PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK DALAM TEMA SELALU BERHEMAT ENERGI

PRILLY PURWADIKA, 105060053 (2016) PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK DALAM TEMA SELALU BERHEMAT ENERGI. Skripsi(S1) thesis, FKIP UNPAS.

[img] Text
Cover.doc

Download (115kB)
[img] Text
Lembar Pengesahan.doc

Download (31kB)
[img] Text
Motto dan Persembahan.doc

Download (33kB)
[img] Text
Lembar Pernyataan.doc

Download (28kB)
[img] Text
Abstrak.doc

Download (31kB)
[img] Text
Abstract Inggris.doc

Download (26kB)
[img] Text
Kata Pengantar dan Ucpn trmksh.doc

Download (40kB)
[img] Text
Daftar Isi.doc

Download (84kB)
[img] Text
BAB I.doc

Download (117kB)
[img] Text
BAB II.doc

Download (180kB)
[img] Text
BAB III.doc
Restricted to Repository staff only

Download (372kB)
[img] Text
BAB IV.doc
Restricted to Repository staff only

Download (1MB)
[img] Text
BAB V.doc
Restricted to Repository staff only

Download (38kB)
[img] Text
Daftar Pustaka.doc

Download (50kB)
[img] Text
Riwayat Hidup.doc

Download (136kB)

Abstract

ABSTRAK Pembelajaran merupakan aktivitas yang dilakukan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang baik. Untuk mencapai tujuan tersebut guru melakukan berbagai upaya agar terjadi peningkatan hasil belajar siswa yang diinginkan. Berdasarkan catatan lapangan yang dilakukan peneliti bahwa masih rendahnya kualitas pembelajaran tematik. Oleh karena itu, seorang guru perlu mempertimbangkan model pembelajaran yang efektif dan tepat sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang dicobakan melalui penelitian ini adalah model pembelajaran Project Based Learning. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengukur pemahaman konsep belajar siswa kelas IV SDN I Tanjunganom Cirebon setelah menggunakan model pembelajaran Project Based Learning. (2) Untuk mengetahui gambaran pemahaman konsep belajar siswa kelas IV SDN I Tanjunganom Cirebon sebelum dan setelah menggunakan model pembelajaran Project Based Learning. (3) Meningkatkan pemahaman konsep belajar siswa kelas IV SDN I Tanjunganom Cirebon melalui model pembelajaran Project Based Learning. Hasil penelitian menunjukan, bahwa dengan digunakannya model pembelajaran Project Based Learning, hasil belajar siswa dalam materi macam-macam sumber energi kegiatan pembelajaran 2 dapat ditingkatkan. Variasi penggunaan model pembelajaran Project Based Learning ini dapat juga menunjukkan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran Tema Selalu Berhemat Energi Subtema Macam-macam Sumber Energi Kegiatan Pembelajaran 2 sehingga hasil belajar siswa mengalami peningkatan rata-rata dari 62,5% pada siklus I menjadi 84,37% pada siklus II. Dari uraian di atas peneliti menyimpulkan, bahwa model pembelajaran Project Based Learning yang digunakan guru dapat meningkatkan pemahaman konsep belajar siswa, karena itu peneliti menyarankan agar model pembelajaran Project Based Learning disosialisasikan dan digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran tematik di sekolah. Kata Kunci: Model Pembelajaran Project Based Learning, Pemahaman Konsep Belajar Siswa. ABSTRACT Learning is an activity that teachers do to achieve the goal of learning is good. To achieve these objectives the teacher make efforts so that an increase in the desired student learning outcomes. Based on the researcher's field notes that the low quality of thematic learning. Therefore, a teacher needs to consider a model for effective learning and appropriate in order to improve student learning outcomes. One of the learning model is tested through this study is a model of learning Project Based Learning. This study aims to (1) assess the understanding of the concept of fourth grade students learn SDN I Tanjunganom Cirebon after learning model using Project Based Learning. (2) To reveal the understanding of the concept of fourth grade students learn SDN I Tanjunganom Cirebon before and after using the Project Based Learning model of learning. (3) Improve understanding of the concept of fourth grade students learn SDN I Tanjunganom Cirebon through Project Based Learning model of learning. The results showed that the use of Project Based Learning model of teaching, student learning outcomes in a variety of source material energy 2 learning activities can be improved. Variations learning model using Project Based Learning can also show the involvement of the student in the learning Themes Always follow Frugality Subtheme Various Energy Sources Energy Learning Activity 2 so that the learning outcomes of students experienced an average increase of 62.5% in the first cycle to 84.37 % in the second cycle. From the above researchers concluded, that the Project Based Learning model of teaching used by teachers can enhance students' understanding of the concept study, researchers therefore suggest that the model of learning Project Based Learning socialized and used as an alternative in thematic learning in school. Keywords: Models of Learning Project Based Learning, Understanding Student Learning Concept. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang tangguh, mandiri, kreatif dan inovatif sehingga mampu menyesuaikan perkembangan zaman. Pendidikan sangat penting dalam menyiapkan manusia untuk mampu mempertahankan dan meningkatkan kualitas kehidupan sebagai bangsa yang bermartabat. Menurut UUSPN No. 20 tahun 2003 pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Fungsi pendidikan adalah membimbing anak ke arah suatu tujuan yang kita nilai tinggi. Pendidikan yang baik adalah usaha yang berhasil membawa semua anak didik kepada tujuan itu. Apa yang diajarkan hendaknya dipahami sepenuhnya oleh semua anak. UUSPN No. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemmpuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta betanggung jawab. Implementasi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan, antara lain Peraturan Pemerintahan Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Perataruan Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan, yaitu standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Tujuan pendidikan dasar adalah mengembangkan sikap dan memberi kemampuan dasar untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikaan menengah. Maka untuk meningkatkan mutu pendidikan pemerintah selalu mengembangkan kurikulum dan sistem pembelajaran. Kurikulum merupakan aktivitas apa saja yang dilakukan oleh sekolah dalam rangka memengaruhi peserta didik dalam belajar untuk mencapai suatu tujuan, dapat dinamakan kurikulum, termasuk juga dalam proses belajar mengajar, mengatur strategi dalam pembelajaran, cara mengevaluasi program pengembangan pengajaran dan sejenisnya. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (19) definisi kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Selain itu juga dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita maklumi bahwa pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat. Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula. Melalui pendidikan, kita mengharapkan agar lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan masyarakat. Oleh karena itu kurikulum yang berisi pada tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di masyakarakat. Kurikulum harus berubah sesuai perubahan yang berlaku pada tatanan nilai kehidupan yang pada setiap zaman. Perubahan kurikulum tidaklah dapat dirumuskan secara cepat dan tepat, namun memerlukan waktu yang terus berubah dalam penyempurnaan kurikulum tersebut, yang mana komponen-komponen dari kurikulum tersebut berubah dengan suatu upaya yang disengaja. Oleh karena itu, perubahan kurkulum dapat berupa perubahan sebagian dan berupa perubahan total. Secara umum tugas guru dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator yang bertugas menciptakan situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar pada diri siswa, dan sebagai pengelola pembelajaran yang bertugas menciptakan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa mencapai tujuan pembelajaran yang optimal. Guru harus mampu menyelenggarakan pendidikan dengan berorientasi pada aktivitas siswa dalam menemukan dan menetapkan makna secara mandiri sehingga proses pembelajaran akan mampu membentuk kemampuan berpikir tingkat tinggi pada siswa. Sesuai dengan visi misi yaitu: SDN 1 Tanjunganom Cirebon mempersiapkan para peserta didik untuk menjadi generasi masa depan yang cerdas, kreatif, dan terampil dengan didasari keimanan, ketakwaan, dan berbudi luhur. Memiliki misi sebagai berikut: menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar berdasarkan kurikulum yang telah ditetapkan, menyelenggarakan pendidikan ekstrakulikuler yang berorientasi kepada pengembangan bakat, menyelenggarakan manajemen sekolah yang efektif dan efisien, menciptakan iklim organisasi sekolah dengan sehat dan kondusif, menjalin kerjasama antar sekolah dan lintas lembaga dalam rangka menyusun jaringan kerja untuk meningkatkan mutu pendidikan, membangun kerjasama dengan masyarakat bersama-sama dengan komite sekolah dalam upaya meningkatkan mutu. Berdasarkan observasi penulis pada siswa kelas IV SDN 1 Tanjunganom Cirebon masih rendah pemahaman konsep belajar siswa pada pembelajaran macam-macam sumber energi. Pembelajaran masih berpusat kepada guru sehingga siswa tidak berperan aktif dalam pembelajaran yang disampaikan. Siswa masih belum tahu mengenai macam-macam sumber energi. Macam-macam sumber energi dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari yaitu makanan, matahari, minyak bumi, angin, air, baterai, energi listrik, dan lain sebagainya. Siswa juga harus melakukan kegiatan praktikum agar siswa dapat berperan aktif dalam pembelajaran tidak hanya menerima teori yang disampaikan oleh guru. Kegiatan praktikum yang akan dilakukan oleh guru pada pembelajaran ini yaitu pembuatan model kincir angin dan kincir air. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan pada pembelajaran macam-macam sumber energi, pada materi ini masih banyak siswa yang belum mengerti dan memahami pada konsep pembelajaran macam-macam sumber energi yang belum tuntas pada nilai KKM yang telah ditentukan oleh guru yaitu sebesar 2,66. Berikut adalah data hasil observasi pembelajaran di SDN 1 Tanjunganom Cirebon pada pembelajaran macam-macam sumber energi yaitu: a) Guru belum menemukan metode dan pendekatan yang tepat, b) Guru lebih sering menggunakan ceramah sebagai metode mengajar, c) Guru hanya memberikan informasi dan mengharapkan siswa untuk menghafal dan mengingatnya, c) Guru belum menghayati hakekat pembelajaran pada tema selalu berhemat energi subtema macam-macam sumber energi sehingga siswa mengalami: a) Siswa kurang bergairah dalam menerima pembelajaran, b) Siswa cenderung bersikap pasif dan suka mencontoh, c) Siswa hanya menghafal sehingga kurang memahami konsep, d) Siswa menganggap sulit bahwa pelajaran pada tema selalu berhemat energi subtema macam-macam sumber energi sehingga tidak menarik untuk belajar. Berdasarkan data hasil observasi peneliti menyimpulkan masalah yang sifatnya penting yaitu rendahnya pemahaman konsep belaja siswa pada pembelajaran sumber energi tersebut setelah ditelusuri antara lain disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor dari guru, kurang bervariasi dalam penggunaan metode karena minimnya peralatan, dan terlalu sering menggunakan metode ceramah dan tanya jawab saja, sedangkan faktor dari siswa, kurang mengembangkan berbagai keterampilan dasar yaitu keterampilan berpikir, kemampuan berkreatifitas, kemampuan memecahkan masalah, dan mengembangkan rasa percaya diri siswa dan kurangnya melakukan kegiatan praktikum dalam proses pembelajaran melalui kegiatan penelitian untuk mengerjakan dan menyelesaikan suatu proyek pembelajaran, hal ini menjadikan siswa kesulitan menguasai materi pembelajaran tematik. Pada kenyataannya, masih banyak guru yang belum menggunakan model pembelajaran yang tepat untuk disampaikan kepada siswa karena keterbatasan sarana dan prasarana yang belum memadai seperti peralatan praktikum, sumber belajar dan lain sebagainya yang menunjang proses pembelajaran. Guru harus menggunakan model pembelajaran yang efektif dan efisien yaitu dalam setiap pembelajaran siswa dituntut untuk menghasilkan suatu karya agar proses pembelajaran siswa dapat lebih aktif. Sehingga apa yang disampaikan oleh guru, siswa dapat menerima dan melakukan suatu kegiatan pembelajaran yang diberikan oleh guru dengan baik. Terlihat jelas timbulnya permasalahan yang sudah dijabarkan di atas. Kurikulum 2013 harus diimplementasikan melalui pembelajaran berbasis aktivitas yang berbasis pendekatan ilmiah dan tematik integratif. Berdasarkan Permendikbud Nomor 65 (2014: 23) tentang Standar Proses bahwa untuk memperkuat pendidikan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antar mata pelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning). Melalui pendekatan itu diharapkan siswa memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki masa depan yang lebih baik. Model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) selanjutnya disebut MPBP adalah model pembelajaran yang secara langsung melibatkan siswa dalam proses pembelajaran melalui kegiatan penelitian untuk mengerjakan dan menyelesaikan suatu proyek pembelajaran tertentu. Boss dan Kraus dalam Abidin (2007) mendefinisikan MPBP sebagai sebuah model pembelajaran yang menekankan aktivitas siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan yang bersifat open-ended dan mengaplikasikan pengetahuan mereka dalam mengerjakan sebuah proyek untuk menghasilkan sebuah produk otentik tertentu. Model pembelajaran ini lebih jauh dipandang sebagai sebuah model pembelajaran yang sangat baik digunakan untuk mengembangkan motivasi belajar, meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, dan membiasakan siswa mendayagunakan kemampuan berpikir tinggi. Keunggulan model pembelajaran Project Based Learning yaitu model ini bersifat terpadu dengan kurikulum sehingga tidak memerlukan tambahan apapun dalam pelaksanaannya; siswa terlibat dalam kegiatan dunia nyata dan mempraktikan strategi otentik secara disiplin; siswa bekerja secara berkolaboratif untuk memecahkan masalah yang penting baginya; teknologi terintegrasi sebagai alat untuk penemuan, kolaborasi, dan komunikasi dalam mencapai tujuan pembelajaran penting dalam cara-cara baru; meningkatkan kerja sama guru dalam merancang dan mengimplementasikan proyek-proyek yang melintasi batas-batas geografis atau bahkan melompat zona waktu. Untuk memperkuat penggunaan model Project Based Learning berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat (Ali Ibrahim Akbar, 2000) ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20% oleh hard skill dan sisanya 80% oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill. Model pembelajaran Project Based Learning memerlukan kecakapan guru dalam penguasaan dan pengelolaan kelas yang baik karena biasanya kondisi kelas agak sulit dikontrol dan mudah menjadi ribut saat pelaksanaan proyek dan adanya kebebasan pada siswa sehingga memberi peluang untuk rebut serta memerlukan waktu yang lebih banyak untuk melakukan suatu proyek kegiatan pembelajaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang diorientasikan untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan belajar siswa melalui serangkaian kegiatan merencanakan, melaksanakan penelitian, dan menghasilkan produk tertentu yang dibingkai dalam satu wadah berupa proyek pembelajaran di kelas IV dengan memerlukan pengelolan kelas yang baik dan waktu yang lebih banyak. Berdasarkan uraian di atas maka penulis mengadakan penelitian dengan judul “Penggunaan Model Pembelajaran Project Based Learning untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Belajar Siswa pada Pembelajaran Tematik dalam Tema Selalu Berhemat Energi”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka permasalahan yang ada dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Pembelajaran masih berpusat kepada guru. 2. Guru belum menerapkan model-model pembelajaran yang inovatif. 3. Siswa kurang berinteraksi dalam menerima pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan guru kurang bervariasi dalam menggunakan model pembelajaran pada proses pembelajaran sumber energi di SDN 1 Tanjunganom Cirebon. 4. Pembelajaran tidak menarik. Hal tersebut dikarenakan siswa tidak didorong untuk secara langsung berinteraksi dengan objek yang dipelajari dan berinteraksi dengan teman sebayanya untuk mendiskusikan hasil penyelidikannya. 5. Guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan praktik dalam melakukan suatu proyek kegiatan. Hal tersebut dikarenakan guru selama proses pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab saja di SDN 1 Tanjunganom Cirebon. C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah dan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada bagian latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah utama yang akan dikaji melalui penelitian tindakan kelas ini adalah pemahaman konsep dalam pembelajaran tematik khususnya pada tema selalu berhemat energi rendah. Dari hal tersebut maka rumusan masalah secara umum yaitu: “Apakah dengan menggunakan model pembelajaran project based learning dapat meningkatkan pemahaman konsep belajar siswa kelas IV sekolah dasar pada pembelajaran tematik dalam tema selalu berhemat energi”. 2. Pertanyaan Penelitian Mengingat rumusan masalah utama sebagaimana telah diutarakan di atas masih terlalu luas sehingga belum secara spesifik menunjukkan batas-batas mana yang harus diteliti, maka rumusan masalah utama tersebut kemudian dirinci dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut: a. Bagaimana pemahaman konsep belajar siswa sebelum siswa mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran project based learning dalam tema selalu berhemat energi di kelas IV SDN 1 Tanjunganom Cirebon? b. Bagaimana respon siswa selama siswa mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran project based learning dalam tema selalu berhemat energi di kelas IV SDN 1 Tanjunganom Cirebon? c. Bagaimana aktivitas belajar siswa selama siswa mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran project based learning dalam tema selalu berhemat energi di kelas IV SDN 1 Tanjunganom Cirebon? d. Bagaimana aktivitas guru selama guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran project based learning dalam tema selalu berhemat energi di kelas IV SDN 1 Tanjunganom Cirebon? e. Seberapa besar peningkatan pemahaman konsep belajar siswa setelah siswa mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran project based learning dalam tema selalu berhemat energi di kelas IV SDN 1 Tanjunganom Cirebon? D. Pembatasan Masalah Dari identifikasi masalah tersebut, perlu adanya batasan masalah agar tidak terjadi kerancuan dalam penelitian dan juga keterbatasan dalam waktu penelitian. Dan masalah yang dianggap penting dalam penelitian ini terkait dengan masalah kurangnya aktivitas belajar peserta didik dalam tema selalu berhemat energi terhadap pembelajaran tematik terpadu di kelas IV SDN 1 Tanjunganom Cirebon. Memperhatikan hasil diidentifikasi masalah, rumusan masalah dan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah diutarakan, diperoleh gambaran dimensi permasalahan yang begitu luas. Namun, menyadari adanya keterbatasan waktu dan kemampuan, maka dalam penelitian ini penulis memandang perlu memberi batasan masalah secara jelas sebagai berikut. a. Pemahaman konsep belajar dan proses pembelajaran yang diukur dalam penelitian ini adalah aspek kognitip, afektip dan psikomotor. b. Dari sekian banyak pokok bahasan pada pembelajaran tematik terpadu, dalam penelitian ini hanya akan mengkaji atau menelaah pembelajaran pada pokok bahasan mengenai tema selalu berhemat energi. c. Obyek dalam penelitian ini hanya akan meneliti pada siswa SD kelas IV di SDN 1 Tanjunganom Kecamatan Pasaleman Kabupaten Cirebon. E. Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah dan pertanyaan penelitian di atas, maka dapat dirumuskan tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut: 1. Tujuan Umum Secara umum tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui seberapa besar peranan model pembelajaran project based learning dapat meningkatkan pemahaman konsep belajar siswa kelas IV di SDN 1 Tanjunganom Cirebon pada pembelajaran tematik mengenai tema selalu berhemat energi. 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus yang akan diwujudkan meliputi: a. Untuk mengetahui pemahaman konsep belajar siswa sebelum siswa mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran project based learning dalam tema selalu berhemat energi di kelas IV SDN 1 Tanjunganom Cirebon. b. Untuk mengetahui respon siswa selama siswa mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran project based learning dalam tema selalu berhemat energi di kelas IV SDN 1 Tanjunganom Cirebon. c. Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa selama siswa mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran project based learning dalam tema selalu berhemat energi di kelas IV SDN 1 Tanjunganom Cirebon. d. Untuk mengetahui aktivitas guru selama guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran project based learning dalam tema selalu berhemat energi di kelas IV SDN 1 Tanjunganom Cirebon. e. Untuk memperoleh peningkatan pemahaman konsep belajar siswa setelah siswa mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran project based learning dalam tema selalu berhemat energi di kelas IV SDN 1 Tanjunganom Cirebon. F. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian berfungsi untuk menegaskan kegunaan penelitian yang dapat diraih setelah penelitian berlangsung. Manfaat penelitian menjelaskan: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan. Terutama dalam meningkatkan pembelajaran yang kreatif untuk membangkitkan pemahaman konsep belajar peserta didik sekolah dasar dengan menggunakan pendekatan yang sesuai dengan pembelajaran dan karakteristik peserta didik di sekolah dasar. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru Dilaksanakannya PTK ini, guru memperoleh wawasan dalam memilih dan menggunakan alternatif pembelajaran yang tepat dalam menyampaikan pembelajaran tematik. Sehingga dapat memperbaiki proses pembelajaran dan mengembangkan profesionalisme keguruannya. b. Bagi Siswa Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman konsep belajar pembelajaran tematik dalam tema selalu berhemat energi untuk memotivasi kemauan siswa pada pembelajaran tematik. c. Bagi Sekolah Hasil penelitian akan memberikan sumbangan baik bagi sekolah itu sendiri dalam rangka perbaikan pembelajaran khususnya dalam pembelajaran tematik. d. Bagi Peneliti Dapat menambah wawasan mengenai metode pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran project based learning, dan mengetahui tingkat pemahaman konsep belajar siswa pada pembelajaran tematik dalam tema selalu berhemat energi. G. Kerangka atau Paradigma Penelitian Model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) selanjutnya disebut MPBP adalah model pembelajaran yang secara langsung melibatkan siswa dalam proses pembelajaran melalui kegiatan penelitian untuk mengerjakan dan menyelesaikan suatu proyek pembelajaran tertentu. Boss dan Kraus dalam Abidin (2007) mendefinisikan MPBP sebagai sebuah model pembelajaran yang menekankan aktivitas siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan yang bersifat open-ended dan mengaplikasikan pengetahuan mereka dalam mengerjakan sebuah proyek untuk menghasilkan sebuah produk otentik tertentu. Model pembelajaran ini lebih jauh dipandang sebagai sebuah model pembelajaran yang sangat baik digunakan untuk mengembangkan motivasi belajar, meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, dan membiasakan siswa mendayagunakan kemampuan berpikir tinggi. Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang diorientasikan untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan belajar siswa melalui serangkaian kegiatan merencanakan, melaksanakan penelitian, dan menghasilkan produk tertentu yang dibingkai dalam satu wadah berupa proyek pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa dengan penggunaan model pembelajaran project based learning dapat meningkatkan pemahaman konsep belajar siswa pada pembelajaran tematik dalam tema selalu berhemat energi. Hubungan tersebut dapat diuraikan dengan diagram dibawah ini: Adapun kerangka berpikir untuk penelitian ini digambarkan pada diagram berikut: Diagram 1.1 Kerangka Berpikir Penggunaan Model Pembelajaran Project Based Learning untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Belajar Siswa pada Pembelajaran Tematik dalam Tema Selalu Berhemat Energi H. Asumsi Berdasarkan kerangka atau paradigma penelitian sebagaimana diutarakan di atas, maka beberapa asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Model pembelajaran terpadu hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memumgkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistis dan autentik (Depdikbud, 1996: 3). 2. Boss dan Kraus dalam Abidin (2007) mendefinisikan MPBP sebagai sebuah model pembelajaran yang menekankan aktivitas siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan yang bersifat open-ended dan mengaplikasikan pengetahuan mereka dalam mengerjakan sebuah proyek untuk menghasilkan sebuah produk otentik tertentu. Model pembelajaran ini lebih jauh dipandang sebagai sebuah model pembelajaran yang sangat baik digunakan untuk mengembangkan motivasi belajar, meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, dan membiasakan siswa mendayagunakan kemampuan berpikir tinggi. 3. Model pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang diorientasikan untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan belajar siswa melalui serangkaian kegiatan merencanakan, melaksanakan penelitian, dan menghasilkan produk tertentu yang dibingkai dalam satu wadah berupa proyek pembelajaran yaitu dengan tema selalu berhemat energi pada pembelajaran tematik di kelas IV. I. Hipotesis Tindakan Keberhasilan pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru akan dipengaruhi oleh kualitas dan keterampilan guru dalam mengemas dan melakukan proses pembelajaran. Jika pembelajaran yang dilakukan oleh guru dipersiapkan dengan baik serta didukung suatu perencanaan yang matang dengan menggunakan teori, pendekatan dan media yang tepat, pasti akan meningkatkan hasil belajar siswa serta pembelajarannya pun lebih bermakna bagi siswa. Berdasarkan kerangka atau paradigma penelitian dan asumsi sebagaimana telah dikemukakan di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: “Penggunaan Model Pembelajaran Project Based Learning dapat Meningkatkan Pemahaman Konsep Belajar Siswa pada Pembelajaran Tematik dalam Tema Selalu Berhemat Energi di Kelas IV SDN 1 Tanjunganom Kecamatan Pasaleman Kabupaten Cirebon”. J. Definisi Operasional Untuk menghindari terjadinya salah pengertian terhadap istilah-istilah yang terdapat dalam variabel penelitian ini, maka istilah-istilah tersebut kemudian didefinisikan sebagai berikut: 1. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar (Gunter et. Al., 1990: 67, Joyce & Weil, 1980). 2. Menurut Boss dan Kraus dalam Abidin (2007) model pembelajaran Project Based Learning sebagai sebuah model pembelajaran yang menekankan aktivitas siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan yang bersifat open-ended dan mengaplikasikan pengetahuan mereka dalam mengerjakan sebuah proyek untuk menghasilkan sebuah produk otentik tertentu. Model pembelajaran ini lebih jauh dipandang sebagai sebuah model pembelajaran yang sangat baik digunakan untuk mengembangkan motivasi belajar, meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, dan membiasakan siswa mendayagunakan kemampuan berpikir tinggi. 3. Pengertian pemahaman yang dikemukakan oleh para ahli seperti yang dikemukakan oleh Winkel dan Mukhtar (Sudaryono, 2012: 44) mengemukakan bahwa: Pemahaman yaitu kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat; mencakup kemampuan untuk menangkap makna dari arti dari bahan yang dipelajari, yang dinyatakan dengan menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, atau mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk yang lain. 4. Pengertian konsep yang dikemukakan oleh S. Hamid Husen (Sapriya, 2009: 43) mengemukakan bahwa: “Konsep adalah pengabstraksian dari sejumlah benda yang memiliki karakteristik yang sama”. Menurut Bloom (Vestari, 2009: 16) “Pemahaman konsep adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkap suatu materi yang disajikan kedalam bentuk yang lebih dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu mengaplikasikannya”. 5. Sumber energi adalah benda yang dapat memberikan energi pada benda lain untuk melakukan suatu kegiatan. Contoh sumber-sumber energi yang terdapat di sekitar kita, antara lain, makanan, minyak bumi, gas alam, baterai, listrik, matahari, air, dan angin. BAB II KAJIAN TEORI ATAU LANDASAN TEORI A. Teori Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing). Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Pengertian ini sangat berbeda dengan pengertian lama tentang belajar, yang menyatakan bahwa belajar adalah memperoleh pengetahuan, bahwa belajar adalah latihan-latihan pembentukan kebiasaan secara otomatis dan seterusnya. Menurut Trianto (2010:16), belajar adalah proses belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja maupun tidak disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu perubahan pada diri pembelajar. Menurut Purwanto (1992: 84), belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Menurut Slameto (2003:2), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Surya (1981:32), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang. Menurut Sudjana (2010), belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti penambahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu-individu yang belajar. Jadi, dapat disimpulkan dari beberapa pendapat di atas bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang yang dapat berinteraksi dengan lingkungan sehingga yang sebelumnya tidak baik menjadi baik dan yang tidak bisa menjadi bisa. 2. Ciri-Ciri Belajar William Burton menyimpulkan uraiannya yang cukup panjang tentang prinsip-prinsip belajar sebagai berikut: a) Proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi, dan melampaui (under going); b) Proses itu melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata pelajaran-mata pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan tertentu; c) Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan murid; d) Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid sendiri yang mendorong motivasi yang kontinu; e) Proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh hereditas dan lingkungan; f) Proses belajar dan hasil usaha belajar secara materiil dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan individual di kalangan murid-murid; g) Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman-pengalaman dan hasil-hasil yang diinginkan disesuaikan dengan kematangan murid; h) Proses belajar yang terbaik apabila murid mengetahui status dan kemajuan. 3. Faktor-Faktor Belajar Faktor-faktor belajar adalah sebagai berikut: a) Faktor kegiatan, penggunaan dan ulangan; siswa yang belajar melakukan banyak kegiatan baik kegiatan neural system, seperti melihat, mendengar, merasakan, berpikir, kegiatan motoris, dan sebagainya maupun kegiatan-kegiatan lainnya yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan sikap, kebiasaan, dan minat; b) Belajar memerlukan latihan, dengan jalan; relearning, recalling, dan reviewing agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali dan pelajaran yang belum dikuasai akan dapat lebih mudah dipahami; c) Belajar siswa lebih berhasil, belajar akan lebih berhasil jika siswa merasa berhasil dan mendapatkan kepuasannya; d) Siswa yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam belajarnya; e) Faktor asosiasi besar manfaatnya dalam belajar, karena semua pengalaman belajar antara yang lama dengan yang baru, secara berurutan diasosiasikan, sehingga menjadi satu kesatuan pengalaman; f) Pengalaman masa lampau (bahan apersepsi) dan pengertian-pengertian yang telah dimiliki oleh siswa, besar peranannya dalam proses belajar; g) Faktor kesiapan belajar. Murid telah siap belajar akan dapat melakukan kegiatan belajar lebih mudah dan lebih berhasil; h) Faktor minat dan usaha. Belajar dengan minat akan mendorong siswa belajar lebih baik dari pada belajar tanpa minat; h) Faktor- faktor psikologis. Kondisi badan siswa yan belajar sangat berpengaruh dalam proses belajar; i) Faktor intelegensi. Murid yang cerdas akan lebih berhasil dalam kegiatan belajar, karena ia lebih mudah menangkap dan memahami pelajaran dan lebih mudah mengingat-ingatnya. 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan ukuran keberhasilan yang diperoleh siswa selama proses belajarnya. Keberhasilan itu ditentukan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan. Menurut Dimyati itu ditentukan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan. Menurut Dimyati Mahmud (1989: 84-87), mengatakan bahwa Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa mencakup: “faktor internal dan faktor eksternal” sebagai berikut: a. Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri, yang terdiri dari N. Ach (Need For Achievement) yaitu kebutuhan atau dorongan atau motif untuk berprestasi. b. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar si pelajar. Hal ini dapat berupa sarana prasarana, situasi lingkungan baik itu lingkungan keluarga, sekolah maupun lingkungan masyarakat. Menurut pendapat Rooijakkers yang diterjemahkan oleh Soenoro (1982: 30), mengatakan bahwa “Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor yang berasal dari si pelajar, faktor yang berasal dari si pengajar”. Kedua faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Faktor yang berasal dari pelajar (Siswa) Faktor ini meliputi motivasi, perhatian pada mata pelajaran yang berlangsung, tingkat peneirmaan dan pengingatan bahan, kemampuan menerapkan apa yang dipelajari, kemampuan mereproduksi dan kemampuan menggeneralisasi. 2) Faktor yang berasal dari pengajar (Guru) Faktor ini meliputi kemampuan membangun hubungan dengan si pelajar, kemampuan menggerakkan minat pelajaran, kemampuan memberikan penjelasan, kemampuan menyebutkan pokok-pokok masalah yang diajarkan, kemampuan mengarahkan perhatian pada pelajaran yang sedang berlangsung, kemampuan memberikan tanggapan terhadap reaksi. Dari pendapat Rooijakkers tentang faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat diberikan kesimpulan bahwa prestasi siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor yang berasal dari diri pelajar dan faktor yang berasal dari si pengajar (guru). Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (1990: 270), mengemukakan bahwa “Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor dari luar dan faktor dari dalam”. Dari pendapat ahli ini dapat dijelaskan bahwa pengertian faktor dari luar dan faktor dari dalam yang mempengaruhi prestasi belajar itu adalah sebagai berikut: 1) Faktor dari luar Faktor dari luar ini merupakan faktor yang berasal dari luar si pelajar (siswa) yang meliputi: a) lingkungan alam dan lingkungan sosial; b) instrumentasi yang berupa kurikulum, guru atau pengajar, sarana dan fasilitas serta administrasi. 2) Faktor dari dalam Faktor dari dalam ini merupakan faktor yang berasal dalam diri si pelajar (siswa) itu sendiri yang meliputi: a) fisiologi yang berupa kondisi fisik dan kondisi pancaindra; b) Psikologi yang berupa bakat, minat, kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognitif. Dari beberapa pendapat para ahli tersebut di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belaajr siswa secara umum dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor yang pertama berasal dari dalam diri siswa itu sendiri dan faktor yang kedua berasal dari luar diri siswa yang sedang melakukan proses kegiatan belajar. B. Teori Pembelajaran 1. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Pembelajaran adalah pemberdayaan potensi peserta didik menjadi kompetensi. Kegiatan pemberdayaan ini tidak dapat berhasil tanpa ada orang yang membantu. Menurut Dimyati dan Mudjiono (Sagala, 2011: 62) pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Menurut Warsita (2008:85) “Pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik”. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20 “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Menurut Sudjana (2004:28) “Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik (warga belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan membelajarkan”. Menurut Corey (1986:195) “Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan”. Menurut Trianto (2010:17) “Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan”. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarhkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangkan mencapai tujuan yang diharapkan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha serta adanya interaksi antar dua belah pihak yaitu guru dan siswa. 2. Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran pada dasarnya merupakan harapan, yaitu apa yang diharapkan dari siswa sebagai hasil belajar. Robert F. Meager (Sumiati dan Asra, 2009: 10) memberi batasan yang lebih jelas tentang tujuan pembelajaran, yaitu maksud yang dikomunikasikan melalui pernyataan yang menggambarkan tentang perubahan yang diharapkan dari siswa. Menurut H. Daryanto (2005: 58) tujuan pembelajaran adalah tujuan yang menggambarkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki siswa sebagai akibat dari hasil pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur. Tujuan pembelajaran tercantum dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). RPP merupakan komponen penting dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan yang pengembangannya harus dilakukan secara profesional. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa perumusan tujuan pembelajaran harus berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta indikator yang telah ditentukan. Tujuan pembelajaran juga harus dirumuskan secara lengkap agar tidak menimbulkan penafsiran yang bermacam-macam. Suatu tujuan pembelajaran juga harus memenuhi syarat-syarat berikut: a) Spesifik, artinya tidak mengandung penafsiran (tidak menimbulkan penafsiran yang bermacam- macam); b) Operasional, artinya mengandung satu perilaku yang dapat diukur untuk memudahkan penyusunan alat evaluasi. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran adalah rumusan secara terperinci apa saja yang harus dikuasai oleh siswa sebagai akibat dari hasil pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur. Rumusan tujuan pembelajaran ini harus disesuaikan dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian siswa. Selain itu tujuan pembelajaran yang dirumuskan juga harus spesifik dan operasional agar dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan dari proses pembelajaran. C. Aktivitas Belajar Proses aktivitas pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek psikofisis peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga akselerasi perubahan perilakunya dapat terjadi secara cepat, tepat, mudah, dan benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. Aktivitas dalam belajar dapat memberikan nilai tambahan (added value) bagi peserta didik, berupa hal berikut: a. Peserta didik memiliki kesadaran (awareness) untuk belajar sebagai wujud adanya motivasi internal (driving force) untuk belajar sejati. b. Peserta didik mencari pengalaman dan langsung mengalami sendiri, yang dapat memberikan dampak terhadap pembentukan pribadi yang integral. c. Peserta didik belajar dengan menurut minat dan kemampuannya. d. Menumbuhkembangkan sikap disiplin dan suasana belajar yang demokratis di kalangan peserta didik. e. Pembelajaran dilaksanakan secara kongkret sehingga dapat menumbuhkembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme. f. Menumbuhkembangkan sikap kooperatif di kalangan peserta didik sehingga sekolah menjadi hidup, sejalan dan serasi dengan kehidupan masyarakat di sekitarnya. Dierich yang dikutif Hamalik (1980: 288-209) menyatakan, aktivitas belajar dibagi ke dalam delapan kelompok, yaitu sebagai berikut: a. Kegiatan-kegiatan visual, yaitu membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamatiorang lain bekerja, atau bermainan. b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral), yaitu mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, member saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi dan interupsi. c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan, yaitu mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan atau mendengarkan radio. d. Kegiatan-kegiatan menulis, yaitu menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan copy, membuat outline atau rangkuman, dan mengerjakan tes, serta mengisi angket. e. Kegiatan-kegiatan menggambar, yaitu menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta dan pola. f. Kegiatan-kegiatan metrik, yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggrakan permainan, serta menari dan berkebun. g. Kegiatan-kegiatan mental, yaitu merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan dan membuat keputusan. h. Kegiatan-kegiatan emosional, yaitu minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain. Menurut Dimyati (2009: 114) keaktifan siswa dalam pembelajaran memiliki bentuk yang beraneka ragam, dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai kegiatan psikis yang sulit diamati. Kegiatan fisik yang dapat diamati diantaranya adalah kegiatan dalam bentuk membaca, mendengarkan, menulis, meragakan, dan mengukur. Guru harus mampu melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajara secara optimal. Menurut Rusman (2011: 323) pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas kegiatan pembelajaran, sehingga siswa mampu mengaktualisasikan kemampuannya di dalam dan di luar kelas. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) pengertian aktivitas adalah keaktifan, kegiatan, kerja atau salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan di tiap bagian di dalam perusahaan (Depdiknas,2004). Keaktifan peserta didik dalam menjalani proses belajar mengajar merupakan salah satu kunci keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan. Aktivitas merupakan azas yang terpenting dari azas-azas didaktik karena belajar sendiri merupakan suatu kegiatan dan tanpa adanya kegiatan tidak mungkin seseorang belajar. Dalam konsep belajar aktif pengetahuan merupakan pengalaman pribadi yang diorganisasikan dan dibangun melalui proses belajar bukan merupakan pemindahan pengetahuan yang dimiliki guru kepada anak didiknya. Sedangkan mengajar merupakan upaya menciptakan lingkungan agar siswa dapat memperoleh pengetahuan melalui keterlibatan secara aktif dalam kegiatan belajar. Empat prinsip belajar aktif, yaitu: (1) siswa harus membangun pengetahuannya sendiri, sehingga bermakna, (2) cara belajar yang paling baik adalah jika mereka aktif dan berinteraksi dengan objek yang konkrit, (3) belajar harus berpusat pada siswa dan bersifat pribadi, (4) interaksi sosial dari kerjasama diberi peranan penting dalam kelas. Jadi dalam proses belajar mengajar, siswalah yang harus membangun pengetahuannya sendiri. Sedangkan guru berperan untuk menciptakan kondisi yang kondusif dan mendukung bagi terciptanya pembelajaran yang bermakna. Siswa harus mengalami dan berinteraksi langsung dengan objek yang nyata. Jadi belajar harus dialihkan yang semula berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Karena sekolah merupakan miniatur dari masyarakat maka dalam proses pembelajaran harus terjadi saling kerja sama dan interaksi antar berbagai komponen yang terbaik. Pendidikan modern menitik beratkan pada aktivitas sejati, dimana siswa belajar dengan mengalaminya sendiri pengetahuan yang ia pelajari. Dengan mengalaminya sendiri, siswa memperoleh pengetahuan pemahaman dan keterampilan serta perilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai. D. Hasil Belajar Belajar merupakan suatu proses untuk mencapai hasil belajar. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Abdurrahman (2003: 28) bahwa: “belajar merupakan proses dari seorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar atau yang disebut hasil belajar, yaitu suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap”. Perubahan tingkah laku siswa setelah mengikuti pembelajaran ter-diri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek itu adalah pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti, dan sikap. Hasil Belajar diperoleh pada akhir proses pembelajaran dan berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu bahan yang telah diajarkan. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3), hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar. Kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu bahan yang telah diajarkan dapat diketahui berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh guru. Salah satu upaya mengukur hasil belajar siswa dilihat dari hasil belajar siswa itu sendiri. Bukti dari usaha yang dilakukan dalam proses belajar adalah hasil belajar yang diukur melalui tes. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Ahmadi dalam Dimyati (1984: 35) bahwa: “hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha, dalam hal ini usaha belajar dalam perwujudan prestasi belajar siswa yang dilihat pada setiap mengikuti tes”. Hasil belajar dalam penelitian ini diperoleh melalui tes yang diberikan pada setiap akhir siklus. E. Respon Respon berasal dari kata response, yang berarti balasan atau tanggapan (reaction). Respon adalah istilah psikologi yang digunakan untuk menamakan reaksi terhadap rangsang yang di terima oleh panca indra. Hal yang menunjang dan melatarbelakangi ukuran sebuah respon adalah sikap, persepsi, dan partisipasi. Respon pada prosesnya didahului sikap seseorang karena sikap merupakan kecendrungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku jika menghadapi suatu rangsangan tertentu. Jadi, berbicara mengenai respon atau tidak respon terlepas dari pembahasan sikap. Respon juga diartikan sebagai suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penelitian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu (Sobur, 2003). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, respons dapat diartikan sebagai suatu tanggapan, reaksi dan jawaban. Respon adalah setiap tingkah laku pada hakekatnya merupakan tanggapan atau balasan (respon) terhadap rangsangan atau stimulus (Sarlito, 1995). Menurut Soekanto (1975: 58-60), menyebut kata respons dengan kata response yaitu perilaku yang merupakan konsekuensi dari perilaku sebelumnya. Ia mendefinisikan bahwa respon adalah interaksi dengan perorangan atau kelompok masyarakat, terlihat dari adanya aksi dan reaksi serta mengandung rangsangan dan respons. F. Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran. Model pembelajaran cenderung presfektif, dan relatif sulit dibedakan dengan strategi pembelajran. Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode, atau prosedur pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai 4 ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode pembelajaran, yakni: 1) Rasional teoritis logis yang disusun oleh pendidik; 2) Tujuan pembelajaran yang akan dicapai; 3) Langkah-langkah mengajar yang diperlukan agar model pembelajaran dapat dilaksanakan secara optimal; 4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat dicapai. Selain memperhatikan rasional teoritik, tujuan, dan hasil yang ingin dicapai, model pembelajaran memiliki lima unsur dasar menurut Joyce & Well (1980), yaitu: 1) Syntax, yaitu langkah-langkah operasional pembelajaran; 2) Social system, adalah suasana dan norma yang berlaku dalam pembelajaran; 3) Principles of reaction, menggambarkan bagaimana seharusnya guru memandang, memperlakukan, dan merespons siswa; 4) Support system, segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran; dan 5) Instructional dan nurturant effects, hasil belajar yang diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang disasar (instructional effects) dan hasil belajar di luar yang disasar (nurturant effects). Model pembelajaran menurut Kardi dan Nur ada lima model pemblajaran yang dapat digunakan dalam mengelola pembelajaran, yaitu: pembelajaran langsung; pembelajaran kooperatif; pembelajaran berdasarkan masalah; diskusi; dan learning strategi. Menurut Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega (1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran. Menurut E. Mulyasa (2003) mengetengahkan lima model pembelajaran yang dianggap sesuai dengan tuntutan Kurikukum Berbasis Kompetensi; yaitu : (1) Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning); (2) Bermain Peran (Role Playing); (3) Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning); (4) Belajar Tuntas (Mastery Learning); dan (5) Pembelajaran dengan Modul (Modular Instruction). Menurut Toeti Soekamto dan Winataputra (1995:78) mendefinisikan ‘model pembelajaran’ sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar bagi para siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa model-model pembelajaran merupakan kerangka konseptual sedangkan strategi lebih menekankan pada penerapannya di kelas sehingga model-model pembelajaran dapat digunakan sebagai acuan pada kegiatan perancangan kegiatan yang sistematik dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ciri-ciri model pembelajaran sebagai berikut: 1) Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu; 2) Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu; 3) Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar dikelas; 4) Memiliki bagian-bagian model; 5) Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran; 6) Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya. G. Pengertian Model Pembelajaran Project Based Learning 1. Model Pembelajaran Project Based Learning Model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) selanjutnya disebut MPBP adalah model pembelajaran yang secara langsung melibatkan siswa dalam proses pembelajaran melalui kegiatan penelitian untuk mengerjakan dan menyelesaikan suatu proyek pembelajaran tertentu. Boss dan Kraus dalam Abidin (2007) mendefinisikan MPBP sebagai sebuah model pembelajaran yang menekankan aktivitas siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan yang bersifat open-ended dan mengaplikasikan pengetahuan mereka dalam mengerjakan sebuah proyek untuk menghasilkan sebuah produk otentik tertentu. Model pembelajaran ini lebih jauh dipandang sebagai sebuah model pembelajaran yang sangat baik digunakan untuk mengembangkan motivasi belajar, meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, dan membiasakan siswa mendayagunakan kemampuan berpikir tinggi. Project Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP) (Thomas, 2000) dalam Majid, merupakan tugas-tugas komplek, yang didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan yang menantang atau permasalahan, yang melibatkan para siswa di dalam desain, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, atau aktivitas investigasi; memberi peluang para siswa untuk bekerja secara otonomi dengan periode waktu yang lama; dan akhirnya menghasilkan produk-produk yang nyata atau presentasi-presentasi. Pendapat serupa juga dinyatakan oleh Santyasa (2006), yang menyatakan bahwa PBL adalah suatu pembelajaran yang berfokus pada konsep dan memfasilitasi siswa untuk berinvestigasi dan menentukan suatu pemecahan masalah yang dihadapi. PBL dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan siswa dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya. Menurut Mahanal (2009) PBL adalah pembelajaran dengan menggunakan proyek sebagai metoda pembelajaran. Para siswa bekerja secara nyata, seolah-olah ada di dunia nyata yang dapat menghasilkan produk secara realistis. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu, Rian Kusumaningrum (2012) Skripsinya deengan judul “Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Dengan Model Project Based Learning Siswa Kelas IV SDN Karang Widoro 02 Kecamatan Dau Kabupaten Malang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model Project Based Learning terbukti dapat meningkatkan keterampilan siswa menulis karangan deskripsi dengan memperhatikan ejaan. Berdasarkan analisis data hasil penelitian setelah di terapkan model Project Based Learning untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi mengalami peningkatan dari pratindakan sampai siklus II. Pada pelaksanaan pratindakan hasil yang didapat yaitu 38.5%, sedangkan pada pelaksanaan siklus I hasil yang didapat meningkat yaitu 61,57% dan pada saat pelaksanaan siklus II hasil yang didapat semakin meningkat yaitu 84,61%. Dari data-data yang telah dipaparkan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Project Based Learning dapat meningkatkan pemahaman isi bacaan siswa kelas IV SDN Karang Widoro 02 Kabupaten Malang. Hasil penelitian terdahulu, Siska Hidayanti (2012) Skripsinya dengan judul “Upaya Meningatkan Hasil Belajar Peserta Didik dengan Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP) pada Tema Kerajinan Tangan Kelas III SD Negeri Jogoyitnan Wonosobo Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajara peserta didik pada tema kerajinan tangan III SD Negeri Jogoyitnan Wonosobo semester 2 tahun pelajaran 2011/2012 setelah menggunakan pembelajaran berbasis proyek (PBP). Hal ini nampak pada perolehan ketuntasan hasil belajar peseta didik pada pra siklus 45%, siklus I 86,2%, siklus II 96,5%. Perolehan skor rata-rata pada pra siklus adalah 68, siklus I terjadi peningkatan skor rata-rata menjadi 74, siklus II terjadi peningkatan skor rata-rata menjadi 80. Skor terendah pada pra siklus 55, siklus I meningkat menjadi 56 dan siklus II meningkat menjadi 61. Perolehan skor tertinggi pada pra siklus adalah 90, siklus I meningkat menjadi 91 dan siklus II menjadi 93. Kemendikbud (2013) menjelaskan bahwa MPBP memiliki karakteristik sebagai berikut: a) Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja; b) Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik; c) Peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atau permasalahan atau tantangan yang diajukan; d) Peserta didik secara kolaboratif bertanggung jawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan; e) Proses evaluasi dijalankan secara kontinu; f) Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan; g) Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif; h) Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan. Berdasarkan karakteristik tersebut, McDonell dalam Abidin (2007) menjelaskan bahwa MPBP merupakan model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan tingkat perkembangan berpikir siswa dengan berpusat pada aktivitas belajar siswa sehingga memungkinkan mereka untuk beraktivitas sesuai dengan keterampilan, kenyamanan, dan minat belajarnya. Model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan sendiri proyek yang akan dikerjakannya baik dalam hal merumuskan pertanyaan yang akan dijawab, memilih topik yang akan diteliti, maupun menentukan kegiatan penelitian yang akan dilakukan. Peran guru dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator, menyediakan bahan dan pengalaman bekerja, mendorong siswa berdiskusi dan memecahkan masalah, dan memastikan siswa tetap bersemangat selama mereka melaksanakan proyek. Berdasarkan berbagai pendapat di atas, Model Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan model pembelajaran yang diorientasikan untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan belajar para siswa melalui serangkaian kegiatan merencanakan, melaksanakan penelitian, dan menghasilkan produk tertentu yang dibingkai dalam satu wadah berupa proyek pembelajaran. Berdasarkan pengertian ini, MPBP dirancang untuk digunakan pada permasalahan kompleks yang menghendaki peserta didik melakukan investigasi untuk memahaminya. 2. Keunggulan Model Pembelajaran Project Based Learning Keunggulan model pembelajaran Project Based Learning menurut Boss dan Kraus dalam Abidin (2007) yaitu: a) Model ini bersifat terpadu dengan kurikulum sehingga tidak memerlukan tambahan apapun dalam pelaksanaannya; b) Siswa terlibat dalam kegiatan dunia nyata dan mempraktikan strategi otentik secara disiplin; c) Siswa bekerja secara berkolaboratif untuk memecahkan masalah yang penting baginya; d) Teknologi terintegrasi sebagai alat untuk penemuan, kolaborasi, dan komunikasi dalam mencapai tujuan pembelajaran penting dalam cara-cara baru; e) Meningkatkan kerja sama guru dalam merancang dan mengimplementasikan proyek-proyek yang melintasi batas-batas geografis atau bahkan melompat zona waktu. 3. Kelemahan Model Pembelajaran Project Based Learning Selain dipandang memiliki keunggulan, model ini masih dinilai memiliki kelemahan-kelemahan sebagai berikut: a) Memerlukan banyak waktu dan biaya; b) Memerlukan banyak media dan sumber belajar; c) Memerlukan guru dan siswa yang sama-sama siap belajar dan berkembang; d) Ada kekhawatiran siswa hanya akan menguasai satu topik tertentu yang dikerjakannya. Memiliki beberapa kelemahan tersebut, dalam konteks kurikulum 2013 penerapan model ini diyakini tidak akan terlalu sulit. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa waktu belajar telah ditambah, media dan sumber belajar akan dilengkapi pemerintah, guru akan dilatih secara khusus, dan model ini harus dipadukan dengan model kooperatif. Berdasarkan kenyataan ini, MPBP dapat secara baik diimplementasikan dalam proses pembelajaran kurikulum 2013. 4. Sintak Model Pembelajaran Berbasis Proyek Sintaks MPBP dapat disajikan dalam gambar sebagai berikut: Gambar 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Proyek Berdasarkan gambar di atas, dapat dijelaskan kembali bahwa tahapan MPBP adalah sebagai berikut: a. Praproyek. Tahapan ini merupakan kegiatan yang dilakukan guru di luar jam pelajaran. Pada tahap ini guru merancang deskripsi proyek, menentukan batu pijakan proyek, menyiapkan media dan berbagai sumber belajar, dan menyiapkan kondisi pembelajaran. b. Fase 1: Mengidentifikasi Masalah Pada tahap ini siswa melakukan pengamatan terhadap obyek tertentu. Berdasarkan pengamatannya tersebut siswa mengidentifikasi masalah dan membuat rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan. c. Fase 2: Membuat Desain dan Jadwal Pelaksanaan Proyek Pada tahap ini siswa secara kolaboratif baik dengan anggota kelompok ataupun dengan guru mulai merancang proyek yang akan mereka buat, menentukan penjadwalan pengajaran proyek, dan melakukan aktivitas persiapan lainnya. d. Fase 3: Melaksanakan Penelitian Pada tahap ini siswa melakukan kegiatan penelitian awal sebagai model dasar bagi produk yang akan dikembangkan. Berdasarkan kegiatan penelitian tersebut siswa mengumpulkan data dan selanjutnya menganalisis data tersebut sesuai dengan teknik analisis data yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. e. Fase 4: Menyusun Draf/Prototipe Produk Pada tahap ini siswa mulai membuat produk awal sebagaimana rencana dan hasil penelitian yang dilakukannya. f. Fase 5: Mengukur, Menilai, dan Memperbaiki Produk Pada

Item Type: Thesis (Skripsi(S1))
Subjects: S1-Skripsi
Divisions: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > PGSD 2014
Depositing User: Iyas -
Date Deposited: 12 Jul 2016 03:28
Last Modified: 12 Jul 2016 03:28
URI: http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/5375

Actions (login required)

View Item View Item