”PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENUMBUHKAN KETERAMPILAN MENCARI INFORMASI PADA KELOMPOK SISWA TENTANG KEBERAGAMAN BUDAYA BANGSA”

Wahyu Bagja Nugraha, 105060285 (2016) ”PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENUMBUHKAN KETERAMPILAN MENCARI INFORMASI PADA KELOMPOK SISWA TENTANG KEBERAGAMAN BUDAYA BANGSA”. Skripsi(S1) thesis, FKIP UNPAS.

[img] Text
COVER JUDUL SKRIPSI.doc

Download (23kB)
[img] Text
LEMBAR PENGESAHAN.doc

Download (35kB)
[img] Text
MOTTO DAN PERSEMBAHAN.docx

Download (13kB)
[img] Text
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.doc.docx

Download (13kB)
[img] Text
ABSTRAK.doc

Download (37kB)
[img] Text
kata pengantar.docx

Download (17kB)
[img] Text
DAFTAR ISI NEW.doc

Download (39kB)
[img] Text
bab I.docx

Download (28kB)
[img] Text
BAB II.docx

Download (107kB)
[img] Text
BAB III.docx
Restricted to Repository staff only

Download (181kB)
[img] Text
BAB IV.doc
Restricted to Repository staff only

Download (2MB)
[img] Text
BAB V.docx
Restricted to Repository staff only

Download (19kB)
[img] Text
DAFTAR PUSTAKA.doc

Download (39kB)
[img] Text
Riwayat Hidup.docx

Download (49kB)

Abstract

Wahyu Bagja Nugraha 105060285 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menumbuhkan keterampilan mencari informasi pada kelompok siswa dengan menggungakan model discovery learning tentang keberagaman budaya bangsa pada pembelajaran tematik terpadu, tema indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku pembelajaran 1 dan 2. Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDN Pasanggrahan 1 dan dilatar belakangi keadaan siswa yang kurang menunjukkan keterampilan mencari informasi didalam pembelajaran karena guru sering menggunakan metode ceramah yang cenderung monoton dan belum menggunakan model discovery learning. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan sistem siklus yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, analisis dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus dengan pada setiap siklusnya menerapkan model pembelajaran discovery learning yang terdiri dari 6 fase, yaitu stimulus/pemberian rangsangan, pernyataan/identifikasi masalah, pengumpulan data, pengolahan data, pembuktian, menarik kesimpulan/ generalisasi. Teknik evaluasi yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik tes untuk mengetahui hasil belajar siswa dan teknik non tes untuk mengetahui aktivitas discovery learning siswa dan keterampilan mencari informasi pada kelompok siswa. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan nilai rata-rata keterampilan mencari informasi dari 3,2/kategori cukup (siklus I) menjadi 3,9/kategori sangat baik (siklus II). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model discovery learning dapat menumbuhkan keterampilan mencari informasi pada kelompok siswa, pada pembelajaran tematik terpadu, tema indahnya kebersamaan subtema keberagaman budaya bangsaku pada kegiatan pembelajaran 1 di kelas IV SDN Pasanggrahan 1. Dengan demikian, penggunaan model discovery learning dapat dijadikan salah satu model pembelajaran untuk diterapkan pada pembelajaran tematik terpadu. Kata kunci: discovery learning, keterampilan mencari informasi. " APPLICATION OF DISCOVERY LEARNING MODEL FOR GROWING SKILLS STUDENTS SEEKING INFORMATION ON THE GROUP OF CULTURAL DIVERSITY NATION" ( Classroom Action Research on Mutual Beautiful Theme Subtheme Nation Cultural Diversity Learning I Class IV SDN Pasanggrahan 1 Cimenyan District of Bandung Regency ) Oleh Wahyu Bagja Nugraha 105060285 ABSTRACT This study aims to cultivate the skills to find information on a group of students with menggungakan model of discovery learning about the cultural diversity of the nation in an integrated thematic education , the theme of the beauty of togetherness subtema nation 's diversity, learning 1 and 2. The study was conducted in the fourth grade SDN Pasanggrahan 1 and background circumstances student who fails to demonstrate the skills to find information in learning because teachers often use the lecture method is monotonous and not using discovery learning models . This study uses Classroom Action Research (CAR ) using a system consisting of a cycle of planning, execution , observation , analysis and reflection . This study was conducted in two cycles with each cycle at implementing discovery learning learning model which consists of six phases , namely the stimulus / stimuli provision , statement / problem identification , data collection , data processing , verification , draw a conclusion / generalization . Evaluation techniques used in this study is a test technique to determine student learning outcomes and non- test techniques to determine the activity of discovery learning and skills students looking for information on a group of students . The results showed an increase in the average value of 3.2 information search skills / category enough ( first cycle ) to 3.9 / excellent category ( second cycle ) . This suggests that the use of a model to foster discovery learning skills of students looking for information on the group , the integrated thematic learning , the beauty of togetherness subtheme theme of cultural diversity in the nation in learning activities 1 Elementary School fourth grade Pasanggrahan 1. Thus , the use of the model can be used as discovery learning a learning model to be applied to an integrated thematic learning . Keywords : discovery learning , skills for information. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan adalah hasil belajar pada ranah psikomotorik, yang terbentuk menyerupai hasil belajar kognitif. Keterampilan adalah kemampuan untuk mengerjakan atau melaksanakan sesuatu dengan baik. Maksud dari pendapat tersebut bahwa kemampuan adalah kecakapan dan potensi yang dimiliki oleh seseorang untuk menguasai suatu keahlian yang dimilikinya sejak lahir. Kemampuan tersebut merupakan suatu hasil latihan yang digunakan untuk melakukan sesuatu. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan seseorang itu dapat tumbuh melalui latihan-latihan yang dilakukan oleh orang itu sendiri (Nasution, 1975: 28). Keterampilan sebagian besar memiliki irisan dengan jenis-jenis keterampilan proses yang merupakan penjabaran dari metode ilmiah pada tingkat pendidikan dasar dan menengah banyak beririsan dengan keterampilan proses yang mencakup keterampilan mengajukan pertanyaan, melakukan pengamatan, (observasi), mengelompokkan (klasifikasi), melakukan inferensi, memprediksi, menafsirkan dan merencanakan percobaan atau penelitian, menggunakan alat / bahan, berkomunikasi dan berhipotesis (Rustaman, 2005) Mencarian Informasi dalam pembelajaran diungkapkan dalam istilah (Information Gathering) adalah keinginan untuk mengetahui lebih banyak tentang sesuatu, seseorang atau permasalahan. Hal ini meliputi pencarian informasi secara mendalam, di luar pertanyaan rutin atau lebih dari yang dituntut dalam pembelajaran sebagai salah satu upaya pembentukan keterampilan peserta didik. Termasuk “menggali’ untuk mendapatkan informasi yang akurat. Indikator Perilaku yang harus dikuasai : 1. Tidak tampak maksudnya adalah tidak mencari informasi tambahan dalam menghadapi suatu permasalahan, hanya menggunakan informasi yang diberikan. 2. Bertanya maksudnya bertanya kepada pihak yang terlibat langsung atau menggunakan informasiyang ada. 3. Melakukan penyelidikan pribadi meliputi, terjun langsung untuk menyelidiki masalah atau situasi lebih dalam dari sekedar pertanyaan rutin, mencari dan bertanya kepada orang yang mengetahui permasalahan, menanyakan apa saja yang terjadi. 4. Menggali lebih dalam meliputi, menyampaikan sejumlah pertanyaan untukk mengetahui akar permasalahan atau potnensi kesempatan yang tersembunyi di balik isyu yang diutarakan, mencari fakta dan opini atau data tambahan, melibatkan orang lain yang tidak secara langsung terlibat, tidak berhenti pad jawaban pertama mencari tahu mengapa sesuatu terjadi. 5. Melakukan riset maksudnya melakukan upaya sistematik dalam waktu yang terbatas untuk memperoleh data atau umpan balik yang diperlukan atau penyelidikan mendalam dari sumber yang tidak biasa, melakukan riset formal melalui surat kabar, majalah, jaringan komputer atau lainnya. 6. Menggunakan sistem sendiri meliputi, memiliki sistem atau kebiasaan yang dikembangkan sendiri untuk mendapatkan informasi, mengatur orang-orang untuk melakukan pengumpulan informasi secara periodik untuknya. Permasalahan yang di hadapi guru dalam proses pembelajaran yaitu kurang kreatifnya guru menyajikan pembelajaran yang lebih menarik sehingga potensi dan kreatifitas siswa tidak muncul, suatu pembelajaran yang seharusnya menggunakan penelitian ilmiah tidak di lakukan guru sehingga pengetahuan siswa menjadi abstrak berbanding terbalik dengan karakter siswa SD yang masih konkrit. Perubahan Kurikulum dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi 2013 tentunya berupaya untuk membawa perubahan yang lebih baik. Kurikulum 2013 adalah Kurikulum Berbasis Kopetensi (KBK). Didalamnya dirumuskan secara terpadu kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dikuasai peserta didik. Juga dirumuskan proses pembelajaran dan penilaian yang diperlukan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diinginkan itu. Tentunya terdapat berbagai tantangan dalam mengembangkan Kurikulum 2013 seperti yang di jelaskan dalam Permendikbud 67 tentang Rasional Kurikulum 2013 bahwa terdapat berbagai tantangan yang pertama tantangan Internal yang kedua Tantangan Eksternal kemudian Tantangan pola pikir. Pada dasarnya yang mendasari kegiatan pembelajaran pada kurikulum 2013 . karena pendekatan ilmiah pada KBK sudah ada, namun istilahnya saja yang berbeda. Dalam kegiatan pembelajaran ini, sekolah merupakan salah satu tempat sarana siswa untuk belajar. Tetapi guru bukanlah satu- satunya orang dewasa yang bisa dijadikan sebagai sarang ilmu, namun hubungan antara satu siswa dengan siswa yang lain itu bisa dikatakan sebagai tempat bertukarnya ilmu. Tidak hanya itu orangtua, tetangga pun bisa dijadikan tempat mencari ilmu. Ilmu yang di dapat bisa berbagai macam, tidak hanya ilmu yang bersifat akademis, namun ilmu yang berkaitan dengan kegiatan sehari-hari pun dapat disebut dengan ilmu. Pada kenyataannya, situasi pembelajaran yang berlangsung antara sekolah yang terletak di perkotaan akan lebih berjalan efektif karena ditunjang dengan sarana dan prasarana yang dapat menunjang pembelajaran, sebaliknya jika sekolah yang terletak di perkampungan kurang memenuhi syarat yang diharapkan maka pembelajaran tidak sesuai yang diharapkan. Khususnya di lokasi yang akan penulis teliti. Hasil pembelajaran bisa ditentukan dari aktivitas yang siswa lakukan selama proses belajar. Tentunya jika siswa berperan aktif belajar, maka hasil yang didapat akan memuaskan. Sesuai dengan tuntutan kurikulum saat ini yaitu lebih menekankan siswa untuk bekerja secara aktif, kreatif dan menyenangkan selain itu melalui keterampilan kerja ilmiah dapat menumbuhkan sikap-sikap yang dapat menumbuhkan karakter siswa. Fakta yang harus di sadari, bahwasannya dunia pendidikan saat ini harus up to date. Ketidakmampuan individu memproses informasi secara optimal menyebabkan mengalami hambatan dalam proses pembelajaran. Salah satu permasalahan pendidikan saat ini adalah rendanya mutu pendidikan itu sendiri serta kurikulum yang tidak menentu dan selalu berubah-ubah, tetapi pada dasarnya setiap perubahan yang di lakukan oleh pemerintah bertujuan untuk perubahan yang lebih baik dalam dunia Pendidikan. Perbedaan yang paling mendasar antara KTSP dan kurikulum 2013 yaitu pergantian SK KD menjadi KI KD, yang sebenarnya sama saja namun pada KI KD lebih menonjolkan pembentukan karakter siswa. Selain menonjolkan pembentukan karakter siswa kurikulum 2013 juga melatih siswa untuk memiliki sebuah keterampilan dalam pembelajaran. Dalam kurikulum 2013 memiliki 3 Model pembelajaran yang menonjol yaitu Discovery Learning, Problem Based Learning dan Project Based Learning, yang mana ketiga Model tersebut sama” bertujuan membentuk karakter serta keterampilan siswa. Pada skripsinya yang berjudul Penerapan Model Discovery Learning untuk menumbuhkan keterampilan mencari informasi pada kelompok siswa, penulis mengambil Model Discovery Learning karena Model Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Model ini sesuai dengan tema subtema serta pembelajaran yang akan penulis teliti yaitu mengenai keberagaman budaya bangsa dimana siswa harus menemukan informasi dari gambar, teks bacaan, dan media pembelajaran yang disediakan guru. Maka dari itu harapan penulis dari penelitian kali ini yaitu dapat tercapainya tujuan pendidikan saat ini serta tercapainya tujuan dari kurikulum 2013. B. Rumusan Masalah Berikut merupakan yang menjadi masalah dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu dapatkah Model Discovery Learning menumbuhkan keterampilan mencari informasi pada kelompok siswa dalam Tema Indahnya Kebersamaan, Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku, Kegiatan pembelajaran I dan 2 di SDN Pasanggrahan 1 Kec Cimenyan Kab Bandung? Adapun sub masalah dalam rumusan masalah kali ini yaitu : 1. Bagaimana perencanaan pembelajaran menggunakan Model Discovery Learning ? 2. Bagimana pelaksanaan pembelajaran berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) di atas ? 3. Bagaimana penilaian berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) di atas ? 4. Bagaimana keterampilan mencari informasi pada kelompok siswa, apakah tumbuh secara maksimal dengan menggunakan Model Discovery Learning ? 5. Berapa nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada Tema Indahnya Kebersamaan, Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku, Kegiatan Pembelajaran 1 dan 2 ? 6. Bagaimana hasil belajar dengan menggunakan model Discovery Learning ? 7. Bagaimana respon siswa terhadap efektifitas pembelajaran tersebut ? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian penulis adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui Perencanaan Pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013. 2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah di buat. 3. Untuk mengetahui penilaian berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) di atas. 4. Untuk mengetahui tumbuhnya keterampilan mencari informasi pada kelompok siswa secara maksimal melalui Model Discovery Learning. 5. Untuk mengetahui nilai rata-rata yang di peroleh siswa pada Tema Indahnya Kebersamaan, Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku, Kegiatan Pembelajaran 1 dan 2. 6. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan Modela Discovery Learning. 7. Untuk mengetahui respon siswa terhadap efektifitas terhadap pembelajaran tersebut. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait dengan dunia pendidikan khusunya dalam penggunaan kurikulum 2013 ini. 2. Manfaat praktis a. Bagi Guru 1) Bahan Referensi bagi guru yang akan melaksanakan pembelajaran pada Tema Indahnya Kebersamaan, Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku, Kegiatan Pembelajaran I dan 2. 2) Menjadi alternatif yang mampu meningkatkan kemampuan dan menambah wawasan dalam melaksanakan pembelajaran. 3) Mengembangkan kreatifitas guru dalam menggunakan Model Pembelajaran 4) Meningkatkan profesionalisme guru sehingga pembelajaran yang di laksanakan lebih bermakna bagi guru. b. Bagi Siswa 1) Memberikan suasana belajar untuk lebih aktif dan kreatif 2) Meningkatkan pemahaman siswa dalam memahami konsep keberagaman budaya bangsa. 3) Meningkatkan keterampilan mencari informasi dan hasil belajar siswa. 4) Pembelajaran Model Discovery Learning menjadi lebih menarik karena pembelajaran tidak di laksanakan seperti biasanya. c. Bagi Sekolah 1) Memberikan sumbangan yang berati pada Sekolah dalam rangka peningkatan keterampilan dan memberikan solusi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran 2) Meningkatkan mutu Pendidikan Sekolah tersebut khususnya pada kelas yang di teliti. 3) Dapat memotivasi guru-guru agar dalam pembelajaran lebih kreatif. d. Bagi Peneliti 1) Menambah wawasan dalam kenyataan dunia pendidikan di lapangan. 2) Memiliki acuan dari Rencana Pelaksanaa Pembelajaran yang di gunakan. BAB II LANDASAN TEORITIS A. Kajian Teori Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Kurikulum 2013 yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014 memenuhi kedua dimensi tersebut. 1. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut: a. Tantangan Internal Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini jumlah penduduk Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas). Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya 5 mencapai 70%. Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan agar sumber daya manusia usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban. b. Tantangan Eksternal Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern seperti dapat terlihat di World Trade Organization (WTO), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Community, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area (AFTA). Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan. Keikutsertaan Indonesia di dalam studi International Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Program for International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hal ini disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia. c. Penyempurnaan Pola Pikir Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai berikut: 1) Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama. 2) Pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/ media lainnya). 3) Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet). 4) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains). 5) Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim). 6) Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia. 7) Pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users) dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik. 8) Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines), dan 9) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis. d. Penguatan Tata Kelola Kurikulum Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum sebagai daftar mata pelajaran. Pendekatan Kurikulum 2013 untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah diubah sesuai dengan kurikulum satuan pendidikan. Oleh karena itu dalam Kurikulum 2013 dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut : 1) Tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang bersifat kolaboratif. 2) Penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan (educational leader), dan 3) Penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran. 4) Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi peserta didik. e. Karakteristik Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut: 1) Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik. 2) Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar. 3) Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat. 4) Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan. 5) Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar matapelajaran. 6) Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti. 7) Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmatapelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal). f. Tujuan Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. g. Kerangka Dasar Kurikulum 1) Landasan Filosofis Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan kualitas peserta didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil belajar, hubungan peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan alam di sekitarnya. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional. Pada dasarnya tidak ada satupun filosofi pendidikan yang dapat digunakan secara spesifik untuk pengembangan kurikulum yang dapat menghasilkan manusia yang berkualitas. Berdasarkan hal tersebut, Kurikulum 2013 dikembangkan menggunakan filosofi sebagai berikut. a) Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan untuk membangun kehidupan masa kini, dan untuk membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih baik di masa depan. Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan masa depan selalu menjadi kepedulian kurikulum, hal ini mengandung makna bahwa kurikulum adalah rancangan pendidikan untuk mempersiapkan kehidupan generasi muda bangsa. Dengan demikian, tugas mempersiapkan generasi muda bangsa menjadi tugas utama suatu kurikulum. Untuk mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan peserta didik, Kurikulum 2013 mengembangkan pengalaman belajar yang memberikan kesempatan luas bagi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan di masa kini dan masa depan, dan pada waktu bersamaan tetap mengembangkan kemampuan mereka sebagai pewaris budaya bangsa dan orang yang peduli terhadap permasalahan masyarakat dan bangsa masa kini. b) Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut pandangan filosofi ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di masa lampau adalah sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum untuk dipelajari peserta didik. Proses pendidikan adalah suatu proses yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi kemampuan berpikir rasional dan kecemerlangan akademik dengan memberikan makna terhadap apa yang dilihat, didengar, dibaca, dipelajari dari warisan budaya berdasarkan makna yang ditentukan oleh lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat kematangan psikologis serta kematangan fisik peserta didik. Selain mengembangkan kemampuan berpikir rasional dan cemerlang dalam akademik, Kurikulum 2013 memposisikan keunggulan budaya tersebut dipelajari untuk menimbulkan rasa bangga, diaplikasikan dan dimanifestasikan dalam kehidupan pribadi, dalam interaksi sosial di masyarakat sekitarnya, dan dalam kehidupan berbangsa masa kini. c) Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini menentukan bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan pembelajaran adalah pembelajaran disiplin ilmu (essentialism). Filosofi ini mewajibkan kurikulum memiliki nama matapelajaran yang sama dengan nama disiplin ilmu, selalu bertujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kecemerlangan akademik. d) Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik (experimentalism and social reconstructivism). Dengan filosofi ini, Kurikulum 2013 bermaksud untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi kemampuan dalam berpikir reflektif bagi penyelesaian masalah sosial di masyarakat, dan untuk membangun kehidupan masyarakat demokratis yang lebih baik. Dengan demikian, Kurikulum 2013 menggunakan filosofi sebagaimana di atas dalam mengembangkan kehidupan individu peserta didik dalam beragama, seni, kreativitas, berkomunikasi, nilai dan berbagai dimensi inteligensi yang sesuai dengan diri seorang peserta didik dan diperlukan masyarakat, bangsa dan umat manusia. 2) Landasan Teoritis Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan standar” (standard-based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum). Pendidikan berdasarkan standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warganegara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak. Kurikulum 2013 menganut: a) pembelajaan yang dilakukan guru (taught curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat. b) pengalaman belajar langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum. 3) Landasan Yuridis Landasan yuridis Kurikulum 2013 adalah: 1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 2) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 3) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional. 4) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. 2. Pembelajaran Tematik Terpadu Pembelajaran tematik terpadu (PTP) atau integrate thematic instruction (ITI) dikembangkan pertama kali pada awal tahun 1970-an. Belakangan PTP diyakini sebagai salah satu model pembelajaran yang efektif (highly effective teching model) karena mampu mewadahi dan menyentuh secara terpadu dimensi emosi, dan akademi peserta didik di dalam kelas atau di lingkungan sekolah. PTP pada awalnya dikembangkan untuk anak-anak berbakat dan bertalenta (gifted and talent), anak-anak yang cerdas, program perluasan belajar, dan peserta didik yang belajar cepat. PTP ini pun sudah terbukti secara empirik berhasil memacu percepatan dan meningkatkan kapasitas memori peserta didik (enhance learning and increas long-term memory capabilities of learners) untuk waktu yang panjang. Premis utama PTP adalah bahwa peserta didik memerlukan peluang-peluang tambahan (additional opportunities) untuk menggungakan talentanya, menyediakan waktu bersama yang lain untuk secara cepat mengkonseptualisasi dan mensintensis. Pada sisi lain, PTP diharapkan mampu menginspirasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar. PTP memiliki perbedaan kualitatif (qualitatively different) dengan model pembelajaran hal lain. PTP sifatnya memandu peserta didik mencapaik kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher level of thinking) atau keterampilan berpikir dengan mengoptimasi kecerdasan ganda (multiple thinking skills), sebuah proses inovatif bagi pengembangan dimensi siakap, keterampilan, dan pengetahuan. Implementasi PTP menurut kemampuan guru dalam mentransformasikan materi pembelajaran di kelas. Karena itu, guru harus memahami materi apa yang diajarkan dan bagaimana mengaplikasikannya dalam lingkungan belajar di kelas. Oleh karena PTP ini bersifat ramah otak, guru harus mampu mengidentifikasi elemen-elemen lingkungan yang mungkin relevan dan dapat dioptimasi ketika berinteraksi dengan peserta didik selama proses pembelajaran. Ada sepuluh elemen yang terkait dengan hal ini dan perlu ditingkatkan oleh guru : a. Mereduksi tingkat kealpaan atau bernilai tambah berpikir reflektif. b. Memberkaya sensori pengalaman dibidang sikap, pengetahuan, dan keterampilan. c. Menyajkan isi atau substansi pembelajaran yang bermakna. d. Lingkungan yang memperkaya pembelajaran. e. Bergerak memacu pembelajaran (Movement to Enhance Learning). f. Membuka pilihan-pilihan. g. Optimasi waktu secara tepat. h. Kolaborasi. i. Umpan balik segera. j. Ketuntasan atau aplikasi. a. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran tematik terpadu berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami konsep materi yang tergabung dalam tema serta dapat menambah semangat belajar karena materi yang dipelajari merupakan materi yang nyata (konstektual) dan bermakna bagi peseta didik. Tujuan tematik terpadu adalah : 1) Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu. 2) Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi muatan pelajaran dalam tema yang sama. 3) Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan. 4) Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengaitkan berbagai muatan pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik. 5) Lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, sepeti bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari pelajaran yang lain. 6) Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam konteks tema yang jelas. 7) Guru dapat menghemat waktu, karena mata peljaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih dan atau pengayaan. 8) Budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuh kembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dankondisi. b. Ciri-ciri pembelajaran tematik terpadu 1) Berpusat pada anak. 2) Memberikan pengalaman langsung pada anak. 3) Pemisahan antar muatan pembelajaran tidak begitu jelas (menyatu dalam suatu pemahaman dalam kegiatan). 4) Menyajikan konsep dari berbagai pelajaran dalam suatu proses pembelajaran (saling terkait antar muatan pelajaran yang satu dengan yang lainnya). 5) Bersifat luwes (keterpaduan antar berbagai muatan pembelajaran). 6) Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak (melelui penilaian proses dan hasil belajarnya). c. Kekuatan Tema dalam Proses Pembelajaran Anak pada usia sekolah dasar beradapada tahap ooperasi konkret, mulai menunjukan perilaku yang memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek yang lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak, mlai berpikir secara operasional, mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda, membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat. Oleh karena itu, pelajaran yang tepat adalah dengan mengaitkan konsep materi pelajaran dalam satu kesatuan yangberpusat pada tema adalah yang paling sesuai. Kegiatan pelajaran akan bermakna jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman, bersifat individual dan konstektual, anak mengalami langsung yang dipelajarinya, hal ini akan diperoleh melalui pembelajaran tematik. Pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran dalam memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik. d. Peran Tema dalam Proses Pembelajaran Tema berperan sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran dengan memadukan beberapa muatan pelajaran sekaligus. Adapun muatan pelajaran yang dipadukan adalah muatan pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia, IPS, IPA, Matematika, Seni Budayadan Prakarya, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Dalam kurikulum 2013, tema sudah disiapkan oleh pemerintah dan sudah dikembangkan menjadi sutema dan satuan pembelajaran. Di dalam Struktur Kurikulum Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah disebutkan bahwa untuk peserta didik kelas 1 sampai dengan kelas 6 penyajian pembelajarannya menggunakan pendekatan tematik terpadu. Penyajian pemmbelajaran untuk kelas 4 memiliki alokasi waktu kumulatif 36 JP per minggu. Namun demikian penjadwalan tidak terbagi secara kaku melainkan diatur secara luwes. e. Tahapan Pembelajaran Tematik Terpadu Pembelajaran tematikterpadu melalui beberapa tahapan yaitu pertama guru harus mengacu pada tema sebagai pemersatu muatan pelajaran untuk satu tahun. Kedua guru melakukan analisis Standar Kompetensi Kelulusan, Kompetensi inti, Kompetensi Dasar dan membuat indikator dengan tetap memperhatikan muatan materi dari Standar Isi. Ketiga membuat hubungan pemetaan antara kompetensi dasar dan indikator dengan tema. Keempat membuat jaringan KD, indikator. Kelima menyusun silabus tematik dan keeneam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu dengan menerapkan pendekatan saintifik. Untuk lebih jelasnya akan di bahas di bawah ini. 1) Memilih/Menetapkan Tema Dibawah ini adal tema-tema yang telah disiapkan untuk peserta didik Sekolah Dasar kelas I dan IV serta kelas II dan V pada Kurikulum 2013. Tabel 2.1 Tema-Tema di Seakolah Dasar Kelas I Kelas IV 1. Diriku 2. Kegemaranku 3. Kegiatannku 4. Keluargaku 5. Pengalamanku 6. Lingkungan Bersih dan Sehat 7. Benda, Binatang dan Tanaman di Sekitar 8. Peristiwa Alam 1. Indahnya Kebersamaan 2. Selalu Berhemat Energi 3. Peduli Makhluk Hidup 4. Berbagai Pekerjaan 5. Menghargai Jasa Pahlawan 6. Indahnya Negeriku 7. Cita-citaku 8. Daerah Tempat Tinggalku 9. Makanan Sehat dan Bergizi Kelas II Kelas V 1. Hidup Rukun 2. Bermain di Lingkunganku 3. Tugasku Sehari-hari 4. Aku dan Sekolahku 5. Hidup Bersih dan Sehat 6. Air, Bumi, dan Matahari 7. Merawat Hewan dan Tumbuhan 8. Keselamatan di Rumah dan Perjalanan 1. Benda-benda di lingkungan Sekitarku 2. Peristiwa dalam Kehidupan 3. Kerukunan dalam Bermasyarakat 4. Sehat itu Penting 5. Bangsa sebagai Bangsa Indonesia 6. Organ Tubuh Manusia dan Hewan 7. Sejarah Peradaban Indonesia 8. Ekosistem 9. Akrab dengan Lingkungan a) Melakukan Analisis SKL, KI, KD dan Membuat Indikator Analisis Kurikulum (SKL, KI, KD, dan membuat indikator) dilakukan dengan cara membaca semua Standar Kompetensi Lulusan, Kompetensi Inti serta Kompetensi Dasar dan semua muatan pelajaran. Setelah memiliki sejumlah tema untuk satu tahun, barulah dapat dilanjutkan menganalisis Standar Kompetensi Lulusan dan Kompetensi Inti serta Kompetensi Dasar (SKL, KI dan KD) yang ada dari berbagai muatan pelajaran (Bahasa Indonesia, IPA, IPS, PPKn, Matematika, SBdP, dan Penjaskes). Masing-masing Kompetensi Dasar setiap muatan pelajaran dibuatkan indikatornya dengan mengikuti kriteria pembuatan indikator. b) Membuat Hubungan Pemetaan antara KD, Indikator dan Tema Kompetensi Dasar dari semua muatan pelajaran telah disediakan dalam kurikulum 2013. Demikian juga sejumlah tema untuk proses pembelajaran selama satu tahun untuk kelas 1 sampai dengan kelas 6 telah disediakan. Namun demikian guru masih perlu membuat indikator dan dilakukan pemetaan Kompetensi Dasar dan indikator tersebut berdasarkan tema yang tersedia. Hasil pemetaan dimasukan kedalam format pemetaan agar lebih mudah proses penyajian pembelajaran. Indikator mana saja yang dapat disajikan secara terpadu diberikan tanda cek (√). c) Membuat Jaringan Kompetensi Dasar Kegiatan berikutnya adalah membuat Jaringan KD dan indikator dengan cara menurunkan hasil cek dari pemetaan kedalam format jaringan KD dan indikator. d) Menyusun Silabus Tematik Terpadu Setelah dibuat Jaringan KD dan indikator, langkah selanjutnya adalan menyusun silabus tematik untuk lebih memudahkan guru melihat seluruh desain pembelajaran untuk setiap tema sampai tuntas tersajikan didalam proses pembelajaran. Silabus tematik memberikan gambaran secara menyeluruh tema yang telah dipilihdisajikan beberapa minggu dan kegiatan apa saja yang akan dilakukan dalam tema tersebut. dan kegiatan apa saja yang akan dilakukan dalam tema tersebut. e) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu Langkah terakhir dari sebuah perencanaan adalah menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Terpadu. Dalam RPP Tematik Terpadu ini diharapkan tergambar proses penyajian secara utuh dengan memuat berbagai konsep mata pelajaran yang disatukan dalam tema. Di dalam RPP Tematik Terpadu ini peserta didik diajak belajar memahami konsep kehidupan secara utuh. Penulisan identitas tidak mengemukakan mata pelajaran, melainkan langsung ditulis tema apa yang akan dibelajarkan. 3. SKL, KI, dan KD a) Standar Kompetensi Kelulusan Standar Kompetensi Lulusan merupakan salah satu dari 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan sebagaimana yang ditetapkan dalam pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang akan menjadi acuan bagi mengembangkan kurikulum dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional. (1) Cakupan Kompetensi Lulusan Penetapan pendekatan kompetensi lulusan didahului dengan mengidentifikasi apa yang hendak dibentuk, dibangun, dan diberdayakan dalamdiri peserta didik sebagai jaminan yang akan mereka capai setelah menyelesaikan pendidikannya pada satuan pendidikan tertentu. Pendekatan lompetensi lulusan menekankan pada kemampuan holistik yang harus dimiliki setiap peserta didik. Hal itu akan membawa implikasi terhadap pada yang seharusnya dipelajari oleh setiap individu peserta didik, bagaimana cara mengajarkan, dan kapan diajarkannya. Cakupan kompetensi lulusan satuan pendidikan berdasarkan elemen-elemen yang harus dicapai dapat dilihat dalam tabel berikut ini. Tabel 2.2 Kompetensi Lulusan berdasarkan Elemen-Elemen yang Harus Dicapai DOMAIN Elemen SD SMP SMA-SMK SIKAP Proses Menerima + Menjalankan + Menghargaai + Menghayati + Mengamalkan Individu Beriman, berakhlak mulia (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun), rasa ingin tahu, estetika, percaya diri, motivasi internal. Sosial Toleransi, gotong royong, kerjasama, dan musyawarah. Alam Pola hidup sehat, ramah lingkungan, patriotik, dan cinta perdamaian. PENGETAHUAN Proses Mengetahui + Memahami + Menerapkan + Menganalisis + Mengevaluasi. Objek Ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya. Subjek Manusia, bangsa, negara, tanah air, dan dunia. KETERAMPILAN Proses Mengamati + Menanya + Mencoba + Mengolah + Menyaji + Menalar + Mencipta. Abstrak Membaca, menulis, menghitung, menggambar, mengarang. Konkret Mengunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, membuat, mencipta. Cakupan kompetensi lulsan pendidikan secara holistik dapat dilihat dalam tabel dibawah ini. Tabel 2.3 Kompetensi Lulusan Secara Holistik DOMAIN SD SMP SMA-SMK SIKAP Menerima + Menjalankan + Menghayati + Mengamalkan Pribadi yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, alam sekitar, serta dunia dan peradabannya. PENGETAHUAN Mengetahu + Memahami + Menerapkan + Mengamalisis + Mengevaluasi. Pribadi yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya dan berwawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban. KETERAMPILAN Mengamati + Menanya + Mencoba + Mengolah + Menyaji + Menalar + Mencipta. Pribadi yang berkemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret Dari tabel diatas, cakupan kompetensi kelulusan secara holistik dirumuskan sebagai berikut : (a) Kemampuan Lulusan dalam Dimensi Sikap Manusia yang memiliki pribadi yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, alam sekitar, serta dunia dan peradabannya. Pencapaian pribadi tersebut dilakukan melalui proses menerima, menjalankan, menghayati, dan mengamalkan. (b) Kemampuan Lulusan dalam Dimensi Pengetahuan Manusia yangmemiliki pribadi yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, danberwawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan peradaban. Pencapaian pribadi tersebut dilakukan melalui proses mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi. (c) Kemampuan Lulusan dalam Dimensi Keterampilan Kemampuan yang memiliki pribadi yang berkemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret. Pencapaian pribadi tersebut dilakukan oleh proses mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menalar, mencipta, menyajikan, dan mengkomunikasikan. Perumusan kompetensi lulusan antar satuan pendidikan mempertimbangkangradasi setiap tingkatan satuan pendidikan dan memperhatikan kriteria sebagai berikut : (1) Perkembangan psikologi anak (2) Lingkungan dan kedalaman materi (3) Kesinambungan (4) Fungsi satuan pendidikan. Kompetensi lulusan satuan pendidikan SD/MI/SDLB/Paket A adalah manusia yang memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut : Tabel 2.4 Kompetensi kelulusan sikap, pengetahuan, dan keterampilan DIMENSI KOMPETENSI LULUSAN SIKAP Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial da alam di sekitar rumah, sekolah, dan tempat bermain. PENGETAHUAN Memiliki pengetahuan faktual dan konseptual dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait kejadian fenomena di sekitar rumah, sekolah, dan tempat bermain. KETERAMPILAN Memiliki kemampuan pikir dan tindak efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang ditugaskan kepadanya. b) Kompetensi Inti Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga. Rumusan Kompetensi inti menggunakan notasi berikutini. (1) Kompetensi Inti-1 untuk kompetensi sikap spiritual. (2) Kompetensi Inti-2 untuk kompetensi sikap sosial. (3) Kompetensi Inti-3 untuk kompetensi inti pengetahuan. (4) Kompetensi Inti-4 untuk kompetensi inti keterampilan. Uraian tentang Kompetensi Inti untuk jenjang Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah kelas IV adalah sebagai berikut. (a) Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya. (b) Menunjukan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya. (c) Mengetahui pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan dengan benda-benda yang dijumpai di rumah, da sekolah, dan tempat bermain. (d) Menyajikan pengetahuan faktual dengan bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. c) Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar dirumuskan untuk mencapaikompetensi inti. Rumusan Kompetensi Dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Kompetensi Dasar dibaagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokan kompetensi inti sebagai berikut. (1) Kelompok 1 : kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka menjabarkan KI-1. (2) Kelompok 2 : kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka menjabarkan KI-2. (3) Kelompok 3 : kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI-3. (4) Kelompok 4 : kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka menjabarkan KI-4. 4. Psikologi Perkembangan Anak Sekolah Dasar Anak taman kanak-kanak adalah anak yang sedang berada dalam rentang usia 4-6 tahun, yang merupakan sosok individu yang sedang beradadalam proses perkembangan. Perkembangan anak merupakan proses perubahan perilaku dari tidak matang menjadi matang, dari sederhana menjadi kompleks, suatu proses evolusi manusia dari ketergantungan menjadi makhluk dewasa yang mandiri. Perkembangan anak adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan, berpikir, perasaan, dan interaksi baik dengan sesama maupun dengan benda-benda dalam lingkungan hidupnya. Proses pendidikan bagi anak usia 4-6 tahun secara formal dapat ditempuh di taman kanak-kanak atau radiathul anfal. Lembaga ini merupakan lembaga pendidikan yang ditujukan untuk melaksanakan suatu proses pembelajaran agar anak dapat mengembangkan potensi-potensinya sejak dini sehingga anak dapat berkembang secara wajar sebagai seorang anak. Melalui suatu proses pembelajaran sejak usia dini, diharapkan anak tidak saja siap untuk memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut, tetapi yang lebih utama agar anak memperoleh rangsangan-rangsangan fisik-motorik, kognitif, sosial, dan emosi sesuai dengan tingkat usianya. Membantu proses pengembangan berbagai aspek perkembangan anak perlu diawali dengan pemahaman tentang perkembangan anak, karena perkembangan anak berbeda dengan perkembangan anak remaja atau orang dewasa. Anak memiliki karakteristik tersendiri dan anak memiliki dunianya sendiri. Untuk mendidik anak usia dini, perlu dibekali pemahaman tentang dunia anak dan bagaimana proses perkembangan anak. Dengan pemahaman ini diharapkan para pendidik anak usia dini memiliki pemahaman yang lebih baik dalam menentukan proses pembelajaran ataupun perlakuan pada anak yang dibinanya. a. Karakteristik Anak Sebagai pendidik anak usia dini khususnya anak usia taman kanakkanak, kita perlu mengetahui siapa anak yang akan dihadapi dan bagaimana karakteristik yang dimiliki mereka. Batasan tentang masa anak ditemukan cukup bervariasi. Dalam pandangan mutakhir yang lajim dianut di negara maju, istilah anak usia dini (early childhood) adalah anak yang berkisar antara usia 0-8 tahun. Namun bila dilihat dari jenjang pendidikan yang berlaku di Indonesia, maka yang termasuk dalam kelompok anak usia dini adalah anak usia SD kelas rendah (kelas 1-3), Taman Kanak-kanak (kindergarten), kelompok bermain (play group) dan anak masa sebelumnya (masa bayi). 1) Masa Kanak-kanak Menurut Montessori (Hurlock, 1978) anak usia 3-6 tahun adalah anak yang sedang berada dalam periode sensitif atau masa peka, yaitu suatu periode dimana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Bila kemampuan berbicara anak tidak dirangsang maka anak akan mengalami kesulitan berbicara pada masa-masa selanjutnya. Contoh berikut ini sering kita temui sehari-hari. Seorang anak berusia tiga tahun mengajak ibunya untuk tidur siang dengan kata-kata ”Ma, bo ma, ma bo ma”. Ilustrasi di atas menggambarkan bahwa anak menunjukkan keinginan untuk menyampaikan sesuatu tetapi belum jelas ucapannya. Untuk kondisi seperti ini anak perlu dimotivasi dan dilatih kemampuan berbicaranya agar dapat menyampaikan apa yang diinginkannya dengan baik dan benar. Selain pendapat di atas, Maria Montessori juga menyatakan bahwa masa sensitif anak pada usia ini mencakup sensitif terhadap keteraturan lingkungan, mengeksplorasi lingkungan dengan lidah dan tangan, sensitif untuk berjalan, sensitif terhadap obyek-obyek kecil dan detail, serta terhadap aspek-aspek sosial kehidupan. Ilustrasi lain yang menggambarkan bagaimana anak mengeksplorasi lingkungan dapat disimak dalam contoh berikut ini. “Nani seorang anak berusia 3,5 tahun sedang bermain di halaman depan. Ia asyik mengorekngorek tanah dengan sebatang lidi. Ternyata Nani melihat di tempat itu ada lubang kecil dan keluar beberapa semut. Apa yang dilakukan Nani menunjukkan bahwa seorang anak yang berada pada masa usia ini akan berusaha untuk memenuhi rasa ingin tahunya dengan mengeksplorasi lingkungan melalui panca indranya. Erikson (Helms & Turner, 1994) memandang periode usia 4-6 tahun sebagai fase sense of initiative. Pada periode ini anak harus didorong untuk mengembangkan prakarsa, seperti kesenangan untuk mengajukan pertanyaan dari apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Jika anak tidak mendapat hambatan dari lingkungannya, maka anak akan mampu mengembangkan prakarsa, dan daya kreatifnya, dan hal-hal yang produktif dalam bidang yang disenanginya. Guru yang selalu menolong, memberi nasehat, dan membantu mengerjakan sesuatu padahal anak dapat melakukannya sendiri, menurut Erikson dapat membuat anak tidak mendapatkan kesempatan untuk berbuat kesalahan atau belajar dari kesalahan itu. Pada fase ini terjamin tidaknya kesempatan untuk berprakarsa (dengan adanya kepercayaan dan kemandirian yang memungkinkannya untuk berprakarsa), akan menumbuhkan kemampuan untuk berprakarsa. Sebaliknya kalau terlalu banyak dilarang dan ditegur, anak akan diliputi perasaan serba salah dan berdosa (guilty). Contoh yang dapat diamati dari kehidupan sehari-hari anak, dimana anak mencoba untuk berprakarsa dapat disimak dalam ilustrasi berikut ini. “Nadia seorang anak berusia 4 tahun pada dasarnya cukup cerdas dan selalu ingin tahu tentang sesuatu. Satu waktu ia ingin membuka lemari baju ibunya, tapi lemari itu terkunci. Nadia melihat kunci lemari itu tergantung di lemari tersebut. Dengan keberanian dan rasa ingin tahunya, Nadia mencoba memutar-mutar kunci lemari tersebut, dan akhirnya berhasil dapat membuka lemari baju ibunya”. Dari peristiwa di atas dapat difahami bahwa bila lingkungan mendukung proses berprakarsa, maka anak dapat melaksanakan dan membuktikan prakarsanya dengan senang hati. Sebaliknya, bila lingkungan tidak memberikan dukungan, maka prakarsa itu tidak dapat terwujud dan cenderung membuat anak tidak mau mencobanya lagi. Seorang ahli lain bernama Froebel (Roopnaire, J.L & Johnson, J.E., 1993) mengungkapkan bahwa masa anak merupakan suatu fase yang sangat penting dan berharga, dan merupakan masa pembentukan dalam periode kehidupan manusia. Oleh karenanya masa anak sering dipandang sebagai masa emas (golden age) bagi penyelenggaraan pendidikan. Masa anak merupakan fase yang sangat fundamental bagi perkembangan individu karena pada fase inilah terjadinya peluang yang sangat besar untuk pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang. Menurut Froebel, jika orang dewasa mampu menyediakan suatu “taman” yang dirancang sesuai dengan potensi dan bawaan anak, maka anak akan berkembang secara wajar. Jean Piaget dan Lev Vygotsky para ahli konstruktivis berpendapat bahwa anak bersifat aktif dan memiliki kemampuan untuk membangun pengetahuannya. Secara mental anak mengkonstruksi pengetahuannya melalui refleksi terhadap pengalamannya. Anak memperoleh pengetahuan bukan dengan cara menerima secara pasif dari orang lain, melainkan dengan cara membangunnya sendiri secara aktif melalui interaksi denganlingkungannya. Anak adalah makhluk belajar aktif yang dapat mengkreasidan membangun pengetahuannya. Dalam kehidupan sehari-hari dapat kita saksikan anak tidak takut untuk mencoba dan menemukan sesuatu. Seorang anak yang baru dapat berjalan akan terus mencoba menaiki tangga walaupun tangga itu cukup tinggi. Ia akan menunjukkan sikap mencoba dengan terus menerus menaiki tangga tersebut. Aktivitas seperti itu terus diulang seolah anak tidak lelah melakukannya. Ketika anak mencoba seperti itu, anak mengamati dan membangun pengetahuannya sendiri. Di lingkungan sekitar Anda, pasti anda juga dapat menemukan aktivitasaktivitas anak yang menggambarkan rasa keingintahuan, keberanian untuk mencoba, dan keberanian anak dalam menyimpulkan pengetahuan yang diperoleh anak dari lingkungannya. Anak yang ada dalam gambar di samping menurut Anda apakah juga sedang menunjukkan rasa ingin tahunya? Apa kira-kira yang ada dalam pikiran anak saat itu? 2) Ciri Masa Kanak-kanak Moeslichatoen R. (dalam Tim Dosen FIP IKIP Malang:1988) mengemukakan ciri pertumbuhan kejiwaan anak TK sebagai berikut. a) Kemampuan melayani kebutuhan fisik secara sederhana sudah mulai tumbuh. b) Mulai mengenal kehidupan sosial dan pola sosial yang berlaku yang manifestasinya nampak: kesenangan untuk berkawan, kesanggupan mematuhi peraturan, menyadari hak dan tanggungjawab, kesanggupan bergaul dan bekerjasama dengan orang lain. c) Menyadari dirinya berbeda dengan anak lain yang mempunyai keinginan dan perasaan tertentu. d) Masih tergantung pada orang lain dan memerlukan perlindungan dan kasih sayang orang lain. e) Belum dapat membedakan antara yang nyata dengan khayal f) Mempunyai kesanggupan imitasi dan identifikasi kesibukan orang dewasa (dalam bentuk sederhana) di sekitarnya melalui kegiatan bermain. g) Kemampuan memecahkan persoalan dengan berpikir berdasarkan hal-hal kongkrit. h) Kemampuan menyesuaikan reaksi emosi terhadap kejadian yang dialami, sehingga anak dapat dilatih untuk menguasai dan mengarahkan ekspresi perasaan dalam bentuk yang lebih baik. i) Dorongan untuk mengeksploitasi lingkungan fisik dan sosial mulai tumbuh dengan ditandai seringnya bertanya tentang segala sesuatu kepada orang di sekitarnya untuk memperoleh informasi atau pengalaman. Rasa ingin tahu dan sikap antusias yang kuat terhadap segala sesuatu merupakan ciri yang menonjol pada anak usia 4-5 tahun. Anak memiliki sikap berpetualang (adventurousness) yang kuat. Anak akan banyak memperhatikan, membicarakan atau bertanya tentang berbagai hal yang sempat dilihat atau didengarnya. Minatnya yang kuat untuk mengobservasi lingkungan dan bendabenda di sekitarnya membuat anak usia 4-5 tahun senang ikut bepergian ke daerah-daerah. Ia akan sangat mengamati bila diminta untuk mencari sesuatu. Bagi pertumbuhan fisik, anak usia 4-5 masih memerlukan aktivitas yang banyak. Kebutuhan anak untuk melakukan berbagai aktivitas sangat diperlukan, baik untuk pengembangan otot-otot kecil maupun otot-otot besar. Gerakan-gerak fisik ini tidak sekedar penting untuk mengembangkan keterampilan fisik saja, tetapi juga dapat berpengaruh positif terhadap penumbuhan rasa harga diri anak dan bahkan perkembangan kognisi. Keberhasilan anak dalam menguasai keterampilan-keterampilan motorik dapat membuat anak bangga akan dirinya. Sejalan dengan perkembangan keterampilan fisik, anak usia sekitar lima tahun semakin berminat pada teman-temannya. Ia akan mulai menunjukkan hubungan dan kemampuan bekerja sama yang lebih intens dengan teman-temannya. Anak memilih teman berdasarkan kesamaan aktivitas dan kesenangan. Kualitas lain dari anak usia ini adalah abilitas untuk memahami pembicaraan dan pandangan orang lain semakin meningkat sehingga keterampilan komunikasinya juga meningkat. Penguasaan akan keterampilan berkomunikasi ini membuat anak semakin senang bergaul dan berhubungan dengan orang lain. Anak usia TK adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan sangat pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak memiliki dunia dan karakteristik tersendiri yang jauh berbeda dari dunia dan karakteristik orang dewasa. Anak sangat aktif, dinamis, antusias dan hampir selalu ingin tahu terhadap apa yang dilihat dan didengarnya serta seolah-olah tak pernah berhenti untuk belajar. b. Perkembangan Anak Perkembangan adalah suatu perubahan fungsional yang bersifat kualitatif, baik dari fungsi-fungsi fisik maupun mental sebagai hasil keterkaitannya dengan pengaruh lingkungan. Perkembangan ditunjukkan dengan perubahan yang bersifat sistematis, progresif dan berkesinambungan. 1) Perubahan Bersifat Sistematis Perubahan dalam perkembangan yang ditunjukkan dengan adanya saling kebergantungan atau saling mempengaruhi antara aspek-aspek fisik dan psikis dan merupakan satu kesatuan yang harmonis. Misalnya anak diperkenalkan bagaimana cara memegang pensil, membuat huruf-huruf dan diberi latihan oleh orang tuanya. Kemampuan belajar menulis akan mudah dan cepat dikuasai anak apabila proses latihan diberikan pada saat ototototnya telah tumbuh dengan sempurna, dan saat untuk memahami bentuk huruf telah diperoleh. Dengan demikian anak akan mampu memegang pensil dan membaca bentuk huruf. 2) Perubahan Bersifat Progresif Perkembangan yang ditunjukkan dengan adanya perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat dan mendalam baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Misalnya, perubahan pengetahuan dan kemampuan anak dari yang bersifat sederhana berkembang ke arah yang lebih kompleks. 3) Perubahan Bersifat Berkesinambungan Berkesinambungan ditunjukkan dengan adanya perubahan yang berlangsung secara beraturan atau berurutan, tidak bersifat meloncat-loncat atau karena unsur kebetulan. Misalnya, agar anak mampu berlari maka sebelumnya anak harus mampu berdiri dan merangkak terlebih dahulu. Melalui belajar anak akan berkembang, dan akan mampu mempelajari hal-hal yang baru. Perkembangan akan dicapai karena adanya proses belajar, sehingga anak memperoleh pengalaman baru dan menimbulkan perilaku baru. c. Aspek Perkembangan Anak Menurut Hadis (2003: 5), secara garis besar ada empat aspek perkembangan yang perlu ditingkatkan dalam kegiatan pengembangan anak, yaitu: perkembangan fisik, kognitif, bahasa, dan sosial-emosional. Namun dalam bahasan kali ini hanya akan dibicarakan tentang perkembangan fisikmotorik, kognitif dan bahasa, sedangkan perkembangan sosial-emosional akan dibahas secara terpisah. 1) Perkembangan Motorik Pertumbuhan fisik pada setiap anak tidak selalu sama, ada beberapa anak yang mengalami pertumbuhan secara cepat, tetapi ada pula yang mengalami keterlambatan. Pada masa kanak-kanak, pertumbuhan tinggi badan dan berat badan relatif seimbang, tetapi secara bertahap tubuh anak akan mengalami perubahan. Bilamana di masa bayi anak memiliki penampilan yang gemuk maka secara perlahan-lahan tubuhnya berubah menjadi lebih langsing, sedangkan kaki dan tangannya mulai memanjang. Ukuran kepalanya masih tetap besar jika dibandingkan dengan tubuhnya, namun pada akhir masa kanak-kanak ukuran kepalanya tidak lagi terlalu besar jika dibandingkan dengan tubuhnya. Selain berubahnya berat dan tinggi badan, anak juga mengalami perubahan fisik secara proporsional. Pada masa kanak-kanak, anak mengalami perubahan fisik menuju proporsi tubuh yang lebih serasi, walaupun tidak seluruh bagian tubuh dapat mencapai proporsi kematangan dalam waktu yang bersamaan. Perubahan proporsi tubuh mempunyai irama pertumbuhan sendiri, ada yang tumbuh cepat dan ada pula yang lambat, namun semuanya akan mencapai taraf kematangan ukuran tepat pada saatnya. Pola perubahan yang cenderung berbeda pada setiap anak menyebabkan pertumbuhan fisik anak-anak tampak berbeda satu sama lain. Misalnya ada beberapa anak yang memiliki kepala terlihat seperti lebih besar dari badannya, sedangkan yang lain justru seolah-olah mempunyai kepala yang terlalu kecil, ada tungkai kakinya yang panjang, tapi ada pula yang pendek. Perubahan fisik dan perubahan proporsi tubuh anak yang terjadi pada masa pertumbuhan, akan mempengaruhi bagaimana anak ini memandang dirinya dan bagaimana dia memandang orang lain. Hal ini akan tercermin dari pola penyesuaian diri anak. Seorang anak misalnya, yang terlalu gemuk akan mulai menyadari bahwa dia tidak dapat mengikuti permainan yang dilakukan oleh teman sebayanya, karena setiap aturan permainan tidak dapat dipatuhinya atau karena secara fisik anak selalu kalah dalam permainan. Dipihak lain, teman-temannya akan menganggap anak gemuk itu terlalu lamban dan tidak perlu diajak bermain lagi. Kondisi ini akan menimbulkan perasaan tidak mampu dan tidak disenangi teman-temannya, sehingga dapat mempengaruhi pembentukan konsep dirinya, pada akhirnya akan mempengaruhi perkembangan kepribadian anak. Pertumbuhan fisik yang dialami anak akan mempengaruhi proses perkembangan motoriknya. Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otototot yang terkoordinasi. Sebagian besar waktu anak dihabiskan dengan bergerak dan kegiatan bergerak ini akan sangat menggunakan otot-otot yang ada pada tubuhnya. Gerakan yang banyak menggunakan otot-otot kasar disebut motorik kasar (gross motor) yang digunakan untuk melakukan aktivitas berlari, memanjat, melompat atau melempar. Sementara gerak yang menggunakan otot-otot halus yang disebut motorik halus (fine motor) cenderung hanya digunakan untuk aktivitas menggambar, meronce, menggunting, menempel atau melipat. Berbagai kemampuan yang dimiliki anak dalam menggunakan otot-otot fisiknya baik otot halus maupun otot kasar dapat menimbulkan rasa percaya diri pada anak bahwa anak mampu menguasai keterampilan-keterampilan motorik. Keterampilan motorik yang berbeda memainkan peran yang berbeda dalam penyesuaian sosial dan pribadi anak. karena keterampilan motorik ini memiliki dua fungsi, pertama, membantu anak untuk memperoleh kemandiriannya, dan kedua, untuk membantu mendapatkan penerimaan sosial. Untuk mencapai kemandirian, anak harus mempu mempelajari dan menguasai keterampilan motorik yang memungkinkan anak mampu melakukan segala sesuatu bagi dirinya sendiri. Keterampilan ini meliputi keterampilan makan, memakai baju, mandi, dan merawat diri sendiri. Untuk mendapatkan penerimaan sosial, anak dituntut untuk mampu melakukan berbagai keterampilan seperti membantu pekerjaan rumah atau pekerjaan sekolah, menguasai keterampilan-keterampilan sekolah seperti menggambar, melukis, menari, meronce atau anak juga mampu melakukan ketermpilan yang berkaitan dengan aktivitas bermain bola, memanjat atau melempar. Berbagai keterampilan motorik di atas, selayaknya dikuasai anak pada masa kanak-kanak, karena pada diri anak akan terbentuk rasa percaya diri, memiliki sifat mandiri dan mendapatkan penerimaan dari teman-teman sebayanya. Sebaliknya bila anak tidak mampu menguasai keterampilan motorik tersebut, anak cenderung akan merasa putus asa, tidak percaya diri, merasa diri tidak bisa melakukan apa-apa yang pada akhirnya dapat terbentuk penyesuaian sosial dan pribadi yang buruk. Seiring dengan perkembangan fisik yang beranjak matang, perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya. Masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas. Anak cenderung menunjukkan gerakan-gerakan motorik yang cukup gesit dan lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik, seperti menulis, menggambar, melukis, berenang, main bola dan atletik. Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan. Dengan kata lain, perkembangan motorik sangat menunjang keberhasilan belajar anak nanti di sekolah dasar. Pada masa usia ini, kematangan perkembangan motorik umumnya sudah mulai dicapai, karena itu anak sudah mulai siap untuk menerima kegiatan yang berkaitan dengan keterampilan. 2) Perkembangan Kognitif Kognitif atau sering disebut kognisi mempunyai pengertian yang luas mengenai berfikir dan mengamati. Ada yang mengartikan bahwa kognitif adalah tingkah laku-tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan. Selain itu kognitif juga dipandang sebagai suatu konsep yang luas dan inklusif yang mengacu kepada kegiatan mental yang terlibat di dalam perolehan, pengolahan, organisasi dan penggunaan pengetahuan. Proses utama yang digolongkan di bawah istilah kognisi yaitu mendeteksi, menafsirkan, mengelompokkan dan mengingat informasi, mengevaluasi gagasan, menyimpulkan prinsip dan kaidah, mengkhayal kemungkinan, menghasilkan strategi dan berfantasi. Bila disimpulkan maka kognisi dapat dipandang sebagai kemampuan yang mencakup segala bentuk pengenalan, kesadaran, pengertian yang bersifat mental pada diri individu yang dig

Item Type: Thesis (Skripsi(S1))
Subjects: S1-Skripsi
Divisions: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > PGSD 2014
Depositing User: Iyas -
Date Deposited: 12 Jul 2016 03:29
Last Modified: 12 Jul 2016 03:29
URI: http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/5567

Actions (login required)

View Item View Item