harus dihadapi dengan berbuat sesuatu. Percaya diri itu akan datang dari kesadaran seorang individu bahwa individu tersebut memiliki tekad untuk melakukan apapun yang harus dikerjakan, sampai tujuan yang ia inginkan tercapai. Tekad untuk melakukan sesuatu tersebut diikuti dengan rasa keyakinan bahwa ia memiliki kemampuan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Rasa percaya diri yaitu suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya Jadi, dapat dikatakan bahwa seseorang yang memiliki rasa percaya diri akan optimis di dalam melakukan semua aktivitasnya, dan mempunyai tujuan yang realistik, artinya individu tersebut akan membuat tujuan hidup yang mampu untuk dilakukan, sehingga apa yang direncanakan akan dilakukan dengan keyakinan akan berhasil atau akan mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Percaya diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya. Dimana individu merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa ia bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi, serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri (Indari, 2008: 13). Siswa yang memiliki percaya diri akan mampu mengetahui kelebihan yang dimilikinya, karena siswa tersebut menyadari bahwa segala kelebihan yang dimiliki, kalau tidak dikembangkan, maka tidak akan ada artinya, akan tetapi kalau kelebihan yang dimilikinya mampu dikembangkan dengan optimal maka akan mendatangkan kepuasan sehingga akan menumbuhkan rasa percaya diri. Adapun gambaran merasa puas terhadap dirinya adalah orang yang merasa mengetahui dan mengakui terhadap keterampilan dan kemampuan yang dimilikinya, serta mampu menunjukkan keberhasilan yang dicapai dalam kehidupan sosial. Individu yang percaya diri akan memandang kelemahan sebagai hal yang wajar dimiliki oleh setiap individu, karena individu yang percaya diri akan mengubah kelemahan yang dimiliki menjadi motivasi untuk mengembangkan kelebihannya dan tidak akan membiarkan kelemahannya tersebut menjadi penghambat dalam mengaktualisasikan kelebihan yang dimilikinya. Sebagai contoh, siswa yang selalu menjadi juara kelas mampu menguasai materi pelajaran yang diajarkan di sekolah, sehingga ia merasa yakin dan tidak takut jika disuruh gurunya untuk mengerjakan soal didepan kelas. Bahkan, di dalam setiap mata pelajaran, jika guru memberikan kesempatan bertanya siswa yang menjadi juara kelas dapat mengajukan diri tanpa diperintah. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa percaya diri adalah kesadaran individu akan kelebihan dan kelemahan yang dimilikinya dan kesadaran tersebut membuatnya merasa yakin pada kemampuan yang dimiliki, menerima diri, bersikap optimis dan berpikir positif sehingga dapat bertindak sesuai dengan kapasitasnya serta mampu mengendalikannya. b. Ciri-Ciri Pikap Percaya Diri Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin atas kemampuan mereka sendiri serta memiliki pengharapan yang realistis, bahkan ketika harapan mereka tidak terwujud, mereka tetap berpikiran positif dan dapat menerimanya. Menurut Thantaway dalam Kamus istilah Bimbingan dan Konseling (2005:87), percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan. Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negatif, kurang percaya pada kemampuannya, karena itu sering menutup diri. Ada beberapa ciri dari percaya diri yakni : 1) Tampil Percaya Diri. Bekerja sendiri tanpa perlu supervisi, mengambil keputusan tanpa perlu persetujuan orang lain. 2) Bertindak Independen. Bertindak di luar otoritas formal agar pekerjaan bisa terselesaikan dengan baik, namun hal ini dilakukan demi kebaikan, bukan karena tidak mematuhi prosedur yang berlaku. 3) Menyatakan Keyakinan atas Kemampuan Sendiri. Menggambarkan dirinya sebagai seorang ahli, seseorang yang mampu mewujudkan sesuatu menjadi kenyataan, seorang penggerak, atau seorang narasumber. Secara eksplisit menunjukkan kepercayaan akan penilaiannya sendiri. Melihat dirinya lebih baik dari orang lain. 4) Memilih Tantangan atau Konflik. Menyukai tugas-tugas yang menantang dan mencari tanggung jawab baru. Bicara terus terang jika tidak sependapat dengan orang lain yang lebih kuat, tetapi mengutarakannya dengan sopan. Menyampaikan pendapat dengan jelas dan percaya diri walaupun dalam situasi konflik. c. Faktor Penghambat sikap percaya diri Sikpa percaya diri atau percaya diri haruslah dimiliki oleh setiap orang sebagai dasar untuk menunjukan kelebihan dan ke kurangan yang dimilki dan dapat menghargai dirinya sendiri di depan orang lain. Akan tetapi pada setiap kelemahan yang kita miliki sering kita menjadi diri orang lain untuk menutupi kelemahan kita di depan orang lain. Menurut jecinta F. Rini 16 : 2002 Faktor penghambat rasa percaya diri ada beberapa faktor yakni sebagai berikut: 1) Berusaha menunjukan sikap ingin di terima oleh seseorang atau kelompok. 2) Mempunyai rasa takut/ khawatir 3) Selalu melemahkan diri sendiri tidak pernah berfikir fositif dalam kemampuan diri sendiri 4) Pesimis, mudah menilai sesuatu dari sisinegatif 5) Takut gagal. 6) Selalu memposisikan diri sendiri dalam urutan terakhir. Dari pernyataan diatas menyatakan bahwa setiap diriseseorang memiliki setiap sisi yang negatif begitu juga pada sikap percaya diri seseorang, oleh karna itu dengan adanya faktor pendorong dari sikap percaya diri ini maka diharapkan akan mengurangi kelemahan yang ada diri kita sendiri. d. Faktor pendorong sikap rasa percaya diri Selain ari faktor penghambat ada juga faktor pendorong sikap percaya diri hal ini menunjukan sikap kita dalam menghadapai setiap kelemahan yang kita punya menjadi sebuah kelebihan yang kita punya yang akan kita tunjukan . Menurut jecinta F. Rini 16 : 2002 Faktor pendorong rasa percaya diri yakni: 1) Percaya akan kompetensi/kemampuan dirinya. 2) Tidak terdorong untuk menunjukan sikap kompormis demi di terima oleh orang lain atau kelompok. 3) Berani menerima dan menghadadpi kesalahan 4) Punya pengendalian diri yang baik 5) Bisa memandang keberhasilan atau krgagalan ari hasil usahanya sendiri 6) Mempunyai cara pandang yang fositif terhadap diri sendiri. 7) Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri. Dengan adanya faktor pendorong atau sama dengan kelebihan yang kita punya dari diri kita sendiri haruslah di jadikan sebagai salah satu pemacu agar kita memiliki dan kesadaran bahwa percaya diri tersebut membuatnya merasa yakin pada kemampuan yang dimiliki, menerima diri, bersikap optimis dan berpikir positif sehingga dapat bertindak sesuai dengan kapasitasnya serta mampu mengendalikannya. 10. KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI a. Pengertian Keterampilan Berkomunikasi Istilah komunikasi atau dalam Bahasa Inggris communication berasal dari kata latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama dalam hal pemaknaan Uchjana Effendy, 1999: dalam Arni Muhammad, 2000: 5. Komunikasi adalah pertukaran pesan verbal maupun non verbal antara si pengirim dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku Menurut Karti Soeharto, dalam Anzahruddin Ahmad 2008 yaitu Proses komunikasi yang terjadi merupakan proses yang timbal balik karena si pengirim dan si penerima saling mempengaruhi satu sama lain. Sedangkan pengertian yang lain dari komunikasi adalah memberikan informasi, pesan, gagasan, ide, pikiran, perasaan, kepada orang lain dengan maksud agar orang lain berpartisipasi yang pada akhirnya informasi, pesan, gagasan, ide, pikiran, perasaan tersebut menjadi milik bersama antar komunikator dan komunikan. Mulyana 2005 :67 menjelaskan komunikasi sebagai transaksi. Dimana komunikasi sebagai proses memahami dan berbagai makna yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang bertukar pesan bukan hanya dalam kata-kata tapi juga gerak tubuhnya, nada suaranya, mimik wajahnya dan senyumannya. Maka pihak yang terlibat dalam komunikasi membangun makna pesan verbal dan nonverbal yang di sampaikan lewat komunikasinya. Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa komunikasi adalah penyampaian atau suatu timbal balik dari pengirim pesan atau komunikator kepada penerima pesan atau komunikan yang dapat disampaikan melalui verval ataupun nonverbal sehingga terjalin adanya sebuah komunikasi timbal balik sehingga tercipta adanya informasi, pesan, gagasan, ide, pikiran dan perasaan. b. Proses Komunikasi Kemampuan berkomunikasi pada diri komunikan dan komunikator ini bukan hanya akan mencakup kemampuan teknis seperti merumuskan pesan atau menerima pesan atau mengolah pesan, melainkan di dalamnya ada kemampuan untuk menjalankan pedaoman dan prinsip etika. Itu sebabnya kemapuan berkomunikasi ini menjadi bagian penting dalam berkomunikasi antara guru dan siswa. Komunikasi yang di lakukan oleh guru dan siswa bukan hanya sekedar bertukar pesan atau informasi melainkan ada tujuan untuk membangun dan memelihara relasi. Dalam proses pembelajaran komunikasi antara guru dan siswa bukan hanya proses menyampaikan materi melainkan ada dimensi relasi guru dan siswa. Tujuan utama penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di sekolah haruslah membelajarkan siswa tentang bagaimana belajar. Untuk mencapai tujuan tersebut salah satu yang diperlukan pendidik atau guru yang profesional adalah kemampuan untuk meningkatkan atau mengembangkan keterampilan berkomunikasi bagi peserta didik. Dengan keterampilan berkomunikasi yang dimilikinya maka peserta didik diharapkan dapat merespon berbagai pengetahuan yang diterimanya baik dari lingkungan keluarga, sekolah, maupu masyarakat dan selanjutnya termotivasi untuk terus belajar Dengan demikian guru akan mengetahui lebih jelas kemampuan yang dimiliki peserta didik berdasarkan keaktifan yang tampak dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Hal ini dapat lebih memudahkan proses pendampingan selanjutnya. Dalam proses pembelajaran sangat menekankan pentingnya relasi dan komunikasi. Kemampuan berkomunikasi amat erat kaitannya dengan kemampuan berbahasa, karena bahasa merupakan alat komunikasi yang utama.Meningkatkan kemampuan berkomunikasi berarti juga meningkatkan kemampuan berbahasa. Kemampuan berbahasa seorang anak memiliki tahap-tahap perkembangan yang prosesnya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Jean Piaget mengajukan pola perkembangan bahasa sebagai berikut. Tahap sensorimotor, yang total bergantung pada refleks dan faktor bawaan (0-2 tahun). Tahap fungsi semiotis (2-4 tahun), dengan kemampuan berpikir simbolis. Teryata anak-anak berusia 4-7 tahun memperlihatkan sejumlah hal yang cukup berarti dalam bahasa egosentris. Bahasa egosentris terpusat pada aku (ego) di mana anak belum memperlihatkan pendapat orang. Mereka yang berusia 7 tahun atau lebih makin memanfaatkan komunikasi verbal. (Sinolungan, 1977). Erich H. Lenneberg menyatakan bahwa perkembangan bahasa diperoleh dalam sistem linguistik yang terkembang baik. Hal itu dapat diperoleh anak yang IQ-nya kurang dari 50. 1. Mendengarkan Mendengarkan, memahami, dan memberikan tanggapan terhadap gagasan, pendapat, dan perasaan orang lain dalam berbahasa bentuk wacana lisan. 2. Berbicara Berbicara secara efektif dan efisien untuk mengungkapkan gagasan, pendapat, kritikan, perasaan, dalam berbagai bentuk kepada berbagai mitra bicara sesuai dengan tujuan dan konteks pembicaraan. 3. Membaca Membaca dan memahami berbagai jenis wacana, baik secara tersurat maupun tersirat untuk berbagai tujuan. 4. Menulis Menulis secara efektif dan efisien berbagai jenis karangan dalam berbagai konteks. Bahasa adalah alat yang terpenting untuk menyatakan buah pikiran (pendapat). Oleh karena itu makin baik penguasaan bahasa seseorang makin baik pula jalan pikirannya. Melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan (berkomunikasi), saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, dan meningkatkan kemampuan intelektual. Berbahasa berarti menggunakan bahasa untuk mengkomunikasikan buah pikiran kepada seseorang atau orang banyak. Proses Komunikasi menurut Onong Uchjana Anzaruddin Ahmad :2008 menyatakan proses komunikasi menurut terbagi menjadi dua tahap, yaitu : 1) Proses komunikasi secara primer Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna yang secara langsung mampu menterjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan. Bahwa bahasa adalah yang paling banyak digunakan dalam proses komunikasi secara primer karena hanya bahasalah yang mampu menterjemahkan pikiran dan perasaan orang lain baik berupa ide, informasi dan opini. Se

Item Type: Thesis (Skripsi(S1))
Subjects: S1-Skripsi
Divisions: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > PGSD 2014
Depositing User: Iyas -
Date Deposited: 23 Jul 2016 16:51
Last Modified: 23 Jul 2016 16:51
URI: http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/5939

Actions (login required)

View Item View Item