PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PESERTA DIDIK TENTANG SUMBER ENERGI PADA PEMBELAJARAN TEMATIK

SHILVY NURANDIANI, 105060304 (2016) PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PESERTA DIDIK TENTANG SUMBER ENERGI PADA PEMBELAJARAN TEMATIK. Skripsi(S1) thesis, FKIP UNPAS.

[img] Text
cover skripsi.docx

Download (46kB)
[img] Text
lembar pengesahan.docx

Download (20kB)
[img] Text
Motto dan persembahan.docx

Download (81kB)
[img] Text
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.docx

Download (17kB)
[img] Text
abstrak bahasa Indonesia.docx

Download (19kB)
[img] Text
abstrak bahasa Inggris.docx

Download (17kB)
[img] Text
KATA PENGANTAR.docx

Download (43kB)
[img] Text
DAFTAR ISI.docx

Download (26kB)
[img] Text
BAB I.docx

Download (68kB)
[img] Text
BAB II.docx

Download (60kB)
[img] Text
BAB III.docx
Restricted to Repository staff only

Download (96kB)
[img] Text
BAB IV.docx
Restricted to Repository staff only

Download (663kB)
[img] Text
BAB V.docx
Restricted to Repository staff only

Download (28kB)
[img] Text
DAFTAR PUSTAKA.docx

Download (29kB)
[img] Text
Riwayat Hidup Penulis.docx

Download (136kB)

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep peserta didik melalui model discovery learning dalam pembelajaran tematik tentang sumber energi. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di kelas IV A SDN Gentra Masekdas Bandung. Penelitian ini dilatar belakangi dengan keadaan peserta didik di kelas IV A SDN Gentra Masekdas yang kurang pemahaman konsep peserta didik didalam pembelajaran dikarenakan pendidik sering menggunakan ceramah konvensional, sedangkan dengan model-model pembelajaran yang lain khususnya model discovery learning belum pernah dilaksanakan. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan sistem siklus yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, analisis, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Dalam tiap siklusnya dilaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran discovery learning. Teknik evaluasi yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik tes dan non tes. Teknik tes untuk mengetahui hasil belajar peserta didik, dan teknik non tes untuk mengetahui aktivitas discovery learning dan kemampuan pemahaman konsep peserta didik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran discovery learning dapat meningkatkan pemahaman konsep peserta didik. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata peningkatan pemahaman konsep yang dimiliki oleh peserta didik dari siklus I dan II, yaitu pada siklus I muncul pemahaman konsep peserta didik sebesar 82,97 dengan kategori baik, dan siklus II pemahaman konsep peserta didik sebesar 93,78 dengan kategori sangat baik. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa penggunaan model discovery learning sangat menunjang terhadap peningkatan pemahaman konsep peserta didik tentang sumber energi di kelas IV SDN Gentra Masekdas. Dengan demikian, penggunaan model discovery learning dapat dijadikan salah satu model pembelajaran untuk diterapkan pada pembelajaran tematik. Kata kunci: discovery learning, pemahaman konsep ABSTRACT This research is designed to increase the learner concepts understanding through the discovery learner model in theme learning about energy resources. Class action research wash carried out in class IV A SDN (State Elementary School) Gentra Masekdas Bandung. This research has a background that the learners have less the concept understanding in learning because educators often used the conventional lecture, whereas others models, particularly learning discovery has not yet implemented this research used class action research (CAR) with the cycle system which is consisted of planning, implementation, observation, analysis, and reflection. This research was conducted in two cycles. In each cycle is carried out the activities of learning with implementation of discovery learning model. Evaluation technique used in this research included testing and non-testing. Testing technique used to find out the learners learning achievement and non-testing technique used to know the discovery learning activities and the ability to understand the concept by the learners. The research results showed that using the discovery learning model can increase the learner concept understanding. It can be seen from average in increasing of concept understanding that they have in the cycle I and II, that is, in the cycle I emerged the learner concept understanding as much as 82.97 with good category, and the cycle II the learner concept understanding as much as 93.78 with best category. Obtained conclusion from this research that using the discovery learning most able in the increasing of concept understanding about the energy resources in class IV SDN Gentra Masekdas. Such that, using the discovery learning model can be as one of the learning model to apply in the theme learning. Keywords: Discovery learning, concept learning BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini sangat membutuhkan orang-orang trampil yang berkualitas di segala bidang kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan pendidikan. Untuk itu lembaga pendidikan sangat besar pengaruhnya dalam rangka meningkatkan kualitas mutu pendidikan yang dihasilkan melalui peserta didik yaitu peserta didik di sekolah. Sedangkan untuk mewujudkan dan mendapatkan sumber daya manusia yang unggul, sekolah bekerja keras mendidik peserta didik dalam belajar. Hal tersebut diatas sesuai dengan undang-undang nomor 20 tahun 2003. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 (Yunus Abidin, 2014 h. 2) pengertian pendidikan adalah Pengertian pendidikan adalah sebagai usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulian, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Peran dan tanggung jawab seorang pendidik di sekolah sangatlah besar dalam mengajar yang merupakan suatu perbuatan memerlukan tanggung jawab moral, sehingga keberhasilan pendidikan siswa secara formal terletak pada tanggung jawab pendidik dalam melaksanakan tugas mengajar. Dengan beraneka ragam karakteristik peserta didik dalam belajar maka penting bagi pendidik memiliki keterampilan mengajar dan kreatif dalam menyampaikan informasi. Hal tersebut sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan menurut undang-undang nomor 20 tahun 2003. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 (E. Mulyasa, 2014 h. 20) fungsi dan tujuan pendidikan adalah Fungsi pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sedangkan tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dari pengertian pendidikan, fungsi dan tujuan pendidikan dapat disimpulkan bahwa dengan pendidikan maka warga Negara mampu mengembangkan dan membentuk watak dan potensi yang dimiliki oleh peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Dalam dunia pendidikan masalah sering muncul dari berbagai aspek diantaranya pemilihan model dan metode yang digunakan dalam proses pembelajaran, dan kemampuan pendidik yang terbatas. Aspek lain yang sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan adalah adanya perubahan kurikulum. Pada tahun ini terjadi perubahan kurikulum yaitu dari kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) menjadi Kurikulum 2013. Pembelajaran merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan peserta didik untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut Yunus Abidin (2014 : 1) pembelajaran dapat didefinisikan dari berbagai sudut pandang adalah Berdasarkan sudut pandang behavioristik pembelajaran sering dikatakan sebagai proses pengubahan tingkah laku peserta didik melalui pengoptimalan lingkungan sebagai stimulus belajar. Berdasarkan teori kognitif pembelajaran didefinisikan sebagai proses belajara yang dibangun oleh pendidik untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam mengontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pembelajaran. Dan berdasarkan teori interaksional pembelajaran didefinisikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam proses pembelajaran bukan pendidik yang mendominasi suatu pembelajaran yang akan disampaikannya melainkan peserta didik yang mendominasinya. Pada proses pembelajaran yang menuntut peserta didik secara aktif kreatif untuk melakukan sejumlah aktivitas sehingga peserta didik benar-benar membangun pengetahuannya secara mandiri dan berkembang pula aktivitasnya dan pada proses pembelajaran yang menuntut peserta didik aktif dan kreatif maka pendidik hanya sebagai fasilitator saja. Pembelajaran dalam konteks kurikulum 2013 merupakan pembelajaran yang menuntut peserta didik belajar melalui serangkaian pengalaman bekerja ilmiah atau pendekatan ilmiah. Keterampilan belajar yang membangun pendekatan ilmiah dalam belajar diantaranya mengamati, menanya, menalar, mencoba, menganalisis data dan menyimpulkan, dan mengomunikasikan. Nilai PBKB atau nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa ini adalah sebuah pikiran yang bersifat praktis dan diharapkan dapat dilaksanakan dalam suasana pendidikan yang berlangsung di sekolah saat ini. Pelaksanaan nilai PBKB dalam proses pembelajaran di sekolah tidak mengubah kurikulum yang berlaku tetapi sebaliknya menghendaki sebuah sikap dan keterampilan baru dari semua staf pendidik yang berlangsung secara terus menerus. Proses pembelajaran nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa dilaksanakan melalui proses belajar aktif. Sesuai dengan prinsip pengembangan nilai harus terus dilakukan secara aktif oleh peserta didik (dirinya subyek yang akan menerima, menjadikan nilai sebagai miliknya dan menjadikan nilai-nilai yang sudah di pelajarinya sebagai dasar dalam setiap tindakan) maka posisi peserta didik sebagai subyek yang aktif dalam belajar adalah prinsip utama belajar aktif. Oleh karena itu, keduanya saling memerlukan. Delapan belas nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (PBKB) meliputi: religius, jujur, toleransi, disiplin, keja keras, kreatif, mandiri, demoktratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, mengahargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Menurut Yunus Abidin (2014 : 22) tujuan dari kurikulum 2013, yaitu untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan efektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Dalam penerapan kurikulum 2013, pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma dan nilai-nilai pada setiap mata pelajaran dikembangkan dan dihubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dalam kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi, sehingga pengembangan rencana, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran dimulai dari analisis karakter dan kompetensi yang akan dibentuk atau yang diharapkan muncul setelah melakukan pembelajaran tersebut. Kurikulum 2013 lebih ditekankan pada aspek sikap atau afektif dengan penilaian yang ditekankan pada nontes dan portofolio. Dalam kurikulum 2013 pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran tematik integratif. Dalam KTSP pembelajaran tematik integratif tersebut hanya digunakan pada kelas rendah saja sedangkan kelas tinggi setiap mata pelajaran masih terkesan terpisah antara mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya. Sedangkan dalam kurikulum 2013 pembelajaran tematik integratif tersebut proses pembelajaran yang dilakukan berdasarkan tema dan menggabungkan beberapa mata pelajaran lainnya yang sesuai dengan tema yang diambil. Dalam perubahan kurikulum tersebut berdampak pada SDN yang saya teliti, SDN tersebut sudah menggunakan kurikulum 2013 yang dicanangkan oleh pemerintah. SDN tersebut SDN Gentra Masekdas yang terletak di kota Bandung, hal tersebut menyebabkan para pendidik SDN Gentra Masekdas harus dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam memilih model atau metode yang digunakan dalam proses pembelajaran berlangsung agar peserta didik dapat memahami materi apa yang disampaikan olen pendidik dalam proses pembelajaran yang berlangsung tersebut. Berhasil tidaknya proses belajar mengajar tergantung pada pendekatan, metode, serta teknik mengajar yang dilakukan oleh pendidik. Untuk itu, pendidik diharapkan selektif dalam menentukan dan menggunakan model pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang cocok untuk digunakan dalam kurikulum 2013 adalah discovery learning. Dalam mengaplikasikan metode discovery learning pendidik berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat pendidik harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan hasil penelitian terdahulu oleh peneliti yang pernah peneliti baca adalah penelitian yang dilakukan oleh Naviah Yunari (2012 : 64), dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Discovery Learning Materi Pecahan di Kelas III SDN 1 Wonorejo Kecamatan Pagerwojo Kabupaten Tulungagung, pada penelitian tersebut menguraikan bagaimana penerapan model discovery learning dalam meningkatkan pembelajaran matematika materi pecahan dan mencari jawaban apakah model discovery learning dapat meningkatkan hasil pembelajaran matematika di kelas III SDN 1 Wonorejo Kecamatan Pagerwojo Kabupaten Tulungagung. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar Matematika setelah diterapkan pembelajaran menggunakan model discovery learning. Dengan demikian hendaknya pendidik dapat menggunakan model ini saat melaksanakan pembelajaran. Masalah mendasar yang dikeluhkan oleh pendidik kelas IV A di SDN Gentra Masekdas Bandung pada pembelajaran tematik khususnya pada tema selalu berhemat energi subtema pemanfaatan energi adalah rendahnya pemahaman konsep peserta didik terhadap materi sumber energi. Hal tersebut ditandai dengan rendahnya kemampuan peserta didik dalam memahami konsep tentang materi yang sedang diajarkan. Melalui penelitian dan hasil tes pembelajaran pada materi sumber energi pada kelas IV A di SDN Gentra Masekdas, ditemukan bahwa penguasaan peserta didik terhadap materi sumber energi dalam pemahaman konsep tergolong rendah. Peserta didik belum mampu memenuhi tujuan pembelajaran yang dibuat oleh pendidik. Dalam hasil tes dan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dan pendidik kelas yang ada di kelas IV A masih banyak peserta didik yang nilainya kurang dari KKM. KKM yang di tentukan oleh sekolah adalah 75. Dalam penelitian tersebut peserta didik mendapatkan nilai kurang dari 75 sebanyak 63,88% dari jumlah peserta didik 38 orang. Yang telah mencapai KKM atau diatas 75 yaitu hanya 36,11% dari jumlah peserta didik 38 orang. Berdasarkan observasi tersebut ditemukan beberapa faktor penyebab rendahnya pemahaman konsep peserta didik adalah faktor dari peserta didik itu sendiri dan faktor dari pendidik. Faktor penyebab dari peserta didik adalah peserta didik kurang memahami materi yang diajarkan oleh pendidik dan pada saat pembelajaran berlangsung banyak peserta didik yang kurang memperhatikan materi yang sedang disampaikan oleh pendidik. Sedangkan faktor penyebab dari pendidik adalah kurang tepatnya model pembelajaran yang digunakan oleh pendidik dan pembelajaran yang disampaikan oleh pendidik masih monoton. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model discovery learning sebagai model pembelajaran. Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa masalah kurangnya memahami konsep peserta didik kelas IV A dalam mengikuti pembelajaran yaitu kurang memahami materi yang diajarkan oleh pendidik dan pada saat pembelajaran berlangsung banyak peserta didik yang kurang memperhatikan materi yang sedang disampaikan oleh pendidik, itu mungkin dikarenakan peserta didik belum siap untuk balajar namun pendidik memulai pelajaran sehingga peserta didik tidak memahaminya dan tidak memperhatikan materi yang sedang diajarkan, dan pembelajaran yang disampaikan oleh pendidik kurang menarik. Pembelajaran yang kurang kondusif mungkin kurang tepatnya penggunaan metode atau strategi yang digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik merasa bosan untuk melakuakan proses belajar mengajar yang berlangsung didalam kelas. Adapun salah satu cara atau teknik yang dapat menumbuhkan pemahaman konsep peserta didik dalam pembelajaran pada tema selalu berhemat energi subtema pemanfaatan energi tentang sumber energi pada kelas IV A adalah melalui model pembelajaran discovery learning, karena model tersebut belum digunakan oleh pendidik sebagai model pembelajaran maka peneliti menggunakan model pembelajaran tersebut. Dengan upaya itu, peneliti mengangkat judul dalam penelitian yang dilakukan. Judulya yaitu “ Penerapan Model Discovery Learning untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Peserta Didik Tentang Sumber Energi pada Pembelajaran Tematik”.   B. Identifikasi Masalah Setelah melakukan pengamatan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik, peneliti dapat mengidentifikasi masalah yang muncul, yaitu sebagai berikut: 1. Kurangnya pemahaman konsep tentang sumber energi; 2. Kurang tepatnya pengguaan model pembelajaran yang digunakan oleh pendidik; 3. Kurangnya interaksi peserta didik dalam proses belajar mengajar yang berlangsung didalam kelas; 4. Peserta didik kurang termotivasi dalam proses pembelajaran; dan 5. Pembelajaran yang disampaikan oleh pendidik kurang menarik. C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Agar penelitian ini mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka peneliti merasa perlu untuk merumuskan apa yang menjadi permasalahan. Secara umum masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan dengan “Apakah penerapan model discovery learning dapat meningkatkan pemahaman konsep peserta didik tentang sumber energi pada pembelajarn tematik?” Sedangkan secara khusus, masalah-masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran tematik yang mampu meningkatkan pemahaman konsep peserta didik tentang sumber energi terhadap model discovery learning? 2. Bagaimanakah proses penerapan model discovery learning dalam pembelajaran tematik terhadap materi pembelajaran tentang sumber energi? 3. Adakah peningkatan pemahaman konsep peserta didik tentang sumber energi pada pembelajaran tematik melalui penerapan model discovery learning? D. Pembatasan Masalah Setelah saya menganalisis masalah yang ada, saya membatasi masalah yang ada menjadi sejauh mana model discovery learning ini dapat berdampak positif bagi peserta didik terutama untuk meningkatkan pemahaman konsep peserta didik tentang materi sumber energi pada pembelajaran tematik. E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui Adakah peningkatan pemahaman konsep tentang sumber energi pada pembelajaran tematik melalui penerapan model discovery learning. Selain itu, kegiatan penelitian ini memiliki tujuan khusus diantaranya : 1. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran tematik yang mampu meningkatkan pemahaman konsep peserta didik terhadap model discovery learning. 2. Untuk mengetahui proses penerapan model discovery learning dalam pembelajaran tematik terhadap materi sumber energi. 3. Untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep yang dimiliki peserta didik terhadap materi sumber energi dalam pembelajaran tematik dengan penerapan model discovery learning. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu acuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya pada pembelajaran tematik pada materi sumber energi. 2. Manfaat Praktis a. Bagi sekolah dasar Gentra Masekdas hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang pemahaman konsep yang dimiliki oleh peserta didik yang sangat rendah pada sekolah tersebut khususnya bagi kelas IV A pada materi sumber energi. b. Bagi pendidik SDN Gentra Masekdas hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan wawasan yang luas tentang berbagai macam model pembelajaran. c. Bagi peserta didik SDN Gentra Masekdas hasil penelitian ini diharapkan agar kemampuan memahami konsep peserta didik tentang sumber energi peserta didik dapat meningkat. d. Bagi peneliti hasil penelitian ini diharapkan untuk mengetahui pemahaman konsep yang dimiliki oleh peserta didik pada kelas IV SDN Gentra Masekdas. G. Kerangka Pemikiran Proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik apabila proses itu direncanakan dengan baik. Pembelajaran yang efektif memerlukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang baik. Perencanaan itu meliputi pembuatan rencana pembelajaran yang akan diterapkan. Pembelajaran Discovery Learning dapat bertambah efektif, apabila dikembangkan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah. Penerapan model Discovery Learning dalam pembelajarannya dilaksanakan dengan mempertimbangkan karakteristik dan cara belajar peserta didik usia SD serta memperhatikan teori-teori belajar yang mendukung. Harapannya akan meningkatkan pemahaman konsep peserta didik secara maksimal baik kelompok maupun individu dengan peran pendidik sebagai fasilitator. Kerangka berpikir dapat dilihat pada Gambar 1.1   Gambar 1.1 Skema Kerangka Berfikir Sumber: Proposal Penelilitian Tindakan Kelas Umi Haniin (2013: 10) Kondisi awal dalam kegiatan pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri Gentra Masekdas yaitu cara mengajar atau metode yang digunakan pendidik dari hari ke hari terus menggunakan metode ceramah, maka peserta didik menjadi bosan dan tidak termotivasi untuk belajar. Agar peserta didik termotivasi untuk belajar, maka pendidik atau peneliti harus melakukan action atau tindakan berupa perubahan metode ceramah menjadi model Discovery Learning. Siklus I pendidik melakukan percobaan pengetesan materi yang telah dipaparkan berupa soal evaluasi untuk melihat kekompakan peserta didik dalam mencari tahu jawaban dari game tersebut. Siklus II pendidik melakukan percobaan kembali dengan melakukan pengetesan ulang menggunakan model discovery learning kepada kelompok untuk melihat peningkatan pemahaman konsep peserta didik mengenai sumber energi setiap kelompok dalam mengerjakan soal/pertanyaan pada saat pembelajaran berlangsung. Setelah melakukan pembelajaran dengan discovery learning di akhir pertemuan peneliti melakukan pengetesan secara individu dengan pemberian tes tanya jawab, tes formatif, dan angket. Dari kegiatan siklus I, dan siklus II, diharapkan peserta didik dapat memahami konsep dari materi sumber energi peserta didik menjadi lebih baik. Kondisi akhir diduga melalui model discovery learning dapat meningkatkan pemahaman konsep peserta didik dalam pembelajaran tematik khususnya pada materi sumber energi. H. Asumsi Penelitian ini dilandasi dengan asumsi-asumsi sebagai berikut: 1. Model Pembelajaran Discovery Learning a. Menurut Oemar Hamalik (dalam Mohammad Takdir Illahi, 2012) discovery adalah proses pembelajaran yang menitik beratkan pada mental intelektualpara anak didik dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi, sehingga menemukan kosep atau generalisasi yang dapat diterapkan dilapangan. b. Menurut Mulyasa (Mohamad Takdir Ilahi, 2012 h.32) menyatakan bahwa Discovery strategy merupakan strategi pembelajaran yang menekankan pengalaman langsung dilapangan, tanpa harus selalu bergantung pada teori-teori pembelajaran yang ada dalam pedoman buku pelajaran. Dengan kata lain proses pembelajaran lebih diproyeksikan dari pada hasil yang hendak dicapai melalui perwujudan pembelajaran. c. Menurut Yunus Abidin (2014 : 175) model discovery adalah model discovery (dalam bahasa Indonesia sering disebut model penyingkapan) didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila siswa disajikan materi pembelajaran yang masih bersifat belum tuntas atau belum lengkap sehingga menuntut siswa menyingkapkan beberapa informasi yang diperlukan untuk melengkapi materi ajar tersebut. Dari beberapa asumsi di atas dapat disimpulkan model pembelajaran discovery learning atau discovery strategy adalah suatu model pembelajaran yang berlangsung dalam proses pembelajaran yang mengembangkan cara belajar aktif dengan menemukan dan memecahkan masalah sendiri sehingga pengetahuan yang diperoleh akan bertahan lama dalam ingatan peserta didik. 2. Pemahaman Konsep a. Menurut Virlianti (2002: 6) pemahaman adalah konsepsi yang bisa dicerna atau dipahami oleh peserta didik sehingga mereka mengerti apa yang dimaksudkan, mampu menemukan cara untuk mengungkapkan konsepsi tersebut, serta dapat mengeksplorasi kemungkinan yang terkait. b. Konsep menurut Ruseffendi (1998: 157) konsep adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan kita untuk mengklasifikasikan atau mengelompokkan objek atau kejadian itu merupakan contoh dan bukan contoh dan ide tersebut. c. Menururt Dedi Siswoyo dalam blognya yang saya akses pada hari minggu 13 juli 2014 08:01pm, mengutip Sanjaya (2009) pemahaman konsep adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran, tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti, memberikan interprestasi data dan mampu mengaplikasi konsep yang sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Dari beberapa asumsi di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan peserta didik dalam memahami sejumlah materi pelajaran, namun peserta didik dapat mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah di mengerti dan dipahami oleh dirinya dan orang lain. I. Hipotesis Manurut Masnur Muslich (2012 : 31) hipotesis tindakan berupa pernyataan yang berisi upaya tindakan yang diduga merupakan suatu solusi yang dapat memecahkan permasalahan yang diteliti. Berdasarkan asumsi sebagaimana telah diuraikan di atas maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah melalui model discovery learning diduga dapat meningkatkan pemahaman konsep peserta didik pada materi sumber energi pada pembelajaran tematik. J. Definisi Operasional 1. Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Model ini menekankan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa ssecara aktif dalam proses pembelajaran. Menurut Wilcox (Slavin, 1977)(dalam Salmon, 2013), dalam pembelajaran dengan penemuan siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Pada pembelajaran penemuan, siswa didorong untuk terutama belajar sendiri melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Guru mendorong siswa agar mempunyai pengalaman dan melakukan eksperimen dengan memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau konsep-konsep bagi diri mereka sendiri. 2. Pengertian Pemahaman Konsep Menurut Virlianti (2002 : 6) pemahaman adalah konsepsi yang bisa dicerna atau dipahami oleh peserta didik sehingga mereka mengerti apa yang dimaksudkan, mampu menemukan cara untuk mengungkapkan konsepsi tersebut, serta dapat mengeksplorasi kemungkinan yang terkait. Menurut Rosser 1984 (Syaiful Sagala, 2013 h. 73) menyatakan bahwa konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut-atribut yang sama. Menururt Dedi Siswoyo dalam blognya yang saya akses pada hari minggu 13 juli 2014 08:01pm, mengutip Sanjaya (2009) pemahaman konsep adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran, tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti, memberikan interprestasi data dan mampu mengaplikasi konsep yang sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya. BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Model Discovery Learning a. Pengertian Model Pembelajaran Belajar meliputi tidak hanya mata pelajaran, tetapi juga penguasaan, kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan dan cita-cita (Oemar Hamalik, 2009 h. 45). Dalam proses pembelajaran diperlukan suatu model pembelajaran yang cocok untuk materi yang akan kita sampaikan kepada peserta didik. Menurut Syaiful Sagala (2013 h. 63) : Dalam pembelajaran pendidik harus memahami hakekat materi pembelajaran yang diajarkan sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan peserta didik untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh pendidik. Menurut Winataputra (Sagala, 2010 h. 63) Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan sesuatu kegiatan belajar dan mengajar. Menurut ahli pembelajaran Joyce. Iet al (Sagala, 2010 h. 63) mendefinisikan model pembelajaran: “A model of teaching is aplan or pattern that we can use to design face to face teaching in classroom or tutorial setting and to shape instructional materials-including books, films, tapes, and computer-mediated programs and curriculums (long term courses of study)”. Secara bebas dapat diartikan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, tape recorder, computer, kurikulum, dan lain sebagainya. Menurut Joice Bruce, Marsha Weil, dan Emily Calhoun (2011, h. 30) suatu model pengajaran merupakan gambaran suatu lingkungan pembelajaran, yang juga meliputi perilaku kita sebagai guru saat model tersebut diterapkan. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran untuk merancang bahan-bahan pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan di dalam kelas. b. Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning Menurut Oemar Hamalik (Mohamad Takdir Ilahi, 2012 h.29) discovery adalah proses pembelajaran yang menitik beratkan pada mental intelektual para anak didik dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi, sehingga menemukan suatu konsep atau generalisasi yang dapat diterapkan di lapangan. Menurut Masarudin Siregar (Mohammad Takdir Ilahi, 2012 h.30) discovery by learning adalah proses pembelajaran untuk menemukan sesuatu yang baru dalam dalam kegiatan belajar mengajar. Menurut Yunus Abidin (2014 : 175) model discovery adalah Model discovery (dalam bahasa Indonesia sering disebut model penyingkapan) didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila siswa disajikan materi pembelajaran yang masih bersifat belum tuntas atau belum lengkap sehingga menuntut siswa menyingkapkan beberapa informasi yang diperlukan untuk melengkapi materi ajar tersebut. Menurut Mulyasa (Mohamad Takdir Ilahi, 2012 h.32) menyatakan bahwa Discovery strategy merupakan strategi pembelajaran yang menekankan pengalaman langsung dilapangan, tanpa harus selalu bergantung pada teori-teori pembelajaran yang ada dalam pedoman buku pelajaran. Dengan kata lain proses pembelajaran lebih diproyeksikan dari pada hasil yang hendak dicapai melalui perwujudan pembelajaran. Menurut Wilcox (Slavin, 1977)(Salmon, 2013), dalam pembelajaran dengan penemuan siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran discovery learning atau discovery strategy adalah suatu model pembelajaran yang berlangsung dalam proses pembelajaran yang mengembangkan cara belajar aktif dengan menemukan dan memecahkan masalah sendiri sehingga pengetahuan yang diperoleh akan bertahan lama dalam ingatan peserta didik. c. Tujuan Belajar pada Pembelajaran Discovery Learning Menurut Mohammad Takdir Illahi (2012 h. 47) tujuan pembelajaran discovery strategy yang memiliki pengaruh besar bagi anak didik adalah sebagai berikut: 1) Untuk mengembangkan kreativitas; 2) Untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam belajar; 3) Untuk mengembangkan kemampuan berpikir rasional dan kritis; 4) Untuk meningkatkan keaktifan anak didik dalam proses pembelajaran; 5) Untuk belajar memecahkan masalah; dan 6) Untuk mendapatkan inovasi dalam proses pembelajaran. d. Kelebihan dan Kelemahan dalam Pembelajaran Discovery Strategy 1) Kelebihan dari Pembelajaran Discovery Strategy Menurut Mohammad Takdir Illahi (2012 h. 70) kebihan belajar mengajar dengan discovery strategy, yaitu: a) Dalam penyampaian bahan discovery strategy, digunakan kegiatan dan pengalaman langsung. Kegiatan dan pengalaman tersebut akan lebih menarik perhatian anak didik dan memungkinkan pembentukan konsep-konsep abstrak yang mempunyai makna. b) Discovery strategy lebih realistis dan mempunyai makna. Sebab para anak didik dapat bekerja langsung dengan contoh-contoh nyata. Mereka langsung menerapkan berbagai bahan uji coba yang diberikan guru, sehingga mereka dapat bekerja sesuai dengan kemampuan intelektual yang dimiliki. c) Discovery strategy merupakan suatu model pemecahan masalah. Para anak didik langsung menerapkan prinsip dan langkah awal dalam pemecahan masalah. Melalui strategi ini, mereka mempunyai peluang untuk belajar lebih intens dalam memecahkan masalah, sehingga dapat berguna dalam menghadapi kehidupan di kemudian hari. Discovery strategy yang menitikberatkan pada kemampuan memecahkan suatu persoalan sangat relevan dengan perkembangan masa kini, dimana kita untuk berpikir solutif mengenai suatu persoalan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Itulah sebabnya, discovery strategy perlu diaktualisasikan dalam kehidupan nyata, sehingga memungkinkan anak didik untuk menjawab persoalan kehidupan yang lebih kompleks. d) Dengan sejumlah transfer secara langsung, maka kegiatan discovery strategy akan lebih mudah diserap oleh anak didik dalam memahami kondisi tertentu yang berkenaan dengan aktivitas belajar. e) Discovery strategy banyak memberikan kesempatan bagi para anak didik untuk terlibat langsung dalam kegiatan belajar. Kegiatan demikian akan banyak membangkitkan motivasi belajar, karena disesuaikan dengan minat dan kebutuhan mereka sendiri. 2) Kelemahan dari Pembelajaran Discovery Strategy Menurut Mohammad Takdir Illahi (2012 h. 72) kelemahan dalam penerapan discovery strategi, yaitu: a) Berkenaan dengan waktu. Belajar mengajar menggunakan discovery strategy membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan metode langsung. Hal ini disebabkan untuk bisa memahami strategi ini, dibutuhkan tahapan-tahapan yang panjang dan kemampuan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. b) Bagi anak didik yang berusia muda, kemampuan berpikir rasional mereka masih terbatas. Dalam belajar discovery, sering mereka menggunakan empirisnya yang sangat subyektif untuk untuk memperkuat pelaksanaan prakonsepnya. Hal ini disebabkan usia mereka yang muda masih membutuhkan kematangan dalam berpikir rasional mengenai suatu konsep atau teori. Kemampuan berpikir rasional dapat mempermudah pemahaman discovery yang memerlukan kemampuan intelektualnya. c) Kesukaran dalam menggunakan faktor subyektifitas ini menimbulkan kesukaran dalam memahami suatu persoalan yang berkenaan dengan pengajaran discovery strategy. d) Faktor kebudayaan dan kebiasaan. Belajar discovery strategy menuntut kemandirian, kepercayaan pada diri sendiri, dan kebiasaan bertindak sebagai subyek. Tuntutan terhadapa pembelajaran discovery strategy, sesungguhnya membutuhkan kebiasaan yang sesuai dengan kondisi anak didik. Tuntutan-tuntutan tersebut, setidaknya akan memberikan keterpaksaan yang tidak biasa dilakukan dengan menggunakan sebuah aktivitas yang biasa dalam proses pembelajaran. e. Implikasi Discovery Learning dari Burnner Menurut Muhammad Takdir Illahi (2012 h. 41) implikasi mendasar discorvery learning dapat kita jabarkan sebagai berikut: 1) Melalui pembelajaran discorvery, potensi intelektual para peserta anak didik akan semakin meningkat, sehingga menimbulkan harapan baru untuk menuju kesuksesan. Dengan perkembangan itu, mereka menjadi cakap dalam mengembangkan strategi dilingkungan yang teratur maupun tidak teratur. 2) Dengan menekankan discorvery learning, anak didik akan belajar berorganisasi dan menghadapi problem dengan metode hit and miss. Mereka akan berusaha mencari pemecahan masalah sendiriyang sesuai dengan kapasitas mereka sebagai pembelajar (learners) jika mengalami kesulitan, mereka bisa bertanya dan berkonsultasi dengan tenaga pendidik yang berkompeten dalam hal tersebut, yang akan memberikan keyakinan mendalam bagi pengembangan diri mereka di masa depan. Itulah sebabnya, mereka harus bisa mengatur kegiatan belajar dengan organisasi yang matang dan terstruktur. 3) Discovery learning yang di perkenalkan oleh Brunner mengarah pada self-reward. Dengan kata lain anak didik akan mencapai kepuasan karena telah menemukan pemecahan sendiri, dan dengan pengalaman memecahkan masalah itulah, ia bisa meningkatkan skill dan teknik dalam pekerjaannya melalui problem-problem riil di lingkungan ia tinggal. f. Bentuk Kegiatan dari Pembelajaran Discovery Strategy Kegiatan discovery strategy dapat dilakukan dengan melalu berbagai cara, sebagai mana yang ditawarkan R. Ibrahim dan Nana Syaodih (Mohammad Takdir Illahi, 2012 h. 93) adalah sebagai berikut: 1) Berdiskusi; 2) Bertanya; 3) Melakukan pengamatan (observation); 4) Mengadakan percobaan (experiment); 5) Menstimulasi; 6) Meakukan penelitian (inquiry approach); dan 7) Memecahkan masalah. g. Langkah-langkah dan Prosedur Pembelajaran Discovery Strategy Menurut Mohammad Takdir Illahi (2012 h. 83) langkah-langkah pokok yang harus dilalui terlebih dahulu untuk mempermudah penerapan discovery strategy, adalah sebagai bagai berikut: 1) Adanya masalah yang akan dipecahkan; 2) Sesuai dengan kemampuan kognitif anak didik; 3) Konsep atau prinsip yang ditemukan harus ditulis secara jelas; 4) Harus tersedia alat atau bahan yang diperlukan; 5) Suasana kelas harus diatur sedemikian rupa; 6) Guru memberi kesempatan anak didik untuk mengumpulkan data; dan 7) Harus dapat memberikan jawaban secara tepat sesuai dengan data yang diperlukan anak didik. Menurut Syah (2004) (dalam Yunus Abidin, 2014 h. 177) dalam mengaplikasikan model discovery di proses pembelajaran, ada beberapa tahapan atau langkah-langkah pembelajaran yang harus dilaksanankan, yaitu sebagai berikut: 1) Stimulasi Pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungan dan dirangsang untuk melakukan kegiatan penyelidikan guna menjawab kebingungan tersebut. Kebingungan dalam diri siswa ini sejalan dengan adanya informasi yang belum tuntas disajikan guru. 2) Menyatakan masalah Pada tahap ini siswa diarahkan untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis. 3) Pengumpulan data Pada tahap ini siswa ditugaskan untuk melakukan kegiatan eksplorasi, pencarian, dan penelusuran dalam rangka mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar hipotesis yang telah diajukannya. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui aktivitas wawancara, kunjungan lapangan, dan atau kunjungan pustaka. 4) Pengolahan data Pada tahap ini siswa mengolah data dan informasi yang telah diperolehnya baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. 5) Pembuktian Pada tahap ini siswa melalukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternative, dihubungkan dengan hasil pengolahan data. 6) Menarik kesimpulan Pada tahap ini siswa menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil evaluasi. 2. Pemahaman Konsep Dalam proses mengajar, hal yang penting adalah pencapaian pada tujuan pembelajaran yaitu agar siswa mampu memahami sesuatu berdasarkan pengalaman belajarnya. Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. a. Pengertian Pemahaman Menururt blog pendidikan yang saya akses pada hari minggu 13 juli 2014 08:01pm, mengutip Purwanto (1994: 44) pemahaman adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa mampu memahami arti, konsep, situasi serta fakta yang di ketahui. Menurut blog pendidikan yang saya akses pada hari minggu 13 juli 2014 08:01pm, mengutip Mulyasa (2005: 78) menyatakan pemahaman adalah kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu. Menurut Virlianti (2002: 6) pemahaman adalah konsepsi yang bisa dicerna atau dipahami oleh peserta didik sehingga mereka mengerti apa yang dimaksudkan, mampu menemukan cara untuk mengungkapkan konsepsi tersebut, serta dapat mengeksplorasi kemungkinan yang terkait. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman adalah tingkat kemampuan peserta didik dalam memahami suatu arti, konsep, dan fakta yang diketahui sehingga dapat mengeksplorasi pengetahuan yang dimilikinya. b. Pengertian Konsep Menurut Rosser 1984 (Syaiful Sagala, 2013 h. 73) menyatakan bahwa konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut-atribut yang sama. Konsep menurut Ruseffendi (1998: 157) konsep adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan kita untuk mengklasifikasikan atau mengelompokkan objek atau kejadian itu merupakan contoh dan bukan contoh dan ide tersebut. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpilkan bahwa, konsep adalah suatu ide abstrak yang mewakili suatu objek, kejadian, dan kegiatan yang dapat memungkinkan kita untuk mengelompokkan objek, kejadian, dan kegiatan itu merupakan contoh atau non contoh. c. Pengertian Pemahaman konsep Menururt Dedi Siswoyo dalam blognya yang saya akses pada hari minggu 13 juli 2014 08:01pm, mengutip Sanjaya (2009) pemahaman konsep adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran, tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti, memberikan interprestasi data dan mampu mengaplikasi konsep yang sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan peserta didik dalam memahami sejumlah materi pelajaran, namun peserta didik dapat mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah di mengerti dan dipahami oleh dirinya dan orang lain. Kriteria dari pemahaman konsep yaitu: 1) Menyatakan ulang sebuah konsep; 2) Mengklasifikasian obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu; 3) Memberi contoh dan non contoh dari konsep; 4) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep; dan 5) Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu. Menurut blog pendidikan yang saya akses pada hari minggu 13 juli 2014 08:01pm, mengutip Patria (2007: 22) indikator yang termuat dalam pemahaman konsep diantaranya: 1) Mampu menerangkan secara verbal mengenai apa yang telah dicapai; 2) Mampu mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya persyaratan yang membentuk konsep tersebut; 3) Mampu menerapkan hubungan antara konsep dan prosedur; 4) Mampu memberikan contoh dan contoh kontra dari konsep yang dipelajari; 5) Mampu mengembangkan konsep yang telah dipelajari. 3. Pembelajaran Tematik a. Pengertian Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang berdasarkan tema, dan mengaitkan atau menggabungkan beberapa mata pelajaran kedalam tema tersebut untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi diri peserta didik. Pembelajaran tematik pada dasarnya adalah pembelajaran terpadu atau model pembelajaran terpadu yang mengaitkan beberapa mata pelajaran kedalam sebuah tema yang memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik. Begitu pula menurut Depdiknas, 2006: 5 (Trianto, 2013 h. 147) mengatakan bahwa pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Menurut Sri Anitah 2003 (Trianto, 2013 h. 150) menyatakan bahwa pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep yang menggunakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan konsep-konsep secara terkoneksi baik secara inter maupun antar mata pelajaran. Menurut Zais Robert 1976 (Trianto, 2013 h. 151) mengatakan bahwa pembelajaran terpadu memberikan gambaran bagaimana pengalaman belajar secara terintegrasi memberi dampak yang penuh makna dan bagaimana pengintegrasian itu dilakukan. Menurut Hadi Subroto 2009: 9 (Trianto, 2013 h. 151) menegaskan pembelajaran terpadu adalah Pembelajaran yang diawali dengan suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan sengan pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain, yang dilakukan secara spontan atau direncanakan, baik dalam satu bidang studi atau lebih, dan dengan beragam pengalaman belajar siswa, maka pembelajaran akan lebih bermakna. Maka pada umumnya pembelajaran tematik atau terpadu adalah pembelajaran yang menggunakan tema tertentu untuk mengaitkan antara beberapa isi mata pelajaran dan pengalaman kehidupan nyata sehari-hari siswa sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi siswa. Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik atau pembelajaran terpadu adalah pembelajaran berdasarkan tema yang memadukan atau mengaitkan beberapa materi pembelajaran dari berbagai standar kompetensi dan kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran sehingga peserta didik dapat pengalaman bermakna sehingga pengetahuan yang dimilikinya tetap tersimpan dalam memorinya. b. Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik Menurut Ujang Sukadi, dkk 2001: 109 (Trianto, 2013 h. 154) pembelajaran terpadu memiliki satu tema actual, dekat dengan dunia siswa, dan ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema perlu mempertimbangkan karakteristik peserta didik, seperti minat yang dimiliki oleh masing-masing individu atau peserta didik, kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik, kebutuhan yang diperlukan oleh peserta didik, dan pengetahuan awal yang dimiliki oleh peserta didik. Menurut Trianto (2013 h. 154) secara umum prinsip-prinsip pembelajaran tematik dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1) Prinsip penggalian tema Prinsip penggalian merupakan prinsip utama atau fokus dalam pembelajaran tematik. Dalam penggalian tema hendaklah memperhatikan beberapa persyaratan, yaitu sebagai berikut: a) Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dapat dengan mudah dapat digunakan untuk memadukan banyak mata pelajaran; b) Tema harus bermakna, maksudnya ialah tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya; c) Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak; d) Tema dikembangkan harus mewadahi sebagian besar minat anak; e) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa autentik yang terjadi di dalam rentang waktu belajar; f) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku serta harapan masyarakat (asas relevansi); dan g) Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar. 2) Prinsip pengelolaan pembelajaran Pengolaan pembelajaran dapat optimal apabila guru mampu menempatkan dirinya dalam keseluruhan proses. Menurut Prabowo (2000), bahwa salam pengolaan pembelajaran hendaklah guru dapat berlaku sebagai berikut: a) Guru hendaknya jangan menjadi single actor yang mendominasi pembicaraan dalam proses belajar mengajar; b) Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerja sama kelompok; c) Guru perlu mengakomodasi terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam perencanaan. 3) Prinsip evaluasi Dalam melaksanakan evaluasi dalam pembelajaran tematik, maka diperlukan beberapa langkah-langkah positif antara lain: a) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri (self-evaluation/self-assessment) disamping bentuk evaluasi lainnya; b) Guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan penbcapaian tujuan pembelajara yang akan dicapai. 4) Prinsip reaksi Guru harus bereaksi dalam aksi siswa dalam semua peristiwa serta tidak mengarahkan aspek yang sempit tetapi ke sebuah kesatuan yang utuh dan bermakna. c. Manfaat Pembelajaran Tematik Menurut Trianto (2013 h. 157) Pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan tema ini, akan diperoleh beberapa manfaat, yaitu sebagai berikut: 1) Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan; 2) Siswa mampu melihat hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir; 3) Pembelajaran akan menjadi utuh sehingga akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah; dan 4) Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran, maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat. d. Karakteristik Pembelajaran Tematik Menurut Depdiknas 2006: 6 (Trianto, 2013 h. 162) pembelajaran tematik memiliki beberapa ciri khas antara lain sebagai berikut: 1) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar; 2) Kegiatan-kegiatan yang dipilih salam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; 3) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama; 4) Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa; 5) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya; dan 6) Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain. Selain itu, menurut Depdiknas, 2006 (Trianto, 2013 h. 163) sebagai model pembelajaran disekolah dasar/madrasah ibtidaiyah, pembelajaran tematik memiliki karakteristik antara lain: berpusat pada siswa; memberikan pengalaman langsung; pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas; menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran; bersifat fleksibel; hasil pembelajaran sesuai sengan minat dan kebutuhan siswa; dan menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan. e. Keuntungan Pembelajaran Tematik Menurut panduan KTSP, 2007: 253 (Trianto, 2013 h. 153) pembelajaran tematik sebagai bagian daripada pembelajaran terpadu memiliki banyak keuntungan yang dapat dicapai, yaitu sebagai berikut: 1) Memudahkan pemusatan perhatian pada satu tema tertentu; 2) Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar isi mata pelajaran dalam tema yang sama; 3) Pemahamanmateri mata pelajaran lebih mendalam dan berkesan; 4) Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa; 5) Lebih dapat dirasakan manfaat dan makna belajar karena materi dapat disajikan dalam konteks tema yang jelas; 6) Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam suatu mata pelajaran dan sekaligus dapat mempelajari mata pelajaran lain; dan 7) Guru dapat menghemat waktu sebab mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus, dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, dan waktu selebihnya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan materi. Selain itu, menurut Trianto (2013 h. 160) apabila ditinjau aspek guru dan peserta didik, pembelajaran tematik memiliki beberapa keuntungan yaitu: Keuntungan pembelajaran tematik bagi guru, antara lain: 1) Tersedia waktu lebih banyak untuk pembelajaran. Materi pembelajaran tidak dibatasi oleh jam pelajaran, melainkan dapat dilanjutkan sepanjang hari, mencakup berbagai mata pelajaran; 2) Hubungan antar pelajaran dan topic dapat diajarkan secara logis dan alami; 3) Dapat ditunjukkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kontinu, tidak terbatas pada buku paket, jam pelajaran, atau bahkan empat dinding sekolah. Guru dapat membantu siswa memperluas kesempatan belajar ke berbagai aspek kehidupan; 4) Guru bebas membantu siswa melihat masalah, situasi, atau topik dari berbagai sudut pandang; dan 5) Pengembangan masyarakat belajar terfasilitasi. Penekanan pada kompetensi bisa dikurangi dan diganti dengan kerja sama dan kolaborasi. Adapun keuntungan pembelajaran tematik bagi siswa antara lain: 1) Dapat lebih memfokuskan diri pada proses belajar, daripada hasil belajar; 2) Menghilangkan batas semu antar bagian kurikulum dan menyediakan pendekatan proses belajar yang integratif; 3) Menyediakan kurikulum yang berpusat pada siswa yang dikaitkan dengan minat, kebutuhan, dan kecerdasan mereka didorong untuk membuat keputusan sendiri dan bertanggung jawabpada keberhasilan belajar; 4) Merangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas; dan 5) Membantu siswa membangun hubungan antara konsep dan ide, sehingga meningkatkan apresiasi dan pemahaman. f. Sintaks Atau Langkah-Langkah Model Pembelajaran Tematik Menurut Prabowo 2006 (Trianto, 2013 h. 167), langkah-langkah (sintaks) pembelajaran terpadu secara khusus dapat dibuat tersendiri berupa langkah-langkah baru dengan ada sedikit perbedaan yakni sebagai berikut: Pertama, tahap perencanaan. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan oleh guru antara lain: 1) Menentukan kompetensi dasar; dan 2) Menentukan indikator dan hasil belajar Kedua, tahap pelaksanaan yang meliputi subtahap: 1) Proses pembelajaran oleh guru. Adapun langkah yang ditempuh guru antara lain: a) Menyampaikan konsep pendukung yang harus dikuasai siswa; b) Menyampaikan konsep-konsep pokok yang akan dikuasai oleh siswa; c) Menyampaikan keterampilan proses yang akan dikembangkan; d) Menyampaikan alat dan bahan yang akan dibutuhkan; dan e) Menyampaikan pertanyaan kunci. 2) Tahap manajemen, yang meliputi langkah-langkah: a) Pengelolaan kelas, dimana kelas dibagi kedalam beberapa kelompok; b) Kegiatan proses; c) Kegiatan pencatatan data; dan d) Diskusi Ketiga, evaluasi. Meliputi: 1) Evaluasi proses. Adapun hal-hal yang menjadi perhatian evaluasi proses terdiri dari: a) Ketepatan hasil pengamatan; b) Ketepatan penyusunan alat dan bahan; dan c) Ketepatan menganalisis data 2) Evaluasi hasil, yaitu penguasaan konsep-konsep sesuai indikator yang telah ditetapkan. 3) Evaluasi psikomotorik, yaitu penguasaan penggunaan alat ukur. Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Tematik dalam Setting Pembelajaran Langsung dan Pembelajaran Kooperatif Tahap Tingkah Laku Guru Fase-1 Pendahuluan 1. Mengaitkan pelajaran sekarang dengan pelajaran sebelumnya 2. Memotivasi siswa 3. Memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui konsep-konsep prasyarat yang sudah dikuasai oleh siswa 4. Menjelaskan tujuan pembelajaran (kompetensi dasar dan indikator) Fase-2 Presentasi materi 1. Presentasi konsep-konsep yang harus dikuasai oleh siswa 2. Presentasi keterampilan proses yang dikembangkan 3. Presentasi alat dan bahan yang dibutuhkan melalui charta 4. Memodelkan penggunaan peralatan melalui charta Fase-3 Membimbing pelatihan 1. Menempatkan siswa kedalam kelompok belajar 2. Mengingatkan cara siswa bekerja dan berdiskusi secara kelompok sesuai komposisi kelompok 3. Membagi buku siswa dan LKS 4. Mengingatkan cara menyusun laporan hasil kegiatan 5. Memberikan bimbingan seperlunya 6. Mengumpulkan hasil kerja kelompok setelah batas waktu yang ditentukan Fase-4 Menelaah pemahaman dan memberikan umpan balik 1. Mempersiapkan kelompok belajar untuk diskusi kelas 2. Meminta salah satu anggota kelompok untuk mempresentasikan hasil kegiatan sesuai dengan LKS yang telah dikerjakan 3. Meminta anggota kelompok lain menanggapi hasil presentasi 4. Membimbing siswa menyimpulkan hasil diskusi Fase-5 Mengembangkan dengan memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjut dan penetapan 1. Mengecek dan memberikan umpan balik terhadap tugas yang dilakukan 2. Membimbing siswa menyimpulokan seluruh materi pembelajaran yang baru saja dipelajari 3. Memberikan tugas rumah Fase-6 Menganalisis dan mengevaluasi Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap kinerja mereka Sumber: Trianto, 2005: 122 (Trianto, 2013: 169) 4. Materi Sumber Energi dalam Pembelajaran Tematik Materi Sumber energi dalam pembelajaran tematik tema selalu berhemat energi subtema pemanfaatan energi pada kegiatan pembelajaran keempat dan kelima di kelas IV terdiri dari beberapa mata pelajaran yaitu mata pelajaran Bahasa Indonesia, mata pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), mata pelajaran Matematika, dan mata pelajaran SBdP. Pembelajaran tersebut mengacu pada: Tabel 2.2 Kompetensi Inti dan kompetensi dasar KI 1 dan KI 2 Kompetensi Inti Kompetensi Dasar KI 1 dan KI 2 1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya. 2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangga. 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca)mdan bertanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. Bahasa Indonesia 3.1 Menggali informasi dari teks laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku. 3.5 Menggali informasi dari teks ulasan buku tentang nilai peninggalan sejarah dan perkembangan Hindu – Budha di Indonesia dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulisan dengan memilih dan memilah kosakata baku. 4.1 Mengamati, mengolah, dan menyajikan teks laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas,bunyi, dan cahaya dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku. 4.5 Mengolah dan menyajikan teks ulasan buku tentang nilai peninggalan sejarah dan perkembangan Hindu-Budha di Indonesia secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulisan dengan memilih dan memilah kosakata baku. IPA 3.4 Membedakan berbagai bentuk energi melalui pengamatan dan mendeskripsikan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari. 4.6 Menyajikan laporan tentang sumber daya alam dan pemanfaatannya oleh masyarakat. Matematika 3.4 Memahami faktor dan kelipatan bilangan serta bilangan prima. 3.5 Menentukan kelipatan persekutuan dua buah bilangan dan menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK). 4.5 Mengemukakan kembali dengan kalimat sendiri, menyatakan kalimat matematika, dan memecahkan masalah dengan efektif permasalahan yang berkaitan dengan KPK dan FPB, satuan kuantitas, desimal dan persen terkait dengan aktivitas sehari-hari di rumah, sekolah, atau tempat bermain, serta memeriksa kebenarannya SBdP 3.5 Mengetahui berbagai alur cara dan pengolahan media karya kreatif 4.13 Membuat karya kreatif dengan cara meronce memanfaatkan bahan alam dan buatan dari lingkungan Sumber: Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Buku Guru SD/MI Kelas IV B. Hasil Penelitian Terdahulu yang Sesuai dengan Penelitian Beberapa hasil penelitian yang dilakukan terkait dengan model discovery learning diantaranya, sebagai berikut: 1. Naviah Yunari (2012), dengan judul PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING MATERI PECAHAN DI KELAS III SDN 1 WONOREJO KECAMATAN PAGERWOJO KABUPATEN TULUNGAGUNG, pada penelitian tersebut menguraikan bagaimana penerapan model discovery learning dalam meningkatkan pembelajaran matematika materi pecahan dan mencari jawaban apakah model discovery learning dapat meningkatkan hasil pembelajaran matematika di kelas III SDN 1 Wonorejo Kecamatan Pagerwojo Kabupaten Tulungagung. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar Matematika setelah diterapkan pembelajaran menggunakan model discovery learning. Dengan demikian hendaknya pendidik dapat menggunakan model ini saat melaksanakan pembelajaran. 2. Ina Azariya Yupita dan Waspodo Tjipto S (2013), dalam jurnal pendidikan volume 01 nomor 02 tahun 2013, 0-216, yang berjudul PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DI SEKOLAH DASAR. Penelitian tersebut dilaksanakan di SDN Surabaya, pada peserta didik kelas IV. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas pada pembelajaran IPS pada kelas IV SDN Surabaya diperoleh hasil penilitian, sebagai berikut: a. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model discovery dapat meningkatkan aktivitas pendidik dan peserta didik serta hasil belajar siswa. b. Peningkatan proses pembelajaran ini dengan penerapan simulasi ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas melalui pola siklus I dan siklus II. 3. Novita Hadati (2012), dalam proposal skripsinya yang berjudul MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENEMUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF MELALUI METODE DISCOVERY DI KELAS IV SDN 2 TELAGA KECAMATAN TELAGA KABUPATEN GORONTALO. Penelitian tersebut dilaksanakan di Kelas IV SDN 2 Telaga Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Pada penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Hasil observasi yang dilakukan peneliti terhadap siswa kelas IV di SDN 2 Telaga Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, peneliti menemukan sebagian besar siswa sulit dalam menemukan kalimat utama. Berdasarkan data pada observasi awal, dari 38 siswa hanya 5 orang atau 13,16 % yang memiliki kemampuan menemukan kalimat utama, dan 33 siswa atau 86,84% yang belum memiliki kemampuan menemukan kalimat utama. Setelah peneliti menerapkan metode discovery hasil penelitian itu menunjukan adanya peningkatan kemampuan menemukan kalimat utama pada peserta didik kelas IV. Darihasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan peserta didik dalam menemukan kalimat utama dengan menggunakan metode discovery. Dari hasil penelitian terdahulu yang diatas tersebut dapat digambarkan seperti di bawah ini: Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu Judul Tempat Penelitian Pendekatan dan Analisis Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING MATERI PECAHAN DI KELAS III SDN 1 WONOREJO KECAMATAN PAGERWOJO KABUPATEN TULUNGAGUNG Di kelas III SDN 1 Wonorejo kecamatan Pagerwojo kabupaten Tulungagung Metode penelitian yang digunakan adalah PTK dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Langkah-langkah penelitian berupa perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Data yang diperoleh berupa hasil tes, lembar observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data diawali dengan mengumpulkan data, menyajikan dan mendeskripsikan data kemudian menarik kesimpulan. Hasil penelitian yang telah dilaksanakan dengan penerapan model discovery learning, diperoleh peningkatan hasil belajar matematika materi pecahan pada siswa di kelas III. Peningkatan hasil belajar dari pratindakan, siklus I ke siklus II sebagai berikut. Pada tahap pra tindakan rata-rata nilai kelas 53,73 dengan prosentase ketuntasan 32%. Siklus I dari pertemuan 1 ke pertemuan 2 mengalami peningkatan rata-rata sebesar 3,16 dengan peningkatan persentase ketuntasan secara klasikal sebesar 10%. Siklus II dari pertemuan 1 ke pertemuan 2 mengalami peningkatan rata-rata sebesar 9,22 dengan peningkatan prosentase ketuntasan secara klasikal sebesar 16 %. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar Matematika setelah diterapkan pembelajaran menggunakan model discovery learning. Penggunaan model pembelajaran yang digunakan oleh Naviah Yunari model pembelajaran discovery learning Komponen yang ditingkatkan hasil belajar sedangkan saya pemahaman konsep dan materi yang disampaikan berbeda. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DI SEKOLAH DASAR SDN Surabaya, pada peserta didik kelas IV Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan datayang yang digunakan adalah observasi untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa, tes untuk mengetahui hasil belajar siswa, serta wawancara untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi pada saat kegiatan pembelajaran denganmenggunakan model pembelajaran Discovery. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakanmodel Discovery dapat meningkatkan aktivitas guru dan siswa serta hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dari hasil pengamatan yang diperoleh pada tiap siklusnya. Pada siklus I, aktivitas guru mencapai 78,57%, aktivitas siswa 66,07%, dan hasil belajar siswa 63,89%. Pada

Item Type: Thesis (Skripsi(S1))
Subjects: S1-Skripsi
Divisions: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > PGSD 2014
Depositing User: Iyas -
Date Deposited: 22 Jul 2016 17:22
Last Modified: 22 Jul 2016 17:22
URI: http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/5795

Actions (login required)

View Item View Item