PENGGUNAAN METODE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI CIRI-CIRI KHUSUS MAKHLUK HIDUP KELAS VI”

Yayu Laras Asmiranti, 105060012 (2016) PENGGUNAAN METODE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI CIRI-CIRI KHUSUS MAKHLUK HIDUP KELAS VI”. Skripsi(S1) thesis, FKIP UNPAS.

[img] Text
COVER.docx

Download (34kB)
[img] Text
LEMBAR PENGSAHAN.docx

Download (14kB)
[img] Text
MOTTO.docx

Download (13kB)
[img] Text
SURAT PERNYATAAN.docx

Download (13kB)
[img] Text
ABSTRAK.docx

Download (17kB)
[img] Text
KATA PENGANTAr editeun.docx

Download (15kB)
[img] Text
DAFTAR ISI.docx

Download (28kB)
[img] Text
BAB I-102320 juni 2013-.doc

Download (90kB)
[img] Text
BAB II jadi.doc

Download (172kB)
[img] Text
BAB III jadi.docx
Restricted to Repository staff only

Download (75kB)
[img] Text
BAB IV jadi fiks.docx
Restricted to Repository staff only

Download (176kB)
[img] Text
Bab V.docx
Restricted to Repository staff only

Download (21kB)
[img] Text
daftar pustaka.docx

Download (19kB)
[img] Text
RIWAYAT HIDUP.docx

Download (65kB)

Abstract

ABSTRAK Nama : Yayu Laras Asmiranti Judul : Penggunaan Metode Make A Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Materi Ciri-Ciri Khusus Makhluk Hidup. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah dengan diterapkannya metode make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi ciri-ciri khusus makhluk hidup.Adapun Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan belajar melalui metode Make A Match adalah membantu siswa dalam kegiatan belajar agar bisa berfikir secara cepat dan melatih ketelitian, kecerdasan serta kecermatan dengan waktu yanng di tentukan Kajian teoritis dalam penelitian ini adalah membahas tentang: (1) belajar; (2) Hasil belajar, (3) Pembelajaran IPA; (4) Metode Make A Match. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan siklus berdaur, yaitu siklus di ulangi jika tujuan yang dirumuskan belum dicapai secara optimal. Setiap siklus pembelajaran terdiri dari empat tahapan: (1) perencanaan, (2) Pelaksanaan,(3) Pengamatan (observastion), dan (4) Refleksi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian berupa lembar observasi, lembar angket, lembar kerja siswa, dan lembar evaluasi yang berupa soal-soal yang terdiri dari 5 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian. Hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran IPA melalui penggunaan metode Make A Match ternyata dapat meningkatkan hasil belajar siswa, pada setiap tindakan mengalami peningkatan yang cukup baik sehingga hasil belajar siswa meningkat yaitu pada siklus I Peserta didik yang tuntas mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebanyak 18 orang siswa atau sebanyak 59,4% sedangkan Peserta didik yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebanyak 12 orang siswa atau sebanyak 40,6%. Sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan hasil belajar siswa yaitu sebanyak 27 siswa atau sebesar 89,1% tuntas dan sebanyak 3 siswa atau sebesar 9,9% belum tuntas. Dengan demikian, penggunaan metode Make A Match sangat menunjang terhadap hasil belajar siswa pada materi ciri-ciri khusus makhluk hidup di kelas VI SDN Bukit Mulya KecamatanBaleendah Kabupaten Bandung. Kata Kunci : Make A Match, pembelajaran IPA, makhluk hidup, hasil belajar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini dunia pendidikan memiliki peranan penting bagi perkembangan suatu bangsa dalam usaha membangun sumber daya manusia yang unggul dan cerdas sehingga dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lainya. Pendidikan Nasional mempunyai tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang termaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea IV. Rangka dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, pemerintah dan juga masyarakat diharuskan menyelenggarakan pendidikan. Pendidikan menurut Thompson (1957) dalam Mikarsa (2007:1.3) adalah pengaruh lingkungan atas individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap di dalam kebiasaan-kebiasaan, pemikiran, sikap-sikap, dan tingkah laku. Sementara berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang sistem Pendidikan Nasional menetapkan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 dimana pendidikan nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Oleh sebab itu, pelaksanaan pendidikan harus dilaksanakan sebaik mungin oleh para pendidik, termasuk pendidikan di Sekolah Dasar (SD). Sekolah Dasar menurut Rasyidi (1993) dalam Mikarsa (2007:1.7) pada hakikatnya merupakan satuan atau unit lembaga sosial (social institution) yang diberi amanah atau tugas khusus (specific task) oleh masyarakat untuk menyelenggarakan pendidikan dasar secara sistematis. Tujuan pendidikan di SD harus mengacu pada tujuan nasional dan tujuan pendidikan dasar. Selain itu juga pendidikan di SD perlu memperhatikan tahap dan karakteristik perkembangan siswa, kesesuaian dengan lingkungan. Pendidikan SD juga harus memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kehidupan umat manusia secara global. Tujuan pendidikan di SD menurut Mikarsa (2007:1.3) mencakup pembentukan dasar kepribadian siswa sebagai manusia seutuhnya sesuai dengan tingkat perkembangan dirinya, pembinaan pemahaman dasar dan seluk beluk ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan untuk belajar pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan hidup dalam masyarakat. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi Satuan Dasar menyatakan bahwa kurikulum SD memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal dan pengembanagan diri (Permendiknas, 2006: 9). Salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD adalah IPA. IPA adalah ilmu yang pokok bahasannya adalah alam dengan segala isinya. IPA merupakan cara mencari tahutentang alam secara sistematis untuk menguasai konsep-konsep, prinsip-prinsip, prose penemuan dan memiliki sifat ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Sejalan dengan uraian di atas, maka dalam pembelajaran IPA para pendidik harus mampu menghantar peserta didik untuk menguasi konsep-konsep IPA dan keterkaiatan dengan lingkungan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dalam belajar peserta didik tidak sekedar tahu dan hafal tentang konsep-konsep IPA, tetapi harus menjadikan siswa untuk mengerti dan memahami konsep-konsep tersebut yang menghubungkan keterkaitan suatu konsep dengan konsep lainnya melalui penelitian, penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen sebagai alat pemecahan masalah dengan pola pikir yang kritis. Perkembangannya saat ini, hasil belajar yang didapatkan oleh peserta didik seringkali tidak sesuai dengan harapan para pendidik/ guru, dimana hasil yang diterima peserta didik sangat rendah sehingga membuat siapapun menjadi khawatir dan prihatin terutama bagi peserta didik itu sendiri. Saat ini pelajaran IPA masih didominasi oleh penggunaan metode ceramah dan kegiatannya lebih berpusat pada guru. Guru mengajar dengan metode ceramah dan mengharapkan siswa duduk, diam, catat, dan hafal materi yang telah diajarkan akibatnya proses belajar mengajar menjadi monoton dan kurang menarik perhatian siswa. Selain itu masih seringnya ditemukan para pendidik/guru yang tidak menggunakan media pembelajaran yang menarik yang dapat menyebabkan rendahnya motivasi peserta didik untuk belajar dengan baik. Oleh karena itu pera pendidik/ guru di tuntut untuk lebih kreatif dalam mencari metode pembelajaran dan lebih giat lagi agar dapat mencapai hasil belajar yang lebih baik lagi, baik bagi peserta didik maupun pendidik itu sendiri. Hasil belajar peserta didik dapat meningkat atau tidaknya dapat dilihat dari tes yang diberikan oleh guru. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menegaskan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi tempat bertugas, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor guru dalam proses mengajar karena guru sangat berperan penting dan berpengaruh bagi peserta didik sehingga dalam kegiatan pembelajaran guru harus benar-benar memperhatikan sikap peserta didik dalam kegiatan pembelajaran berlangsung begitu pun sebaliknya bagi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran berlangsung dapat ikut serta dan aktif dalam kegiatan pembelajaran tersebut sehingga guru dan peserta didik ada timbal balik dan proses belajar pun menjadi lebih aktif lagi. Didalam kurikilum KTSP 2006 pada mata pelajaran IPA kelas 6 SDN Bukit Mulya terdapat Kompetensi Dasar yaitu KD 1.1 Ciri khusus makhluk hidup. Bahasan materi pada KD tersebut adalah materi hubungan tentang jenis hewan herbivora, karnivora dan omnivora. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilaksanakan di SDN Bukit Mulya, peneliti memperoleh fakta bahwa saat pembelajaran materi ciri khusus makhluk hidup tersebut, pendidik mengalami kesulitan karena dalam melakukan kegiatan pembelajaran yang menunjang tujuan pembelajaran yakni agar peserta didik dapat menyimpulkan hasil penyelidikan tentang ciri khusus makhluk hidup. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil belajar peserta didik yang sebagian besar belum mencapai nilai KKM yakni 70. Berdasarkan penuturan pendidik kelas VI yang dirasakan pada saat pembelajaran peneliti dapat menyimpulkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran pendidik tidak melibatkan peserta didik untuk melakukan pengamatan melainkan pendidik hanya menggunakan metode ceramah sehingga dalam kegiatan pembelajaran hanya pendidik yang melakukan percobaan-percobaan dan peserta didik yang mengamati dan mengisi soal. Sehingga dalam kegiatan pembelajaran terasa membosankan dan tidak menarik perhatian serta keterlibatan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran sangat minim. Sama halnya dengan pendapat dari peserta didik yang mengutarakan kepada peneliti bahwa mereka merasa sulit untuk memahami materi ciri khusus makhluk hidup dikarenakan peserta didik tidak mengalami kegiatan pembelajaran yang memudahkan peserta didik dalam memahami konsep materi tersebut. Seharusnya yang dilakukan oleh pendidik dalam pembelajaran mengenai KD 1.1 “Ciri khusus makhluk hidup.” adalah memfasilitasi peserta didik dengan alat peraga yang memadai dan dengan aktifitas belajar yang menjadikan peserta didik aktif menemukan dan menyimpulkan hasil pemikiran peserta didik. Berdasarkan masalah yang ditemukan, peneliti merasa perlu mencari solusi dari permasalahan pembelajaran untuk meningkatkan proses hasil belajar siswa dalam menimpulkan hasil penelitian. Solusi yang peneliti ajukan adalah penggunaan metode yang dianggap tepat untuk menyelesaikan permasalahan pembelajaran yaitu dengan melaksanakan pembelajaran sains dengan penerapan metode Make A Match. Metode Make A Match adalah Model pembelajaran kooperatif tipe mencari pasangan (Make A Match) yang diperkenalkan oleh Curran dalam Eliya (2009). Metode Make A Match adalah kegiatan siswa untuk mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya akan diberi point dan yang tidak berhasil mencocokkan kartunya akan diberi hukuman sesuai dengan yang telah disepakati bersama. Metode ini menuntut peserta didik untuk melatih ketelitian, kecermatan dan ketepatan serta kecepatan. Make And Match adalah sistem pembelajaran yang mengutamakan penanaman kemampuan sosial terutama kemampuan bekerja sama, kemampuan berinteraksi disamping kemampuan berpikir cepat melalui permainan mencari pasangan dengan dibantu kartu (Wahab, 2007 : 59). Model pembelajaran Make A Match merupakan bagian pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif didasarkan pada falsafah homo homini socius, falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial (Lie, 2003:27). Model Make A Match melatih siswa untuk memiliki sikap sosial yang baik dan melatih kemampuan siswa dalam bekerja sama disamping melatih kecepatan berfikir siswa. Berdasarkan paparan latar belakang diatas, peneliti mengangkat judul penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penggunaan Model Make A Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Materi Ciri-Ciri Khusus Makhluk Hidup”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka permasalahan penelitian yang ada dapat di identifikasi sebagai berikut: 1. Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan cenderung menggunakan metode ceramah terutama dalam mata pelajaran IPA sehingga kurangnya minat belajar siswa karena merasa membosankan. Diterapkannya model Make A Match untuk melihat cara peserta didik dalam memecahkan suatu permasalahan dengan ketelitian dan berpikir cepat serta cara bekerja sama dengan teman sekelompoknya. 2. Guru tidak menerapkan model-model pembelajaran yang inovatif dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SDN Bukit Mulya sehingga pembelajaran terasa membosankan dan tidak menarik perhatian siswa untuk belajar 3. Interaksi yang terjadi dalam proses pembelajaran hanya pendidik saja yang aktif dan peserta didik hanya memperhatikan saja sehingga mereka tidak bisa mengembangkan daya pikirnya dalam kegiatan pembelajran terutama pada pelajran IPA SDN Bukit Mulya Manggahang Baleendah. C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian 1. Rumusan Masalah Berdasarkan paparan latar belakang, maka yang menjadi permasalahan utama adalah sebagai berikut : “Apakah dengan diterapkannya metode make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi ciri-ciri khusus makhluk hidup?” 2. Pertanyaan Penelitian Sebagaimana yang telah di paparkan pada rumusan masalah yang utama maka peneliti merumuskan rumusan masalah yang akan dipecahkan melalui penelitian tindakan kelas. Rumusan masalah tersebut kemudian dirinci dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana hasil belajar peserta didik sebelum peserta didik mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode make a match? 2. Bagaimana tanggapan peserta didik terhadap materi ciri-ciri khusus makhluk hidup dengan diterapkannya metode make a match? 3. Bagaimana aktivitas siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode make a match? 4. Bagaimana aktivitas guru selama melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan meneraokan metode make a match? 5. Bagaimana hasil belajar peserta didik setelah peserta didik mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode make a match? D. Pembatasan Masalah Berdasarkan rumusan masalah diatas, diperoleh gambaran permasalahan yang begitu luas, karena waktu yang sangat terbatas dalam penelitian ini peneliti perlu memberi batasan masalah yang jelas yaitu sebagai berikut : 1. Proses belajar dan hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini adalah aspek kognitif, afektif dan psikomotor. 2. Dari sekian pokok bahasan mata pelajaran IPA, dalam penelitian ini hanya mengkaji pembelajaran pada pokok bahasan mengenai ciri-ciri khusus makhluk hidup 3. Obyek penelitian dilakukan pada siswa kelas VI SDN Bukit Mulya Kec. Baleendah Kab. Bandung. E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan belajar melalui metode Make A Match adalah membantu siswa dalam kegiatan belajar agar bisa berfikir secara cepat dan melatih ketelitian, kecerdasan serta kecermatan dengan waktu yanng di tentukan. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran IPA materi ciri-ciri khusus makhluk hidup di kelas VI SDN Bukit Mulya Kec. Baleendah Kab. Bandung disusun dengan menggunakan metode Make A Match b. Ingin mengetahui tanggapan siswa kelas VI SDN Bukit Mulya Kec. Baleendah Kab. Bandung apakah ada atau tidaknnya peningkatan hasil belajar terhadap mata pelajaran IPA materi ciri-ciri khusus makhluk hidup dengan menerapkan metode Make A Match c. Ingin mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas VI SDN Bukit Mulya Kec. Baleendah Kab. Bandung dengan mencocokan kartu dengan mencari pasangan F. Manfaat Penelitian Hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini akan memberikan manfaat yang berarti bagi perseorangan/intitusi dibawah ini : 1. Bagi Pendidik : Dapat memberikan informasi mengenai salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran sains guna meningkatkan kompetensi pendididk 2. Bagi Peserta Didik : Dapat membantu meningkatkan kemampuan peserta didik dalam kecerdasan untuk berpikir cepat 3. Bagi Sekolah Dasar : Memberi gagasan baru untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik 4. Bagi Peneliti : Dapat menambah wawasan tentang model pembelajaran dengan menggunakan model Make A Match, dan mengetahui tingkat hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA mengenai ciri-ciri khusus makhluk hidup. G. Kerangka Atau Paradigma Penelitian Pembelajaran yang tidak mengaitkan dengan pengalaman dalam kehidupan dapat berpengaruh pada siswa sehingga hasil belajarnya menjadi rendah. Agar hasil belajar dapat meningkat solusinya adalah menggunakan metode make a match. Make And Match adalah sistem pembelajaran yang mengutamakan penanaman kemampuan sosial terutama kemampuan bekerja sama, kemampuan berinteraksi disamping kemampuan berpikir cepat melalui permainan mencari pasangan dengan dibantu kartu (Wahab, 2007 : 59). Gambar 1.1 Kerangka atau Paradigma Penelitian Diagram di atas dapat dijelaskan bahwa ada pemasalahan di SDN Bukit Mulya pada mata pelajaran IPA materi ciri-ciri khusus makhluk hidup, siswa banyak yang memperoleh nilai dibawah KKM hal ini dikarenakan peserta didik belajar cenderung pasif hanya mendengarkan guru menjelaskan dan peserta didik tidak langsung ikut serta aktif pada saat kegiatan pembelajaran. Untuk mengatasi masalah diatas peneliti memberikan solusi yaitu dengan penggunaan metode Make A Match untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi dikelas VI tersebut. Penggunaan Make A Match di dukung dengan melakukan instrumen. Intrumen yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi, wawancara, lembar tes, dan lembar anggket. Instrumen tersebut dilakukan untuk pengumpulan data, kemudian data tersebut diolah menjadi nilai siswa. Kegiatan penelitian ini selain menggunakan instumen juga menggunakan foto sebagai dokumentasi aktivitas siswa, guru dan peneliti. Jadi kesimpulannya adalah dengan menggunakan Make A Match dapat meninggkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi ciri-ciri khusus makhluk hidup di kelas VI SDN Bukit Mulya. H. Asumsi Penelitian Berdasarkan kerangka/paradigma penelitian yang telah diuraikan diatas maka rumusan asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Darmojo, 1992 (Samatowa, 2006:2) menyatakan bahwa ilmu pengetahuan alam atau sains adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya. Maka dari itu sesuai dengan paparan diatas metode Make A Match sangat efektif apabila diterapkan dalam pembelajaran IPA materi ciri-ciri khusus makhluk hidup di SDN Bukit Mulya. 2. Nash, 1993 (Samatoa, 2006 : 2) menyatakan bahwa sains itu adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Berdasarkan asumsi diatas model pembelajaran Make A Match sesuai dengan pembelajarab IPA karena siswa dapat memecahkan suatu permasalahan dengan bekerjasama. 3. Komala Sari (2010:85) model pembelajaran Make A Match adalah suatu tipe model pembelajaran konsep. Model pembelajaran ini mengajak murid mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan konsep melalui suatu permainan kartu pasangan. Sesuai dengan penjelasan tersebut Make A Match dilakukan untuk membantu siswa dalam memecahkan permasalahan dengan berfikir cepat dan teliti. I. Hipotesis Penelitian Berdasarkan pada kerangka/paradigma dan asumsi di atas maka hipotesis dari penellitian ini adalah bahwa penggunaan metode Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi ciri-ciri khusus makhluk hidup di kelas VI SDN Bukit Mulya. Adapun lebih rinci, hipotesis diatas dapat dijabarkan sebagai berikut ini : 1. Hasil belajar yang diperoleh siswa di SDN Bukit Mulya pada mata pelajaran IPA terutama pada materi ciri-ciri khusus makhluk hidup sangat rendah. 2. Penggunaan metode Make A Match tentang ciri-ciri khusus makhluk hidup akan menimbulkan respon yang baik dari peserta didik. Hal ini terjadi karena peserta didik menganggap bahwa pembelajaran IPA dengan menggunakan metode Make A Match akan lebih menyenangkan dan tidak membosankan. 3. Penggunaan metode Make A Match dapat meningkatkan kemampuan siswa daam kecepatan berfikir dan dengan bekerja sama dapat lebih memudahkan peserta didik dalam mencari pasangan soal/jawaban sebelum batas waktunya sehingga membutuhkan ketelitian dan ketepatan dalam berfikir sebelum mencapai batas waktu yang ditentukan. Hal ini dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. J. Definisi Operasional Untuk menghindari kekeliruan dari maksud yang digunakan maka perlu adanya definisi operasional untuk menyamakan persepsi dari berbagai variabel yang digunakan dalam penelitian ini. 1. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 2). 2. Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana sudjana (2009 : 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. 3. Curran dalam Eliya (2009) menyatakan bahwa Make A Match adalah kegiatan siswa untuk mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya akan diberi point dan yang tidak berhasil mencocokkan kartunya akan diberi hukuman sesuai dengan yang telah disepakati bersama. Metode Make A Match seringkali disebut sebagai metode pembelajaran kooperatif yang paling kompleks. Hal ini disebabkan karena metode ini bersifat subjektif dimana peserta didik berkelompok dan memegang kartu soal atau jawaban dan siswa dituntut untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam menemukan kartu jawaban maupun kartu soal yang dipegang pasangannya dengan batas waktu tertentu, sehingga membuat siswa berpikir dan menumbuhkan semangat kerjasama sehingga dalam kegiatan pembelajaran dapan meningkatkan daya pikir peserta didik dalam belajar. Jadi dalam metode Make A Match peserta didik dilatih untuk berpikir cepat penuh dengan ketelitian dan kecerdasan dalam melakukan penyelesaian masalah dengan melakukan diskusi kelompok tepat pada batas waktu yang diberikan. Dalam metode ini peserta didik dituntut untuk lebih aktif dalam proses kegiatan pembelajaran. Hasil akhir dari kegiatan ini adalah meningkatnya keinginan atau motivasi peserta didik untuk belajar. BAB II PENGGGUNAAN METODE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR A. Hasil Belajar Pengertian hasil belajar menurut Hamalik dalam bukunya (2011: 30) adalah perubahan tingkah laku siswa setelah mengikuti rangkaian pembelajaran atau pelatihan. Masih dalam bukunya Hamalik menjelaskan bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan (Suprijono, 2009: 5). Menurut Bloom dalam Suprijono (2009: 13) hasil belajar mencankup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Berpijak dari uraian tentang hasil belajar diatas tersebut maka, dapat disimpulkan bahawa hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa yang telah mengikuti proses belajar mengajar yang pada dasarnya merupakan sesuatu yang diperoleh dari suatu aktivitas belajar yang mengakibatkan perubahan pada individu, yakni perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya (Hatta Rizal, 2008). 1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Hasil belajar yang optimal dapat dicapai dengan dipengaruhi beberapa faktor, yakni faktor internal dan eksternal. Menurut Syah (2010: 129), Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa secara global terbagi kedalam tiga macam yaitu: (a) faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa, (b) faktor eksternal (faktor dari luar), yakni kondisi lingkungan sekitar siswa dan (c) faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi pembelajaran. Ketiga faktor tersebut, merupakan salah satu hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar siswa yang optimal karena jika kondisi jasmani dan rohani siswa kurang sehat, maka hasil belajar yang akan dicapai pun akan kurang optimal pula. Selain itu faktor yang ada dalam diri siswa seperti minat, bakat, dan motivasi yang positif akan sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Dengan minat, bakat, dan motivasi yang positif dapat membantu dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian diatas, maka faktor internal dan eksternal, pendekatan, minat belajar siswa, bakat dan motivasi, alat bantu dalam belajar, dan suasana belajar dapat mempengaruhi dalam hasil belajar siswa. 2. Model Pembelajaran a. Definisi Model Pembelajaran Dalam proses kegiatan belajar mengajar diperlukan metode, pendekatan, teknik atau model pembelajaran yang tepat. Hal tersebut dimaksudkan agar tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai dengan baik. Salah satu hal yang ikut menunjang tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran adalah model pembelajaran. Model adalah pola (contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 751). Definisi lain dari model adalah abstraksidari sistem sebenarnya, gambaran yang lebih sederhana serta memiliki tingkat presentase yang bersifat menyeluruh, atau model adalah abstraksi dari realitas dengan hanya memusatkan perhatian pada beberapa sifat dari kehidupan sebenarnya (Simamarta, 1983: 9). Sedangkan pembelajaran adalah prorses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan para peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Pembelajaran adalah pemberdayaan potensi peserta didik menjadi kompetensi. Kegiatan pemberdayaan ini tidak dapat berhasil tanpa ada orang ang membantu. Menurut Dimyanti dan Mudjiono (Syaiful Sagala, 2011: 62) pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat belajar secara aktif, yang menenkankan pada penyediaan sumber belajar. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Konsep pembelajaran menurut Corey (Syaiful Sagala, 2009: 61) adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama dan karena adanya usaha. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematika mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu (Kardi dan Nur, 2003: 9). Sudrajat (2008) juga memaparkan bahwa model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Di samping itu Sumarno (2012) mengemukakan bahwa model pembelajaran merupakan strategi yang digunakan oleh guru untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar dikalangan siswa, maupun berpikir kritis, memiliki keterampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran yang lebih optimal (Isjoni, 2009: 8). Jadi pada dasarnya metode, pendekatan, teknik, model pengajaran ataupun model pembelajaran memiliki makna dan tujuan yang sama, yaitu menciptakan suasana belajar yang lebih kondusif, menyenangkan, serta mendorong siswa untuk belajar aktif dan lebih mandiri. Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Jadi, sebenarnya model pembelajaran memiliki arti yang sama dengan pendekatan, strategi, atau metode pembelajaran. b. Unsur-unsur Pembentuk Model Pembelajaran Model-model pembelajaran terbentuk melalui berbagai kombinasi dari beberapa komponen yang dikembangkan dari berbagai asumsi, diantaranya adalah mengajar adalah upaya menciptakan lingkungan yang sesuai, dimana terdapat berbagai bagian lingkungan mengajar yang memiliki saling ketergantungan. Terdapat berbagai komponen yang meliputi isi, keterampilan peranan peranan mengajar, hubungan sosial, bentuk-bentuk kegiatan, sarana/fasilitas fisik dan penggunaannya yang keseluruhannya membentuk sebuah sistem lingkungan yang bagian-bagiannya saling berinteraksi yang mendesak erilaku seluruh partisipan baik guru maupun siswa. Kombinasi yang berbeda antara bagian-bagian tersebut akan menghasilkan bentuk lingkungan yang berbeda dengan hasil yang berbeda pula. Model pembelajaran akan menciptakan lingkungan, maka model menyediakan spesifikasi yang bersifat kasar untuk lingkungan dalam proses belajar mengajar di kelas. Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut Joyce dan Weil (1980) menyatakan bahwa model pembelajaran memiliki lima unsur dasar yaitu Syntax yaitu langkah-langkah operasional pembelajaran, Social system yaitu sosial norma yang berlaku dalam pembelajaran, Principles of reaction menggambarkan bagaimana seharusnya guru memandang, memperlakukan dan merespon siswa, Support system, segala saran, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran, Instuctional dan nurturan effect, yaitu hasil belajar yang diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang disasar (instructional effect) dan hasil belajar diluar yang disasar (nuturan effect). Jadi dapat disimpulkan bahwa setiap model pembelajaran terbentuk berdasarkan asumsi-asumsi mengenai pembelajaran. Asumsi-asumsi tersebutlah yang kemudian membentuk unsur-unsur model pembelajaran itu sendiri. Tanpa adanya unsur-unsur tersebut maka apa yang disebut dengan model pembelajaran tidak akan ada dan penerapannya pun tidak akan berjalan dengan optimal. c. Ciri-ciri Model Pembelajaran Ciri-ciri model pembelajaran menurut Kardi dan Nur (dalam Trianto, 2007) adalah rasional teoritis yang logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya, landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar, diperlukan tingkah laku mengajar agar model pembelajaran tersebut dapt dilaksanakan dengan berhasil, diperlukan lingkungan belajar yang kondusif agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. d. Fungsi dan Tujuan Model Pembelajaran Pada dasarnya model pembelajaran berfungsi sebgai pedoman perancangan dan pelaksanaan pembelajaran. Oleh karena itu, pemilihan model sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan dipelajari, tujuan (kompetensi) yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik. e. Jenis-jenis Model Pembelajaran Menurut Kardi dan Nur (dalam Trianto, 2009) mengemukakan bahwa model pembelajaran yang dapat dignakan dalam menngelola pembelajaran itu ada lima, yaitu (1) model pembelajaran langsung menurut Arends dalam Trianto (2009: 41) model pembelajaran langsung adalah suatu model pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan demgan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstuktur dengan baik dan dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap. (2) model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, dimana siswa belajar bersama dakam sebuah kelompok kecil yang terdiri dari sejumlah siswa yang heterogen baik dilihat dari kemampuan belajarnya, ras, suku atau jenis kelaminnya. (3) Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, Arens (Nurhayati Abbas, 2000: 12) menyatakan bahwa model pembelajaran berdasarkan masalah (problem based learning/PBL) adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkan keterampilan yang lebih tinggi dan inquiri, melatih siswa agar mandidri dan percaya diri. Model ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan menyelesaikan masalah, serta mendapatkan pengetahuan konsep-konsep penting. (4) Model pembelajaran diskusi merupakan model pembelajaran yang sangat berkaitan dengan pemecahan masalah. Model pembelajaran ini sering disebut sebagai diskusi kelompok dan resitasi (pelafalan bersama). 1. Learning Stategy Strategi belajar yang baik adalah yang dapat menjamin tercapainya tujuan pengajaran yang efektif, efisien dan ekonomis serta meningkatkan keterbatasan siswa baik secra intelektual maupun fisik. Oleh karena itu guru dalam proses belajar mengajar harus dapat memberikan kemudahan atau fasilitas kepada siswa agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut Sugiyono (2008: 7) jenis-jenis model pembelajaran itu diantaranya model pembelajaran kontekstual, pembelajaran kontekstual adalah konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk mengkaitkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa, selain itu juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Model pembelajaran kooperatif, pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran kuantum, dalam pembelajaran kuantum setiap usaha siswa akan diberi reward. Siswa juga akan diberikan penjelasan-penjelasan sehingga benar-benar memahami manfaat pembelajaran tersebut bagi dirinya. Model pembelajaran terpadu, pengajaran terpadu pada dasarnya sebagai kegiatan mengajar dengan memadukan beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Dengan demikian, pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar dengan cara ini dapat dilakukan dengan mengajarkan beberapa materi pelajaran disajikan tiap pertemuan. Model pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan kegiatan belajar mengajar setiap guru tidak hanya dapat menggunakan model pembelajaran yang sudah ada, tetapi juga dapat mengembangkan dan menciptakan model pembelajaran sendiri yang sesuai dengan tujuan pembelajaran tertentu. Namun dalam proses pengembangan dan penciptaan model tersebut harus sesuai dengan unsur, ciri, fungsi dan tujuan model pembelajaran itu sendiri. B. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari dua sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Keberhasilan belajar dan kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok. (Rusman, 2011: 202). Lebih lanjut Ethin Solihatin dan Raharjo, (2007: 4-5) menjelaskan bahwa model pembelajaran cooperative learning berangkat dari asumsi mendasar dalam kehidupan masyarakat yaitu “getting better together” atau “raihlah yang lebih baik secara bersama-sama. Kemudian Sharon (1990) mengemukakan, siswa yang belajar menggunakan metode pembelajaran kooperatif akan memiliki motivasi yang tinggi karena didorong dan didukung dari rekan sebaya Stahl, 1994 (dalam Ethin Solihatin dan Raharjo, 2007: 6-9) menyebutkan prinsip-prinsip dasar dalam Cooperative Learning, adalah : 1) Perumusan tujuan belajar siswa harus jelas, 2) penerimaan menyeluruh oleh siswa tentang tujuan belajar, 3) ketergantungan yang sangat positif, 4) interaksi yang bersifat terbuka, 5) tanggung jawab individu, 6) kelompok bersifat heterogen, 7) interaksi sikap dan perilaku sosial yang positif, 8) tindak lanjut (follow up), 9) kepuasan dalam belajar. Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu aktivitas pembelajaran yang menggunakan pola belajar siswa berkelompok untuk menjalin kerjasama dan saling ketergantungan positif sehingga tercapai proses dan hasil belajar yang produktif. 2. Langkah-langkah Cooperative Learning Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang sesuai dengan prinsip cooperative learning, maka dibutuhkan suatu langkah untuk mewujudkan hasil pembelajaran yang efektif. Adapun langkah-langkah cooperative learning yang dijelaskan oleh Stahl, 1994 dan Slavin, 1983 (dalam Etin solihatin dan Raharjo) sebagai berikut: “1) Langkah pertama, yang dilakukan oleh guru adalah merancang program pembelajaran; 2) langkah kedua, dalam aplikasi pembelajaran di kelas guru merancang lembar observasi yang akan digunakan untuk mengobservasi kegiatan siswa dalam belajar secara bersama dalam kelompok-kelompok kecil; 3) langkah ketiga, dalam melakukan observasi terhadap kegiataan siswa guru mengarahkan dan membimbing siswa, baik secara individual maupun kelompok, baik dalam memahami materi maupun mengenai sikap dan perilaku siswa selama kegiatan belajar berlangsung; 4) langkah keempat, guru memberikan kesempatan kepada siswa dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya”. Dari keempat langkah yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan untuk mewujudkan proses pembelajaran cooperative learning secara maksimal, peran guru sangat menentukan terutama dalam menetapkan sebuah target. Menyusun langkah-langkah dalam sebuah sistem pembelajaran disampaikan guru. Setelah itu guru melakukan pengamatan terhadap hasil kerja dari para siswa. Kemudian melakukan pengarahan dan bimbingan baik secara individual maupun kelompok. Untuk melihat hasil kinerja para siswa, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok yang telah mereka lakukan. Langkah-langkah tersebut harus dijalankan dengan baik, guna mencapai motivasi belajar yang efektif dan memuaskan sesuai dengan yang diharapkan. 3. Model-Model Cooperative Learning Dalam proses pembelajaran dengan model cooperative learning, guru maupun mengalami beberapa kendala, misalnya dari materi yang meluas, siswa cenderung mendominasi dalam diskusi serta fasilitas tidak memadahi. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut maka perlu dirancang sebuah model yang menunjang dan mempermudah proses pembelajaran dengan cooperative learning. Ada beberapa variasi jenis model dalam pembelajaran kooperatif, walaupun prinsip dasar dari pembelajaran kooperatif ini tidak berubah, (Rusman, 2011: 213-222) menjelaskan jenis-jenis model tersebut, adalah sebagai berikut: “Pertama model Team-Game Tournament, dalam model ini siswa dalam kelompok-kelompok untuk saling membantu dalam memahami dalam bentuk permainan. Kedua model Student Team-Achievement Divisions merupakan model yang siswa berada dalam kelompok kecil dan menggunakan lembaran kerja untuk menguasai suatu meteri pelajaran. Mereka saling membantu satu sama lain melalui tutorial, kuis atau diskusi kelompok. Ketiga model Jigsaw, dalam model ini siswa dibagi kelompok-kelompok kecil yang bahan pelajaran dibagi setiap anggota kelompok dan mereka mempelajari materi yang akan menjadi keahliannya. Keempat, model make a match merupakan model yang mempunyai keunggulan siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Kelima, model Group Investigation merupakan model yang siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk menanggapi berbagai macam proyek kelas”. Dari beberapa jenis model-model pembelajaran yang telah dijelaskan, dapat ditarik benang merah bahwa proses pembelajaran cooperative learning lebih mudah disampaikan oleh guru kepada siswa apabila dibagi menjadi beberapa teknik seperti yang telah diuraikan. Guru mempunyai variasi model yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Meskipun cooperative learning dibagi menjadi beberapa teknik, tapi pada dasarnya keseluruhan dari teknik tersebut menekankan pada proses pembelajaran. 4. Keunggulan dan Kelemahan Cooperative Learning Keunggulan yang dijelaskan oleh Isjoni (2010: 23-24), dilihat dari berbagai aspek siswa meliputi: “1) Memberi kepada siswa agar mengemukakan dan membahas suatu pandangan, pengalaman yang diperoleh siswa belajar secara bekerjasama dalam merumuskan satu pandangan kelompok; 2) memungkinkan siswa dapat meraih keberhasilan dalam belajar, melatih siswa memiliki keterampilan, baik keterampilan berpikir maupun keterampilan sosial seperti keterampilan mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan dari orang lain, bekerja sama, rasa setiakawan dan mengurangi timbulnya perilaku yang menyimpang dalam kehidupan kelasnya; 3) memungkinkan siswa untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis; 4) memungkinkan siswa memiliki motivasi yang tinggi, peningkatan kemampuan akademik, meningkatkan kemampuan berpikir kritis, membentuk hubungan persahabatan, menimba berbagai informasi, belajar menggunakan sopan santun, meningkatkan motivasi siswa, memperbaiki sikap terhadap sekolah dan belajar, mengurangi tingkah laku yang kurang baik serta membantu menghargai pokok pikiran orang lain” Selanjutnya Jarolimek dan Parker dalam Isjoni (2010: 24) mengatakan bahwa keunggulan yang diperoleh dari pembelajaran kooperatif adalah : 1) saling ketergantungan positif, 2) adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu, 3) siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas, 4) suasana rileks dan menyenangkan, 5) terjalin hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru, 6) memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan”. Dari uraian tentang keunggulan cooperative learning yang disampaikan oleh Isjoni dan Jarolimek, maka dikatakan bahwa model pembelajaran cooperative learning dapat menunjang suatupandangan, pengalaman belajar secara bekerja sama dalam suatu kelompok. Selain itu proses perkembangan pengetahuan siswa, kemampuan dan keterampilan dalam berpikir kritis akan terus diasah untuk mewujudkan ketergantungan secara positif. Adapun kelemahan pembelajaran cooperative learning yang dikutip dari Isjoni (2010: 25) meliputi: “1) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu; 2) agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai; 3) selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan; 4) saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif”. Pembahasan mengenai keunggulan cooperative learning yang telah disampaikan, dalam prakteknya mengalami beberapa kendala yang memungkinkan terhambatnya proses belajar mengajar di dalam kelas. Kendala-kendala itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalkan kualitas guru, fasilitas dan dari siswanya itu sendiri. Secara rinci dijelaskan keberhasilan belajar kooperatif tampaknya juga dipengaruhi bagaimana ciri-ciri guru yang berhasil atau guru yang efektif. Pendapat dari para ahli pendidikan tentang bagaimana ciri-ciri guru yang berhasil harus mempunyai rasa cinta dengan belajar dan menguasai sepenuhnya bidang studi yang menjadi beban tugasnya. Pendapat lain mengatakan guru efektif adalah seorang individu yang dapat memotivasi siswa-siswanya untuk bekerja tidak sekedar mencapai suatu prestasi lebih, namun juga menjadi anggota masyarakat yang pengasih. 5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match Dalam proses pembelajaran, seorang guru harus mampu menguasai dan memahami model-model dalam mengajar, misalkan make a match yang termasuk dalam salah satu teknik cooperative learning. Hal ini dikarenakan kondisi siswa, materi pembelajaran, keadaan fasilitas yang menuntut pengaplikasian kreativitas seorang guru. Dalam materi yang berbeda tentu saja penyampaiannya membutuhkan metode yang bervariasi. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Sebagai contoh materi ajar yang membutuhkan kerja kelompok atau berpasangan. Teknik belajar mengajar Mencari Pasangan (Make a Match) dikembangkan oleh Lorna Curran. Teknik ini merupakan teknik belajar yang menarik untuk digunakan dalam mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya. Teknik baru juga bisa diajarkan dengan strategi ini dengan catatan bahwa siswa diberi tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan akan bahan ajar yang akan dipelajari. Adapun Langkah-langkahnya oleh (Anita Lie, 2007:55-56) sebagai berikut: “a) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang mungkin cocok untuk sesi review (persiapanmenjelang tes atau ujian; b) setiap siswa mendapat satu buah kartu; c) setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya; d) siswa bisa juga bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang memegang kartu yang cocok”. Make a Match juga dapat dilakukan dengan variasi yang lain , yaitu sebagai berikut: (http://www.sriudin.com/2010/08/model-pembelajaran-make-match-lorna.html) Dibuat potongan-potongan kertas sejumlah siswa yang ada dalam kelas. Kertas-kertas tersebut dibagi menjadi dua bagian yang sama. Pada setengah bagian kertas yang telah disiapkan ditulis pertanyaan tentang materi yang telah diberikan sebelumnya. Setiap kertas berisi satu pertanyaan. Pada separuh kertas lain, ditulis jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat. Semua kertas dikocok, sehingga akan tercampur antara soal dan jawaban. Masing-masing siswa mendapatkan satu lembar kertas. Guru menjelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang dilakukan berpasangan. Separuh siswa akan mendapatkan soal separuh siswa yang lain akan mendapatkan jawaban. Siswa diminta untuk menemukan pasangan mereka. Siswa yang sudah menemukan pasangannya, diminta unutk duduk berdekatan. Setelah semua siswa menemukan pasangan dan duduk berdekatan, setiap pasangan diminta secara bergantian untuk membacakan soal yang diperoleh dengan suara keras kepada teman-teman yang lain. Ada beberapa keunggulan dari model make a match yang dikutip dari (http://tarmizi.wordpress.com/2008/12/03/pembelajaran-kooperatif-make-a-match/), yaitu dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan. meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dapat meningkatkan motivasi belajar siswa Dari penjelasan yang telah disampaikan dapat disimpulkan bahwa teknik pembelajaran make a match dapat digunakan untuk semua mata pelajaran, misalnya dalam mata pelajaran IPA. Teknik make a match dapat digunakan untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa serta kelancaran dan kekompakan dalam semangat kerja kelompok. Dengan menggunakan langkah-langkahnya membuat potongan kertas berbentuk kartu yang berisi soal maupun jawaban lalu seluruh kartu dikocok sehingga tercampur antara kartu soal dan jawaban. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu, diberikan waktu untuk menemukan pasangan dari kartu tersebut. Siswa yang berhasil menemukan pasangan dari kartunya sebelum batas waktu ditentukan akan mendapatkan nilai tambahan. Setelah seluruh siswa menemukan pasangan diminta untuk duduk berdekatan dan membacakan hasilnya secara bergantian. C. Pembelajaran IPA 1. Pengertian IPA Ilmu Pengetahuan Alam merupakan suatu produk dan proses. Produk adalah fakta-fakta, konsep-konsep dan prinsip-prinsip, serta teori-teori. Prosedur yang digunakan oleh para ilmuwan untuk mempelajari alam termasuk prosedur empirik dan analisis (M. Iskandar, 2001: 1). Berdasarkan Depdiknas (2007) IPA (sains) merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan berupa gejala- gejala alam. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana peserta didik untuk mempelajari diri sendiri, alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari (KTSP, 2007: 484). IPA adalah suatu ilmu pengetahuan, berisi argument, konsep mempelajari tentang alam sekitar, diperoleh melalui pengalaman untuk proses penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan. 2. Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan, yang dilaksanakan dengan menuangkan pengetahuan kepada siswa (Oemar Hamalik, 2008:25). Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan. Pada prinsipnya, mempelajari IPA sebagai cara mencari tahu dan cara mengerjakan atau melakukan dan membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara lebih mendalam (Depdiknas dalam Suyitno, 2002: 7). IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan sistematis dan IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Sri Sulistyorini, 2007: 39). Menurut Iskandar IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi alam (Iskandar, 2001: 2). Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan pembelajaran IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan. 3. Tujuan Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar siswa dapat mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap sains, teknologi dan masyarakat, mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan dan mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. D. Pengembangan Materi Bahan Ajar 1. Keluasan dan Kedalaman Pemahaman Materi a. Pengertian Pemahaman Siswa pada Materi Hubungan Ciri-Ciri Khusus Makhluk Hidup Menurut kamus bahasa Indonesia, pemahaman berasal dari kata paham yang artinya mengerti benar dalam suatu hal. Sagala (2012: 157) mengemukakan bahwa pemahaman (comprehension) mengacu pada kemampuan untuk mengerti dan memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat dan memaknai arti dari bahan maupun materi yang dipelajari. Pada umumnya unsur pemahaman ini menyangkut kemampuan menangkap makna suatu konsep dengan kata-kata sendiri. Menurut Driver (dalam Hasanah, 2004: 20) pemahaman adalah kemampuan untuk menjelaskan suatu situasi atau suatu tindakan. Sagala (2012: 157) mengemukakan bahwa pemahaman dapat dibedakan menjadi tiga kategori yakni penerjemahan (translation) misalnya dari lambang ke arti, penafsiran (interpretation), dan ekstrapolasi (extrapolation) yaitu menyimpulkan dari sesuatu yang telah diketahui. Pemahaman translasi adalah kemampuan untuk memahami suatu ide dengan cara lain dari pada pernyataan asli yang dikenal sebelumnya. Pemahaman interpretasi adalah kemampuan untuk memahami atau mampu mengartikan suatu ide yang diubah atau disusun dalam bentuk lain seperti kesamaan, grafik, tabel, diagram, dan sebagainya. Pemahaman ekstrapolasi adalah keterampilan untuk meramalkan kelanjutan dari kecenderungan yang ada menurut data tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pemahaman siswa yaitu kemampuan siswa dalam mengerti secara menyeluruh maksud dan unsur-unsur yang terkait dengan materi penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Siswa Pada Materi Hubungan Ciri-Ciri Khusus Makhlik Hidup Para ahli pendidikan terutama yang concern terhadap psikologi pendidikan dan psikologi pembelajaran turut terlibat memikirkan faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran terutama faktor yang mempengaruhi pemahaman dan belajar siswa. Dengan pandangan yang lebih konseptual dikemukakakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran siswa. Secara garis besar, dapat dibagi faktor-faktor tersebut menjadi faktor raw input (faktor siswa itu sendiri) dimana tiap siswa memiliki kondisi yang berbeda-beda dalam kondisi fisiologis, kondisi psikologis. Faktor enviromental input (faktor lingkungan), baik lingkungan alami ataupun lingkungan sosial. Faktor instrumental input, antara lain terdiri dari kurikulum, program / bahan pengajaran, sarana dan fasilitas dan guru (tenaga pengajar). Selanjutnya akan diuraikan secara singkat faktor-faktor tersebut yang meliputi faktor dari luar dan faktor dari dalam. a. Faktor dari luar 1) Faktor Enviromental Input (Faktor Lingkungan) Kondisi lingkungan yang mempengaruhi proses dan hasil belajar meliputi lingkungan alami dan lingkungan sosial. Lingkungan alami dapat berupa keadaan suhu, kelembaban udara, dan sebagainya. Belajar dalam keadaan udara yang segar akan lebih baik hasilnya dari pada belajar pada keadaan udara panas. Lingkungan sosial, dapat berwujud manusia maupun representasi (wakil) manusia seperti potret, rekaman, dan sebagainya. 2) Faktor Instrumental Faktor-faktor instrumental adalah faktor-faktor yang pengadaan dan penggunaannya dirancangkan sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor instrumental ini dapat berwujud faktor-faktor keras (hardware), seperti gedung, perlengkapan belajar, alat-alat praktikum, perpustakaan dan sebagainya. Maupun faktor-faktor lunak (software), seperti kurikulum, bahan yang harus dipelajari, pedoman-pedoman belajar, dan sebagainya. b. Faktor Dari Dalam Faktor dari dalam adalah kondisi individu atau siswa yang belajar, terdiri dari kondisi fisiologis dan psikologis siswa. 1) Kondisi Fisiologis Siswa Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar siswa. Mengenai fisiologis ialah bagaimana kondisi fisiknya dan panca inderanya. Secara umum kondisi fisiologis seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan capai atau cacat jasmani, akan sangat membantu dalam proses dan hasil belajar. 2) Kondisi Psikologis Siswa a) Minat Minat sangat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Jika seseorang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu, maka tidak diharapkan dia akan berhasil dalam mempelajari hal tersebut, sebaliknya jika seseorang belajar dengan penuh minat maka hasil yang diharapkan akan lebih baik. Oleh karena itu, para pendidik hendaknya memperhatikan begaimana mengusahakan agar hal yang disajikan sebagai pengalaman belajar dapat menarik minat para pelajar, atau bagaimana caranya menentukan agar para pelajar belajar mengenai hal-hal yang menarik minat mereka. b) Kecerdasan Kecerdasan besar peranannya dalam berhasil dan tidaknya seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti sesuatu program pendidikan. Hasil pengukuran kecerdasan biasa dinyatakan dengan angka yang menunjukkan“ perbandingan kecerdasan” yang terkenal dengan IQ (Intelligence Quotient). Dengan memahami taraf IQ setiap siswa, maka seorang guru akan dapat memperkirakan tindakan yang harus diberikan kepada siswa didiknya secara tepat. c) Bakat Bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat akan memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha itu. Siswa yang memiliki bakat yang tinggi, disebut siswa berbakat. Secara definitif, siswa berbakat adalah mereka yang oleh orang-orang yang berkualifikasi profesional diidentifikasikan sebagai siswa yang mampu mencapai prestasi yang tinggi, karena mempunyai kemampuan – kemampuan yang tinggi. d) Motivasi Hanafiah (2012: 26) mengemukakan bahwa motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Penemuan – penemuan penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika motivasi untuk belajar bertambah. Maka, meningkatkan motivasi belajar siswa didik penting untuk mencapai hasil belajar yang optimal. e) Kemampuan Kognitif Kemampuan – kemampuan kognitif merupakan faktor-faktor yang penting dalam kegiatan belajar para siswa atau siswa didik. Hal ini terjadi karena dalam menentukan keberhasilan belajar siswa di sekolah masih lebih mengutamakan aspek kognitif, sedangkan aspek afektif dan aspek psikomotor yang merupakan aspek lain dari tujuan pendidikan lebih bersikap pelengkap. Kemampuan-kemampuan kognitif itu terutama adalah persepsi, ingatan, dan berfikir. Setelah diketahui berbagai faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar tersebut, maka hal yang penting dilakukan adalah mengatur faktor-faktor tersebut sehingga dapat mempengaruhi dalam mencapai hasil belajar yang optimal. Hal ini disebabkan karena berbagai faktor tersebut akan saling mempengaruhi satu sama lain dalam menciptakan hasil belajar siswa pada materi penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya. 2. Karakteristik Materi a. Abstrak dan Kongkrit Materi Setiap hewan dan tumbuhan memiliki ciri khusus yang membedakannya dengan hewan dan tumbuhan lain. Ciri khusus ini berhubungan dengan kemampuannya untuk bertahan hidup. Dengan ciri khusus yang dimilikinya, hewan dan tumbuhan dapat tetap bertahan hidup. 1.Cecak Cecak sering kita lihat di dinding dan langit-langit rumah. Cecak sangatjarang berada di lantai. Cecak bergerak dengan cara merayap. Saat merayapdi dinding, cecak tidak terjatuh. Mengapa demikian? Coba bandingkan denganhewan lainnya. Dapatkah ayam atau itik merayap di dinding? Tentu tidak,bukan? Ternyata, cecak memiliki perekat pada setiap ujungjari kakinya. Dengan perekat inilah kaki cecak dapatmenempel di dinding. Bagaimana bila kakinya tidak bisadiangkat dari dinding karena perekat tersebut? Hal initidak akan terjadi. Cecak dapat mengatur banyaknyaperekat yang dikeluarkan. Dengan demikian, cecak dapattetap bergerak merayap tanpa terjatuh. Cecak dapatmendaki pohon, dinding, atau atap bangunan denganmudah.Selain itu, cecak mempunyai kemampuan autotomi.Cecak dapat memutuskan ekornya secara tiba-tiba. Cecakmelakukan autotomi saat ditangkap mangsa. Denganbegitu, cecak dapat melarikan diri. Ekor cecak yang putusdapat tumbuh kembali. 1. Bebek Bebek termasuk salah satu jenis unggas. Ia hidupserta mencari makan di daratan dan perairan. Bebekmenggunakan kakinya untuk berjalan. Coba bandingkankaki bebek dengan kaki ayam. Tentu berbeda, bukan?Pada kaki bebek, setiap jarinya dihubungkan denganselaput. Dengan kaki berselaput, bebek dapat berenang.Selain bebek, kaki berselaput juga dimiliki angsa.Sementara, ayam tidak memiliki jari berselaput. Ayamhidup dan mencari makan di darat saja. 2. Kelelawar Kelelawar keluar dan mencari makan pada malamhari. Sebaliknya, pada siang hari, kelelawar hanyaberdiam di sarangnya. Oleh karena itu, kelelawar dijulukihewan malam. Bagaimana kelelawar bisa menemukanmakanan di kegelapan malam? Apakah kelelawar tidaktersesat atau menabrak benda-benda yang dilaluinya?Bukankah malam hari gelap gulita?Dalam keadaan gelap, kelelawar tidak pernahmenabrak benda yang dilaluinya. Kelelawar juga tidakkesulitan menemukan makanan. Hal ini dikarenakankelelawar memiliki keistimewaan. Kelelawar memilikiindra pembau dan pendengar yang tajam. Dengan penggabungan keduanya, kelelawar dapat menemukanmakanan. Kelelawar dapat menentukan arah terbang danmenghindari tabrakan. Saat terbang, kelelawar mengeluarkan bunyi tinggi uang nyaring. Bunyi ini memiliki frekuensi sangat tinggi. Bunyi ini dinamakan ultrasonik. Bunyi ultrasonik akan mengenai benda atau mangsa disekitarnya. Bunyi ini akan dipantulkan kembali oleh benda tersebut. Kelelawar menangkap bunyi pantulan dari benda atau mangsanya. Bunyi pantulan membuat kelelawar dapat memperkirakan jarak terbang. Kelelawar dapat mengenal benda disekitarnya. Inilah yang menjadikan kelelawar dapat membedakan antara mangsa dan bukan mangsa. Kemampuan yang dimiliki kelelawar tersebut dinamakan ekolokasi. 4. Semut Semut merupakan serangga yang bersarang di dalam tanah. Untuk mencari makan, semut keluar dari sarangnya. Tahukah kalian beberapa jenis semut bermata buta? semut juga tidak memiliki telinga. Lantas, bagaimana cara mereka hidup? Semut memiliki dua buah antena dikepalanya. Antena digunakan untuk menyentuh, membau, dan merasakan getaran bunyi. Sementara itu, mulut semut digunakan untuk mengecap. Dengan mengecap, membau, dan menyentuh semut dapat menemukan benda disekitarnya. Semut berinteraksi dengan sesamanya menggunakan sentuhan antena. Semut juga bisa berkomunikasi dengan semut lain melalui bau. 5. Kucing Kucing merupakan hewan pemburu yang sering berkeliaran di sekitar rumah. Ia dapat mencium bau dalam jarak beberapa ratus meter. Kucing berlari sangat cepat. Ketika berlari, kadang ia terjatuh dari atap. Meskipun demikian, kucing masih tetap hidup. Apakah kucing tidak merasa kesakitan? Kucing memiliki otot yang kuat. Kekuatan otot inilah yang membantunya melompat dan berlari. Kucing juga dapat membuat gerakan berputar di udara saat jatuh dari ketinggian. Kucing mampu mengatur posisi tubuh agar mendarat dengan keempat kakinya. Perilaku kucing ini didukung oleh alat keseimbangan yang terdapat di telinga dalamnya. Karenanya, kucing tidak mati saat terjatuh. Kucing juga dapat mendengar bunyi ultrasonik. Kucing memiliki mata yang tajam, khususnya pada malam hari. Nah, berbagai keistimewaan tersebut membantu kucing dalam berburu. 6. Landak Landak adalah hewan yang unik. Landak memiliki bulu keras di bagian atas tubuhnya. Bulu landak mengandung ribuan duri yang dihasilkan dari otot-otot kulit. Duri-duri tersebut merupakan alat pertahanan mereka. Apabila diserang musuh, landak akan melarikan diri masuk ke sarangnya. Sarang landak berada di dalam tanah. Jika tidak sempat melarikan diri, landak akan menggulung tubuhnya. Bulu kerasnya kemudian mengembang. Seluruh tubuh landak pun dipenuhi duri tajam. Duri itu akan menancap pada tubuh musuh yang menyentuhnya. 7. Cumi-cumi Cumi-cumi adalah hewan yang hidup di dalam air. Cumi-cumi memiliki banyak tangan pendek. Tangan-tangan ini disebut tentakel. Otot tentakel dapat berkerut dengan cepat. Cumi-cumi dapat bergerak secara cepat saat dikejar pemangsa. Saat di depan pemangsa, cumi-cumi akan menyemprotkan tinta pekat. Tinta ini mengejutkan pemangsa selama beberapa detik. Nah, kesempatan ini digunakan cumi-cumi untuk melarikan diri. Ternyata, kehebatan yang dimiliki cumi-cumi tidak hanya tinta pekat. Cumi-cumi juga dapat memancarkan cahaya dari tubuhnya. Cumi-cumi menjadi hewan yang sangat indah dan gemerlap. Kemampuan ini membantunya mencari makanan di malam hari. Mangsa akan mendekat karena tertarikoleh cahaya yang dipancarkannya. Cumi-cumi memiliki banyak pola warna tubuh. Pola warna tubuh tersebut dapat diubah sesuai kehendaknya. Pola warna tubuh cumi-cumi bisa serupa dengan lingkungan sekitar. Hal ini untuk mengelabui pemangsa. Cumi-cumi juga bisa menjadi sangat menarik dan penuh warna. Cara ini dapat mengecoh mangsanya agar mendekat. Ciri-Ciri Khusus Tumbuhan 1. Mawar Tanaman mawar memiliki bunga yang indah. Namun,berhati-hatilah bila ingin memetiknya. Sebab, kalianbisa terkena duri-durinya yang tajam. Duri pada batangadalah ciri khusus yang dimiliki tanaman mawar. Duritersebut berfungsi melindungi diri dari musuh. Musuh yang mendekat akan terkena duri tajam mawar. 2. Kaktus Kaktus berasal dari daerah tandus dan bercurah hujan rendah. Kaktus memiliki bentuk beraneka macam. Ada yang berbulu seperti sikat atau batang berbintik bintik

Item Type: Thesis (Skripsi(S1))
Subjects: S1-Skripsi
Divisions: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > PGSD 2014
Depositing User: Iyas -
Date Deposited: 12 Jul 2016 03:29
Last Modified: 12 Jul 2016 03:29
URI: http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/5520

Actions (login required)

View Item View Item