PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS TENTANG PERGERAKAN NASIONAL PADA SISWA KELAS V SDN TENJOLAYA 2

Wina Widyawati, 105060025 (2016) PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS TENTANG PERGERAKAN NASIONAL PADA SISWA KELAS V SDN TENJOLAYA 2. Skripsi(S1) thesis, FKIP UNPAS.

[img] Text
cover skripsi.docx

Download (44kB)
[img] Text
LAIN-LAIN SKRIPSI WINA.docx

Download (107kB)
[img] Text
DAFTAR ISI wn.docx

Download (22kB)
[img] Text
SKRIPSI KOMPLIT 1-5.docx
Restricted to Repository staff only

Download (199kB)
[img] Text
DAFTAR ISI wn.docx

Download (22kB)
[img] Text
DAFTAR PUSTAKA SKRIPSI.docx

Download (21kB)

Abstract

ABSTRAK Dalam praktek pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas V SDN Tenjolaya 2 Kecamatan Cicalengka, kemampuan siswa dalam materi pergerakan nasional belum sesuai dengan apa yang diinginkan. Masalah tersebut dikarenakan siswa kurang termotivasi untuk belajar, sehingga siswa tidak bisa menguasai pelajaran secara optimal. Disamping itu, model pembelajaran yang dikembangkan masih belum mampu mengkondisikan kemampuan siswa untuk mengembangkan pengetahuannya secara mandiri. Berdasarkan kondisi tersebut maka disusunlah rumusan masalah sebagai berikut. Bagaimanakah kreativitas belajar siswa selama proses pembelajaran dengan Menggunakan model bermain peran pada siswa kelas V SDN Tenjolaya 2 ?. Bagaimanakah hasil belajar siswa kelas V SDN Tenjolaya 2 pada pembelajaran IPS sejarah setelah menggunakan model bermain peran ?. Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas maka diterapkanlah suatu metode pembelajaran yaitu metode bermain peran. Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas, dengan model PTK Kemmis and Taggart, dan istrumen yang digunakan adalah observasi, wawancara, tes dan catatan lapangan yang dapat menunjang penggunaan model tersebut.Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan sebanyak tiga siklus, diperoleh peningkatan presentase sebagai berikut. Mulai dari siklus I rata-rata 62,67, siswa yang tuntas 45% dan siswa yang belum tuntas 55%. Pada siklus II meningkat rata-rata 75,67, siswa yang tuntas 87,5% dan yang belum tuntas 12,5%. Pada siklus III meningkat nilai rata-rata menjadi 90, siswa yang tuntas 100% dan yang belum tuntas 0%. Dengan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode bermain peran dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pergerakan nasional. Disarankan bagi semua pihak dapat menerapkan metode bermain peran dalam materi pergerakan nasional, karena dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih aktif. Kata kunci : Metode Bermain Peran, Aktivitas dan Hasil Belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dasar mempunyai peranan yang sangat penting dalam usaha meningkatkan sumber daya manusia di masa yang akan dating, karena pendidikan dasar merupakan pondasi pada pendidikan selanjutnya, dan pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada para siswa untuk mengembangkan kehidupannya. Pendidikan merupakan hak setiap warga Negara, maka didalamnya mengandung makna bahwa pemberian layanan pendidikan kepada individu, masyarakat, dan warga Negara adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah masyarakat dan keluarga. Oleh karena itu, manajemen system pembangunan pendidikan harus dirancang dan dilaksanakan secara terpadu dan diarahkan pada peningkatan akses pelayanan yang seluas-luasnya bagi warga masyarakat, bermutu, efektif dan efisien dari perspektif manajemen. Pendidikan adalah pembentukan tingkah laku individu setelah melalui kegiatan interaksi dengan lingkungannya.Perubahan-perubahan yang dikehendaki dengan adanya pendidikan bukan hanya menyangkut aspek pengetahuan, namun lebih dari itu pendidikan bertujuan merubah aspek sikap dan keterampilan. Pendidikan juga tidak hanya menyangkut perkembangan intelektual saja, akan tetapi lebih menekankan pada proses pembinaan kepribadian siswa secara menyeluruh sehingga anak menjadi lebih dewasa. Pendidikan merupakan hak setiap warga Negara, maka didalamnya mengandung makna bahwa pemberian layanan pendidikan kepada individu, masyarakat, dan warga Negara adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat dan keluarga. Oleh karena itu, manajemen system pembangunan pendidikan harus dirancang dan dilaksanakan secara terpadu dan di arahkan pada peningkatan akses pelayanan yang seluas-luasnya bagi warga masyarakat, bermutu, efektif, dan efisien dari perspektif manajemen. Pendidikan Nasional yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membuat watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003 pasal 1 tentang sekdiknas, dikatakan bahwa “Pendidikan adalah salah satu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Jadi pendidikan tidak mungkin terselenggara dengan baik bilamana para tenaga kependidikan maupun para peserta didik tidak di dukung oleh sumber belajar yang diperlukan untuk penyelenggaraan kegiatan belajar yang bersangkutan Dalam UU No 14 Tahun 2005 pasal 6 tentang kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga professional bertujuan untuk melaksanakan system pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Salah satu mata pelajaran yang dapat membentuk peningkatan kepribadian adalah dengan memberikan pelajaran IPSnyang merupakan salah satu alat fungsional yang dapat menjembatani pencapaian proses perkembangan tingkat pemahaman atau penigkatan kepribadian seorang siswa sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) adalah salah satu mata pelajaran yang dapat memberikan wawasan pengetahuan yang luas mengenai masyarakat local maupun global sehingga mampu bersama-sama dengan masyarakat lainnya. IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah social di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan. Sasaran umum pendidikan IPS adalah menciptakan warga Negara yang mampu mengerti masyarakatnya dan pengembangan masyarakat. Keberhasilan suatu proses belajar termasuk di dalamnya hasil belajar siswa SD, dipengaruhi oleh beberapa factor eksternal. Pengaruh internal dimaksudkan factor pengaruh yang dating dari pribadi anak itu sendiri, sedangkan factor eksternal yaitu factor pengaruh yang datang datang luar diri anak didik. Fungsi mata pelajaran IPS di sekolah dasar adalah mengembangkan sikap rasional masyarakat dunia di masa lampau dan masa kini. Sedangkan tujuan mata pelajaran IPS di sekolah dasar adalah mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari serta mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari serta mampu mengembangkan pemahaman tentang perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini sehingga siswa memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dan cinta kepada tanah air, hal tersebut selaras pula dengan fungsi dan tujuan yang tercantum pada kurikulum 2006. Penerapan fungsi dan tujuan mata pelajaran IPS di sekolah Dasar ( SD ) sangat penting untuk dilaksanakan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang dapat menunjang pencapaian fungsi dan tujuan tersebut. Sebagian besar siswa sekolah dasar tidak dapat mengikuti pelajaran IPS dengan baik karena IPS dianggap mata pelajaran yang membosankan, materi pelajaran yang terlalu banyak, sehingga membuat siswa menjadi jenuh, malas dan pasif. Guru hanya mengejar target kurikulum dan memberi siswa hanya dengan pengetahuan saja. Dalam Al Muchtar ( 2004 : 5 ), “IPS merupakan bidang studi yang menjemukan dan kurang menantang minat belajar siswa, bahkan lebih dari itu dipandang sebagai kelas dua oleh siswa. Hal ini diduga bersumber pada lemahnya mutu proses belajar. Sesuai dengan materi yang dia ajarkan tentang Pergerakan Nasional, maka nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus tepat dengan materi tersebut, diantaranya niali pendidikan budaya dan karakter banagsa adalah (1) cinta tanah air : memiliki rasa cinta yang besar terhadap tanah air, yang ditunjukan dengan menjaga tanah air yang memiliki cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukan sikap kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhdap bangsa, lingkungan social, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. (2) Kreatif : memiliki pola piker yang kreatif dan dapat mengembanagkan bakatnya serta menghasilkan sesuatu yang baru yang berasal dari idenya sendiri. (3) Rasa ingin tahu : memiliki sikap dan keinginan untuk mengetahui sesuatu yang selalu berupaya mengetahuai lebih mendalam secara luas dari apa yang dilihat, dibaca, didengar dan dipelajari. (4) Semangat kebangsaan : memiliki sikap patriotism dalam menjaga keamanan dan ketertiban bangsa dan Negara tetapi hal tersebut masih belum seutuhnya diterapkan didalam proses pembelajaran yang nyata khususnya pada tingkat Sekolah Dasar. Untuk menerapkan hal tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, dimulai dengan cara kompetensi pada guru, baik dalam penyampaian materi, penggunaan metode, media, model, dan teknik mengajar yang tepat bagi para siswa serta harus sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Guru yang dapat diakatakan propesional pada hakikatnya adalah guru yang mampu menyampaikan materi pembelajaran secara tepat sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik. Namun demikian, pada hakikatnya untuk mencapai tujuan tersebut perlu berbagai latihan, termasuk salah satunya dengan menggunakan model dan media pembelajaran yang tepat bagi para peserta didik Pada suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan peserta didik secara utuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong peserta didik untuk dapat meberapkannya dalam kehidupan mereka. Tingkat pencapaian keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar, selain ditentukan oleh kompetensi guru, juga dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal antara lain faktor pribadi, faktor alat bantu ( media pembelajaran ), sumber pembelajaran, dan metode yang diterapkan dalam proses belajar mengajar. Dalam memilih metode pembelajaran, guru harus lebih bias memilih metode yang tepat untuk dijadikan bahan ajar. Penggunaan metode yang monoton akan mengakibatkan kejenuhan dan kurangnya perhatian siswa didalam kelas.Salah satu cara untuk menciptakan Susana yang menyenangkan di dalam kelas, pengajar harus merancang strategi belajar semenarik mungkin. Sebagai fasilitator yang baik, diharapkan proses belajar akan mempunyai makna bagi pelajar. Dalam menciptakan suasana yang disukai oleh siswa guru perlu melakukan suatu inovasi, salah satunya dengan menggunakan model bermain peran yang menarik dan meningkatkan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran. Dengan demikian diharapkan siswa dapat lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran serta dapat lebih memahami pelajaran. Penggunaan model atau metode dalam setiap pembelajaran, merupakan salah satu upaya guru dalam membangkitkan kreativitas dan minat belajar siswa khususnya pada pembelajaran IPS yang pada akhirnya dapat mengurangi kejenuhan dalam proses belajar mengajar siswa. Dengan strategi model pembelajaran tersebut diharapkan siswa akan lebih aktif dan kreatif terutama siswa sekolah dasar yang cenderung masih suka bermain sesuai dengan tingkat perkembangannya. Dalam penerapannya, penerapan pembelajaran harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan siswa karena masing-masing model pembelajaran memiliki tujuan, prinsip yang berbeda-beda. Model pembelajaran yang peneliti gunakan adalah model bermain peran, model ini memerankan cara bertingkah laku dalam hubungan social, yang lebih menekankan pada kenyataan-kenyataan dimana para murid diikut sertakan dalam mendramakan masalah-masalah hubungan social. Model bermain peran diyakini akan mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi siswa, sebab biasanya siswa sangat antusias atau memperhatikan sekali terhadap pelajaran. Peneliti mencoba meneliti melalui Penelitian Tindakan Kelas dengan memanfaatkan kemajuan Ilmu Teknologi yang berkembang sebagai model pembelajaran. Dalam prosesnya, guru berpedoman pada kurikulum. Kurikulum adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Melalui kurikulum diharapkan dapat membentuk tingkah laku berupa kemampuan-kemampuan actual dan potensial dari para siswa. Pada hakikatnya pembelajaran adalah suatu proses komunikasi yang bersifat timbal balik, baik antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa bertukar pikiran untuk mengembangkan ide atau pikiran dan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Tugas guru adalah menyampaikan materi pelajaran kepada siswa melalui interaksi komunikasi dalam pembelajaran yang dilakukannya. Keberhasilan guru dalam menyampaikan materi sangat tergantung pada kelancaran interaksi komunikasi antara guru dan siswanya. Ketidak lancaran komunikasi membawa akibat terhadap pesan yang diberikan. Tingkat pencapaian keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar, selain ditentukan oleh kompetensi guru, dipengaruhi juga oleh factor pribadi, media pembelajaran, sumber pembelajaran, dan model / metode yang diterapkan dalam proses belajar mengajar. Dalam menciptakan suasana yang disukai oleh siswa guru perlu melakukan inovasi, salah satunya dengan model bermain peran. Dengan demikian diharapkan siswa dapat lebih antusias dan meningkatkan kreativitasnya dalam mengikuti proses pembelajaran. Sesuai dengan fakta yang terjadi, menunjukan bahwa penilaian IPS di SD lebih menekankan pada aspek penguasaan pengetahuan. Hal ini dapat dilihat dari penilaian yang biasanya dilakukan guru, lebih banyak menekankan pada aspek pengulangan materi dengan cara mengingat dan menghafal yang bahannya bersumber dari buku. Penekanan lebih banyak pada hasil belajar daripada proses belajar ( Al Muchtar, 2004:24 ). Permasalahan siswa dalam pembelajaran IPS terutama pada pelajaran Sejarah di SDN Tenjolaya 2 kelas V memiliki kesamaan yaitu : 1.Kurangnya siswa dilibatkan dalam proses pembelajaran 2.Minat siswa dalam belajar sangat rendah, hal ini disebabkan karena siswa hanya diberikan tugas-tugas dalam buku pelajaran oleh guru 3. Siswa masih beranggapan guru sebagai satu-satunya sumber belajar, tampak pada saat pembelajaran siswa hanya menerima yang diberikan oleh guru untuk dihafalkan. Dengan permasalahan tersebut ternyata kreatifitas siswa sangat rendah, permasalahan tersebut diakibatkan karena proses pembelajaran selalu terpusat pada guru atau teacher centered dan guru selalu menggunakan metode konvensional dalam pembelajaran IPS. Selain itu penggunaan metode mengajar yang kurang mengarah kepada berfikir kreatif dan inovatif. Maka dari itu untuk mengatasi permasalahan tersebut penulis berusaha memperbaiki proses pembelajaran dengan menggunakan model bermain peran, karena model bermain peran ditafsirkan mampu meningkatkan proses pembelajaran. Bermain peran adalah acting atau memerankan tokoh sesuai dengan karakter tokoh yang mereka perankan ini sejalan dengan pendapat Nawawi (Setiadi Agus,2012:56). Dengan digunakannya model tersebut dapat memecahkan permasalahan pada pembelajaran IPS di SDN Tenjolaya 2. Selain itu menurut Syah ( 1997:75 ) “dari sekian banyak pendekatan mengajar yang dipandang relevan dengan pemahaman nilai-nilai sosial adalah bermain peran, karena melibatkan siswa dalam pembelajaran dan menuntut kemampuan guru dalam memodifikasi kegiatan belajar mengajar”. Dengan melihat permasalahan tersebut, maka judul dalam penelitian ini adalah “PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS TENTANG PERGERAKAN NASIONAL PADA SISWA KELAS V SDN TENJOLAYA 2”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis menemukan beberapa masalah diantaranya : 1.Kurangnya siswa dilibatkan dalam proses pembelajaran 2.Minat siswa dalam belajar sangat rendah, hal ini disebabkan karena siswa hanya diberikan tugas-tugas dalam buku pelajaran oleh guru 3. Siswa masih beranggapan guru sebagai satu-satunya sumber belajar, tampak pada saat pembelajaran siswa hanya menerima yang diberikan oleh guru untuk dihafalkan. C. Rumusan Masalah Masalah yang menjadi fokus penelitian tindakan kelas ini adalah “Apakah metode bermain peran dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam IPS sejarah di kelas V SDN Tenjolaya 2 Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung?” Rumusan masalah tersebut dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1.Bagaimana perencanaan penerapan metode bermain peran pada siswa kelas V SDN Tenjolaya 2 ? 2. Bagaimana pelaksanaan penerapan metode bermain peran pada siswa kelas V SDN Tenjolaya 2 ? 3. Apakah penerapan metode bermain peran dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada siswa kelas V SDN Tenjolaya 2 ? D. Pembatasan Masalah Permasalahan mendasar utama, pada pelaksanaan proses pembelajaran guru masih belum mampu mengkondisikan siswa untuk mengembangkan pengetahuannya secara mandiri dalam materi tentang menghargai tokoh-tokoh perjuangan dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. 1. Gambaran penerapan pada model bermain peran untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam materi pergerakan nasional kelas V Semester 2 SDN Tenjolaya 2 Kecmatan Cicalengka ? 2. Tujuan pembelajaran di kelas V dengan menggunakan model bermain peran dimaksudkan agar tercapai pembelajaran yang menarik. 3. Model bermain peran sebagai alat bantu pada kegiatan pembelajaran IPS agar lebih efektif,menarik dan menyenangkan, serta materi pelajaran akan lebih dipahami siswa. E. Tujuan Penelitian Tujuan pelaksanaan penelitian ini yaitu untuk mengetahui dalam menggunakan model bermain peran sebagai upaya untuk meningkatkankreativitas siswa dalam pelajaran IPS sejarah. Tujuan penelitian diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui keadaan siswa dalam Penggunaan Metode Bermain Peran untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa tentang Pergerakan Nasional Kelas V Semester 2 SDN Tenjolaya Kecamatan Cicalengka. 2. Untuk mengetahui proses pelaksanaan Penggunaan Metode Bermain Peran untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa tentang Pergerakan Nasional Kelas V Semester 2 SDN Tenjolaya Kecamatan Cicalengka. 3. Untuk mengetahui peningkatan pembelajaran IPS dengan Penggunaan Metode Bermain Peran untuk peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa tentang Pergerakan Nasional Kelas V Semester 2 SDN Tenjolaya Kecamatan Cicalengka F. Manfaat Penelitian Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan keilmuan dan dapat memberikan sumbangan terhadap upaya peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas penilaian hasil belajar peserta didik. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1.Bagi Guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan praktis bagi guru,meningkatkan profesionalisme guru dalam pembelajaran, dapat mengembangkan secara aktif pengetahuan dan keterampilan khususnya guru-guru SDN Tenjolaya 2 Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung tentang peningkatan kualitas hasil belajar siswa. 2.Bagi Siswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan diharapkan dapat memberikan pengalaman bahwa pelajaran IPS Sejarah tidak membosankan sehingga tumbuh minat belajar siswa dalam pelajaran IPS. 3.Bagi Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan positif bagi sekolah, meningkatkan kualitas sekolah dan meningkatkan kualitas lulusannya. 4.Bagi Dinas Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan dalam upaya mengefektifkan pembinaan dan pengelolaan pembelajaran IPS dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah dasar. 5.Bagi peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dalam menerapkan model bermain peran serta dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh 6.Manfaat bagi PGSD Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mahasiswa untuk menjadi bahan acuan menghadapi profesi guru. G. Definisi Operasional 1.IPS IPS adalah teori konsep , dan prinsip yang ada dan berlaku pada Ilmu Sosial, yang membina hubungan antar manusia dengan lingkungan masyarakatnya dengan segala permasalahannya. 2. Pembelajaran Pembelajaran adalah suatu proses kegiatan yang ditata dan diatur sedemikian rupa dengan didasarkan pada berbagai aspek konsep hakikat pembelajaran, maupun ktentuan-ketentuan yang mengatur pelaksanaan pendidikan pada umumnya dan pembelajaran secara lebih khusus. 3.Kreativitas Kreativitas merupakan penyatuan pengetahuan dari berbagai bidang pengalaman untuk menghasilkan ide-ide yang baru dan lebih baik. 4.Bermain Peran Bermain peran adalah cara mendramatisasikan cara bertingkah laku orang-orang tertentu didalam posisi yang membedakan peranan masing-masing. 5. Hasil Belajar Hasil Belajar adalah kemampuan siswa setelah memperoleh pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya, yang ditandai dengan suatu perubahan pada individu yang meliputi perubahan dibidang pengetahuan, kecakapan, sikap dan ketrampilan yang lebih baik dari semula. BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Hakekat IPS a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Istilah Ilmu Pengetahuan social ( IPS ) merupakan mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dan menengah atau nama program studi di perguruan tinggi yang identic dengan istilah “social studies’. Pendidikan IPS merupakan salah satu pelajaran yang dapat memberikan wawasan pengetahuan yang luas mengenai masyarakat local maupun global sehingga mampu hidup bersama-sama dengan masyarakat lainnya Secara ideal Djahri ( 1993 : 31 ) mengkonsepkan bahawa Program pembelajaran IPS adalah : a) secara kognitif melatih dan membekali anak didik dengan konsep pengetahuan yang layak; kemampuan berpikir dan memecahkan masalah yang cukup; (b) secara skill membekali kemampuan penalaran dan belajar yang luas; (c) secara moral afektual membina pembekalan tatanan nilai, keyakinan, dan keadilannya maupun pengalaman dan kemampuan afektual siswa; dan (d) secara social membina ketegaran akan harga diri.Nu’man Soemantri ( dalam Nurdiman Sanggi, 2010: 12 ) menyatakan bahwa : IPS merupakan pelajaran ilmu-ilmu sosoal yang disederhanakan untuk pendidikan tingkat SD, SLTP, dan SLTA. Penyederhanaan tersebut mengandung arti: a) menurunkan tingkat kesukaran ilmu-ilmu social yang biasanya dipelajari di universitas menjadi pelajaran yang sesuai dengan kematangan berfikir siswa siswi dalam sekolah dasar dan lanjutan, b)mempertautkan dan memadukan bahan aneka cabang ilmi-ilmu social dan kehidupan masyrakat sehingga menjadi pelajaran yang mudah diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa Ilmu pengetahuan social secara sederhana diartikan sebagai studi tentang manusia yang dipelajari oleh anak didik ditingkat sekolah dasar dan menengah. Pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. Berdasarkan tingkat jenjang sekolahnya, jumlah bidang keilmuan yang dilibatkan di dalam IPS berbeda-beda. Di tingkat Sekolah Dasar, bidangnya terutama terdiri dari Geografi dan Sejarah, ditingkatnSekoalh Lanjutan terdiri dari Geografi, Sejarah, Ekonomi, dan Antropologi. Sedangkan di Perguruan Tinggi hamper seluruh bidang Keilmuan Sosial dilibatkan pada kerangka kerja IPS. Pembelajaran IPS juga berkaitan erat dengan ilmu social. Ilmu Sosial adalah ilmu pengetahuan yang membahas tentang hubungan manusiadengan masyarakat dan hubungan social kemasyarakatan, yang membinakerukunan dan tata laku hidup bermasyarakat. b. Karakteristik Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial IPS memiliki ciri dan karakteristik yang membedakan dengan disiplin ilmu lainnya. Bidang garapan IPS tidak akan lepas dari hubungan manusia dengan lingkungannya, baik lingkungan yang hidup, maupun lingkungan yang tidak hidup. Sedangakan Somantri ( 1997 : 76 ) menyatakan tentang ciri utama yang menjadi jati diri pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, yaitu “ Kerjasama disiplin ilmu pendidikan dengan ilmu social untuk tujuan pendidikan”. Dalam mengembangkan kerjasama tersebut perlu diperhatikan upaya memilih dan menyederhanakan bahan, mengorganisir, dan menyajikan bahan secara ilmiah dan psikologis, serta melaksanakan evaluasi hasil belajar untuk tujuan pendidikan Ilmu pengetahuan Sosial. Menurut Somantri ( 1997 : 77 ) pendekatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dikelompokan menjadi 3 ( tiga ) yaitu : 1) Pendidikan Ilmu pengetahuan Sosial sebagai pendekatan kewarganegaraan. 2) Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai pendekatan konsep dan Generalisasi yang ada dalam ilmu-ilmu social. 3) Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang pendekatannya menyerap dan mengembangkan bahan pendidikan dari kehidupan social masyarakat. Berdasarkan pendapat Somantri di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pendekatan yang dilakukan pembelajaran tentang kewarganegaraan dilakukan dalam pembelajaran tentang kewarganegaraan dilakukan melalui pembelajaran IPS, lalu IPS adalah bagian dari ilmu social yang bersifat umum atau general, dan materi dalam pembelajaran IPS adalah pendidikan tentang kehidupan social kemasyarakatan. Ilmu Pengetahuan Sosial juga sebagai mata pelajaran di sekolah merupakan perpaduan dari berbagai disiplin ilmu-ilmu social yang mengajarkan nilai sikap dan keterampilan kepada siswa untuk memahami lingkungan dan masalah social di sekitar siswa serta sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Dalam kurikulum 2006 dinyatakan tentang karakteristik IPS dalam proses pembelajaran, yaitu proses pembelajaran pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar yang mempunyai sifat integrated, pengembanagan materianya lebih difokuskan pada permasalahan manusia dalam hubungannya dengan masyarakat dan lingkungan social budaya. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial disekolah dasar merupakan bidang studi yang mempelajari kehidupan social yang didasarkan npada bahan kajian geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, tata Negara, dan sejarah. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang diajarkan sekolah dasar sebagaimana diungkapkan diatas, terdidiri dari bahan kajian pokok pengetahuan social dan sejarah. Bahan kajian social mencakup lingkungan social, ilmu bumi, ekonomi, dan pemerintahan. Sedangkan bahan kajian sejarah meliputi perkembangan masyarakat Indonesia dari sejak lampau hingga sekarang. Adapun fungsi pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar ialah mengembangkan pengetahuan ket perkembanagan kerampilan dasar untuk melihat kenyataan social yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pengajaran sejarah berfungsi menumbuhkan rasa kebangsaaan dan kebanggan terhadap perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lampau hingga kini. c. Tujuan Pendidikan ILmu Pengetahuan Sosial Pada dasarnya, terdapat dua pendapat mengenai tujuan pengajaran IPS di sekolah yaitu: a) Menurut Wesley ( Supriadi, 2001 : 260 ) tujuan program IPS di sekolah akan merupakan simplikasi dan distilasi dari berbagai ilmu-ilmu social. b) Menurut Massialas & smith ( Supriadi, 2001 : 260 ) tujuan IPS adalah untuk mendidik para siswa menjadi ahli ekonomi, politik, hokum, sosiologi dan pengetahuan social lainnya. Dapat disimpulkan, tujuan IPS adalah membekali siswa dengan kemampuan Mengembangkan penalarannya, di samping aspek nilai dan moral. Kemampuan tersebut dapat dikuasai oleh siswa melalui kegiatan pembelajaran. Dengan demi kian guru memiliki peran penting dalam mengembangkan dan menggunakan model pembelajaran yang dapat membekali siswa dengan kemampuan berpikir. Dalam kurikulum 2006 pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar : Berjutuan agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan tujuan pengajaran sejarah bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pemehaman tentang perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lampau hingga masa kini, sehingga memiliki rasa kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dan cinta tanah air. Pengertiannya bahwa Ilmu pengetahuan Sosial sebagai mata pelajaran tidak hanya membekali Ilmu Pengatahuan saja, lebih dari itu membekali sikap dan nilai, serta keterampilan dalam kehidupannya dimasyarakat sehingga dapat memahami lingkungan masyarakat, bangsa dengan berbagai karakteristiknya. Sebagai mata pelajaran, Ilmu Pengetahuan Sosial disekolah dasar bertolak dari kondisi nyata dimasyarakat dengan tujuan untuk memanusiakan manusia melalui seluruh aspek kehidupan manusia, agar tidak merasa asing didalam kehidupan lingkungan kemasyarakatan sendiri termasuk lingkungan social dan lingkungan sekitarnya. Kajian ini mengisyaratkan bahwa pengajaran pendidikan Ilmu pengetahuan Sosial di sekolah dasar berupaya mengembangkan pengetahuandan keterampilan dasar kepada siswa dalam upaya melihat kenyataan social yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Lebih jauh kurikulum 2006 menjelaskan bahwa aspek yang terkandung didalamnya secara umum terdapat tiga aspek ditekankan dalam pembelajaran Ilmu pengetahuan Sosial, yaitu ( 1 ) Pengetahuan, ( 2 ) keterampilan, dan ( 3 ) Nilai dan sikap. Ketiga aspek tersebut merupakan acuan yang berorientasi pada pembelajaran pendidikan Ilmu PengetahuanSosial tidak hanya terpaku pada materi yang terdapat dilingkungan sekitar siswa sehingga proses maupun hasil pembelajarannnya benar-benar bermakna bagi siswa sesuai dengan potensi diri dan harapan masyarakat. Pandangan lain mengatakan bahwa pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar lebih banyak mengajarkan tentang memahami suatu peristiwa, megenal, sikap, estetika, norma dan nilai, untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang dikemukakan oleh Djahri ( 1993 : 43 ) yang menyatakan, “Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar lebih menitik beratkan pada bagaimana mendidik siswa untuk mengenal, memahami, dan mampu megaplikasikan pengetahuan,keterampilan, niali dan moral dakam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa’. d. Karakteristik Pembelajaran Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar bersifat integratif. Materi yang dibelajarkannya merupakan akumulasi sejumlah disiplin ilmu social. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pun lebih menekankan aspek “ pendidikan” daripada “transfer konsep”. Karena melalui pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa diharapkan memahami sejumlah konsep dan melatih sikap, nilai, moral, dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. Pembelajaran adalah suatu proses, artinya langkah ke satu mempengaruhi langkah selanjutnya dalam tahap-tahap selanjutnya, antara tahap satu dengan tahap selanjutnya merupakan suatu rangkaian yang tidak bias dilepaskan. Antara materi yang lainnya ada hubungan, walaupun berbeda mata pelajarannya. Pembelajaran sebagai suatu pros es menurut Surya ( dalam Jumhana Nana,2006 : 26 ) melandaskan diri pada prinsip-prinsip : a) Sebagai usaha memperoleh perubahan tingkah laku. b) Hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan tingkah laku secara keseluruhan. c) Merupakan suatu proses. d) Terjadi karena adanya sesuatu pendorong dan tujuan yang akan dicapai. e) Merupakan bentuk pengalaman. Dari pendapat Surya tersebut, tentang prinsip pembelajaran menjelaskan bahwa hasil belajar adalah adanya perubahan pada tingkah laku, dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak tau menjadi tau. Fungsi mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah untuk mengembangkan kemampuan dan sikap rasioanal tentang gejala-gejala social, serta kemampuan tentang perkembangan masyarakat Indonesia. e. Karakteristik Pembelajaran IPS yang Efektif Pada hakekatnya pembelajaran merupakan suatu proses dimana guru dan siswa bersama-sama menciptakan lingkungan yang baik sehingga tercipta kegiatan mengajar yang berdaya guna.Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar didasarkan pada rencana pengajaran. Pengajaran akan berhasil bergantung pada rencana pengajaran yang disusun guru. Bentuk dan model pengajaran yang dirancang guru pada umumnya berupa pengajaran individual yang menuntut siswa belajar berdasarkan pengalamannya atau bentuk kelas yang kompetitif. Menurut Wahab ( 1986 : 34 ) “ Guru Ilmu Pengetahuan Sosial dalam merencanakan pelajaran dapat menciptakan suasana yang demokratis, kreatif dimana siswa terlibat secara aktif sebagai subjek maupun sebagai objek pembelajaran. Artinya pembelajaran yang dilakukan oleh guru di dalam kelas, harus menempatkan siswa bukan hanya sebagai objek pembelajan, namun juga sebagai subjek dari pembelajaran. Sebagai subjek artinya siswalah yang aktif melakukan npembelajaran, peran guru hanya sebagai pembimbing, pasilitator, dan motivator dalam pembelajaran, atau pembelajarannya bersifat terpusat pada siswa. Djahiri ( 1993 : 10 ) mengemukakan bahwa, “ kualitas suatu pengajaran diukur dan ditentukan oleh sejauh mana kegiatan belajar mengajar tertentu dapat merupakan alat perubahan tingkah laku kea rah yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan”. Sehubungan dengan itu maka guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar dikelas hendaknya mampu mengembangkan pola interaksi antara berbagai pihak yang terlibat didalamnya. Guru harus pandai memotivasi siswa untuk terbuka, kreatif, responsif, interaktif dan evaluatif. Guru tidak berperan sebagai pertransfer ilmu semata, tapi membuat siswa paham dan mengerti kenapa mereka harus mempelajari suatu materi tertentu, sehingga tercipta suatu pembelajaran yang bermakna. Dalam hal ini maka, diperlukan seorang guru yang aktif, kreatif dan inovatif dalam merancang proses pembelajaran, sehingga dalam pembelajarannya dikelas tidak selalu menggunakan satu metode saja, terlebih metode tersebut adalah metode ceramah dan penugasan saja. Guru yang baik adalah guru yang mampu menyajikan suatu materi pelajaran dengan menggunakan suatu pendekatan atau metode yang sesuai dengan materi ajarnya. Dalam konteks tersebut metode pembelajaran Bermain Peran dapat dijadikan salah satu alternatif selain metode ceramah yang hamper dijadikan sebagai satu-satunya pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar. f. Hambatan dalam Pembelajaran IPS Hambatan yang ada dalam pembelajaran IPS berasal dari factor internal dan eksternal guru. Faktor internal yang berkaitan dengan guru seperti sekolah dan siswa yang terbiasa dengan pengajaran tradisional. Faktor eksternal berkaitan dengan system selama ini berlaku system ujian yang sentralistis dengan menggunakan model test yang direncanakan dari luar. 2. Pengertian belajar Belajar merupakan suatu proses penambahan, perluasan, dan pendalaman pengetahuan, nilai dan sikap, serta keterampilan. Hal ini sesuai dengan yang di ungkapkan Fontana ( dalam Winaputra Udin, 2008 : 1.8 ) mengartikan belajar adalah suatu perubahan yang relative tetap dalam perilaku individu sebagai hasil pengalaman. Selanjutnya menurut Gagne ( dalam Winaputra Udin, 2008 : 1.8 ) belajar adalah suatu perubahan dalam kemampuan yang bertahan lama dan bukan dari proses pertumbuhan. Dapat disimpulkan bahwa seseorang telah belajar maka akan terjadi perubahan tingkah laku dari sejumlah aspek yang dimiliki seseorang. Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif,afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu 3.Hasil belajar a. Pengrtian Hasil Belajar Nana Sudjana ( Ismunandar, 2010 : 22 ) menegmukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah mereka menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan yang dimaksud adalah tingkat penguasaannyang dimiliki siswa setelah melakukan pengalaman belajarnya melalui kegiatan proses belajar mengajar. Proses itu adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran yang terdiri dari empat unsur utama yaitu tujuan, bahan, metode atau pendekatan dan alat serta penilaian. Hasil belajar menurut ( Oemar Hamalik, 2008 : 24 ) adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut. Misalnya, dari tidak tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif. b. Ranah Hasil Belajar Berdasarkan teori Taksonomi Bloom, hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain : 1) Ranah Kognitif Berkenaan dengan hasil belajar, intelektual terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. 2) RanahAfektif Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mebgatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Penilaian hasil belajar afektif kurang mendapat perhatian dari guru. Para guru lebih banyak menilai ranah kognitif semata-mata. Tipe hasil belajar apektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan social. 3) Ranah Psikomotorik Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam aspek ranah psikomotorik, (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan, (f) gerakan ekspresif dan interpretatif. Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan siswa setelah memperoleh pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya, yang ditandai dengan suatu perubahan pada individu yang meliputi perubahan dibidang pengetahuan, kecakapan, sikap dan keterampilan yang lebih baik dari semula. c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, diantaranya ada faktor dari dalam ( Internal ) dan faktor dari luar ( Eksternal ) yang dikemukakan oleh slameto ( dalam Azizah Nurul, 2013 : 25 ). Diantaranya sebagai berikut : 1) Faktor dari dalam ( Internal ) ( 1 ) Faktor Biologis ( jasmaniah ) Keadaan jasmani yang diperhatikan, pertama kondisi fisik yang normal dan tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir. Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi keadaan otak, panca indera, anggota tubuh.Kedua kondisi kesehatan fisik. Kondisis fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar. Didalam menjaga kesehatan fisik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain makan dan minum yang teratur, olahraga serta cukup tidur. ( 2 ) Faktor Psikilogis Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kkondisi mental seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil. Faktor psikologis ini meliputi ha;-hal berikut : Pertama intelegensi, intelegensi satau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang.Kedua, kemauan dapat dikatan faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang. Ketiga, bakat. Bakat ini bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang dalam suatu bidang, melainkan lebih banayak menentukan tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam suatu bidang. 4. Model Pembelajaran a. Pengertian model pembelajaran Model pemeblajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencap[pai tujuan belajar. Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digumakan dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Soekamto dkk. ( dalam Aqib Zaenal, 2013 : 126 ) mengemukakan pendapat bahwa model pembelajaran dalah kerangka konseptual yang melukiskanprosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalam belajar untuk mencapai tujuab belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Jadi model pembelajaran disimpulkan lebih terfokus pada pengaktifan siswa lebih banyak dibandingkan guru namun tetap dalam lingkup pemeblajaran satu tema tertentu yang jelas dapat mencapai tujuan pada saat tertentu tersebut dengan pembuktian indicator-indikator tertentu pula. Pada penggunaan model pembelajaran yang tepat bertujuan untuk mendorong tumbuhnya rasa senang siswa dalam pelajara, menumbuhkan dan meningkatkan motovasi dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan ekspreskan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktifitas belajar mengajar. b. Manfaat Model Pembelajaran 1. Bagi Guru a) Memudahkan dalam melaksanakan tugas pembelajaran sebab telah jelas langkah langkah yang akan ditempuh sesuai dengan waktu yang tersedia, tujuan yang hendak dicapai, kemampuan daya serap siswa, serta ketersediaan media uang ada. b) Dapat dijadikan sebagai alat untuk mendorong aktifitas siswa dalam pembelajaran. c) Memudahkan untuk melakukan analisa terhadap perilaku siswa secara personal maupun kelompok dalam waktu relativ singkat. d) Dapat membantu guru pengganti untuk melanjutkan pembelajaran siswa secara terarah dan memenuhi maksud dan tujuan yang sudah ditetapkan ( tidak sekedar mengisi kekosongan ). e) Memudahkan untuk menyusun bahan pertimbangan dasar dalam merencanakan penelitian tindakan kelas dalam rangka memperbaiki atau meyempurnakan kualitas pembelajaran. 2) Bagi Siswa a) Kesempatan yang lebih luas untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran b) Memudahkan Siswa untuk memahami materi pembelajaran c) Mendorong semangat belajar serta ketertarikan mengikuti pembelajaran secara penuh. d) Dapat melihat atau membaca kemampuan pribadi dikelompoknya secara objektif. c. Pemilihan Model Pembelajaran Banyak macam dari model pembelajaran tersebut, namun penting untuk diperhatikan guru sebelum memilih, menetukan menetapkan satu model pembelajaran agar keputusannya tepat sesuai dengan maksud dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Model Pembelajaran tersebut masing-masing memiliki karakteristik yang secara khas menghendaki suatu kondisi tertentu. Hal-hal yang harus dipertimbangkan itu antara lain : 1) Simak dan pahami terlebiih dahulu bentuk, sifat, syarat, masing-masing Model tersebut. 2) Perhatikan alat/media yang dibutuhkan oleh Model tersebut dan perhatikan alat/media yang dapat kita sediakan. 3) Sesuaikan bahan ( materi pelajaran ), tujuan, alokasi waktu, waktu yang dibutuhkan dalam persiapan pelaksanaan kegiatan dengan Model yang akan dipilih. 4) Perhatikan karakteristik umum anak didik agar penggunaan Model tertentu tidak malah membingungkan atau kontraproduktif anak didik. 5) Ukur juga kemampuan kita dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model tertentu ( sebab ada beberapa model pembelajaran yang membutuhkan kemampuan peranan guru, kreatif guru serta keluasan dan kedalaman pengalaman seorang guru). Pemilihan Model pembelajaran yang akan digunakan sangat berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan belajar belajar siswa. Oleh karena itu, pemilihan model pembelajaran harus dilakukan secara teliti dan benar-benar tepat agar tidak menjadi bertentangan dengan tujuan yang hendak dicapai. Harus diakui bahwa guru perlu mempelajari dan melatih diri terlebih dahulu dalam penggunaan model pembelajaran agar tidak salah dalam penggunaan serta penyampaian model tersebut kepada peserta didik dapat menangkap, menerima, dan mengerti tentang materi pelajaran yang disampaikan dengan baik. Oleh karena itu, dalam menggunakan model pembelajaran guru harus betul-betul paham dengan langkah-langkah pembelajaran model tersebut, agar dalam hasil belajar peserta didik dapat meningkat. 5. Konsep Metode Mengajar Bermain Peran a. Pengertian Metode Mengajar Mengajar dapat diartikan sebagai suatu proses membawa anak didik dari suatu tingkat kecakapan yang menjadi tujuan pendidikan. Sehubungan dengan hal tersebut Surachmad ( 1986 : 79 ) menyatakan bahwa metode adalah cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan mengajar diartikan sebagai penciptaan suatu system lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Menurut Dahlan ( 1984 : 21 ) metode mengajar sebagai “ suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran dan memberikan petunjuk pada pengajar di kelas, dalam pengajaran”. Setiap metode yang dipilih haruslah mengungkapkan berbagai realitas yang sesuai dengan situasi kelas, dan pandangan hidup, yang dihasilkan dari kerja sama guru dan siswa. Penemuan suatu metode mengajar, didasarkan pada peristiwa suatu materi pelajaran sesuai apabila disampaikan dengan menggunakan suatu metode, dan tidak cocok bila disampaikan dengan metode lainnya. Seperti materi tentang “ Pergerakan Nasional” tepat disampaikan dengan menggunakan metode Bermain Peran dan kurang tepat disampaikan dengan metode ceramah. b. Metode Bermain Peran Menurut Surachmad ( 1986 : 102 ) menyatakan bahwa metode bermain peran dalam pelaksanaanya sering disilih gantikan. Bermain peran menekankan kenyataan dimana siswa diturutsertakan dalam memainkan peranan dan mendramatisasikan masalah-masalah hubungan social. Kegiatan bermain peran memerankan suatu tokoh atau suatu fungsi dan peran sebagai bekal dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan lingkungan sosialnya yang kelak berguna bagi dirinya. Sudjana ( 1983 : 78-79 ) mengemukakan bahwa, “ Teknik bermain peran adalah suatu teknik kegiatan belajar yang menekankan pada kemampuan penampilan warga belajar untuk memerankan suatu status atau fungsi pihak-pihak lain yang terdapat pada dunia kehidupan. c. Metode Bermain Peran memiliki kelebihan dan kekurangan diantaranya : Kelebihan metode Bermain Peran 1. Peran yang ditampilkan dengan menarik akan segera mendapat perhatian dari siswa. 2. Dapat digunakan dalam kelompok besar atau kelompok kecil. 3. Dapat membantu siswa belajar untuk memahami pengalaman. 4. Dapat membantu siswa belajar untuk menganalisis dan mengalami situasi serta memikirkan masalah yang terjadi dalam peranan itu. 5. Menumbuhkan rasa kemampuan dan kepercayaan diri siswa untuk berperan dalam menghadapi masalah. 6. Memberi kesempatan kepada anak-anak untuk berperan aktif mendramatisasikan suatu masalah social yang sekaloigus melatih keberanian serta kemampuan melakukan suatu adegan di muka orang banyak. 7. Suasana kelas sangat hidup karena perhatian pada siswa terfokus pada adegan-adegan seperti keadaan sesungguhnya. 8. Para siswa dapat menghayati suatu peristiwa, sehingga mudah memahami, membanding-bandng, menganalisa serta mengambil kesimpulan berdasarkan penghayatan sendiri. 9. Siswa menjadi terlatih berpikir kritis dan sistematis. Kelemahan-kelemahan metode Bermain Peran Kemungkinan adanya siswa yang tidak menyenangi memainkan peranan tertentu. 1. Metode ini membutuhkan ketekunan, kecermatan, dan waktu cukup lama. 2. Lebih menekankan terhadap masalah dari pada peranan. 3. Mungkin akan terjadi kesulitan dalam penyesuaian diri terhadap peran yang harus dilakukan. 4. Membutuhkan waktu lebih lama untuk memerankan sesuatu dalam kegiatan belajar mengajar. 5. Terbatas pada beberapa situasi kegiatan belajar mengajar. 6. Apabila pelaksanaan dramatisasi gagal, mak guru tidak dapat mengambil suatu kesimpulan yang berarti tujuan pengajaran tidak tercapai. d.Tahap-Tahap Bermain Peran Shaftel & Shaftel ( dalam Setiadi Agus, 2012 : 22), menyatakan bahwa tahap-tahap dalam bermain peran adalah sebagai berikut : a).Merangsang semangat kelompok; b).Memilih pameran; c).Mempersiapkan pengamat; d).Mempersiapkan tahap-tahap peran; e).Pemeranan; f).Mendiskusikan dan mengevaluasi peran dan sisinya; g).Pemeranan ulang h).Mendiskusikan dan mengevaluasi pemeranan ulang; i).Mengkaji kemanfaatannya dalam kehidupan nyata melalui saling tukar pengalaman dan penarikan generalisasi. Dalam pelaksanaannya dikelas, guru sendirilah yang merancang suatu pembelajaran dalam menelaah perincian aktivitas bermain peran pada setiap tahap. 6.Pengajaran Kreativitas a. Hakekat Kreativitas Kreativitas adalah setiap pemikiran tentang proses pemecahan masalah dengan cara yang asli atau yang berguna. Tetapi bila kita benar-benar memikirkannya, hanya sedikit gagasan yang 100% asli dan baru Stan Kossen, dalam Michael A.west (2000 : 42 ). Kreativitas juga merupakan kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan yang berguna diantara yang berbeda. b. Prosedur mengembangkan Kreativitas Para siswa dibimbing agar memiliki kreativitas, mampu berpikir kritis, dan mampu memecahkan masalah. Karena itu, melalui proses belajar tertentu, diupayakan tercapainya tujuan-tujuan tersebut. Guru perlu menyediakan kondisi-kondisi belajar yang memungkinkan terjadinya penambahan aspek keluwesan, keaslian, dan kuantitas dari kreativitas yang dimiliki oleh para siswa Pikiran-pikiran kreatif pada masa lalu telah membuat berbagai definisi tentang kreativitas. Kreativitas dapat berjalan dengan baik jika tercipta suasana yang dinamis dan toleran. Untuk mendorong dan mengelola kreativitas, guru harus memahami proses kreatif, guru harus mengetahui bagaimana memilih orang yang mempunyai kemampuan kreatif dan menciptakan suasana organisasi yang menunjang kreativitas. B. Kerangka Pemikiran Model pembelajaran bermain peran merupakan metode yang sesuai dengan materi IPS dan kebutuhan peserta didik pada proses pembelajaran, bermain peran adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan, dan melibatkan unsur senang. Dalam model ini siswa dikondisikan pada situasi tertentu diluar kelas meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas. Model ini juga sebagai suatu bentuk aktivitas dimana siswa membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain serta berfungsi sebagai penanam karakter kata atau penggunaan ungkapan sehingga siswa mengalami pengalaman belajar yang dirasakan langsung oleh siswa itu sendiri, Ini bertujuan agar dapat menarik perhatian siswa untuk meningkatkan kreativitas belajar dalam proses pembelajaran. Aktivitas siswa dalam pembelajaran menggunakan model bermain peran menunjukan aktivitas yang sangat baik disetiap proses pembelajaran. Hal tersebut ditunjukan dengan adanya kenaikan nilai rata-rata aktivitas siswa. Hasil belajar siswa menjadi kenaikan yang signifikan, hal tersebut ditunjukan oleh hasil nilai rata-rata pada setiap tindakan siklus. Pembelajaran IPS di kelas V SDN Tenjolaya 2 Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung pada umumnya masih berjalan monoton dan membosankan sehingga kreativitas belajar pun masih rendah. Maka dari itu peneliti mengambil kesimpulan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa agar proses pembelajaran di kelas tidak monoton,tidak membosankan dan dapat menyenangkan siswa selama pembelajaran, peneliti menggunakan model bermain peran dalam pembelajaran IPS bertujuan untuk merubah gaya pembelajaran di kelas agar lebih efektif, inovativ, kreatif dan menyenangkan. C.Hasil Penelitian Terdahulu yang sesuai dengan penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Lilis Handayani pada tahun 2008 mengenai pembelajaran dengan menggunakan model bermain peran. Ia mengangkat masalah penelitian tersebut dilator belakangi oleh Kreativitas siswa setelah menggunakan model bermain peran. Dalam proses pembelajaran kreativitas siswa sebelum menggunakan model bermain peran sangat kurang sekali, karena hal ini guru terlihat menjadi pusat pembelajaran. Sebelum penggunaan model bermain peran siswa sangat pasif dan gurupun tidak memperlihatkan inovasinya dalam setiap pembelajaran. Namun setelah mengunakan model bermain peran siswa terlihat bersemangat belajar karena siswa dilibatkan dalam proses pembelajaran, selain itu siswa dituntut kreatif dalam setiap kali tampil untuk melakukan pementasan . Dalam proses pembelajaran menggunakan model bermain peran pada setiap siklusnya terlihat ada kemajuan. Pada siklus ke satu siswa kurang terlihat kreativitasnya, sedangkan pada siklus ke dua nstru tiga terlihat siswa menjadi aktif karena siswa menjadi pusat pembelajaran. Dalam setiap siklusnya terus menunjukan peningkatan yang signifiksn. Hal ini dapat dilihat dari mulai siklus kesatu sampai ketiga terlihat adanya peningkatan. Pada siklus kesatu rata-rata hasil belajar adalah 6,75. Untuk hasil siklus kedua rata-ratanya 7,92 dan untuk siklus ketiga menunjukan 8. Dengan adanya perubahan pada setiap siklusnya menunjukan bahwa penggunaan model bermain peran pada pelajaran IPS sangat efektif. D. Hipotesis Tindakan Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Seperti yang dikemukakan oleh Erwan Agus Purwanto dan Dyah Sulistyastuti (2007:137), bahwa hipotesis adalah dugaan yang bersifat sementara terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah atau belum tentu kebenarannya. Dengan menggunakan model Bermain Peran dalam proses pembelajaran maka diharapkan pemahaman dan kreativitas siswa meningkat dalam materi Pergerakan Nasional. Maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah : “ Jika guru menerapkan model Bermain Peran dalam pembelajaran IPS pada materi Pergerakan Nasional maka kreativitas siswa serta kinerja guru akan meningkat.

Item Type: Thesis (Skripsi(S1))
Subjects: S1-Skripsi
Divisions: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > PGSD 2014
Depositing User: Iyas -
Date Deposited: 12 Jul 2016 03:29
Last Modified: 12 Jul 2016 03:29
URI: http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/5550

Actions (login required)

View Item View Item